Anda di halaman 1dari 272

Dr. E. Sundari, S.H., M.

Hum
Chandera Halim, S.H., M.Hum

CAHAYA ATMA PUSTAKA


Praktik Peradilan Perdata

Oleh: Dr. E. Sundari, S.H., M.Hum


Chandera Halim, S.H., M.Hum

Hak Cipta © 2018, pada penulis

Hak Publikasi pada Penerbit Cahaya Atma Pustaka


Dilarang memperbanyak, memperbanyak sebagian atau seluruh isi
dari buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Cetakan ke- 05 04 03 02 01
Tahun 22 21 20 19 18

Cahaya Atma Pustaka


Kelompok Penerbit Cahaya Atma Pustaka
Jalan Moses Gatotkaca 28 Yogyakarta
Telp. (0274) 561031, 580526, Fax. (0274) 580525
E-mail : cahayaatma@gmail.com

ISBN: 978-602-7821-78-1
Praktik Peradilan Perdata
PRAKATA

Buku praktik peradilan perdata memberikan pengetahuan praktis


tentang bagaimana berperkara perdata di pengadilan. Substansi
yang ditulis bersumber dari kaedah-kaedah hukum acara perdata,
pengalaman berpraktik sebagai advokat, serta pengamatan persidangan
di beberapa pengadilan. Dengan sumber-sumber acuan tersebut
diharapkan buku ini memberikan bekal pengetahuan yang bersifat
komprehensif, terutama bagi para praktisi hukum, maupun para
mahasiswa yang tertarik pada profesi hakim atau advokat.
Buku praktik peradilan perdata ini disusun secara sistematis
ke dalam tiga Bab. Pada Bab pertama, diuraikan pengantar untuk
memahami pengetahuan praktis tentang penegakan hukum perdata
melalui pengadilan, dasar hukum untuk mengajukan tuntutan
hak, pihak-pihak yang berperkara, sita jaminan, serta kewenangan
pengadilan. Pada Bab kedua, dikemukakan dokumen-dokumen yang
harus disiapkan dalam proses peradilan perdata baik oleh para pihak
yang menuntut hak maupun pihak yang dituntut, serta hakim. Bab
ketiga memaparkan tentang proses peradilan perdata atau proses
pemeriksaan perkara perdata di pengadilan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan untuk sempurnanya
buku ini. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat untuk membantu
para pembaca mengembangkan karirnya sebagai praktisi hukum.

Januari 2018
Penulis
Daftar Isi

PRAKATA.................................................................................... v

Bab I
PENGANTAR.............................................................................. 1
A. Penegakan Hukum Perdata Melalui Pengadilan................... 1
B. Dasar hukum mengajukan permohonan dan gugatan......... 7
C. Pihak-pihak dalam perkara..................................................... 10
D. Kuasa Hukum Para Pihak........................................................ 14
E. Kewenangan Pengadilan.......................................................... 18
F. Cara Mengajukan Gugatan...................................................... 33
G. Proses Peradilan Perdata.......................................................... 41

Bab II
DOKUMEN-DOKUMEN UNTUK PERADILAN
PERDATA..................................................................................... 49
A. Surat Kuasa................................................................................ 50
B. Surat Gugatan............................................................................ 63
C. Jawaban Tergugat...................................................................... 102
D. Replik......................................................................................... 118
E. Duplik........................................................................................ 132
F. Daftar Bukti Tulis...................................................................... 135
G. Kesimpulan atau Konklusi....................................................... 141
H. Putusan...................................................................................... 149
Praktik Peradilan Perdata

Bab III
PROSES PERADILAN PERDATA........................................... 169
A. Beberapa kemungkinan pada Sidang pertama ..................... 172
B. Acara pemeriksaan secara verstek.......................................... 172
C. Sidang Upaya Damai Melalui Mediasi.................................... 172
D. Sidang Putusan Damai............................................................. 177
E. Sidang Pembacaan Gugatan.................................................... 178
F. Sidang Penyerahan Jawaban Tergugat.................................... 181
G. Sidang Penyerahan Replik....................................................... 187
H. Sidang Penyerahan Duplik...................................................... 193
I. Sidang Penyerahan Bukti Tertulis Dari Penggugat............... 196
J. Sidang Pengajuan Bukti Tertulis Dari Pihak Tergugat.......... 200
K. Sidang Pemeriksaan Saksi dari Penggugat............................. 203
L. Sidang Pemeriksan Saksi Dari Tergugat................................. 213
M. Pemeriksaan Saksi Ahli Penggugat/Tergugat........................ 223
N. Sidang Pemeriksaan Setempat................................................. 232
O. Sidang Pengangkatan Sumpah sebagai Alat Bukti................ 235
P. Sidang Penyerahan Kesimpulan.............................................. 237
Q. Sidang Pembacaan Putusan..................................................... 239

DAFTAR PUSTAKA................................................................... 241


GLOSARIUM.............................................................................. 243
INDEK.......................................................................................... 247
LAMPIRAN................................................................................. 253
TENTANG PENULIS................................................................. 257

viii
Bab I

PENGANTAR

A. Penegakan Hukum Perdata Melalui Pengadilan


Dalam hal mendiskusikan proses peradilan perdata, maka ada
baiknya kita perlu mengerti kata hukum perdata. Perkataan “Hukum
Perdata” dalam arti yang luas meliputi semua hukum ”privat materiil”,
yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan. Perkataan ”perdata” juga lazim dipakai sebagai lawan
dari pidana (Subekti,1995:9). Hukum perdata atau hukum privat yang
mengatur kepentingan perorangan tersebut berisi hak, kewajiban,
dan tanggung jawab antara orang yang satu dengan yang lain, dalam
hubungan keluarga atau hubungan kemasyarakatan (Hadisoeprapto,
1993: 45). Di dalamnya meliputi:
1. Hukum tentang orang (personen recht)
Hukum tentang orang mengatur tentang manusia sebagai
subyek hukum, kewenangan hukumnya/kewenangan
berhaknya, kecakapan untuk melaksanakan sendiri haknya
dan hal-hal yang mempengaruhi kecakapan tersebut. Sebagai
contoh, hukum tentang orang menentukan bahwa orang harus
diberi nama untuk identitas, harus punya tempat tinggal atau
domisili, mempunyai berbagai hak dan kewajiban, dapat
melaksanakan sendiri hak dan kewajibannya, apabila masih
anak-anak dalam melaksanakan hak diwakili orang tua atau
wali, mengatur tentang badan hukum, menentukan bahwa
Praktik Peradilan Perdata

badan hukum juga mempunyai beberapa hak dan kewajiban,


dan sebagainya.
2. Hukum perkawinan atau keluarga (familie recht)
Di dalamnya mengatur tentang hubungan hukum/hak dan
kewajiban yang terjadi sebagai akibat adanya perkawinan,
yakni tentang perkawinan, kekuasaan orang tua, kedudukan
anak, perwalian (voogdij), pengampuan (curatele), Balai Harta
Perwalian.
3. Hukum harta kekayaan (vermogen recht)
Hukum harta kekayaan terdiri dari hukum benda dan hukum
perikatan. Hukum benda adalah hukum yang mengatur
pengertian tentang benda, hak-hak kebendaan (hubungan
antara orang dengan benda), pembagian benda. Hukum
perikatan adalah hukum yang mengatur perikatan, yakni
hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau
lebih berdasarkan mana yang satu berhak menuntut sesuatu
dari yang lain yang berkewajiban memenuhi tuntutan tersebut
(C.Asser, 1991: 5).
4. Hukum waris (erf recht).
Hukum waris mengatur tentang akibat yang ditimbulkan dari
kematian seseorang beserta harta benda yang ditinggalkannya,
yakni tentang ahli waris, harta warisan, bagian warisan dari
para ahli waris dan apa yang dapat dipesankan terhadap
hartanya bila seseorang meninggal dunia.
Hukum perdata dalam arti luas meliputi pula hukum dagang.
Tatanan hukum perdata materiil di Indonesia bersifat pluralistik
(Hadisoeprapto, 1993: 47), yakni meliputi:
1. Hukum perdata adat;
2. Hukum perdata Islam;
3. Hukum perdata BW; dan
4. Hukum perdata tertulis yang dibuat oleh penguasa Indonesia.
Masing-masing berlaku untuk golongan penduduk yang berbeda
(Hadisoeprapto, 1993: 48).

2
Pengantar

Hukum perdata adat diberlakukan bagi orang Indonesia asli.


Hukum perdata Islam diperuntukkan bagi mereka yang beragama
Islam. Misalnya, hukum perkawinan Islam, waris Islam, dagang
Islam. Hukum perdata BW diperuntukkan bagi golongan Eropa dan
TiongHwa. Misalnya hukum tentang orang, waris, perikatan. Hukum
perdata tertulis yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia pada umumnya
berlaku untuk semua warga negara Indonesia tanpa melihat latar
belakang etnis maupun agama. Misalnya, UU Nomor Tahun 1974
tentang Perkawinan, berlaku bagi semua warga negara Indonesia tanpa
memandang etnis dan agamanya.
Dengan adanya hukum perdata yang masih bersifat pluralistis,
maka ketika seseorang bersengketa dengan orang lain dan hendak
menuntut hak, dasar hukum yang akan dipergunakan harus
memperhatikan hukum perdata mana yang berlaku bagi mereka
yang bersengketa tersebut. Sebagai contoh, apabila warga negara
Indonesia asli bersengketa dalam pembagian warisan, maka hukum
yang diberlakukan adalah hukum waris adat. Warga negara Indonesia
keturunan TiongHwa apabila bersengketa tentang siapa yang berhak
menjadi ahli waris atas harta warisan, hukum yang dipergunakan untuk
menyelesaikannya adalah hukum waris BW. Bagi pemeluk agama Islam
yang bersengketa tentang warisan, penyelesaiannya dapat memilih:
antara menggunakan hukum adat atau hukum Islam.
Hukum dagang atau hukum bisnis Indonesia pada umumnya
didasarkan pada hukum tertulis yang dibuat oleh penguasa Indonesia.
Misalnya UU tentang Perseroan Terbatas, UU tentang Penanaman
Modal, UU tentang Perkoperasian, UU tentang Perbankan, UU tentang
Asuransi, dan sebagainya. Dalam hal terjadi sengketa tentang hukum
dagang atau hukum bisnis, maka penyelesaiannya didasarkan pada
hukum tertulis yang dibuat oleh penguasa Indonesia tersebut, lepas
dari latar belakang etnis, golongan maupun agama. Dalam hal-hal
tertentu diselesaikan dengan hukum dagang Islam. Misalnya sengketa
tentang perbankan syariah.

3
Praktik Peradilan Perdata

Aspek hukum perdata juga dapat ditemukan di dalam bidang


hukum lain, misalnya:
1. Aspek hukum perdata dalam hukum lingkungan hidup
2. Aspek hukum perdata dalam hukum perlindungan konsumen
3. Aspek hukum perdata dalam hukum kesehatan
4. Aspek hukum perdata dalam hukum kehutanan
5. dan sebagainya.
Aspek hukum perdata yang terdapat di dalam bidang-bidang
hukum tersebut berupa hak-hak keperdataan atau perorangan
yang timbul akibat ketentuan dalam UU tersebut (perikatan yang
bersumber dari Undang-Undang). Misalnya perbuatan melanggar
hukum lingkungan yang berupa pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau
lingkungan hidup memberikan hak perorangan untuk menuntut
ganti kerugian, atau membebankan kewajiban bagi pelanggar untuk
membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu (lihat
Pasal 87 ayat 1 UU Nomor 32 Tahun 2009); perbuatan melawan hukum
perlindungan konsumen yang dilakukan pelaku usaha memberi hak
perorangan dari konsumen untuk menuntut ganti kerugian (lihat
ketentuan Pasal 19 UU No.8 tahun 2009); perbuatan melawan hukum
kesehatan yang dilakukan oleh seseorang, tenaga kesehatan atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian, memberikan
hak perorangan untuk menuntut ganti kerugian (lihat ketentuan Pasal
58 UU No.36 Tahun 2009); perbuatan melawan hukum kehutanan
yang dilakukan oleh pengelola hutan yang menimbulkan kerusakan
hutan atau kerugian bagi masyarakat dan lingkungan hidup, memberi
hak masyarakat secara perwakilan atau LSM untuk menuntut ganti
kerugian atau tindakan tertentu (lihat ketentuan Pasal 71-76 UU No.41
Tahun 1999).

4
Pengantar

Ruang lingkup hukum perdata materiil dalam arti luas dapat


digambarkan dalam skema di bawah ini.

Hukum Perdata

hak, kewajiban, dan tanggung jawab antara orang yang satu dengan
yang lain, dalam hubungan keluarga atau hubungan kemasyarakatan

Hukum Tentang Orang Bidang hukum lain yang


mengandung aspek perdata
Hukum Keluarga
Hak perorangan dlm PMH
Hukum Harta Kekayaan
bidang hukum tertentu
(Hukum Benda &
(UU Lingkungan
Perikatan)
Hidup, UU Kesehatan,
Hukum Waris UU (Hukum benda &
perikatan) Kehutanan, UU
Perlindungan konsumen,
dsb)

Hukum materiil –termasuk hukum perdata- dalam pelaksanaannya


ada yang dipatuhi ada yang dilanggar. Kepatuhan terhadap hukum
dapat terjadi secara diam-diam (Mertokusumo, 2010: 2) atau suka
rela, ada yang harus melalui pengadilan. Kepatuhan secara diam-
diam misalnya, pembeli secara suka rela melaksanakan kewajibannya
membayar harga barang, suami secara suka rela melaksanakan
kewajibannya memberi nafkah kepada isteri dan anak-anaknya, para
ahli waris membagai warisan sesuai hukum waris berlaku. Kepatuhan
yang harus dilakukan melalui pengadilan misalnya, permohonan
pengangkatan anak, permohonan penetapan ahli waris, permohonan
ganti nama, permohonan ganti kelamin, dan sebagainya.

5
Praktik Peradilan Perdata

Pelanggaran hukum perdata ada yang dapat diselesaikan di luar


pengadilan melalui alternatif penyelesaian perkara, ada yang harus
diselesaikan melalui pengadilan. Pelanggaran hukum perdata yang
dapat diselesaikan di luar pengadilan misalnya: pelanggaran perjanjian
jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, tuntutan kerugian karena
perbuatan melawan hukum, perbuatan melawan hukum dalam
pembagian warisan, dan sebagainya. Pelanggaran hukum perdata
yang harus diselesaikan melalui pengadilan misalnya: pembatalan
perkawinan yang melanggar syarat, tuntutan perceraian, permohonan
kepailitan, pencabutan kekuasaan orang tua, dan sebagainya.
Pelanggaran hukum perdata melalui pengadilan diatur dengan hukum
acara perdata, yakni peraturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan
perantaraan hakim (Mertokusumo, 2010: 2).
Pelaksanaan atau pelanggaran hukum perdata yang menimbulkan
tuntutan hak dinamakan dengan perkara perdata. Perkara perdata yang
diselesaikan melalui pengadilan, dilihat dari sifatnya ada dua jenis
(Mertokusumo, 2010: 4):
1. perkara permohonan
2. perkara gugatan atau sengketa perdata.
Permohonan adalah perkara perdata yang diajukan oleh pemohon
dan umumnya tidak ada lawan, karena tidak ada pelanggaran hak
orang lain, tidak ada yang disengketakan (Muhammad, 1990: 19).
Misalnya permohonan adopsi anak, permohonan penetapan ahli waris,
permohonan pembagian warisan, permohonan penetapan kelahiran.
Dalam UU No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran, istilah yang dipergunakan terhadap perkara
kepailitan adalah permohonan kepailitan dan bukan gugatan
kepailitan, namun di dalamnya ada dua pihak yang saling berhadapan
yakni kreditur dan debitur, sehingga pihaknya ada dua, yakni pemohon
dan termohon.
Gugatan atau sengketa perdata adalah perkara perdata yang
didalamnya ada pelanggaran hak oleh seseorang terhadap lainnya.

6
Pengantar

Misalnya: gugatan pembatalan perkawinan, gugatan perceraian,


gugatan penjual terhadap pembeli yang tidak melunasi harga barang,
gugatan warisan yang dikuasai oleh salah satu ahli waris, gugatan ganti
kerugian karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan pihak
lainnya, dan sebagainya. Pelaksanaan dan penegakan hukum perdata
secara keseluruhan secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.

Hukum Perdata

Pelaksanaannya: Penegakannya kalau dilanggar:


1. Suka rela di luar pengadilan 1. Di luar pengadilan
2. Harus melalui pengadilan 2. Melalui pengadilan
= perkara permohonan = sengketa/gugatan perdata

B. Dasar hukum mengajukan permohonan dan gugatan


Tuntutan hak dalam perkara perdata yang diajukan harus berdasar
hukum. Seseorang tidak dapat menuntut begitu saja suatu hak apabila
orang tersebut tidak memiliki hak yang sudah diatur atau dilindungi
oleh hukum perdata, baik hukum perdata tertulis atau hukum perdata
tidak tertulis (hukum adat, hukum kebiasaan) (lihat ketentuan Pasal
102 Rv S.1847, No.52 jo.1849 No.63). Beberapa contoh tuntutan hak
yang berupa permohonan seperti: permohonan ketetapan sebagai
orang tua angkat, permohonan penetapan akta kelahiran terlambat,
permohonan bukti pewarganegaraan, permohonan status gender,
permohonan dispensasi pernikahan anak, permohonan penetapan
ahli waris, dan sebagainya. Permohonan pengangkatan anak dapat
diajukan karena ada ketentuan yang memberikan hak kepada pasangan
suami isteri untuk mengadopsi anak melalui Pengadilan Negeri (lihat

7
Praktik Peradilan Perdata

ketentuan Pasal 9 ayat 2, Pasal 10 ayat 2, Pasal 11 ayat 2, Pasal 20 ayat


1, serta Pasal 22 PP Nomor 45 Tahun 2007). Permohonan penetapan
akta kelahiran terlambat melalui Pengadilan negeri diajukan karena
diwajibkan dalam Pasal 32 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan. Ada hak atau kewajiban berdasar
Undang-Undang untuk mengajukan permohonan tuntutan hak atau
kewajiban melalui pengadilan.
Sengketa perdata ada tiga macam, yakni:
1. tuntutan hak kebendaan
Tuntutan hak kebendaan adalah tuntutan terhadap suatu benda
berdasarkan kekuasaan secara langsung seseorang terhadap
benda (C.Asser, 1991: 10). Contoh tuntutan hak kebendaan
adalah: menuntut hak atas tanah warisan, menuntut hak milik
benda yang dikuasai orang lain tanpa alas hak yang sah. Di sini
yang dituntut adalah benda atau barang.
2. tuntutan hak perorangan berdasarkan perikatan yang
bersumber dari perjanjian atau UU
Tuntutan hak perorangan adalah tuntutan atas suatu prestasi/
penunaian yang ditujukan kepada seseorang berdasarkan suatu
hubungan hukum sebelumnya antara orang yang satu dengan
lainnya (C.Asser, 1991: 10). Contoh tuntutan hak perorangan
adalah: menuntut pembatalan perkawinan, menuntut
perceraian, menuntut prestasi pembayaran utang, menuntut
ganti kerugian karena PMH, menuntut orang menyerahkan
barang yang sudah dibayar dalam jual beli, dan sebagainya.
Di sini yang dituntut adalah seseorang untuk melaksanakan
kewajibannya. Kewajiban atau prestasi yang harus dilakukan
seseorang dapat saja berupa penyerahan benda, seperti dalam
jual beli atau sewa menyewa mobil.
3. campuran
Tuntutan campuran adalah tuntutan hak kebendaan sekaligus
hak perorangan (R.Tresna, 1989: 123). Contoh tuntutan

8
Pengantar

campuran: Menuntut hak atas tanah warisan yang dikuasai


ahli waris lain secara melawan hukum dan menuntut ganti
kerugian terhadap ahli waris yang menguasai tanah tersebut
secara melawan hukum. Menuntut pembagian gono gini dan
ganti kerugian karena pihak lain telah menguasainya secara
melawan hukum, tuntutan pemecahan persekutuan, tuntutan
penetapan batas tanah milik yang berdampingan (R.Tresna,
1989: 123).
Hak dan kewajiban dapat timbul dari perikatan. Perikatan tersebut
bersumber dari perjanjian atau dari UU (1233 BW). Hak dan kewajiban
yang timbul dari perikatan yang berupa perjanjian misalnya: hak dan
kewajiban dalam perjanjian jual beli, hutang piutang, sewa menyewa,
kerja sama bisnis, dan sebagainya. Perikatan yang bersumber dari
UU ada dua: melulu dari UU atau akibat perbuatan orang (1352 BW).
Perikatan dari UU akibat Perbuatan orang ada dua: perbuatan yang
sah dan melawan hukum (Pasal 1353 BW). Hak dan kewajiban yang
bersumber melulu dari UU misalnya: hak dan kewajiban suami dan
isteri yang diatur dalam UU Perkawinan, hak dan kewajiban para
pemegang saham yang diatur dalam UU tentang Perseroan Terbatas,
hak dan kewajiban konsumen yang diatur dalam UU Perlindungan
Konsumen, dan sebagainya. Hak dan kewajiban yang bersumber dari
UU akibat perbuatan orang yang sah misalnya: orang tanpa diperintah
mengurus kepentingan orang lain tanpa sepengetahuan orang
tersebut (Pasal 1354 BW). Hak dan kewajiban yang timbul dari UU
akibat perbuatan orang yang melawan hukum misalnya: orang yang
mencemarkan lingkungan hidup wajib mengganti kerugian akibat
perbuatan yang ditimbulkannya (Pasal 87 UU Nomor 32 Tahun 2009).
Tidak semua gugatan dapat diajukan ke pengadilan. Menurut
yurisprudensi, hanya gugatan yang berdasar hukum dan layak saja yang
dapat diterima untuk diperiksa dan diputus melalui pengadilan (lihat
Putusan MA No.294K/Sip/1971; StarBusmann, 1948: 148). Berdasar
hukum artinya ada hak, kewajiban, atau tanggung jawab hukum yang
dilanggar. Layak artinya kepentingan atau kerugian yang hendak

9
Praktik Peradilan Perdata

dituntutkan nilainya sebanding dengan beaya perkara yang harus


dibayarkan dan waktu yang harus dihabiskan untuk menuntut melalui
pengadilan. Pada dasarnya ada dua dasar hukum yang umumnya
dipergunakan untuk mengajukan gugatan, yakni adanya wanprestasi
atau perbuatan melawan hukum.

C. Pihak-pihak dalam perkara


Subyek hukum meliputi manusia dan badan hukum (Mertokusumo,
1996: 60). Keduanya oleh hukum dapat diberi hak dan/atau dibebani
kewajiban, serta tanggung jawab. Keduanya sama-sama dapat
melakukan pelanggaran hukum atau haknya dilanggar, sehingga dapat
mengajukan permohonan, dapat menggugat ataupun digugat.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, perkara perdata yang diajukan
ke pengadilan ada dua macam, yakni permohonan dan gugatan atau
sengketa perdata (Sutantio & Oeripkartawinata, 1995: 10). Dalam
perkara permohonan pihaknya hanya ada satu pihak yakni pemohon.
Jumlahnya dapat saja satu orang atau lebih. Contoh permohonan yang
pemohonnya hanya satu orang: permohonan akta kelahiran yang
terlambat pendaftarannya, permohonan ganti nama, permohonan
ganti kelamin, permohonan bukti kewarganegaraan, dan sebagainya.
Contoh permohonan yang pemohonnya berjumlah lebih dari satu:
permohonan adopsi anak oleh suami isteri, permohonan penetapan
ahli waris oleh para ahli waris, dan sebagainya.
Dalam sengketa atau gugatan perdata, pihaknya pada umumnya
ada dua yang saling berhadapan, yakni pihak penggugat dan pihak
tergugat. Pihak penggugat adalah pihak yang merasa haknya dilanggar
oleh tergugat dan hendak menuntut hak kepada tergugat. Pihak tergugat
adalah pihak yang dianggap telah melanggar hak penggugat dan hendak
dituntut oleh penggugat. Pihak penggugat dan/atau tergugat jumlahnya
dapat satu orang, beberapa orang, sekelompok orang. Dalam beberapa
kasus bahkan pihak penggugat dapat mencapai jutaan orang. Misalnya,
dalam pelanggaran hak konsumen mie instan oleh perusahaan dapat
menimbulkan gugatan oleh sekian juta konsumen mie instan tertentu

10
Pengantar

di seluruh Indonesia; dalam pelanggaran hak anak-anak sekolah oleh


Pemerintah dapat menimbulkan gugatan yang diajukan oleh sekian
anak-anak sekolah; dalam pelanggaran hak warga Singapura akibat
polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran hutan di Indonesia dapat
menimbulkan gugatan sekian juta warga Singapura terhadap pembakar
hutan atau terhadap Pemerintah Indonesia.
Siapa yang dapat menjadi pihak pemohon, penggugat atau tergugat?
Yang dapat menjadi pihak pemohon, penggugat, dan/atau tergugat
adalah pihak yang mempunyai kepentingan hukum. Kepentingan
hukum adalah kepentingan yang diatur atau dilindungi oleh hukum.
Pihak pemohon adalah pihak yang ingin menuntut haknya sebagaimana
diatur atau dlindungi oleh hukum. Pihak penggugat adalah pihak yang
ingin menuntut haknya sebagaimana diatur oleh hukum yang dilanggar
oleh tergugat. Pihak tergugat adalah pihak yang dianggap melanggar
hak orang lain (penggugat) sebagaimana diatur oleh hukum.
Pihak yang berkepentingan menurut hukum dalam sengketa
perdata ada dua:
1. Berkepentingan secara langsung atau pihak materiil
(Mertokusumo, 2010: 93)
Yakni pihak-pihak yang dirugikan haknya oleh orang lain,
atau pihak yang merugikan hak orang lain. Misalnya penjual
yang dirugikan haknya oleh pembeli. Pihak materiilnya adalah
penjual dan pembeli. Penjual dan pembeli dapat menjadi pihak,
yakni Penjual sebagai pihak penggugat dan pembeli sebagai
pihak tergugat. Dalam hal saudara tertua menguasai seluruh
harta warisan padahal menurut hukum harus dibagi secara
sama dengan adik-adiknya, maka kakak tertua merupakan
pihak yang merugikan secara langsung, dapat digugat dan
maju sebagai tergugat. Adik-adiknya merupakan pihak
yang dirugikan secara langsung sehingga dapat menggugat
dan maju sebagai penggugat. Dalam perkara permohonan
pengangkatan anak misalnya, pihak yang berkepentingan
secara langsung adalah orang tua, karena menurut hukum

11
Praktik Peradilan Perdata

yang dapat mengangkat anak adalah orang tua (lihat ketentuan


Pasal 1 angka 4 dan Pasal 39 ayat 3 UU Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak). Karena mereka merupakan pihak
yang berkepentingan secara langsung mereka dapat menjadi
pihak pemohon adopsi anak. Dalam permohonan pembatalan
perkawinan misalnya, yang berkepentingan secara langsung
adalah orang tua, pasangan, dan pejabat yang berwenang (Pasal
23 UU No.1 tahun 1974) merekalah yang dapat mengajukan
pembatalan. Merekalah yang dapat menjadi pihak pemohon.
2. Berkepentingan secara tidak langsung atau pihak formil
(Mertokusumo, 2010: 94)
Yakni pihak-pihak yang tidak secara langsung dirugikan,
akan tetapi oleh hukum ditunjuk untuk mewakili pihak yang
dirugikan secara langsung untuk maju di pengadilan.
Dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
seorang anak di bawah umur, maka pihak yang berkepentingan
secara langsung (pihak materiil) adalah si anak, namun
demikian yang menjadi tergugat bukanlah anak tersebut
melainkan orang tuanya, karena menurut hukum anak belum
mempunyai kecakapan bertindak dan harus diwakili orang
tuanya dalam melakukan perbuatan hukum (Pasal 47 ayat 2 UU
Nomor 1 Tahun 1974). Orang tua yang maju sebagai tergugat
mewakili anaknya adalah pihak yang berkepentingan tapi
tidak secara langsung, karena bukan orang tua yang merugikan
melainkan anaknya. Orang tua hanya mewakili si anak karena
ditunjuk oleh hukum untuk mewakili. Itulah kepentingan tidak
langsungnya. Orang tua yang maju sebagai Tergugat tersebut
merupakan pihak formil.
Apabila badan hukum digugat, maka yang maju mewakili
adalah pimpinannya (Pasal 8 No.2 Rv). Apabila suatu
perseroan terbatas menggugat atau digugat, maka yang maju
adalah direksinya (lihat Pasal 1 angka 5 UU Nomor 40 Tahun

12
Pengantar

2007 tentang Perseroan Terbatas). Direksi PT bertindak


selaku penggugat atau tergugat mewakili PT. Pihak yang
berkepentingan secara langsung(pihak materiil) adalah PT.
Direksi PT adalah pihak yang berkepentingan secara tidak
langsung (pihak formil), yakni pihak mewakili PT karena
ditunjuk oleh hukum mewakili PT. Apabila negara digugat atau
hendak menggugat, maka yang mewakili adalah Pemerintah
(Sutantio, 1995: 18) yang diwakili oleh Presiden sebagai
pemegang kekuasaan pemerintahan. Apabila Negara RI
hendak menggugat atau digugat, maka yang mewakili (pihak
formil) adalah pimpinan negara RI, yakni Presiden. Apabila
kementrian hendak menggugat atau digugat, maka yang maju
mewakili (pihak formil) adalah pimpinannya, yakni Menteri.
Dalam perkara permohonan kepailitan yang diajukan oleh
perusahaan A yang berbentuk PT terhadap perusahaan B yang
juga berbentuk PT, maka pihak materiilnya adalah perusahaan
A, akan tetapi yang maju mewakili (pihak formil) adalah
Direksi PT A. Perusahaan B merupakan pihak materiil yang
dimohonkan pailit. Yang maju mewakili (pihak formil) sebagai
termohon adalah Direksi PT B.
Secara keseluruhan pihak-pihak dalam perkara perdata dapat
digambarkan dalam skema sebagai berikut.

13
Praktik Peradilan Perdata

PIHAK DALAM PERKARA PERDATA


PERMOHONAN SENGKETA/GUGATAN
1 Nama pihak: Pemohon/para Penggugat/para penggugat
pemohon
Tergugat/para tergugat
2 Macam: orang, badan hukum, Orang, badan hukum, LSM
LSM
3 Status para pihak: pihak Pihak materiil atau formil
materiil atau formil
4 Jumlah pemohon: bisa satu Jumlah penggugat: bisa satu
orang/badan hukum atau orang/badan hukum, Beberapa
lebih orang/badan hukum, sekelompok
orang, jutaan orang
Jumlah tergugat: bisa satu
orang/badan hukum/LSM,
beberapa orang/badan hukum/
LSM

D. Kuasa Hukum Para Pihak


Pihak Penggugat atau Tergugat dapat mengajukan gugatan sendiri
ke Pengadilan, atau diwakilkan kepda kuasa hukumnya melalui
pemberian kuasa. Pemberian kuasa pada dasarnya merupakan sebuah
perjanjian yang didasarkan atas kesepakatan (lihat Pasal 1792 BW).
Secara umum ada jenis–jenis pemberian kuasa, yakni:
1. Kuasa Umum
Kuasa umum diatur dalam Pasal 1795 KUHPerdata. Menurut
Pasal ini kuasa umum bertujuan memberi kuasa kepada
seseorang untuk mengurus segala kepentingan pemberi kuasa,
tidak bersifat spesifik, dirumuskan dengan kata-kata umum,
hanya meliputi “perbuatan-perbuatan pengurusan” (Pasal 1796
BW). Untuk pengalihan hak kepemilikan benda, pembebanan
hipotek, atau perdamaian, yang hanya dapat dilakukan oleh

14
Pengantar

pemilik, diperlukan kata-kata yang lebih tegas, tidak dapat


dengan kata-kata umum saja, seperti: mengurusi segala
kepentingan” (Pasal 1796 BW).
Ditinjau dari segi hukum acara,surat kuasa umum tidak dapat
dipergunakan di pengadilan untuk mewakili pemberi kuasa,
karena bertentangan dengan ketentuan Pasal 123 HIR, yang
menganut surat kuasa khusus, yakni hanya mewakili pemberi
kuasa di depan pengadilan sebagai wakil pemberi kuasa dalam
menangani perkara tertentu.
2. Kuasa Khusus
Pasal 1795 KUHPerdata menjelaskan, pemberian kuasa dapat
dilakukan secara khusus, yaitu mengenai satu kepentingan
tertentu atau lebih. Pemberian kuasa secara khusus ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 123 HIR, namun sifatnya masih lebih
umum dari Pasal 123 HIR karena Pasal 123 HIR fokus pada
kuasa untuk berperkara di pengadilan dalam perkara tertentu.
3. Kuasa Istimewa
Kuasa istimewa ini dihubungkan dengan kuasa khusus untuk
mengangkat sumpah sebagaimana diatur dalam Pasal 157
HIR atau Pasal 184 RBG, yang sebenarnya sumpah tersebut
harus dilakukan secara pribadi. Akan tetapi dengan surat
kuasa istimewa, sumpah tersebut dapat diwakilkan kepada
kuasa hukumnya, dengan surat kuasa otentik yang dibuat di
hadapan Notaris.
Pihak-pihak yang berperkara, baik pihak materiil maupun formil,
baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat dapat maju sendiri
berperkara di pengadilan, atau menunjuk orang lain untuk mewakilinya
berdasarkan kuasa. Pihak penggugat atau tergugat kadang tidak
mengetahui tentang bagaimana prosedur berperkara di pengadilan,
atau tidak mempunyai waktu untuk maju sendiri ke pengadilan.
Menurut hukum acara perdata, mereka dapat menguasakan kepada
orang lain yang ditunjuk dengan surat kuasa untuk mewakili mereka

15
Praktik Peradilan Perdata

maju ke pengadilan (Pasal 118, 123 HIR). Orang yang ditunjuk untuk
mewakili ke pengadilan berdasarkan surat kuasa disebut sebagai
kuasa hukum para pihak. Menurut ketentuan HIR, orang yang
ditunjuk sebagai kuasa hukum para pihak tidak harus seorang sarjana
hukum atau seorang yang berprofesi sebagai advokat/pengacara (lihat
ketentuan Pasal 123 HIR, 147 Rbg). Tetangga dekat, saudara, teman
dari para pihak menurut HIR dapat saja ditunjuk sebagai kuasa hukum
para pihak asal diberi kuasa dengan surat kuasa untuk keperluan
tersebut. Saat ini menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 18
tahun 2003 tentang Advokat (selanjutnya disebut UU Advokat),
orang yang diberi kuasa oleh para pihak dan menjalankannya sebagai
profesi, haruslah seorang advokat dengan syarat-syarat yang lebih ketat
(lihat ketentuan Pasal 1 angka 1). Meskipun sudah ada UU Advokat,
berdasarkan ketentuan Pasal 123 HIR yang belum dicabut, di beberapa
Pengadilan masih diperbolehkan seorang kuasa hukum yang bukan
sarjana hukum atau advokat mewakili para pihak di pengadilan. Kuasa
hukum yang demikian disebut dengan kuasa insidentil. Artinya, hanya
boleh mewakili para pihak secara insidentil yakni pada perkara tersebut
saja, dan tidak boleh dipergunakan sebagai profesi. Dalam praktik
dewasa ini, kuasa hukum pada umumnya adalah advokat.
Kuasa yang diberikan oleh para pihak kepada seseorang untuk
mewakili menurut ketentuan HIR dapat diberikan secara lisan di
muka persidangan, atau secara tertulis (Pasal 123 HIR). Dalam
praktik kuasa umumnya dibuat secara tertulis dan disebut dengan
surat kuasa. Surat kuasa yang dikenal dalam HIR adalah surat khusus
(bijzondere schriftelijke machtiging) (Muhammad, 1990: 78), yakni surat
kuasa khusus untuk mewakili berperkara di pengadilan. Penjelasan
ini kemudian ditambah dengan yurisprudensi serta ketentuan dari
Mahkamah Agung.
Yurisprudensi yang menjelaskan surat kuasa khusus, antara lain:
a. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No.149/Pdt/G/1972.
b. Putusan MA No.296K/Sip/1970: harus menyebut nama-nama
para pihak dan pokok perkaranya;

16
Pengantar

c. Putusan PT Medan No.98/Pdt/72/PT Mdn: kuasa untuk


banding harus menyebut bahwa surat kuasa tersebut termasuk
untuk mengajukan banding
d. Putusan MA No.2339K/Pdt/1985: surat kuasa khusus perlu
menyebut dengan tegas nama pengadilan beserta wilayah
hukumnya.
Surat Edaran mahkamah Agung (SEMA) yang menjelaskan surat
kuasa khusus diantaranya SEMA Nomor 2 Tahun 1959 tanggal 19
Januari 1959, SEMA Nomor 5 Tahun 1962 tanggal 30 Juli 1962, SEMA
Nomor 01 Tahun 1971 tanggal 23 Januari 1971, dan SEMA Nomor 6
Tahun 1994, tanggal 14 Oktober 1994. Berdasarkan yurisprudensi dan
ke-4 SEMA tersebut diatas, maka secara garis besar syarat-syarat dan
formulasi Surat Kuasa Khusus dalam perkara perdata adalah :
a. Menyebutkan dengan jelas dan spesifik surat kuasa dengan
judul Surat Kuasa Khusus
b. Menyebut untuk berperkara di pengadilan;
c. Menyebutkan pada pengadilan mana surat kuasa akan
dipergunakan, baik pengadilan dengan kewenangan absolut
maupun pengadilan dengan kewenangan relatifnya;
d. Menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak (sebagai
penggugat dan tergugat); dan
e. Menyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan obyek
sengketa yang diperkarakan antara pihak yang berperkara.
Paling tidak, menyebutkan jenis masalah perkaranya.
Surat Kuasa khusus dipergunakan untuk mewakili dalam suatu
tahap pemeriksaan saja, misalnya mewakili berperkara di tingkat
Pengadilan negeri saja, atau tingkat banding, atau tingkat kasasi (lihat
Yurisprudensi dalam perkara pidana No.393K/Pid/2010). Surat kuasa
khusus tidak boleh dipergunakan untuk mewakili pada seluruh tahap
pemeriksaan perkara dari pengadilan tingkat pertama hingga tingkat
terakhir dan eksekusi. Surat kuasa yang tidak sesuai dengan ketentuan
Pasal 123 HITR beserta yurispriudensi dan ketentuan dari MA dapat

17
Praktik Peradilan Perdata

menyebabkan gugatan tidak diterima (Putusan PT Medan No.98/


Pdt/72/PT Mdn)

E. Kewenangan Pengadilan
1. Kewenangan Absolut
Hukum formil memuat peraturan mengenai bagaimana caranya
menegakkan hukum materiil yang dilanggar melalui pengadilan
(Mertokusumo, 2010: 2). Pengadilan adalah salah satu lembaga
penegak hukum. Lembaga penegak hukum lainnya adalah kepolisian,
kejaksaan, dan advokat atau pengacara) yang nantinya diharapkan para
penegak hukum ini saling bahu membahu menegakan hukum dan
keadilan. Kekuasaan untuk menegakkan hukum melalui pengadilan
disebut dengan kekuasaan kehakiman.
Pasal 1 angka 1 UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Kekuasaan Kehakiman merumuskan batasan kekuasaan kehakiman
secara komprehensif, yakni kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik
Indonesia. Kekuasaan kehakiman atau kekuasaan yudikatif atau
kekuasaan menegakkan hukum dilakukan oleh pengadilan melalui
proses peradilan. Peradilan adalah proses penegakan hukum dalam
hal ada tuntutan hak atau perkara oleh lembaga negara yang mandiri
dengan hasil akhir berupa putusan yang mengikat. Tugas pokok
pengadilan sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman adalah
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan padanya (Mertokusumo, 2010: 113).
Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen ketiga menentukan
bahwa kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh:
1. sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan

18
Pengantar

peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan


peradilan tata usaha negara, dan
2. sebuah Mahkamah Konstitusi
Berdasarkan ketentuan di atas, maka pengadilan yang berwenang
mengadili atau menegakkan hukum sangat beragam dan dikelompokkan
ke dalam 4 badan peradilan. Masing-masing badan peradilan
mempunyai kewenangan mengadili jenis perkara yang berbeda-beda.
Kewenangan mengadili antar badan peradilan atau berdasarkan
jenis perkaranya ini disebut dengan kewenangan absolut (Sutantio &
Oeripkartawinata, 1995: 11). Dalam pemeriksaan tingkat dua dikenal
adanya peradilan tingkat banding, yang di Indonesia dilaksanakan oleh
Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi Agama, Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara, serta Pengadilan Militer Tinggi. Pengadilan-pengadilan
tersebut mempunyai kewenangan absolut untuk mengadili perkara
tingkat kedua atau tingkat banding. Apabila ada suatu perkara baru
pertama kali akan diperiksa, maka tidak dapat langsung diajukan ke
pengadilan tingkat banding. Jadi harus diajukan ke pengadilan tingkat
pertama terlebih dahulu.
Dalam menegakkan hukum atau mengajukan tuntutan hak
atau mengajukan perkara, tidak boleh melanggar kekuasaan absolut
maupun relatif. Apabila kewenangan absolut dilanggar akibatnya
hakim karena jabatannya (ex officio) harus menyatakan dirinya tidak
wenang (Mertokusumo, 2010: 119) dan perkaranya atau tuntutan
haknya atau gugatannya tidak diterima (Niet ontvankelijk verklaard).
Secara keseluruhan kewenangan pengadilan secara absolut dapat
digambarkan dalam skema di bawah ini.

