Anda di halaman 1dari 32

MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM

BOTANI &
FARMAKOGNOSI

TIM PENYUSUN
NURCHAMIDIN GOBEL, S.Farm., M.Farm.
Apt. ALMAHERA, S.Farm., M.Farm.

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang dengan karuniaNYA sehingga kami
diberikan kemudahan dalam penyusunan Modul Penuntun Praktikum Botani dan Farmakognosi.
Maksud penyusunan Modul Penuntun Praktikum ini adalah untuk membantu mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum yang menunjang pemahaman terhadap teori mata kuliah MAF Tumbuhan
dan Farmakognosi yang diberikan dalam perkuliahan.

Modul Penuntun Praktikum ini disusun berdasarkan literatur sebagai bahan acuan. Dalam
Modul Penuntun Praktikum ini hanya diberi beberapa contoh, sehingga mahasiswa masih perlu
mencari dan mempelajari literatur lain sebagai pendukung. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan Modul Penuntun Praktikum ini tentu masih ada kekurangan, sehingga kami
membutuhkan saran, kritik dan masukan dalam penyusunan dan revisi selanjutnya. Kami berharap
semoga Modul Praktikum ini bermanfaat.

Team Teaching

Mata Kuliah MAF Tumbuhan dan Farmakognosi


TATA TERTIB

Tata tertib ini hendaknya dibaca dengan seksama dan teliti, karena dengan mematuhi disiplin
itulah diperoleh ketertiban dalam Laboratorium.
1. Kebersihan Tempat Praktikum
a. Setiap kelompok praktikum hendaknya bekerja pada meja tertentu yang telah ditentukan
Dosen /Asisten Praktikum.
b. Selama bekerja jagalah agar tidak kotor, basah atau penuh dengan kotoran yang tidak
diperlukan, meja, lantai yang terkena zat padat/pereaksi harus segera dibersihkan.
c. Modul Penuntun harus selalu dijaga agar tidak terkena percikan zat kimia
d. Sebelum meninggalkan Laboratorium, meja harus dalam keadaan bersih.
e. Dilarang membuang zat yang tidak larut, asam basa pekat atau zat yang berbahaya
kedalam bak cuci. Sobekan kertas dan bekas korek api harus dibuang kedalam bak
sampah.
f. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok didalam laboratorium selama
melakukan percobaann.
2. Keamanan Laboratorium
a. Pada permulaan praktikum dan selanjutnya Dosen/Asisten akanmemberikan penjelasan
tentang tindakan-tindakan yang membahayakan yang harus dihindari. Setiap praktikan
harus mentaati peraturan-peraturan tersebut.
b. Kecerobohan dan tindakan tidak hati-hati akan merugikan pihak lain.
c. Penggunaan instrument listrik, harus diberitahukan (seizin) Dosen/Asisten praktikum.
3. Persiapan Praktikum
a. Setiap praktikan diwajibkan mempelajari petunjuk (Cara kerja) praktikum yang akan
dilakukan.
b. Modul Penuntun praktikum harus selalu dipersiapkan sebelum praktikum dimulai.
c. Sebelum percobaan dilakukan, praktikan mempunyai kesempatan untuk menanyakan
/mendiskusikan berbagai hal mengenai percobaan yang dilakukan.
4. Pelaksanaan Praktikum
a. Setiap percobaan dilakukan secara kelompok
b. Setiap praktikan diwajibkan mengenakan jas praktikum, masker, sepatu dan kaos kaki
selama melakukan praktikum.
c. Bagi wanita menggunakan rok, dan bagi pria menggunakan celana panjang yang bukan
jeans serta tidak menggunakan kaos oblong.
d. Hadir 10 menit sebulum pratikum dimulai.

5. Hal-Hal Lainnya Hanya Akan Disampaikan Langsung Saat Coaching Praktikum


LAPORAN PRAKTIKUM

1. Setiap praktikan ditugaskan membuat laporan, sebagai berikut:


a. Laporan sementara/jurnal, dibuat dan segera dimasukkan pada setiap praktikum
(percobaan) sebelum dilaksanakan dengan tulisan tangan menggunakan bolpoin tinta
hitam pada kertas folio bergaris (rapi dan tidak kotor).
b. Laporan akhir, dimasukkan setelah seluruh materi praktikum selesai dilaksanakan.
2. Laporan akhir dikerjakan dengan ketikan komputer menggunakan kertas A4 ukuran
70/80gram, margin 4 kiri, 4 cm atas, 3 cm bawah dan 3 cm kanan. Adapun format/Isi Laporan
Akhir:
a. Judul Percobaan
b. Tujuan Percobaan
c. Dasar Teori yang berkaitan dengan percobaan
d. Alat dan bahan yang digunakan
e. Prosedur Kerja (Diagram Alir)
f. Hasil Pengamatan
g. Pembahasan yang berisi hasil diskusi dan responsi
h. Kesimpulan
i. Kemungkinan kesalahan yang ada dalam praktikum
j. Daftar Pustaka yang berisi referensi primer dan sekunder (jurnal dan Publikasi ilmiah
lebih diutamakan)
EVALUASI PRAKTIKUM

