Anda di halaman 1dari 17

PERAN POLA KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA

WFH DAN WFO PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH


KANTOR ADMINISTRASI WALIKOTA JAKARTA PUSAT

Disusun Oleh :
Nama : Khairani Nisa Syukryyah
NIM : 202041101
Kelas :A
Mata Kuliah : Komunikasi Kelompok
Dosen Pengampu : Novalia Agung Wardjito Ardhoyo, M.Ikom

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
PERAN POLA KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA WFH
DAN WFO PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KANTOR ADMINISTRASI
WALIKOTA JAKARTA PUSAT
Oleh :

Khairani Nisa Syukryyah ( 202041101)

Novalia Agung Wardjito Ardhoyo, M.Ikom

Khairani.nisa20@gmail.com

Universitas Prof. Dr. Moestopo ( Beragama )

Abstrak - Manusia merupakan mahluk yang dinamis, di dalam kehidupannya manusia


memerlukan komunikasi sebagai wadah untuk berinteraksi dengan manusia lainnya.
Namun pada Tahun 2020 merupakan awal dari sebuah pandemi besar bagi seluruh bagian
di dunia yang menyebabkan banyak nya terjadi perubahan sehingga antar individu
diharuskan untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi ini. Sebagai akibatnya banyak
kantor baik pemerintah maupun swasta yang kemudian menerapkan skema bekerja dari
rumah (Work from Home/WFH). Sama hal nya dengan Kantor Administrasi Walikota
Jakarta Pusat. Dimana penetapan WFH dan WFO sudah dimulai sejak maret 2020.
Banyak terjadi problematika dikarenakan sistem yang baru, namun dengan adanya
koordinasi serta penetapan beberapa peraturan baru membuat sistem kerja yang semula
sedikit berantakan menjadi lebih tersusun. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk
mengetahui bagaimana peran komunikasi kelompok bekerja di dalam Suku Bidang
Badan Pengelola Keuangan Daerah Kantor Administrasi Walikota Jakarta Pusat.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pendekatan kualitatif dimana penulis
melakukan sesi wawancara terhadap beberapa pegawai negri yang aktif bekerja sejak
awal pandemi hingga sekarang.

Kata kunci : komunikasi kelompok, work from home, pandemic, Kantor Administrasi
Walikota Jakarta Pusat.