19
Praktik Peradilan Perdata

MK MA RI
UU 24/03 14/85, s.d.u UU 5/04, s.d.u UU 3/093

PT PTA PTTUN PMT,PMUt

UU 2/86, s.d.u
PN UU 8/04, s.d.u PA PTUN PM,PMT
UU 49/09
UU 7/89, s.d.u UU 5/86, s.d.u UU 31/97
UU 3/06, s.d.u UU 9/04, s.d.u
P. Ekonomi PHI P. Anak UU 50/09 UU 51/09
UU 18/01
UU Drt.7/55 UU 2/04 UU 11/12
P. Pajak Ps.27(1)
P. Niaga P. HAM P. Tipikor UU 48/2009
Penj.Ps.9(1)
UU 51/2009
UU 4/98 UU 26/00 UU 46/09
s.d.u 37/04 P. Perikanan UU 3/04 s.d.u 45/09

a. Kewenangan absolut Badan Peradilan Umum dan Tatanan


Organisasinya
Peradilan umum adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
yang berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya (Pasal
2 Undang-Undang No.8 Tahun 2004, Pasal 50 UU No.2 Tahun 1986).
Peradilan umum dilaksanakan oleh:
1. Pengadilan Negeri, untuk pengadilan tingkat pertama
2. Pengadilan Tinggi untuk pengadilan tingkat banding
3. Mahkamah Agung sebagai puncak peradilannya (lihat
ketentuan Pasal 3 dan 6 UU No.2 Tahun 1986).
Di dalam lingkungan peradilan umum, dapat dibentuk pengadilan
khusus (lihat ketentuan Pasal 8 ayat 1 UU No.49 Tahun 2009).

20
Pengantar

Pengadilan khusus adalah pengadilan yang mempunyai kewenangan


untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tertentu yang
hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan badan peradilan
yang berada di bawah Mahkamah Agung (Pasal 1 butir 5 UU No.49
Tahun 2009).
Pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan
umum saat ini adalah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (dibentuk
berdasarkan UU No.46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi), Pengadilan Anak (dibentuk dengan UU No.3 Tahun 1997
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 11 Tahun 2012), Pengadilan
Tindak Pidana Ekonomi (dibentuk berdasarkan UU No.7/Drt/1955),
Pengadilan Hak Asasi Manusia (dibentuk dengan UU No.26 Tahun
2000), Pengadilan Hubungan Industrial (dibentuk berdasar UU No.2
Tahun 2004, s.d.t PERPU No.1 Tahun 2005, s.d.s UU No.2 Tahun
2005), Peradilan Syariah Islam di Nangroe Aceh Darussalam, sepanjang
kewenangannya merupakan kewenangan peradilan umum (Pasal 3A
ayat 2 UU No.50 Tahun 2009), Pengadilan Niaga (UU No.4 Tahun 1998,
s.d.u UU No.37 Tahun 2004), Pengadilan Perikanan (UU No.31/2004
s.d.u UU No.45 Tahun 2009.
Pengadilan Hubungan Industrial mempunyai wewenang
memeriksa dan memutus :
1) di tingkat pertama mengenai perselisihan hak;
2) di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan
kepentingan;
3) di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan
hubungan kerja;
4) di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan (Ps.56
UU 2/2004 ).

21
Praktik Peradilan Perdata

Pengadilan Niaga berwenang memeriksa dan memutus:


1) Permohonan pernyataan kepailitan
2) permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang,
3) perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan
dengan Peraturan Pemerinta (Pasal 280 UU Kepailitan)

b. Kewenangan Absolut Badan Peradilan Khusus dan Tatanan


Organisasinya
Peradilan umum adalah peradilan yang berwenang mengadili
perkara pidana dan perdata bagi masyarakat pada umumnya (Pasal
50 UU No.2 Tahun 1986 jo.Pasal 2 UU No.8 Tahun 2004) sedangkan
yurisdiksi peradilan khusus adalah peradilan yang berwenang
memeriksa dan memutus serta menyelesaikan perkara-perkara tertentu
atau terhadap kelompok-kelompok tertentu. Perkara-perkara tertentu
atau kelompok-kelompok tertentu yang dimaksud adalah perkara
tertentu bagi orang yang beragama Islam, perkara pidana dan tata
usaha militer, serta sengketa tata usaha Negara. Yurisdiksi peradilan
khusus tersebut dilakukan oleh:
1) Peradilan agama, yang berwenang memeriksa, mengadili,
memutus, dan menyelesaikan perkara tertentu antara
orang-orang yang beragama Islam (ps.2 UU 3/2006) yakni:
perkawinan; waris; wasiat; hibah; wakaf; zakat; infaq; shadaqah;
dan ekonomi syari’ah.(lihat Pasal 49 UU No.3 Tahun 2006);
memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan
awal bulan pada tahun Hijriyah (Pasal 52A UU No.3 Tahun
2006). (dibentuk dengan UU No.7 Tahun 1989, s.d.u UU No.3
Tahun 2006, s.d.u UU No.50 Tahun 2009)
2) Peradilan Militer, yang berwenang memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara tindak pidana militer (Ps.25 ayat 4 UU
48/09), sengketa Tata Usaha ABRI, penggabungan gugatan
ganti rugi dalam perkara pidana militer (Ps.9 ay.2 UU 31/97)
3) Peradilan Tata Usaha Negara, yang berwenang memeriksa,
mengadili, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha

22
Pengantar

Negara (Pasal 4 UU 9/2004, Pasal 25 ayat 5 UU No.48 Tahun


2009).

c. Kewenangan Absolut Badan Peradilan Agama dan Tatanan


Organisasinya
Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara
tertentu (Pasal 2 UU No.3 Tahun 2006). Perkara tertentu yang
dimaksud adalah:
1) perkawinan;
2) waris;
3) wasiat;
4) hibah;
5) wakaf;
6) zakat;
7) infaq;
8) shadaqah; dan
9) ekonomi syari’ah.(lihat Pasal 49 UU No.3 Tahun 2006)
10) memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan
awal bulan pada tahun Hijriyah (Pasal 52A UU No.3 Tahun
2006).
Hubungan antara peradilan agama dan peradilan umum terjadi
dalam hal terjadi sengketa hak milik atau sengketa lain dalam
perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, khusus mengenai
objek sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu oleh pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Umum (Pasal 50 ayat 1 UU 3 Tahun
2006). Di lingkungan peradilan agama, terdapat pengadilan khusus,
yakni Peradilan Syariah Islam di Nagroe Aceh Darussalam sepanjang
kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama (Pasal
3A ayat 1 UU No.50 Tahun 2009). Peradilan syariah Islam di NAD
dilaksanakan oleh Mahkamah Syariah (Ps.25 ayat 1 UU No.18/2001)
untuk menegakkan Qanun Propvinsi NAD (Ps.25 ayat 2 UU 18/2001)
dan diberlakukan bagi pemeluk agama Islam (Ps.25 ayat 3 UU

23
Praktik Peradilan Perdata

18/2001). Peradilan syariah Islam di NAD dilakukan oleh Mahkamah


Syariah Kabupaten untuk peradilan tingkat pertama dan Mahkamah
Syariah Provinsi untuk peradilan tingkat banding. Kasasi diajukan ke
Mahkamah Agung (Ps.26 ayat 1 dan 2 UU 18/2001)
Peradilan agama dilakukan oleh:
1) Pengadilan Agama, untuk peradilan tingkat pertama
2) Pengadilan Tinggi Agama, untuk peradilan tingkat banding
(lihat Pasal 4 UU No.3 Tahun 2006).
3) Mahkamah Agung RI sebagai puncak peradilannya (Pasal 20
ayat 1 UU No.48 Tahun 2009).

d. Kewenangan Absolut Badan Peradilan Militer dan Tatanan


Organisasinya
Peradilan militer adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak
pidana militer (Ps.25 ayat 4 UU 48/09), sengketa Tata Usaha ABRI,
penggabungan gugatan ganti rugi dalam perkara pidana militer (Ps.9
ay.2 UU 31/97). Ada pertentangan kewenangan mengadili antara UU
No.48/2009 dengan UU No.31/1997.
Peradilan militer diselenggarakan oleh:
1) Pengadilan Militer untuk peradilan tingkat pertama dalam
perkara pidana militer Kapten ke bawah (Ps.15 ayat 1 dan Ps.40
UU 31/1997),
2) Pengadilan Militer Tinggi untuk peradilan tingkat pertama dan
banding dalam perkara pidana militer mayor ke atas (Ps.15 ayat
1 dan 3 dan Ps.41 UU 31/1997) dan peradilan tingkat pertama
sengketa TUM (Ps.15 ayat 2 UU 31/1997)
3) Pengadilan Militer Utama, untuk peradilan tingkat banding
perkara pidana (Ps.15 ayat 3 UU 31/1997) dan peradilan
banding dalam perkara TUM (Ps.15 ayat 4 UU 31/1997)
4) Pengadilan Militer Pertempuran, memeriksa perkara pidana
militer di daerah pertempuran untuk tingkat pertama dan
terakhir (Ps.17 ayat 1 dan Ps.45)

24
Pengantar

5) Mahkamah Agung sebagai puncak peradilannya (Ps.44 ayat 5)


Tempat Kedudukan:
1) Pengadilan Militer dan Pengadilan Militer Tinggi ditentukan
berdasar Keputusan Panglima (Ps.14 ayat 2)
2) Pengadilan Militer Utama di Ibu Kota Negara dan daerah
hukumnya meliputi seluruh wilayah Indonesia (Ps.14 ayat 1)
3) Pengadilan Militer Pertempuran, berkedudukan dan berdaerah
hukum di daerah pertempuran (Ps.46).
Hubungan antara peradilan militer dan peradilan umum terjadi
dalam hal ada tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh
mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan
peradilan militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum, kecuali dalam keadaan tertentu menurut
keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus diperiksa dan
diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer (Pasal 16
UU 48/2009).

e. Kewenangan absolut Badan Peradilan Tata Usaha Negara dan


Tatanan Organisasinya
Peradilan tata usaha negara adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman yang berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan
menyelesaikan sengketa tata usaha Negara (Pasal 4 UU 9/2004, Pasal
25 ayat 5 UU No.48 Tahun 2009). Penyelenggara peradilan tata usaha
Negara adalah:
1) Pengadilan Tata Usaha Negara, untuk peradilan tingkat
pertama
2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, untuk peradilan tingkat
banding (Pasal 6 UU No.9/2004).
3) Mahkamah Agung sebagai puncak peradilannya
Di dalam lingkungan badan peradilan tata usaha Negara, telah
dibentuk pengadilan khusus, yakni pengadilan pajak (Penjelasan
Ps.27 ayat 1 UU No.48 Tahun 2009& Penjelasan Pasal 9A UU Nomor
51 Tahun 2009.

25
Praktik Peradilan Perdata

f. Pengadilan Pajak
Di dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 (amandemen
ketiga) ditentukan bahwa:
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 tersebut,
sebagaimana juga ditentukan di dalam Pasal 18 dan Pasal 25 ayat (1)
Undang-Undang No.48 Tahun 2009, badan-badan peradilan yang
berada di bawah Mahkamah Agung hanyalah:
a) Badan Peradilan Umum
b) Badan Peradilan Agama
c) Badan Peradilan Militer
d) Badan Peradilan Tata Usaha Negara.
Di dalam masing-masing badan peradilan tersebut selanjutnya
dapat dibentuk pengadilan khusus ( Pasal 27 ayat 1 UU No.48 Tahun
2009). Berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat 1 UU No.48 Tahun 2009,
setiap pembentukan pengadilan khusus harus dimasukkan ke dalam
salah satu lingkungan badan peradilan (umum, agama, militer, tata
usaha negara).
Dari ketentuan Pasal 25 ayat 1 dan Pasal 27 ayat 1 UU No.48 Tahun
2009 dapat dilihat bahwa:
a) struktur lingkungan badan peradilan di lingkungan badan
peradilan, yakni peradilan umum, agama, militer dan tata
usaha negara. sifatnya limitatif. Hanya ada empat lingkungan
badan peradilan. Tidak dimungkinkan badan peradilan lain di
luar keempat lingkungan badan peradilan yang telah disebut.
b) Konsekuensi dari prinsip limitatif tersebut, pengadilan baru
yang dibentuk harus dimasukkan ke dalam salah satu dari
empat badan peradilan yang ada.

26
Pengantar

Pengadilan Pajak dibentuk dengan Undang-Undang No.14 Tahun


2002 ternyata tidak berada di bawah salah satu lingkungan badan
peradilan. Tidak ada satu pasalpun di dalam UU No.14 Tahun 2002
yang menentukan bahwa Pengadilan Pajak masuk ke dalam salah
yurisdiksi badan peradilan. Apakah Pengadilan Pajak merupakan
lingkungan badan peradilan baru selain keempat lingkungan badan
peradilan yang sudah ada sebelumnya (peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer serta peradilan tata usaha negara? Hal tersebut
jelas tidak mungkin mengingat prinsip struktur lingkungan badan
peradilan sifatnya limitatif (Pasal 18 dan 25 ayat 1 UU No.48 Tahun
2009). Namun di dalam penjelasan Pasal 2 UU 14 Tahun 2002 dikatakan
bahwa pengadilan pajak adalah badan peradilan sebagaimana diatur
dalam UU 14/1970 s.d.u UU No.35/1999. Ketentuan Penjelasan pasal
2 tersebut jelas bertentangan dengan ketentuan UU No.48 Tahun
2009. Di dalam penjelasan Pasal 27 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009 dan
Penjelasan Pasal 9 ayat 1 UU No.51 Tahun 2009 akhirnya dikatakan
bahwa Pengadilan Pajak merupakan pengadilan khusus dalam
lingkungan peradilan tata usaha negara. Dengan adanya ketentuan
UU No.48 Tahun 2009 dan UU No.51 Tahun 2009 tersebut, maka
ketentuan yang diberlakukan adalah ketentuan dalam Penjelasan pasal
27 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009 dan Penjelasan Pasal 9 ayat (1) UU
No.51 Tahun 2009. Jadi kedudukan pengadilan pajak berubah menjadi
pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan tata usaha negara,
bukan badan peradilan yang sejajar dengan badan peradilan umum
dan badan peradilan khusus sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Penjelasan Pasal 2 UU No.14 Tahun 2002. Dasarnya adalah, asas lex
posteriori de roggat legi priori.
Di dalam ketentuan Pasal 21 ayat 1 UU No.48 Tahun 2009,
ditentukan bahwa secara organisatoris, administratif dan finasial,
badan peradilan di bawah MA berada di bawah kekuasaan Mahkamah
Agung. Sementara, pembinaan organisatoris, administratif dan finasial
Pengadilan Pajak, berada di bawah Departemen Keuangan (Pasal 5
ayat 2 UU No.14 Tahun 2002). Struktur organisatoris, administratif

27
Praktik Peradilan Perdata

dan finasial Pengadilan Pajak dengan demikian tidak sesuai dengan


ketentuan sebagaimana diatur dalam UU No.48 Tahun 2009 tentang
Pokok-Pokok Kekuasaan kehakiman. Apakah ketidaksesuaian tersebut
dapat dikatakan kekhususan atau lex spesialis? Dari struktur lingkungan
badan peradilan yang sifatnya limitatif sebagaimana dianut oleh Pasal
24 UUD 1945 jo Pasal 18 dan 25 ayat 1 UU No.48 Tahun 2009, maka
penyimpangan yang dilakukan oleh UU No.14 Tahun 2002 mengenai
Pengadilan Pajak tidak dapat dikatakan kekhususan (lex spesialis),
karena sifat limitatif dari kaedahnya (Pasal 24 UUD 1945 serta Pasal
18, 25 ayat 1 UU No.48 Tahun 2009) serta kedudukan UUD 1945 yang
lebih tinggi dari UU No.14 Tahun 2002. Penyimpangan yang dapat
dilakukan dalam struktur lingkungan badan peradilan di Indonesia
hanyalah membuat Pengadilan Khusus di bawah salah satu lingkungan
badan peradilan.
Dalam teori hukum, peraturan hukum yang hendak menyimpang
secara khusus harus memenuhi dua syarat:
a) Kemungkinan penyimpangan secara khusus diperbolehkan
atau disebut dalam norma umumnya, serta diatur juga dengan
peraturan yang sama tingkatannya. Sebagai contoh:
1) Ketentuan Pasal 3 ayat (2) UU No.48 Tahun 2009: Segala
campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di
luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Ketentuan Pasal 11 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009:
Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.
3) Pasal 11 ayat 4 UU No.48 Tahun 2009: Dalam perkara
pidana wajib hadir pula seorang penuntut umum, kecuali
undang-undang menentukan lain.
4) Pasal 12 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009: Pengadilan
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana

28
Pengantar

dengan kehadiran terdakwa, kecuali undang-undang


menentukan lain.
5) Pasal 13 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009: Semua sidang
pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum,
kecuali undang-undang menentukan lain.
6) Ketentuan Pasal 20 ayat (2) a UU No.48 Tahun 2009:
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat
kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan
yang berada di bawah Mahkamah Agung, kecuali undang-
undang menentukan lain.
Syarat ini sesuai dengan asas dalam pembentukan peraturan
hukum, sebagaimana juga dianut dalam UU No.10 Tahun 2004
(Pasal 5), yakni asas kejelasan rumusan.
b) Penyimpangan atau pengecualian secara khusus harus
didasarkan pada pertimbangan filosofis yang lebih tinggi dari
pertimbangan filosofis ketentuan umumnya.
Ketentuan dalam Pasal 18 dan Pasal 25 ayat (1) UU No.48
Tahun 2009 tidak memberikan kemungkinan penyimpangan
secara khusus, seperti halnya dalam contoh-contoh ketentuan
yang membolehkan penyimpangan sebagaimana disebut di
atas. Ketentuan dalam Pasal 18 serta Pasal 25 ayat (1) UU No.48
Tahun 2009 dengan demikian tidak mengenal penyimpangan
atau tidak dapat disimpangi.
Struktur organisatoris, administratif dan finansial dari
Pengadilan Pajak mestinya mengikuti ketentuan terbaru, yakni
UU No.48 Tahun 2009 berdasar asas lex posteriori de rogaat
legi priori. Hal tersebut juga konsisten dengan berlakunya
ketentuan Penjelasan Pasal 27 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009
dan Penjelasan Pasal 9 ayat (1) UU No.51 Tahun 2009, yang
mengesampingkan ketentuan Penjelasan Pasal 2 UU No.14
Tahun 2002.

29
Praktik Peradilan Perdata

Pengadilan Pajak dikatakan sebagai pengadilan tingkat


pertama dan akhir. Upaya hukum yang dapat diajukan
hanyalah peninjauan kembali (Pasal 77 ayat 3 dan Pasal 80
ayat 2 UU 14 Tahun 2002). Struktur demikian dikatakan untuk
menciptakan peradilan yang lebih sederhana, cepat dan beaya
murah dalam sengketa perpajakan (Penjelasan Umum UU
No.14 Tahun 2002).
Solusi yang dapat dilakukan untuk membenahi penyimpangan
tersebut adalah: mengamandemen ketentuan dalam UU No.14
tahun 2002 khususnya mengenai kedudukan, pembinaan
organisatoris, administratif dan finasial, nomenklaturnya,
serta kedudukan Pengadilan Pajak, untuk disesuaikan dengan
UUD 1945 sebagai hukum dasar serta UU No.48 Tahun 2009
sebagai peraturan payung dari sistem peradilan di Indonesia.
2. Kompetensi Relatif
Dalam mengajukan gugatan maka ada dua jenis kewenangan yang
harus diperhatikan, yakni kewenangan absolut dan kewenangan relatif.
Apabila kewenangan absolut menyangkut kewenangan mengadili
berdasar jenis perkaranya, kompetensi relatif adalah kewenangan
mengadili berdasarkan wilayah hukum pengadilan. Kewenangan relatif
perkara perdata ada dua, yakni:
a) kewenangan relatif untuk perkara perdata pada umumnya, dan
b) kewenangan relatif untuk perkara perdata tertentu.

a. Kewenangan relatif untuk perkara perdata pada umumnya.


Kewenangan relatif untuk perkara perdata pada umumnya diatur
di dalam 118 HIR. Menurut ketentuan Pasal 118 HIR gugatan harus
diajukan ke:
1) Pengadilan, dimana tergugat berdomisili, atau berdiam.
Ini merupakan asas kewenangan relatif perkara perdata, yakni
Actor Sequitur Forum Rei (Sutantio & Oeripkartawinata,
1995: 11). Asas ini mengenal pengecualian-pengecualian
sebagaimana dijelaskan berikut ini.

30
Pengantar

2) Pengadilan dimana salah satu tergugat bertempat tinggal,


dalam hal tergugat lebih dari satu orang. Dalam praktik, pihak
yang secara langsung merugikan hak penggugat dijadikan
tergugat pertama. Gugatan dapat diajukan di pengadilan
dalam wilayah hukumnya tergugat pertama ini berdomisili
atau bertempat tinggal. Dalam hal yang merugikan adalah
kantor cabang atau perwakilan atau instansi pemerintah yang
bekerja dibawah perintah kantor pusat badan hukum, atau
atasan dari instansi pemerintah yang merugikan, maka tergugat
pertamanya adalah pimpinan kantor pusat badan hukum atau
pejabat atasan yang membawahi instansi pemerintah yang
telah merugikan. Gugatan dalam hal demikian diajukan ke
pengadilan dalam wilayah kantor pusat badan hukum atau
pejabat pemerintah berdomisili.
3) Pengadilan dimana Penggugat atau salah satu penggugat
berdomisili, dalam hal tergugat atau para tergugat tidak
diketahui domisilinya atau kediamannya.
4) Pengadilan dimana dalam wilayah hukumnya terdapat benda
tetap yang menjadi obyek sengketa, dalam hal yang menjadi
obyek sengketa adalah benda tetap. Misalnya gugatan warisan
terhadap tanah.
5) Pengadilan yang dipilih dengan akta, dalam hal para pihak yang
berselisih telah menetapkan pengadilan yang ditunjuk untuk
menyelesaikan perselisihan dalam suatu akta perjanjian.

b. Dalam perkara perdata tertentu


Selain perkara perdata yang bersifat umum –seperti: jual beli,
hutang piutang, warisan- bagi masyarakat pada umumnya, ada perkara
perdata tertentu yang memiliki ketentuan kewenangan relatif secara
khusus, seperti:
1) gugatan perceraian menurut agama Islam oleh suami, diajukan
ke pengadilan dimana suami sebagai penggugat berdomisili
(lihat ketentuan Pasal 14 PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang
pelaksanaan UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan).

31
Praktik Peradilan Perdata

2) Permohonan pembatalan suatu perkawinan diajukan oleh


pihak-pihak yang berhak mengajukannya kepada Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat berlangsungnya
perkawinan, atau di tempat tinggal kedua suami-isteri, suami
atau isteri (Pasal 38 ayat (1) PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974).
3) Gugatan sengketa konsumen, diajukan ke Pengadilan
Negeri dimana dalam wilayah hukumnya konsumen sebagai
penggugat bertempat tinggal (lihat ketentuan Pasal 23 UU No.8
Tahun 1999).
4) Gugatan perselisihan hubungan industrial, diajukan kepada
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang
daerah hukumnya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja
(lihat ketentuan Pasal 81 UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Pengadilan Hubungan Industrial).
5) Gugatan pemegang saham terhadap perseroan, diajukan
ke pengadilan negeri tempat kedudukan perseroan (lihat
ketentuan Pasal 61 ayat 2 UU No.40 Tahun 2007).
6) Gugatan terhadap orang yang tidak cakap diajukan ke
pengadilan dimana orang tua, wali, atau pengampu dari orang
yang tidak cakap tersebut (Pasal 21 BW)
7) Gugatan terhadap buruh yang berdiam di rumah majikannya
dapat diajukan ke pengadilan tempat majikan berdomisili atau
berdiam (Pasal 22 BW)
8) Gugatan kepailitan diajukan ke pengadilan tempat kedudukan
debitur termohon pailit (Pasal 3 UU Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran).
Apabila suatu gugatan menyalahi ketentuan kewenangan relatif,
maka hakim akan menyatakan dirinya tidak wenang hanya apabila
ada eksepsi dari pihak lawan (Mertokusumo, 2010: 123), dalam hal
demikian gugatan dapat dinyatakan tidak diterima (niet ontvankelijk
verklaard). Apabila tidak ada keberatan atau eksepsi dari pihak lawan,

32
Pengantar

sekalipun gugatan menyalahi kewenangan relatif hakim dapat tetap


memeriksa dan menyelesaikannya (lihat ketentuan Pasal 135 HIR).

F. Cara Mengajukan Gugatan


Gugatan atau sengketa perdata dapat diajukan ke pengadilan secara
lisan, atau secara tertulis (Pasal 118, 120 HIR). Gugatan secara lisan
diperuntukkan hanya bagi para pihak yang tidak dapat membaca dan
menulis. Apabila mereka dapat membaca dan menulis maka harus
mengajukan gugatan secara tertulis. Gugatan secara tertulis diajukan
dengan menyusun surat gugatan.
Jumlah pihak yang mengajukan gugatan dapat seorang, beberapa
orang, sekelompok orang, atau hingga jutaan orang. Jumlah pihak
yang digugat dapat seorang atau beberapa orang. Dalam sengketa
warisan misalnya, beberapa ahli waris dapat maju bersama sebagai
penggugat untuk menggugat seorang atau beberapa orang ahli waris
lainnya sebagai tergugat. Pada gugatan Perbuatan melawan hukum
dalam kecelakaan kereta api misalnya, puluhan korban kecelakaan
mengajukan gugatan sebagai penggugat untuk menggugat perusahaan
kereta api sebagai tergugat. Di sini jumlah penggugatnya puluhan
orang. Dalam kasus pencemaran lingkungan hidup misalnya, seluruh
warga desa yang berjumlah ribuan menggugat perusahaan yang
mencemarkan lingkungan hidup dan merugikan warga desa tersebut.
Di sini jumlah penggugatnya dapat mencapai ribuan orang. Dalam hal
jumlah pihaknya banyak, gugatan dapat diajukan dengan cara sebagai
berikut.
1. Secara individual
Masing-masing individu dapat mengajukan gugatan secara
terpisah. Hal ini akan tidak efisien apabila jumlah pihaknya
mencapai puluhan, ratusan, ribuan, atau jutaan orang. Putusan
yang dijatuhkan dalam masing-masing perkara juga dapat
berbeda atau ada disparitas putusan hakim.

33
Praktik Peradilan Perdata

2. Secara kumulasi
Puluhan orang korban kecelakaan kereta api sebagai penggugat
dapat maju bersama-sama menggabungkan diri dalam suatu
gugatan PMH melawan tergugat. Ini namanya kumulasi
subyektif (Mertokusumo, 2010: 71). Dalam kumulasi subyektif
identitas seluruh pihak yang bersama-sama mengajukan
gugatan harus dicantumkan dalam surat gugatan. Ini lebih
efisien dari pada mengajukan gugatan sendiri-sendiri atau
secara individual. Putusan yang diperoleh juga sama untuk
seluruh penggugat.
3. Secara class action
Dalam kasus pencemaran lingkungan hidup misalnya, seluruh
warga desa yang berjumlah ribuan yang menggugat perusahaan
yang mencemarkan lingkungan hidup dan merugikan warga
desa tersebut, dapat menggugat secara class action. Di dalam
tata hukum acara perdata Indonesia, class action atau gugatan
perwakilan kelompok diberikan batasan sebagai tata cara
pengajuan gugatan, dalam mana satu orang atau lebih yang
mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri-
diri mereka sendiri dan sekaligus mewakili kelompok orang
yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau
dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok
dimaksud (lihat ketentuan Pasal 1 PERMA Nomor 1 Tahun
2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan kelompok). Gugatan
class action berasal dari Inggris, kemudian dianut di negara-
negara jajahannya, seperti Amerika Serikat, Australia, India,
Kanada, hingga ke beberapa negara Eropa Kontinental serta
Indonesia (Adi Nugroho, 2010). Dalam kasus pencemaran
lingkungan di atas. Salah satu warga atau berberapa warga
dapat maju mewakili kepentingannya sekaligus kepentingan
seluruh warga desanya untuk menggugat perusahaan. Bedanya
dengan kumulasi salah satunya adalah, dalam class action
identitas yang dicantumkan dalam gugatan cukup identitas

34
Pengantar

wakil kelompok dan nama kelompoknya, misalnya Suparjo


dan Ramelan, kelompoknya: warga desa Sukamaju yang
dirugikan dalam pencemaran sungai Serani yang dilakukan
oleh perusahaan sebagai tergugat. Nama seluruh warga desa
Suka Maju tidak perlu dicantumkan dalam surat gugatan,
seperti halnya kalau dilakukan dengan kumulasi. Class action
pada umumnya dari sisi waktu lebih efisien dari pada kumulasi.
Salah satu gugatan class action yang berhasil adalah gugatan
yang diajukan oleh Eurico Guteres & Nikolay AB warga Timor
Timur yang pro integrasi, yang maju mewakili diri sendiri
sekaligus warga Timor Timur lainnya yang pro integrasi pada
wilayah NKRI (Putusan PN Jakarta Pusat No.458/Pdt.G/2001/
PN.Jkt.Pst; Putusan PT Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
No.290/Pdt/2003/PT.DKI, serta Putusan Kasasi No.1589K/
Pdt/2005/ MA.RI) (Sundari, 2013: 58).
4. Gugatan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Gugatan oleh lembaga swadaya masyarakat dapat diajukan
berdasarkan hak gugat yang dimiliki oleh lembaga swadaya
masyarakat tersebut. Lembaga swadaya masyarakat yang dapat
mengajukan gugatan adalah lembaga swadaya masyarakat
yang berbadan hukum serta mewakili kepentingan hukum
sebagaimana diatur di dalam Anggaran dasarnya. Sebagai
contoh, gugatan yang diajukan oleh WALHI mewakili
kepentingan perlindungan lingkungan hidup sebagaimana
dinyatakan dalam Anggaran Dasarnya melawan PT Inti Indo
Rayon (lihat Putusan No. 820/Pdt.G/1988/PN.JKT.PST tanggal
14 Agustus 1989). Gugatan oleh Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia mewakili kepentingan perlindungan konsumen
sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasarnya melawan
PLN (lihat Putusan PN jakarta Selatan No.134/Pdt.G/1997/
PN.Jkt.Sltn dan Putusan PT DKI Jakarta 221/Pdt/G/PT/1998).
Hak mengajukan gugatan oleh LSM harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang memberikan hak

35
Praktik Peradilan Perdata

gugat tersebut. Sebagai contoh, Pasal 46 ayat (1) huruf c UU


Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang
menentukan bahwa:
“Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan
oleh:
c. lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk
badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran
dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan
didirikannya organisasi tersebut adalah untuk
kepentingan perlindungan konsumen dan telah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran
dasarnya”
Pasal 92 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menentukan:
(1) D a l am r ang k a p el a k s ana an t ang g u ng j aw ab
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan
gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk
melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan
ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.
(3) Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan
gugatan apabila memenuhi persyaratan: a. berbentuk
badan hukum; b. menegaskan di dalam anggaran
dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan
anggaran dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.
Meskipun baru ada dua UU yang memberi hak gugat LSM,
yakni UU Perlindungan Konsumen dan UU Lingkungan Hidup,
dalam praktik hak gugat LSM yang mengadvokasi bidang lain juga
dapat mengajukan gugatan dengan model hak gugat LSM, seperti:
putusan Mahkamah Konstutusi Nomor 76/PUU-X/2012 yang

36
Pengantar

memberi penegasan bahwa LSM MAKI memiliki kedudukan hukum


mengajukan permohonan praperadilan terhadap penafsiran Pasal 80
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP); Putusan PTUN
Jakarta No.71/G.TUN/2001/PTUN-JKT, antara Yayasan Lembaga
Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia/Indonesian Centre
for Environment Law (ICEL), dkk., v. Menteri Pertanian RI, dkk.,
yang mempermasalahkan surat keputusan yang diterbitkan oleh
TergugatNo.107/Kpts/KB.430/2/2001 tgl. 7 Pebruari 2001 tentang
Pelepasan secara terbatas 35B (BOLLGARD) sebagaimana diusulkan
PT. Monagro Kimia. Menurut penggugat pemberian surat izin tersebut
harus memakai AMDAL.
Sebelum mengajukan gugatan atau sengketa untuk diselesaikan
melalui pengadilan, beberapa hal yang harus dipersiapkan adalah
sebagai berikut.
1. Dasar gugatan
Dasar gugatan pada umumnya ada dua: perbuatan melawan
hukum, atau wanprestasi. Dalam beberapa kasus dasarnya
bukan PMH atau wanprestasi, akan tetapi disesuaikan dengan
ketentuan UU. Misalnya gugatan perceraian didasarkan pada
alasan-alasan yang sudah ditentukan dalam Pasal 19 PP
Nomor 9 Tahun 1975; permohonan kepailitan didasarkan
pada keadaan dimana debitor yang mempunyai dua atau lebih
kreditor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih (lihat Pasal 2 ayat 1 UU
Nomor 37 tahun 2004). Apabila gugatan tidak berdasar, maka
akan dinyatakan N.O (niet onvankelijk verklaard) atau tidak
diterima (Mertokusumo, 2010: 150).
2. Para pihak yang dapat mengajukan gugatan dan yang harus
digugat
Para pihak yang maju ke pengadilan harus yang berkepentingan
secara hukum (point d’interet point d’action) baik secara
langsung (pihak materiil) maupun tidak langsung (pihak
formil) (lihat Yurisprundensi MA No.294K/Sip/1971). Pihak

37
Praktik Peradilan Perdata

materiil adalah pihak yang haknya atau kepentingan hukumnya


dirugikan secara langsung. Sebagai contoh, penjual menggugat
pembeli yang melakukan wanprestasi. Penjual tersebut
mempunyai kepentingan hukum karena haknya sebagai
penjual dalam jual beli dirugikan oleh pembeli. Pihak formil
adalah pihak yang oleh hukum ditunjuk untuk maju mewakili
pihak materiil karena suatu keadaan tertentu. Misalnya, orang
tua atau wali maju mewakili kepentingan anaknya atau anak
di bawah perwaliannya yang masih di bawah 21 tahun yang
digugat karena menyebabkan kerugian pada pihak lain (lihat
Pasal 330, Pasal 383, 403-405, 452 BW); pengurus badan
hukum yang ditunjuk untuk mewakili badan hukum maju ke
pengadilan (Pasal 6 no.3 Rv, 1655 BW); LSM yang maju ke
pengadilan mewakili kepentingan sebagaimana dituangkan
dalam anggaran dasarnya (lihat UU Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dan UU Nomor 32 tahun
2009 tentang Pengelolan dan Perlindungan Lingkungan
Hidup).
Identitas para pihak juga harus jelas. Identitas para pihak
pada umumnya meliputi nama, umur dan alamat. Dalam
perkara perdata tertentu, agama atau pekerjaan kadang juga
diperlukan, misalnya: dalam gugatan perceraian penantuman
agama diperlukan untuk menentukan kewenangan absolut
pengadilan; dalam sengketa perburuhan pekerjaan diperlukan
untuk melihat apakah yang menggugat benar buruh; dalam
gugatan oleh atau terhadap badan hukum pekerjaan/jabatan
juga diperlukan untuk menentukan apakah yang maju sebagai
penggugat atau tergugat merupakan wakil sah dari badan
hukum. Apabila gugatan diajukan oleh atau terhadap pihak
yang tidak berkepentingan, atau, identitasnya tidak jelas,
dapat berakibat gugatan dinyatakan tidak diterima(N.O) (lihat
Putusan MA No.296K/Sip/1970; Sutantio, 1995: 19).

38
Pengantar

3. Kewenangan pengadilan
Ada dua kewenangan yang harus diperhatikan, yakni
kewenangan pengadilan secara absolut dan relatif. Apabila
kewenangan absolut tidak dipenuhi, hakim secara ex officio
akan menyatakan dirinya tidak wenang dan gugatan dinyatakan
tidak diterima (Pasal 132 BRv, 134 HIR, 160 RBg). Apabila
kewenangan relatif dilanggar dan pihak tergugat mengajukan
eksepsi, maka hakim akan menyatakan dirinya tidak wenang
dan gugatan dinyatakan tidak diterima (Pasal 135 HIR).
4. Menyusun Surat Gugatan
Gugatan dapat diajukan secara lisan atau tertulis. Gugatan
secara lisan dalam praktik juga akan dituliskan oleh panitera
berdasarkan keterangan lisan yang dikemukakan oleh
Penggugat ketika mengajukan mendaftaran gugatan lisan.
Gugatan secara tertulis disusun dengan membuat surat gugatan
dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 8 No.3 BRv.
5. Menyiapkan jaminan pemenuhan hak apabila gugatan
dikabulkan
Penggugat perlu mempersiapkan jaminan pemenuhan haknya
terpenuhi apabila gugatannya dikabulkan. Hukum acara
perdata menyediakan sarana untuk jaminan pemenuhan
hak penggugat, yakni melalui lembaga sita jaminan, uang
dwangzom, serta gijzeling.
Apabila penggugat hendak mengajukan permohonan sita jaminan,
maka dalam posita perlu dikemukakan alasan-alasan perlunya
dilakukan sita jaminan terhdap harta keayaan milik tergugat atau
benda yang menjadi obyek sengketa. Alasan-alasan tersebut bisanya
dikemukakan pada bagian akhir posita setelah dasar hukum.
Permohonan sita jaminan diperlukan untuk menjamin dipenuhinya
putusan hakim apabila gugatan dikabulkan dan tergugat tidak
bersedia melaksanakan putusan secara suka rela. Dasar hukum
untuk mengajukan diatur di dalam Pasal 197, 199, 202, 226, 227

39
Praktik Peradilan Perdata

HIR, serta Pasal 728, 747, 750a, 751-757, 763h-763k,823 BRv. Benda
yang dimohonkan untuk disita jaminan harus jelas kualifikasi dan
kepemilikannya. Dalam gugatan wanprestasi hutang piutang misalnya,
penggugat dalam surat gugatannya dapat mengajukan permohonan sita
terhadap harta benda debitur sebagai tergugat, baik bergerak maupun
tetap, senilai dengan nilai gugatan yang tuntutkan. Benda obyek
sengketa atau harta kekayaan tergugat yang dimohonkan penyitaan
harus jelas spesifikasinya. Misalnya kalau mobil harus dijelaskan
jenisnya, merknya, tahun pembuatan, warna, cc, No.BPKB, No.Polisi.
Apabila tanah, sebutkan jenis tanah apa, hak kepemilikannya, alamat,
luas, batas-batas.
Untuk menjamin secara tidak langsung agar tergugat apabila
dikalahkan memenuhi isi putusan (terutama yang bersifat
condemnatoir), penggugat juga dapat mengajukan upaya paksa:
a. Gijzeling
b. Uang dwangzom
Gijzeling adalah upaya paksa tidak langsung kepada tergugat
apabila terlambat atau tidak bersedia memenuhi isi putusan
condemnatoir secara suka rela dengan cara disandera. Gijzeling dikenal
di dalam ketentuan Pasal 209-224 HIR. Lembaga gijzeling pernah tidak
diberlakukan berdasarkan SEMA No.2 Tahun 1964 karena dianggap
bertentangan dengan pancasila. Namun berdasarkan kebutuhan, yakni
banyaknya debitur nakal yang mencoba melarikan hartanya untuk
menghindari putusan hakim, lembaga gijzeling dapat dituntukan
kembali berdasarkan PERMA Nomor 1 tahun 2000. Apabila Penggugat
hendak mengajukan permohonan gijzeling, maka harus dirumuskan
tuntutan tersebut di dalam petitum dengan jelas, berapa lama tergugat
harus menjalani hukuman paksa badan apabila tidak melaksanakan
putusan.
Uang dwangzom merupakan upaya paksa secara tidak langsung
juga kepada tergugat agar bersedia untuk melaksanakan isi putusan
condemnatoir, dengan cara membayar setiap hari atau bulan
keterlambatannya memenuhi isi putusan yang sudah in kracht.