Evaluasi praktikum dilakukan sebelum dan sesudah praktikum, berupa tugas pendahuluan,
responsi selama praktikum, dan penilaian laporan praktikum.
PANDUAN PENILAIAN
Penilaian dilakukan oleh asisten praktikum terhadap kinerja selama berada di
laboratorium.Komponen kinerja laboratorium meliputi :
a. Persiapan
Penilaian ini didasarkan tes praktikum/response pintu, jurnal/laporan sementara, tugas
pendahuluan, sikap, dan kelengkapan memasuki laboratorium, serta pengamatan
kelompok selama praktikum.
b. Keterampilan Laboratorium
Penilaian ini diberikan berdasarkan sikap selama percobaan berlangsung dengan
mengamati teknik, pengetahuan dasar teori, kerjasama kelompok, kecakapan bekerja
dengan petunjuk keselamatan, serta kemampuan untuk mengatasi kegagalan dalam
percobaan.
c. Laporan Praktikum
Laporan praktikum disusun berdasarkan hasil pengamatan dan laporan sementara pada
saat praktikum. Laporan lengkap dikumpulkan sebagai gabungan dari laporan mingguan (
/ percobaan ), dan dikumpulkan sebagai syarat pada saat ujian akhir.
PERCOBAAN 1
A. JUDUL

Cara menggunakan mikroskop, cara melihat sel di Mikroskop, Sel Parenkim, dan Sel
Stomata.

B. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami bagian-bagian dari mikroskop
2. Menggunakan mikroskop dengan benar dan tepat sehingga dapat
melakukan pemeriksaan secara mikroskopik pada percobaan setiap
percobaan
3. Melihat dan memahami bentuk-bentuk sel menggunakan mikroskop

C. Landasan Teori

Manusia memiliki kemampuan panca indera yang terbatas, oleh karena itu banyak
permasalahan yang dapat diselesaikan dengan bantuan alat-alat. Salah satu alat yang biasa
digunakan untuk membantu mata yaitu mikroskop. Ada beberapa jenis mikroskop,
diantaranya mikroskop monokuler (cahaya) dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya
dibedakan menjadi mikroskop biologi dan stereo. Mikroskop biologi, penyinarannya dapat
berupa sinar matahari atau lampu. Bayangan yang tampak pada mikroskop ini memiliki
panjang lebar, hanya sedikit memberi gambaran tentang tingginya. Objek yang akan diamati
harus memiliki ukuran yang kecil dan tipis sehingga dapat ditembus cahaya. Mikroskop
stereo digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu halus, transparan
maupun tidak transparan.

1. Mikroskop dan Komponen-komponennya

Mikroskop merupakan alat yang sederhana, kaki mikroskop dibuat berat agar
mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga system lensa, yakni lensa objekyif,
okuler dan kondensor. Lensa objektif dan okuler terdapat pada kedua ujung tabung
mikroskop, bisa lurus dan bisa berkepala monokuler atau binokuler.
Di ujung bawah mikroskop terdapat tempat kedudukan lensa objektif yang dipasangi
tiga atau lebih lensa objektif. Di bawah tabung mikroskop terdapat tempat dudukan preparat
atau meja mikroskop. Sistem lensa ketiga adalah kondensor, untuk menerangi objek dan
lensa- lensa mikroskop.
Pada mikroskop modern terdapat alat penerang yang dipasang di bagian dasar
mikroskop, berfungsi untuk menerangi spesimen. Pada mikroskop yang tanpa alat
penerangan, mempunyai cermin datar yang terdapat di bawah kondensor, berfungsi untuk
mengarahkan cahaya yang berasal dari sumber cahaya luar ke dalam kondensor.

2. Lensa-lensa Mikroskop

Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan yang pertama yakni


menemukan banyaknya struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir.
Ciri yang penting pada lensa objektif selain pembesarannya (misalnya 40 kali) adalah Nilai
Apertur (NA) yaitu ukuran daya pisah suatu lensa objektif yang akan menentukan daya pisah
spesimen, yakni kemampuan lensa objektif untuk menunjukkan struktur-struktur renik yang
berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Lensa okuler berfungsi memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif.
Pembesaran berkisar antara 4 kali sampai dengan 25 kali.
Kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada objek yang
akan difokus sehingga bila pengaturannnya tepat akan diperoleh daya pisah yang maksimal.
Jika daya pisah berkurang, dua benda tampak menjadi satu dan tidak lagi nampak sebagai
dua benda yang terpisah (A, B dan C).

A B C

Catatan: pembesaran kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop kurang baik.
3. Cara Menggunakan Mikroskop Dengan Cahaya Dari Luar

Agar diperoleh daya pisah yang maksimal, dilakukan langkah-langkah sebagai


berikut:

- Nyalakan lampu dan letakkan kurang lebih 25 cm dari mikroskop.


- Buka digfragma sampai maksimal.
- Atur posisi cermin datar/cekung sedemikian rupa sehingga lensa kondensor terang.
Catatan: cermin cekung digunakan jika memakai cahaya matahari atau bila tanpa
kondensor.
- Naikkan kondensor sampai maksimal dengan memutar tombol kondensor.
- Tempatkan preparat di atas meja mikroskop.
- Fokuskan pada preparat dengan menggunakan lensa objektif pembesaran 10 kali.
Catatan: sebelumnya turunkan tabung mikroskop atau naikkan meja mikroskop
(tergantung jenis mikroskop yang digunakan) sampai hampir menyentuh gelas
penutup. Kerjakan dengan pelan dan hati-hati! Melalui lesa okuler amati preparat
sampai terfokus dengan cara memutar pengatur kasar sehingga lensa objektif
terangkat ke atas.
- Tempatkan ujung pensil pada permukaan cermin cekung atau datar sambil melihat
melalui lensa okuler, fokuskan kondensor dengan memutar tombol pengatur
kondensor sampai ujung pensil jelas terfokus. Ini menjamin daya pisah yang
maksimal.
- Ambil lensa okuler, sementara lihatlah ke bawah melalui tabung mikroskop, aturlah
diafragma sampai ±2/3nya terbuka. (pengaturan celah diafragma untuk mengatur
pencahayaan dan meningkatkan kontras. Jika celah diafragma dibuka terlampau
lebar preparat akan sangat terang dan kontras berkurang sehingga struktur-struktur
kecil sulit dibedakan). : Prosedur ini hendaknya diulangi setiap kali menggunakan
lensa objektif yang berbeda pembesarannya, supaya diperoleh daya pisah yang
maksimal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan mikroskop:
1) Peganglah erat-erat lengan mikroskop dengan satu tangan, sedangkan tangan
yang lain pakailah untuk menyangga kaki mikroskop.
2) Gunakan mikroskop dengan lengannya menghadap anda.
3) Meja preparat harus tetap horizontal untuk mencegah agar preparat tidak jatuh.
4) Membersihkan lensa hanya dengan kertas lensa.
5) Biasakan kedua mata anda tetap terbuka ketika mengamati preparat, anda akan
segerabelajar untuk tidak peduli pada bayangan meja dan sisi mikroskop.
6) Setelah selesai menggunakan mikroskop, putar pengatur kasar agar terdapat
jarak antara lensa objektif dengan meja mikroskop. Aturlah cermin dalam
posisi tegak, masing-masing cermin cekung dan datar menghadap ke arah
samping. Bersihkan meja mikroskop dari kotoran dan tumpahan medium
dengan menggunakan tissue.