I. Pendahuluan
Manusia merupakan mahluk yang dinamis, di dalam kehidupannya manusia
memerlukan komunikasi sebagai wadah untuk berinteraksi dengan manusia lainnya.
Segala aktifitas manusia memerlukan komunikasi di dalam nya agar makna yang dimiliki
oleh individu dapat dimengerti oleh individu lainnya. Sepanjang sejarah kehidupan
manusia, belum ditemukan manusia yang tidak menggunakan kegiatan komunikasi.
Karena komunikasi merupakan penunjang kegiatan manusia untuk dapat memiliki
hubungan relasi dengan yang lainnya, baik di lingkungan rumah, pekerjaan, hubungan
bermasyarakat, dan lainnya manusia harus melakukan Tindakan komunikasi. Sifat
manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain,
merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang
isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang itu
dalam bentuk bahasa verbal. Dimana Menurut Raymond Ross, komunikasi merupakan
proses menyortir , memilih, serta pengiriman simbol - simbol yang sedemikian rupa
sehingga membantu pendengar menanggapinya dengan respon atau makna dari
pemikiran yang sama dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. (Mulyana, 2008: 69).
Namun pada Tahun 2020 merupakan awal dari sebuah pandemi besar bagi
seluruh bagian di dunia yang menyebabkan banyak nya terjadi perubahan sehingga antar
individu diharuskan untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi ini. Banyak negara yang
belum siap untuk menghadapi pandemi besar ini namun terpaksa harus siap siaga untuk
menghadapi pandemi ini. Berbagai negara kemudian mulai menerapkan Protokol Covid-
19 sesuai dengan anjuran World Health Organization (WHO), mulai dari cuci tangan,
tidak berkumpul/melakukan pertemuan, menjaga jarak, membatasi keluar rumah bahkan
dilakukan langkah isolasi mulai isolasi mandiri perorangan, komunitas, bahkan seluruh
kota (mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB sampai lock down). Sebagai
akibatnya banyak kantor baik pemerintah maupun swasta yang kemudian menerapkan
skema bekerja dari rumah (Working from Home/WFH).
Tren bekerja dari rumah memang tidak sepopuler bekerja dari kantor, tetapi pada
1970-an seorang mantan insinyur NASA, Jack Nilles mulai membuat konsep bekerja dari
rumah (pekerjaan tidak dilakukan di kantor). Teknologi komunikasi menjadi andalan
setelah sistem bekerja dari rumah ini diterapkan. karena, sistem bekerja dari rumah di era
ini berbeda dengan sistem bekerja dari rumah di abad-abad sebelumnya, di mana
karyawan tidur dan bekerja di tempat yang sama.
Dikutip dari Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 63 Tahun
2021, dijelaskan bahwa untuk sektor-sektor non-esensial, kapasitas kantor yang
melaksanakan WFO maksimal sebesar 50 persen. Sebelumnya, kapasitas maksimal
perkantoran di DKI Jakarta sudah diizinkan mencapai 75 persen. Sementara itu, kapasitas
kantor untuk sektor esensial pada PPKM level 2 berbeda-beda tergantung pada jenis
industri. Untuk sektor keuangan dan perbankan, seperti asuransi, bank, pegadaian, bursa
berjangka, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan yang berorientasi pada pelayanan fisik
dengan pelanggan, dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 75 persen.
Pada kasus WFH dan WFO ini, bukan hanya satu dua kantor yang terdampak.
Namun Sebagian besar kantor pun terdampak hal ini. Salah satunya adalah kantor
institusi milih pemerintah daerah ibu kota DKI Jakarta. Pada penulisan jurnal kali ini
yang akan dijadikan sample adalah Kantor Administrasi Walikota Jakarta Pusat pada
bagian BPKD ( Badan Pengelola Keuangan Daerah ). Dimana sistematis WFH dan WFO
sudah berlangsung sejak awal pandemic menyerang negara ini. Banyak kebijakan yang
dilakukan oleh kepala BPKD agar koordinasi pesan antar staff nya berjalan dengan baik.
Oleh karna itu penulis akan memberikan pemaparan bagaimana sistematis koordinasi
pesan selama WFH dan WFO berlangsung di BPKD Walikota Jakarta Pusat.
Pengertian Work From Home ( WFH ) dan Work From Office ( WFO )
Dikutip dari Glints.com pengertian WFH sendiri merupakan sebuah kegiatan
kerja yang dapat dilakukan dimanapun tanpa Batasan tempat seperti dikantor dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan internet yang sudah mulai berkembang.
Walaupun begitu bagi beberapa instansi mewajibkan karyawannya untuk tetap standby
apabila team yang bekerja di kantor memerlukan bantuan. Namun tidak menutup
kemungkinan bagi beberapa tempat kerja memberikan sedikit kebebasan bagi para
karyawan nya untuk sambil mengurus keperluan pribadi nya.
Sebelum diberlakukan sistem kerja WFH, WFO jauh lebih dulu eksis. Dimana
WFO merupakan kerja yang dilakukan di kantor sebagaimana mestinya. Sebelum
pandemi covid 19 ini merebak dan meledak di Indonesia, sistem kerja yang ada di
Indonesia merupakan sistem WFO yang dimana mengharuskan para karyawannya untuk
datang tepat waktu pada pukul 8 pagi dan diperbolehkan untuk pulang pada jam 5 sore.
Dimana tidak ada pembatasan jumlah karyawan di dalam kantor sehingga sistem kerja
WFO ini sangat berjalan dengan baik di Indonesia.
Pengertian Etika
Pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara
yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan
perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat kaitannya dengan sifat baik
dan buruknya individu di dalam bermasyarakat.

Menurut Aristoteles yang merupakan seorang filsuf asal Yunani dan murid dari
Plato berpendapat dengan membagi etika menjadi 2 pengertian, yakni Terminius
Technicus dan Manner and Cutom.

Terminius Technicus merupakan etika sebagai ilmu pengetahuan yang


mempelajari problema tingkah laku atau perbuatan individu (manusia),
sedangkan Manner and Cutom merupakan pengkajian etika berkaitan dengan tata cara
dan adat yang melekat dalam diri individu, serta terkait dengan baik dan buruknya
tingkah laku, perbuatan, ataupun perilaku individu tersebut.

Dengan begitu, Etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruknya serta
kewajiban, hak, dan tanggung jawab, baik itu secara sosial maupun moral, pada setiap
individu di dalam kehidupan bermasyarakatnya. Atau bisa dikatakan juga bahwa etika
mencakup nilai yang berhubungan dengan akhlak individu terkait benar dan salahnya.

jenis etika yang dapat kita jumpai di lingkungan sekitar, misalnya, etika berteman,
etika profesi atau kerja, etika dalam rumah tangga, etika dalam melakukan bisnis, dan
semacamnya.

