Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERBEDAAN KARAKTERISTIK TULANG

BABI,TULANG SAPI,DAN TULANG KAMBING MENGGUNAKAN


INSTRUMEN ELECTRONIC NOSE BERBASIS KEMOMETRIK
SEBAGAI JAMINAN KUALITAS HALAL

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
Radhiatul Mardiah
16034038

Dosen Pembimbing:
Dra.Yenni Darvina,M. Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. JUDUL PENELITIAN

Analisis Perbedaan Karakteristik Tulang Babi,Tulang Sapi,Dan Tulang


Kambing Menggunakan Instrumen Electronic-Nose Berbasis Kemometrik
Sebagai Jaminan Kualitas Halal

B. BIDANG KAJIAN
Fisika Material dan Biofisika

C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Gelatin adalah sumber protein tinggi yang berasal dari proses hidrolisis
kolagen kulit maupun tulang rawan. Gelatin dapat dimanfaatkan sebagai produk
permen dan coklat pada industri pangan, sedangakan pada industri non pangan,
gelatin digunakan dalam pembuatan cangkang kapsul, industri fotografi. Gelatin
juga dapat digunakan sebagai bahan pelapis (coating) untuk mengawetkan bahan
makanan. Gelatin merupakan hasil hidrolisis parsial kolagen yang diperoleh
melalui ekstraksi dalam air panas yang dikombinasikan dengan perlakuan alkali
atau asam (Poppe, 1992). Pemanfaatan tulang kaki hewan sebagai sumber gelatin
untuk saat ini masih sangat minim dilakukan. Sumber gelatin yang umum
digunakan berasal dari tulang sapi maupun tulang babi, dimana sumber gelatin
dari terbesar berasal di dunia berasal dari kulit babi sapi menjadi masalah bagi
umat islam dan hindu. oleh karena itu limbah dari tulang hewan adalah salah satu
alternatif sumber bahan baku untuk membuat gelatin yang halal. Saat ini
Indonesia masih melakukan impor gelatin yang berasal dari Negara-negara Eropa
dan Amerika sebesar 2000-3000 ton pertahun (Saleh et al., 2002). Sedangkan indonesia
bisa memanfaatkan dan memproduksi limbah tulang hewan menjadi gelatin.

Gelatin bisa bersumber dari hewan maupun tumbuhan. Jika bahan dasar
gelatin yang digunakan sebagai bahan dasar hewani, maka hewan tersebut harus
memenuhi beberapa persyaratan sesuai syariah islam. Hewan tersebut bukanlah
hewan non halal yang tidak boleh dikonsumsi umat muslim yaitu (1) babi dan
anjing, (2) hewan yang disembelih tidak dengan menyebut nama Allah dan tidak
sesuai dengan syariah islam, (3) bangkai, (4) darah, (5) hewan yang bertaring atau
memiliki cakar tajam atau memiliki bisa atau sengat, (6) hewan yang menjijikkan,
(7) hewan yang dilarang dibunuh dalam islam, (8) keledai jinak (9) hewan halal
yang diberi makan dari makanan tidak halal secar terus menerus, (10) hewan yang
mati karena dicekik, dipukul, atau jatuh, (11) daging yang diambil dari hewan
yang masih hidup, (12) hewan yang hidup di dua alam (air dan darat) (Awan,
1988; Che Man & Sazili, 2010; Munir & Regenstein, 1994; Nurdeng, 2009;
Satiawihardja, 2012; Shafii & Wan Siti Khadijah, 2012, OIC/SMIIC 2017).
Apabila gelatin diproduksi dari bahan dasar tumbuhan maka produk tersebut bisa
dikategorikan halal kecuali jika berasal dari tumbuhan yang memabukkan dan
beracun. Dan jika berasal dari hewan air seperti ikan maka juga halal kecuali
hewan air yang bertaring dan beracun (MUIS, 2005).