Gambar. Bagian-bagian Mikroskop

Sel merupakan unit terkecil dari bagian tubuh makhluk hidup yang mampu
melaksanakan suatu fungsi. Seperti halnya makhluk hidup, sel akan mengalami proses
kelahiran, tumbuh dewasa dan akhirnya mati. Sel yang telah mati biasanya ditandai dengan
hilangnya sitoplasma dan inti sel. Bentuk, ukuran serta struktur sel berbeda-beda. Ada sel
yang berbentuk kubus, persegi panjang, bulat dan polihedral. Ukuran sel berkisar dari
mikron sampai puluhan sentimeter. Struktur sel dapat sederhana sampai kompleks. Yang
dimaksud dengan struktur sel adalah susunan bagian dalam sel, yaitu organel-organel serta
komponen lain yang menyusun sel.
a) Sel Hidup dan Sel Mati
Ada dan tidaknya inti dan sitoplasma dipakai untuk membedakan
apakah sel masih hidup atau sudah mati. Sel yang telah mati akan kehilangan
inti dan sitoplasma, sehingga yang tampak hanya dinding sel. Untuk
meyakinkan apakah inti dan sitoplasma telah hilang sering kali sulit sebab
sitoplasma dan inti tidak berwarna. Adanya plastid, zat-zat warna, berbagai
macam kristal yang menyerupai protoplasma, akan membantu menentukan ada
tidaknya sitoplasma.
b) Bentuk Sel

Bentuk serta ukuran sel bervariasi, mudah diamati karena dinding sel
merupakan bagian sel yang mudah diamati.

c) Inti (Nukleus)

Hampir setiap sel mengandung sedikitnya satu nukleus. Nukleus sel


biasanya sukar dilihat di bawah mikroskop biasa, akan mudah dilihat setelah
diwarnai. Hal ini disebabkan karena nukleus bereaksi terhadap zat warna, atau
banyaknya zat warna yang diserap nukleus berbeda dibandingkan dengan bagian
sel yang lain.

d) Plastida

Sel tumbuhan umumnya mengandung plastida yaitu organel yang


berhubungan dengan sintesis dan penyimpanan makanan. Pada sel yang masih
muda, plastida berukuran kecil dan tidak berwarna, sedang pada sel dewasa
plastid menjadi besar. Plastid dapat dilihat dengan mudah walaupun tanpa
diwarnai karena kebanyakan plastida berwarna oleh pigmennya sendiri.
Kloroplas adalah plastid yang berwarna hijau karena sebagian besar
pigmennya berwarna hijau. Pigmen hijau ini disebut klorofil yang sangat penting
dalam fotosintesis. Kecuali klorofil, kloroplas juga mengandung pigmen-pigmen
karotenoid yaitu karoten yang berwarna jingga dan xantofil yang berwarna
kuning. Tetapi karena jumlahnya sangat sedikit maka kedua pigmen yang
disebutkan terakhir jarang tampak dalam kloroplas.
Kromoplas adalah plastid yang berwarna kuning, jingga, merah jingga dan
merah. Seringkali kloroplas dan kromoplas disebut sebgai kromatofora.
Kromoplas mengandung zat warna yang termaksud karotenoid yaitu xantofil yang
berwarna kuning (pada bunga-bunga berwarna kuning seperti Allamanda,
Thitonia dll). Bentuk kromoplas bermacam-macam yakni bentuk cakram, jarum
bersegi-segi dll. Leukoplas letaknya tersebar pada bagian tumbuhan seperti akar
dan organ lainnya yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Leukoplas
dapat mengubah glukosa menjadi pati dan pati ini diendapkan di dalam plastida
menjadi butir pati yang disebut amiloplas. Pati tersebut diendapkan mengelilingi
suatu butir awal yang dinamakan hilus atau hilum. Lapisan pati yang diendapkan
pada waktu yang berlainan tidak selalu sama kadarnya. Hal ini menimbulkan
garis-garis yang mengelilingi hilum tersebut (lapisan atau garis-garis itu terjadi
karena perbedaan
indeks refleksi cahaya).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Mikroskop, Gelas Objek, pinset, Gelas penutup, Beker glass, Pipet tetes,
Tabung reaksi kecil, Scalpel, Silet/cutter.
2. Bahan: Singkong (Manihot esculenta), Bawang Merah(Allium cepa), Daun Hydrilla
verticillata, Alga Spyrogyra sp. , Umbi Wortel (Daucus carota), Umbi Kentang
(Solanum tuberosum), alkohol, air,zat warna safranin O, Yodium.
E. PROSEDUR KERJA
1. Preparat : Empulur Singkong (Manihot esculenta)

Buatlah irisan melintang batang atau tangkai daun ubi kayu (Irisan dibuat setipis
mungkin dan tidak perlu terlalu lebar). Letakkan irisan tersebut pada gelas obyek.
Tambahkan 1-2 tetes medium air, sehingga akan dijumpai sel-sel empelur berupa selmati,
sehingga yang tampak adalah dinding sel serta rongga sel saja, tidak terdapat nukleus,
sitoplasma atau bagian-bagian sel lainnya. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran
lemah (10X). Gambar beberapa sel yang terlihat (Perhatikan sel-sel yang berada dibawah
atau diatasnya (sel-sel yang tidak terfokus), biasanya sel ini akan ikut tampak meskipun agak
kabur tetapi sel tersebut tidak perlu digambar).
2. Preparat : Sel Epidermis Bawang Merah (Allium cepa)

Potonglah 1 buah bawang merah segar. Ambillah salah satu lapisan yang berdaging.
Kemudian patahkan lapisan tersebut, sehingga bagian yang cekung tampak adanya
epidermis tipis. Dengan menggunakan pinset jepitlah epidermis tersebut dan lepaskan dari
umbinya secara perlahan-lahan. Letakkan potongan kecil epidermis tersebut pada gelas
objek dan jaga jangan sampai terjadi lipatan atau kerutan.. Tambahkan 1-2 tetes air
kemudian tutup dengan gelas penutup. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran paling
lemah (10X), kemudian gambar beberapa sel dan bagian-bagiannya. Teteskan 1 tetes zat
warna yodium disalah satu tepi gelas penutup dan isaplah dengan kertas pengisap pada sisi
berlawanan, kemudian amati dengan pembesaran yang lebih besar (40X) sehingga terlihat
dengan jelas bagian-bagian sel tersebut. Gambar sel dan bagian-bagian yang dikenali.

3. Preparat : Epidermis Daun Hydrilla verticillata

Ambil selembar daun muda Hydrilla verticillata, kemudian letakkan diatas gelas
objek lalu ditetesi dengan air. Tutup dengan kaca penutup dengan hati-hati jangan sampai
terbentuk gelembung udara. Amati bentuk selnya dibawah mikroskop. Perhatikan bentuk sel
dan bagian-bagiannya seperti butir-butir kloroplat-kloroplas dan vakuola pada sitoplasma
sel. Gambarlah sel secara lengkap dengan bagian- bagian yang dikenali.

4. Preparat Awetan : Alga Spyrogyra sp.

Ambil preparat awetan dari alga Spyrogyra sp. Letakkan diatas gelas objek kemudian
ditambahkan 1-2 tetes air. Amatilah preparat awetan alga Spyrogyra sp dengan pembesaran
lemah (10X) maka akan ditemukan kloroplas yang berbentuk spiral. Gambar sel secara
lengkap dengan bagian-bagian sel yang dikenali.

5. Preparat : Umbi Wortel (Daucus Carota)

Buat irisan melintang wortel, irisan halus setipis mungkin. Letakkan diatas gelas
objek dan tambahkan 1-2 tetes air. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah
(10X) m, maka akan terlihat sel-sel parenkim yang penuh dengan kromoplas yang berisi
karotren. Gambar bagian sel secara lengkap dan sebutkan bagian-bagianyang dapat dikenali.
6. Preparat : Umbi Kentang (Solanum tuberosum)

Buatlah irisan umbi kentang (kulit tidak diikut sertakan). Letakkan diatas gelas objek
dan tambahkan 1-2 tetes air. Amati dibawah mikroskop (akan melihat jaringan parenkim
yang penuh dengan amiloplas). Amati butir pati tersebut, kemudian berilah satu tetes
Yodium maka butir-butir pati akan tampak berwarna biru. Amati dan gambar beberapa
macam butir pati yang ditemukan.

F. LEMBAR KERJA, TUGAS PENDAHULUAN DAN LAPORAN SEMENTARA


HANYA AKAN DISAMPAIKAN LANGSUNG /SELESAI COACHING/SELESAI
PERCOBAAN
PERCOBAAN 2

A. JUDUL

Pembuatan Herbarium, Pembuatan dan Pemeriksaan Simplisia, dan Etnofarmasi


Tanaman Obat

B. TUJUAN
1. Membuat herbarium kering
2. Membuat simplisia nabati

C. LANDASAN TEORI

Menurut FI III: Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, yang
belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Bahan baku simplisia diperoleh dari tanaman liar atau tanaman budidaya.
Jika simplisia diperoleh dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, tempat
tumbuh dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat dipantau.