Etika tentunya harus dimiliki oleh setiap individu dan sangat dibutuhkan dalam
bersosialisasi yang mana hal itu menjadi jembatan agar terciptanya suatu kondisi yang
baik di dalam kehidupan bermasyarakat.

Etika Work From Home ( WFH )


Bekerja dari rumah atau WFH juga memiliki etika dan aturan agar baik bagi para
karyawan yang ada di rumah atau dikantor tidak merasa kesulitan dalam mengkoordinasi
pesan terlebih lagi apabila karyawan membutuhkan data atau informasi akan pekerjaan
mereka. Kembali mengutip dari glints.com berikut beberapa etika bekerja dari rumah
atau WFH bagi para pekerja nya :
1. Buat jadwal kerja yang jelas
Tantangan pada saat work from home adalah menyusun jadwal bekerja yang
jelas antara pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah. Dikarenakan berada di
tempat yang fleksible hal itu menyebabkan pembagiaan prioritas kerja
bercabang, tentunya hal tersebut para karyawan akan lebih mudah tergoda
untuk bersantai atau mengerjakan hal lain selain bekerja. Meski kenyamanan
dapat mendukung kualitas dari pekerjaan, oleh karena itu para karyawan
disarankan lebih baik membuat prioritas jadwal bekerja agar pada saat bekerja
dari rumah karyawan tidak terdistraksi dengan pekerjaan lain sehingga dapat
bekerja dengan focus membantu karyawan yang sedang bekerja di kantor.
2. Menciptakan ruang kerja yang nyaman
Selain membuat jadwal kerja yang jelas, para karyawan juga disarankan untuk
menciptakan ruang kerja yang nyaman dan terorganisir, agar para karyawan
dapat bekerja dengan nyaman tanpa harus terdistraksi dengan kondisi rumah
yang mendukung untuk beristirahat. Para karyawan bisa menggunakan trik
seperti membuat space kerja dirumah yang terpisah dari kamar atau berjarak
dari Kasur. Tak luput juga dengan melengkapi perlengkapan kebutuhan kerja
di meja kerja tersebut agar suasana nya mendukung untuk bekerja.
3. Melakukan rutinitas selayaknya WFO
Dengan melakukan rutinitas selayaknya WFO, maka akan membuat karyawan
akan merasakan excitement yang sama seperti pada saat WFO. Sesederhana
mandi atau membersihkan tubuh, mengecheck pekerjaan yang akan
dikerjakan dalam 1 hari, menggunakan pakaian yang rapih, serta
membersihkan ruangan kerja agar nyaman untuk digunakan bekerja dalam 1
hari.
Selain agar memberikan suasana yang kondusif untuk bekerja, melakukan hal
ini juga berdampak baik apabila karyawan dibutuhkan segera untuk datang ke
kantor atau menghadiri rapat secara offline. Sehingga karyawan tidak
memakan waktu lama untuk segera datang ke lokasi yang dituju.
4. Tetap siaga walaupun sedang WFH
Kondisi WFH terkadang membuat para karyawan terlena untuk melakukan
banyak aktifitas dalam satu waktu seperti meeting sambil masak, seminar
sambil bebersih rumah, atau banyak kegiatan yang dapat dikerjakan Bersama
dalam satu waktu dilakukan oleh para karyawan. Namun walaupun seperti itu
diharapkan para karyawan tetap siaga dalam berkomunikasi dengan para
karyawan yang sedang WFO. Sehingga pekerjaan tidak tertunda dan dapat
berjalan secara maksimal.