40
Pengantar

Dasar hukumnya diatur di dalam pasal 606a dan 606b BRv. Di dalam
petitumnya penggugat dapat mengajukan tuntutan agar tergugat
membayar uang dwangzom kepada penggugat untuk setiap hari
keterlambatan tergugat melaksanakan putusan hakim. Jumlahnya
harus disebut, misalnya Rp.50.000,- setiap hari keterlambatan
memenuhi isi putusan in kracht. MA mengeluarkan yurisprudensi
No. 791 K/Sip/1972) yang menyatakan bahwa tuntutan dwangzom
hanya diperuntukkan bagi putusan comdemnatoir yang tidak berupa
pembayaran sejumlah uang (lihat juga Harifin A.Tumpa, jilid I, 1992:
3). Pengadilan tidak jarang mengabulkan beberapa permohonan
uang paksa, seperti Putusan MA No.38K/Sip/1967 (Harifin A.Tumpa,
1992, jilid II: 58); Putusan PN TEGAL Nomor 12/Pdt.G/2014/PN
Tgl. Tahun 2014 (http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan
/99cc1c5019c9c1859cb4587ef3ab19c5, diakses 6 Oktober 2015);
Putusan PN SENGKANG Nomor 16 /Pdt.G/2014/PN.Skg Tahun
2014 (http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/8d59629459
4c9fa831d9aff1f9661601, diakses tanggal 6 Oktober 2015); Putusan
PN KLATEN Nomor 58/PDT.G/2011/PN.KLT Tahun 2012 (http://
putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/582f65b11575f7 46347
0c 8dac684cca8, diakses 6 Oktober 2015); Putusan PTA Surabaya
No.198/Pdt/G/2009/PTA Sby (file:///C:/Users/SUNDARI/Downloads/
PERDATA__-198_Pdt.G_2009_PTA.Sby.pdf, diakses 6 Oktober 2015).

G. Proses Peradilan Perdata


Apabila pengajuan gugatan telah dipersiapkan, maka tinggal
didaftarkan ke pengadilan yang berwenang. Setelah proses pendaftaran
dianggap sah, para pihak tinggal menunggu pemanggilan sidang.
Perkara perdata ada dua, yakni perkara permohonan (voluntair
Jurisdiction), dan sengketa atau gugatan (contentiousa Jurisdiction).
Di dalam HIR hanya diatur proses pemeriksaan sengketa perdata dan
tidak diatur proses pemeriksaan perkara permohonan. Dalam hukum
kebiasaan proses pemeriksaan sengketa perdata diterapkan secara
analogi dalam proses pemeriksaan perkara permohonan.

41
Praktik Peradilan Perdata

Berdasarkan berbagai Pasal dalam HIR, UU Nomor 48 tahun 2009


tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, serta UU Nomor 2 tahun
1986, s.d.u UU Nomor 8 Tahun 2004, s.d.u UU Nomor 49 tahun 2009
tentang Peradilan Umum, proses peradilan perdata dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut.
1. Upaya damai melalui mediasi (PERMA No.1 Tahun 2002 jis.
PERMA Nomor 3 Tahun 2008 dan PERMA Nomor 1 Tahun
2016)
Apabila mediasi berhasil dibuat akta perdamaian oleh para
pihak, untuk dikuatkan dalam Putusan perdamaian oleh hakim
2. Penyerahan gugatan
Apabila upaya damai melalui mediasi gagal, sidang dilanjutkan
dengan penyerahan gugatan.
Sebelum penggugat menyerahkan surat gugatan secara resmi,
diberi kesempatan untuk mengubah atau mencabut gugatan
sebelum tergugat menjawab tanpa minta ijin dari tergugat
(lihat ketentuan Pasal 271 BRv).
3. Penyerahan jawaban Tergugat
Terhadap gugatan Penggugat Tergugat diberi kesempatan
mengajukan jawaban. Jawaban Tergugat dapat meliputi
jawaban tentang hal-hal di luar pokok perkara (eksepsi), dan
jawaban atas pokok perkara. Dalam jawabannya tergugat juga
dapat sekaligus mengajukan gugatan rekonvensi atau gugat
balik. Pada saat proses persidangan sedang berjalan, pihak
ketiga dimungkinan ikut masuk bergabung sebagai pihak yang
berperkara, baik sebagai pihak turut menggugat atau sebagai
turut tergugat. Ini dinamakan dengan intervensi. Pihak ketiga
dapat masuk pada saat persidangan penyerahan gugatan,
jawaban tergugat, replik maupun duplik.
4. Replik
Setelah tergugat menjawab dan jawabannya diserahkan kepada
penggugat di persidangan, penggugat dapat menanggapi balik
jawaban tergugat melalui replik.

42
Pengantar

5. Duplik
Terhadap replik yang diserahkan penggugat kepada tergugat,
tergugat masih dapat menanggapi dengan mengajukan duplik.
Inilah yang disebut dengan proses jawab menjawab, hingga
segala fakta yang menjadi sengketa dikemukakan semua.
6. Pembuktian dari penggugat dan tergugat
Setelah acara jawab menjawab dianggap selesai, selanjutnya
para pihak mengajukan pembuktian. Sesuai dengan asas
hakim pasif dan penafsiran terhadap ketentuan Pasal 163
HIR (Sundari, 2013: 149), yang membuktikan dalam perkara
perdata adalah para pihak dan bukan hakim. Hakim hanya
memerintahkan saja kepada para pihak untuk mengajukan
bukti-bukti mereka. Hakim selaku pemimpin sidang hanya
menunjukkan bukti-bukti apa saja yang dapat diajukan
menurut hukum.
Dalam perkara perdata, para pihak dapat mendukung
kebenaran dalil-dalil dalam gugatan, jawaban, replik, maupun
duplik mereka dengan: Surat, saksi, pengakuan, persangkaan,
sumpah, pemeriksaan setempat, serta keterangan ahli (lihat
ketentuan Pasal 164 HIR, 1866 BW; 153, 154 HIR).
7. Penyerahan kesimpulan
Penyerahan kesimpulan sebenarnya tidak diatur dan tidak
diwajibkan oleh HIR, namun dalam praktik kebiasaan hakim
memberi kesempatan kepada kedua pihak untuk masing-
masing menyerahkan kesimpulan. Kesimpulan berisi ringkasan
jalannya persidangan, pembuktian, serta analisis masing-
masing pihak atas hasil persidangan dan pembuktian mereka.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 130 HIR, sebelum hakim
menjatuhkan putusan para pihak masih diberi kesempatan
berdamai selama proses persidangan dan sebelum hakim
menjatuhkan putusan. Apabila pada tahap ini para pihak
mencapai kata sepakat untuk damai, maka putusan dari hakim

43
Praktik Peradilan Perdata

tidak akan dibuat, melainkan putusan damai yang isinya


didasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak.
8. Pembacaan putusan
Setelah seluruh rangkaian acara selesai, maka tiba saatnya
hakim mengadili dan menyelesaikan sengketa antara para
pihak dengan menyusun dan membacakan putusan dalam
persidangan yang terbuka untuk umum.
Tahap-tahap pemeriksaan perkara permohonan tidak diatur
di dalam HIR. Dalam hukum kebiasaan tahap-tahap pemeriksaan
sengketa perdata diterapkan secara analogi dalam pemeriksaan perkara
permohonan, dengan hasil akhir bukan putusan, melainkan penetapan.
Tahap-tahap tersebut yakni:
1. Penyerahan dan pembacaan surat permohonan
2. Pengajuan bukti-bukti dari pemohon, dapat meliputi bukti
surat dan saksi.
3. Penjatuhan penetapan.
Dalam tahap pemeriksaan perkara permohonan tidak perlu jawab
menjawab karena tidak ada pihak lawan. Dalam perkara permohonan
secara umum, penetapan hakim merupakan penetapan yang umumnya
bersifat final dan binding, tidak ada upaya hukum.
Ada perkara perkara permohonan yang sifatnya contradictoir,
bukan voluntary dengan acara yang khusus pula yang berbeda dengan
acara pemeriksaan perkara permohonan pada umumnya. Misalnya,
permohonan kepailitan. Dalam perkara permohonan kepailitan:
1. Ada dua pihak yang berperkara dan saling berhadapan, yakni
pemohon pailit dan debitur yang dimohonkan pailit.1
2. Pemeriksaan dilakukan secara contradictory, yakni dengan
kehadiran pihak lawan.2
3. Hasil akhir bukan berupa penetapan, melainkan putusan.3

1
Istilah pemohon kepailitan dapat disimpulkan dari ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
37 tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
2
Lihat ketentuan Pasal 8 UU Nomor 37 Tahun 2004
3
Lihat ketentuan Pasal 8 ayat 5 UU Nomor 37 Tahun 2004

44
Pengantar

Dalam sengketa perdata, apabila ada pihak-pihak yang tidak puas


terhadap putusan pengadilan upaya hukumnya adalah sebagai berikut.
1. Dalam permohonan kepailitan, dimana ada dua pihak yang
berlawanan yakni pemohon dan termohon, bagi yang tidak
puas terhadap putusan (bukan penetapan) hakim Pengadilan
Niaga (lihat Pasal 8 ayat 5 UU Nomor 37 Tahun 2004) dapat
mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung serta
Peninjauan Kembali (Pasal 11 ayat 1 dan Pasal 14 ayat 1 UU
Nomor 37 Tahun 2004).
2. Upaya hukum terhadap putusan verstek bagi penggugat yang
tidak puas adalah dengan mengajukan banding (lihat ketentuan
Pasal 8 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 1947), sedang bagi tergugat
yang tidak puas terhadap putusan verstek dapat mengajukan
verzet (lihat ketentuan Pasal 125 ayat 3, Pasal 129 HIR). Apabila
penggugat mengajukan banding terhadap putusan verstek,
tergugat tertutup kemungkinannya mengajukan verzet. Dalam
hal demikian tergugat dapat mengajukan banding juga (lihat
ketentuan Pasal 8 ayat 2 UU Nomor 20 tahun 1947). Verzet atau
banding terhadap putusan verstek diajukan dalam tenggang
waktu 14 hari setelah putusan diberitahukan atau dijatuhkan.
Perlawanan terhadap keputusan verstek, tidak boleh diperiksa
dan diputus sebagai perkara baru (Putusan Mahkamah
Agung tgl. 2-9-1976 No. 307 K/Sip/1975). Berdasarkan hal
tersebut, terhadap putusan verzet bagi yang tidak puas dapat
mengajukan upaya hukum kasasi karena upaya verzet pada
dasarnya sudah merupakan upaya hukum tingkat ulangan atau
banding.
3. Para pihak yang tidak puas terhadap putusan banding dapat
mengajukan upaya hukum kasasi (Pasal 23 UU Nomor 48
Tahun 2009). Bagi para pihak yang tidak puas terhadap putusan
kasasi dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali
(Pasal 24 ayat 1 UU Nomor 48 Tahun 2009).

45
Praktik Peradilan Perdata

4. Bagi penggugat dan tergugat yang merasa tidak puas terhadap


putusan Pengadilan Negeri yang pemeriksaannya dihadiri para
pihak, masing-masing dapat mengajukan banding (lihat Pasal
6 UU Nomor 20 Tahun 1947). Pengajuan banding diajukan
dalam tenggang waktu 14 hari sejak putusan diberitahukan
atau dijatuhkan (Pasal 7 ayat 1 UU Nomor 20 tahun 1947).
Apabila para pihak tidak puas terhadap putusan banding dapat
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (Pasal 23 UU Nomor
48 tahun 2009). Bagi yang tidak puas terhadap upaya kasasi
dapat mengajukan upaya peninjauan kembali (Pasal 24 UU
Nomor 48 Tahun 2009).
5. Pihak penggugat dan tergugat yang tidak puas terhadap
putusan Pengadilan Agama, dapat mengajukan banding ke
Pengadilan Tinggi Agama (Pasal 6 UU Nomor 7 Tahun 1989
tentang Badan Peradilan Agama). Putusan Pengadilan Tinggi
Agama yang tidak memuaskan dapat dimintakan upaya
hukum kasasi ke Mahkamah Agung (Pasal 23 UU Nomor 48
Tahun 2009). Terhadap putusan kasasi dapat diajukan upaya
peninjauan kembali (Pasal 24 UU Nomor 48 Tahun 2009).
6. Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri mengenai perselisihan kepentingan dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan
merupakan putusan akhir dan bersifat tetap (Pasal 109
UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pengadilan Hubungan
Industrial).
7. Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri mengenai perselisihan hak dan perselisihan pemutusan
hubungan kerja dapat dimintakan upaya hukum kasasi (Pasal
110 UU Nomor 2 Tahun 2004).
Selain upaya hukum verzet, banding, kasasi dan peninjauan
kembali, terdapat upaya hukum derden verzet atau perlawanan pihak
ketiga terhadap eksekusi putusan hakim yang merupakan upaya hukum
luar biasa (lihat ketentuan Pasal 378-382 BRv).

46
Pengantar

Dalam uraian selanjutnya hanya akan dibahas tentang proses


pemeriksaan sengketa perdata di Pengadilan Negeri saja. Proses
pemeriksaan sengketa perdata secara umum juga diterapkan pada
proses pemeriksaan sengketa perdata lainnya pada Pengadilan Agama,
Pengadilan Niaga, serta Pengadilan Hubungan Industrial, kecuali ada
hukum cara yang sifatnya khusus (lex specialis).

47
Bab II

DOKUMEN-DOKUMEN
UNTUK PERADILAN PERDATA

Peradilan perdata merupakan proses penegakan hukum perdata


melalui pengadilan. Proses peradilan perdata dimulai dengan
diajukannya gugatan perdata atau tuntutan hak perdata ke pengadilan.
Pengadilan atau hakim kemudian akan menerima, memeriksa,
mengadili dan menyelesaikannya. Dalam rangka pemeriksaan tuntutan
hak perdata tersebut diperlukan beberapa dokumen yang harus
dipersiapkan para pihak serta diajukan ke pengadilan sebagai dasar
hakim mengadili dan memutus tuntutan hak atau gugatan. Dokumen-
dokumen tersebut adalah sebagai berikut.
A. Surat Kuasa
B. Surat Gugatan
C. Jawaban Tergugat
D. Replik
E. Duplik
F. Daftar Bukti Tertulis
G. Kesimpulan
H. Putusan

Dokumen-dokumen tersebut harus dibuat dengan isi serta


sistematika yang sudah ditentukan dalam peraturan hukum acara
perdata.
Praktik Peradilan Perdata

A. Surat Kuasa
1. Pengertian
Para pihak yang berperkara di pengadilan dapat maju sendiri
atau dapat diwakili oleh orang lain (Pasal 118, 123 HIR). Orang
yang mewakili para pihak berperkara perdata di pengadilan disebut
dengan kuasa hukum. Apabila penggugat atau tergugat hendak minta
bantuan untuk diwakili kuasa hukum, maka mereka harus membuat
surat kuasa. Surat kuasa adalah surat yang dibuat oleh penggugat atau
tergugat dengan kuasa hukumnya, berisi kesepakatan pemberian kuasa
kepada penerima kuasa untuk mewakili penggugat atau tergugat maju
berperkara di pengadilan. Pemberian kuasa secara umum ada dua,
yakni pemberian kuasa khusus dan pemberian kuasa umum (Pasal
1795 BW). Pemberian kuasa untuk mewakili berperkara di pengadilan
harus berupa pemberian kuasa khusus, yakni dengan Surat Kuasa
Khusus. Mengenai ketentuan pembuatan Surat Kuasa Khusus harus
diperhatikan SEMA yang berlaku (SEMA Nomor 6 Tahun 1994; SEMA
Nomor 7 Tahun 2012).
Pihak yang dimintai bantuan sebagai kuasa hukum biasanya adalah
seorang advokat atau pengacara. Advokat adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang
(lihat ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat). Seseorang yang sudah diangkat sebagai advokat akan diberi
kartu tanda pengenal advokat. Kartu tanda pengenal tersebut harus
disertakan dan harus dapat ditunjukkan dalam persidangan apabila
diminta oleh hakim.
Surat kuasa yang dipergunakan untuk mewakili para pihak
berperkara berdasarkan ketentuan Pasal 123 HIR adalah surat
kuasa yang bersifat khusus. Surat kuasa khusus maksudnya surat
kuasa yang diperuntukkan khusus untuk menangani suatu perkara
dalam suatu tingkat pemeriksaan. Misalnya, menangani perkara di
pemeriksaan tingkat pertama, tingkat banding, tingkat kasasi, atau
tingkat peninjauan kembali. Satu surat kuasa khusus dapat saja dibuat

50
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

dan dipergunakan untuk mewakili berperkara di semua tingkat


pemeriksaan sekaligus, namun harus disebutkan dalam Surat Kuasa.
Misalnya untuk mewakili pihak Penggugat untuk mengajukan gugatan,
banding, dan/atau kasasi (SEMA Nomor 6 Tahun 1994; SEMA Nomor
7 Tahun 2012).

2. Isi, format, dan contoh


Surat kuasa khusus sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal
sebagai berikut.
a. Judul: Surat Kuasa Khusus
Judul tersebut ditulis di bagian atas di tengah.
b. Identitas pemberi kuasa
Di bawah judul ditulis identitas pemberi kuasa. Identitas
pemberi kuasa yang harus ditulis meliputi sekurang-
kurangnya: nama, umur, alamat. Dalam kasus-kasus tertentu
dapat ditambah dengan identitas lainnya yang relevan bagi
hukum, seperti: agama, pekerjaan, status perkawinan. Dalam
kasus perceraian dan warisan misalnya, penambahan identitas
agama dan status perkawinan penting untuk menentukan
pengadilan yang berwenang memeriksa secara absolut,
atau menentukan prosedur perceraian. Dalam sengketa
ketenagakerjaan misalnya, tambahan identitas pekerjaan
diperlukan untuk mengetahui statusnya sebagai pekerja suatu
perusahaan tertentu atau bukan. Nama harus ditulis secara
jelas, yakni nama sesuai kartu tanda penduduk atau sesuai akta
kelahiran, tidak boleh hanya “nyonya Suharto” saja misalnya.
Alamat juga harus ditulis secara benar sesuai dengan fakta agar
pemberitahuan sampai pada para pihak.
Dalam hal pemberi kuasa adalah badan hukum, nama yang
ditulis adalah pimpinan badan hukumnya, misalnya: Direktur
PT Suka Maju, Direktur Rumah Sakit Enggal Senggang,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Gubernur DIY, dan
sebagainya. Nama asli dari direktur atau pimpinan badan

51
Praktik Peradilan Perdata

hukum atau instansi tersebut tidak perlu ditulis, cukup ditulis


jabatannya saja.
Pemberi kuasa melalui surat kuasa dapat menyatakan memilih
domisili hukum di alamat penerima kuasa. Tujuannya untuk
mempermudah pemanggilan atau pemberitahuan. Dengan
memilih domisili hukum di alamat penerima kuasa, maka
segala panggilan atau pemberitahuan dapat ditujukan ke satu
alamat, yakni alamat penerima kuasa saja, tidak perlu ditujukan
pada dua alamat pemberi kuasa dan penerima kuasa.
Apabila pemberi kuasanya lebih dari satu, semuanya disebut
dan lebih baik diberi nomor urut.
c. Identitas penerima kuasa
Identitas penerima ditulis setelah identitas pemberi kuasa.
Di dalamnya dimuat nama, status pekerjaan sebagai advokat
atau bukan, dan alamat. Apabila para pihak berperkara dengan
diwakili oleh kuasa hukum, maka dengan dipilihnya domisili
hukum di kantor kuasa hukumnya, segala panggilan dan
pemberitahuan cukup dialamatkan di alamat kantor kuasa
hukumnya.
d. Ruang lingkup pemberian kuasa secara khusus
Setelah identitas pemberi dan penerima kuasa, di bawahnya
ditulis kata “KHUSUS” di tengah-tengah kertas, yang diikuti
dibawahnya dengan ruang lingkup pemberian kuasanya.
Misalnya: “Untuk dan atas nama pemberi kuasa bertindak
sebagai kuasa hukum pemberi kuasa selaku Penggugat dalam
gugatan perbuatan melawan hukum dalam pembagian warisan
yang dilakukan oleh ....selaku tergugat di Pengadilan Negeri
Sleman”.
Kata “KHUSUS” untuk menegaskan bahwa surat kuasa yang
dibuat adalah surat kuasa khusus sebagaiman dimaksud dalam
Pasal 123 HIR. Ruang lingkup pemberian kuasa secara khusus
atau tertentu perlu disebut dengan jelas sesuai ketentuan SEMA

52
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Nomor 2 Tahun 1959 tanggal 19 Januari 1959, SEMA Nomor


5 Tahun 1962 tanggal 30 Juli 1962, SEMA Nomor 01 Tahun
1971 tanggal 23 Januari 1971, dan SEMA Nomor 6 Tahun 1994,
tanggal 14 Oktober 1994, serta SEMA Nomor 7 Tahun 2012
tanggal 12 September 2012.
Di dalam surat kuasa sebagai penggugat, nomor perkara belum
ada karena perkara belum didaftarkan, sedangkan di dalam
surat kuasa sebagai tergugat nomor perkara sudah ada karena
biasanya tergugat minta bantuan kuasa hukum berdasarkan
adanya gugatan yang sudah didaftarkan di pengadilan dan
telah ada nomor perkaranya.
e. Hak-hak dan wewenang
Di bawah ruang lingkup pemberian kuasa diuraikan hak-hak
dan wewenang yang diberikan oleh pemberi kuasa kepada
penerima kuasa untuk mendukung pelaksanaan kewajiban
pemberian kuasa. Pemberian hak-hak dan wewenang untuk
penerima kuasa yang bertindak sebagai kuasa hukum
penggugat atau tergugat akan berbeda, yakni dalam hal
dokumen-dokumen yang harus dibuat dan tindakan yang
harus dilakukan.
Hak-hak dan wewenang bagi kuasa hukum penggugat
antara lain: menghadap dan berbicara di depan pejabat yang
berwenang atau pihak lain, melakukan upaya damai, membuat
dan mengajukan surat gugatan, replik, kesimpulan, surat-
surat lainnya, mengajukan bukti-bukti surat, saksi, dan bukti
lainnya, menolak bukti lawan, mengajukan permohonan lain
yang dianggap perlu, menjalankan perbuatan-perbuatan atau
memberikan keterangan-keterangan yang menurut hukum
harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa hukum,
dan pada prinsipnya melakukan segala sesuatu yang dianggap
perlu oleh penerima kuasa dalam perkara perdata sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

53
Praktik Peradilan Perdata

Hak-hak dan wewenang bagi kuasa hukum tergugat antara


lain: menghadap dan berbicara di depan pejabat yang
berwenang atau pihak lain, melakukan upaya damai, membuat
dan mengajukan jawaban, duplik, kesimpulan, surat-surat
lainnya, mengajukan bukti-bukti surat, saksi, dan bukti
lainnya, menolak bukti lawan, mengajukan permohonan lain
yang dianggap perlu, menjalankan perbuatan-perbuatan atau
memberikan keterangan-keterangan yang menurut hukum
harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa hukum,
dan pada prinsipnya melakukan segala sesuatu yang dianggap
perlu oleh penerima kuasa dalam perkara perdata sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Pemberian hak substitusi (apabila diperlukan).
Surat kuasa dapat dibuat dengan hak substitusi (lihat Pasal
1803 BW). Substitusi artinya menggantikan atau melimpahkan
(Sutantio & Oerip Kartawinata, 1995: 20). Hak substitusi
adalah hak untuk melimpahkan pemberian kuasa kepada
pihak lain yang ditunjuk oleh penerima kuasa pertama sebagai
penerima kuasa substitusi. Surat kuasa dengan hak substitusi
biasanya digunakan oleh penerima kuasa yang sibuk, sehingga
ada kemungkinan dalam suatu persidangan penerima kuasa
tidak dapat menghadiri. Dengan hak substitusi, pihak lain
dapat mewakili penerima kuasa untuk maju dalam persidangan
yang bersangkutan.
Hak substitusi apabila akan dipergunakan harus dibuatkan
surat kuasa substitusi. Surat kuasa substitusi adalah surat kuasa
yang diberikan oleh penerima kuasa pertama kepada penerima
kuasa substitusi untuk menggantikan posisi penerima kuasa
pertama dalam suatu persidangan yang tidak dapat dihadiri
penerima kuasa pertama. Dengan menunjukkan surat kuasa
substitusi, maka penerima kuasa substitusi berwenang untuk
bertindak sebagai kuasa hukum pemberi kuasa pertama
(Penggugat atau Tergugat) berdasarkan pelimpahan (substitusi)
dari penerima kuasa pertama.

54
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Isi dan format surat kuasa substitusi pada dasarnya sama


dengan surat kuasa khusus, yakni memuat judul, identitas
pemberi kuasa substitusi (penerima kuasa pertama), identitas
penerima kuasa substitusi, hal khusus yang dikuasakan,
hak-hak dan wewenang yang diberikan oleh pemberi kuasa
subtsitusi kepada penerima kuasa subtsitusi, tempat dan
tanggal dibuatnya surat kuasa substitusi, serta tandatangan dan
nama pemberi kuasa substitusi dan penerima kuasa substitusi.
g. Keterangan berlakunya surat kuasa
Setelah uraian hak-hak dan wewenang serta hak substitusi
(apabila ada), dibawahnya dijelaskan kapan mulai berlakunya
surat kuasa. Surat kuasa pada umumnya berlaku sejak tanggal
ditandatangani.
h. Tempat dan tanggal dibuatnya surat kuasa
Setelah uraian keseluruhan selesai, penutupnya adalah
penjelasan tempat dan tanggal dibuatnya surat kuasa serta
tanda tangan dan nama pemberi kuasa dan penerima kuasa.
Surat kuasa biasanya dibuat di tempat penerima kuasa.
Tanggal dibuatnya surat kuasa memuat tanggal, bulan, tahun.
Tanggal dibuatnya surat kuasa biasanya menjadi dasar waktu
berlakunya surat kuasa.
i. Tanda tangan serta nama pemberi kuasa dan penerima kuasa.
Bagian paling akhir dari surat kuasa adalah tanda tangan dan
nama pemberi kuasa serta penerima kuasa. Tanda tangan
pemberi kuasa dibuat di atas meterai. Meterai harus ada, karena
surat kuasa termasuk dokumen yang harus diberi meterai (lihat
Pasal 1 angka a PP Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan
Tarif Bea Meterai Dan Besarnya Batas Pengenaan Harga
Nominal Yang Dikenakan Bea Meterai).
Semua keterangan yang ditulis dalam surat kuasa harus jelas dan
harus menunjukkan sifat khususnya. Apabila surat kuasa tidak jelas
dan tidak bersifat khusus dapat berakibat tidak sah dan gugatan tidak

55
Praktik Peradilan Perdata

diterima (Niet Onvankelijk Verklaard). Dilihat dari bentuk dan isinya,


surat kuasa adalah surat perjanjian di bawah tangan. Surat kuasa khusus
otentik diperlukan dalam hal yang memberi kuasa adalah seorang yang
buta huruf sehingga perlu pengesahan surat kuasa di hadapan pejabat
yang berwenang (notaris atau panitera Pengadilan). Berikut adalah
contoh format surat kuasa sebagai kuasa hukum penggugat.

SURAT KUASA KHUSUS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : xxxx
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Ngebel/DK III Ngebel, RT.07/RW.07, Taman Tirto, Kasihan
Bantul
Selanjutnya disebut sebagai pemberi kuasa -------------------------------------
Menerangkan dengan ini memberikan kuasa penuh kepada:
E.Sundari,S.H,M.Hum. Konsultan hukum dan advokat yang beralamat
di Jl.Gejayan, Gg.Jembatan Merah V, No.63, Condong Catur, Depok,
Sleman, selanjutnya disebut sebagai penerima kuasa ------------------------
--------------------------------------KHUSUS--------------------------------------
Untuk dan atas nama pemberi kuasa bertindak sebagai kuasa hukum dari
pemberi kuasa selaku Penggugat, untuk mengajukan gugatan pelanggaran
UU Perlindungan Konsumen, yang dilakukan oleh PT yyy yang berkantor
pusat di Jl.xxx, Senayan, Jakarta melalui kantor cabangnya yang beralamat
di Jl.sss, Yogyakarta, di wilayah Pengadilan Negeri Bantul ------------------
Untuk maksud tersebut di atas, kepada penerima kuasa tersebut diberi
kuasa untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili dan/atau mendampingi
menghadap dan berbicara di muka pejabat pengadilan, serta instansi lain atau
pihak-pihak yang bersangkutan, mengupayakan perdamaian, mengajukan
permohonan yang perlu, mengajukan gugatan, replik, menjalankan
perbuatan-perbuatan atau memberikan keterangan-keterangan yang
menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa hukum,
membuat dan menandatangani semua surat, memberi jawaban/ tanggapan
dan pada prinsipnya melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu

56
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

oleh penerima kuasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku-------------------------------------------------------------------------------
Surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi dan mulai berlaku sejak
ditandatangani----------------------------------------------------------------------

Yogyakarta, 4 Desember 2006


Penerima kuasa: Pemberi kuasa:
E.Sundari,S.H,M.Hum. xxxx

Di bawah ini contoh surat kuasa khusus sebagai kuasa hukum


tergugat.

SURAT KUASA KHUSUS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : xxxx
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Candi Mendiro RT.05/RW 10, Sardonoharjo, Ngaglik,
Sleman
Selanjutnya disebut sebagai pemberi kuasa ------------------------------------
Menerangkan dengan ini memberikan kuasa penuh kepada: E.Sundari,S.H,
Konsultan hukum dan advokat yang beralamat di Jl.Gejayan, Gg.Jembatan
Merah V, No.63, Kaliwaru, RT.05/RW.35, Condong Catur, Depok, Sleman,
selanjutnya disebut sebagai penerima kuasa ------------------------------------
---------------------------------KHUSUS -----------------------------------------
Untuk dan atas nama pemberi kuasa bertindak sebagai kuasa hukum dari
pemberi kuasa selaku Tergugat, dalam perkara gugatan harta gono gini
melawan yyyy sebagai penggugat dalam perkara no.xxx/Pdt.G/2009/
PN.Slmn. di Pengadilan Negeri Sleman ----------------------------------------
Untuk maksud tersebut di atas, kepada penerima kuasa tersebut diberi
kuasa untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili dan/atau mendampingi
menghadap dan berbicara di muka pejabat pengadilan serta instansi lain
atau pihak-pihak yang bersangkutan, mengajukan permohonan yang
perlu, upaya damai, mengajukan jawaban, menjalankan perbuatan-
perbuatan atau memberikan keterangan-keterangan yang menurut hukum

57
Praktik Peradilan Perdata

harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa hukum, membuat


dan menandatangani semua surat, memberi jawaban/ tanggapan dan
pada prinsipnya melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu oleh
penerima kuasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku-------------------------------------------------------------------------------
Surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi dan mulai berlaku sejak
ditandatangani----------------------------------------------------------------------

Yogyakarta, 22 Januari 2011


Penerima kuasa: Pemberi kuasa:
E. Sundari,S.H xxxx

Salah satu perbedaan antara surat kuasa sebagai wakil penggugat


dan surat kuasa sebagai wakil tergugat adalah terletak pada hak dan
wewenang yang diberikan, yakni disesuaikan dengan fungsinya atau
kedudukannya dalam sengketa.
Selanjutnya adalah contoh surat kuasa khusus otentik dari pemberi
kuasa yang tidak bisa baca tulis (H.Candra & Tjandra, 2001: 14)

SURAT KUASA KHUSUS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


1. Nama : Pardisistomo alias Bero
Umur : 67 tahun
Pekerjaan : Tani
Alamat : Sido Waluyo, Kec.Sidowaluyo, TK II Lampung
2. Nama : Sugiyo Utomo alias Giyo
Umur : 58 tahun
Pekerjaan : Tani
Alamat : Mejing RT 2 RW 22, Kel.bangunjiwo, Kecamatan
Kasihan, Bantul

58
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

3. Nama : Ny.Nrimo Pawiro alias Paijem


Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Mejing RT 2 RW 22, Kel.bangunjiwo, Kecamatan
Kasihan, Bantul
Selanjutnya disebut sebagai para pemberi kuasa -------------------------
Menerangkan dengan ini memberikan kuasa penuh kepada: Candera,S.H,M.
Hum.; W.Riawan Tjandra,S.H,M.Hum; G.Widiartana,S.H,M.Hum;
Al.Wisnu Broto,S.H,M.Hum, Konsultan hukum dan advokat pada
Pusat Kosnultasi dan bantuan Hukum UAJY, alamat di Jl.Mrican baru
28, Condong Catur, Depok, Sleman, selanjutnya disebut sebagai para
penerima kuasa --------------------------------------------------------------------
---------------------------------------KHUSUS-------------------------------------
Untuk dan atas nama pemberi kuasa bertindak sebagai kuasa hukum
dari para pemberi kuasa untukmenyelesaikan sengketa tanah warisan
peninggalan alm.Padmorejo, Letter C No.300, yang terletak di Sikepan,
Bangun Jiwo, Kec.Kasihan, Kab.Bantul ---------------------------------------
Untuk maksud tersebut di atas, kepada penerima kuasa tersebut diberi
kuasa untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili dan/atau mendampingi
menghadap dan berbicara di muka pejabat pengadilan, serta instansi lain atau
pihak-pihak yang bersangkutan, mengupayakan perdamaian, mengajukan
permohonan yang perlu, mengajukan gugatan, replik, menjalankan
perbuatan-perbuatan atau memberikan keterangan-keterangan yang
menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa hukum,
membuat dan menandatangani semua surat, memberi jawaban/ tanggapan
dan pada prinsipnya melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu
oleh penerima kuasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku-------------------------------------------------------------------------------
Surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi dan mulai berlaku sejak
ditandatangani----------------------------------------------------------------------

Sleman, 3 Mei 2000


Penerima kuasa: Pemberi kuasa

Candera,S.H,M.Hum.; Pardisistomo alias Bero (cap ibu jari)

W.Riawan Tjandra,S.H,M.Hum; Sugiyo Utomo alias Giyo (cap ibu jari)

G.Widiartana,S.H,M.Hum; Ny.Nrimo Pawiro alias Paijem (cap ibu jari

59
Praktik Peradilan Perdata

Legalisir
No.2365/L/V/2000
Yang bertanda tangan di bawah ini: Endang Siwi Pujiasih,S.H, Notaris di
Sleman, menerangkan bahwa telah memberitahukan dengan jelas isi surat
ini kepada: 1. Tuan Pardi Sistomo, Tani, bertempat tinggal di Sido Waluyo,
Kec.Sidowaluyo, TK II Lampung, pemegang Kartu tanda penduduk
No.172006004310/25-7-1938; 2. Tuan Sugiyo Utomo, Tani, Mejing
RT 2 RW 22, Kel.bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, pemegang
Kartu tanda penduduk No.1720060043110/30-06-1942; 3. Ny.Nrimo
Pawiro, ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Mejing RT 2 RW 22, Kel.
bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, pemegang kartu penduduk No.
7112446919/2074/6816 -----------------------------------------------------------
Yang ketiganya saat ini berada di Sleman---------------------------------------
Yang ketiganya sudah saya kenal ------------------------------------------------
Sesudah ini maka penghadap membubuhkan tanda tangan/cap ibu jari
tangan kirinya di hadapan saya, Notaris----------------------------------------

Sleman, 03 Mei 2000


Notaris di Sleman

(tanda tangan)
Endang Siwi Pujiasih,S.H)

Dalam surat kuasa di atas, pemberian kuasa adalah untuk


menyelesaikan sengketa tanah warisan di luar pengadilan. Apabila
hendak diselesaikan melalui pengadilan, maka dalam hal khusus yang
dikuasakan harus ditambah dengan identitas pihak yang akan digugat
serta alamat pengadilan yang berwenang memeriksa. Dalam surat
kuasa tersebut ada lembar pengesahan yang dilakukan di hadapan
Notaris, agar surat kuasa yang diberikan oleh orang yang tidak dapat
membaca dan menulis tersebut sah.
Pemberian kuasa untuk berperkara di pengadilan seyogyanya
diberikan untuk tiap-tiap tingkat pemeriksaan. Berikut adalah contoh

60
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

surat kuasa khusus untuk berperkara di tingkat banding, yakni sebagai


kuasa pembanding (Tergugat semula)

SURAT KUASA KHUSUS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : xxxx
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Candi mendiro RT.05/RW 10, Sardonoharjo, Ngaglik,
Sleman
Selanjutnya disebut sebagai pemberi kuasa -------------------------------------
Menerangkan dengan ini memberikan kuasa penuh kepada: E.Sundari,S.H,
Konsultan hukum dan advokat yang beralamat di Jl.Gejayan, Gg.Jembatan
Merah V, No.63, Kaliwaru, RT.05/RW.35, Condong Catur, Depok, Sleman,
selanjutnya disebut sebagai penerima kuasa ------------------------------------
-------------------------------------KHUSUS ---------------------------------------
Untuk dan atas nama pemberi kuasa bertindak sebagai kuasa hukum dari
pemberi kuasa selaku Pemohon banding (Tergugat asal), terhadap putusan
perkara perdata gugatan harta gono gini tanah dan rumah, sertifikat hak milik
atas nama… luas… yang terletak di dusun candi Mendiro, Sardonoharjo,
Ngaglik, Sleman, melawan yyyy sebagai Terbanding (penggugat asal) di
Pengadilan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta -------------------------------
Untuk maksud tersebut di atas, kepada penerima kuasa tersebut diberi
kuasa untuk dan atas nama pemberi kuasa mewakili dan/atau mendampingi
menghadap dan berbicara di muka pejabat pengadilan serta instansi
lain atau pihak-pihak yang bersangkutan, mengajukan permohonan
banding, memori banding, upaya damai, mengajukan permohonan
lainnya, mengajukan dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk
kepentingan permohonan banding, memberikan keterangan-keterangan
yang menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh seorang
kuasa hukum, membuat dan menandatangani semua surat, dan pada
prinsipnya melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu oleh
penerima kuasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku--------------------------------------------------------------------------------
Surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi dan mulai berlaku sejak
ditandatangani-----------------------------------------------------------------------

61
Praktik Peradilan Perdata

Yogyakarta, 7 Juni 2011


Penerima kuasa: Pemberi kuasa:

E.Sundari,S.H xxxx

Dalam contoh surat kuasa sebagai pembanding di atas, hak dan


wewenang yang diberikan disesuaikan dengan ruang lingkup atau
obyek pemberian kuasanya yakni mewakili pemberi kuasa sebagai
pembanding. Selanjutnya di bawah ini contoh surat kuasa untuk
berperkara di tingkat kasasi sebagai pemohon kasasi (para tergugat
semula).