1. Tata nama simplisia


a) Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas
gabungan nama simplisia diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh : Piperis
albi Fructus
/ Piperis Albi Fructus
Nama Tanaman : Piperis Albi, Bagian Tanaman = Fructus (Buah)
b) Penyebutan simplisia dalam buku teks sering tidak mengikuti aturan diatas:
- Calami Rhizoma : nama spesies (Acarus calamus) diikuti bagian tanaman.
- Psidium Folium : nama ganus (Psidium guajava) diikuti bagian tanaman.
- Oleum Ricini : Minyak Jarak (Ricinus Communis) tanpa bagian tanaman.
- Lycopodium : nama spora, tanpa nama tanaman.
- Cera Flava : nama lilin, tanpa diikuti nama bagian asal.
- Chinae Cortex : nama daerah tanaman Cinchona succirubra (kina).
NO NAMA BAGIAN TANAMAN CONTOH
. SIMPLISIA
LATIN INDONESIA
1 Radix Akar Caricae Radix
2 Rhizoma Rhizoma, Curcumae Rhizoma
Rimpang
3 Tuber Umbi Solanii Tuber
4 Bulbus Umbi lapis Alii Sativi Bulbus
5 Lignum Kayu Sappan Lignum
6 Cortex Kulit batang, klika Cinnamomi Cortex
7 Folium Daun Psidii Folium
8 Flos Bunga Myristicae flos
9 Fructus Buah Bruceae Fructus
1 Semen Biji Coffeae Semen
0
1 Herba Herba, Terna Phylanthi Herba
1

2. Proses Pembuatan Simplisia meliputi tahap-tahap :


a) Pengumpulan bahan/panen harus memperhatikan bagian tanaman yang diambil
(bebas dari penyakit tanaman dan segar), waktu panen (umur tanaman dan
lingkungan tempat tumbuh), dan teknik pengambilan (manual atau mesin).
b) Sortasi basah, memisahkan dari tanah, dan bagian lain yang tidak dikehendaki.
c) Pencucian, untuk membersihkan kotoran yang melekat.
d) Pengubahan bentuk, untuk memperluas permukaan bahan baku sehingga
memperepat proses pengeringan, meliputi : perajanngan, pengupasan, pemiprilan
(pemisahan biji dari bonggol), pemitingan dan penyerutan.
e) Pengeringan, untuk menurunkan kadar air (±5-15%), mencegah tumbuhnya
kapang dan bakteri, memudahkan proses pengolahan selanjutnya. Pengeringan
dapat dilakukan dengan diangin-anginkan, dijemur dibawah sinar matahari
langsung atau dengan mesin (oven) yang diatur suhunya.
f) Sortasi kering, dilkukan setelah proses pengeringan.
g) Pengawetan (untuk pembuatan herbarium), dilakukan sebelum pengeringan
simplisia, dengan cara merendam simplisia dalam alkohol 70%, atau dialiri uap
panas.
3. Pemeriksaan Simplisia

Tujuan pemeriksaan mutu simplisia agar diperoleh simplisia yang memenuhi


persyaratan umum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dalam buku-buku
resmi seperti Materia Medika indonesia (MMI), Farmakope Indonesia (FI), Ekstra
Farmakope Indonesia (EFI). Pemeriksaan Mutu Simplisia terdiri atas pemeriksaan:

a) Identifikasi, meliputi pemeriksaan:


1) Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan/simplisia.
Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai
bentuk dan rasa yang dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk mengenal
simplisia nabati sebagai syarat baku.
2) Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik paparan mengenai bentuk
ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan.
3) Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis, penampang melintang
simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai :
o Jaringan pada batang, akar dan rimpang terdiri dari :
- Jaringan primer (epidermis, cortekx, endodermis, caspari, perisikel,
silinder pusat dan empelur).
- Jaringan sekunder (periderm, felogen dan ritidom).
- Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder.
o Jaringan pada daun, terdiri dari :
- Tipe stomata
- Jenis rambut (rambut penutup dan rambut kelenjar)
o Jaringan pada daun, batang dan akar ,terdiri dari :
- Tipe sel idioblas
- Tipe sel sklerenkim
4) Tetapan Fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur,
rotasi optik, mikrosublimasi dan rekristalisasi.
5) Kimiawi, meliputi reaksi : warna, pengendapan, penggaraman, logam dan
kompleks.
6) Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka
kuman, pencemaran dan percobaan terhadap hewan.
b) Analisis bahan, meliputi penetapan jenis konstituen (zat kandungan), kadar
konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi
simplisia.
c) Kemurnian, meliputi kromatografi : kinerja tinggi, lapisan tipis, kolom, kertas,
dan gas untuk menentukan, senyawa atau komponen kimia tunggal dalam
simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.

D. PEREAKSI DAN ALAT


1. Pereaksi yang digunakan : larutan kloralhidrat.
2. Alat yang diperlukan : gelas obyek, lampu spiritus,gelas penutup, penjepit,
mikroskop, kertas dan pensil, pipet tetes.

E. PROSEDUR KERJA
1. Buat simplisia dari tanaman sesuai dengan cara pembuatan simplisia, masukkan dalam
wadah terpisah (bentuk haksel dan serbuk), dan beri label.
2. Buat herbarium kering, lengkapi dengan etiket tempel, dan klasifikasi tanaman.
3. Periksa organoleptik simplisia yang anda buat, meliputi pemeriksaan bau, warna dan
rasa.
4. Periksa makroskopik simplisia, meliputi bentuk tanaman utuh atau hasil
potongan/rajangan (haksel).
5. Lakukan pemeriksaan mikroskopik simplisia dengan cara :
- Iris secara melintang bagian tanaman segar (daun, batang, akar atau bagian yang
dibuat simplisia), letakkan diatas objek, tetesi sedikit air, gliserin atau
kloralhidrat, tutup dengan dek gelas dan difiksasi. Amati dibawah mikroskop.
Gambarkan bentuk- bentuk jaringan atau sel yang diamati.
- Iris secara membujur daun segar untuk melihat bentuk tipe stomata, dan rambut
(rambut penutup atau rambut kelenjar) tanaman. Amati dibawah mikroskop.
- Letakkan serbuk simplisia diatas objek gelas, tetesi dengan kloralhidrat kecuali
amilum ditetesi air, fiksasi, tutup dengan dek gelas dan amati dibawah
mikriskop. Gambarkan bentuk fragmen yang diamati.
6. Buatlah laporan hasil pemeriksaan simplisia nabati yang anda lakukan.

F. LEMBAR KERJA, TUGAS PENDAHULUAN DAN LAPORAN SEMENTARA


HANYA AKAN DISAMPAIKAN LANGSUNG /SELESAI COACHING/SELESAI
PERCOBAAN
PERCOBAAN 3

A. JUDUL
Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia A.

B. TUJUAN
Menentukan golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia dengan
melakukan identifikasi kandungan kimia menggunakan pereaksi tertentu.

C. LANDASAN TEORI
Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan obat
kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan.Mengetahui
kandungan senyawa apa saja yang terkandung dalam simplisia yang akan kita gunakan juga
penting dalam pemanfaatan simplisia tersebut untuk pengobatan.
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada
suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk menentukan metode ekstraksi yang
akan digunakan agar komponen aktif yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara
optimal.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Tabung Reaksi, Pipet tetes, Lampu spiritus, Penangas air, cawan porselen,
objek gelas, kaca arloji.
2. Bahan : Bahan yang digunakan : floroglusin, asam klorida, sudan III, Kloralhidrat,
etanol 96% , minyak lemak atau adeps lanae, kloroform, asam cuka anhidrat, asam
sulfat pekat, Iodium 0,1 N, merah ruthenium, seng (II) klorida beriodium, Brom,
FeCl3 1 N, NaOH, kalium hidroksida etanol, fosfomolibdat asam sulfat, asam
diazobenzensulfonat, metanol, FeCl3 1%, milon, indofenol, air panas, asam
hidroklorida 2 N, petroleum eter, etanol 95%, serbuk Mg, HCl, molish, alfa naftol, luff
dan NaOH, barfoed, asam sulfat, benzene, ammonia 10%, hexan, petroleum eter,
NaSO4 anhidrat, Pereaksi liberman – bouchardat, Pereaksi salkwowski, mayer,
bouchardat, air.
E. PROSEDUR KERJA
1. Reaksi warna : dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat baik sebagai
hasil Mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk simplisia (uji histokimia).
a) Lignin
Basahi irisan taau serbuk dengan larutan floroglusin P, amati dalam asam klorida
P, dinding sel berwarna merah.
b) Suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin.
Serbuk atau irisan diletkakan diatas kaca objek, tambahkan beberapa tetes sudan
III LP, bahan dapat dijernihkan dengan Kloralhidrat LP, kecuali bahan yang
mengandung minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit – 48 jam dalam bejana
tetutup yang didalamnya terdapat cawan berisi etanol 90% P. Bagian yang
mengandung suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin berwarna
jingga.
Uji adanya sterol dengan reaksi Liebermann Burchard : sepuluh tetes minyak
lemak atau 0,5 gram adeps lanae dilarutkan dalam 5 ml kloroform, tambahkan
asam cuka anhidrat 1 mL dan asam sulfat pekat 2 tetes dengan hati-hati. Campur
dan amati warna yang terjadi ! reaksi positif bila terjadi warna hijau zamrud.

c) Pati dan Aleuron


Tambahkan Iodium 0,1 N pada bahan yang akan diperiksa, pati berwarna biru,
dan aleuron warna kuning coklat sampai coklat.
d) Lendir dan pektin
Letakkan serbuk / bahan diatas kaca objek, ditambahkan beberapa tetes merah
ruthenium LP , tutup dengan kaca penutup biarkan selama 15 menit, lendir asam
dan pektin berwarna merah intensif.
e) Selulosa
Bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida beriodium, memberikan warna ungu
merah.
f) Tanin (pirogalol)
o Katekol
- Sampel ditambahkan larutan Brom, akan membentuk endapan.
- Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, menghasilkan warna hijau.
o Pirogalotanin
- Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, menghasilkan warna biru.
- Sampel dibasahi dengan larutan Brom, tidak terjadi endapan.serbuk
ditambahkan dengan NaOH, jika mengandung tanin akan menghasilkan
warna merah coklat.
g) Dioksiantrakinon bebas
Serbuk dalam tabung reaksi ditambahkan kalium hidroksida etanol LP, terbentuk
warna merah.
h) Fenol
Mikrosublimasi dilakukan dengan cara serbuk dalam vial dilarutkan dengan air,
dan ditutup dengan objek gelas dan diatas objek gelas diberi kapas, dipanaskan
hingga menyublin.
- Hasil mikrosublimasi tambahkan fosfomolibdat asam sulfat LP, terjadi
warna biru.
- Hasil mikrosublimasi tambahkan asam diazobenzensulfonat LP, terjadi
warna biru.
- Ekstrak metanol ditambahkan :
• Larutan besi (III) klorida 1%, terbentuk warna ungu biru
• Pereaksi milon, terbentuk warna merah ungu
• Pereaksi indofenol, terbentuk warna hijau biru yang stabil.
i) Saponin
Masukkan 0,5 g serbuk dalam tabung rekasi, tambahkan 10 ml air panas,
dinginkan, kemudian kocok kuat selama 10 detik, terbentuk buih yang mantap
selama ± 10 menit setinggi 1-10 cm, dan pada penammbahan 1 tetes asam
hidroklorida 2 N, buih tidak hilang.
j) Flavanoid
Sebanyak 0,5 gram serbuk disari dengan 10 ml metanol selama 10 menit di atas
penangas air, dicegah agar pelarut tidak banyak menguap, saring selagi pelarut
masih panas dengan menggunakan kertas saring. Encerkan filtrat dengan 10 ml air
dan dipindah ke corong pisah, tambahkan 5 ml petroleum eter, kocok hati-hati.
Setelah didiamkan beberapa saat, pisahkan fase metanol. Uapkan fase metanol
hingga kering, dan residu yang tersisa dilarutkan dalam 5 ml etanol 95% P,
tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 ml asam klorida P, jika terjadi warna
merah jingga – merah ungu berarti ada flavanoid, dan jika kuning jingga terdapat
flavon, kalkon dan auron.