Lebih jauh tentang ketidakhalalan babi, beberapa produk yang beredar dan
dipasarkan saat ini ternyata diragukan jaminan kualitas kehalalannya (Ali, M.,
2016). Produk-produk yang meliputi makanan dan minuman serta pakaian ini
ternyata mengandung unsur-unsur yang diketahui berbahan dasar babi. Hal ini
juga dipertegas oleh media digital; republika.co.id dan sciencemag.org, bahwa
dari beberapa produk makanan dan pakaian yang beredar di pasaran, diantaranya
menggunakan bahan baku utama kulit yang berasal dari kulit babi (pigskin).
Produk-produk ini mencakup produk makanan, obatan-obatan seperti obat dalam
bentuk kapsul, vaksin virus, pengembang adonan roti dari jenis produk yang dapat
dimakan atau dikonsumsi, serta sepatu, tas, ikat pinggang dan lainnya dari jenis
produk yang dapat dipakai. Terkait dengan hal ini juga berujung pada timbulnya
kekhawatiran atas tidak adanya jaminan kehalalan produk-produk bagi konsumen.
terutama Umat Muslim. Akibatnya banyak dari Umat Muslim merasa enggan dan
memilih tidak menjadi konsumen produk-produk tersebut (Ahmed, A., 2017).

Untuk mengatasi kekhawatiran ini terutama bagi Umat Muslim, maka


perlu dilakukan pengindentifikasian terhadap produk-produk yang akan beredar
dipasaran. Pengindentifikasian dilakukan berdasarkan data referensi/rujukan
karakteristik yang dapat menunjukkan konklusi dari status kehalalan produk yang
diidentifikasi. Data rujukan yang digunakan adalah data analisis karakteristik dari
kulit babi ternak. Alasan dibalik penggunaan kulit babi dari jenis babi ternak
adalah karena beberapa faktor yang juga menyebabkan produksi masal terhadap
kulit babi sebagai bahan baku untuk produk-produk seperti produk makanan dan
produk pakai. Beberapa diantaranya yaitu faktor ketersediaan dan kemudahan
mendapatkannya serta efisiensi proses dan nilai ekonomis (Roesmanto &
Supriadi, 2014), sehingga potensi penggunaan bagian tubuh dari hewan babi jenis
ini lebih besar daripada jenis babi liar atau babi rimba, bahkan dari hewan ternak
pada umumnya, seperti sapi, kambing, kerbau, kuda dan domba (Hastuti, dkk.,
2007). Penekanan pengindentifikasian ini juga didukung dengan cara
membandingkan karakteristik kulit babi dengan kulit sapi dan kambing.
Tujuannya agar dapat mengetahui karakteristik dan perbandingan masing-masing
antar kulit, sebagai jaminan kualitas halal. Untuk mengetahui dan mendapatkan
data rujukan karakteristik ini, maka perlu dilakukan uji terhadap masing-masing
jenis kulit menggunakan instrumen electronic nose berbasis chemometric.

Electronic nose berbasis chemometric merupakan (instrumen) electronic


nose yang menggunakan penerapan metode kombinasi chemometric pada suatu
proses ekstraksi informasi karakteristik data (fitur) dan terutama dalam kebutuhan
analisisnya (Varmuza & Filzmoser, 2009). Electronic Nose atau e-nose adalah
salah satu instrumen karakterisasi yang bekerja layaknya hidung pada manusia
sehingga dapat mengenali suatu objek dengan memberikan fitur tertentu yakni
bau atau aroma. Instrumen ini bekerja menggunakan sensor semikonduktor metal
oksida yang terdiri dari sepuluh sensor. Kumpulan atau larik sensor ini nantinya
akan mengindentifikasi bau dengan kandungan senyawa kimia tertentu yang
dilepaskan oleh sampel dalam bentuk gas atau volatile compound (Pokhum et al.,
2010).