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


1. Nama lengkap : Suwarno
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Swasta
Tempat tinggal : Desa Macanan Kel. Madurejo, Kec. Prambanan,
Yogyakarta
2. Nama lengkap : Bektiyono
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Swasta
Tempat tinggal : RT. 03 RW. 60 Dusun Karang Ploso Kel.
Maguwoharjo, Depok, Sleman
Selanjutnya disebut sebagai para pemberi kuasa -------------------------------
Dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasa hukumnya,
menerangkan bahwa dengan ini memberikan kuasa penuh kepada:
E.Sundari,SH,M.Hum., konsultan hukum dan advokat, yang beralamat
di Jl.Gejayan,Gg.Jembatan Merah V, No.63, (Dusun Kaliwaru RT.05/
RW.35), CC, Depok, Sleman. Selanjutnya disebut sebagai penerima kuasa-
--------------------------------------KHUSUS -------------------------------------

62
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Untuk dan atas nama pemberi kuasa bertindak sebagai kuasa hukum
pemberi kuasa selaku para tergugat/terbanding, untuk mengajukan kasasi
terhadap putusan perkara perdata dengan No.xxx. yang diputus PN Sleman
pada tanggal… jo.Putusan PT DIY No.yyy yang diputus pada tanggal .....
Dan diberitahukan pada tanggal … ----------------------------------------------
Untuk maksud tersebut di atas, kepada penerima kuasa tersebut diberi kuasa
untuk dan atas nama pemberi kuasa mendampingi dan/ atau menghadap
dan berbicara di muka lembaga/pejabat yang berwenang serta instansi
lain atau pihak-pihak yang bersangkutan, mengajukan permohonan
kasasi, mengajukan memori kasasi, menghadap di persidangan kasasi
apabila diperlukan, mengajukan permohonan lain yang dianggap
perlu, menjalankan perbuatan-perbuatan atau memberikan keterangan-
keterangan yang menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh
seorang kuasa hukum, dan pada prinsipnya melakukan segala sesuatu yang
dianggap perlu oleh penerima kuasa dalam perkara kasasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku-----------------------------------
Surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi dan mulai berlaku sejak
ditandatangani----------------------------------------------------------------------

Sleman, 7 Agustus 2006

Penerima kuasa: Pemberi kuasa

E.Sundari,SH,M.Hum. Suwarno

Bektiyono

B. Surat Gugatan
Penggugat yang hendak mengajukan gugatan secara tertulis harus
membuat surat gugatan. Berdasarkan ketentuan Pasal 8 no.3 Rv surat
gugatan harus memuat tiga hal yakni: identitas para pihak, dasar
gugatan atau posita, dan tuntutan atau petitum. Ketiga hal tersebut
merupakan isi surat gugatan secara substansial. Sebagai sebuah surat,
secara keseluruhan surat gugatan harus memuat hal-hal sebagai
berikut.

63
Praktik Peradilan Perdata

a. Perihal
Perihalnya adalah obyek gugatan yang akan diajukan. Misalnya:
gugatan PMH, gugatan PMH perlindungan konsumen, gugatan
wanprestasi jual beli, gugatan perceraian, gugatan PMH dalam
pembagian warisan, gugatan PMH dalam pembebasan tanah,
dan sebagainya.
b. Lampiran (kalau ada)
Dalam lampiran ditulis lampiran yang biasa diajukan dalam
gugatan yakni: foto kopi kartu identitas advokat dan surat
kuasa (apabila menggunakan kuasa hukum)
c. Alamat pengadilan yang dituju
Alamat pengadilan yang dituju adalah pengadilan yang
berwenang baik secara absolut maupun secara relatif untuk
memeriksa gugatan yang diajukan. Surat gugatan ditujukan
kepada Ketua pengadilan yang berwenang. Misalnya: “Kepada:
Yth.Ketua Pengadilan Negeri Sleman”, “Kepada: Yth.Ketua
Pengadilan Agama Wonosari”, Kepada: Yth.Ketua Pengadilan
Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Ketua PN
Sleman.”, Kepada: Yth.Ketua Mahkamah Agung RI, melalui
Ketua Pengadilan Negeri Sleman.”. Di bawahnya ditulis alamat
pengadilan yang bersangkutan, misalnya: “Di jalan Paramya
No.1 Beran Sleman”, atau kalau tidak tahu persis jalannya
cukup ditulis “Di Sleman”.
d. Identitas kuasa hukum (apabila menggunakan kuasa hukum)
dan penggugat
Identitas para pihak yang ditulis pertama adalah identitas
penggugat atau para penggugat dan kuasa hukumnya (apabila
menggunakan kuasa hukum). Setelah itu di bawahnya ditulis
identitas pihak yang digugat. Identitas kuasa hukumnya
meliputi: nama, pekerjaannya selaku advokat atau bukan,
alamat, serta dasar surat kuasanya (dengan menyebutkan
tanggal dibuatnya surat kuasa). Setelah identitas kuasa hukum

64
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

ditulis identitas penggugat yang sekurang-kurangnya meliputi:


nama, umur, alamat. Dalam kasus-kasus tertentu dapat
ditambah dengan identitas lainnya yang relevan bagi hukum,
seperti: agama, pekerjaan, status perkawinan. Dalam kasus
perceraian dan warisan misalnya, penambahan identitas agama
dan status perkawinan penting untuk menentukan pengadilan
yang berwenang memeriksa secara absolut, atau menentukan
prosedur perceraian. Dalam sengketa ketenagakerjaan
misalnya, tambahan identitas pekerjaan diperlukan untuk
mengetahui statusnya sebagai pekerja atau bukan. Nama harus
ditulis secara jelas, yakni nama sesuai kartu tanda penduduk
atau sesuai akta kelahiran, tidak boleh hanya “nyonya Suharto”
saja misalnya. Alamat juga harus ditulis secara benar sesuai
dengan fakta agar pemberitahuan sampai pada para pihak.
Misalnya nama jalan, nomor rumah, kampung/dusun, RT/RW,
Kelurahan, Kecamatan, hingga nama kabupaten/Kota.
Dalam hal penggugat adalah badan hukum, nama yang ditulis
adalah pimpinan badan hukumnya, misalnya: Direktur PT
Suka Maju, Direktur Rumah Sakit Enggal Senggang, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Gubernur DIY, Ketua Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia, dan sebagainya. Nama asli dari
direktur atau pimpinan badan hukum atau instansi tersebut
tidak perlu ditulis, cukup ditulis jabatannya saja.
Dalam hal gugatan diajukan secara kumulasi, nama-nama
seluruh penggugat harus dicantumkan satu persatu secara
lengkap. Dalam hal gugatan diajukan secara class action,
identitas penggugat yang dicantumkan adalah: identitas wakil
kelompok (nama, umur, pekerjaan, alamat), dan identitas
kelompok yang diwakilinya secara spesifik dan rinci (nama
kelompok, spesifikasi lebih lanjut, serta perkiraan jumlah
(lihat ketentuan Pasal 3 ayat 1 huruf b dan c PERMA Nomor 1
Tahun 2002). Misalnya: “Liberty, 40 tahun, mahasiswa, alamat
jl.kapas 25 Yogyakarta, yang maju mewakili diri sendiri sebagai

65
Praktik Peradilan Perdata

salah satu mahasiswa perguruan tinggi swasta DIY, sekaligus


mewakili seluruh mahasiswa perguruan tinggi swasta di DIY,
yang sama-sama dirugikan karena kebijakan yang dikeluarkan
oleh Perguruan Tinggi Swasta DIY tentang batas drop out, yang
jumlahnya sekitar 12.500 orang.
Dalam hal penggugatnya adalah lembaga swadaya masyarakat
yang memiliki hak gugat (NGO’legal standing), maka identitas
yang ditulis adalah nama lembaga swadaya masyarakat (LSM),
identitas koordinator/pimpinannya yang sah, alamat. Sebagai
contoh, “Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI), dengan demikian sah diwakili oleh: Berr y
Nahdian Forqan; Tegar M Erwin Usman; Muhammad Fadli;
Muhammad Teguh Surya. Selanjutnya setelah identitas harus
dikemukakan keabsahan legal standing-nya (http://putusan.
mahkamahagung.go.id/main/pencarian/?q=walhi+2010,
diakses 8 Oktober 2015).
Dalam hal penggugatnya adalah instansi Pemerintah, maka
identitas penggugat ditulis Jabatan dari instansi Pemerintah,
beserta alamatnya. Misalnya: Kepala Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Pati, berkedudukan di Jalan
Tombronegoro, Nomor 1 Kode Pos 59111, Kabupaten Pati.
Identitas penggugat dan tergugat harus jelas. Apabila tidak
jelas dapat mengakibatkan gugatan tidak diterima (N.O; lihat
Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 500/Pdt/2013/
PT BDG).
e. Identitas tergugat
Identitas tergugat ditulis setelah identitas penggugat. Cara
pencantuman identitas tergugat analogi dengan identitas
penggugat.
f. Dasar gugatan atau posita atau fundamentum petendi
Setelah identitas penggugat dan tergugat berikutnya adalah
uraian tentang dasar gugatan atau posita atau fundamentum
petendi. Di dalam dasar gugatan dikemukakan peristiwa-

66
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

perisitwa konkrit yang disusun secara kronologis disertai


kesimpulan mengenai dasar hukumnya, yakni: menggambarkan
adanya perbuatan melawan hukum atau wanprestasi atau dasar
gugatan lainnya, sebagai dasar untuk mengajukan tuntutan.
Dalam menyusun dasar gugatan peristiwa konkrit yang
dikemukakan hanyalah peristiwa konkrit yang relevan bagi
hukum saja. Relevan bagi hukum artinya yang penting untuk
memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum atau
wanprestasi sebagai dasar gugatan. Tidak semua peristiwa
dikemukakan semuanya dalam surat gugatan, melainkan
cukup yang relevan bagi unsur-unsur perbuatan melawan
hukum atau wanprestasi saja. Peristiwa tambahan lainnya dapat
dikemukakan setelah menunggu reaksi atau jawaban dari pihak
lawan atau tergugat.
Format penyusunan dasar gugatan tidak ada ketentuannya.
Dalam praktik peristiwa sebagai dasar gugatan disusun ke
dalam dalil-dalil yang diberi angka urut. Apabila penggugat
hendak mengajukan sita jaminan, maka di dalam dasar gugatan
perlu dikemukakan alasan-alasan mengajukan sita jaminan
disertai identitas obyek sengketa atau harta benda tergugat
yang dimohonkan sita jaminan secara jelas. Dasar gugatan
harus jelas. Apabila dasar gugatan tidak jelas, menyebabkan
gugatan tidak dapat diterima (N.O; Putusan MA No.556 K/
Sip/1973 tanggal 21 Agustus 1974). Dalam sengketa tanah,
apabila batas-batas/luas tanah tidak disebutkan secara jelas
atau berbeda, juga dapat menyebabkan gugatan dianggap
obscuur libel dan dinyatakan N.O (Putusan MA No.1149 K/
Sip/1975 tanggal 17 April 1979; Putusan MA  No.1159  K/
PDT/1983 tanggal 23 Oktober 1984).
g. Tuntutan atau petitum
Tuntutan atau petitum berisi apa yang dituntut atau
dimohonkan oleh penggugat kepada hakim yang memeriksa
dan memutus perkaranya. Tidak ada ketentuan cara menyusun

67
Praktik Peradilan Perdata

tuntutan. Dalam praktik tuntutan disusun ke dalam tuntutan


primer dan subsider. Tuntutan primer adalah tuntutan utama
dari penggugat. Tuntutan subsider adalah tuntuan pengganti
apabila tuntutan yang utama tidak dikabulkan oleh hakim.
Dalam tuntutan primer pada umumnya dituntut hal-hal
sebagai berikut.
1) Permohonan agar gugatan diterima dan dikabulkan untuk
seluruhnya
2) Permohonan sita jaminan (apabila diajukan)
3) Pernyataan hubungan hukum antara penggugat dan
tergugat. Misalnya tergugat telah melakukan perbuatan
melawan hukum kepada penggugat; tergugat telah
melakukan wanprestasi kepada penggugat; perkawinan
antara penggugat dan gtergugat putus karena perceraian;
tergugat dinyatakan pailit; penggugat adalah ahli waris
yang sah dan tergugat bukan hali waris yang sah; antara
penggugat dan tergugat memiliki harta gono gini; dan
sebagainya
4) Permohonan hukumannya. Misalnya: menghukum
tergugat untuk membayar ganti kerugian materiil kepada
penggugat dengan menyebut jumlahnya; menghukum
tergugat untuk membangun rumah dengan spesifikasi
yang jelas sesuai perjanjian; menghukum tergugat untuk
mengosongkan tanah dan rumah obyek sengketa engan
identitas yang jelas; menghukum tergugat untuk menarik
barang yang dijualnya dari pasar dengan spesifikasi barang
yang jelas; dan sebagainya.
5) Tuntutan uang dwangsom (apabila ada)
6) Tuntutan putusan UvB (Uit voerbar Bij Voorraad).
7) Tuntutan pembayaran beaya perkara
Tuntutan subsider atau pengganti dalam praktik dirumuskan
sebagai berikut: “Apabila hakim berpendapat lain, mohon
putusan seadil-adilnya.

68
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

h. Tempat dan tanggal dibuatnya surat gugatan (dapat di atas atau


di bawah)
Setelah menguraikan tuntutan, ditutup dengan kalimat
penutup, kemudian ditulis tempat dan tanggal dibuatnya
surat gugatan. Tempat dan tanggal dibuatnya surat gugatan
juga dapat diletakkan di bagian kepala surat gugatan. Tempat
dibuatnya surat gugatan biasanya menggunakan tempat kuasa
hukum berdomisili.
i. Tanda tangan kuasa hukum yang menyusun gugatan
Setelah menyebut tempat dan tanggal dibuatnya surat kuasa,
terakhir surat gugatan harus ditandatangani oleh pembuatnya.
Dalam hal penggugat menggunakan kuasa hukum, yang
menandatangani adalah kuasa hukumnya. Surat gugatan tidak
termasuk dokumen yang harus disertai dengan meterai.
Berikut adalah contoh sebuah surat gugatan dalam sengketa
konsumen antara konsumen sebagai penggugat dengan pelaku usaha
sebagai tergugat dengan dasar hukum perbuatan melawan hukum.

Perihal: Gugatan perbuatan melawan hukum (melawan UU No.8 Tahun


1999 Tentang Perlindungan Konsumen).

Lampiran: Surat Kuasa Khusus
Foto Kopi Kartu Advokat

Kepada : Yth.Ketua Pengadilan Negeri Bantul


Di BANTUL

Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini, E.Sundari,S.H,M.Hum., Advokat
yang beralamat di Jl.Gejayan Gg.Jembatan Merah V, No.63, Kaliwaru
RT.05/RW.35, Condongcatur, Depok, Sleman, berdasarkan surat khusus

69
Praktik Peradilan Perdata

tertanggal 4 Desember 2006, ditunjuk sebagai kuasa hukum dari:


Nama : xxxx
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Ngebel/GK III Ngebel, RT.07/RW.07, Desa Tamantirto,
Kasihan, Bantul
Selanjutnya mohon disebut sebagai PENGUGAT -----------------------------
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami untuk dan atas nama pemberi
kuasa selaku penggugat, mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum
(melawan UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen)
terhadap:
1. Nama : Direktur P.T YYY Tbk
Alamat : Jl.aaa, No.1, Kawasan Mega Kuningan, JAKARTA, 12950
Selanjutnya mohon disebut sebagai TERGUGAT-1 ----------------------
2. Nama : Direktur/Pimpinan/Koordinator P.T YYYTbk Perwakilan
Yogyakarta
Alamat : Jl.bbb,No.20-22, Yogyakarta
Selanjutnya mohon disebut sebagai TERGUGAT-2 ----------------------
Berdasarkan ketentuan Pasal 23 UU No.8 Tahun 1999, gugatan ini kami
ajukan di Pengadilan Negeri Bantul, tempat kedudukan penggugat.
Adapun yang menjadi duduk persoalannya adalah sebagai berikut.
1. Penggugat adalah pelanggan produk jasa komunikasi yang dipasarkan
oleh Tergugat-1 melalui Tergugat-2, yang berupa kartu telepon seluler
pasca bayar dengan nomor 081ccccccc.
2. Pada tanggal 1 September 2006 penggugat ingin menggunakan jasa
layanan yang ditawarkan oleh tergugat-1 melalui tergugat-2 yang
berupa “internasional roaming” dengan prosedur yang ditentukan oleh
tergugat, yakni mengajukan permohonan pelayanan “internasional
roaming”.
3. Penggugat telah mengajukan permohonan pelayanan “internasional
roaming” pada tanggal 1 September 2006 dan telah memenuhi semua
persyaratan yang ditentukan oleh tergugat-1 melalui tergugat-2.
4. Setelah semua syarat permohonan layanan “internasional roaming”
dipenuhi penggugat, pada saat itu juga petugas dari tergugat-2
memberi informasi bahwa penggugat dapat melakukan sambungan
internasional melalui nomor telepon seluler pasca bayar paling lambat
3 hari setelah pengajuan permohonan. Berdasarkan informasi tersebut
berarti paling lambat tanggal 4 September 2006 penggugat sudah

70
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

dapat melakukan sambungan atau koneksi internasional melalui


nomor telepon seluler pasca bayar , dengan nomor 081ccccccc.
5. Kenyataannya, ketika penggugat pergi ke Belanda tanggal 2-13
September 2006 untuk suatu kepentingan, dari tanggal 4-13
September 2006 penggugat tidak dapat melakukan sambungan
internasional melalui nomor telepon seluler pasca bayar milik
penggugat, yakni 081ccccccc, baik menghubungi ataupun dihubungi
dari/ke Belanda-Indonesia, bahkan sampai penggugat pulang kembali
ke Indonesia. Padahal penggugat sangat membutuhkannya untuk
kepentingan penggugat pada saat penggugat di Belanda dari tanggal
2-13 September 2006.
6. Setelah pulang ke Indonesia dan penggugat keluhkan persoalan
di atas ke pihak tergugat-1 melalui tergugat-2, penggugat baru
diberi informasi bahwa pengugat sudah dapat melakukan fasiltas
“internasional roaming” melalui nomor telepon penggugat. Jelas
pemberian akses “internasional roaming” setelah penggugat pulang
ke Indonesia sudah tidak memberi arti lagi, karena penggugat
membutuhkannya untuk keperluan pada saat penggugat di Belanda
dari tanggal 2-13 September 2006.
7. Atas fakta-fakta sebagaimana terurai dalam butir 1-6, Para tergugat
dengan demikian tidak memberikan informasi yang benar mengenai
jasa telekomunikasi “internasional roaming” yang diperdagangkannya/
ditawarkannya kepada penggugat selaku konsumennya, sehingga para
tergugat telah melanggar ketentuan Pasal 4 huruf c UU No.8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
8. Atas fakta-fakta yang terurai pada butir 1-6, Para tergugat dengan
demikian dalam menawarkan jasa telekomunikasi “internasional
roaming” kepada penggugat selaku konsumennya, telah membuat
pernyataan yang tidak benar mengenai kegunaan jasa telekomunikasi
“internasional roaming”, terutama mengenai waktu/saat jasa
“internasional roaming” dapat digunakan, sehingga melanggar
ketentuan Pasal 10 huruf b UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
9. Atas fakta-fakta yang terurai pada butir 1-6 para tergugat dengan
demikian dalam menawarkan jasa telekomunikasi “internasional
roaming” tidak menepati janji atas pelayanannya secara tepat waktu,
yakni janjinya dapat melakukan sambungan internasional paling
lambat 3 (tiga) hari setelah permohonan penyambungan, akan tetapi
kenyataannya lebih dari tiga hari yakni 13 hari (penyambungan
tanggal 1 September 2006, sampai tanggal 13 September 2006 tidak

71
Praktik Peradilan Perdata

dapat digunakan), sehingga melanggar ketentuan Pasal 16 huruf b UU


No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
10. Karena tidak dapat melakukan sambungan internasional, maka
penggugat jadi sangat kecewa dan dirugikan, karena tidak dapat
melakukan komunikasi, baik dihubungi maupun menghubungi untuk
berbagai kepentingan penggugat selama di Belanda, mulai tanggal
4-13 September 2006.
11. Kerugian yang dialami oleh penggugat adalah berupa kerugian materiil
dan immateriil. Kerugian materiilnya adalah penggugat terpaksa
harus pinjam uang teman untuk sambungan internasional langsung
bayar sebesar Rp.2.500.000,-, karena penggugat menggantungkan
pada fasilitas dari para tergugat sehingga merasa tidak perlu banyak
membawa uang cash saat itu untuk kemunikasi lewat telepon.
Kerugian immateriil yang dialami penggugat yang hendak penggugat
tuntutkan di sini, yakni rasa kecewa atas layanan dari para tergugat,
direpotkan karena harus mondar mandir ke kantor telepon, tidak dapat
dihubungi oleh kolega di Indonesia untuk beberapa kepentingan,
penggugat sempat dinilai ingkar janji/buruk oleh kolega dan keluarga
di Indonesia, yang apabila dinilai dengan uang adalah sebesar
Rp.1.000.000.000,- (satu milyard rupiah).
12. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, para tergugat telah melakukan
perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 BW
atau Pasal 19 UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
13. Karena para tergugat dituntut atas pelanggaran UU No.8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, maka berdasarkan ketentuan Pasal
23 UU No.8/1999, gugatan diajukan ke badan peradilan di tempat
kedudukan konsumen. Dengan demikian gugatan ini telah memenuhi
kompetensi absolut maupun kompetensi relatif, sehingga harus
diterima untuk diperiksa di wilayah Pengadilan Negeri Bantul, tempat
kedudukan penggugat berada.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penggugat mohon kepada
Majelis Hakim yang terhormat berkenan memutus perkara ini sebagai
berikut.

PRIMER : 1. Menerima gugatan ini untuk diperiksa di Pengadilan Negeri


Bantul
2. Menerima dan Mengabulkan gugatan penggugat untuk
seluruhnya
3. Menyatakan bahwa para tergugat telah melakukan perbuatan
melawan hukum perlindungan konsumen (UU No.8 Tahun

72
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

1999), yakni melanggar hak konsumen, mempromosikan


jasa dengan tidak benar mengenai kegunaannya serta tidak
menepati janji pelayanan secara tepat waktu
4. Menghukum para tergugat secara tanggung renteng
karenanya untuk memberikan ganti kerugian materiil sebesar
Rp.2.500.000,- serta ganti kerugian immateriil sebesar
Rp.1.000.000.000,- (satu milyard rupiah) kepada penggugat
secara langsung sejak putusan hakim berkekuatan hukum
tetap.
5. Menghukum para tergugat secara tanggung renteng
untuk membayar uang dwangsom setiap hari kelambatan
pembayaran ganti kerugian sebesar Rp.50.000,- setiap hari
kelambatan pembayaran ganti kerugian.
6. Menghukum para tergugat secara tanggung renteng untuk
membayar beaya perkara.
SUBSIDER:- Apabila hakim berpendapat lain, mohon putusan seadil-
adilnya.
Demikian gugatan ini kami ajukan dengan harapan yang terhormat
Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini memperhatikan kepentingan
konsumen yang selama ini hampir selalu berada pada pihak yang
dirugikan oleh pelaku usaha. Atas segala kebijaksanaan serta keadilan
yang diberikan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
Allah senantiasa menerangi akal budi kita semua. Amin.

Bantul, 19 Desember 2006


Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat:

E.Sundari,S.H,M.Hum.

Gugatan di atas merupakan contoh gugatan kumulasi subyektif,


yakni tergugatnya yang lebih dari satu. Kewenangan relatif untuk
sengketa konsumen sifatnya hukum khusus yakni gugatan diajukan
di pengadilan negeri tempat konsumen sebagai penggugat bertempat
tinggal. Hal tersebut diatur di dalam Pasal 23 UU Nomor 8 Tahun
1999. Dalam gugatan dengan dasar hukum perbuatan melawan hukum

73
Praktik Peradilan Perdata

di atas, positanya berisi fakta-fakta PMH, yakni fakta-fakta secara


kronologis yang mengarah pada pelanggaran hukum perlindungan
konsumen beserta kerugian yang dialami konsumen sebagai dasar
untuk menuntut penetapan PMH dan tuntutan ganti kerugian.
Berikut adalah contoh gugatan dengan dasar wanprestasi yang
dibuat oleh Ridwan Syaidi Tarigan, S.H (http://www.lawoffice-rstp.
com/2010/08/surat-gugatan-wanprestasi.html diakses 11 Oktober
2015), yang telah ditambah di beberapa bagian.

Perihal : Gugatan wanprestrasi


Kepada : Yang Terhormat Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Jl. Ampera Raya No.133
Jakarta Selatan

Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini saya :
Ridwan Syaidi Tarigan, SH, Advokat dari kantor hukum Ridwan Syaidi
Tarigan & Partners beralamat di Jl. Kartika Rt.003/04 No. 32 A Meruya
Utara Jakarta Barat 11620 berdasarkan surat kuasa (terlampir), bertindak
untuk dan atas nama :
Julian Aspiradian, beralamat Jl. Karya utama no 22 Jakarta Barat, dalam
hal ini memilih tempat kediaman hukum (domisili) di kantor kuasanya
tersebut diatas. Hendak menandatangani dan memajukan surat gugatan
ini, selanjutnya akan disebut PENGGUGAT.
Dengan ini PENGGUGAT hendak mengajukan gugatan terhadap:
Junet bin Cekak, bertempat tinggal di Jl. Teuku Umar No.12 Jakarta
Selatan, selanjutnya akan disebut TERGUGAT.
Adapun mengenai duduk persoalannya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa pada tanggal 29 Agustus 2007 TERGUGAT telah mengadakan
perjanjian jual beli mobil dengan PENGGUGAT, dengan merk Toyota
Alphard dengan nomor polisi B 360 LU seharga Rp. 450.000.000,-
(empat ratus lima puluh juta rupiah), seperti terbukti dari perjanjian
yang ditandatangani oleh Penggugat tertanggal 29 Agustus 2007 (vide
bukti P-1, foto copy terlampir);
2. Bahwa sebagai pelaksanaan dari perjanjian tersebut diatas,
PENGGUGAT juga telah membayar Uang Panjer (Down Payment)

74
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

sebagai tanda jadi sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai perjanjian,
yaitu sebesar Rp.45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah) seperti
terbukti dalam kwitansi tanda penerimaan uang tertanggal 29 Agustus
2007 (vide bukti P-2, foto copy terlampir);
3. Bahwa dalam perjanjian tersebut diatas juga disepakati bahwa
pelunasan akan dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sejak ditandatangani perjanjian yaitu jatuh pada tanggal 05
September 2007;
4. Bahwa pada tanggal 01 September 2007, PENGGUGAT berniat
untuk melunasi harga yang telah disepakati tersebut, namun ketika
PENGGUGAT datang ke showroom milik PENGGUGAT oleh
Customer Service yang pada saat itu bertugas pada Showroom milik
TERGUGAT, mobil yang dimaksud dinyatakan telah terjual.
5. Bahwa ternyata pada tanggal 31 Agustus 2007 Tergugat telah tidak
menepati janjinya dengan melakukan transaksi penjualan terhadap
mobil sebagaimana dimaksud dengan Sdr. Tukul bin Tajir seharga
Rp. 650.000.000,- (enam ratus lima puluh juta rupiah) sebagaimana
terbukti dalam kwitansi tanda penerimaan uang tertanggal 31 Agustus
2007 (vide bukti P-3, foto copy terlampir);
6. Bahwa PENGGUGAT juga telah menyampaikan teguran secara lisan
kepada TERGUGAT, dan meminta pengembalian uang panjer (Down
Payment) namun TERGUGAT tidak mengindahkannya dan kemudian
menawarkan untuk mengganti dengan kendaraan lain yang sama
sekali tidak diinginkan oleh PENGGUGAT;
7. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas TERGUGAT telah
cedera janji (WANPRESTASI), karena tidak menjual mobil Toyota
Alphard dengan nomor polisi B 360 LU kepada Penggugat seperti
yang dijanjikan dengan itikad yang tidak baik sehingga sangat
merugikan bagi PENGGUGAT.
8. Bahwa untuk kerugian tersebut, wajar penggugat meminta
pengembalian uang panjer (down payment) secara utuh ditambah
dengan tambahan kerugian imateriil sebesar 200% (dua ratus persen)
dari uang panjer (Down Payment) yang telah disetorkan sebagai ganti
rugi kepada TERGUGAT, yakni sebesar: Rp.45 juta ditambah Rp.90
juta = Rp.135 juta.
Maka berdasarkan segala apa yang terurai diatas, penggugat mohon dengan
hormat sudilah kiranya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berkenan
memutuskan:

75
Praktik Peradilan Perdata

PRIMAIR :
1. Menerima dan mengbulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa perjanjian jual beli mobil Toyota Alpard dengan
nomor polisi B 360 LU antara penggugat dan tergugat adalah sah
menurut hukum;
3. Menyatakan bahwa tergugat telah melakukan wanprestasi terhadap
penggugat
4. Menghukum TERGUGAT untuk membayar ganti rugi berupa
pengembalian uang panjer (Down Payment) dan kerugian imateriil
sebesar Rp. 135.000.000,- (seratus tiga puluh lima juta rupiah) kepada
PENGGUGAT dengan seketika dan sekaligus;
5. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara ini;
6. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar
bij voorraad) meskipun timbul verzet atau banding.
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain:
SUBSIDIAIR : Dalam peradilan yang baik, mohon keadilan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).
Demikian gugatan kami ajukan, atas keadilan yang diberikan kami
ucapkan terima kasih.

Hormat kuasa penggugat,


(Ridwan Syaidi Tarigan, S.H.)

Dasar gugatan di atas adalah wanprestasi dalam jual beli mobil.


Dalam gugatan tersebut penggugat tidak mengajukan sita jaminan atau
uang dwangsom. Apabila penggugat mengetahui bahwa tergugat tidak
mungkin mengalihkan seluruh hartanya untuk menghindari tuntutan
penggugat, maka sita jaminan memang tidak diperlukan. Meskipun
dalam gugatan tidak diajukan sita jaminan, penggugat masih dapat
mengajukan sita eksekutorial apabila gugatannya dikabulkan dan
tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan secara suka rela.
Salah satu prosedur untuk pengajuan gugatan adalah gugatan
secara class action. Untuk memberi gambaran tentang gugatan class
action, berikut sebuah contoh gugatan class action yang dibuat oleh
advokat Nizar Kidung Pratama, dkk (http://trisuksesgenerus.blogspot.

76
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

co.id/ 2014/10/contoh-surat-gugatan-class-action.html diakses 12


Oktober 2015).

Gresik, 19 Maret 2014


Lampiran : Terlampir
Perihal : Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action)
Kepada Yth. :
Ketua Pengadilan Negeri Gresik
di Gresik

Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : 1. Nizar Kidung Pratama, SH.,MH.
: 2. Dompak Imanuel, SH, MH.
Pekerjaan : Keduanya adalah Advokat/Pengacara.
Alamat kantor : Jalan Sriwijaya 1 Nomor 22 Surabaya.
Selaku kuasa, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 14 Maret 2014,
bertindak untuk dan atas nama serta sah mewakili:
1. Nama : ZAENURI BIN AHMAD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.1, Kecamatan Kerek,
Gresik.
Dengan berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 dan PERMA Nomor 1
Tahun 2002, dalam hal ini bertindak sebagai:
a. Diri sendiri, sebagai korban dari pencemaran lingkungan hidup yang
dilakukan oleh PT. SEMEN NUSANTARA, khususnya sebagai
korban penyakit kulit.
b. Wakil dari sub kelompok korban penyakit kulit. Yang dimaksud
dengan sub kelompok penyakit kulit adalah sekelompok orang
yang terkena penyakit kulit yang disebabkan buangan limbah cair
B3 ke sungai Karang yang dilakukan PT. SEMEN NUSANTARA
setiap harinya sehingga menimbulkan kerugian penyakit kulit yang
diderita warga masyarakat Desa Sumberarum.
Dengan berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2002, sub kelompok
terdiri dari :
1) Anggota sub kelompok yang teridentifikasi:
a. Nama : SUMINAH BINTI JONO
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

77
Praktik Peradilan Perdata

Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.4, Kecamatan Kerek,


Gresik.
b. Nama : AKBAR BIN SOLEH
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
c. Nama : SUKIMAN BIN MASTUR
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Sumberarum RT.4/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
d. Nama : JUMINTEN BINTI JOKO
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.1, Kecamatan Kerek,
Gresik.
a. Nama : JUNAIDI BIN HUSEIN
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.3, Kecamatan Kerek,
Gresik.
2) Anggota sub kelompok yang belum teridentifikasi yaitu para korban
yang belum diketahui identitas dan jumlahnya.
Untuk selanjutnya disebut sebagai ------------------- PENGGUGAT I

2. Nama : MANSUR BIN SUROSO


Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.3, Kecamatan Kerek,
Gresik.
Dengan berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 dan PERMA Nomor 1
Tahun 2002, dalam hal ini bertindak sebagai :
a. Diri sendiri, sebagai korban dari pencemaran lingkungan hidup
yang dilakukan oleh PT. SEMEN NUSANTARA khususnya
sebagai korban penyakit diare.
b. Wakil dari sub kelompok korban penyakit diare. Yang dimaksud
dengan sub kelompok penyakit diare adalah sekelompok orang
yang terkena penyakit diare yang disebabkan buangan limbah cair
B3 ke sungai Karang yang dilakukan PT. SEMEN NUSANTARA
setiap harinya sehingga menimbulkan kerugian penyakit diare yang
diderita warga masyarakat Desa Sumberarum.
Dengan berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2002, sub kelompok
terdiri dari :
1) Anggota sub kelompok yang teridentifikasi :
a. Nama : RAGIL BIN MAMED

78
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
b. Nama : SATRIO BIN BAMBANG
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.3, Kecamatan Kerek,
Gresik.
c. Nama : CAHYONO BIN INDARNO
Pekerjaan : Buruh 
Alamat : Desa Sumberarum RT.4/RW.3, Kecamatan Kerek,
Gresik.
d. Nama : RUKMIYATI BINTI ROHMAN
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.1, Kecamatan Kerek,
Gresik.
e. Nama : SITI AMINAH BINTI SUHADI
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Sumberarum RT.3/RW.3, Kecamatan Kerek,
Gresik.
2) Anggota sub kelompok yang belum teridentifikasi yaitu para
korban yang belum diketahui identitas dan jumlahnya.
Untuk selanjutnya disebut sebagai ------------------ PENGGUGAT II

3. Nama : DADANG BIN SUYONO


Pekerjaan : Buruh 
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.1, Kecamatan Kerek, Gresik.
Dengan berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 dan PERMA Nomor 1
Tahun 2002, dalam hal ini bertindak sebagai:
a. Diri sendiri, sebagai korban dari pencemaran lingkungan hidup
yang dilakukan oleh PT. SEMEN NUSANTARA, khususnya
sebagai korban penyakit ISPA.
b. Wakil dari sub kelompok korban penyakit ISPA. Yang dimaksud
dengan sub kelompok penyakit ISPA adalah sekelompok orang
yang terkena penyakit ISPA yang disebabkan buangan limbah gas
sisa pembakaran yang dilakukan PT. SEMEN NUSANTARA setiap
harinya sehingga menimbulkan kerugian timbulnya penyakit ISPA
yang diderita warga masyarakat Desa Sumberarum.
Dengan berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2002, sub kelompok
terdiri dari :

79
Praktik Peradilan Perdata

1) Anggota sub kelompok yang teridentifikasi :


a. Nama : HUSNI BIN JARNOKO
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
b. Nama : HARUN BIN SUMADI
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.3/RW.3, Kecamatan Kerek,
Gresik.
c. Nama : YUYUN BINTI MUHAIDIN
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Sumberarum RT.3/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
d. Nama : TRISNO BIN PONARI
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.4/RW.1, Kecamatan Kerek,
Gresik.
e. Nama : JUMINI BINTI PERMADI
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.3, Kecamatan Kerek,
Gresik.
2) Anggota sub kelompok yang belum teridentifikasi yaitu para
korban yang belum diketahui identitas dan jumlahnya.
Untuk selanjutnya disebut sebagai ----------------- PENGGUGAT III

4. Nama : PARMAN BIN SUGENG


Pekerjaan : Buruh  
Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.2, Kecamatan Kerek, Gresik.
Dengan berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 dan PERMA Nomor 1
Tahun 2002, dalam hal ini bertindak sebagai:
a. Diri sendiri, sebagai korban dari pencemaran lingkungan
hidup yang dilakukan oleh PT. SEMEN NUSANTARA, khususnya
sebagai korbantercemarnya sungai.
b. Wakil dari sub kelompok korban tercemarnya sungai. Yang dimaksud
dengan sub kelompok tercemarnya sungai adalah sekelompok
orang yang dirugikan yang disebabkan buangan limbah cair B3 ke
sungai Karang yang dilakukan PT. SEMEN NUSANTARA setiap
harinya sehingga menimbulkan kerugian kekurangan air bersih
yang diderita warga masyarakat Desa Sumberarum.

80
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Dengan berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2002, sub kelompok


terdiri dari :
1) Anggota sub kelompok yang teridentifikasi:
a. Nama : ASTUTI BINTI MARDI
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.4, Kecamatan Kerek,
Gresik.
b. Nama : WARSINI BINTI SURATNO
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Sumberarum RT.3/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
c. Nama : TITIN BINTI SUHARNO
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.2, Kecamatan Kerek,Gresik.
d. Nama : TARNO BIN SUTARMAN
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Sumberarum RT.3/RW.4, Kecamatan Kerek,
Gresik.
e. Nama : GOGON BIN MAHMUD
Pekerjaan : Swasta 
Alamat : Desa Sumberarum RT.4/RW.4, Kecamatan Kerek,
Gresik.
2) Anggota sub kelompok yang belum teridentifikasi yaitu para korban
yang belum diketahui identitas dan jumlahnya.
Untuk selanjutnya disebut sebagai ----------------------PENGGUGAT IV

5. Nama : ABDUL BIN SLAMET


Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.1, Kecamatan Kerek, Gresik.
Dengan berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 dan PERMA Nomor 1
Tahun 2002, dalam hal ini bertindak sebagai:
a. Diri sendiri, sebagai korban dari pencemaran lingkungan hidup yang
dilakukan oleh PT. SEMEN NUSANTARA, khususnya sebagai
korban gagal panen.
b. Wakil dari sub kelompok korban gagal panen. Yang dimaksud
dengan sub kelompok gagal panen adalah sekelompok orang yang
mengalami kegagalan panen disebabkan buangan limbah cair B3 ke
sungai Karang yang dilakukan PT. SEMEN NUSANTARA setiap
harinya sehingga menimbulkan sungai Karang tercemar yang
mempengaruhi hasil panen petani Desa Sumberarum.

81
Praktik Peradilan Perdata

Dengan berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2002, sub kelompok


terdiri dari :
1) Anggota sub kelompok yang teridentifikasi :
a. Nama : AMIN BIN SANKONO
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.4, Kecamatan Kerek,
Gresik.
b. Nama : IMRON BIN ALI
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.4/RW.1, Kecamatan Kerek,
Gresik.
c. Nama : SUMIATUN BINTI JUNAIDI
Pekerjaan : Petani 
Alamat : Desa Sumberarum RT.3/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
d. Nama : TOLOK BIN GUNARTO
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.2/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
e. Nama : RASIAH BINTI YADI
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.3, Kecamatan Kerek,
Gresik.
2) Anggota sub kelompok yang belum teridentifikasi yaitu para korban
yang belum diketahui identitas dan jumlahnya.
Untuk selanjutnya disebut sebagai ---------------------PENGGUGAT V

6. Nama : SOBIRIN BIN KARNI


Pekerjaan : Petani tambak
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.2, Kecamatan Kerek, Gresik.
Dengan berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 dan PERMA Nomor 1
Tahun 2002, dalam hal ini bertindak sebagai:
a. Diri sendiri, sebagai korban dari pencemaran lingkungan hidup
yang dilakukan oleh PT. SEMEN NUSANTARA, khususnya
sebagai korban petani tambak.
b. Wakil dari sub kelompok korban petani tambak. Yang dimaksud
dengan sub kelompok korban petani tambak adalah sekelompok
orang yang tambaknya tecemar disebabkan buangan limbah cair
B3 ke sungai Karang yang dilakukan PT. SEMEN NUSANTARA

82
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

setiap harinya sehingga hasil tambak petani tambak Desa


Sumberarum menurun.
Dengan berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2002, sub kelompok
terdiri dari :
1) Anggota sub kelompok yang teridentifikasi:
a. Nama : SUPRI BIN YANTO
Pekerjaan : Petani Tambak
Alamat : Desa Sumberarum RT.4/RW.4, Kecamatan Kerek,
Gresik.
b. Nama : WALUYO BIN HASTO
Pekerjaan : Petani Tambak
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.1, Kecamatan Kerek,
Gresik.
c. Nama : HUTOMO BIN RUSDI
Pekerjaan : Petani Tambak
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
d. Nama : BOWO BIN JASIM
Pekerjaan : Petani Tambak
Alamat : Desa Sumberarum RT.3/RW.2, Kecamatan Kerek,
Gresik.
e. Nama : DARNAWI BIN WARDI
Pekerjaan : Petani Tambak
Alamat : Desa Sumberarum RT.1/RW.4, Kecamatan Kerek,
Gresik.
2) Anggota sub kelompok yang belum teridentifikasi yaitu para korban
yang belum diketahui identitas dan jumlahnya.
Untuk selanjutnya disebut sebagai ------------------ PENGGUGAT VI

Dengan ini PARA PENGGUGAT mengajukan gugatan perwakilan


kelompok (class action) pencemaran lingkungan hidup yang dilakukan
oleh PT. SEMEN NUSANTARA yang berlokasi di Desa Sumberarum
RT.2/RW.3 KecamatanKerek, Gresik terhadap:
Nama : SUBAGYO, SE, MM BIN WASITO
Pekerjaan : Direktur Utama PT Semen Nusantara
Alamat : Jalan Sumber Makmur Nomor 12 Surabaya
Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------- TERGUGAT

83
Praktik Peradilan Perdata

Adapun mengenai duduk persoalannya adalah sebagai berikut:


1. Bahwa PT SEMEN NUSANTARA merupakan perusahaan berbadan
hukum yang memproduksi semen yang berdiri pada tanggal 20
Desember 2000 dan mulai beroperasi Pada tanggal 14 Pebruari 2001.
2. Bahwa TERGUGAT merupakan Direktur Utama PT. SEMEN
NUSANTARA yang mana berdasarkan pasal 10 ayat (1) dan ayat (2)
Anggaran Dasar PT. SEMEN NUSANTARA, bertindak untuk dan atas
nama serta sah mewakili PT. SEMEN NUSANTARA yang didirikan
dengan Akta Notaris Nomor 451 tertanggal 17 Nopember 2000 oleh
Indah Puspita, SH, notaris di Gresik yang telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman dan HAM serta diumumkan dalam Lembaran Berita
Negara No. 75 tahun 2000.
3. Bahwa PT. SEMEN NUSANTARA memproduksi semen setiap
harinya.
4. Bahwa pada tahun 2008, mulai timbul keluhan dari warga Desa
Sumberarum atas limbah yang dihasilkan oleh PT. SEMEN
NUSANTARA.
5. Bahwa pada tanggal 13 Maret 2009, PT. SEMEN NUSANTARA
telah terbukti menggunakan zat kimia sintetis berbahaya B3 dengan
adanya sampel yang dikeluarkan oleh Institut Pengendali Bumi yang
terkandung dalam limbah cair PT. SEMEN NUSANTARA.
6. Bahwa pada tanggal 16 Maret 2009 telah terjadi musyawarah mufakat
antara Direktur Utama PT. SEMEN NUSANTARA yaitu Subagyo,
SE, MM bin Wasito dengan Kepala Desa Sumberarum, Mansur bin
Suroso mengenai pengendalian limbah yang dihasilkan PT. SEMEN
NUSANTARA.
7. Bahwa pada tahun 2012, PT. SEMEN NUSANTARA kembali
melakukan pencemaran limbah cair di sungai Karang disertai dengan
pencemaran udara yang disebabkan gas dari pembakaran yang berbau
busuk.
8. Bahwa pada Januari 2013 hingga Januari 2014, Kepala Desa
Sumberarum telah memberikan teguran kembali kepada PT. SEMEN
NUSANTARA namun tidak diapresiasi.
9. Bahwa menurut Pasal 37 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 1997
yang menyatakan bahwa masyarakat berhak mengajukan gugatan
perwakilan ke pengadilan/ melaporkan kepada penegak hukum
mengenai berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan
kehidupan tersebut.
10. Bahwa masyarakat Desa Sumberarum sangat dirugikan secara materiil
maupun immaterial atas limbah dari PT. SEMEN NUSANTARA.