Tantangan pada saat menjalani kegiatan WFH


Dalam menjalani suatu sistem pasti tidak luput dari kekurangan atau tantangan
tersendiri. Keberadaan covid yang terus berkembang terus menekan para petinggi negara
untuk mengambil kebijakan yang cepat dan tepat. Agar penyebaran virus covid dapat
dihambat. Pemerintah menerapkan sistem WFH dan WFO sejak maret 2020 sampai
dengan sekarang. Banyak kendala yang dirasakan oleh karyawan maupun perusahaan.
Baik dari sisi internal maupun eksternal. Berikut merupakan 3 tantangan terbesar yang
dirasakan oleh para karyawan dalam menjalankan sistem WFH :
1. Koneksi internet yang tidak stabil
Tidak dipungkiri baik WFH ataupun WFO pekerjaan para karyawannya
ditunjang oleh internet yang memadai. Namun pada saat karyawan bekerja di
kantor, internet yang digunakan merupakan internet yang disediakan oleh
kantor berupa WiFi kantor. Berbeda apabila dengan WFH yang
mengharuskan para karyawan menggunakan koneksi internet pribadi baik
menggunakan WiFi atau bahkan dengan hostpot pribadi. Hal tersebut
menyebabkan kondisi stabilitas yang berbeda antar karyawan sesuai dengan
provider apa yang digunakan oleh karyawan tersebut. Disisi lain, Hal ini
dapat terjadi mengingat sebagian besar penyedia telekomunikasi kerap
mengalami masalah saat mengatasi permintaan jaringan yang meningkat.
Sehingga, tak mengherankan jika aktivitas jaringan Anda kerap terganggu
saat WFH. 
2. Komunikasi yang tidak efektif
Pada saat WFH kantor juga dituntut untuk memberikan fasilitas bekerja yang
sama dengan fasilitas yang disediakan dikantor. Hal tersebut merupakan
hambatan yang dirasakan bagi beberapa perusahaan dikarenakan dana dan
peralatan yang kurang untuk memadai para karyawannya. Sehingga
keterbatasan komunikasi dan keterbatasan karyawannya dalam mengakses
beberapa data menyebabkan kondisi komunikasi antar para karyawan
terhambat dan tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, demi menjaga
kegiatan komunikasi yang baik selama WFH dan WFO maka perusahaan atau
instansi dituntut untuk memberikan fasilitas sebaik mungkin sesederhana
aplikasi meeting gratis yang dapat diakses oleh karyawannya sehingga
komunikasi antar karyawannya berjalan dengan baik.
3. Memonitor kinerja team
Bekerja dalam kelompok / team juga menjadi tantangan besar pada masa
pandemi seperti ini. Bagaimana tidak, yang tadi nya bisa bertemu dengan
individu lainnya secara langsung harus dilakukan secara online. Sehingga hal
tersebut menjadi penghambat dalam bekerja pada masa pandemic ini. Hal itu
dikarenakan pembatasan mobilitas dan pembatasan jumlah pekerja di dalam
kantor. Sebagai jembatan penghubung antara team tersebut maka kantor
kantor biasanya menyediakan software khusus yang dapat diakses oleh
karyawan kantor tersebut, atau dengan memberikan fasilitas layanan meeting
online seperti zoom, Gmeet, dan MsTeams secara gratis kepada karyawannya
untuk memudahkan koordinasi pekerjaan antar tiap karyawan.

