Askep Fraktur Kelompok 4 Bersih
Askep Fraktur Kelompok 4 Bersih
Disusun oleh :
KELOMPOK 4
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2019/2020
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Pada Pasien dengan Fraktur Femur” bisa selesai
dengan tepat waktu. Adapun penulisan makalah ini sebagai tugas diskusi kelompok. Kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini. Tanpa adanya bantuan dari semua pihak, makalah ini tidak akan selesai pada
tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna . maka dari itu kami
masih membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan semoga
dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, Amin .
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
BAB II : Tinjauan Teoritis
2.1 Definisi............................................................................................................................3
2.2 Etiologi............................................................................................................................3
2.3 Klasifikasi Fraktur...........................................................................................................3
2.4 Patofisiologi....................................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis...........................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................7
2.7 Penatalaksanaan Medis...................................................................................................7
2.8 Komplikasi......................................................................................................................9
BAB III : Tinjauan Kasus
3.1 Kasus.............................................................................................................................10
3.2 Pengkajian.....................................................................................................................11
3.3 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................20
3.4 Intervensi Keperawatan.................................................................................................21
BAB IV : Penutup
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................22
4.2 Saran..............................................................................................................................22
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Defenisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yangdatang lebih besar dari yang
dapat diserap olehtulang.
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain
menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena
kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
2.2 Etiologi
a) Kekerasanlangsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan.Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
b) Kekerasan tidaklangsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c) Kekerasan akibat tarikanotot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
danpenarikan.
f. Berdasarkan posisifrakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1/3proksimal
1/3medial
1/3distal
2.4 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur,periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.Jaringan tulang segera berdekatan
kebagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulangnantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) FaktorEkstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar,waktu,dan arah tekanan yangdapat menyebabkan fraktur.
2) FaktorIntrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan
dan kepadatan atau kekerasan tulang.
2.5 Menifestasi Klinis
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis(Memar)
d. Spasmeotot
e. Nyeri
f. Kurang/hilangsensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakanabnormal
i. Rontgenabnormal
2.8 Komplikasi
1) KomplikasiAwal
a) KerusakanArteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yangsakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b) KompartementSyndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalukuat.
c) Fat EmbolismSyndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan
tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit(superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin danplat.
e) AvaskulerNekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
3.1 Kasus
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan sistem atau metode
proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu
pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
3.2 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan,untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah
klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagiatas:
1) PengumpulanData
1) Anamnesa
a) IdentitasKlien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) KeluhanUtama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasinyeri.
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, ataumenusuk.
Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakitterjadi.
Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuanfungsinya.
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
2) PemeriksaanFisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal
ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan
dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi
lebih mendalam.
a) Gambaran Umum
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda,seperti:
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma,gelisah, komposmentis tergantung
pada keadaan klien.
Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus
fraktur biasanya akut.
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupunbentuk.
(2) Secara sistemik dari kepala sampaikelamin
SistemIntegumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema,
nyeri tekan.
Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidakanemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
Telinga
Tesbisikatauwebermasihdalamkeadaannormal. Tidak ada lesi atau nyeritekan.
Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut danFaring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.
Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru
Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.
Jantung
Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
Abdomen
Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak
b) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler(untuk status neurovaskuler € 5 P yaitu Pain,
Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem
muskuloskeletal adalah:
(1) Look(inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekasoperasi).
Cape au lait spot (birthmark).
Fistulae.
Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak
biasa(abnormal).
Posisi dan bentuk dari ekstrimitas(deformitas)
Posisijalan(gait,waktumasukkekamarperiksa)
3) PemeriksaanDiagnostik
a) PemeriksaanRadiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang pentingadalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukantulangyangsulit,makadiperlukan2proyeksi yaitu AP
atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena
adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x- ray harus atas dasar
indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan
permintaan. Hal yang harus dibaca padax-ray:
Bayangan jaringanlunak.
Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteumatau
biomekanik atau jugarotasi.
Trobukulasi ada tidaknya rarefraction.
Sela sendi serta bentuknya arsitektursendi.
Selainfotopolosx-ray(planex-ray)mungkinperlutehnik khususnyaseperti:
Tomografi:menggambarkantidaksatustruktursaja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
struktur lain juga mengalaminya.
Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh
darah di ruang tulang vertebraeyangmengalamikerusakanakibattrauma.
Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
rudapaksa.
Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulangyang
rusak.
b) PemeriksaanLaboratorium
Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhantulang.
Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuktulang.
Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhantulang.
c) Pemeriksaanlain-lain
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadiinfeksi.
Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkanfraktur.
Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yangberlebihan.
Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi
padatulang.
MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
(Ignatavicius, Donna D, 1995)
kongesti)
tulang)
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
(Doengoes, 2000)
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Pertahankan imobilasasi Mengurangi nyeri dan mencegah
bagian yang sakit dengan malformasi.
tirah baring, gips, bebat dan
atau traksi
Meningkatkan aliran balik vena,
2. Tinggikan posisi ekstremitas mengurangi edema/nyeri.
yang terkena.
Mempertahankan kekuatan otot
3. Lakukan dan awasi latihan dan meningkatkan sirkulasi
gerak pasif/aktif. vaskuler.
Mengevaluasi
5. Pantau kualitas nadi perifer,
aliran kapiler, warna kulit dan perkembangan masalah klien dan
kehangatan kulit distal perlunya intervensi sesuai
cedera, bandingkan dengan keadaan klien.
sisi yang normal.
kongesti)
INTERVENSI RASIONA
KEPERAWATAN L
untuk mencegah/mengatasi
emboli lemak.
Penurunan PaO2 dan
4. Analisa pemeriksaan gas
peningkatan PCO2 menunjukkan
darah, Hb, kalsium, LED,
gangguan pertukaran gas;
lemak dan trombosit
anemia,
hipokalsemia, peningkatan LED
dan kadar lipase, lemak darah
dan penurunan trombosit sering
berhubungan dengan emboli
lemak.
Adanya takipnea, dispnea dan
perubahan mental merupakan
tanda dini insufisiensi
5. Evaluasi frekuensi
pernapasan, mungkin
pernapasan dan upaya
menunjukkan terjadinya emboli
bernapas, perhatikan paru tahap awal.
adanya stridor, penggunaan
otot aksesori pernapasan,
retraksi sela iga dan sianosis
sentral.
melakukan aktivitas
INTERVENSI RASIONA
KEPERAWATAN L
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
invasif/traksi tulang
penyakitnya
INTERVENSI RASIONA
KEPERAWATAN L
B. Evaluasi
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai dengan tahapan-
tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose,
perencanaan, implementasi, evaluasi.
1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung yang penulis
dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu sendiri, selain itu juga penulis
mendapatkan informasi dari perawat dan catatan medic pasien.
2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasien setelah dilakukan pengkajian
yaitu:Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang
/ fraktur,Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis mengacu pada konsep
dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien dan ruangan
perawatan pasien
4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak melakukan semua yangada
dalam rencana keperawatan karena keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan
waktu yang ada
5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana yang telah
ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum teratasi.
4.2 Saran
A) Bagi pasien dan keluarga
Pada penderita fraktur sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan pengeluaran
energy, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien dan keluarganya jika
terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat total.
B) Bagi lahan peraktek
Perawatan penderita fraktur memerlukan waktu yang cukup panjang dan sangat beresiko
terjadi komplikasi. Dengan demikian perawatan kepada penderita haruslah dilakukan
dengan cermat dan tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak rumah sakit hendaklah
mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam perawatan pasien fraktur tibia.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/35197359/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_F
RAKTUR_Disusun_oleh_Kelompok_3_Nama_anggota
http://stikeswh.ac.id/psik/files/Askep_Fraktur.pdf