Anda di halaman 1dari 7

BAB VIII

PERSAMAAN DIFERENSIAL

A. Learning outcome : Mahasiswa mengetahui serta memahami terkait dengan berbagai


macam bentuk dari persamaan diferensial.
Minggu ke : 9
B. Materi :

PENDAHULUAN

Persamaan Diferensial (PD) adalah suatu persamaan di mana terdapat satu atau lebih
turunan fungsi. Dengan kata lain adalah suatu persamaan yang melibatkan variabel-variabel
tak bebas dan derivatif-derivatifnya terhadap variabel-variabel bebas.

Persamaan diferensial sangat penting di dalam matematika untuk rekayasa, sebab banyak
hukum dan hubungan fisik muncul secara matematis dalam bentuk persamaan diferensial.

Persamaan diferensial diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Menurut jenis atau tipe,
Persamaan diferensial dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
 Persamaan Diferensial Biasa (Ordinary Differential Equation atau PDB)
adalah suatu persamaan diferensial yang hanya mempunyai satu variabel bebas.
Jika y (x) adalah suatu fungsi satu variabel, maka x dinamakan variabel bebas dan
y dinamakan variabel tak bebas.

Contoh:
d2y dy
(a). x 2
2
 6x 0
dx dx

(b). y   e x  sin x

 Persamaan Diferensial Parsial (Partial Differential Equation atau PDP).


adalah suatu persamaan diferensial yang mempunyai dua atau lebih veriabel bebas.
Persamaan diferensial parsial tidak termasuk dalam pembahasan di sini, karena
kita hanya meninjau fungsi dengan satu variabel bebas.

Contoh:
 2T  2T
(a)  0
x 2 y 2

8-1
2. Menurut orde,
Orde dari suatu persamaan diferensial ditentukan oleh orde tertinggi turunan fungsi
yang ada dalam persamaan.

Contoh:
dy
(a). x  y2  0 adalah PDB orde satu
dx

d2y
(b). xy 2
 y 2 sin x  0 adalah PDB orde dua
dx

d3y dy
(c). 3
y  e 4x  0 adalah PDB orde tiga
dx dx

Persamaan-persamaan di atas dapat ditulis dengan notasi lain, sebagai berikut:

(a). xy  y 2  0 adalah PDB orde satu

(b). xyy   y 2 sin x  0 adalah PDB orde dua

(c). y   yy   e 4 x  0 adalah PDB orde tiga

3. Menurut derajat,
Derajat dari suatu persamaan diferensial adalah pangkat tertinggi dari turunan fungsi
orde tertinggi yang ada dalam persamaan.

Contoh:
2 5
d3y d2y y
(a).  3    2   2  ex adalah PDB, orde tiga, derajat dua
 dx   dx  x 1

2 2
 dy  d y
(b).   3 adalah PDB orde dua, derajat satu
 dx  dx 2

x  y   y   y  0
3 4
(c). adalah PDB orde dua, derajat tiga

8-2
LINIERITAS DAN HOMOGENITAS

Persamaan Diferensial Biasa (PDB) orde-n dikatakan Linier, bila dapat dinyatakan dalam
bentuk:

a0  x  y  n   a1  x  y  n 1  ...  an 1  x  y  an  x  y  F  x 

dengan a 0  x   0.
Jika tidak, maka persamaan diferensial biasa dikatakan tidak linier.
Contoh:
d2y dy
(a). x 2 3  2 xy  sin x adalah PDB linier orde dua
dx dx
2
d2y  dy 
(b). y 2
 x   x 2 y  e  x adalah PDB tidak linier orde dua
dx  dx 

Selanjutnya, pada persamaan diferensial biasa linier:


1. Jika koefisien a 0  x  , a1  x  ,....., a n konstan,
x maka disebut persamaan diferensial biasa
linier dengan koefisien konstan.
Jika tidak, maka disebut persamaan diferensial biasa linier dengan koefisien variabel.
2. Jika F  x   0, maka disebut persamaan diferensial biasa linier homogen.
Jika F  x   0, maka disebut persamaan diferensial biasa linier tidak homogen.

Contoh:
d2y dy
(a). x 2
 3x  2 xy  sin x adalah PDB linier orde dua, dengan
dx dx
koefisien variabel, tidak homogen
2
d y dy
(b). x 2
 3x  2 xy  0 adalah PDB linier orde dua, dengan
dx dx
koefisien variabel, homogen
2
(c). d y dy adalah PDB linier orde dua, dengan
2
3  2 y  sin x
dx dx
koefisien konstan, tidak homogen
2
d y dy
(c). 2
3  2y  0 adalah PDB linier orde dua, dengan
dx dx
koefisien konstan, homogen

8-3
SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Untuk mencari solusi dari suatu Persamaan Diferensial Biasa (PDB), maka harus mencari
fungsi yang memenuhi persamaan tersebut.
Artinya suatu fungsi y = f (x) dikatakan merupakan solusi dari suatu persamaan diferensial
biasa jika persamaan tersebut tetap terpenuhi dengan digantikannya y dan turunan-turunannya
dalam persamaan tersebut oleh f (x) dan turunan-turunannya.

