Makalah Taqwa Dan Ikhlas
Makalah Taqwa Dan Ikhlas
Disusun oleh
Kelompok 1:
Banjarmasin,............... 2021
Penyusun
PEMBAHASAN
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai sikap memelihara
keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara
bahasa berarti penjagaan/ perlindungan yang membentengi manusia dari hal-hal yang
menakutkan dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah
orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakanperintah-
Nya dan tidak melanggar larangan-Nya kerena takut terjerumus ke dalam perbuatan
dosa.
Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap
sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan
melakukan kejahatan pada orang lain, diri sendiri dan lingkungannya.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat
penting dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan
ukuran dari segala pekerjaan seorang muslim.
Makna taqwa sendiri secara umum yaitu ‘kesadaran ketuhanan’ bahwa
kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita dapat mendorong kita untuk bisa
mengikuti garis-garis yang diridhoi-Nya .kesadaran ini akan ada secara alami untuk
dapat berbuat baik sebab kesadaran ini muncul dari hati nurani atau kalqbu kita.
Sehingga dengan sendirinya dia akan muncul sebuah kesadaran akhlaki manusia.
Selanjutnya, ditinjau dari segi makna, term ikhlas dalam al-Qur’an juga
mengandung arti yang beragam. Dalam hal ini al-Alma’i merinci pemakaian term
tersebut kepada empat macam :
Pertama, ikhlas berarti al-ishthifaa’ (pilihan) seperti pada surat Shaad : 46-47. Di sini
al-Alma’i mengutip penafsiran dari Ibn al-Jauzi terhadap ayat tersebut yang intinya
bahwa Allah telah memilih mereka dan menjadikan mereka orang-orang yang suci.
Penafsiran yang sama juga dikemukakan oleh al-Shaabuuni dalam tafsirnya Shafwah
al-Tafaasiir, yakni “Kami (Allah) istimewakan mereka dengan mendapatkan
kedudukan yang tinggi yaitu dengan membuat mereka berpaling dari kehidupan
duniawi dan selalu ingat kepada negeri akhirat.”
Kedua, ikhlas berarti al-khuluus min al-syawaa’ib (suci dari segala macam kotorn),
sebagaimana tertera dalam surat an-Nahl : 66 yang membicarakan tentang susu yang
bersih yang berada di perut binatang ternak, meskipun pada mulanya bercampur
dengan darah dan kotoran ; kiranya dapat dijadikan pelajaran bagi manusia. Makna
yang sama juga terdapat dalam surat al-zumar : 3, walaupun dalam konteks yang
berbeda. Dalam ayat tersebut dibicarakan tentang agama Allah yang bersih dari
segala noda seperti syirik, bid’ah dan lain-lain.
Ketiga, ikhlas berarti al-ikhtishaash (kekhususan), seperti yang terdapat pada surat al-
Baqarah : 94, al-An’am : 139, al-A’raf : 32, Yusuf : 54, dan al-Ahzab : 32.
Adapun ikhlas dalam arti yang kedua (al-tathhiir) ditujukan kepada orang-orang yang
telah disucikan Allah hatinya dari segala noda dan dosa sehingga mereka menjadi
hamba Allah yang bersih dan kekasih pilihan-Nya. Hal ini seperti yang tercantum
dalam surat Yusuf : 24, al-Hijr : 40, al-shaffat : 40,74,128,166,169, Shaad : 83, dan
surat Maryam : 51. Pada ayat-ayat tersebut semuanya memakai kata mukhlashiin
(jamak) kecuali surat Maryam : 51 yang memakai bentuk tunggal (mukhlash). Selain
itu semua kata mukhlashiin dalam ayat-ayat tersebut selalu dikaitkan dengan kata
ibaad (hamba).
B. Ayat-ayat Yang Menerangkan Ikhlas
1. QS. al-Bayyinah: 5
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan (mengikhlaskan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus”
“dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan
ikhlas dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang musyrik”
“dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”
Maksud dari ayat-ayat diatas ialah amal-amal ibadah apa saja jika tidak dijiwai
dengan ikhlas berarti tidak hidup, mati bagaikan bangkai, tidak membawa manfaat
sama sekali. Malah, maaf, menjijikkan seperti bankai yang harus segera dikubur.
Orang-orang yang ikhlas merupakan orang-orang yang bersih dari dosa karena
mereka telah berusaha membersihkan dirinya dengan benar-benar melaksanakan
segala perintah Allah denga tulus. Dalam beraqidah mereka benar-benar mengesakan
Allah SWT. dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain seperti halnya orang-
orang musyrik, yahudi dan nasrani. Selanjutnya dalam melakukan ibadah dan amal
kebajikan lainnya mereka kerjakan semata-mata karena Allah dan untuk Allah; bukan
karena manusia dengan cara riya’ dan sum’ah, untuk mendapatkan popularitas dan
kesenangan hawa nafsu lainnya. Oleh karena itu wajar kiranya terhadap orang-orang
yang ikhlas ini Allah SWT. menganugrahkan keistimewaan dan kelebihan kepada
mereka, baik dalam kehidupan duniawi dan ukhrawinya.
Apabila kita kembali merujuk kitab suci al-Qur’an, maka akan kita temukan
di dalamnya beberapa ayat yang menerangkan keistimewaan dan keutamaan orang-
orang yang ikhlas, antara lain sebagai berikut.
Pertama, selamat dari kesesatan. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah
dalam surat al-Hijr: 39-40 yang artinya sebagai berikut: Iblis berkata: “Ya Tuhanku,
oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan
mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan
menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di
antara mereka”. Dan begitu juga firman Allah dalam surat Shad ayat 82-83 yang
artinya sebagai berikut: Iblis menjawab: “Demi kekuasan Engkau aku akan
menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas di antara
mereka”.