84
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

11. Bahwa Subagyo, SE, MM bin Wasito selaku Direktur Utama PT.
SEMEN NUSANTARA bertanggungjawab atas pencemaran yang
dilakukan oleh PT. SEMEN NUSANTARA.
12. Bahwa PENGGUGAT menuntut TERGUGAT untuk mengembalikan
fungsi Sungai Karang seperti sedia kala.
13. Bahwa PENGGUGAT menuntut agar TERGUGAT memberikan
ganti rugi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga serta
segala kerugian yang timbul akibat tercemarnya Sungai Karang.
14. Bahwa PENGGUGAT merupakan seluruh warga Desa Sumberarum
yang berjumlah 900 orang.
15. Bahwa PENGGUGAT menuntut ganti rugi sebagai berikut:
a. Kelompok penyakit kulit = Rp 1.050.000,-/orang
Dengan rincian :
1) Biaya pengobatan penyakit kulit = Rp 50.000,-
2) Ganti rugi immaterial = Rp 1.000.000,-
b. Kelompok penyakit diare = Rp 1.545.000,-/orang
Dengan rincian :
1) Biaya pengobatan penyakit diare = Rp 45.000,-
2) Ganti rugi immateriil = Rp 1.500.000,-
c. Kelompok penyakit ISPA = Rp 10.265.000,-/orang
Dengan rincian :
1) Biaya pengobatan penyakit ISPA = Rp 265.000,-
2) Ganti rugi immaterial = Rp 10.000.000,-
d. Dengan rincian :
1) Biaya pembelian air bersih dalam 1 tahun
3500 x 2 x 365 x 1 = Rp 2.555.000,-
2) Ganti rugi immaterial = Rp 5.000.000,-
e. Kelompok gagal panen = Rp.45.250.000,-/ha
Dengan rincian :
1) Biaya bibit untuk 1 ha
75.000 x 150 (pack) x 1 = Rp. 11.250.000,-
2) Biaya pupuk dalam 1 ha
40.000 x 100 (pack) x 1 = Rp. 4.000.000,-
3) Ganti rugi immaterial = Rp 30.000.000,-
f. Kelompok petani tambak = Rp. 35.000.000,-/orang
Dengan rincian :
1) Biaya penurunan hasil tambak = Rp. 20.000.000,-
2) Ganti rugi immaterial = Rp. 15.000.000,-

85
Praktik Peradilan Perdata

15. Bahwa pemberitahuan kepada anggota kelompok akan dilakukan


dengan beberapa cara yaitu :
a. Para wakil kelompok akan menghubungi secara langsung setiap
anggota kelompoknya.
b. Melalui media cetak dan elektronik berupa koran dan radio.
c. Melalui papan pengumuman yang akan di tempel di Kantor
Pengadilan Negeri Gresik, Kantor Kecamatan Kerek dan Kantor
Desa Sumberarum.
16. Bahwa adapun mekanisme pendistribusian ganti rugi ini sebagai
berikut :
a. Pendistribusian ganti rugi akan dilakukan secara tunai melalui
Kepala Desa Sumberarum dengan membentuk sebuah tim
pendistribusian berjumlah 6 orang yang terdiri dari masing-
masing wakil kelompok penyakit kulit, penyakit diare, penyakit
ISPA, tercemarnya sungai, gagal panen dan petani tambak.
b. Pendistribusian dilaksanakan 3 hari setelah dana ganti rugi
dicairkan.
c. Pendistribusian dilaksanakan di Kantor Desa Sumberarum.
d. Pendistribusian dilakukan dengan menggunakan nomor antrian
supaya tetap aman, tertib dan terkendali.

Berdasarkan semua hal yang diuraikan diatas, dengan ini PENGGUGAT


mohon dengan hormat, sekiranya Pengadilan Negeri Gresik berkenan
menerima, memeriksa dan selanjutnya memutuskan sebagai berikut:
A. PRIMAIR
1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk
seluruhnya.
2. Menghukum TERGUGAT untuk membayar ganti kerugian materiil
maupun immaterial kepada PENGGUGAT sebagai berikut :
a. Warga yang menderita penyakit kulit sebesar Rp 1.050.000,-
perorang.
b. Warga yang menderita penyakit diare sebesar Rp 1.545.000,-
perorang.
c. Warga yang menderita penyakit ISPA sebesar Rp
10.265.000,-perorang.
d. Warga yang mengalami kerugian akibat sungai tercemar sebesar
Rp 7.555.000,- perorang
e. Petani yang mengalami gagal panen sebesar Rp.45.250.000,- per
ha.

86
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

f. Petani tambak yang mengalami penurunan pendapatan sebesar


Rp 35.000.000,- perorang.
3. Memerintahkan TERGUGAT untuk melakukan pemulihan terhadap
lingkungan air, tanah dan udara dari zat pencemar,
4. Menghukum TERGUGAT dengan dinonaktifkan kegiatan produksi
PT. SEMEN NUSANTARA demi memininalisasi pencemaran
lingkungan yang telah ada,
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini,
6. Menghukum TERGUGAT membayar uang paksa (dwangsom) kepada
PENGGUGAT yang besarnya uang paksa (dwangsom) diputuskan
berdasarkan peraturan perundang-undangan, setiap hari terlambat
memenuhi isi putusan terhitung sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum yang tetap.
7. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dulu (uitvoerbaar bij
voorraad) meskipun terhadap putusan ini diajukan verzet, banding
atau kasasi.

B. SUBSIDAIR
Memberikan keputusan seadil-adilnya menurut hukum dan peraturan-
peraturan yang berlaku (ex aequo et bono)

Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat

NIZAR KIDUNG PRATAMA, SH,MH

Gugatan perwakilan kelompok atau class action diatur di dalam


PERMA No.1 Tahun 2002. Contoh gugatan class action di atas sudah
menyesuaikan dengan isi dan format surat gugatan sebagaimana
diatur di dalam PERMA No.1 Tahun 2002. Di dalam gugatan tersebut
Penggugat maju mewakili kepentingan senditri sekaligus kepentingan
kelompok yang diwakili atas dasar kesamaan kepentingan. Di dalam
gugatan juga disebutkan identitas sub-sub kelompok berdasarkan

87
Praktik Peradilan Perdata

kesamaan kepentingan atau kerugian, namun tidak perlu menyebut


identitas semua anggota kelompok satu persatu, sebagaimana harus
dilakukan dalam gugatan kumulasi. Positanya mengambarkan posita
yang dialami oleh penggugat dan kelompok yang diwakilinya. Sesuai
dengan ketentuan dalam PERMA No.1 tahun 2002, di dalam posita
sudah dikemukakan cara pemberitahuan dan cara pendistribusian
ganti kerugian seandainya gugatan dikabulkan. Petitum yang diajukan
juga petitum untuk penggugat sekaligus kelompok yang diwakilinya.
Itulah prinsip-prinsip format gugatan class action.
Agar dapat lebih memahami perbedaan gugatan class action
dan gugatan kumulasi subyektif, berikut dipaparkan sebuah contoh
gugatan kumulasi subyektif yang diajukan oleh advokat Mevrizal,
SH., dan H. Yul Akhyari Sastra, SH dalam gugatan perbuatan
melawan hukum (http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/
b8ed873432a61cd14ffc792d4a60007a, diakses 12 Oktober 2015).

Perihal : Gugatan perbuatan melawan hukum dalam waris adat Padang,


19 Mei 2014
Lampiran: surat kuasa
Kepada Yth. :
Ketua Pengadilan Negeri Padang
di Padang

Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini:
Mevrizal, SH., dan H. Yul Akhyari Sastra, SH adalah Advokat pada
kantor Hukum dan Politik Palito, berkedudukan di Jl. Dr. M. Hatta No. 11
Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang, berdasarkan
surat kuasa khusus tanggal 15 Mei 2014, bertindakuntuk dan atas nama
serta sah mewakili :
1. Zakaria Abdullah, laki-laki, umur 62 tahun, agama Islam, Pensiunan,
alamat Jl.Durian Tigo Batang RT. 03/ RW. 05 Kelurahan Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang, bertindak selaku Mamak
Kepala Waris kaum Ambun, suku Koto Balai Baru Kelurahan
Sungai Sapih Kecamatan Kuranji Kota Padang, seharato sepusako,
selanjutnya disebut PENGGUGAT I;

88
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

2. Zainal Mikudun Sati, laki-laki, umur 74 tahun, agama Islam, Petani,


alamat Jl. Durian Tigo Batang RT. 03/ RW. 05 Kelurahan Korong
Gadang Kota Padang bertindak selaku Mamak Kepala Waris kaum
Linin suku Caniago Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang, seharato sepusako, sebagaimana
telah memberi kuasa tanggal 17 Desember 2014 kepada anggota kaum,
Nurman, 49 tahun, Wiraswasta, alamat Jl. Jeruk 12 RT. 02/ RW. 05
Kelurahan Kuranji Kota Padang. selanjutnya disebut PENGGUGAT
II;
3. Syamsul Bahri, laki-laki, umur 58 tahun, agama Islam, Pensiunan
TNIAD, alamat Taratak Paneh RT. 02/ RW. 06 Kelurahan Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang, bertindak selaku Mamak
Kepala Waris kaum H. Hindun suku Tanjuang Taratak Paneh
Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang yang
seharato sepusako, selanjutnya disebut PENGGUGAT III;
4. H. Nasib Rajo Bujang, laki-laki, umur71 tahun, agama Islam,
Wiraswasta, alamat Jl. Kemanggisan Ilir No. 18 RT. 05/ RW. 08
Kelurahan Kemanggisan Kecamatan Palmerah Jakarta Barat DKI
Jakarta, selaku Mamak Kepala Waris kaum Muluk suku Jambak
Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota
Padang yang seharato sepusako, sebagaimana telah memberikan
kuasa tgl 16 Januari 2014 kepada anggota kaum, Syahrial Bahar,
55 tahun, buruh, alamat Jl. Jamal Jamil Dalam No. 12 RT. 05/ RW.
01 Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang,
selanjutnya disebut PENGGUGAT IV;
5. Zaimir, laki-laki, agama Islam, umur 65 tahun, Wiraswasta, alamat
Cubadak Air RT 01/RW 04 Kelurahan Lubuk Lintah Kecamatan
Kuranji Kota Padang, bertindak selaku Mamak Kepala Waris
kaum Zaimir suku Jambak Taratak Paneh Kelurahan Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang, yang seharato sepusako,
sebagaimana telah memberi kuasa tanggal 6 Desember 2013 kepada
anggota kaum, Afrizal , 47 tahun, TNI-AD, alamat Jl. Rimbo Tarok
RT. 01/ RW. 09 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang
selanjutnya disebut PENGGUGAT V;
6. Zaini, laki-laki, agama Islam,umur 60 tahun, Pensiunan, alamat
Komplek Taruko I Blok XX/8 RT. 05/ RW. 010 Kelurahan Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang, bertindak sebagai ahli
waris Nurjana (alm), suku Melayu Ketaping Kelurahan Pasar
Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang uang diberi kuasa oleh
ahli waris lainnya tanggal 14 Desember 2013, selanjutnya disebut
PENGGUGAT VI;

89
Praktik Peradilan Perdata

7. Darwas, laki-laki, agama Islam, umur 63 tahun, Sopir, alamat Bandar


Puding RT. 04/ RW. 08 Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan
Kuranji Kota Padang, bertindak selaku Mamak Kepala Waris kaum
Darwas suku Sikumbang Ketaping Kelurahan Pasar Ambacang
Kecamatan Kuranji Kota Padang, seharato sepusako, selanjutnya
disebut PENGGUGAT VII;
8. H.Abdul Rahman, laki-laki, umur 76 tahun, Petani, alamat Pilakut
RT. 02/RW. 06 Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Kota
Padang, bertindak selaku Mamak Kepala Waris kaum Abdul Rahman
suku Guci Balai Baru Kelurahan Sungai Sapih Kecamatan Kuranji
Kota Padang, seharato sepusako, selanjutnya disebut PENGGUGAT
VIII;
9. Rafles Yohanes, laki-laki, umur 51 tahun, Buruh, alamat Jl. Durian
Tigo Batang RT. 02/ RW. 05 Kelurahan Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Kota Padang, bertindak selaku mamak Kepala Waris kaum
Zainujir suku Jambak Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang seharato sepusako selanjutnya
disebut PENGGUGAT IX;
10. .Basyar St. Batuah alias Basyaruddin, laki-laki, umur 86 tahun,
agama Islam, Pensiunan, alamat Jl. Andalas No. 101 RT. 01/ RW. 04
Kelurahan Andalas Timur Kota Padang bertindak untuk diri sendiri,
suku Sikumbang Ketaping Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan
Kuranji Kota Padang, selanjutnya disebut PENGGUGAT X;
11. Ismael, laki-laki, umur 60 tahun, agama Islam, Buruh, alamat
Kampung Lalang RT. 05/ RW. 06 Kelurahan Pasar Ambacang
Kecamatan Kuranji Kota Padang , bertindak Mamak Kepala Waris
kaum Malua suku Jambak Nan Batujuah Taratak Paneh Kelurahan
Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang, seharato sepusako,
selanjutnya disebut PENGGUGAT XI;
12. Zarkani, laki-laki, umur 63 tahun, agama Islam, Buruh, alamat Jl.
Durian Tigo Batang RT. 02/ RW. 05 Kel. Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Kota Padang, bertindak selaku Mamak Kepala Waris kaum
Jaiyah suku Jambak Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang yang seharato sepusako, selanjutnya
disebut PENGGUGAT XII;
13. Adnadi Putra, laki-laki, agama Islam, umur 36 tahun, Wiraswasta,
alamat Pasar Ambacang RT 02/ RW. 01 Kelurahan Pasar Ambacang
Kecamatan Kuranji Kota Padang, bertindak sebagai ahli waris
Yarli (alm) suku Sikumbang Ketaping Kelurahan Pasar Ambacang

90
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Kecamatan Kuranji Kota Padang, sebagaimana telah diberi kuasa


oleh ahli waris lainnya tanggal 10 Desember 2013 selanjutnya disebut
PENGGUGAT XIII;
14. Mardiana, Perempuan, agama Islam, umur 76 tahun, Ibu Rumah
Tangga , alamat Ketaping Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang,
suku Sikumbang Ketaping Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan
Kuranji Kota Padang, bertindak untuk diri sendiri sebagaimana
telah memberi kuasa tanggal 7 Januari 2014 kepada ahli warisnya,
Syofnirwan, 33 tahun, karyawan swasta, alamat Komplek Wisma
Indah Lestari L 4 RT. 04/ RW. 17 Kelurahan Lubuk Buayo Kecamatan
Koto Tangah Kota Padang, selanjutnya disebut PENGGUGAT XIV;
15. Muslim gelar Rajo Basa, laki-laki, agama Islam, Umur 64 tahun,
Buruh, alamat Jl. Enggang VI No. 17 Rt. 01/ Rw. 11 Kelurahan
Parupuk Tabing Kecamatan Koto Tangah Kota Padang bertindak
selaku Mamak Kepala Waris kaum Hasan Basri Rajo Basa suku
Caniago Sungai Sapih Kecamatan Kuranji Kota Padang, seharato
sepusako, selanjutnya disebut PENGGUGAT XV;
Dengan ini untuk dan atas nama para penggugat hendak mengajukan
gugatan perbuatan melawan hukum terhadap:

Presiden Republik Indonesia Cq, Gubernur Propinsi Sumatera Barat cq.


Walikota Padang, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.
Adapun pokok persoalannya adalah sebagai berikut.
1. Bahwa Penggugat I adalah Mamak Kepala Waris kaum Ambun suku
Koto Balai Baru Kelurahan Sungai Sapih Kecamatan Kuranji Kota
Padang;
2. Bahwa Penggugat I memiliki tanah Pusako Tinggi yang dimiliki
secara turun temurun di balai Baru Kelurahan Sungai Sapih seluas
20.048 M2, dengan batas-batas sebagai berikut :
sebelahUtara : dengan tanah Mukhtar Rajo Bujang ;
sebelah Timur : dengan tanah Nurdin Belek ;
sebelah Selatan : dengan tanah Nurdin Belek dan M. Nur ;
sebelah Barat : dengan tanah Siri dan Baudis;
3. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat terpakai seluas + 8.402 M2;
4. Bahwa Penggugat II adalah Mamak Kepala Waris kaum Linin suku
Caniago Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Kota Padang ;

91
Praktik Peradilan Perdata

5. Bahwa Penggugat II memiliki tanah pusako yang dimiliki secara


turun temurun di Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang seluas
15.007 M2 dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah utara: engan tanah Jasmawati dan Suharti ;
sebelah Timur : dengan tanah Nurmi ;
sebelah Selatan : dengan tanah Wahab ;
sebelah Barat : dengan tanah kawan ini juga;
6. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat II terpakai seluas+5.479 M2;
7. Bahwa Penggugat III adalah Mamak Kepala Waris kaum H. Hindun
suku Tanjuang Taratak Paneh Keluarahan Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Kota Padang;
8. Bahwa Penggugat III memiliki tanah pusako yang dimiliki secara
turun temurun di Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Kota Padang seluas + 11.146 M2 dengan batas-batas sebagai
berikut ;
sebelah Utara : dengan tanah Yaiyah
sebelah Timur : dengan kawan tanah ini juga;
sebelah Selatan : dengan Bandar kecil/ sebelah tanah kaum Caniago;
sebelah Barat : dengan kawan tanah ini juga;
9. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan jalan Padang By Pass dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat III terpakai seluas+ 7.790
M2; 4.1. Bahwa Penggugat IV adalah Mamak Kepala Waris kaum
Muluk suku Jambak Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang;
10. Bahwa Penggugat V memiliki tanah Pusako Tinggi yang dimiliki
secara turun temurun di Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang seluas 6.772 M2, dengan batas-
batas sebagai berikut; sebelah Utara : dengan tanah Muluk; sebelah
Timur : dengan kawan tanah ini juga; sebelah Selatan : dengan tanah
Syafri; sebelah Barat : dengan tanah Zainujir Rajo Perak;
11. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat V terpakai seluas+ 2.032 M2;
12. Bahwa Penggugat VI adalah salah seorang ahli waris dari Nurjana
(alm) yang diberi kuasa oleh ahli waris lainnya, Suku Melayu Ketaping
Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang;

92
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

13. Bahwa Penggugat VI memiliki tanah Pusako Randah di Ketaping


Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang seluas
366 M2, dengan batas-batas sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan tanah Darwas;
sebelah Timur : dengan Tarmizi;
sebelah Selatan : dengan tanah Bukhari;
sebelah Barat : dengan tanah Maszainar;
14. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat VI habis terpakai seluas+ 366
M2;
15. Bahwa Penggugat VII adalah Mamak Kepala Waris Kaum Darwas
suku Sikumbang Ketaping Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan
Kuranji Kota Padang;
16. Bahwa Penggugat VII memiliki tanah Pusako Tinggi yang dimiliki
secara turun temurun di Ketaping Kelurahan Pasar Ambacang
Kecamatan Kuranji Kota Padang seluas 9.083 M2, dengan batas-batas
sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan Basyar;
sebelah Timur : dengan tanah Mansyur;
sebelah Selatan : dengan Bandar/ sebelah tanah Maszainar;
sebelah Barat : dengan tanah Ajis;
17. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat VII terpakai seluas+ 5.405
M2;
18. Bahwa Penggugat VIII adalah Mamak Kepala Waris Kaum Abdul
Rahman suku Guci Balai Baru Kelurahan Sungai Sapih Kecamatan
Kuranji Kota Padang;
19. Bahwa Penggugat VIII memiliki tanah Pusako Tinggi yang dimiliki
secara turun temurun di Balai Baru Kelurahan Sungai Sapih
Kecamatan Kuranji Kota Padang seluas 4.764 M2, dengan batas-batas
sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan Sutan B/ Tarmizi;
sebelah Timur : dengan jalan Balai Baru;
sebelah Selatan : dengan Bandar/ sebelah tanah Sutan B/ Tarmizi;
sebelah Barat : dengan tanah Sutan B/ Tarmizi; 8.3. B
20. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat VIII terpakai seluas+ 2.078
M2;

93
Praktik Peradilan Perdata

21. Bahwa Penggugat IX adalah Mamak Kepala Waris kaum Zainujir


suku Jambak Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Kota Padang;
22. Bahwa Penggugat IX memiliki tanah Pusako yang dimiliki secara
turun temurun di Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Kota Padang seluas 4.506 M2, dengan batas-batas sebagai
berikut :
sebelah Utara : dengan tanah alih/ Muluk;
sebelah Timur : dengan tanah Syafri;
sebelah Selatan : dengan tanah Bujang Malua;
sebelah Barat : dengan tanah Alamsyah/ Pik Inuik;
23. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat IX terpakai seluas+ 907 M2;
24. Bahwa Penggugat X adalah Pemilik Tanah, suku Sikumbang Ketaping
Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang;
25. Bahwa Penggugat memiliki tanah Pusako Randah di Ketaping
Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang seluas
3.555 M2, dengan batas-batas sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan tanah Mardiana
sebelah Timur : dengan tanah Syair;
sebelah Selatan : dengan tanah Darwas;
sebelah Barat : dengan tanah Yakub;
26. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat terpakai seluas 1.129 M2;
27. Bahwa Penggugat XI adalah Mamak Kepala Waris Kaum Malua
suku Jambak Nan Batujuah Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang;
28. Bahwa Penggugat XI memiliki tanah Pusako Tinggi yang dimiliki
secara turun temurun di Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang
seluas 3.182 M2, dengan batas-batas sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan tanah Syafri;
sebelah Timur : dengan tanah Nyama;
sebelah Selatan : dengan tanah Syamsul Bahri;
sebelah Barat : dengan tanah Zainujir dan Darna;
29. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat terpakai seluas+ 2.337 M2;

94
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

30. Bahwa Penggugat XII adalah Mamak Kepala Waris kaum Jaiyah suku
Jambak Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji
Kota Padang;
31. Bahwa Penggugat memiliki tanah Pusako Tinggi yang dimiliki secara
turun temurun di Taratak Paneh Kelurahan Korong Gadang seluas
1.028 M2, dengan batas-batas sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan tanah Dalima/ Darna;
sebelah Timur : dengan tanah kaum Syamsul Bahri;
sebelah Selatan : dengan tanah kaum Syamsul Bahri;
sebelah Barat : dengan tanah Ramalan/ Maemunah;
32. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat terpakai habis yaitu seluas+
1.028 M2;
33. Bahwa Penggugat XIII adalah salah seorang ahli waris dari Yarli (alm)
yang diberi kuasa oleh ahli waris lainnya, suku Sikumbang Ketaping
Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang;
34. Bahwa Penggugat XIV memiliki tanah Pusako Randah di Ketaping
Kelurahan Pasar Ambacang seluas 236 M2, dengan batas-batas
sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan tanah Syamsidar;
sebelah Timur : dengan tanah Nurbaiti;
sebelah Selatan : dengan Mardiana;
sebelah Barat : dengan tanah Ratna alias Tona;
35. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat habis terpakai yaitu seluas+
236 M2;
36. Bahwa Penggugat XV Pemilik Tanah, suku Sikumbang Ketaping
Kelurahan Pasar Ambcang Kecamatan Kuranji Kota Padang;
37. Bahwa Penggugat memiliki tanah Pusako Randah di Ketaping
Kelurahan Sungai Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang
seluas 4.918 M2, dengan batas-batas sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan tanah Nurbaiti;
sebelah Timur : dengan tanah Kamsani;
sebelah Selatan : dengan tanah Basyar St. Batuah;
sebelah Barat : dengan tanah Rohana/ Hasan Basri;
38. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat terpakai sebanyak + 2.953
M2;

95
Praktik Peradilan Perdata

39. Bahwa Penggugat XVI adalah Mamak Kepala Waris kaum Hasan
Basri Rajo Basa, suku Caniago Sungai Sapih Kecamatan Kuranji
Kota Padang;
40. Bahwa Penggugat memiliki Tanah Pusako Tinggi yang dimiliki secara
turun temurun di Sungai Sapih Kecamatan Kuranji Kota Padang
seluas +34.518 M2, dengan batas-batas sebagai berikut :
sebelah Utara : dengan tanah Juli;
sebelah Timur : dengan tanah Hasan Basri Buya ;
sebelah Selatan : dengan tanah Batang Air Sungai Sapih;
sebelah Barat : dengan tanah Yakub;
41. Bahwa sejak tahun 1989 sampai 1992, Tergugat melakukan
pembangunan proyek jalan Padang By Pass, dimana untuk
pembangunan tersebut tanah Penggugat terpakai sebanyak + 4.640
M2;
42. Bahwa pada awal tahun 1989 Pihak Tegugat mempunyai rencana
untuk membangun jalan yang dikenal dengan Pembangunan Proyek
Padang By Pass yang menghubungkan Teluk Bayur sampai batas
Kota Padang Pariaman;
43. Bahwa mengacu kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
ketika itu, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/1975
tentang Ketentuan-ketentuan Mengenai tata Cara Pembebasan Tanah
dan Instruksi Presiden Nomor 9/ 1973; harusnya untuk pembangunan
jalan tersebut Tergugat terlebih dahulu membebaskan lahan dengan
cara ganti rugi, namun oleh karena alasan bahwa Pemerintah tidak
mempunyai dana yang cukup, maka Tergugat menggunakan pola
Konsolidasi seperti yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya
Padang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Perubahan Pertama Peraturan
Daerah Kotamadya Daerah tingkat II Padang Nomor 07/PD/1978
tentang Fatwa Perencanaan Lingkungan (Advis Planning) Dalam
Daerah Tingkat II Padang “(1). Untuk memperoleh fatwa perencanaan
lingkungan dari Kepala Daerah, pemilik tanah harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut: a. Pemilik tanah harus bersedia tanahnya
dipetak atas beberapa bagian tertentu sesuai dengan rencana tata kota
dan tata guna tanah. b. Pemilik tanah bersedia menyerahkan 30 persen
tanahnya kepada Pemerintah Daerah yang akan digunakan bagi
kepentingan/keperluan penyedian prasarana/fasilitas umum dan atau
sebagai tanah cadangan pengganti bagi tanah pihak lainyang terkena
prasaran/fasilitas umum lebih dari 30 persen;
44. Bahwa guna merumuskan pelaksanaan Penyelesaian/ Pembebasan
Tanah yang terkena pembangunan jalan Padang By Pass, Pemerintah

96
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Daerah Kota Padang mengeluarkan Surat Keputusan Walikotamadya


Daerah Tingkat II Padang Nomor 188.45.1.46/SK-Sek/1989 tentang
Pembentukan Team Teknis Penyelesaian/ Pembebasan Tanah dan
Bangunan Masyarakat yang Terkena Proyek Pembangunan Jalan
Padang By Pass tertanggal 21 Maret 1989;
45. Bahwa sebagai tindak lanjut Tugas Team Teknis tersebut Pemerintah
Daerah mengeluarkan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II
Padang Nomor 188.45.267a/SK-Sek/1989 Tentang Penetapan Lokasi
Tanah Yang Terkena Proyek Pembangunan Jalan Padang By Pass
Tahap II dan Kebijakan Penyelesaian Masalah Tanah, Bangunan dan
Tanaman Masyarakat Yang Terkena Jalur Padang By Pass, tertanggal
15 Juli 1989;
46. Bahwa mengacu kepada Surat Keputusan Walikotamadya Daerah
Tingkat II Padang Nomor 188.45.267a/SK-Sek/1989 tersebut diatas,
Tergugat telah melaksanakan proses pembangunan jalan Padang
By Pass. Namun sejak pembangunan dilaksanakan, sampai selesai
proyek Jalan Padang By Pass dikerjakan hingga sampai saat ini +
23 tahun, kewajiban Tergugat sebagaimana dimaksud yaitu untuk
mengembalikan/ menyerahkan kembali sisa tanah Penggugat 1-15
sebanyak 70 persen dalam bentuk sertifikat selalu dijanjikan akan
diselesaikan, namun sampai saat ini tidak pernah tuntas;
47. Bahwa perbuatan Tergugat yang memakai tanah Penggugat 1-15
apalagi belum juga menjalankan kewajibannya secara baik dan benar
serta tuntas, untuk memberikan sesuatu kepada Penggugat 1-16
berupa penggantian atas tanah Penggugat 1-16 yang terpakai untuk
pembangunan jalan Padang By Pass Padang merupakan Perbuatan
Melawan Hukum, sebagaimana diatur dalam pasal 1365 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata;
48. Bahwa akibat tindakan Tergugat tersebut berakibat timbulnya kerugian
materil dan immaterial bagi Penggugat 1-15, atas tanah Penggugat
yang terpakai untuk pembangunan jalan Padang By Pass sebesar Rp.
92.462.000.000,- (Sembilan puluh dua milyar empat ratus enam puluh
dua juta rupiah), dengan perinci perincian sebagai berikut;
A. Kerugian Materil sebesar Rp. 91.462.000.000,-(sembilan puluh
satu milyar empat ratus enam puluh dua juta rupiah), dengan
perincian;
1. Tanah Penggugat I yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 8.402 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
16.804.000.000,-

97
Praktik Peradilan Perdata

2. Tanah Penggugat II yang terpakai untuk pembangunan


Padang By Pass seluas 5.479 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
10.958.000.000,-
3. Tanah Penggugat III yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 7.790 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
15.580.000.000,-
4. Tanah Penggugat IV yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 1.129 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
2.258.000.000,-
5. Tanah Penggugat V yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 2.032 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
4.064.000.000,-
6. Tanah Penggugat VI yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 366 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.732
.000.000,-
7. Tanah Penggugat VII yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 5.405 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
10.810.000.000,-
8. Tanah Penggugat VIII yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 2.078 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
4.156.000.000,-
9. Tanah Penggugat IX yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 907 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
1.814.000.000,-
10. Tanah Penggugat X yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 1.129 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
2.258.000.000,-
11. Tanah Penggugat XI yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 2.337 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
4.674.000.000,-
12. Tanah Penggugat XII yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 848 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
1.696.000.000,-
13. Tanah Penggugat XIII yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 236 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
472.000.000,-
14. Tanah Penggugat XIV yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 2.953 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
5.906.000.000,-

98
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

15. Tanah Penggugat XV yang terpakai untuk pembangunan


Padang By Pass seluas 4.640 M2 X Rp. 2.000.000,- =
Rp.9.280.000.000,-
B. Kerugian Immateril, berupa hilangnya harkat dan martabat serta
waktu bagi Penggugat 1-15 menunggu dan tidak pernah ada
penyelesaian dari Tergugat sebesar Rp. 1.000.000.000,-(satu
milyar rupiah);
49. Bahwa Penggugat 1-15 telah berupaya + 23 tahun untuk meminta
penyelesaian secara baik-baik kepada Tergugat, Tergugat selalu
berjanji akan menyelesaikan. Namun sampai saat ini belum juga
direalisasikan, yang untuk itu Penggugat 1-15 sangat meragukan
itikad baik Tergugat. Karenanya pengajuan gugatan ini ke Pengadilan
telah tepat;
50. Bahwa untuk menghindari Tergugat berbuat engkar atas putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, cukup beralasan bagi
Penggugat 1-15 meminta Pengadilan Negeri Klas IA Padang untuk
menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.
25.000.000,- (dua puluh juta rupiah) per hari keterlambatan terhitung
semenjak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

Berdasarkan uraian dan dalil dalil gugatan Penggugat 1-15 tersebut diatas,
maka Pengugat 1-15 memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Klas IA
Padang untuk memanggil kami para pihak yang berperkara dalam suatu hari
persidangan yang akan ditentukan kemudian, serta selanjutnya memeriksa
dan memutus perkara ini dengan putusan yang dapat dijalankan serta merta
(iut verbaar bij voorraad) meskipun ada perlawanan/verzet, banding atau
kasasi, selanjutnya mengambil keputusan yang amarnya berbunyi;
PRIMER:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat 1-15 seluruhnya;
2. Menyatakan Penggugat 1-15 adalah Penggugat yang memiliki
legalitas dan kualitas sesuai dengan kedudukan dan jabatannya
masing-masing;
3. Menyatakan bahwa Penggugat 1-15 adalah pihak yang memiliki dan
menguasai tanah objek yang disengketakan; termasuk tanah yang
terpakai oleh jalan Padang by Pass;
4. Menyatakan bahwa tindakan Tergugat melaksanakan proyek
Pembangunan Jalan Padang By Pass diatas tanah Penggugat 1-15, serta
tidak memenuhi kewajiban untuk mengembalikan tanah Penggugat
1-15 sebanyak 70 % sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan
Walikotamadya Daerah Tingkat II Padang Nomor 188.45.267a/SK-

99
Praktik Peradilan Perdata

Sek/1989 adalah Perbuatan Melawan Hukum, sebagaimana diatur


dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
5. Menghukum Tergugat untuk mengganti kerugian materil dan
immaterial bagi Penggugat 1-15, atas tanah Penggugat yang
terpakai untuk pembangunan jalan Padang By Pass sebesar Rp.
92.462.000.000,- (Sembilan puluh dua milyar empat ratus enam
puluh dua juta rupiah), dengan perinci perincian sebagai berikut;

A. Kerugian Materil sebesar Rp. 91.462.000.000,-(sembilan puluh


satu milyar empat ratus enam puluh dua juta rupiah), dengan
perincian;
1. Tanah Penggugat I yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 8.402 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
16.804.000.000,-
2. Tanah Penggugat II yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 5.479 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
10.958.000.000,-
3. Tanah Penggugat III yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 7.790 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
15.580.000.000,-
4. Tanah Penggugat IV yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 1.129 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
2.258.000.000,-
5. Tanah Penggugat V yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 2.032 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
4.064.000.000,-
6. Tanah Penggugat VI yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 366 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.732
.000.000,-
7. Tanah Penggugat VII yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 5.405 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
10.810.000.000,-
8. Tanah Penggugat VIII yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 2.078 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
4.156.000.000,-
9. Tanah Penggugat IX yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 907 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
1.814.000.000,-
10. Tanah Penggugat X yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 1.129 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
2.258.000.000,-

100
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

11. Tanah Penggugat XI yang terpakai untuk pembangunan


Padang By Pass seluas 2.337 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
4.674.000.000,-
12. Tanah Penggugat XII yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 848 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
1.696.000.000,-
13. Tanah Penggugat XIII yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 236 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
472.000.000,-
14. Tanah Penggugat XIV yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 2.953 M2 X Rp. 2.000.000,- = Rp.
5.906.000.000,-
15. Tanah Penggugat XV yang terpakai untuk pembangunan
Padang By Pass seluas 4.640 M2 X Rp. 2.000.000,- =
Rp.9.280.000.000,-

B. Dan mengganti kerugian Immateril atas hilangnya harkat dan


martabat serta waktu Penggugat 1-15 menunggu dan tak kunjung
ada penyelesaian dari Tergugat sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah);
6. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta
rupiah) per hari keterlambatan terhitung semenjak putusan
ini mempunyai kekuatan hukum tetap secara tangung
renteng;
7. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu
(uit verbaar bijvoorraad), meskipun ada perlawanan/ verzet,
banding dan kasasi;
8. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang
ditimbulkan dalam perkara a quo;
SUBSIDER Dan jika Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Hormat kami,
Kuasa para penggugat:

Mevrizal, SH.,
Yul Akhyari Sastra, SH

101
Praktik Peradilan Perdata

Dalam gugatan kumulasi di atas, penggugatnya yang berjumlah


lebih dari satu yakni 15 orang. Identitas masing-masing disebut satu
persatu. Kepentingan masing-masing di dalam posita dan petitum juga
disebut satu persatu.

C. Jawaban Tergugat
Tergugat berhak untuk menjawab gugatan yang diajukan oleh
penggugat. Jawaban tergugat dapat meliputi:
1. Eksepsi
Eksepsi adalah tangkisan atau bantahan tergugat yang tidak
menyangkut pokok perkara. Apabila ada hal-hal di luar pokok perkara
yang ingin ditanggapi oleh tergugat, maka tanggapan atau bantahan
tersebut dimasukkan ke dalam eksepsi. Misalnya: eksepsi bahwa hakim
tidak wenang baik secara aboslut atau secara relatif; bahwa surat
kuasa penggugat tidak memenuhi syarat sebagai surat kuasa khusus;
bahwa identitas tergugat tidak jelas; bahwa penggugat bukan wenang
sebagai pihak; bahwa pihak yang digugat kurang; bahwa posita gugatan
kabur; bahwa gugatan telah kadaluwarsa; bahwa petitum tidak jelas;
bahwa gugatan terlalu prematur karena ada penundaan kewajiban
pembayaran; dan sebagainya.
Di dalam eksepsi setelah dikemukakan bantahan-bantahan,
diikuti dengan tuntutannya yang mengarah pada tidak diterimanya
gugatan (niet onvankelijk verklaard (N.O). Apabila setelah diperiksa
ternyata eksepsi tergugat terbukti benar, maka gugatan penggugat akan
dinyatakan tidak diterima. Apabila setelah diperiksa ternyata eksepsi
tergugat terbukti tidak benar, maka eksepsi akan dinyatakan ditolak.
Eksepsi tidak boleh menyangkut mengenai pokok perkara, karena
jawaban terhadap pokok perkara sudah ada tersendiri. Apabila eksepsi
tergugat sudah menyangkut pokok perkara, maka eksepsinya akan
dinyatakan tidak diterima. Apabila tidak ada hal-hal di luar pokok
perkara yang perlu ditanggapi atau dibantah, maka dalam jawaban
tergugat tidak harus ada eksepsi.

