Anda di halaman 1dari 3

RESENSI BUKU

Judul Buku       : “ Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar”


Pengarang        : Pamerdi Giri Wiloso, dkk
Penerbit            : Widya Sari Press Salatiga
Tahun Terbit    : 2010
ISBN                : 978-979-1098-02-5
Tebal Buku      : 223 Halaman

Secara operasional, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) harus diambil dan dikuasai
oleh setiap mahasiswa dalam rangka pembentukan kompetensi kesarjanaan yang berwawasan
sosial budaya. Sehingga ketika berkarya mereka mampu berfikir kritis, kreatif, luas, sistemik-
ilmiah, peka dan empatik secara sosial budaya, demokratis, beradap, serta terampil dan arif
dalam mencari solusi pemecahan masalah sosial-budaya. Untuk mencapai tujuan institusional
tersebut maka dari itulah buku karya Pamerdi Giri Wiloso, dkk ini ditulis.
Dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini disajikan dalam sepuluh bab yang ditulis
oleh delapan penulis yang berbeda. Pada bab 1 tentang “Manusia Makhluk Membudaya” yang
ditulis oleh Pamerdi Giri Wiloso yaitu seorang lulusan dari Universitas Twente, Nederland
berisikan bahwa manusia sebagai makhluk Allah Sang Pencipta yang memiliki akal budi dan
diberi hak istimewa  yaitu makhluk yang mampu mengolah realitas dengan segala akal budinya
tersebut demi martabat kemanusiaanya. Sehingga manusia secara esensi merupakan makhluk
yang membudaya.
Pada bab ke-2 mengenai “Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial” yang
ditulis oleh Daru Purnomo yang merupakan seorang Magister Sains dalam Geografi Sosial di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada bab ini menekankan bahwa setiap menusia
memiliki dimensi indeividualitas dan sosialitas (Veeger,1985: 4-9). Hakekat manusia secara
pribadi pada dasarnya adalah hidup bersama, dan dalam kebersamaan itu akan menimbulkan
ikatan dan kesalingtergantungan antara satu sama lain. Sedangkan sebagai makhluk sosial,
manusia sangat membutuhkan keberadaan orang lain dan menjalin intraksi melalui kontak dan
komunikasi karena dorongan untuyk melakukan imitasi, sugesti, simpati, identifikasi.
Pada bab ke-3 mengenai “Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum” yang ditulis oleh
Bambang Suteng Sulasmono seorang yang memiliki gelar Doktor dalam Pendidikan Kewargaan
Negara di Universitas Negeri Malang, Malang. Dalam bab ini dibahas bahwa setiap kehidupan
bersama memiliki nilai-nilai dalam menakar baik buruknya, penting tidaknya, layak tidaknya
tidakan seseorang. Nilai sosial umumnya dirumuskan dalam bentuk norma yang dilengkapi
sanksi, norma merupakan perumusan konkrit dari nilai yang abstrak  berisi serangkaian petunjuk
hidup yang berisi perintah dan larangan dan dilengkapi sanksi bagi pelanggarnya. Dalam norma
ada norma hukum yang bersifat memaksa yang diformulasikan secara jelas,tegas dan 
diberlakukan oleh lembaga yang berwenang. Dalam sistem tata hukum Republik Indonesia
memiliki hukum dasar sekaligus hukum tertinggi  yaitu UUD 1945.
Pada bab ke-4 mengenai “Manusia dan Peradaban” ditulis oleh Tomi Febriyanto seorang
Megister Sains dalam Sosiologi dan Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dibahas bahwa kosep penting yang berkaitan dengan dinamika manusia dan kebudayaan adalah
peradaban yang merupakan tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu yang telah
mencapai kemajuan dalam bidang ilmu pegetahuan, tekonologi dan seni yang telah maju.
Peradaban terbentuk lewat perubahan sosial dan sebagai penanda akan peradaban yang paling
mutakhir adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta proses globalisasi yang
menyertainya.
Pada bab ke-5 mengenai “Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia” ditulis oleh Tri
Kadarsilo, Dokterandus dalam Pendidikan Geografi Sosial di Universitas Satyawacana, Salatiga.
Pada bab ini hakekatnya manusia mampu menciptakan dan menggunakan kebudayaan karena
manusia adalah makhluk yang keaktifannya berwajah multidimensional, dan dengan cipta karsa
rasa yang terbentuk manusia menciptakan dan menggunakan kebudayaan. Indonesia sebagai titik
pertemuan dari berbagai macam ras memiliki pengelompokan kebudayaan suku dengan berbagai
15 kelompok suku dan dengan kebudayaannya masing-masing. Sehingga dalam praktek hidup
keseharian, dibutuhkan prinsip pluralitas dan multikulturalisme.
Pada bab ke-6 mengenai “Manusia, Keragaman, dan Kesetaraan” ditulis oleh Suwarto