k) Karbohidrat
Serbuk dilarutkan dengan air, larutan serbuk simplisia disentrifugasi, filtrat dibagi 3
:
- Filtrat I ditambahkan molish, alfa naftol, dan HCL 20% terbentuk cincin
ungu.
- Filtrat II ditambahkan larutan luff dan NaOH, akan terbentuk warna merah
setelah dipanaskan.
- Filtrat III ditambahkan larutan barfoed dan NaOH berwarba merah jika
dipanaskan.
Dapat pula menggunakan ekstrak etanol – air 2 mL dalam cawan porselen,
diuapkan, ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat P, diamkan selama 4 menit,
tambahkan pereaksi molish, akan terbentuk warna merah.
l) Glikosida (secara umum)
Ekstrak metanol dimasukkan dalam 3 tabung reaksi, dan ditambahkan :
- Larutan besi (III) klorida 3 ml, dan 1 ml Asam klorida P, terjadi warna
coklat kemerahan perlahan berubah menjadi violet atau ungu.
- Pelarut benzene 5 ml, pisahkan, lapisan benzene ditambahkan 3 ml larutan
ammonia 10%, terbentuk warna merah muda pucat.
- Larutan ammonia encer 3,5%, lalu dikocok, terjadi warna merah
lembayung.
m) Glikosida Antrakinon
Campur 200 mg serbuk simplisia dengan 45 ml asam sulfat encer P, didihkan
sebentar, dinginkan, tambahkan 10 ml benzene P, kocok, diamkan. Pisahkan
lapisan benzene saring, filtrat berwarna kuning, menunjukkan adanya antrakinon.
Kocok lapisan benzene dengan 1-2 ml NaOH LP, diamkan, lapisan air berwarna
merah intensif, dan lapisan benzene tidak berwarna.

2. Reaksi Pengendapan
Alkaloida
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml air,
panaskan di atas tangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan masing-
masing 3 tetes filtrat pada dua kaca arloji :
- Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih.
- Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk
endapan berwarna coklat sampai hitam.

F. LEMBAR KERJA, TUGAS PENDAHULUAN DAN LAPORAN SEMENTARA


HANYA AKAN DISAMPAIKAN LANGSUNG /SELESAI COACHING/SELESAI
PERCOBAAN
PERCOBAAN 4
A. JUDUL
Identifikasi Amilum Secara Kimiawi dan Mikroskopi

B. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan dapat
membedakan macam-macam amilum yang umum digunakan dalam sediaan farmasi.

C. LANDASAN TEORI
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat di alam, sebagian besar
terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun
hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga
tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-
jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi.
Dalam dunia farmasi, amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan
sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi
tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan
secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa
digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria.
Jika ditinjau dari struktur anatominya, pada butir amilum tampak adanya lapisan
mengelilingi hilus, yang disebut lamela. Apabila hilum terletak di pinggir, disebut amilum
eksentris. Lapisan dalam amilum (lamela) terbentuk karena pemadatan molekul dan
perbedaan kadar air pada awal pertumbuhan tiap lapisan. Jumlah lamela pada amilum seleria
terkait dengan jumlah hari selama pertumbuhan amilum. Butir amilum jika dilihat dengan
mikroskop cahaya terpolarisasi tampak terang. Posisi hilus, bentuk dan ukuran butir,
maupun penampilannya sebagai amilum tunggal atau amilum majemuk memungkinkan
untuk mengenali spesies tumbuhan dengan melihat tepungnya.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Gelas Obyek, Gelas Penutup, Mikroskop, Beker Gelas, Pipet Tetes,
Tabung Reaksi kecil, dan Bunsen.
2. Bahan : Pati (beras, jagung, singkong, dan gandum), aquadest, dan larutan Iodium.
E. PROSEDUR KERJA
1. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodium
Buat larutan amilum 2%. Panaskan 5 menit (mendidih) lalu dinginkan, untuksemua jenis
amilum yang diperiksa masukan dalam tabung reaksi. Tambahkan 3 tetes larutan
iodium. Catat warna yang terjadi saat dipanaskan dan didinginkan untuk masingmasing
jenis amilum yang diperiksa, lalu bandingkan hasilnya dengan literature yang tersedia.
2. Pemeriksaan amilum secara mikroskopi
Ambil sedikit amilum (secukupnya). Letakkan di atas gelas obyek, tetesi dengan sedikit
air dan tutup dengan gelas penutup. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran
lemah dan perbesaran kuat. Analisis bentuk amilum dari masing-masing spesies
tanaman.
3. Gambarlah hasil pengamatan yang anda peroleh pada laporan sementara. Tunjukkan
bagian- bagian amilum hasil pengamatan anda, dan sebutkan nama amilum yang anda
periksa.
4. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing- masing amilum yang anda periksa.

F. LEMBAR KERJA, TUGAS PENDAHULUAN DAN LAPORAN SEMENTARA


HANYA AKAN DISAMPAIKAN LANGSUNG /SELESAI COACHING/SELESAI
PERCOBAAN
PERCOBAAN 5

A. JUDUL
Pembuatan Ekstrak
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan ekstrak dengan teknik maserasi dan
lain-lain.