102
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

2. Jawaban atas pokok perkara


Jawaban atas pokok perkara harus ada. Dalam jawaban inilah
tergugat diberi kesempatan untuk menanggapi pokok gugatan
penggugat. Sebagai contoh, apabila dasar gugatan penggugat adalah
perbuatan melawan hukum dalam perlindungan konsumen dan di
dalam posita dikemukakan dalil-dalil yang mengarah pada dugaan
perbuatan melawan hukum tersebut, maka itulah pokok perkaranya.
Itulah yang harus dijawab oleh tergugat dalam jawaban atas pokok
perkara.
Dalam jawaban atas pokok perkara, tergugat dapat menyatakan:
1) Menolak seluruh dalil penggugat
2) Mengakui seluruh dalil penggugat
3) Menolak sebagian dan bagian lainnya diakui
4) Menyerahkan kebenaran suatu dalil kepada hakim (referte).
Penolakan atau pengakuan terhadap dalil-dalil yang dikemukakan
oleh penggugat sebaiknya dinyatakan secara tegas, agar tidak
ditafsirkan berbeda oleh pihak lain maupun hakim. Seluruh dalil-dalil
penggugat hendaknya juga dijawab satu persatu secara tegas. Berikut
adalah contoh jawaban tergugat atas contoh gugatan yang dikemukakan
pada halaman sebelumnya.

Perihal : Jawaban Tergugat atas Gugatan Penggugat


Lamp : -
Kepada : Yth. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara
No. 198/Pdt.G/2010/PN.Slmn.
Di : Pengadilan Negeri Sleman
Jl.Merapi, Beran, SLEMAN

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, E.Sundari,S.H, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 22 Januari 2011 telah ditunjuk sebagai kuasa

103
Praktik Peradilan Perdata

hukum dari:
Nama : Petrus Hendro Suwoto
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Candi Mendiro, RT.05/RW.10, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Selanjutnya mohon disebut sebagai TERGUGAT ----------------------------
Pada kesempatan ini untuk dan atas nama Tergugat hendak mengajukan
jawaban Tergugat atas gugatan gono gini yang diajukan Penggugat dalam
perkara No.198/Pdt.G/2010/PN.Slmn, dengan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh
Penggugat dalam gugatannya, kecuali yang secara tegas diakui.
2. Bahwa dalil Penggugat Nomor 1 (satu) dan 8 dalam Surat Gugatannya
adalah benar -------------------------------------------------------------------
3. Bahwa dalil Penggugat Nomor 2 dalam Surat Gugatannya adalah
tidak benar ---------------------------------------------------------------------
4. Bahwa dalil Penggugat Nomor 3 dalam Surat Gugatannya yang
menyatakan Tergugat membujuk Penggugat untuk menjual tanah
warisan milik orang tua Penggugat dan dalil Penggugat Nomor 4
dan 5 dalam Surat Gugatannya yang menyatakan bahwa Tergugat
menggunakan uang milik Penggugat sebesar Rp.85.000.000,- untuk
membangun rumah di atas tanah milik orang tua Tergugat adalah
tidak benar ---------------------------------------------------------------------
5. Bahwa ada tanah milik orang tua Tergugat yang terletak di Candi
Mendiro RT.05/RW.10 Desa Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman,
sebagaimana didalilkan oleh Penggugat dalam dalil nomor 3 dan 4
Surat Gugatannya adalah benar --------------------------------------------
6. Bahwa dalil Penggugat Nomor 7 yang menyatakan Tergugat telah
membangun kos-kosan di atas tanah orang tua Tergugat adalah tidak
benar, karena yang membangun adalah saudara-saudara Tergugat,
yakni dari harta warisan orang tua yang menjadi bagian saudara-
saudara Tergugat. Dengan demikian kos-kosan tersebut bukan milik
Tergugat------------------------------------------------------------------------
7. Bahwa karena kos-kosan yang dibangun di atas tanah milik orang
tua Tergugat adalah milik saudara-saudara Tergugat, maka dalil
Penggugat Nomor 8 dan 9 dalam Surat Gugatannya tentang harta
gono gini adalah tidak benar-------------------------------------------------
8. Bahwa karena tidak ada harta gono gini sebagaimana didalilkan
pada dalil Nomor 8 dan 9 Surat Gugatan Penggugat, maka Tergugat
menolak dan menyatakan tidak benar dalil-dalil nomor 10, 11, 12 dan
15 dalam Surat Gugatan Penggugat ---------------------------------------

104
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Tergugat mohon kepada yang


Mulia Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini agar memutus hal-hal
sebagai berikut:
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya, atau setidak-tidaknya
menyatakan tidak diterima ---------------------------------------------------
2. Menyatakan bahwa bangunan rumah dan kos-kosan yang dibangun
di atas tanah milik orang tua Tergugat adalah harta milik saudara-
saudara Tergugat dan bukan harta gono gini -------------------------------
3. Menghukum Penggugat untuk membayar beaya perkara ini ------------

Demikian jawaban Tergugat atas Gugatan Penggugat ini kami ajukan.


Atas segala kebijaksanaan dan keadilan yang diberikan oleh yang Mulia
Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini kami ucapkan terima kasih.

Sleman, 21 Februari 2011


Hormat kami,
Kuasa Hukum Tergugat
E.Sundari,S.H

Dalam contoh jawaban di atas, tidak diajukan eksepsi. Hal


ini berarti menurut penggugat tidak ada hal-hal di luar pokok
perkara yang perlu ditanggapi. Dilihat dari dalil-dalil jawaban,
tergugat mengakui sebagian kebenaran dalil-dalil penggugat, dan
menolak kebenaran dalil penggugat yang lainnya. Pengakuan
tergugat harus dinyatakan secara tegas agar jelas dan tidak
disalahartikan oleh penggugat.
Selanjutnya akan dikemukakan contoh jawaban yang
memuat eksepsi(http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/
b8ed873432a61cd14ffc792d4a60007a, diakses 12 Oktober 2015).

105
Praktik Peradilan Perdata

Perihal : Jawaban Tergugat dalam perkara No.59/Pdt.G/2014/PN Pdg


Padang, 3 Agustus 2014
Lamp. : Surat Kuasa
Kepada : Yth.Ketua Pengadilan Negeri Padang
Di Padang

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini: 1.SYUHANDRA,SH 2.H.NAWARLIS
YUNAS,SH 3.SRI HARTATI,SH 4.DEWI ANGGEINI,SH, advokat,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 181.154/Huk-Pdg/2014 tanggal
11 Bulan Agustus 2014, ditunjuk sebagai kuasa hukum dan oleh: Presiden
Republik Indonesia Cq, Gubernur Propinsi Sumatera Barat cq. Walikota
Padang, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ;
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami untuk dan atas nama Tergugat
mengajukan Eksepsi dan jawaban pokok perkara atas gugatan penggugat
No.perkara 59/Pdt.G/2014/PN Pdg sebagai berikut.
A. EKSEPSI:
1. Gugatan Penggugat salah alamat setidaknya kekurangan pihak yang
mesti digugat ;
Bahwa berdasarkan pasal 56 ayat 1 dan 2 huru a Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional No.4 Tahun 1991 yang berbunyi: 1)
Konsolidasi Tanah diselenggarakan secara fungsional oleh Badan
Pertanahan Nasional ; 2) a. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/
Kotamadya melakukan dan bertanggungjawab atas pelaksanaan
penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah obyek
Konsolidasi Tanah. Bahwa dengan demikian jelaslah bahwa
penanggung jawab terhadap pelaksanaan konsolidasi adalah Kepala
Badan Pertanahan Nasional Kota Padang ;
Oleh karena Kantor Pertanahan Kota Padang ternyata telah tidak
digugat oleh Penggugat maka gugatan Penggugat menjadi salah
alamat.Sehingga gugatan Penggugat dalam perkara ini semestinya
dinyatakan tidak dapat diterima ;
2. Gugatan Penggugat tidak jelas dan kabur ;
Salah satu petitum gugatan Penggugat yaitu angka 2 memohonkan
agar Pengadilan menyatakan Penggugat 1-15 adalah Penggugat
yang memiliki legalitas dan kwalitas sesuai dengan kedudukan dan
jabatannya masing-masing ; Bahwa-petitum yang demikian adalah
petitum yang tidak jelas karena tidak secara konkrit meminta ditetapkan
dengan legalitas dan kwalitas yang diharapkan oleh masing-masing

106
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Penggugat ; Apabila petitum gugatan yang demikian dikabulkan


maka putusan Pengadilan menjadi tidak memiliki kepastian hukum.
3. Objek gugatan Para Penggugat tidak jelas ;
Bahwa penyebutan batas-batas tanah dari masing-masing bidang tanah
yang menjadi objek gugatan Penggugat tidak sesuai dengan yang
ditemui di lapangan.Karena itu Para Penggugat harus membuktikan
secara jelas atas masing-masing tanah objek gugatan tersebut beserta
kepastian luasnya;
Berdasarkan dalil-dalil tersebut, maka kami mohon majelis hakim dalam
eksepsi memutus sebagai berikut
1. Menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet Onvankelijk verklard)
2. Menghukum para penggugat untuk membayar beaya perkara

B. POKOK PERKARA:
1. Tergugat membantah semua dalil-dalil gugatan Penggugat dalam
perkara ini kecuali bagian yang secara tegas diakui secara tertulis
dalam naskah jawaban ini ;
2. Para Penggugat bukanlah Mamak Kepala Waris dalam kaumnya,
karena itu Para Penggugat haruslah mengajukan alat-alat bukti yang
sah dalam persidangan ;
3. Para Penggugat bukanlah orang yang berhak atas masing-masing
bidang tanah objek perkara. Karena itu Para Penggugat harus
membuktikannya dalam persidangan dengan mengajukan alat-alat
bukti yang sah ;
4. Bahwa aturan yang dipedomani untuk penyelesaian persoalan
konsolidasi tanah adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
No.4 Tahun 1991 yang pada prinsipnya tidak membuka ruang untuk
ganti rugi berupa uang melainkan dengan pengembalian tanah seluas
yang sudah ditentukan dari semula yaitu 70 % dari luas tanah milik
peserta konsolidasi yang terkena jalur konsolidasi ;
5. Bahwa nilai tuntutan atas harga tanah sebesar Rp.2.000.000 (dua Juta
rupiah) permeter persegi tidak didasarkan pada acuan yang benar.
Sedangkan bagi Pemerintah secara hukum hanyalah mengacu pada
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas masing-masing bidang tanah
objek perkara ;
6. Bahwa tuntutan Para Penggugat atas kerugian moril tidak ada landasan
hukumnya sama sekali ;
7. Bahwa sudah menjadi kenyataan di lapangan, dimana atas berbagai
kendala teknis dan kesadaran masyarakat maupun karena telah melalui
perjalanan waktu yang sudah begitu lama lebih kurang dua puluhan

107
Praktik Peradilan Perdata

tahun dan sudah sekian kali pergantian tim konsolidasi maka sisa
persoalan yang masih sedemikian besar sehingga sudah semakin sulit
untuk diurai dan menemukan rumusan penyelesaiannya. Akibatnya
persoalan konsolidasi tanah jalan By Pass Kota sampai saat ini belum
dapat dituntaskan sementara itu proyek pembangunan Jalur Dua jalan
By Pass tersebut sudah akan dilaksanakan dengan dana pinjaman dari
pemerintah Korea Selatan;
8. Bahwa Tergugat juga berharap pada Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Padang yang memeriksa dan akan memutus perkara ini dapat
menemukan hukum yang akan dijadikan landasan hukum untuk
menyelesaikan persoalan konsolidasi tanah jalan By Pass Kota Padang,
sehingga persolan ini tidak menjadi kendala dalam melanjutkan
pembangunan jalur dua dan tidak melanggar aturan hukum yang ada
baik dibidang keuangan maupun dibidang pemerintahan;
Berdasarkan dalil-dalil di atas, tergugat mohon agar majelis hakim
berkenan memutus hal-hal sebagai berikut.
1. Menolak seluruh gugatan penggugat atau setidak-tidaknya
menyatakan tidak diterima (N.O).
2. Menghukum Penggugat untuk membayar beaya perkara

Hormat kami,
Kuasa tergugat:
1. SYUHANDRA,SH
2. H.NAWARLIS YUNAS,SH
3. SRI HARTATI,SH
4. DEWI ANGGEINI,SH.

Di dalam jawaban tergugat di atas, diajukan eksepsi tentang tiga


hal yakni gugatan dianggap salah alamat dan kurang subyek yang
digugat; gugatan kabur; obyek gugatan tidak jelas. Tangkisan atau
eksepsi mengarah pada tidak diterimanya gugatan (N.O). Permohonan
gugatan untuk tidak diterima (N.O) diungkapkan setelah dalil eksepsi
sehingga memperjelas tujuan tergugat mengajukan eksepsi yakni agar:
gugatan tidak diterima.

108
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Ada kalanya di dalam jawabannya tergugat mengajukan gugatan


balik atau rekonvensi. Berikut dalah contoh jawaban yang disertai
dengan gugatan rekonvensi (http://putusan.mahkamahagung.go.id/
putusan/a80f29b326a3b4585539015984084d8e, diakses tanggal 12
Oktober 2015)

Perihal : Jawaban Tergugat dan gugatan Rekonvensi perkara No.108/


Pdt.G/2013/PN Bjm
Kepada: Yth.Ketua PN Banjarmasin
Di Banjarmasin

Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini 1. DR. MASDARI TASMIN, SH.MH.
2. HELIMASYIAH, SH. 3. M. KHARISMA P. HARAHAP, SH.
Kesemuanya pekerjaannya adalah Advokat pada Kantor Hukum DR.
MASDARI TASMIN, SH.MH, berkantor di Jalan Pangeran Hidayatullah
Ruko N0.1 (STIHSA) Kota Banjarmasin, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tertanggal 29 November 2013 ditunjuk sebagai kuasa hukum Ir.Donny
Witono, pekerjaan Swasta, bertempat tinggal di Jalan A. Yani Km.2 Nomor
77 RT.015 Kelurahan Sungai Baru Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota
Banjarmasin, selanjutnya mohon disebut sebagai TERGUGAT.
Pada kesempatan ini untuk dan atas nama tergugat hendak mengajukan
jawaban dan gugatan rekonvensi atas gugatan penggugat konvensi dalam
perkara No.108/Pdt.G/2013/PN Bjm sebagai berikut.
A. Jawaban Tergugat dalam gugatan Rekonvensi
Dalam EKSEPSI
A. EXCEPTIO RES JUDICATA/NE BIS IN IDEM
1. Bahwa menurut M. Yahya Harahap, SH didalam bukunya
yang berjudul Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan
yang diterbitkan oleh Sinar Grafika, Hal. 439, menyebutkan
“Exceptio Res Judicata disebut juga Exceptio Van Gewijsde,
artinya kasus perkara yang sama, tidak dapat diperkarakan
dua kali, apabila suatu kasus perkara telah pernah diajukan
ke Pengadilan dan terhadapnya telah dijatuhkan putusan
serta putusan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum

109
Praktik Peradilan Perdata

tetap maka terhadap kasus perkara itu tidak boleh lagi


diajukan Gugatan baru untuk memperkarakannya kembali”,
Doktrin hukum tersebut sejalan dengan ketentuan Pasal
1917 KUH Perdata, yang inti sari dari ketentuan tersebut,
berbunyi : • Suatu putusan hakim yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, daya kekuatan dan mengikatnya
terbatas sekedar mengenai substansi putusan itu; • Gugatan
(tuntutan) yang diajukan dengan dalil (dasar hukum) yang
sama dan diajukan oleh dan terhadap pihak-pihak yang sama
dalam hubungan yang sama pula dengan putusan hakim
yang telah berkekuatan hukum tetap, maka dalam Gugatan
tersebut melekat unsur ne bis in idem atau res judicata.
2. Bahwa perkara a quo identik dengan perkara perdata No.
83/Pdt.G/2011/ PN.Bjm juncto perkara perlawanan No. 83/
Pdt.Vzt/2011/PN.Bjm, yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap (inkracht van gewijde), karena para pihak dalam perkara
a quo sama dengan para pihak dalam perkara perdata No.
83/ Pdt.G/2011/PN.Bjm juncto perkara perlawanan No. 83/
Pdt.Vzt/2011/PN.Bjm, yang menjadi objek dalam perkara a
quo juga sama dengan objek dalam perkara perdata No. 83/
Pdt.G/2011/PN.Bjm juncto perkara perlawanan No. 83/ Pdt.
Vzt/2011/PN.Bjm, yakni Akta Perjanjian dan Akta Kuasa
Untuk Menjual yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris
Linda Kenari, SH. MH, dengan demikian merujuk kepada
ketentuan Pasal 1917 KUH Perdata dan doktrin hukum
sebagaimana tersebut di atas maka sudah seharusnya dalam
perkara a quo melekat unsur ne bis in idem atau res judicata,
karenanya patut menurut hukum apabila Gugatan Penggugat
dinyatakan tidak diterima.
B. GUGATAN PENGGUGAT KURANG PIHAK
1. Bahwa selain itu Tergugat berpendapat kalau Gugatan
yang diajukan oleh Penggugat mengandung cacat plurium
litis consortium. Menurut M. Yahya Harahap, SH didalam
bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata Tentang
Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan
Pengadilan yang diterbitkan oleh Sinar Grafika, Hal 439,
menyebutkan “Alasan pengajuan eksepsi plurium litis
consortium adalah apabila orang yang ditarik sebagai

110
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Tergugat tidak lengkap atau orang yang ditarik sebagai


Penggugat tidak lengkap”. Kelengkapan menarik pihak
Penggugat maupun Tergugat dalam suatu Gugatan
tentunya bertujuan agar sengketa yang dipersoalkan dapat
diselesaikan secara tuntas dan menyeluruh, hal mana sesuai
dengan kaedah hukum yang tertuang didalam Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI, No. 621 K/ Sip/1975, tanggal 25
Mei 1977, yang bunyinya “karena sebagian objek tidak
dikuasai oleh Tergugat tetapi telah menjadi milik pihak
ketiga. Dengan demikian, oleh karena pihak ketiga tersebut
tidak ikut digugat, Gugatan dinyatakan mengandung cacat
plurium litis consortium”.
2. Bahwa masih menurut M. Yahya Harahap, SH di dalam
bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata Tentang
Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan
Pengadilan yang diterbitkan oleh Sinar Grafika, Hal 439,
disebutkan “Untuk memahami lebih sempurna lingkup
exceptio in persona, dianjurkan untuk mengaitkannya dengan
pembahasan pihak dalam Gugatan”, dengan demikian sesuai
dengan doktrin hukum dan Yurisprudensi sebagaimana telah
diuraikan di atas maka jelas dasar untuk menilai apakah
pihak-pihak didalam suatu Gugatan sudah lengkap atau
tidak haruslah dikaitkan dengan pembahasan atau dalil-dalil
yang disampaikan didalam Gugatan yang diajukan oleh
Penggugat.
3. Bahwa apabila doktrin hukum sebagaimana tersebut di atas
dihubungkan dengan uraian posita Gugatan Penggugat maka
jelas Gugatan Penggugat tersebut mengandung cacat plurium
litis consortium, hal tersebut dikarenakan Penggugat tidak
menarik Notaris Linda Kenari, SH. MH sebagai pihak yang
membuat Akta Perjanjian dan Akta Kuasa Untuk Menjual
yang menjadi objek perkara a quo, dengan demikian karena
Notaris Linda Kenari, SH. MH tidak dijadikan pihak dalam
perkara a quo, maka jelas Gugatan Penggugat mengandung
cacat plurium litis consortium oleh karenanya sesuai dengan
Yurisprudensi yang tertuang dalam Putusan Mahkamah
Agung : tgl. 27 -3 – 1975, No. 216 K/Sip/1974 dan Putusan
Mahkamah Agung : tgI. 11 - 11 1975, No. 1078 K/Sip/1972,
”Gugatan haruslah dinyatakan tidak dapat diterima”.

111
Praktik Peradilan Perdata

C. GUGATAN PENGUGAT TIDAK JELAS ATAU KABUR


(OBSCUUR LIBEL)
Bahwa Gugatan perkara a quo menurut Tergugat tidak
jelas atau kabur (obscuur libel), karena Penggugat dalam
Gugatannya selain mendalilkan kalau Tergugat melakukan
perbuatan melawan hukum, Penggugat dalam Gugatannya juga
mempermasalahkan putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin
No. 83/Pdt.G/2011/PN.Bjm juncto putusan Pengadilan Negeri
Banjarmasin No. 83/Pdt.Vzt/2011/PN.Bjm dan menilai kalau
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banjarmasin yang memeriksa
dan memutus perkara tersebut telah melampaui kewenangannya,
vide posita Gugatan angka 8. Dalil posita Gugatan Penggugat
yang mencampuradukkan dasar Gugatan perbuatan melawan
hukum dengan dalil mengenai Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Banjarmasin yang melampaui kewenangannya jelas membuat
Gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas, karenanya patut
menurut hukum untuk dinyatakan tidak dapat diterima.

DALAM POKOK PERKARA


1. Bahwa semua uraian pada bagian eksepsi di atas mohon dianggap
tercatat kembali dalam bagian pokok perkara ini, sepanjang relevan
dan analog;
2. Bahwa sebagaimana Tergugat sampaikan pada bagian eksepsi di atas,
perkara a quo indentik dengan perkara perdata No. 83/Pdt.G/2011/
PN.Bjm juncto perkara perlawanan No.83/Pdt.Vzt/2011/PN.Bjm
yang telah memiliki kekuatan hukum mengikat (inkracht van
gewijde), subjek dan objek dalam perkara a quo sama dengan subjek
dan objek dalam perkara perdata No. 83/Pdt.G/2011/PN.Bjm juncto
perkara perlawanan No.83/Pdt.Vzt/2011/PN.Bjm tersebut, karenanya
Gugatan perkara a quo jelas ne bis in dan patut menurut hukum untuk
dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Bahwa menurut Penggugat, Tergugat telah melakukan perbuatan
melawan hukum karena mengajukan Gugatan pada Pengadilan Negeri
Banjarmasin jelas merupakan dalil yang keliru, apalagi menurut
Penggugat, putusan dalam perkara tersebut merupakan rekayasa dari
Tergugat. Dalil yang demikian jelas insinuatif dan tidak berdasar,
karena mengajukan Gugatan pada pengadilan adalah merupakan hak
bagi setiap warga negara yang dijamin oleh Pasal 28 D ayat (1) UUD
1945 yang mengakui, menjamin dan melindungi hak setiap orang

112
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

untuk mencari dan mendapatkan kepastian hukum (rechtszekerheid,


legal certainty) yang adil.
4. Bahwa bertitik tolak dari ketentuan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945
tersebut, dengan tegas konstitusi memberikan hak kepada setiap orang
yang ada diwilayah hukum Negara Republik Indonesia untuk mencari
dan memperoleh kepastian hukum,keadilan dan perlakuan yang sama
dihadapan hukum, dan pada umumnya kepastian hukum dan keadilan
tersebut dicari dan diperoleh melalui badan Peradilan dan Lembaga
Negara yang diberi wewenang untuk itu.
5. Bahwa selain itu, Pasal 17 Undang-undang No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) juga memberikan hak kepada
setiap warga negara untuk memperoleh keadilan melalui badan
peradilan dengan cara due process of law. Bunyi ketentuan Pasal 17
UU HAM tersebut sebagai berikut : “Setiap orang tanpa diskriminasi
berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan,
pengaduan dan gugatan baik dalam perkara pidana, perdata maupun
administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak
memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan
yang objektif oleh hukum yang jujur dan adil untuk memperoleh
putusan yang adil dan benar”.
6. Bahwa selain itu, upaya hukum yang dilakukan oleh Tergugat dengan
mengajukan Gugatan pada perkara perdata No. 83/Pdt.G/2011/PN.Bjm
adalah merupakan upaya Tergugat untuk melindungi hak keperdataan
Tergugat atas bidang-bidang tanah yang menjadi jaminan utang pada
Penggugat, dan seseorang tidak dapat dikatakan melakukan perbuatan
melawan hukum, bilamana ia melakukan sesuatu perbuatan karena
overmacht, keadaan darurat (Noodweer), dan karena hak pribadi,
vide, Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH, Perbuatan Melanggar
Hukum, Sumur Bandung, bandung, Cet V, 1967, p 16.

DALAM REKONVENSI
1. Bahwa hal-hal sebagaimana terurai pada bagian eksepsi dan pokok
perkara di atas mohon dianggap terulang pada bagian rekonvensi ini
sepanjang analog dan relevan.
2. Bahwa Penggugat Rekonvensi pernah mengajukan Gugatan pada
tanggal 5 September 2011 di Pengadilan Negeri Banjarmasin yang
diregister dengan Nomor Perkara: 83/Pdt.G/2011/PN.Bjm.
3. Bahwa Tergugat Rekonvensi (Harry Jansyah Limantara) adalah pihak
Tergugat dalam perkara No. 83/Pdt.G/2011/PN.Bjm tersebut.

113
Praktik Peradilan Perdata

4. Bahwa berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin No. 83/


Pdt.G/2011/PN.Bjm, tanggal 23 November 2011, Gugatan Penggugat
Rekonvensi tersebut dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Banjarmasin, dengan amar putusan sebagai berikut :
• Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk sebagian dengan
verstek.
• Menyatakan bahwa Tergugat yang telah dipanggil secara patut
untuk menghadap persidangan tidak hadir.
• Menyatakan Perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat yang
tertuang dalam Akta Notaris Nomor : 233, tanggal 26 Agustus
2011 adalah batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
• Menyatakan Penggugat berhak untuk menjual sendiri bidang-
bidang tanah yang menjadi jaminan pinjaman Penggugat kepada
Tergugat.
• Menolak Gugatan Penggugat untuk selebihnya.
• Membebankan biaya perkara kepada Tergugat sebesar Rp.
316.000,- (Tiga ratus enam belas ribu rupiah). 14 D
5. Bahwa atas putusan tersebut Tergugat Rekonvensi kemudian
mengajukan perlawanan, tanggal 30 November 2011 pada Pengadilan
Negeri Banjarmasin, yang diregister dengan Nomor Perkara: 83/Pdt.
Vzt/2011/PN.Bjm.
6. Bahwa perkara perlawanan tersebut pada tanggal 16 April 2012, telah
diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banjarmasin, dengan
amar putusan sebagai berikut : • Menolak perlawanan pelawan
untuk seluruhnya. • Menyatakan pelawan bukan sebagai pelawan
yang baik dan benar. • Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri
Banjarmasin dalam perkara Nomor : 83/Pdt.G/2011/PN.Bjm tersebut.
• Menghukum pelawan untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
316.000,- (Tiga ratus enam belas ribu rupiah).
7. Bahwa atas putusan tersebut kemudian Tergugat Rekonvensi
mengajukan banding pada Pengadilan Tinggi Kalimantan Selatan
dengan Nomor perkara : 44/ PDT/2012/PT.Bjm, dan atas permohonan
banding Tergugat Rekonvensi tersebut, Pengadilan Tinggi Kalimantan
Selatan memberikan putusan sebagai berikut : • Menerima permohonan
banding dari Pembanding-semula Pelawan. • Menguatkan Putusan
Pengadilan Negeri Banjarmasin, tanggal 16 April 2012, Nomor :
83/Pdt.Vzt/2011/PN.Bjm, yang dimohonkan banding tersebut. •
Menghukum Pembanding-semula Pelawan untuk membayar biaya
perkara dalam kedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat banding
sebesar Rp. 150.000,- (Seratus lima puluh ribu rupiah).

114
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

8. Bahwa atas putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Selatan tersebut,


Tergugat Rekonvensi kemudian mengajukan kasasi pada Mahkamah
Agung RI yang diregister dengan Nomor perkara : 248 K/PDT/2013,
dan pada tanggal 28 Mei2013, permohonan kasasi dari Tergugat
Rekonvensi tersebut telah diputus oleh Mahkamah Agung RI dengan
amar putusan sebagai berikut : • Menolak permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi : Harry Jansyah Limantara tersebut; • Menghukum
Pemohon Kasasi/Pelawan untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah);
Dengan demikian perkara perlawan tersebut telah memiliki kekuatan
hukum tetap (inkracht van gewijde).
9. Bahwa atas putusan yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut,
Penggugat Rekovensi secara lisan pernah meminta kepada Tergugat
Rekonvensi untuk mengembalikan 13 (Tiga belas) buah sertifikat
bidang tanah yang menjadi jaminan utang Penggugat Rekovensi
kepada Tergugat Rekonvensi, antara lain : • Sertifikat Hak Milik
Nomor : 2498, tanggal 3 Juni 2003, Surat Ukur Nomor : 180/
ALUT/2003, tanggal 30 Mei 2003, atas nama Ir. DONNY WITONO.
• Sertifikat Hak Milik Nomor : 2499, tanggal 3 Juni 2003, Surat
Ukur Nomor : 181/ALUT/2003, tanggal 30 Mei 2003, atas nama Ir.
DONNY WITONO. • Sertifikat Hak Milik Nomor : 2500, tanggal
3 Juni 2003, Surat Ukur Nomor : 182/ALUT/2003, tanggal 30 Mei
2003, atas nama Ir. DONNY WITONO. • Sertifikat Hak Milik Nomor
: 2520, tanggal 3 Juni 2003, Surat Ukur Nomor : 202/ALUT/2003,
tanggal 30 Mei 2003 atas nama Ir. DONNY WITONOSertifikat Hak
Milik Nomor : 2552, tanggal 3 Juni 2003, Surat Ukur Nomor : 233/
ALUT/2003, tanggal 30 Mei 2003 atas nama Ir. DONNY WITONO.
• Sertifikat Hak Milik Nomor : 2577, tanggal 3 Juni 2003, Surat
Ukur Nomor : 259/ALUT/2003, tanggal 30 Mei 2003 atas nama Ir.
DONNY WITONO. • Sertifikat Hak Milik Nomor : 3926, tanggal 30
Desember 2005, Surat Ukur Nomor : 633/ALUT/2005, tanggal 20
Desember 2005 atas nama Ir. DONNY WITONO. • Sertifikat Hak
Milik Nomor : 4156, tanggal 12 Oktober 2006, Surat Ukur Nomor
: 161/ALUT/2006, tanggal 9 Oktober 2006 atas nama Ir. DONNY
WITONO. • Sertifikat Hak Milik Nomor : 4272, tanggal 19 Januari
2007, Surat Ukur Nomor : 270/ALUT/2006, tanggal 29 Desember
2006 atas nama Ir. DONNY WITONO. • Sertifikat Hak Milik Nomor
: 4457, tanggal 9 Agustus 2007, Surat Ukur Nomor : 414/ALUT/2007,
tanggal 19 Juli 2007 atas nama Ir. DONNY WITONO. • Sertifikat Hak
Milik Nomor : 4458, tanggal 9 Agustus 2007, Surat Ukur Nomor : 415/
ALUT/2007, tanggal 19 Juli 2007 atas nama Ir. DONNY WITONO.

115
Praktik Peradilan Perdata

• Sertifikat Hak Milik Nomor : 4459, tanggal 9 Agustus 2007, Surat


Ukur Nomor : 416/ALUT/2007, tanggal 19 Juli 2007 atas nama Ir.
DONNY WITONOSertifikat Hak Milik Nomor : 4460, tanggal 9
Agustus 2007, Surat Ukur Nomor : 417/ALUT/2007, tanggal 19 Juli
2007 atas nama Ir. DONNY WITONO.
10. Bahwa permintaan pengembalian 13 (Tiga belas) sertifikat tersebut
disertai dengan kompensasi pengembalian utang Penggugat
Rekonvensi kepada Tergugat Rekonvensi sebesar Rp. 1.300.000.000,-
(Satu milyar tiga ratus juta rupiah), sesuai dengan putusan Pengadilan
Negeri Banjarmasin No. 83/Pdt.G/2011/ PN.Bjm, tanggal 23
November 2011.
11. Bahwa akan tetapi Tergugat Rekonvensi menolak untuk
mengembalikan 13 (Tiga belas) sertifikat milik Penggugat Rekonvensi
tersebut dan menolak menerima pembayaran utang dari Penggugat
Rekonvensi sebesar Rp. 1.300.000.000,- (Satu milyar tiga ratus juta
rupiah)
12. Bahwa karena itu melalui Gugatan Rekonvensi ini, Penggugat
Rekonvensi menuntut agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Banjarmasin yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
memberikan putusan yang menghukum Tergugat Rekonvensi untuk
mengembalikan 13 (Tiga belas) sertifikat hak milik atas nama
Penggugat Rekonvensi (Ir. DONNY WITONO) sebagaimana posita
Gugatan Rekonvensi angka 9 (Sembilan) di atas dan menghukum
Tergugat Rekonvensi untuk menerima pembayaran sisa utang dari
Penggugat Rekonvensi sebesar Rp. 1.300.000.000,- (Satu milyar tiga
ratus juta rupiah).
13.. Bahwa Penggugat Rekonvensi juga mohon putusan provisi yang
isinya : • Memerintahkan Tergugat Rekonvensi agar tidak melakukan
peralihan hak, menjual, menyewakan, dan menjadikan jaminan
atas 13 (Tiga belas) bidang tanah milik Penggugat Rekonvensi,
sementara pemeriksaan perkara ini berjalan sampai ada putusan
pengadilan berkekuatan hukum tetapMenghukum Tergugat
Rekonvensi membayar uang paksa kepada Penggugat Rekonvensi
sebesar Rp.2.000.000,- (Dua juta rupiah) sehari, setiap Tergugat lalai
memenuhi isi putusan provisi pengadilan ini, terhitung sejak putusan
diucapkan sampai dilaksanakan;
Berdasarkan uraian Jawaban sebagaimana tersebut di atas, mohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banjarmasin yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo, menjatuhkan putusan sebagai berikut:

116
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

DALAM PROVISI
• Menghukum Tergugat Rekonvensi agar tidak melakukan peralihan
hak, menjual, menyewakan, dan menjadikan jaminan atas 13 (Tiga
belas) bidang tanah milik Penggugat Rekonvensi sesuai dengan posita
Gugatan Rekonvensi angka 9 (Sembilan), sementara pemeriksaan
perkara ini berjalan sampai ada putusan pengadilan berkekuatan
hukum tetap.
• Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar uang paksa kepada
Penggugat Rekonvensi sebesar Rp.2.000.000,- (Dua juta rupiah)
sehari, setiap Tergugat lalai memenuhi isi putusan provisi pengadilan
ini, terhitung sejak putusan diucapkan sampai dilaksanakan;
DALAM EKSEPSI
1. Mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya
2. Membebankan biaya perkara menurut hukum.
DALAM REKONVENSI
1. Mengabulkan Gugatan Rekonvensi Penggugat Rekonvensi
seluruhnya.
2. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk mengembalikan 13 (Tiga
belas) sertifikat hak milik atas nama Penggugat Rekonvensi (Ir.
DONNY WITONO), sesuai dengan posita Gugatan Rekonvensi
angka 9 (Sembilan).
3. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk menerima pengembalian
sisa utang Penggugat Rekonvensi kepada Tergugat Rekonvensi
sebesar Rp. 1.300.000.000,- (Satu milyar tiga ratus juta rupiah).
4. Membebankan biaya perkara menurut hukum.
Atau “menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya”

Demikian jawaban tergugat kami ajukan, atas keadilan yang diberikan


kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Kuasa tergugat:
1. DR. MASDARI TASMIN, SH.MH.
2. HELIMASYIAH, SH.
3. M. KHARISMA P. HARAHAP, SH.

Dalam jawaban di atas, tergugat mengajukan rekonvensi


atau gugat balik.

117
Praktik Peradilan Perdata

D. Replik
Replik adalah tanggapan Penggugat atas jawaban tergugat. Seperti
halnya jawaban Tergugat, dalam replik Penggugat menanggapi
jawaban yang dikemukakan Tergugat terhadap gugatan penggugat.
Dalam replik dapat saja penggugat menyatakan bahwa tetap pada
dalil-dalil yang dikemukakan pada gugatannya. Ada kalanya tergugat
dalam jawabannya tidak saja sekedar mengakui atau menolak gugatan
penggugat, melainkan menambah peristiwa-peristiwa yang berbeda
dari yang dikemukakan penggugat dalam gugatan. Hal tersebut perlu
ditanggapi oleh penggugat dalam replik. Intinya, dalam replik penggugat
dapat mengakui kebenaran jawaban tergugat atau menolaknya tanpa
atau disertai keterangan tambahan untuk menguatkan dalil repliknya.
Apabila di dalam jawaban tergugat terdapat eksepsi, jawaban pokok
perkara dan gugatan rekonvensi, replik penggugat juga harus menjawab
ketiganya.
Berikut adalah sebuah contoh replik penggugat.

Hal : Replik Penggugat atas Eksepsi Sleman, 8 Desember 2010


Dari Tergugat II dan Tergugat III serta
Jawaban Dari Tergugat III dan Tergugat IV

Kepada Yth.
Majelis Hakim Pemeriksa PerkaraNo.125/PDT.G/2010/PN.SLMN.
Pengadilan Negeri Sleman
Di Sleman.

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Chandera, S.H., M.Hum.
2. Arfian Indrianto, S.H.
Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Law Office Chandera, SH,M.
Hum. & Partners, yang beralamat di Perum Bukit Permata Indah E2, Jalan
Raya Candi Gebang RT.24 RW.71, Kel. Wedomartani, Kec. Ngemplak,
Sleman 55584, Telp (0274) 4462240 atau 0812704033 yang bertindak

118
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 18 Agustus 2010. Dengan ini


kami menyampaikan Replik atas Eksepsi dari Tergugat II dan Tergugat
III serta Jawaban dari Tergugat III dan Tergugat IV tertanggal 1 Desember
2010 sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Penggugat tetap pada dalil-dalil Gugatan Penggugat tertanggal
25 Agustus 2010 serta menolak seluruh dalil-dalil dalam Eksepsi dari
Tergugat II dan Tergugat III.
2. Bahwa Terkait Eksepsi Absolut yang didalilkan oleh Tergugat II dalam
Eksepsinya, Penggugat menolak dan menanggapi sebagai berikut:
a. Bahwa merupakan Hak dari Penggugat untuk mendudukan
Badan Pertanahan Kabupaten Sleman sebagai Turut Tergugat
sebagaimana Gugatan Penggugat yang telah disampaikan pada
tanggal 25 Agustus 2010 dan revisi yang disampaikan pada
tanggal 24 November 2010.
b. Bahwa dalam eksepsi Tergugat II yang sengaja mengkaitkan
dengan keberadaan Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Sleman sebagai Pejabat Tata Usaha Negara yang juga merupakan
Pihak Turut Tergugat dalam Perkara Aquo bukan merupakan
kewenangan dari Tergugat II dan Bahkan Tergugat II nyata-
nyata tidak cermat memahami gugatan Penggugat. Bahwa jelas
Gugatan Penggugat dalam Perihal Gugatan tertanggal 25 Agustus
2010 yang tertulis Perihal: Gugatan Perbuatan Melawan Hukum,
Pembatalan Surat Perjanjian, Pembatalan Akta Perikatan No.
65, Pembatalan Surat Kuasa Menjual No: 51 dan Surat Kuasa
Menjual No: 52, Pembatalan Akta Jual Beli Nomor: 35/ 2006
dan Pembatalan Akta Jual Beli Nomor: 36/ 2006, Pembatalan
Sertipikat Hak Milik No. 8527 serta Ganti Kerugian dan adanya
revisi tanggal 24 November 2010 Perihal: Revisi Perihal Gugatan
dan Tambahan Posita, serta Revisi Petitum Perkara Nomor: 125/
PDT.G/PN. SLMN., bahwa dengan memperhatikan Perihal
Gugatan Penggugat maupun Perihal dalam Revisi Gugatan yang
disampaikan oleh Penggugat maka sudah jelas dan terang bahwa
objek sengketa dalam perkara aquo bukanlah Keputusan Pejabat
Tata Usaha Negara ( beschiking) .
c. Bahwa sudah jelas objek sengketa bukanlah Keputusan Pejabat
Tata Usaha Negara (beschiking) oleh karena itu Putusan
Pengadilan Negeri Tata Usaha Negera No. 10/ G/TUN/2006/
PTUN. YK. tidak ada relevansinya dengan perkara aquo.

