Anda di halaman 1dari 21

PERSAMAAN

DIFERENSIAL PARSIAL
Partial Differential Equations – PDE
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
2

 Acuan
 Chapra, S.C., Canale R.P.,1990, Numerical Methods for Engineers,
2nd Ed., McGraw-Hill Book Co., New York.
 Chapter 23 dan 24, hlm. 707-749.
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
3

 Suatu fungsi u yang bergantung pada x dan y: u(x,y)


 Diferensial u terhadap x di sembarang titik (x,y)
u ux  x, y ux, y
 lim
x x0 x

 Diferensial u terhadap y di sembarang titik (x,y)


u ux, y  y ux, y
 lim
y y0 y
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
Y
Contoh arti u(x,y)
fisik:
u elevasi tanah buat potongan memanjang di sepanjang
pada peta garis ini  apa yang akan Sdr lihat?
situasi.
u ditunjukkan
oleh garis-
garis (kontour)
elevasi tanah.

X
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
5

2u  2xy 2u  u  1  Tingkat (order) PDE adalah tingkat tertinggi suku
(1)
x2 y2 derivatif
 PDE merupakan fungsi linear apabila
3u 2u
(2)  x 2  8u  5y  fungsi tsb linear pada u dan derivatif u, dan
x y
2
y  koefisien persamaan tsb hanya bergantung
3
2u   6 3u pada variabel bebas (x atau y) atau konstanta
(3) 
x2  xy 2
x
  PDE Order Linear
(1) 2 ya
(4) 2
u u
 xu x (2) 3 ya
x 2
y (3) 3 tidak
EVALUASILAH! (4) 2 tidak
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
6

2u 2u 2u


A B C D 0
x2
xy y2  PDE yang dibahas pada mk Matek di sini
hanya PDE linear bertingkat dua
A, B, C : fungsi x dan y
 PDElinear bertingkat dua dan fungsi dua
D : fungsi x, y, u, ∂u/∂x, dan variabel bebas (x,y) dapat dikelompokkan
∂u/∂y menjadi:
B2 - 4AC kategori  eliptik
 parabolik
<0 eliptik
 hiperbolik
=0 parabolik
>0 hiperbolik
Persamaan Diferensial Parsial – PDE
7

B2 — 4AC Kategori Nama Persamaan


<0 Eliptik Persamaan Laplace 2T 2T
(permanen, 2D 2  2 0
spasial) x y
=0 Parabolik Persamaan konduksi 2T T
panas (tak-permanen, 1D k 2 
spasial) x t
>0 Hiperbolik Persamaan gelombang 2y 1 2y
(tak-permanen, 1D spasial) 
x 2
c2 t2
8 Persamaan Diferensial Parsial – PDE
PDE Eliptik (Persamaan Laplace)
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
Persamaan Laplace
9

 Sebuah plat logam persegi tipis


 kedua permukaan dilapisi

dengan isolator panas


Y
 sisi-sisi plat diberi panas
dengan temperatur tertentu
X
 transfer panas hanya
dimungkinkan pada arah x
dan y
 Ditinjau pada saat transfer
∆z permanen telah tercapai (steady-
state condition)
Persamaan Laplace
10

Y  Pada steady-state condition, aliran kedalam


sebuah elemen (lihat gambar di samping)
selama periode ∆t haruslah sama dengan aliran
yang keluar dari elemen tsb:
q(y)+q(y+∆y)
qx y z t  qyx z t 
qx  x y z t  qy  yx z t
q(x) q(x)+q(x+∆x) ∆y
q(x) dan q(y) berturut-turut adalah fluks panas
q(y) arah x dan arah y, dalam satuan kal/cm2/s.

X
∆x
Persamaan Laplace
11

Y  Jika semua suku pada persamaan tsb dibagi


dengan ∆z ∆t, maka:
qxy  qyx  qx  xy  qy  yx
q(y)+q(y+∆y)
 Pengelompokan suku dan perkalian dengan ∆x/
∆x atau ∆y/∆y menghasilkan:
q(x) q(x)+q(x+∆x) ∆y
qx qx  x qy qy  y
xy  yx  0
q(y) x y

X
∆x
Persamaan Laplace
12

Y  Pembagian dengan ∆x ∆y menghasilkan:


qx  qx  x  qy qy  y
 0
x y
q(y)+q(y+∆y)
 Mengambil nilai limit persamaan tsb dan
memperhatikan definisi diferensial parsial, maka
q(x) q(x)+q(x+∆x) ∆y diperoleh:

q(y) q  q  0 (persamaan konservasi energi)


x y
X
∆x
Persamaan Laplace
13

Y q q
  0
x y
 Penyelesaian PDE tsb membutuhkan syarat batas
q(y)+q(y+∆y) fluks panas q; padahal syarat batas yang
diketahui adalah temperatur T.
 Oleh karena itu, PDE di atas diubah menjadi PDE
q(x) q(x)+q(x+∆x) ∆y
dalam T dengan menerapkan Hukum Fourier
untuk konduksi panas.
q(y) T
qi  k  C (Fourier’s law of heat conduction)
i
X T
∆x  k 
i
Persamaan Laplace
14