Adi, Magister Sains (Kandiadat) dalam Studi Pembangunan Universitas Satya Wacana, Salatiga.
Dalam bab ini individu yang menjalani hidup di tengah masyarakat, seorang manusia
menjalankan fungsi dan peran membentuk identitas diri dan masyarakat. Keragaman sosial
budaya pembawa dinamika perubahan yang berjalan cepat mesti dikelola secara demoktatis.
Keragaman memunculkan problematika yang rumit, dipengaruhi faktor internal dan eksternal.
Dengan demikian keragaman mesti saling mengisi untuk membentuk sebuah kehidupan
masyarakat yang demokrasi.
Pada bab ke-7 mengenai “Pluralitas Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia” ditulis
oleh Pamerdi Giri Wiloso, berisikan sebagai sebuah identitas koletif, kebudayaan beraspek statis
dan dinamis. Di Indonesia merupakan “perisimpangan lalu lintas arus gerak berbagai corak
bangsa dan budaya” sehingga muncul persilangan kebudayaan. Dalam pengelolaan pluralitas
kebudayaan di Indonesia harus berjalan secara demokratis, peretisipatonis, dan memberi
kesempatan setiap warga negara untuk mampu mencapai suatu tingkat kesadaran bahwa
Indonesia lebih luas dari lingkungannya sendiri. Hal yang demikian akan mampu membangun
kesadaran kebudayaan daerah disamping kesadaran kebudayaan nasional, dan memperkokoh
kepribadian daerah di dalam keanekaragaman kebudayaan Indoneisa.
Pada bab ke-8 mengenai “Manusia, Komunikasi, antara Budaya dan Globalisasi” ditulis
oleh Dewi Kartika Sari, Sarjana Ilmu Komunikasi UNS, Surakarta. Pada bab ini berisikan bahwa
dalam komukasi antar budaya yang terjadi antar orang–orang yang memiliki kebudayaan yang
berbeda. Dalam perbedaan ini penyesuaian diri harus terjadi diantara pihak yang berkomunikasi
sehingga tercapainya tujuan kegiatan yang melibatkan interaksi tersebut. Era globalisasi akan
muncul manusia informasi yang ditandai dengan pembentukan realitas ekonomi berbasis
teknologi informasi, namun di tengah gencarnya arus terpaan media massa tetap saja bertahan
sikap dimana satu komunitas budaya kesulitan memahami latar belakang komunitas budaya lain
sebagai sesama peserta komunikasi lintas budaya.
Pada bab ke-9 mengenai “Kebudayaan IPTEK dan Globalisasi” ditulis oleh Daru
Purnomo yang berisikan bahwa di era globalisasi ini semakin dipengaruhi oleh keberhasilan
teknologi dan cara berfikir ilmiah. Ilmu sains yang mengobservasi alam materi, yang berupaya
mencari hubungan alamiah berpola mempunyai kemampuan dalam dirinya untuk menguji diri
sendiri. Sebagi hasil penerapan sistematik sains untuk kepentingan praktis, teknologi mengalami
pengorganisasian secara luas dalam ranah technostructure. Masuknya teknologi dan industri
modern dapat mengganggu keseimbangan sosialitas dan individualitas manusia sebagimana
mewujud dalam rasa frustasi dan alenasi eksistensi mereka.
Pada bab terakhir mengenai “Manusia dan Lingkungan” ditulis oleh Nick Tunggul
Wiratmoko seorang Magister Sains dalam studi pembangunan di Universitas Satya Wacana,
Salatiga. Pada bab ini berisikan dalam hubungan antara masyarakat beserta kebudayaan dengan
lingkungan yang menghidupinya ternyata keduanya terlibat dalam hubungan dialetik. Manusia
sebagi Imago Dei seharusnya mengelola dan memelihara bumi secara berkelanjutan. Dengan
pertumbuhan pendduduk yang begitu cepat, akan muncul persoalan lingkungan. Hal itu harus
ditangani dengan meninggalkan paradigma antroposentrisme dan beralih ke paradigma baru yang
menempatkan manusia dalm relasi kesetaraan dan kesatuan dengan bumi yang dihuninya.
Selain memaparkan tentang materi Ilmu Sosial Budaya, buku ini juga disertai dengan
lampiran yang berisi Tindak lanjut dari matri, tes formatif beserta jawabannya. Sehinga pembaca
akan dapat memahami apa yang disampaikan penulis. Pada buku ini juga terdapat rangkuman
dari masing-masing bab sehingga akan lebih mempermudah memahami konsep yang
disampaikan penulis.
Salah satu kritikan untuk buku ini, penuliskurang mencantumkan ilustrasi atau gambar
yang membantu mendeskripsikan materi yang sampaikan. Hanya pada bab ke-10 yang ditulis
oleh Nick Tunggul Wiratmoko yang secara jelas memberi gambaran atau ilustrasi, sehingga
pembaca akan semakin jelas dengan apa yang diuraikan oleh penulis.
Buku ini sangat bermanfaat bagi pembaca terutama mahasiswa dalam rangka
pembentukan kompetensi kesarjanaan guna ketika terjun di tengah masyarakat mereka mampu
berfikir kritis, kreatif, luas, sitemik-ilmiah, peka dan empatik secara sosial budaya, serta terampil
dalam memecahkan masalah sosial-budaya.

Anda mungkin juga menyukai