119
Praktik Peradilan Perdata

d. Bahwa nyata-nyata, Objek Gugatan Penggugat yang secara


terang dan jelas menerangkan adanya Perbuatan Melawan Hukum
bukan Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara ( beschiking) maka
sudah benar apabila Penggugat mengajukan gugatan ini melalui
Pengadilan Negeri Sleman, karena secara detail telah dijelaskan
dalam Gugatan Penggugat maupun Revisi Gugatan tentang dasar
hukum (rechtelijk ground) maupun keadaan nyata yang terjadi (
feitelijk ground) serta cara Penggugat memposisikan pihak yang
menjadi Para Tergugat dan Turut Tergugat. Berdasarkan apa
yang diuraikan oleh Penggugat dalam menolak dan menanggapi
eksepsi Absolut yang didalikan oleh Tergugat II maka hal ini
sudah menunjukan bahwa Pengadilan Negeri Sleman mempunyai
kompetensi untuk memeriksa, mengadili dan menjatuhkan
Putusan atas perkara aquo.
3. Bahwa Terkait Disqualificatoire Exceptie yang didalilkan Tergugat
II dalam Eksepsinya, Penggugat menolak dan menanggapi sebagai
berikut:
a. Bahwa sebelum mengajukan Eksepsi hendaknya Tergugat II
cermat sehingga tidak perlu ada debat kusir. Bahwa secara jelas
dan tegas identitas Tergugat II disebutkan Notaris dan PPAT
maupun dalam Posita Gugatan Penggugat point 2, point 5, point
6, point 7, point 8, point 9 telah menguraikan perbuatan Tergugat
selaku Notaris dan PPAT.
b. Bahwa senyatanya segala tindakan dari Tergugat II saat melakukan
perbuatan hukum dalam perkara ini secara jelas dan terang bahwa
Tergugat II selalu memposisikan dirinya sebagai Notaris/ PPAT
sebagaimana segala surat dan akta otentik yang dikeluarkan
oleh Tergugat II. Oleh karena itu tidak perlu diperdebatkan lagi
bahwa Tergugat II senyatanya dirinya dalam perbuatan hukum
yang dilakukannya dalam perkara aquo bertindak sebagai Notaris
dan PPAT. Dengan pengakuan dari Tergugat II ini maka sudah
jelas bahwa Disqualificatoire Exceptie yang didalilkan Tergugat
II dalam Eksepsinya mengada-ada, sehingga sudah seharusnya
ditolak (ontzegd).
4. Bahwa Terkait Declinatoire Exceptie yang didalilkan Tergugat II
dalam Eksepsinya, Penggugat menolak dan menanggapi sebagai
berikut:
a. Bahwa Tergugat II sengaja mengutip amar Putusan No. 576/
Pid. B/ 2008/ PN. Slmn hanya sebagian dan hanya memilih isi
amar putusan yang menguntungkan dirinya yang menyebutkan “

120
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

melepaskan para terdakwa sebagaimana tersebut diatas dari segala


tuntutan hukum” (ontslaag van ale recht vervoolging). Bahwa
jelas, apa yang dilakukan Tergugat II merupakan tindakan tidak
jujur dan berusaha menutup-nutupi kebenaran. Bahwa pada hal 33
baris 8 s/d 11 Putusan No. 576/Pid. B/ 2008/ PN. Slmn amarnya
pada point 1 secara jelas dan terang menyebutkan: Menyatakan
terdakwa I Mawar Muria Rini (Tergugat I dalam perkara aquo)
dan Terdakwa II Endang Murniati, SH ((Tergugat II dalam perkara
aquo ) telah terpenuhi sebagaimana didakwakan Jaksa Penuntut
Umum dalam dakwaan ke dua akan tetapi perbuatan tersebut
adalah perbuatan perdata dan bukan merupakan suatu tindak
pidana. Oleh karena itu sudah jelas bahwa ada unsur perbuatan
melawan hukum dalam perbuatan perdata yang dilakukan oleh
Tergugat I dan Tergugat II.
b. Bahwa pernyataan dari Tergugat II” Oleh karena itu sangat tidak
tepat apabila perkara yang sama dan masih dalam proses kasasi,
diajukan kembali secara perdata, padahal diketahui bahwa apabila
ada dua perkara yang sama baik perkara pidana maupun perdata
diperiksa bersama-sama akan terlebih dahulu dipertimbangkan
perkara yang telah diproses terlebih dahulu sampai mempunyai
kekuatan hukum yang tetap” merupakan tidak tepat. Bahwa tidak
ada batasan maupun ketentuan apapun bagi pencari keadilan
( Justitia belen) dalam rangka memperjuangkan hak-haknya
yang sengaja dihilangkan dan atau dirugikan oleh pihak lain.
Justru sudah menjadi keharusan setiap Penegak Hukum wajib
memperhatikan tujuan hukum yakni Keadilan, Kepastian Hukum,
dan Kemanfaatan serta memperhatikan asas-asas kekuasaan
kehakiman yang menyebutkan proses pemeriksaan perkara
dilakukan dengan cepat dan sederhana. Oleh karena itu tidak
ada alasan apapun untuk menolak upaya hukum Pengugat yang
merupakan pihak dirugikan atau hak-haknya sengaja dihilangkan
oleh pihak lain.
5. Bahwa Penggugat menolak Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat
III. Bahwa Tergugat III tidak memahami maksud Posita Gugatan
No.17 bahwa secara jelas dan terang tertulis “Bahwa Penggugat
selaku pemilik sah secara hukum atas objek sengketa meminta agar
Turut Tergugat membatalkan Sertipikat Hak Milik No. 8572 atas
nama Tergugat III menjadi atas nama Penggugat” Bahwa Penggugat
secara jelas meminta Turut Tergugat bukan sebagaimana maksud
Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 383/ K/Sip/1971 tertanggal 3

121
Praktik Peradilan Perdata

November 1971 dalam pertimbangannya menyatakan secara tegas


“Pengadilan tidak dapat membatalkan suatu Sertipikat Hak Milik yang
dikeluarkan oleh instansi Agraria” yang sengaja digunakan sebagai
Yurisprudensi. Bahwa nyata-nyata, Tergugat III tidak memahami
apa yang dimaksud dengan Posita dan Petitum. Bahwa Jelas
Petitum dari Gugatan Penggugat tidak sama sekali memerintahkan
Pengadilan Negeri Sleman untuk membatalkan Sertipikat Hak Milik
No. 8572 atas nama Tergugat menjadi atas nama Penggugat. Bahwa
dengan jelas, terang dan tegas pada Petitum Point 5 yang berbunyi
“Menyatakan bahwa Penggugat adalah pemilik sah secara hukum atas
Objek sengketa” , Petitum Point 10 yang menyebutkan “Menyatakan
tidak sah dan batal demi hukum Sertipikat Hak MIlik No. 8527 atas
nama Tergugat III” dan Petitum Point 13 menyebutkan” Menghukum
Turut Tergugat untuk menerbitkan Sertipikat hak Milik Baru terhadap
Objek Sengketa atas nama Penggugat”. Bahwa dalil Eksepsi Tergugat
III yang tidak mencermati dengan teliti dan benar maksud Posita
Gugatan No. 17 maupun Petitum yang diminta oleh Penggugat dalam
Gugatannya telah menunjukan sesat pikir ( fallacy). Bahwa Tergugat
III yang sengaja mengesankan dalam Eksepsinya bahwa seolah-olah
perkara ini adalah perkara Tata Usaha Negara adalah keliru dan salah.
Bahwa Nyata-nyata, Objek Sengketa dalam perkara aquo adalah
bukan Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara (Beschiking) melainkan
adanya perbuatan melawan hukum sebagaimana dijabarkan dalam
Gugatan Penggugat maupun Revisi Gugatan yang diajukan sehingga
sudah benar apabila Penggugat mengajukan Gugatannya melalui
Pengadilan Negeri Sleman. Bahwa dengan mencermati Objek
Sengketa bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara (beschiking) maka
Pengadilan Negeri Sleman mempunyai kompetensi untuk memeriksa,
mengadili dan memutus perkara aquo.

DALAM POKOK PERKARA


1. Bahwa Penggugat tetap pada dalil-dalil Gugatan Penggugat tertanggal
25 Agustus 2010 dan Revisi Gugatan pada tanggal 24 November 2010
serta menolak seluruh dalil-dalil dalam Jawaban Tergugat III dan IV
tertanggal 1 Desember 2010 kecuali yang Penggugat akui secara
tegas.
2. Bahwa apa yang disampaikan Penggugat dalam menanggapi Eksepsi
dari Tergugat II dan Tergugat III mohon ditarik sebagai satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari Tanggapan Penggugat atas Eksepsi dari
Tergugat II dan Tergugat III serta Jawaban dari Tergugat III dan
Tergugat IV.

122
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

3. Bahwa Tergugat I dan Turut Tergugat tidak pernah menghadiri


persidangan walaupun sudah dipanggil secara patut maka hal ini
membuktikan bahwa Tergugat I dan Turut Tergugat tunduk dan terikat
atas Putusan Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Aquo, oleh karena
sangat beralasan dan mendasar untuk menerima dan mengabulkan
Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
4. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 3 dan 4. Tergugat III mengakui bahwa tanah yang dibeli
dari Tergugat I sebagaimana tertuang dalam Sertipikat SHM No.717,
Surat Ukur No. 2350 tanggal 01 Juni 1988 luas 1.309 m2 dan Sertpikat
SHM No. 718, surat ukur No.2349 tanggal 01 Juni 1988 luas 2.955
m2 keduanya atas nama G. Daryanto (Penggugat) terletak di Dusun
Juwangen, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten
Sleman dan pembelian yang dilakukan antara Tergugat III dan
Tergugat I berdasarkan adanya Akta Kuasa Menjual No. 51 tanggal
30-09-2004 atas SHM No. 171/ Purwomartani dan Akta Kuasa
Menjual No. 52 tanggal 30-09-2004 atas SHM No. 718/ Purwomartani
yang dibuat oleh Notaris/ PPAT Endang Murniati, S.H. ( Tergugat II).
Bahwa dalam perbuatan hukum yang dilakukan antara Penggugat
dan Tergugat I terdapat banyak kejanggalan dan kecacatan hukum.
Bahwa kejanggalan dan kecacatan hukum yang ada dalam perbutan
hukum antara Penggugat dan Tergugat I , kemudian oleh Tergugat II
selaku Notaris/ PPAT yang mengurus perbuatan hukum sebagaimana
dimaksud dalam Surat Perjanjian antara Penggugat dan Tergugat
I tertanggal 5 Juni 2004 berusaha dilegalkan dengan penerbitan
Akta Perikatan No. 65 sehingga seolah-olah perbuatan hukum yang
dilakukan antara Penggugat dan Tergugat I telah memenuhi ketentuan
hukum atas perbuatan hukum yang dilakukan antara Penggugat dan
Tergugat I. Bahwa Terkait penerbitan Akta Kuasa Menjual No. 51
tanggal 30-09-2004 atas SHM No. 171/ Purwomartani dan Akta Kuasa
Menjual No. 52 tanggal 30-09-2004 atas SHM No. 718/ Purwomartani
yang dibuat oleh Notaris/ PPAT Endang Murniati, S.H. ( Tergugat II),
Penggugat berada diluar negeri ( Oman) sehingga jelas tidak mungkin
Penggugat melakukan perbuatan hukum di Indonesia. Bahwa terkait
dibuatnya Perikatan no. 65, Akta Kuasa Menjual No. 51 tanggal 30-
09-2004 atas SHM No. 171/ Purwomartani dan Akta Kuasa Menjual
No. 52 tanggal 30-09-2004 atas SHM No. 718/ Purwomartani yang
dibuat oleh Notaris/ PPAT Endang Murniati, S.H. ( Tergugat II),
Penggugat sama sekali tidak pernah diberikan salinan ( grose) dari
Perikatan No. 65, Akta Kuasa Menjual No. 51 tanggal 30-09-2004

123
Praktik Peradilan Perdata

atas SHM No. 171/ Purwomartani dan Akta Kuasa Menjual No. 52
tanggal 30-09-2004 atas SHM No. 718/ Purwomartani oleh Tergugat
II walaupun sudah diminta secara patut. Bahwa senyatanya syarat
dan ketentuan sebagaimana yang harusnya dilakukan sesuai prosedur
hukum atas pengurusan perbuatan hukum sebagaimana dimaksud
dalam Surat Perjanjian antara Penggugat dan Tergugat I tertanggal
5 Juni 2004 telah disimpangi. Bahwa atas tindakan penyimpangan
prosedur syarat dan ketentuan dalam pemprosesan perbuatan hukum
yang dilakukan antara Penggugat dan Tergugat I yang dilakukan oleh
Tergugat I dan Tergugat II tersebut, saat ini Tergugat I dan Tergugat
II telah dilaporkan oleh Penggugat kepada Polda DIY sebagaimana
tertuang dalam Surat Tanda Bukti Lapor Nomor: STBL/521/IX/2010/
DIY/ Ditreskrim.Bahwa menjadi aneh apabila Tergugat III dalam
Jawabannya point 3 dan 4 yang menerangkan Tergugat III tidak
mempunyai hubungan hukum dengan Penggugat, akan tetapi justru
mampu menjelaskan perbuatan hukum antara Penggugat dan Tergugat
I.
5. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat
III pada point 5 dan 6. Penguggat tidak tahu menahu atas transaksi
antara Tergugat III dan Tergugat I karena tidak pernah ditemui dan
diberitahukan baik oleh Tergugat I maupun Tergugat III, bahwa
senyatanya Tergugat III mengakui dalam jawaban point 3 yang
menyebutkan Objek Sengketa masih atas nama G. Daryanto (
Penggugat) sehingga apabila ada perbuatan hukum atas Objek
Sengketa maka Penggugat merupakan pihak yang wajib diberitahukan
terkait kepentingan hukumnya. Sehubungan dengan dilanjutkannya
transaksi Jual beli antara Tergugat I dan Tergugat III melalui PPAT
Sugiharto (Tergugat IV) dibuatlah Akta Jual Beli No. 35/ 2006 dan
No. 36/ 2006 tertanggal 9 Maret 2006, yang selanjutnya Sertipikat
SHM No. 717 dan Sertipikat SHM No. 718 digabung menjadi
satu menjadi Sertipikat SHM No. 8572/ Purwomartani Surat
Ukur tanggal 20 April 2006 No. 5087 Luas 4258 m2 menjadi atas
nama Ir. Delthy Rinaldhy (Tergugat III) semua diluar pengetahuan
Penggugat. Bahwa Penggugat mengetahui kalau Objek Sengketa
telah berpindah kepemilikan dan penguasaannya menjadi milik
orang lain dalam hal ini menjadi milik dan dikuasai oleh Tergugat III
adalah dari orang lain. Sehubungan ASAS PUBLISITAS dan SIFAT
TERBUKA UNTUK UMUM yang diketengahkan Tergugat III dalam
jawabannya, Penggugat menanggapi bahwa dalam Pasal 32 PP No.24
Tahun 1997 secara jelas menerangkan Sertipikat sah atas nama orang/

124
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

badan hukum sah apabila didapat dengan itikad baik dan apabila ada
pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah tersebut dapat
mengajukan keberatan tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala
Kantor Pertanahan atau melalui gugatan ke Pengadilan dalam jangka
waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat tersebut. Senyatanya
penerbitan Sertipikat SHM No.8572/ Purwomartani diterbitkan tahun
2006 sehingga menurut ketentuan yang tertulis senyatanya Penggugat
diperkenankan untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan. Sehingga
hal yang diuraikan Penggugat atas berpindahnya hak kepemilikan dan
penguasaan Objek Sengketa kepada pihak lain (Tergugat III) dengan
jelas telah membuktikan bahwa Tergugat III bukanlah Pembeli
yang beritikad baik sehingga tidak ada ketentuan manapun untuk
melindungi pembeli yang beritikad tidak baik. Terkait Penerbitan
Sertipikat SHM No. 8572/ Purwomartani Surat Ukur tanggal 20 April
2006 No. 5087 Luas 4258 m2 menjadi atas nama Ir. Delthy Rinaldhy
( Tergugat III) oleh Turut Tergugat, Penggugat menilai telah ada
keklilafan dan kelalaian dari Turut Tergugat karena tidak secara runtut
dan cermat dalam memeriksa kebenaran suatu proses jual beli tanah.
6. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III pada
point 7. Bahwa Justru Penggugat mempertanyakan kepada Tergugat
III atas dasar apa Tergugat III justru menguraikan peristiwa yang
terjadi dalam pemeriksaan persidangan Perkara No. 576/ Pid. B/2008/
PN. Sleman. Atas nama Terdakwa Dra Mawar Muria Rini (Tergugat
I) dan Ny. Endang Murniati, SH (Tergugat II). Bahwa senyatanya
Tergugat III bukanlah pihak yang dilaporkan oleh Penggugat dalam
perkara pidana mengapa justru mengurai peristiwa persidangan
dengan baik atas Perkara No. 576/ Pid. B/2008/PN Sleman bukan
atas nama Tergugat III tentang segala kejadian hukum yang dilakukan
sebelum terjadinya pembelian antara Tergugat I dan Tergugat III.
Bahwa senyatanya dalam Jawaban Tergugat III pada point 3 secara
terang menerangkan bahwa Tergugat III tidak ada hubungan hukum
dengan Penggugat, akan tetapi justru Tergugat III mengetahui segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh Penggugat dan Tergugat I.
Bahwa hal ini jelas menujukkan senyatanya adanya kejanggalan yang
nyata. Bahwa secara jelas pada hal 33 baris 8 s/d 11 Putusan Perkara
No. 576/ Pid. B/2008/PN. Sleman pada angka 1 secara jelas dan
terang menyebutkan ” Menyatakan terdakwa I Mawar Muria Rini
(Tergugat I dalam perkara aquo) dan Terdakwa II Endang Murniati,
SH (Tergugat II dalam perkara aquo) telah terpenuhi sebagaimana
didakwakan Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaan ke dua akan tetapi

125
Praktik Peradilan Perdata

perbuatan tersebut adalah perbuatan perdata dan bukan merupakan


suatu tindak pidana” Dengan mencermati maksud dari amar putusan
tersebut secara terang telah membuktikan adanya perbuatan melawan
hukum secara perdata yang dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II
dalam perbuatan hukum atas Objek Sengketa yang senyatanya telah
merugikan Penggugat.
7. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat
III pada point 8, point 9, point 10, point 11, point 12 dan point 13.
Bahwa Tergugat III yang mengetahui segala peristiwa hukum yang
terjadi antara Penggugat dan Tergugat I baik segala perbuatan hukum
maupun aturan hukumnya dan hal tersebut senyata juga dapat dengan
detail dijelaskan Tergugat III, padahal secara terang pada jawaban
point 3 serta diperkuat dengan point 12 dan point 13 menyebutkan
bahwa yang mempunyai hubungan hukum dengan Penggugat adalah
Tergugat I. Dengan adanya kontradiktif apa yang diuraikan dalam
jawaban Tergugat III yang mana Tergugat III menguraikan dengan
baik segala perbuatan hukum antara Penggugat dan Tergugat I,
padahal secara tegas Tergugat III menerangkan tidak mempunyai
hubungan hukum dengan Penggugat. Bahwa hal ini senyatanya
telah menunjukan adanya konspirasi antara Para Tergugat untuk
melakukan perbuatan melawan hukum dan merugikan Penggugat.
Sehingga sudah jelas dan terbukti dalil Penggugat yang menyebutkan
bahwa Para Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum
dan merugikan Penggugat. Bahwa pada Jawaban Tergugat III pada
point 10 yang menyebutkan adanya Perda DIY no. 14 tahun 1975
yang mengatakan “ Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta belum
memberikan hak milik atas tanah kepada seorang warga Negara
Indonesia non Pribumi” adalah keliru karena tidak ada Perda DIY No.
14 Tahun 1975 karena yang ada Surat Edaran Wakil Gubernur No.
14 Tahun 1975 yang mengatur tentang hal tersebut. Bahwa Tergugat
III yang mengetengahkan status Non Pribumi dalam Jawabannya
adalah tidak relevan dengan apa yang menjadi pokok permasalahan
oleh karena itu sudah sepatutnya untuk diabaikan. Ketentuan tersebut
yang diketengahkan oleh Tergugat III senyatanya sudah tidak relevan
lagi dengan kemajuan ilmu hukum dan hak asasi manusia. Bahwa
dalam UU No. 12 Tahun 2006 secara terang dan jelas menyebutkan
penggolongan Warga Negara di Indonesia hanya ada 2 yakni Warga
Negara Indonesia dan Warga Negara Asing. Warga Negara Indonesia
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 UU No. 12 Tahun 2006 yang
pada intinya adalah semua orang yang lahir, tinggal dan atau orang

126
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

yang menundukkan diri pada ketentuan kewarganegaraan Negara


Indonesia. Maka hal ini membuktikan Penggugat adalah orang
Indonesia karena sudah memenuhi syarat yang berlaku sebagai Warga
Negara Indonesia, sehingga sudah benar apabila Objek Sengketa
dapat dimiliki dan dikuasai oleh Penggugat dengan status SHM.
8. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 14 dan point 15. Bahwa senyatanya sudah ada pertemuan
di kantor Tergugat III sebelum Sertipikat Objek Sengketa menjadi atas
nama Tergugat III. Bahwa Pertemuan tersebut dihadiri oleh Tergugat
II, Tergugat III sedangkan Tergugat I diwakilkan oleh suaminya karena
Tergugat I sedang sakit serta hadir pula Penggugat atas permintaan
Tergugat II. Bahwa pertemuan terjadi atas kehendak Tergugat II
setelah adanya desakan dari Penggugat yang selalu meminta atas
kejelasan status Objek Sengketa miliknya yang dipercayakan kepada
Tergugat II selaku Notaris/ PPAT untuk diproses sebagaimana
kesepakatan dengan Tergugat I. Setelah adanya desakan tersebut maka
Tergugat II mempertemukan Tergugat I, Tergugat III dan Penggugat
dalam rangka menyelesaikan permasalahan terkait Objek Sengketa,
akan tetapi pertemuan tersebut senyatanya tidak menemukan
kesepakatan penyelesaian masalah Objek Sengketa dan justru hak-
hak Penggugat sebagai Pemilik Sah Objek Sengketa tetap dirugikan.
Bahwa terkait apa yang dilakukan oleh Tergugat III, Penggugat
tidak tahu menahu karena Tergugat III tidak pernah memberitahukan
apapun yang dilakukan terhadap Objek Sengketa kepada Penggugat,
justru Penggugat mengetahui kalau ada proses penyertifikatan Objek
Sengketa milik Penggugat untuk dialihkan dan diatas namakan
Tergugat III dari Pihak lain. Bahwa suatu kejanggalan, apabila
Tergugat III justru menyebutkan Permasalahan antara Penggugat dan
Tergugat I yang berkaitan dengan pembelian 3 ( tiga) bidang tanah
luas 6200 m2 yaitu Sertipikat SHM No. 2399, Letter C 408 Persil
102 Kls IV keduanya atas nama Siswo Wiharjo dan Sertipikat SHM
No. 1403 atas nama Sugiyanto padahal Tergugat III secara terang
mengakui dalam Jawaban Point 3, point 12, dan point 13 tidak pernah
mempunyai hubungan hukum dengan Penggugat. Kejanggalan lain
yang terungkap, bahwa Tergugat III yang menganggap dirinya
sebagai Pembeli yang beritikad baik senyatanya telah dirugikan oleh
Tergugat I selaku Penjual Objek Sengketa dan Tergugat II selaku
Notaris/ PPAT yang mengurus jual beli antara Penggugat dan Tergugat
I justru tidak pernah sama sekali memperkarakan baik melalui perdata
maupun pidana Tergugat I maupun Tergugat II. Dengan adanya sikap

127
Praktik Peradilan Perdata

yang janggal ini telah menunjukan kembali adanya konspirasi antara


Para Tergugat (Tergugat I, II, III, dan IV).
9. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 16. Bahwa Permintaan Penggugat kepada Turut Tergugat
membatalkan sertipikat SHM No. 8572/ Purwomartani adalah
relevan karena Permintaan Penggugat sebagaimana dalam Petitum
Gugatan Penggugat pada point 5, point 10, dan point 12 adalah sudah
benar dan tepat. Lebih lagi Turut Tergugat tidak pernah menghadiri
persidangan walau sudah dipanggil dengan patut maka hal ini
menunjukan Turut Tergugat tunduk dan terikat pada Putusan Majelis
Hakim Pemeriksa Perkara Aquo. Bahwa senyatanya Tergugat III tidak
memahami Gugatan yang diajukan oleh Penggugat. Bahwa Objek
Sengketa dalam Gugatan Penggugat bukan Keputusan Pejabatan
Tata Usaha Negara (beschiking) dan Penggugat secara jelas meminta
Turut Tergugat untuk tunduk dan terikat pada Putusan Majelis Hakim
Pemeriksa Perkara Aquo oleh karena itu Pengadilan Negeri Sleman
mempunyai kompetensi untuk memeriksa, mengadili dan memutus
perkara aquo.
10. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 17. Bahwa ganti kerugian yang dituntut oleh Penggugat
kepada Para Tergugat secara tanggung renteng mendasar dan
sudah terinci dengan jelas segala kerugian yang ditimbulkan akibat
perbuatan melawan hukum Para Tergugat kepada Penggugat. Bahwa
Tergugat III yang berusaha kembali mengetengahkan bahwa dirinya
merupakan pembeli yang beritikad baik haruslah dikesampingkan
karena senyata Tergugat III tidak pernah memperkarakan Penjual
Objek Sengketa yakni Tergugat I maupun Tergugat II selaku Notaris/
PPAT yang membuat Akta bermasalah terkait Objek Sengketa.
Justru menjadi Tanda Tanya besar bagi Penggugat ada hubungan
apa antara Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Terggugat IV.
Bahwa senyatanya Tergugat III dan Tergugat IV telah dirugikan dan
direpotkan atas segala segala tindakan Tergugat I dan Tergugat II,
akan tetapi tidak pernah mempermasalahkan Tergugat I dan Tergugat
II.
11. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 17. Bahwa Tergugat III yang berulang kali menerangkan
bahwa yang mempunyai hubungan hukum dengan Penggugat adalah
Tergugat I akan tetapi justu Tergugat III menerangkan perbuatan
hukum maupun peristiwa hukum yang dilakukan oleh Tergugat I.
Bahwa hal ini menunjukan kejanggalan yang lain lagi sebagaimana

128
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

diungkapkan oleh Penggugat dalam menanggapi jawaban Tergugat


III ini. Bahwa dalil Tergugat III yang menyebutkan Penggugat selalu
berlindung dibalik isteri dengan mencontohkan dalam perkara PTUN
Yogyakarta No. 10/ G.TUN/2006/ PTUN. YK isteri tidak dilibatkan
sebagai Penggugat, Bahwa Menurut Ketentuan Hukum Tata Usaha
Negara secara jelas menerangkan bahwa pihak yang dirugikan atas
Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara berhak mengajukan keberatan
yang salah satunya melalui gugatan di PTUN, Bahwa Tergugat III
sendiri mengakui Sertipikat SHM No.717, Surat Ukur No. 2350
tanggal 01 Juni 1988 luas 1.309 m2 dan Sertpikat SHM No. 718,
surat ukur No.2349 tanggal 01 Juni 1988 luas 2.955 m2 keduanya
atas nama G. Daryanto sehingga sudah tepat apabila G Daryanto (
Penggugat) yang mengajukan gugatan melalui PTUN.Bahwa Perkara
No. 576/Pid.B/2008/PN. Slm senyatanya isteri Penggugat hadir
dimintai keterangannya sebagai saksi dalam perkara tersebut, bahwa
memposisikan isteri Penggugat sebagai saksi adalah tindakan tepat
karena senyatanya Penggugat merupakan korban langsung akibat dari
perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat I dan Tergugat
II. Bahwa Tergugat III yang sengaja mengkaitkan keberadaan isteri
Penggugat dalam Perkara No. 125/Pdt.G/2010/ PN. Slmn adalah
tidak relevan. Bahwa sikap Tergugat III sangat kontradiktif terkait
pernyataan Tergugat III yang mengakui tidak mempunyai hubungan
hukum dengan Penggugat akan tetapi justru Tergugat III bertindak
seolah-olah mengetahui segala perbuatan hukum antara Penggugat
dan Tergugat I. Lebih lagi, Tergugat III yang senyatanya juga turut
dirugikan atas tindakan Tergugat I dan Tergugat II justru membela
dan tidak sama sekali mempermasalahkan perbuatan Tergugat I dan
Tergugat II terhadap Tergugat III, maka sudah jelas terbukti bahwa
ada konspirasi nyata untuk melakukan perbuatan melawan hukum dan
merugikan Penggugat.
12. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 18. Bahwa permintaan uang dwangsom oleh Penggugat
sebagaimana yang dituangkan dalam Gugatan Penggugat sudah
tepat sehingga tidak ada alasan untuk menolak permintaan terkait
uang dwangsom sebesar Rp. 1.000.000,- ( Satu Juta Rupiah) kepada
Para Tergugat dan Turut Tergugat atas keterlambatan melaksanakan
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
13. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 19. Bahwa permintaan Penggugat terkait sita jaminan (
conservatoir beslaag) atas Objek Sengketa mendasar dan beralasan.

129
Praktik Peradilan Perdata

Bahwa menurut Tergugat III berdasar pasal 463 RV disebutkan “ Tidak


dibenarkan meletakan sita (conservatoir beslaag) terhadap barang
yang disita” bahwa senyatanya dalam Pasal 515 RV diperkenankan
untuk dilakukan sita rangkap atas bendak tidak bergerak/ benda tetap.
14. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 20. Bahwa permintaan agar putusan dapat dilaksanakan
terlebih dahulu (uitvoerbaar bij verkraad) merupakan hak dari
Penggugat. Bahwa untuk menjamin kepastian hukum maka permintaan
agar putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu ( uitvoerbaar bij
verkraad) merupakan hal yang relevan. Oleh karena itu tidak ada
alasan untuk tidak mengabulkan permintaan tersebut.
15. Bahwa Penggugat menolak secara tegas dalil Jawaban Tergugat III
pada point 21. Bahwa terkait dalil Jawaban Tergugat III pada point
21 maka Penggugat menilai bahwa Tergugat III bersikap mengadili
sendiri. Bahwa dalam gugatan jelas posisi Tergugat III merupakan
pihak yang digugat bukan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara. Bahwa terkait dalil Jawaban Tergugat III pada point 21 jelas
menunjukan kekeliruan Tergugat dalam memahami dan mengartikan
gugatan.
16. Bahwa Pengugat menolak jawaban Tergugat IV pada point 4. Bahwa
senyatanya Tergugat IV telah lalai tidak mengecek kebenaran yang
sesungguhnya mengenai syarat dan ketentuan yang berlaku terkait
proses perbuatan hukum terhadap Objek Sengketa yang dilakukan
oleh Tergugat I dan Tergugat II.Bahwa senyatanya ada beberapa
ketentuan yang sengaja disimpangi oleh Tergugat II akan tetapi
Tergugat IV justru membuat Akta Jual Beli No. 35/ 2006 dan No.
36/ 2006 tertanggal 9 Maret 2006 . Bahwa seharusnya Tergugat IV
wajib mengecek kebenaran peristiwa hukum tersebut dan segala
persyaratan yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan. Bahwa atas ketidak telitian dari Tergugat IV dan hanya
percaya kepada keterangan Tergugat II maka hal tersebut senyatanya
telah menimbulkan kerugian bagi Penggugat.
17. Bahwa Penggugat mempertanyakan atas sikap Tergugat IV yang
tidak mempermasalahkan Tergugat II selaku orang yang mengetahui
dan memahami aturan hukum sekaligus sebagai Notaris/ PPAT dalam
perbuatan hukum yang dilakukan antara Penggugat dan Tergugat
I. Bahwa senyatanya Tergugat II telah melakukan penyimpangan
prosedur dan memberikan informasi yang keliru kepada Tergugat IV
sehingga menimbulkan gugatan pada diri Tergugat IV oleh Penggugat.
18. Bahwa senyatanya Penggugat secara jelas dan tegas telah mampu

130
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

mementahkan dalil eksepsi yang diajukan Tergugat II dan Tergugat


III serta jawaban yang diajukan oleh Tergugat III dan Tergugat IV
sehingga hal ini membuktikan bahwa Gugatan Penggugat sudah benar
dan mempunyai landasan hukum, maka sudah sepatutnya Gugatan
Penggugat untuk diterima dan dikabulkan sepeluruhnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kami mohon kepada Yang
Terhormat Majelis Hakim Pemeriksa perkara ini untuk memeriksa perkara
ini dan memberikan putusan sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
PRIMAIR :
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menolak Eksepsi Tergugat II dan Tergugat III.
3. Menghukum Para Tergugat dan Turut Tergugat untuk membayar
seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara ini.
SUBSIDAIR
Mohon putusan yang seadil-adilnya.

DALAM POKOK PERKARA


PRIMAIR :
1. Menerima dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menolak Jawaban Tergugat III dan Tergugat IV.
3. Menghukum Para Tergugat dan Turut Tergugat untuk membayar
seluruh biaya yang timbul akibat adanya perkara ini.

SUBSIDAIR
Mohon putusan yang seadil-adilnya.

Demikian Replik Penggugat. Atas perhatian dan kebijaksanaan Majelis


Hakim Pemeriksa Perkara ini, kami sampaikan terima kasih.

Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat
Chandera, S.H., M.Hum. Arfian Indrianto, S.H

131
Praktik Peradilan Perdata

E. Duplik
Dalam terjadi sengketa keperdataan yang dilakukan secara litigasi
(melalui pengadilan) maka sering kali kita temui kata yang disebut
Duplik. Sebelum kita membicarakan duplik, maka ada beberapa hal
yang perlu diketahui tentang duplik yakni pengertian duplik, bentuk
pengajuan duplik, isi dan maksud dari duplik, kapan penyampaian
duplik disampaikan dalam sengketa keperdataan.
Pengertian Duplik yaitu jawaban tergugat terhadap replik yang
diajukan Penggugat. Bahwa dengan mencermati pengertian duplik,
maka jelas bahwa duplik diajukan oleh tergugat setelah adanya replik
yang disampaikan oleh penggugat. Sama dengan replik, bahwa duplik
dapat diajukan secara lisan atau tertulis tergantung pihak yang hendak
menyampaikannya.
Apakah maksud dan isi duplik? Duplik merupakan tanggapan
yang diajukan tergugat terhadap replik penggugat. Dalam membuat
duplik tergugat diharapkan dalil-dalilnya tidak bertentangan dengan
dalil-dalil yang dimuat dalam jawaban tergugat sebelumnya. Bila dalam
jawaban tergugat sebelumnya ada eksepsi yang kemudian eksepsi
tersebut ditanggapi oleh penggugat dalam repliknya, maka tergugat
dalam duplik juga harus memuat dalil-dalil yang pada dasarnya
semakin memperkuat dalil semula. Bila perlu dalil tersebut sekaligus
juga harus dapat mematahkan atau setidaknya melemahkan dalil
yang dikemukan penggugat dalam repliknya. Dalam duplik tergugat
mengenai pokok perkara, ada dua dalil pengantar yang biasanya dimuat.
Pertama, berisi pernyataan agar dalil-dalil yang dikemukan pada bagian
eksepsi dianggap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pokok perkara. Kedua, pernyataan yang menolak dalil-dalil penggugat
secara keseluruhan, kecuali memang ada dalil yang diakui oleh
tergugat. Dalil-dalil dalam replik harus satu demi satu ditanggapi, baik
dibantah/ditolak atau mungkin diakui oleh tergugat. Setelah dalil-dalil
untuk menanggapi dalil replik, selanjutnya dikemukakan semacam
petitum juga yang berfungsi menanggapi petitum penggugat baik
yang dikemukakan dalam gugatan maupun dalam replik. Rumusan

132
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

petitumnya memakai model yang sama dengan petitum dalam jawaban


tergugat. Contoh duplik dapat dilihat di bawah ini.

Perihal : Duplik Tergugat atas Replik Pengguga


Lamp : -
Kepada : Yth.Majelis Hakim Pemeriksa Perkara
No.198/Pdt.G/2010/PN.Slmn.
Di : Pengadilan Negeri Sleman
Jl.Merapi, Beran, SLEMAN

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, E.Sundari,S.H, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 22 Januari 2011 telah ditunjuk sebagai kuasa
hukum dari:
Nama : Petrus Hendro Suwoto
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Candi Mendiro, RT.05/RW.10, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Selanjutnya mohon disebut sebagai TERGUGAT ----------------------------
Pada kesempatan ini untuk dan atas nama Tergugat hendak mengajukan
Duplik Tergugat atas Replik Penggugat dalam perkara No.198/Pdt.G/2010/
PN.Slmn, dengan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Bahwa Tergugat tetap pada dalil-dalil sebagaimana dikemukakan
dalam jawabannya tertanggal 21 Februari 2011 atas gugatan
penggugat, dan menolak seluruh dalil Penggugat dalam repliknya
tertanggal 28 Februari 2011, kecuali yang diakui secara tegas.
2. Bahwa dalil replik Penggugat no.2 adalah tidak benar, karena
sebagaimana tertuang dalam dalil no.2 jawaban Tergugat, Tergugat
hanya mengakui kebenaran dalil no.1 dan 8 dari gugatan Penggugat.
3. Bahwa dalil replik Penggugat no.3 adalah benar.
4. Bahwa dalil no.4 replik Penggugat yang menyatakan bahwa Penggugat
sering dibiarkan hidup dengan beaya sendiri adalah tidak benar.
Kebutuhan sehari-hari penggugat telah dicukupi tergugat. Bahwa ada
keterbatasan pemenuhan kebutuhan adalah disebabkan Tergugat hanya
pegawai rendahan dan Tergugat memang mengutamakan pendidikan
dan kesehatan anak-anak dan keluarga ketimbang penampilan mewah
yang dituntutkan penggugat.

133
Praktik Peradilan Perdata

5. Bahwa dalil replik penggugat no.5, 6 dan 7, 8,9,10 adalah tidak benar
dan Tergugat tetap pada dalil jawabannya atas gugatan penggugat
sebagaimana tertuang dalam dalil jawaban no.5,6,7,8.
6. Bahwa Penggugat telah memahami secara sepotong-sepotong
mengenai harta benda dalam perkawinan. Pasal 35 ayat (2) Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 menyatakan bahwa harta bawaan dari
masing-masing suami isteri dan harta benda yang diperoleh masing-
masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan
masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Harta
bawaan adalah harta yang diperoleh sebelum perkawinan, sedang
hadiah atau warisan, dapat saja diperoleh sebelum maupun sesudah
perkawinan. Harta warisan tetap di bawah penguasaan masing-
masing. Dalam hal ini tanah milik orang tua Tergugat dan kos-kosan
yang dibangun di atasnya yang dibangun oleh saudara-saudara
Tergugat dari uang warisan orang tua Tergugat dan saudara-saudara
Tergugat adalah tanah warisan dan harta warisan orang tua Tergugat
dan saudara-saudara Tergugat. Tanah warisan tersebut memang
diijinkan untuk ditempati oleh Tergugat Penggugat dan anak-anak,
karena hingga saat ini Tergugat belum mampu membeli sendiri.
7. Bahwa rumah dan kos-kosan adalah dua bangunan yang berbeda yang
keduanya dibangun di atas tanah milik orang tua Tergugat. Untuk
bangunan rumahnya, Tergugat juga ikut membiayai pembangunannya
dengan hutang pada kantor. Untuk kos-kosan, yang membangun
adalah saudara-saudara Tergugat dan memang kesepakatannya hasil
uang sewa kos dibagi bersama-sama di antara Tergugat dan saudara-
saudara Tergugat karena merupakan usaha bersama harta warisan dan
sekali lagi bukan milik Tergugat, apalagi harta gono gini.
8. Bahwa Tergugat membuat pernyataan akan tetapi kenyataannya
sekalipun Tergugat belum pernah menerima dan diberi uang oleh
Penggugat baik sebagian-sebagian atau secara kontan hingga sebesar
yang dinyatakan dalam pernyataan tersebut.
9. Bahwa Tergugat tetap pada pendirian bahwa rumah yang sekarang
didiami nantinya biarlah menjadi warisan bagi anak-anak Tergugat
dan Penggugat.
10. Bahwa tuntutan uang paksa dari Penggugat adalah tidak manusiawi
dan mengada-ada, karena Tergugat hanya pegawai rendahan sehingga
bekerja keras seperti apapun jelas tidak mungkin dapat memenuhinya.
11. Bahwa Penggugat secara sadar telah merubah sendiri tuntutannya,
sebagaimana dituangkan dalam Repliknya. Di sini berarti ada

134
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

perubahan tuntutan yang disampaikan Penggugat dan sesuai dengan


ketentuan tentang perubahan gugatan dan asas “yang terakhir
menghapus yang terdahulu” (lex posterori de rogaat legi priori),
maka tuntutan Penggugat dalam Replik itulah yang harus dinilai dan
dijawab oleh hakim.