Contoh:
y  ke  x dy
adalah solusi dari persamaan  y0
dx

Jawab:
x
Diketahui, y  ke
dy
Turunan pertama dari y adalah   ke  x
dx
Jika y dan turunan pertamanya dimasukkan ke dalam persamaan diferensial, maka
akan kita peroleh,

 ke  x  ke  x  0
Dengan demikian persamaan terpenuhi.

Ada beberapa jenis solusi PDB, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Solusi Bentuk Eksplisit
yaitu solusi PDB yang mana merupakan suatu fungsi dengan variabel bebas dan
variabel tak bebas yang dapat dibedakan dengan secara jelas. Solusi bentuk eksplisit
dinyatakan dalam bentuk, y = f (x),
Contoh: y = x2 + 5x + 4
2. Solusi Bentuk Implisit
yaitu solusi PDB yang mana merupakan suatu fungsi dengan variabel bebas dan
variabel tak bebas yang tidak dapat dibedakan dengan secara jelas. Solusi bentuk
implisit dinyatakan dalam bentuk, f (x, y) = 0,
Contoh: x2 + y2 = 25 atau x2 + y2 – 25 = 0
Penyelesaian bentuk eksplisit dan penyelesaian bentuk implisit, keduannya secara singkat
biasa disebut sebagai penyelesaian PDB.

8-4
Selanjutnya, solusi PDB terbagi dalam tiga jenis, yaitu:
1. Solusi Umum (Penyelesaian Umum)
yaitu solusi PDB yang masih mengandung konstanta sembarang, misalnya C.
Contoh:
dy y
PDB: 3 , mempunyai solusi umum y  Cx 3
dx x

2. Solusi Khusus (Penyelesaian Khusus)


yaitu solusi PDB yang tidak mengandung konstanta variabel karena terdapat syarat
awal pada suatu PDB.
Contoh:
dy
PDB:  3x 2 dengan syarat y (0) = 4,
dx

mempunyai solusi khusus y  x  4


3

3. Solusi Singular (Penyelesaian Singular)


yaitu solusi PDB yang tidak diperoleh dari hasil mensubstitusikan suatu nilai
konstanta pada solusi umumnya.

Contoh:

diketahui sebagai solusi umum dari PDB  y   xy   y


2
y  Cx  C 2
1 2
, tetapi PDB tersebut juga mempunyai penyelesaian lain y   x
4
Penyelesaian inilah yang disebut sebagai solusi singular.

SYARAT TAMBAHAN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL

Seperti diketahui bahwa pada solusi umum suatu PD mengandung konstanta sembarang,
misalnya C. Konstatan tersebut dapat dicari dengan adanya syarat tambahan.

Syarat tambahan tersebut, misalnya untuk satu nilai variabel bebas yang mempunyai satu atau
lebih nilai syarat disebut syarat awal (initial condition). PD dengan syarat awal dikatakan
sebagai masalah nilai awal (initial value problem).

Jika syarat yang diberikan pada PD lebih dari satu nilai variabel bebas, disebut syarat batas
(boundary condition). PD dengan syarat batas dikatakan sebagai masalah nilai batas
(boundary-value problem).

8-5
Contoh:

(a). 4 y   23 y   e x dengan y (2) = 1 dan y (2) = 5


adalah PD dengan masalah nilai awal, karena dua syarat pada x yang sama,
yaitu x = 2

(b). 4 y   23 y   e x dengan y (1) = 1 dan y (2) = 5


adalah PD dengan masalah nilai batas, karena dua syarat pada x yang
berbeda, yaitu x = 1 dan x = 2

C. Contoh Soal/Pertanyaan dan Jawaban

Klasifikasikan Persamaan Diferensial berikut sebagai:


 PDB atau PDP
 PD Linier atau non-Linier
 Nyatakan variabel bebas dan tak bebasnya
dy
1.  3x 2
dx

Jawab: PDB orde satu, linier


Variabel bebas x dan variabel tak bebas y.

2.  
2 x y  1 dx  x 2  1 dy  0

Jawab: PDB orde satu, non-linier


Variabel bebas x dan variabel tak bebas y.

dr
3.  r tan   cos 2 
d

Jawab: PDB orde satu, linier


Variabel bebas  dan variabel tak bebas r.

y    y  2 y 2  0
2
4.

Jawab: PDB orde dua, non-linier


Variabel bebas x dan variabel tak bebas y.

8-6
y y
5.   y2  0
x t

Jawab: PDP
Variabel bebas (x, t) dan variabel tak bebas y.

D. Soal/Pertanyaan
Klasifikasikan Persamaan Diferensial berikut sebagai:
 PDB atau PDP
 PD Linier atau non-Linier
 Nyatakan variabel bebas dan tak bebasnya

d2y dy
1. 2
 10  y0
dx dx

2. 2 ydy  2 xdx  2dx

u u
3.   xt  0
x t

4. y lV  y  t  1

dx x 1  3 y 
5. 
dy y  2  3 x 

E. Pustaka
K, Erwin (2011), Advanced Engineering Mathematics, 10th Edition, John Wiley & Sons,
United States of America.

8-7

Anda mungkin juga menyukai