Versi PDF - Khairil Anwar - NIM.I2D020002 - Telaah Jurnal - Epidomologi Dan Kesmavet (S2)
Versi PDF - Khairil Anwar - NIM.I2D020002 - Telaah Jurnal - Epidomologi Dan Kesmavet (S2)
TELAAH JURNAL
Oleh:
NIM : I2D020002
SEMESTER : 1 (Satu)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
TELAAH JURNAL
Publikasi Wartazoa
Tahun 2014
Volume 24
Nomor 1
Teori yang Penulis menggunakan teori utama mengenai konsep dasar dalam
Digunakan
Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dibedakan menjadi dua
yaitu PCR konvensional dan Real Time. Penulis menjelaskan bahwa
kedua metode PCR ini dibedakan pada analisis hasilnya. Pada PCR
konvensional, analisis hasil amplifikasi fragmen DNA dilakukan
dengan visualisasi pada agar elektroforesis, sedangkan pada real
time PCR, hasil amplifikasi DNA dapat dideteksi dan diukur pada
setiap siklusnya karena menggunakan probe DNA fluoresen.
Reaksi PCR konvensional biasanya menggunakan satu pasang
primer oligonukleotida untuk mengamplifikasi bagian tertentu dari
genom agen infeksi serta dilakukan pada suatu tabung. Panjang basa
DNA primer umumnya 15-25 nukleotida dan mempunyai 50-60%
kandungan Guanine ditambah Cytocine. Primer yang digunakan
dalam PCR ada dua yaitu oligonukleotida yang mempunyai sekuen
yang identik dengan salah satu rantai DNA cetakan pada ujung 5’-
fosfat dan oligonukleotida yang kedua identik dengan sekuen pada
ujung 3’-OH rantai DNA cetakan yang lain. Enzim polimerase
adalah enzim yang mampu menggabungkan DNA cetakan tunggal,
membentuk untaian molekul DNA yang panjang.
Sedangkan pada Real Time PCR, Prinsip kerja PCR real time
adalah mendeteksi dan mengkuantifikasi reporter fluoresen. Sinyal
fluoresen akan meningkat seiring dengan bertambahnya amplifikasi
DNA PCR dalam reaksi. Reaksi selama fase eksponensial dapat
dipantau dengan mencatat jumlah emisi fluoresen pada setiap siklus.
Semakin tinggi tingkat ekspresi target gen, maka deteksi emisi
fluoresen semakin cepat terjadi. Penggunaan teknologi probe novel
fluoresensi dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas PCR
real time. Terdapat tiga tipe metode PCR real time yang sering
digunakan untuk deteksi asam nukleat dalam mikrobiologi klinik,
yaitu TaqMan probe, molecular beacon dan Fluorescence
Resonance Energy Transfer (FRET) probe hibridisasi.
Materi dan Pada jurnal ini tidak dijelaskan secara rinci mengenai materi dan
Metode
metode yang digunakan, penulis tidak membuat sub-bab khusus
untuk membahas tentang materi dan metode. Walaupun demikian,
setelah ditelaah lebih lanjut, maka dapat diketahui materi dan
metode yang digunakan.
Deteksi virus avian influenza menggunakan sampel yang
diambil dari jaringan dan swab kloaka unggas, sedangkan untuk
pemeriksaan virus New Catle Disease, sampel yang digunakan
diambil dari usapan trakea dan orofaring. Untuk memperoleh RNA
sebagai cetakan (template) pada proses RT-PCR, sampel harus
diisolasi atau diekstraksi terlebih dahulu sehingga diperoleh RNA
yang digunakan sebagai template untuk proses RT-PCR.
RT-PCR (Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction)
dimulai dengan proses reverse transcriptase (RT) atau transkripsi
balik dari RNA-DNA yang berlangsung pada suhu 42-55 ºC. Proses
PCR dibagi menjadi tiga yaitu: 1) Denaturasi cetakan cDNA
beruntai ganda pada suhu 90 ºC sehingga menjadi cetakan untai
tunggal, 2) Annealing, proses penempelan primer pada cetakan yang
berlangsung pada suhu 50-60 ºC, suhu dimana primer dapat melekat
pada cetakan disebut dengan melting temperature (Tm), dan 3)
Ekstensi fragmen DNA oleh enzim polimerase untuk menghasilkan
kopi DNA baru yang berlangsung pada suhu 70-78 ºC. Hasil PCR
konvensional divisualisasikan pada gel elektroforesis, sedangkan
pada real time PCR, hasil amplifikasi DNA dapat dideteksi dan
diukur pada setiap siklusnya karena menggunakan probe DNA
fluoresen.
Kelebihan 1. Jurnal ini mengulas tentang teknologi PCR yang menjadi gold
standard dalam mendeteksi penyakit.
2. Isi jurnal secara keseluruhan menarik untuk dibaca karena
menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti, terutama
dalam menjelaskan istilah-istilah dalam PCR.