Y T T
qi  k  C  k
i i
qi : fluks panas arah i (kal/cm2/s)
q(y)+q(y+∆y) k : koefisien difusi thermal (cm2/s)
ρ : rapat massa medium (g/cm3)
C : kapasitas panas medium (kal/g /° C)
q(x) q(x)+q(x+∆x) ∆y
T : temperatur (°C)
k´ : konduktivitas thermal (kal/s/cm/°C)
q(y)
 Persamaan di atas menunjukkan bahwa fluks
X panas tegak lurus sumbu i sebanding dengan
∆x gradien/slope temperatur pada arah i.
Persamaan Laplace
15

Y  Dengan memakai Fick’s Law, maka persamaan


konservasi energi dapat dituliskan sbb.
2T 2T
2 
0 (Persamaan Laplace)
q(y)+q(y+∆y) x y 2

q(x) q(x)+q(x+∆x) ∆y
 Jika ada source atau sink:
2T 2T
  f x, y (Persamaan Poisson)
q(y) x2 y2

X
∆x
Persamaan Laplace
16

Y  Persamaan tsb sama dengan persamaan aliran


melalui medium porus (Hukum Darcy).
H
qi  K
q(y)+q(y+∆y) i
qi : debit aliran arah i (m3/m/s)
q(x) q(x)+q(x+∆x) ∆y K : konduktivitas hidraulik (m2/s)
H : tinggi energi hidraulik (m)
q(y) i : panjang lintasan, panjang aliran (m)

2H 2H
X 2 
0
∆x x y2
Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace
17

 Penyelesaian persamaan Laplace, dan berbagai PDEdi bidang enjiniring,


hampir tidak pernah dilakukan secara analitis, kecuali untuk kasus-kasus
yang sederhana.
 Penyelesaian hampir selalu dilakukan dengan cara numeris.
 Teknik penyelesaian PDE secara numeris
 Metode beda hingga (finite difference approximation, FDA)
 Metode elemen hingga (finite element method, FEM)
 Metode volume hingga (finite volume method, FVM)
Finite Difference Approach – FDA
18

Y  Langkah pertama dalam FDA


 Domain fisik plat persegi dibagi menjadi
∆x
4 sejumlah pias atau grid titik-titik diskrit.
 PDE Laplace diubah menjadi persamaan beda
3 hingga di setiap titik hitung (i,j).
 Di titik hitung interior (simbol bulat hitam):
2
∆y 2T Ti 1, j  2Ti , j  Ti 1, j  diferensi tengah

1 x2 x2 (central difference)
2T Ti , j 1  2Ti , j  Ti , j 1  error = O[(∆x)2] &
0 X   error = O[(∆y)2]
y2
y2
0 1 2 3 4
Finite Difference Approach – FDA
19

Y  Persamaan Laplace dalam bentuk beda hingga:


∆x Ti 1, j  2Ti ,j  Ti 1, j Ti ,j 1  2Ti ,j  Ti ,j 1
4  0
x 2
y 2

3  Jika ukuran grid seragam, ∆x = ∆y, maka:

2 Ti 1,j  Ti 1,j  Ti ,j 1  Ti ,j 1  4Ti ,j  0


∆y
1

0 X
0 1 2 3 4
Finite Difference Approach – FDA
20

Y  Di titik-titik yang berada di batas domain (simbol


100°C bulat putih), berlaku syarat batas (boundary
4 conditions)  temperatur diketahui/ditetapkan.
 BCsemacam itu dikenal dengan nama Dirichlet
3 boundary condition.
50°  Di titik (1,1):
75°

2
C

C T2,1  T0,1  T1,2  T1,0  4T1,1  0


1  4T1,1  T1,2  T2,1  75  0

0
 Di 8 titik interior yang lain pun dapat dituliskan
X
0 1 2 3 4 persamaan beda hingga diskrit semacam di atas.
0°C
Finite Difference Approach – FDA
21

Y  Dari 9 titik interior diperoleh sistem persamaan


100°C aljabar linear yang terdiri dari 9 persamaan dengan
4 9 unknowns.

50°
75°

2
C

0 X
0 1 2 3 4
0°C

Anda mungkin juga menyukai