II. Tinjauan Pustaka

Pengertian Komunikasi Kelompok


Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada
saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai
bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah nasehat tentang
cara-cara bagaimana yang harus ditempuh (Alvin A., 2006, p.6). Komunikasi kelompok
(group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator
dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Menurut Shaw (1976, p.
182) komunikasi kelompok adalah sekumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu
sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa
tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain, dan berkomunikasi tatap muka.
Komunikasi kelompok dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Sendjaja, 2008, p. 33)
1. Komunikasi Kelompok Kecil (micro group)- kelompok komunikasi yang dalam
situasi terdapat kesempatan untuk memberi tanggapan secara verbal atau dalam
komunikator dapat melakukan komunikasi antar pribadi dengan salah seorang
anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi, kelompok belajar,
seminar, dan lain-lain. Umpan balik yang diterima dalam komunikasi kelompok kecil
ini biasanya bersifat rasional, serta diantara anggota yang terkait dapat menjaga
perasaan masing-masing dan norma-norma yang ada. Dengan kata lain, anatara
komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab.
Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti
dan dapat menyanggal jika tidak setuju dan lain sebagainya.
2. Komunikasi Kelompok Besar- sekumpulan orang yang sangat banyak dan
komunikasi antar pribadi (kontak pribadi) jauh lebih kurang atau susah untuk
dilaksanakan, karena terlalu banyaknya orang yang berkumpul seperti halnya yang
terjadi pada acara tabligh akbar, kampanye, dan lainlain. Anggota kelompok besar
apabila memberitakan tanggapan kepada komunikator, biasanya bersifat emosional,
yang tidak dapat mengontrol emosinya. Lebih-lebih jika komunikan heterogen,
beragam dalam usia, pekerjaan, tingkat, pendidikan, agama, pengalaman, dan
sebagainya. Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi
tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan
JURNAL E-KOMUNIKASI VOL 3. NO.2 TAHUN 2015 Jurnal e-Komunikasi Hal.
4 mengatur sirkulasi komunikasi makna di anatara mereka, sehingga mampu
melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduaan di anatara mereka.
Proses Komunikasi Kelompok
Proses komunikasi pada dasarnya sama dengan komunikasi pada umumya, komponen
dasar yang digunakan dalam berkomunikasi adalah komunikan, komunikator (sender),
pesan (message), media (channel) dan respon (efect). Akan tetapi dalam komunikasi
kelompok proses komunikasi berlangsung secara tatap muka, dengan lebih
mengintensifkan tentang komunikasi dengan individu antar individu dan individu dengan
personal structural (formal). Ketika seluruh orang yang terlibat dalam komunitas atau
kelompok tersebut berkomunikasi di luar forum, maka komunikasi yang terjalin antar
individu berlangsung secara pribadi dan bahasa yang digunakan cenderung tidak formal.
Akan tetapi jika individu tersebut bertemu dalam satu forum yang dihadiri anggota
kelompok atau komunitas tersebut, maka komunikasi yang berlangsung akan cenderung
menggunakan bahasa yang lebih formal. Proses komunikasi kelompok dapat dijelaskan
sebagai berikut: (Golberg, 1985, p.24)
1. Komunikator (Sender).
Komunikator merupakan orang yang mengirimkan pesan yang berisi ide, gagasan,
opini dan lain-lain untuk disampaikan kepada seseorang (komunikan) dengan harapan
dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang
dimaksudkannya.Anggota dan pengurus dalam suatu kelompok atau komunitas bisa
menjadi komunikator ketika mereka melakukan proses komunikasi dalam proses
tersebut.
2. Pesan (Message).
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim
pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif jika diorganisir
secara baik dan jelas. Materi pesan yang disampaikan dapat berupa informasi, ajakan,
rencana kerja, pertanyaan dan lain sebagainya. Pada tahap ini pengirim pesan
membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain.
Tujuan menyampaikan pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap,
perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Media (Channel).
Media adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti TV, radio, surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan media jejaring sosial. Media yang terdapat dalam
komunikasi kelompok bermaca-macam, seperti rapat, seminar, pameran, diskusi
panel, workshop dan lain-lain. Media dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang
disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan vested of interest.
4. Mengartikan kode atau isyarat.
Setelah pesan diterima melalui indra (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima
pesan harus dapat mengartikan simbol atau kode dari pesan tersebut, sehingga dapat
dimengerti atau dipahami. Komunikasi kelompok mempunyai suatu simbol, kode
atau isyarat tersendiri yang menjadi ciri khas suatu kelompok yang hanya dimengerti
oleh kelompok atau komunitas itu sendiri.
5. Komunikan.
Komunikan adalah orang yang menerima pesan yang dapat memahami pesan dari si
pengirim meskipun dalam bentuk kode atau isyarat tanpa mengurangi arti atau pesan
yang dimakasud oleh pengirim. Dalam komunikasi kelompok komunikan bertatap
muka dan bertemu JURNAL E-KOMUNIKASI VOL 3. NO.2 TAHUN 2015 Jurnal
e-Komunikasi Hal. 5 langsung dengan komunikatornya, sehingga seseorang bisa
berkomunikasi secara langsung.
6. Respon.
Respon adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam
bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa respon seorang pengirim pesan tidak akan
tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan. Hal ini penting bagi pengirim
pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar
dan tepat. Respon yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan
respon langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus
merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Respon bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu
untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, serta dapat
memperjelas persepsi. Dalam komunikasi kelompok respon atau tanggapan yang
dihasilkan oleh anggota dan pengurus dalam komunitas tersebut berbeda-beda, usulan
atau keputusan dalam komunikasi tersebut didukung, diperbaiki, dijelaskan,
dirangkum, atau disetujui, maupun yang mengakibatkan tanggapan yang
menyenangkan atau bahkan meragukan.
III. Pembahasan Dan Hasil
Peran Pola Komunikasi Kelompok Dalam Mengatasi Problematika Wfh Dan Wfo
Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kantor Administrasi Walikota Jakarta
Pusat
Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah nama sebuah kota administrasi di
pusat Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta Pusat adalah administrasi terkecil Provinsi
DKI Jakarta. Kantor Walikota Administrasi Jakarta Pusat terletak di Kecamatan Tanah
Abang. Jakarta Pusat dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1978.
Pada tahun 2020, penduduk Jakarta Pusat sebanyak 1.153.399 jiwa, dengan kepadatan
jiwa/km2. Kota Administrasi Jakarta Pusat memiliki 8 kecamatan dan
44 kelurahan dengan kode pos 10110 hingga 10750.