Penggunaan instrumen ini juga dalam aplikasi tertentu memiliki


keunggulan yang cukup berarti. Beberapa tulisan ilmiah/artikel menyebutkan
dalam hal analisis terhadap parameter yang dibutuhkan untuk mengakarakterisasi
material tertentu, e- nose dapat berperan sebagai instrumen karakterisasi dengan
analisis cepat, sederhana, bersifat non-destructive serta tidak mengeluarkan biaya
mahal (low-cost material testing) (Nurjuliana, M., 2010, Wilson, A., 2015,
Górska- Horczyczak et al., 2016., Triyana, K., 2018, Tazi, Imam., et al, 2018).
Pola sinyal listrik yang dibangkitkan akan dicatat dan disajikan dalam bentuk
chart oleh data logger. Pencatatan data untuk tiap sampel tulang dilakukan
sebanyak 10-30 kali. Pengujian dilakukan berulang dengan tujuan agar data yang
didapatkan lebih akurat dan presisi. Data sampel-sampel kulit ini akan disimpan
dalam format data numerik, comma-separated values atau .csv-Microsoft Excel.
Data sampel-sampel dalam format .csv selanjutnya dianalisis
menggunakan data anlayzer. Data analyzer ini akan melakukan dua proses yaitu
mengekstrak fitur, dan menganalisis data hasil ektraksi fitur dengan menggunakan
analisis kemometrik. Disini data analyzer melakukan proses ekstraksi fitur pada
data sampel-sampel kulit yang telah didapatkan dan menganalisis data hasil
ekstraksi tersebut sebagai chemometric tool yang menerapkan metode linear
discriminant analysis (LDA) dan memperoleh informasi karakteristik sampel
tulang babi, tulang sapi dan kambing.

Metode linear discriminant analysis atau LDA ini merupakan salah satu
teknik atau metode yang digunakan dalam terapan statistika seperti pengenalan
pola/pettern recognition-untuk menemukan kombinasi linear dari fitur-fitur atau
informasi yang menjadi ciri atau sifat dari suatu sampel (objek) dengan cara
pengelompokkan/klasifikasi kelas/kelompok/cluster (McLachlan, G. J., 2004.,
Bhattacharyyalda & Rahul, 2013). Hasil dari analisis menggunakan metode LDA
ini, akan berupa grafik plot LDA, berdasarkan pencocokan data dengan databases
library, yang kemudian dikelompokkan (diklasifikasikan) kedalam grup-grup
yang menunjukkan karakteristik per-masing-masing sampel. Interpretasi data
dapat dilakukan dengan melihat pola-pola data secara visual yang merupakan pola
bau dari masing-masing kulit. Terakhir hasil interpretasi ini dapat digunakan
sebagai data referensi/rujukan untuk uji perbandingan dalam menentukan jaminan
kualitas halal suatu produk.

Sesuai dengan uraian yang melatar-belakangi penelitian diatas, maka topik


penelitian yang berjudul “Analisis Perbedaan Karakteristik Tulang Babi,Tulang
Sapi dan Tulang Kambing Menggunakan Instrumen Electronic Nose Berbasis
Kemometrik Sebagai Jaminan Kualitas Halal” ini dilakukan. Berdasarkan grafik
plot data dan pengelompokkan yang didapatkan nantinya, dapat diketahui
bagaimana karakteristik tulang babi dan perbedaannya dengan tulang sapi dan
tulang kambing jika dianalisis menggunakan electronic nose. Grafik plot data
selanjutnya dapat digunakan sebagai data rujukan untuk penerapan uji komparasi
pada sampel dari produk-produk yang diragukan kehalalannya sehingga dapat
diketahui status kehalalannya
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah;

a. Bagaimana perbedaan karakteristik tulang babi dengan tulang sapi dan


kambing, jika dianalisis menggunakan instrumen Electronic Nose berbasis
Kemometrik?
b. Bagaimana perbedaan karakteristik tulang babi dengan tulang sapi dan
kambing sebagai data referensi/rujukan untuk jaminan kualitas halal?

3. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka batasan masalah dalam penelitian
ini dibatasi pada sampel yang digunakan, yakni hanya berasal dari bagian tulang
dari hewan babi dengan sampel pembanding dari tulang sapi dan tulang kambing.

4. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dilakukannya penelitian ini;

a. Mengetahui perbedaan karakteristik tulang babi dengan tulang sapi dan


kambing, jika dianalisis menggunakan instrumen electronic nose.
b. Mengetahui perbedaan karakteristik tulang babi dengan tulang sapi dan
kambing sebagai data referensi/rujukan jaminan kualitas halal.

5. MANFAAT PENELITIAN
a. Sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan dan menyelesaikan Program
Studi Fisika S1.
b. Pengembangan diri dalam bidang kajian Fisika dan kelompok kajian
Fisika Material dan Biofisika.
c. Implementasi ilmu Fisika yang di dapat selama perkuliahan Fisika dan
kelompok kajian Fisika Material dan Biofisika
2

Anda mungkin juga menyukai