Ayat di atas merupakan penggalan kisah Nabi Adam dan pembangkangan
pertama yang dilakukan oleh iblis terhadap Allah SWT. Mereka adalah hamba Allah
yang membangkang, durhaka, ingkar, sombong dan terkutuk yang diberi umur
panjang—karena perminyaan mereka—hingga mendekati hari kiamat. Mereka ingin
menyesatkan semua manusia untuk diajak ke neraka dengan bujuk rayunya yang
manis. Maka berdasarkan ayat di atas, orang-orang yang ikhlas tidak akan dapat
digoda oleh iblis dan sekutunya karena mereka telah mendapatkan perlindungan dari
Allah SWT.
Kedua, dapat mengendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu merupakan salah satu
potensi yang ada dalam diri manusia yang selalu cendrung untuk mengajak manusia
kepada kesenangan-kesenangan badaniah, pemuasan syahwat dan keinginan-
keinginan rendah lainnya. Hal ini sebagaimana diterangkan Allah dalam al-Qur’an
surat Yusuf: 53 yang artinya sebagai berikut: Dan aku tidak membebaskan diriku
(dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Di antara orang yang tidak mudah diperbudak oleh hawa nafsunya adalah
orang-orang yang ikhlas. Seperti dikisahkan dalam surat Yusuf: 24 tentang Yusuf
yang diajak berselingkuh oleh seorang wanita (Zulaikha), istri seorang raja Mesir.
Namun berkat perlindungan Allah, ia selamat dari godaan hawa nafsu yang akan
menjerumuskannya ke dalam kema’siatan.
Dengan demikian, sikap ikhlas akan membentengi manusia dari segala
dorongan dan bujukan hawa nafsu, seperti keinginan terhadap kemewahan,
kedudukan, harta, popularitas, simpati orang lain dan sebagainya. Di mana untuk
mewujudkan keinginan-keinginannya tersebut kadang-kadang seseorang cenderung
melakukan segala cara seperti dengan melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Di
samping itu juga tidak segan-segan untuk menjilat atasan dan menginjak
bawahannya, asalkan tujuannya tercapai.
Ketiga, do’anya akan dikabulkan Allah SWT.. Dalam menjalani
kehidupannya di dunia, manusia seringkali dihadapkan kepada berbagai problema
kehidupan yang tidak dapat ditanggulangi oleh dirinya sendiri. Dalam kondisi yang
demikian, manusia biasanya baru menyadari akan kelemahannya dan tidak henti-
hentinya berdo’a kepada Allah supaya cepat terbebas dari problema yang
dihadapinya. Meskipun demikian, Allah SWT. akan tetap mengabulkan permohonan
mereka jika memang dilakukannya dengan penuh keikhlasan. Sebagaimana dalam
firman Allah dalam surat Lukman ayat 32 yang artinya sebagai berikut: Dan apabila
mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka
sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak
ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.
Keempat, terhindar dari siksaan neraka dan masuk kedalam syurga di akhirat.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah SWT. Dalam al-Qur’an surat al-Shaffat : 40,
74, 128,160, dan 169. Ayat – ayat tersebut menjelaskan orang – orang yang telah
disucikan Allah dari segala dosa dan noda sehingga menjadi orang – orang pilihan
dan kesayangan-Nya.di dunia mereka telah diselamatkan dari segala kehinaan dan
bencana, seperti yang dialami kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad, Tsamud dan kaum yang
ingkar lainnya. Sementara di akhirat nanti mereka akan terbebas dari siksaan api
neraka, serta akan mendapatkan balasan yang sempurna atas amal saleh yang telah
mereka lakukan berupa kenikmatan di dalam surga yang tiada tandingannya,
kenikmatan yang belum pernah terlintas pada pendengaran, penglihatan, dan hati
manusia. Itulah balasan dari Allah SWT kepada orang – orang yang ikhlas dalam
beraqidah, beribadah, dan bermuamalah.
“Maksud Hadis Nabi SAW: “Sesungguhnya manusia yang pertama dihisab pada hari
kiamat nanti adalah seseorang yang mati syahid, di mana dia dihadapkan dan
diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya,
kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab:
Saya berjuang di jalan-Mu sehingga saya mati syahid. Allah berfirman: Kamu dusta,
kamu berjuang (dengan niat) agar dikatakan sebagai pemberani, dan hal itu sudah
terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang tersebut yang
akhirnya dia dilemparkan ke An Nar (neraka).
Kedua, seseorang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al Qur’an, dia
dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun
mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia
menjawab: Saya telah belajar dan mengajarkan Al Qur’an untuk-Mu. Allah
berfirman: Kamu dusta, kamu belajar Al Qur’an (dengan niat) agar dikatakan sebagai
orang yang alim (pintar), dan kamu membaca Al Qur’an agar dikatakan sebagai
seorang Qari’ (ahli membaca Al Qur’an), dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian
Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu yang akhirnya dia dilemparkan ke
dalam An Nar (neraka).
Demikianlah ketiga orang yang beramal dengan amalan mulia tetapi tidak didasari
keikhlasan kepada Allah. Allah lemparkan mereka ke dalam An Nar (neraka).
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil pelajaran daripada kisah
tersebut. “
Kesimpulan
Jadi antara taqwa dan ikhlas pada dasarnya satu kesatuan dalam ajaran islam.
Kedua unsur tersebut dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan dalam usaha
pencapaian kita menggapai ridha-Nya. Agar ibadah yang kita lakukan bukannya
hanya dijadikan sebagai penggugur kewajiban, tetapi ibadah kita juga bernilai atau
berkualitas dihadapan Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA