Anda di halaman 1dari 4

SOP

PENGUKURAN JUGULARIS VENA PRESSURE (JVP) NILAI

NO.DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

STANDAR TGL TERBIT


OPERASIONAL (Ns. Hendra Dwi Cahyono S.Kep., M.Kep)
PROSEDUR
JVP merupakan salah satu indicator yang dapat menggambarkan volume

PENGERTIAN pengisian dan tekanan pada jantung bagian kanan. Nilai normal dari
pengukuran JVP adalah <8 cmH2O. Peningkatan JVP merupakan tanda
dari gagal jantung kanan.
TUJUAN 1. Monitoring status hemodinamik
2. Monitoring tekanan vena central
INDIKASI Klien dengan gangguan system kardiovaskular  gagal jantung

KONTRA -
INDIKASI

PERSIAPAN 1. Posisikan klien supine, head up 30 – 45 derajat Nilai Nilai


KLIEN 2. Anjurkan klien dalam keadaan rileks atau santai Maks mahasiswa

1. Spidol
PERSIAPAN
ALAT 2. Penggaris 2 buah 10

1. Menjelaskan pada klien tujuan dari kegiatan yang akan di


lakukan
PERSIAPAN
PERAWAT 2. Menanyakan kesediaan klien
3. Memberikan kesempatan kien untuk bertanya
4. Menjaga privacy klien
PROSEDUR 1. Pemeriksa atau perawat berada di sebelah kanan klien
2. Posisikan klien dalam keadaan supine terlebih dahulu,
kemudian head up 30 – 45 derajat
3. Anjurkan klien tetap dalam keadaan rileks dan nyaman
4. Posisikan klien untuk menoleh atau menghadap kearah kiri
atau berlawanan dari perawat
5. Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna
terlihat, kemudian beri tanda pada area tersebut (titik
kolaps)
6. Dengan menggunakan penggaris ukurlah jarak vertikal
antara titik ini dengan angulus sternalis.
7. Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis
interna, anda dapat mencari pulsasi vena jugularis externa.
8. Tentukan jaraknya berapa cm dari bidang yang melalui
angulus ludovici (patokan jarak dari vena cava superior + 5
cm /selanjutnya disebut R cm)
9. Bila permukaan titik kolaps vena jugularis berada 5cm
dibawah bidang horizontal yang melalui angulus ludovici,
maka tekanan vena jugularis (CVP) sama dengan R-5 cm
H20, sedang bila titik kolapsnya berada 2 cm diatas berarti
CVP R + 2 cm H20.
10. Lakukan hal tersebut pada klien dalam posisi supine, head
up 30 – 45 derajat.

1. Evaluasi respon klien


2. Berikan dukungan positif untuk semua klien sebgai salah satu
EVALUASI motivasi untuk kesembuhan klien
3. Informasikan kepada klien hasil pengukuran beserta dengan
interpretasi hasil pengukurannya
DOKUMENTASI Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan,

SUMBER Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal


Bedah : Manajemen klinis untuk Hasil yang Diharapkan
(8th ed.). Singapore: Elsevier Inc
Potter, Patricia A. (2005). Fundamanetal of Nursing: Concepts,
Process, and Practice. 4/E. Mosby-Year Book Inc..
Smeltzer, S. C.& Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner &Suddarth. Alih bahasa, Agung
Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.
Ed.8.Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2011). Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta Indonesia: EGC Buku Kedokteran.
CARDIO THORACIC RATIO
(CTR)

Pengukuran Besar Jantung


Dari segi radiologis, salah satu cara untuk mengetahui pembesaran jantung adalah dengan
membandingkan diameter transversal maksmium jantung dengan diameter internal rongga toraks
atau disebut dengan cardio-thoracic ratio (CTR).
Cara pengukuran Cardio-Thoracic Ratio (CTR):
 Menarik garis imaginer M yang berjalan di tengah - tengah kolumna
vertebralis torakalis
 Garis A adalah jarak antara M dengan batas jantung sisi kanan yang terjauh
 Garis B adalah jarak antara M dengan batas kiri jantung yang terjauh
 Garis transversal C merupakan jarak terjauh dinding toraks bagian dalam

Anda mungkin juga menyukai