2 tahun berjalan, dinamika WFH dan WFO pada setiap instansi masih terus
bergulir dan akan terus bergulir. Begitu pun dengan salah satu instansi pemerintahan DKI
Jakarta. Dinamika WFH dan WFO pada Kantor Administrasi Walikota Jakarta Pusat
masih berlaku sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kesulitan demi kesulitan terus
dipecahkan oleh para karyawan yang bekerja didalamnya. Memaksimalkan segala
teknologi yang kian maju juga salah satu penunjang keberhasilan komunikasi antar ASN
di BPKD Walikota Jakarta pusat.
Awal terjadinya siklus WFH dan WFO membuat kaget ASN di dalamnya,
banyak masalah yang terjadi. terutama dalam mengkoordinasi pesan ataupun pekerjaan
sehingga kinerja ASN di dalamnya mengalami banyak masalah dan perlambatan.
Ditambah lagi dengan pembatasan kunjungan ke berbagai tempat serta pertemuan antar
individu juga menjadi masalah selama WFH berlangsung. Tidak terbantahkan juga
bahawasannya banyak oknum ASN yang memanfaatkan WFH sebagai moment libur
yang digunakan untuk jalan jalan atau tidak menghiraukan pekerjaannya selama WFH.
Kejadian tersebut tidak hanya dibiarkan namun langsung ditindak lanjuti dengan
memberikan beberapa peraturan kerja selama WFH berlangsung dan memaksimalkan
segala bentuk kemajuan teknologi yang ada. Ditambah lagi Badan Pengelola Keuangan
Daerah ( BPKD ) merupakan salah satu bagian esensial yang harus bekerja maksimal
agar keuangan di provinsi DKI Jakarta tetap berputar dengan baik dan tidak mengalami
kendala.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengulik lebih jauh bagaimana
keberhasilan kerja yang dilakukan oleh para ASN Badan Pengelola Keuangan Daerah
( BPKD ) Walikota Jakarta Pusat. Dengan melakukan wawancara kepada beberapa ASN,
penulis menyimpulkan beberapa hal seperti :
1. Keberhasilan komunikasi yang terjadi pada Badan Pengelola Keuangan Daerah
( BPKD ) Walikota Jakarta Pusat tidak luput dari fasilitas yang diberikan seperti
Zoom Premium. Sehingga para ASN dapat langsung berkoordinasi kebutuhan yang
diperlukan oleh para pekerja didalamnya.
2. Penetapan beberapa peraturan WFH yang ketat juga menjadikan penunjang
keberhasilan komunikasi pada Badan Pengelola Keuangan Daerah ( BPKD )
Walikota Jakarta Pusat. Seperti mewajibkan para ASN untuk tetap berada di dalam
rumah dan tidak berpergian selama WFH berlangsung, memberikan foto Absensi per
6 jam sekali dengan menggunakan atribut seragam lengkap dengan lokasi dan waktu
yang sesuai dengan lokasi rumah para ASN, tak hanya itu, para ASN dituntut untuk
tetap pada jangkauan komunikasi nya agar pada saat dibutuhkan dapat langsung
memberikan respond kepada ASN yang sedang WFO.
3. Selanjutnya juga, para ASN dihimbau untuk tetap siap sedia apabila dibutuhkan untuk
segera datang ke kantor untuk keperluan pekerjaan seperti membantu ASN yang
berada di kantor, rapat dengan instansi lain, atau untuk memberikan hasil kerjanya
jika dibutuhkan urgent oleh kantor.
3 hal besar diatas merupakan penunjang terbaik yang membuat hubungan komunikasi
antar karyawan pada Badan Pengelola Keuangan Daerah ( BPKD ) Walikota Jakarta
Pusat berjalan dengan baik.
Seperti yang dituturkan oleh Ibu Ita Rachmawati salah satu ASN pada Badan
Pengelola Keuangan Daerah ( BPKD ) Walikota Jakarta Pusat, “selama pandemi ini
memang kita dipush untuk bekerja maksimal dengan keterbatasan yang ada, tapi
pemerintah juga memberikan kita para pekerja nya fasilitas yang baik. Fasilitas zoom
meeting pro yang membuat kita bekerja dengan nyaman untuk mengkoordinasi pekerjaan
apalagi kita bagian keuangan kan agak sensitive ya takut ada missed kalo misalnya
komunikasi nya terputus putus.”. tak hanya Ibu Ita, penulis juga mewawancarai salah
satu ASN lainnya yaitu Ibu Tety Yulianty. Beliau menuturkan, “menurut aku, dengan
peraturan yang diberikan ke kami para ASN, itu sangat membantu kinerja kami. apalagi
dengan keterbatasan tenaga yang ada di kantor. Walaupun tenaga terbatas namun kita
tetep bisa kerja maksimal dengan bantuan yang lain. Biasanya kita komunikasi by phone
aja sih atau kalo mengharuskan bahas yang agak banyak kita pake fasilitas zoom yang
diberikan Pak Anies. Ditambah lagi karna semua staff harus stand by jadi kalo sewaktu
waktu kita kekurangan tenaga atau ada yang harus dibantu oleh ASN yang WFH bisa
langsung diminta untuk ke kantor”.
Dari hasil wawancara diatas beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menunjang
keberhasilan komunikasi kelompok pada Badan Pengelola Keuangan Daerah ( BPKD )
Walikota Jakarta Pusat. Walaupun banyak hal yang dapat memudahkan pekerjaan para
ASN didalamnya, tidak memungkiri bahwa kinerja para ASN tidak semaksimal pada saat
Badan Pengelola Keuangan Daerah ( BPKD ) Walikota Jakarta Pusat semua karyawan
WFO. Segala keterbatasan dan permasalahan pun tidak luput dari dinamika WFH dan
WFO ini. Tapi hal tersebut tidak dijadikan hambatan oleh para ASN dikarenakan
peraturan yang diberikan sangat membantu.

IV. Kajian terhadap Komunikasi Kelompok


Menurut Shaw (1976, p. 182) komunikasi kelompok adalah sekumpulan individu
yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama
lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain, dan
berkomunikasi tatap muka.
Disisi lain ada pula yang menyimpulkan bahwa komunikasi kelompok adalah
Komunikasi yang berarti proses interaksi yang dilakukan tiga orang atau lebih (tidak ada
batasan khusus mengenai jumlah kelompok, namun tidak lebih dari 50) dimana interaksi
tersebut bertujuan untuk berbagi informasi, pemeliharaan diri, dan pemecahan masalah
(Michael Burgoon dalam Wiryanto, 2005: 308).
Teori pola komunikasi, yaitu pola komunikasi primer, pola komunikasi sekunder,
pola komunikasi linear, dan pola komunikasi sirkular (Jiwanto, 1987). Dalam kasus yang
penulis teliti, terdapat korelasi dengan pola komunikasi Sekunder. Pola komunikasi ini
adalah proses penyampaian Pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada
media pertama. Komunikator menggunakan media kedua ini karena yang menjadi
sasaran komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya. Dalam proses
komunikasi secara sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan efisien, karena
didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih.
Dimana pada hasil wawancara dapat dilihat bahwasannya, pola komunikasi terjadi
menggunakan banyak media untuk menjamin keberlangsungannya. Seperti zoom,
MsTeams, E-mail, WhattsApp, bahkan Kantor Administrasi Walikota Jakarta Pusat juga
memiliki server sendiri dalam rangka memfasilitasi kinerja para ASN di dalamnya.
Dikarenakan tempat tinggal para ASN yang tersebar di area JABODETABEK dan
keterbatasan kapasitas individu di dalam ruangan maka salah satu jalan keluarnya dengan
memanfaatkan teknologi komunikasi yang sudah disediakan oleh pemerintah provinsi
DKI Jakarta.
Disisi lain kasus ini juga berkaitan dengan teori komunikasi yang diungkapkan
oleh Michael Burgoon. Dimana interaksi komunikasi terjalin untuk mendapatkan dan
memberikan informasi terkait dengan pekerjaan yang sedang dijalani oleh para ASN di
Badan Pengelola Keuangan Kantor Administrasi Walikota Jakarta Pusat. Serta
komunikasi kelompok juga digunakan sebagai pemecahan masalah yang terjadi di dalam
instansi tersebut. Sebagai contoh dikarenakan banyak ASN yang tidak bertanggung jawab
selama WFH berlangsung sehingga dibuatlah peraturan untuk melakukan absensi per 6
jam sekali dengan menggunakan atribut lengkap dan dengan alamat yang sesuai dengan
tempat tinggal ASN tersebut.