C. LANDASAN TEORI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi
tanaman obat dengan ukuran pertikel tertentu dan menggunakan medium pengekstrasi
(menstrum) yang tertentu pula. Ekstraksi dapat dilakukan menurut berbagai cara. Ekstrak
yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micela”.
Micelle ini dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinctura
atau sebagai produk/bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak kering.
Adapun Metode Ekstraksi adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi dengan Pelarut
- Cara dingin => Maserasi dan Perkolasi
- Cara panas => Refluks, Soxhlet, Digesti, Infus, Dekok 2. Destilasi
2. Destilasi air & uap
3. Ekstraksi dengan cara lain
Pengambilan flavonoid dari suatu tanaman dapat dilakukan dengan ekstraksi. Selama
proses ekstraksi, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat kepolarannya.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu maserasi, perkolasi dan sokletasi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu
ekstraksi, jumlah sampel, suhu, dan jenis pelarut.
Metode ekstraksi secara maserasi merupakan metode pemisahan zat aktif secara
pengadukan dan penyaringan. Metode maserasi digunakan untuk membuat ekstrak
tumbuhan. Cairan pelarut masuk ke dalam sel menciptakan perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam dan di luar sel. Larutan konsentrasi rendah berada di dalam sel sedangkan
larutan konsentrasi tinggi terdesak keluar sel. Kelebihan dari metode maserasi adalah
biayanya yang murah, mudah untuk dilakukan dan tanpa pemanasan sehingga tidak merusak
senyawa flavonoid.
Ekstrak kasar pelarut metanol, etanol, air, dan aseton daun alpukat diambil 1 g
ditambahkan pelarut campuran klorofom: aquades sebanyak 1 ml dengan perbandingan 1:1
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dibiarkan sejenak hingga terbentuk dua lapisan.
Lapisan air yang berada diatas digunakan untuk pemeriksaan flavonoid. Lapisan air diambil
sedikit kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan sedikit bubuk logam
Mg serta beberapa tetes asam klorida (HCl) pekat. Reaksi positif ditandai dengan perubahan
warna menjadi kuning – orange.
Sebanyak 1 ml sampel dicampur dengan 4 ml akuades dan 0,3 ml larutan NaNO2
(10%). Setelah 5 menit, ditambahkan 0,3 ml larutan AlCl3 (10%), diikuti oleh 2 ml larutan
NaOH (1%), lalu langsung diuji dengan spektrofotometer. Absorbansi campuran diukur pada
panjang gelombang 510 nm. Kurva standar kuersetin disiapkan (0-12 mg / ml). Konsentrasi
flavonoid dalam sampel uji dihitung dari standar kalibrasi dan dinyatakan sebagai ekuivalen
kuersetin dalam mg / g sampel.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Maserator, Batang pengaduk, Corong Buchner, Beaker glass 100 ml, Botol
untuk menampung hasil saringan (maserat), Evaporator, Waterbath, Gelas untuk
menampung ekstrak kental, Blender, kertas saring Whatman no 1, shaker, timbangan
analitik, mikropipet, cawan aluminium, spektrofotometer UV –Vis, Centrifuge, rotary
vakum evaporator dan alat alat gelas lainnya.
2. Bahan : Bahan yang digunakan dalam metode ini adalah daun dengan kriteria warna
yang berwarna hijau muda. Daun muda diambil dari pucuk daun hingga 3 - 5 daun
dibawah pucuk, daun Pandan Wangi, daun Salam, dan Batang serai. Bahan kimia yang
digunakan antara lain: metanol 90%, etanol 90%, aquades, aseton 90 %, serbuk Mg, HCl
pekat, NaNO2 5%, AlCl3 10%, NaOH 4%, asam galat, DPPH.
E. PROSEDUR KERJA
CARA I
Persiapan sampel
Persiapan sampel meliputi persiapan bahan, pengecilan ukuran dari bahan. Bahan yang akan
diekstrak dicuci hingga bersih kemudian dilakukan pengecilan ukuran, daun salam, daun
alpukat, batang sereh, daun pandan diris tipis (lihat gambar dibawah ini) dan selanjutnya
diangin-anginkan selama 2 jam.
Proses Maserasi Sampel
Proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dengan waktu maserasi
selama 24 jam.
Dilarutkan dengan pelarut sebanyak 500 ml dengan perbandingan antara daun dengan
pelarut 1 : 4, kemudian dimaserasi selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah 24 jam,
larutan disaring menggunakan kertas whatman no 1 dengan bantuan pompa vakum.

CARA II
1. Timbang serbuk daun sebanyak 1 kg
2. Masukkan ke dalam bejana maserasi (toples kaca)
3. Tambahkan air dengan perbandingan serbuk daun sdan Air 1:4
4. Tutup toples dan biarkan selama 2 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya
(toples ditutup dengan aluminium foil) sambil berulang-ulang diaduk
5. Ambil filtratnya, ampas diperas dengan menggunakan kain flannel
6. Ampas nya lakukan remaserasi
7. Semua sari yang diperoleh dikumpulkan dan uapkan hingga diperoleh ekstrak kental
8. Hitung rendemen ekstrak

F. SAMPAI JUMPA PADA UJIAN PRAKTIKUM


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Jilid VI. Depkes RI. Jakarta
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia jilid VI. Depkes RI. Jakarta.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2014. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Pratiwi, M., M. Suzery, B. Cahyono. 2010. Total Fenolat dan Flavonoid Dari Ekstrak
dan Fraksi Daun Kumis Kucing (Orthosphon stamineus B.) Jawa Tengah Serta
Antioksidannya. Universitas Diponegoro.
Singh, R, P.K. Verma, dan G. Singh. 2012. Total Phenolic, Flavonoids and Tannin
Contents in Different Extracts of Artemisia absinthium. J. Intercult.
Ethnopharmacol.

Anda mungkin juga menyukai