V. Kesimpulan Dan Saran


Dari wawancara yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwasannya pandemi
Covid 19 sangat memberikan dampak yang besar bagi Indonesia maupun dunia. Banyak
tatanan yang berubah, peraturan baru, hingga dengan teknologi baru muncul setelah
adanya pandemi ini. Sistem kerja yang berubah yang pada awalnya bekerja full di kantor
setelah adanya covid 19 berubah menjadi bekerja dari rumah. Dikarenakan sistem bekerja
yang berubah maka lahir lah banyak teknologi yang menunjang dan peraturan yang
mengatur sistem kerja dirumah ini. Begitupun pada Badan Pengelola Keuangan Daerah
( BPKD ) Walikota Jakarta Pusat. Banyak peraturan baru yang dikenakan kepada para
pekerja dikarenakan sistem baru bekerja dirumah. Tak hanya itu, sosialisasi penggunaan
teknologi untuk menunjang kinerja para karyawannya pun juga dilakukan agar kinerjanya
dapat berjalan dengan maksimal. Fasilitas yang diberikan juga tidak main main dari
Gubernur DKI Jakarta. Banyak pola bekerja baru lahir pada masa pandemi ini namun
tidak menyurutkan semangat kerja para karyawannya sehingga koordinasi pesan
didalamnya berjalan dengan sangat baik.
Saran yang dapat diberikan adalah dengan adanya keleluasaan bekerja di masa pandemi
diharapkan para ASN tidak menggunakannya dengan tidak bertanggung jawab
dikarenkan badan pengelola keuangan daerah ( BPKD ) kantor administrasi walikota
Jakarta pusat merupakan bagian essential di kantor maupun di provinsi DKI Jakarta.
Peraturan yang dibuat tidak semerta merta untuk dilanggar begitu saja. Namun peraturan
dibuat agar sistem koordinasi kerja yang ada pada instansi tersebut berjalan selaras
dengan baik sehingga kinerja dapat berjalan secara maksimal tanpa adanya kendala besar.

VI. Daftar Pustaka

“3 Kendala Umum Yang Dihadapi Perusahaan Saat WFH - Zettagrid Indonesia.”


Zettagrid Indonesia - Edge Cloud Hosting for VMware IaaS, Zerto DR and Veeam
Backup, 12 Jan. 2021, www.zettagrid.id/blog/2021/01/12/kedala-saat-wfh/.

“Etika Work from Home Yang Bisa Meningkatkan Produktivitas.” Glints Blog, 30 Mar.
2020, www.glints.com/id/lowongan/etika-work-from-home/ .Yb2w3WhBw2w.
Accessed 4 Jan. 2022.

“Pengertian Etika: Macam-Macam Etika & Manfaat Etika - Gramedia.” Best Seller
Gramedia, 30 Aug. 2021, www.gramedia.com/best-seller/pengertian-etika/ .

“Work from Home (WFH), Konsep Kerja Tanpa Harus Ke Kantor.” Glints Blog, 24 Aug.
2020, www.glints.com/id/lowongan/wfh-work-from-home-adalah/ .Ybh6l71Bw2w.
Accessed 4 Jan. 2022.
Ekonomi, Warta. “Apa Itu WFO?” Warta Ekonomi,
www.wartaekonomi.co.id/read318346/apa-itu-wfo . Accessed 4 Jan. 2022.

Fitrinur. “Sejarah Work from Home Atau WFH Yang Tidak Diketahui - Zahir.” Zahir
Accounting Blog, 6 July 2021, www.zahiraccounting.com/id/blog/work-from-home/ .
Accessed 4 Jan. 2022.

Golberg, Alvin. 1985. Komunikasi Kelompok. Universitas Indonesia ( yang diakses


melalui Jayanti, Nadia, et al. JURNAL E-KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU
KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA .RPXQLNDVL
.HORPSRN 3Social Climber´ 3DGD Kelompok Pergaulan Di Surabaya Townsquare
(Sutos). )

“Kota Administrasi Jakarta Pusat.” Wikipedia, 6 Jan. 2022,

www.id.wikipedia.org/wiki/Kota_Administrasi_Jakarta_Pusat

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Kelompok. 6 Jan. 2022,

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17561/2/T1_362014002_BAB

%20II.pdf

“pengertian komunikasi menurut Raymond ross” 6 Jan.2022,

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01433-MC%20Bab2001.pdf

Anda mungkin juga menyukai