Berdasarkan dalil-dalil sebagaimana tersebut di atas, maka Tergugat


mohon kepada yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini
untuk memutus hal-hal sebagai berikut.
1. Menolak gugatan penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan tidak diterima (Niet Onvankelijk verklaard) karena kabur
tentang tuntutannya.
2. Menyatakan bahwa bangunan rumah dan kos-kosan yang dibangun di
atas tanah milik orang tua Tergugat adalah harta milik saudara-saudara
Tergugat dan bukan harta gono gini ----------------------------------------
3. Menghukum Penggugat untuk membayar beaya perkara ini -----------

Demikian Duplik Tergugat atas Replik yang disampaikan oleh Penggugat.


Atas segala perhatian, kebijaksanaan dan keadilan yang diberikan, kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan menolong
kita semua.

Sleman, 7 Maret 2011


Hormat kami,
Kuasa hukum Tergugat:


E.Sundari,S.H

F. Daftar Bukti Tulis


Pada sengketa keperdataan yang menempuh jalur litigasi (melalui
lembaga peradilan), maka terdapat tahap yang disebut pembuktian.
Membuktikan adalah memberi keyakinan kepada hakim tentang
kebenaran peristiwa yang diajukan para pihak (Mertokusumo, 2002:
127). Para pihaklah yang harus membuktikan peristiwa yang mereka
ajukan di persidangan, bukan hakim (lihat ketentuan Pasal 163 HIR).

135
Praktik Peradilan Perdata

Tidak semua peristiwa yang diajukan penggugat dan tergugat harus


dibuktikan semuanya. Yang harus dibuktikan adalah peristiwa atau
hak (Samodra, 1992: 17; Subekti, 1975: 8; lihat juga Pasal 163 HIR),
yang relevan bagi hukum (Mertokusumo, 2002: 130) dan yang masih
disangkal pihak lawan (Samodra, 1992: 18; Pasal 163 HIR). Hukum
pembuktian (law of evidence) dalam berperkara merupakan bagian
yang sangat kompleks dalam proses litigasi. Keadaan kompleksitasnya
makin rumit, karena pembuktian berkaitan dengan kemampuan
merekonstruksi kejadian atau peristiwa masa lalu (past even) sebagai
suatu kebenaran (truth). Meskipun kebenaran yang dicari dan
diwujudkan dalam proses peradilan perdata bukan kebenaran yang
bersifat absolute (ultimate truth), tetapi bersifat kebenaran relatif atau
bahkan cukup bersifat kemungkinan (probable), namun untuk mencari
kebenaran demikian pun, tetap menghadapi kesulitan (M.Yahya
Harahap, S.H,2005:496). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
dalam menemukan dan mewujudkan kebenaran adalah sebagai berikut.
1. Sistem aqusatoir yakni sistem yang mengharuskan memberi
hak yang sama kepada para pihak untuk saling menyampaikan
kebenaran dalilnya, baik dalam bentuk mengakui maupun
membantah dalil yang dikemukan oleh pihak lawannya.
2. Kedudukan hakim dalam sistem aqusatoir adalah pasif dan
dilarang melangkah ke arah inkuisitorial.
3. Dalam mencari dan menemukan kebenaran semakin lemah
dan sulit disebabkan fakta dan bukti yang diajukan para
pihak tidak dianalisis dan dinilai oleh ahli (not analyzed and
appraised by experts).
Menurut Mertokusumo (2002: 125 – 127) dalam hal tertentu
terdapat suatu peristiwa yang tidak perlu pembuktian, karena:
1. Peristiwanya memang dianggap tidak perlu diketahui lebih
lanjut kebenarannya atau dianggap tidak mungkin diketahui
oleh hakim, seperti:
a. Dalam hal dijatuhkan putusan verstek (lihat ketentuan
Pasal 125 ayat 1 HIR), dimana tergugat tidak hadir

136
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

sehingga hakim tidak mungkin mengetahui kebenaran


dari sisi tergugat. Dalam perkembangannya, untuk
mengetahui kebenaran peristiwa hakim membebani
penggugat dengan pembuktian, tanpa kehadiran
tergugat. Misalnya dalam Perkara No.21/Pdt.G/2013/
PN.Btl. P embuktian kebenarannya bersifat sepihak,
yakni dari pihak penggugat saja.
b. Dalam hal salah satu pihak mengakui kebenaran peristiwa
yang diajukan pihak lawan, maka peristiwa tersebut
dianggap benar (lihat Pasal 174 HIR), sehingga peristiwa
tersebut tidak perlu dibuktikan lebih lanjut dengan alat
bukti lainnya.
c. Dengan telah dilakukan sumpah decisoir, sumpah yang
bersifat menentukan, maka peristiwa yang didukung
dengan sumpah tersebut dianggap terbukti benar dan
hakim tidak memerlukan pembuktian lebih lanjut (lihat
ketentuan Pasal 156 HIR).
d. Dalam hal bantahan kurang cukup atau dalam hal diajukan
referte (Aser-Anema-Verdam, dalam Mertokusumo, 2002:
125), atau tidak ada bantahan (Putusan MA No.803K/
Sip/1970 tertanggal 5 Mei 1971), maka peristiwanya
dianggap benar dan pembuktian tidak diperlukan.
2. Hakim secara ex officio dianggap mengenal peristiwanya ,
sehingga tidak perlu dibuktikan lebih lanjut, seperti:
a. Peristiwa notoir, yakni kejadian atau keadaan yang
dianggap harus diketahui oleh umum. Misalnya, bahwa
kemerdekaan Negara Republik Indonesia diploklamirkan
pada tanggal 17 Agutus 1945; Bahwa tanggal 17 Agustus
1945 jatuh pada hari Selasa. Semua merupakan peristiwa
notoir, peristiwa yang umum dianggap sudah tahu
sehingga hakim juga tidak perlu minat para pihak untuk
membuktikannya lagi di muka persidangan.

137
Praktik Peradilan Perdata

b. Peristiwa-peristiwa yang dilihat hakim di persidangan.


Misalnya, bahwa pihak tergugat tidak datang, bahwa pihak
tergugat mengakui gugatan, bahwa pihak penggugat yang
mendalilkan kaki kirinya harus dipotong akibat ditabrak
mobil tergugat dalam persidangan kaki kirinya memang
benar dipotong.
3. Pengetahuan dan pengalaman pada umumnya. Seperti: bahwa
mobil yang lari dengan kecepatan 100 km/jam tidak mungkin
dihentikan seketika; bahwa orang yang ditembak kepalanya
dalam jarak dekat pasti mati; bahwa harga tanah di kota lebih
mahal dari pada di desa.
Untuk membuktikan dalil-dalil di muka persidangan, para pihak
dapat mengajukan alat-alat bukti yang diakui menurut hukum acara
perdata sebagaimana diatur dalam Pasal 164 HIR, yakni: surat, saksi,
persangkaan, pengakuan, sumpah, yang diatur dalam Pasal 153 dan
154 HIR yakni pemeriksaan setempat (decente) dan keterangan ahli
(expertise), alat bukti yang dikenal dalam Pasal 5 UU Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (s.d.u dengan UU
Nomor 19 Tahun 2016).
Dalam praktik pemeriksaan perkara perdata di pengadilan maka
para pihak yang mengajukan alat bukti surat hendaknya membuat
daftar alat bukti surat atau tulisan. Pembuatan daftar alat bukti
tulis mempunyai tujuan mempermudahkan para pihak dan hakim
mengidentifikasi jumlah dan jenis alat bukti tulisan serta keterangan
tentang dalil mana yang dibuktikan dengan alat bukti surat tersebut.
Berikut adalah contoh membuat daftar bukti tertulis.

Perihal : Pengajuan bukti tertulis


Lamp : 2 foto kopi
Kepada: Yth.Majelis Hakim Pemeriksa Perkara
No.21/Pdt.G/2013/PN.Btl
Di : Pengadilan Negeri Bantul
Jl.Prof.Dr.Soepomo, SH No.4 BANTUL

138
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, E.Sundari,S.H, selaku kuasa hukum
dari Penggugat dalam perkara No.21/Pdt.G/2013/PN.Btl, pada kesempatan
ini untuk dan atas nama Penggugat hendak mengajukan bukti-bukti tertulis
sebagai berikut.

No. Jenis bukti Keterangan


1 Foto kopi Kutipan Akta Bukti pencatatan
Perkawinan atas nama perkawinan sah antara
Sumarwoto dan Magdalena Penggugat dan Tergugat
Harnani tanggal 24 Januari
1981, yang dikeluarkan
oleh Kantor Catatan Sipil
Kotamadya Yogyakarta,
tertanggal 27 Januari 1981.
2 Foto kopi Kutipan Surat Bukti perkawinan sah
Kawin (Testimonium secara agama Katholik
Matrimonium) atas nama antara Penggugat dan
Antonius Sumarwoto dan Tergugat
Magdalena Harnani tanggal
24 Januari 1981, yang
dikeluarkan oleh Pastoran
Paroki Gereja Kristus Raja,
Baciro, Kota Yogyakarta

Demikian bukti tertulis kami ajukan. Atas perhatian yang diberikan kami
ucapkan terima kasih.

Sleman, 9 April 2013


Kuasa Hukum Penggugat:

E.Sundari,S.H

Selanjutnya di bawah ini dipaparkan sebuah contoh pengajuan


bukti tertulis dari pihak tergugat.

139
Praktik Peradilan Perdata

Perihal : Pengajuan bukti tertulis tergugat


Lamp : 4 dokumen/surat
Kepada : Yth. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara
No.198/Pdt.G/2010/PN.Slmn.
Di : Pengadilan Negeri Sleman
Jl. Merapi, Beran, SLEMAN

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, E.Sundari,S.H, kuasa hukum Tergugat,
pada kesempatan ini untuk dan atas nama Tergugat hendak mengajukan
bukti-bukti tertulis dengan daftar sebagai berikut.

No. Nama Keterangan


T-1 Foto Kopi Surat Bukti bahwa keterangan saksi
Pernyataan dari Penggugat yang bernama Wakijo
Ny.Iskamtiyah yang mengatakan bahwa ia
dapat memberikan kesaksian
karena diberitahu oleh orang tua
penggugat yakni Ibu Iskamtiyah
adalah tidak benar.
T-2 Foto kopi surat pernyataan Bukti bahwa tanah yang
dari Agustinus Hardo ditempati penggugat dan tergugat
Budyanto adalah tanah warisan dan
bangunan kos-kosan diatasnya
adalah berasal dari harta warisan
orang tua tergugat
T-3 Foto kopi surat pernyataan Bukti bahwa tanah yang
dari Theresia Pratiwi ditempati penggugat dan tergugat
Hartuti adalah tanah warisan dan
bangunan kos-kosan diatasnya
adalah berasal dari harta warisan
orang tua tergugat
T-4 Foto kopi surat pernyataan Bukti bahwa tanah yang
dari Yakobus Satmoko ditempati penggugat dan tergugat
Hardono adalah tanah warisan dan
bangunan kos-kosan diatasnya
adalah berasal dari harta warisan
orang tua tergugat

140
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Demikian bukti tertulis dari tergugat kami ajukan. Atas segala kebijaksanaan
dan keadilan yang diberikan kami ucakan terima kasih.

Sleman, 4 April 2011


Hormat kami,
E.Sundari,S.H

Di dalam kedua contoh daftar alat bukti tertulis dari pihak


penggugat dan tergugat di atas, dapat diidentifikasi jumlah alat
bukti yang diajukan para pihak, jenisnya, serta keterangan untuk
membuktikan dalil yang mana. Hal tersebut akan mempermudah
bagi pihak lawan dan hakim dalam memeriksa dalil-dalil mana yang
didukung alat buktinya surat, dalil mana yang tidak didukung alat
bukti surat. Selanjutnya hakim akan menilai kekuatannya, setelah
dihubungkan dengan alat-alat bukti lainnya, seperti saksi, keterangan
ahli, atau pemeriksaan setempat. Pengajuan saksi dalam persidangan
pada umumnya tidak memerlukan pengajuan daftar saksi. Para pihak
cukup mengemukakan secara lisan berapa saksi yang akan diajukan
dan nama-nama saksinya.

G. Kesimpulan atau Konklusi


Setelah acara pembuktian dianggap selesai di persidangan,
berikutnya para pihak diberi kesempatan mengajukan kesimpulan
masing-masing. Pengajuan kesimpulan atau konklusi bukan
merupakan suatu keharusan (Prints, 1996: 202). Kesimpulan para
pihak diserahkan kepada majelis hakim dalam satu persidangan secara
bersamaan. Bagaimana bentuk dan isi kesimpulan biasanya diserahkan
kepada masing-masing pihak yang berperkara.
Kesimpulan dalam hal ini berisi hal-hal, fakta-fakta yang
terungkap dalam proses pemeriksaan persidangan dari dalil-dalil
gugatan, jawaban, replik, duplik, dan bukti-bukti yang diajukan para

141
Praktik Peradilan Perdata

pihak, serta kesimpulan yang ditarik masing-masing pihak dari hasil


pemeriksaan tersebut. Fungsi dari kesimpulan selain untuk membuat
jelas dalil-dalil yang dikemukan oleh para pihak, maka kesimpulan
juga berfungsi untuk memudahkan hakim/majelis hakim dalam
membuat pertimbangan yang nantinya digunakan membuat amar
putusan.Tidak ada ketentuan tentang format kesimpulan dalam
perkara perdata, namun apabila dihubungkan dengan hakekat
kesimpulan maka sekurang-kurangnya memuat: ringkasan gugatan,
jawab menjawab, pembuktian penggugat dan tergugat, kesimpulan
berdasarkan dokumen, bukti dan proses persidangan. Berikut adalah
contoh kesimpulan yang disampaikan oleh penggugat (http://arman-
memetikbintang.blogspot.co.id/ 2014/04/contoh-kesimpulan-dan-
daftar-alat- bukti_483.html, diakses tanggal 12 Oktober 2015. )

Bangkalan, 25, Februari, 2013


KESIMPULAN PENGGUGAT DALAM PERKARA PERDATA
Nomor: 0351/Pdt/G/Thn 2013/PN BKL

Antara
Nama : Rusli
Pekerjaan : Direktur. PT Gading Madura
Tempat, tanggal lahir : Bangkalan, 9 Februari 1981
Alamat : Jl. Socah Nomor 133 Bangkalan
Yang selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT

Dalam hal ini Penggugat diwakili oleh kuasa hukumnya, yakni:


Nama : Yudi,. SH
Pekerjaan : Advokat
Tempat, tanggal lahir : Bangkalan, 02 Februari 1980
Alamat : Jalan Soekarno-Hatta Nomor 09 Bangkalan

Lawan

Nama : Syarif Hidayatullah


Pekerjaan : Pengusaha

142
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Tempat, tanggal lahir : Bangkalan, 23, 05, 1985


Alamat : Jalan Telang Indah Nomor 29 Bangkalan
Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT

Dalam hal ini Tergugat diwakili oleh kuasa hukumnya, yakni:


Nama : Dwi Wahyu,. SH
Pekerjaan : Advokat
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 20 Juni 1980
Alama : Jalan Letjen Hartoyo Nomor 45 Surabaya
Dengan hormat,

Untuk dan atas nama Penggugat dengan ini ingin menyampaikan


kesimpulan sebagai berikut:

DALAM KONVENSI
1. Bahwa Tergugat telah wanprestasi terhadap Penggugat terkait
pembayaran Hutang-piutang terhadap Penggugat, yang sebelumnya
telah dijanjikan pelunasan pembayarannya pada tanggal 30 Desember
2013
2. Bahwa Penggugat sampai hari ini, masih membayar hutang sebesar
Rp. 300.000.000.00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) dari kesuluruhan hutang
sebesar Rp. 600.000.000.00 (Enam ratus juta rupiah)
3. Bahwa sampai hari ini masih terdapat Hutang yang belum terbayar
sebesar Rp. 300.000.000.00 (tiga ratus juta Rupiah) terhadap
penggugat atas hutang piutang tergugat terhadap penggugat.
4. Bahwa tergugat tidak pernah secara tegas mengajak penggugat
untuk melakukan negosiasi sebelumnya terkait penunggakan atas
pembayaran hutang-hutang tergugat.

DALAM KONVENSI
Mohon Majelis Hakim mengabulkan gugatan Penggugat untuk
keseluruhannya
Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih

Hormat Kami
Kuasa Hukum Penggugat

(Yudi,. SH )

143
Praktik Peradilan Perdata

Kesempatan mengajukan kesimpulan juga diberikan kepada


tergugat. Berikut adalah scontoh kesimpulan yang diajukan oleh
tergugat.

Perihal : Kesimpulan Tergugat dalam perkara


No.198/Pdt.G/2010/PN.Slmn.
Lampiran : -
Kepada : Yth.Majelis Hakim Pemeriksa perkara
No.198/Pdt.G/2010/PN.Slmn.

Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini E.Sundari,S.H, kuasa hukum Tergugat,
pada kesempatan ini hendak mengajukan kesimpulan atas hasil persidangan
perkara perdata No.198/Pdt.G/2010/
PN.Slmn. sebagai berikut.

TENTANG DUDUK PERKARANYA


1. Bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan tertanggal 23 Desember
2010 dan didaftarkan di PN Sleman tanggal 27 Desember 2010, yang
pada intinya mengajukan gugatan harta gono gini dengan dalil-dalil
serta tuntutan sebagaimaan tertuang dalam Surat Gugatan, yang untuk
mempersingkat uraian tidak perlu disebutkan lagi namun menjadi
bagian tak terpisahkan dengan kesimpulan ini.
2. Bahwa pada sidang pertama tanggal 10 Januari 2011 telah diupayakan
perdamaian melalui mediasi, akan tetapi tidak berhasil didamaikan
dan karenanya hakim melanjutkan pemeriksaan perkara ini dengan
penyerahan surat gugatan.
3. Bahwa atas gugatan penggugat tergugat telah mengajukan jawabannya
tertanggal 21 Februari 2011 dan telah diserahkan di persidangan,
yang pada intinya mengajukan dalil-dalil serta tuntutan sebagaimaan
tertuang dalam jawaban tersebut, yang untuk mempersingkat uraian
tidak perlu disebutkan lagi namun menjadi bagian tak terpisahkan
dengan kesimpulan ini.
4. Bahwa atas jawaban tergugat, penggugat menanggapinya dengan
mengajukan replik tertanggal 28 Februari 2011 dan telah diserahkan
di persidangan, yang pada intinya mengajukan dalil-dalil serta
tuntutan yang dirobah sebagaimaan tertuang dalam replik tersebut,
yang untuk mempersingkat uraian tidak perlu disebutkan lagi namun
menjadi bagian tak terpisahkan dengan kesimpulan ini.

144
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

5. Bahwa atas replik penggugat, tergugat menanggapinya dengan


mengajukan duplik tertanggal 28 Februari 2011 yang pada intinya
mengajukan dalil-dalil serta tuntutan sebagaimana tertuang dalam
duplik tersebut, yang untuk mempersingkat uraian tidak perlu
disebutkan lagi namun menjadi bagian tak terpisahkan dengan
kesimpulan ini.
6. Bahwa atas dalil-dalil yang diajukan Penguggat dan Tergugat,
masing-masing telah mengajukan bukti-bukti di persidangan, baik
yang berupa bukti tertulis maupun saksi-saksi, yakni:
a. Alat bukti tertulis Penggugat (P1 s/d 9): Foto kopi akta
perkawinan, putusan perceraian, akta kelahiran, pernyataan dari
tergugat (P8) serta buku tabungan BCA atas nama penggugat.
Alat bukti saksi Penggugat, yakni saksi Wakijo dan saksi
Muhamad Aswandi yang telah diperiksa di persidangan di bawah
sumpah dan memberikan keterangan sebagaimana tertuang dalam
berita acara persidangan, yang untuk mempersingkat waktu tidak
perlu diulang dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
kesimpulan ini.
b. Alat bukti tertulis tergugat yang berupa foto kopi surat pernyataan
Ny.Iskamtiyah (T1), surat pernyataan Agustinus Hardo Budiyanto
(T2), surat pernyataan Theresia Pratiwi Hartuti (T3), surat
pernyataan Yakobus Satmoko Hardono (T4).
Alat bukti saksi Sutarno Slamet Sukamto dan saksi Setyowati
yang di bawah sumpah telah memberikan keterangan
sebagaimana tertuang dalam berita acara persidangan, yang
untuk mempersingkat waktu tidak perlu diulang dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dengan kesimpulan ini.

TENTANG HUKUMNYA
1. Penggugat dalam surat gugatan dan repliknya pada intinya telah
mengajukan dalil bahwa ada harta bersama berupa rumah dan kos-
kosan yang dibangun di atas tanah orang tua tergugat, dengan
nilai Rp.170 juta dan penggugat dalam surat gugatannya menuntut
pembagian rumah dan kos-kosan tersebut untuk dibagi dua secara
sama antara penggugat dan tergugat, namun di dalam repliknya
penggugat tidak mengajukan tuntutan pembagian rumah dan kos-
kosan itu lagi.
Dengan demikian penggugat telah merobah tuntutannya dan tidak ada
tuntutan pembagian harta gono gini atau harta bersama rumah dan kos-
kosan lagi. Berdasarkan prinsip hakim pasif (Pasal 178 ayat 3 HIR),

145
Praktik Peradilan Perdata

hakim hanya boleh memutus sesuai dengan tuntutan penggugat dan


tuntutan penggugat yang terakhir dan yang harus diputus hanyalah
tuntutan setelah dirobah sendiri dan disetujui tergugat, sebagaimana
dituangkan dalam repliknya tertanggal 28 Februari 2011.
2. Tergugat dalam jawaban dan dupliknya telah mengajukan dalil-dalil
yang intinya menolak dalil-dalil dan tuntutan penggugat tentang
bentuk harta gono gini dan jumlahnya tersebut. Karena dalil-dalil
penggugat tentang hal tersebut telah ditolak, maka penggugat
berkewajiban untuk membuktikan.
3. Bahwa di persidangan penggugat dan tergugat serta saksi penggugat
dan tergugat menyatakan bahwa tanah yang diatasnya dibangun
rumah dan kos-kosan obyek sengketa adalah tanah milik orang tua
tergugat, akan tetapi siapa nama lengkap orang tua tergugat, apa
hak yang dipunyai atas tanah sengketa, apa batas-batasnya yang
jelas, berapa luasnya yang pasti, tidak terbukti, tidak jelas dan kabur
dan akan sulit dieksekusi. Di persidangan penggugat juga menolak
diajukan pemeriksaan setempat sebagaimana diharuskan dalam
SEMA No.7 Tahun 2001tentang Pemeriksaan Setempat. Sikap
penggugat menyebabkan tanah yang di atasnya dibangun rumah dan
kos-kosan obyek sengketa menjadi semakin kabur dan tidak terbukti
kebenarannya. Karena tanah yang diatasnya dibangun rumah dan kos-
kosan obyek sengketa tidak terbukti, maka gugatan penggugat layak
untuk dinyatakan ditolak, atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak
dapat diterima (Niet Onvankelijk Verklaard).
4. Bahwa tentang kos-kosan sebagai obyek sengketa, dari bukti surat-
surat tergugat (T1-4) serta saksi Sutarno dan Setyowati, terbukti
bahwa kos-kosan tersebut luasnya 6X25 meter dan pembangunannya
adalah berasal dari warisan orang tua tergugat dan disepakati untuk
dibangunkos-kosan sebagai usaha bersama milik tergugat dan saudara-
saudaranya sebagai ahli waris (terlepas apakah pembangunannya
dilakukan setelah penggugat dan tergugat menikah atau sebelumnya),
sehingga merupakan harta warisan dari orang tua dan bukan harta
gono gini. Tidak ada satupun bukti dari penggugat bahwa kos-kosan
tersebut sumber pembangunannya berasal dari harta bersama. Karena
terbukti sebagai harta warisan dan bukan harta gono gini, maka
gugatan penggugat untuk menetapkannya sebagai harta gono gini
harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak diterima (N.O).
5. Bahwa tentang kepemilikan rumah induk yang ditempati penggugat
dan tergugat, yang dibangun di atas tanah milik orang tua tergugat
juga kabur dan tidak jelas. Tanah tempat mendirikan rumah tersebut

146
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

tidak jelas kepemilikannya sehingga rumahnya juga menjadi tidak


jelas dan akan sulit dieksekusi. Surat pernyataan yang ditulis tergugat
sebagaimana tertuang dalam bukti P8 tidak jelas menyebut rumah
yang mana. Hanya dikatakan “rumah ini”…berukuran “9X9meter”.
Pernyataan “Rumah ini” tidak menyebut secara spesifik rumah yang
mana, padahal obyek gugatan, apalagi berupa benda tetap (lihat
SEMA No.7 tahun 2001) harus jelas dan spesifik, agar tidak kabur
dan agar dapat dieksekusi. Penyebutan “rumah ini” dan ukuran
“9X9 meter” juga tidak didukung dengan bukti-bukti saksi baik dari
penggugat maupun tergugat. Saksi penggugat tidak ada satupun yang
mengetahui pernyataan tersebut (P8) dan tidak ada satupun yang
menyebut ukuran rumah obyek sengketa. Saksi tergugat Sutarno
bahkan menyebut ukuran bangunan yang berbeda, yakni kos-kosan
5X25 meter persegi, sedang rumah induk 6X8 meter persegi. Karena
rumah obyek sengketa kabur dan tidak jelas serta tidak terbukti, maka
layak bahwa gugatan penggugat dinyatakan ditolak atau setidak-
tidaknya dinyatakan tidak diterima.
6. Sumber untuk membangun rumah induk (bukan kos-kosan) juga tidak
jelas dan kabur serta tidak terbukti. Pernyataan tergugat yang diajukan
penggugat sebagai bukti (P8) tidak menunjuk rumah yang dimaksud
dibangun dengan uang penggugat adalah rumah yang mana. Tidak ada
keterangan apakah rumah tersebut adalah rumah yang didiami bersama
antara penggugat dan tergugat selama ini atau rumah lain yang akan
dibangun di atas tanah yang lain dari penggugat dan tergugat. Apalagi
luas tanah yang disebut (9X9 meter persegi) berbeda dengan luas
rumah yang disebut saksi tergugat Sutarno, yakni 6X8 meter persegi.
7. Keterangan saksi penggugat Wakijo tidak tahu sendiri penyerahan
uang penggugat kepada tergugat untuk membangun rumah. Saksi
Wakijo menerangkan bahwa ia hanya diberitahu oleh ibu penggugat
yang bernama ibu Iskamtiyah dan dari bukti pernyataan ibu Iskamtiyah
(T1), dikatakan bahwa ibu Iskamtiyah tidak pernah memberikan
keterangan kepada Wakijo perihal sumber uang pembangun rumah
yang didiami penggugat dan tergugat, sehingga keterangan saksi
Wakijo perihal tersebut harus diabaikan. Berdasarkan bukti-bukti
tersebut jelas bahwa dalil penggugat yang menyatakan bahwa sumber
pembangunan rumah yang didiami bersama dan yang dibangun
di atas tanah orang tua tergugat adalah dari uang penggugat dari
warisan orang tua penggugat adalah tidak terbukti, kabur dan tidak
jelas, sehingga gugatan penggugat layak untuk ditolak atau setidak-
tidaknya tidak diterima. Bahkan justru dari keterangan saksi tergugat

147
Praktik Peradilan Perdata

setyowati, memberitahukan bahwa tergugat sering pinjam uang dalam


rangka pembangunan rumah induknya (bukan kos-kosan).
8. Nilai harta bersama rumah dan kos-kosan yang dikatakan penggugat
senilai Rp.170 juta rupiah juga tidak didukung dengan bukti-bukti
sehingga karenanya gugatan penggugat harus dinyatakan ditolak atau
setidak-tidaknya tidak diterima (N.O)

KESIMPULAN
Dari gugatan, jawaban, replik, duplik dan bukti-bukti yang diajukan di
persidangan, maka tergugat mengambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Dalil penggugat tentang tanah yang diatasnya dibangun rumah dan
kos-kosan obyek sengketa tidak jelas dan kabur sehingga gugatan
harus ditolak atau setidak-tidaknya tidak diterima.
2. Sumber pembangunan rumah kos-kosan terbukti secara kuat berasal
dari warisan orang tua dan menjadi milik bersama antara tergugat dan
saudara-saduara, bukan harta gono gini, sehingga tuntutan penggugat
untuk menetapkannya sebagai harta gono gini harus ditolak.
3. Identitas rumah induk yang didiami bersama tidak jelas dan kabur
sehingga gugatan harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan
tidak dapat diterima (N.O).
4. Sumber uang pembangunan rumah induk tempat tinggal bersama juga
tidak terbukti bahwa berasal dari uang warisan penggugat sehingga
gugatan penggugat harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan
tidak diterima (N.O).
5. Besarnya nilai harta bersama juga tidak terbukti sehingga karenanya
gugatan harus dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya tidak diterima
(N.O).
6. Tuntutan penggugat telah dirobah dan tidak ada tuntutan pembagian
harta bersama, sehingga sesuai asas hakim pasif (Pasal 178 ayat 3
HIR) tuntutan tersebut tidak boleh diterima lagi dan diputus oleh
hakim.
7. Karena gugatan penggugat tidak terbukti seluruhnya, maka gugatan
penggugat harus ditolak untuk seluruhnya, atau setidak-tidaknya
dinyatakan tidak diterima (N.O).

Demikian kesimpulan dari tergugat kami ajukan, atas segala perhatian


dan keadilan yang diberikan kami ucpakna terima kasih yangf sebesar-
besarnya. Semoga Tuhan memberkati kita.

148
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Sleman, 25 April 2011


Hormat kami,
Kuasa hukum tergugat:
E.Sundari,S.H

H. Putusan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 178 HIR dan Pasal 189 RBG,
apabila pemeriksaan perkara selesai, Majelis Hakim karena jabatannya
melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yang akan
dijatuhkan. Perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan putusan
adalah putusan pengadilan tingkat pertama. Tujuan akhir proses
pemeriksaan perkara di Pengadilan Negeri adalah dijatuhkannya
putusan oleh hakim yang berisi penyelesaian perkara yang diperiksa
(Harahap, 2005: hal 797 ).
Dalam menjatuhkan putusan maka Majelis Hakim wajib
memperhatikan asas-asas atau ketentuan-ketentuan tentang putusan
sebagaimana diatur dalam Pasal 178 HIR, Pasal 189 RBG, serta
dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman. Asas-asas dan ketentuan-ketentuan tersebut sebagai
berikut.
1. Harus memuat dasar alasan yang jelas dan rinci
Dasar hukumnya Pasal Pasal 178 HIR serta Pasal 50 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.
2. Wajib mengadili seluruh bagian gugatan
Hal tersebut diatur dalam Pasal 178 ayat (2) HIR, Pasal 189
ayat (2) RBG, dan Pasal 50 Rv.
3. Tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan
Ketentuan tersebut dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 178
ayat (3) HIR, Pasal 189 ayat (3) RBG, dan Pasal 50 Rv. Ada
beberapa yurisprudensi yang merupakan penafsirannya,

149
Praktik Peradilan Perdata

yakni: Putusan MARI No.556 K/Sip/1971, Tgl 10 November


1971 jo Putusan MARI No. 1245 k/Sip/1974,tgl. 9 November
1976, menyatakan : “Putusan yang mengabulkan lebih dari
yang dituntut, diizinkan selama hal itu masih sesuai dengan
keadaan materil, asal tidak menyimpang daripada apa yang
dituntut.Putusan MARI No.425 K/Sip/1975, Tgl 15 Juli 1975,
menyatakan : “mengabulkan lebih dari petitum diizinkan, asal
saja sesuai dengan posita. 
4. Diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum
Dasar hukumnya Pasal 13 ayat (2) UU Nomor 48 Tahun 2009.
5. Dalam menyusun putusan Majelis Hakim /hakim pemeriksa
perkara wajib memperhatikan isi dan sistematika putusan
sebagaimana diatur di dalam Pasal 183 dan 184 HIR, Pasal
2 ayat 1 dan Pasal 50 ayat (1) UU Nomor 48 Tahun 2009,
serta dari format-format putusan dalam yurisprudensi-
yurisprudensi MA, yang terdiri dari:
1) Kepala Putusan;
2) Identitas para pihak;
3) Pertimbangan tentang perkaranya dan tentang hukumnya;
4) Amar;
5) Keterangan tentang tanggal dijatuhkannya putusan, hadir
tidaknya para pihak, majelis hakim yang memutus perkara,
panitera perkara;
6) Mencantumkan biaya perkara; dan
7) Tanda tangan majelis hakim/hakim pemeriksa perkara
dan panitera pembantunya.

150
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Di bawah ini adalah contoh putusan sengketa perdata.

PUTUSAN

Nomor: 06/Pdt.G/2012/PN. Tli


“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA”

Pengadilan Negeri Tolitoli yang memeriksa dan mengadili perkara-


perkara perdata pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara antara:MARLINA MUNDIAHI, Umur 21 tahun,
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Agama Kristen Protestan, Alamat Desa
Lakatan Kec. Galang Kab. Tolitoli, --------------------Selanjutnya disebut
sebagai PENGGUGAT ;L A W A N JEFRI MAMUKO/MAKANGIRAS,
Umur 34 tahun, Pekerjaan: Tani, Agama Kristen Protestan, Alamat Desa
Lakuan Tolitoli Kec. Tolitoli Utara Kab. Tolitoli,---------------Selanjutnya
disebut sebagai TERGUGAT ;------------------- Pengadilan Negeri tersebut
;------------------------------------------Telah membaca berkas perkara yang
bersangkutan ;Telah membaca surat-surat yang berhubungan dengan
perkara ini ; Telah mendengar pihak Penggugat di persidangan; Telah
memperhatikan pula bukti surat-surat dan mendengar keterangan saksi-
saksi yang diajukan oleh pihak Penggugat di persidangan ;

TENTANG DUDUK PERKARANYA


Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal
21 Januari 2012 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Tolitoli pada tanggal 14 Februari 2012, dengan Register Perkara Nomor:
06/Pdt.G/2012/PN. Tli. telah mengajukan gugatan kepada Tergugat dengan
alasan-alasan sebagai berikut :Bahwa antara Penggugat dan Tergugat
adalah suami istri yang dipersatukan dalam perkawinan yang sah, pada
tanggal 03 Juli 2004 di Kolondom Tolitoli . Bahwa setelah Penggugat
dan Tergugat menikah, Tergugat ingin agar Penggugat dan Tergugat bisa
mandiri dan tidak bergantung kepada orang, maka orang tua Penggugat
mendirikan/membuatkan rumah tinggal kepada Penggugat dan Tergugat
yang letaknya tidak jauh dari rumah orang tua Penggugat;------------------
Bahwa setelah setahun kemudian, Penggugat dan Tergugat dikaruniai
seorang anak laki-laki yang bernama DION MAMUKO, lahir pada tanggal
07 September 2005 di Tolitoli ;---------------------------------------------------
Bahwa dengan kelahiran anak kami Penggugat dan Tergugat tersebut

151
Praktik Peradilan Perdata

membuat rumah tangga Penggugat dan Tergugat begitu harmonis dan


bahagia. Bahwa kurang lebih 6 tahun Penggugat dan Tergugat membina/
mempertahankan keutuhan rumah tangga namun tidak lepas dari godaan
dan tantangan hidup, akan tetapi masih bisa diatasi bersama antara
Penggugat dan Tergugat. Bahwa awal tahun 2011 rumah tangga Penggugat
dan Tergugat mulai tidak harmonis lagi, karena orang tua Tergugat sering
mencampuri urusan rumah tangga kami Penggugat dan Tergugat sehingga
sering kali tidak sepaham dan mulai cekcok dan sering bertengkar ;-------
Bahwa dengan kejadian tersebut orangtua Tergugat bukannya
menasehati anaknya, akan tetapi menyalahkan Penggugat yang tidak
mampu mengurus rumah tangga, akhirnya orang tua Penggugat juga
turun tangan untuk mendamaikan/meluruskan rumah tangga Penggugat
dan Tergugat, akan tetapi sepertinya tidak diterima baik oleh Tergugat
dan orang tuanya. Bahwa oleh karena orangtua dari kedua belah pihak
Penggugat dan Tergugat sudah renggang maka masalah rumah tangga
Penggugat dan Tergugat semakin rumit, sehingga keluarga dari kedua
belah pihak berupaya untuk mendamaikan akan tetapi tidak berhasil dan
selanjutnya dari Aparat Pemerintah Desa juga ikut meluruskan masalah
rumah tangga Penggugat dan Tergugat akan tetapi semua usaha sia-sia
dan tidak berhasil. Bahwa oleh karena masalah rumah tangga Penggugat
dan Tergugat tidak dapat teratasi dan diselesaikan oleh Penggugat dan
Tergugat maupun dari pihak keluarga dari kedua belah pihak, bahkan
dari Aparat Pemerintah Desa, dan cekcok terus-menerus maka Tergugat
keluar dari rumah meninggalkan Penggugat dan anak Penggugat tanpa
seizin Penggugat;Bahwa sejak kepergian Tergugat sudah kurang lebih
9 (sembilan) bulan tidak pernah lagi kembali kepada Penggugat hingga
sekarang ini, bahkan Tergugat tidak pernah lagi mengirim berita ataupun
memberikan biaya nafkah hidup untuk Penggugat dan anak Penggugat ;-
Bahwa Penggugat mendengar informasi bahwa Tergugat maupun orang tua
Tergugat tidak mau lagi menerima Penggugat sebagai isteri dan menyuruh
Penggugat untuk mengurusnya melalui jalur hukum ;- Bahwa demi masa
depan anak Penggugat, maka Penggugat ingin mengakhiri masa lajang
yang tidak jelas dengan mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Negeri
Tolitoli ;------------------------------------------------------------------------------
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas dan demi kepastian
hukum atas status perkawinan antara Penggugat dan Tergugat, maka
kepada Majelis Hakim yang terhormat Penggugat memohon untuk
disidangkan perkara ini serta memutuskan sebagai berikut :
- Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya ;

152
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

- Menyatakan menurut hukum perkawinan Penggugat dan Tergugat


putus karena perceraian ;----------------------------------------- -
Menyatakan seorang anak laki-laki yang bernama DION MAMUKO,
lahir pada tanggal 07 September 2005 di Tolitoli dibawah pemeliharaan
dan asuhan Penggugat sebagai Ibu kandungnya
- Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Negeri Tolitoli untuk
menyampaikan salinan putusan ini kepada Kantor Pencatatan Sipil
Tolitoli untuk mencatat perceraian ini dalam buku khusus yang sedang
berjalan ;
- Pembebanan biaya sepatutnya ;
Atau jika Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-
adilnya;
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan yaitu
SELASA, tanggal 28 Februari 2012, Penggugat telah datang menghadap
sendiri, akan tetapi Tergugat tidak datang menghadap atau tidak pula
menyuruh orang lain untuk datang menghadap sebagai kuasanya yang
sah, meskipun kepadanya telah dipanggil secara sah dan patut untuk
datang menghadap di persidangan, sedangkan tidak ternyata bahwa tidak
datangnya Tergugat itu disebabkan oleh sesuatu halangan yang sah;--------
Menimbang, bahwa setelah Tergugat dipanggil untuk sidang kedua
kalinya yaitu pada persidangan hari SELASA, tanggal 6 Maret 2012, dan
untuk ketiga kalinya yaitu hari SELASA, tanggal 13 Maret 2012, ternyata
Tergugat tidak juga datang menghadap atau menyuruh orang lain untuk
datang menghadap sebagai kuasanya yang sah, meskipun kepadanya
telah dipanggil secara sah dan patut, sedangkan tidak ternyata bahwa
tidak datangnya Tergugat itu disebabkan oleh sesuatu halangan yang sah,
bahkan setelah menerima panggilan sidang yang ketiga Tergugat telah
mengirimkan surat kepada Ketua Pengadilan Negeri Tolitoli yang isinya
pada pokoknya Tergugat telah menerima surat panggilan gugatan cerai
dari isterinya (Penggugat) untuk ketiga kalinya, dan Tergugat menyatakan
tidak akan hadir dan menyerahkan saja kepada putusan Pengadilan
Negeri;-------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat telah dipanggil secara sah
dan patut sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut akan tetapi tidak datang
menghadap dan tidak pula menyuruh orang lain sebagai kuasanya yang
sah, meskipun kepadanya telah dipanggil secara sah dan patut untuk
datang menghadap di persidangan, sedangkan tidak ternyata bahwa tidak
datangnya Tergugat itu disebabkan oleh sesuatu halangan yang sah, serta
Tergugat telah menyatakan telah menerima panggilan namun tidak akan

153
Praktik Peradilan Perdata

hadir dan menyerahkan kepada putusan Pengadilan Negeri Tolitoli, maka


pemeriksaan perkara ini dilanjutkan dengan di luar hadirnya Tergugat
(verstek);-----------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena persidangan dilanjutkan dengan di
luar hadirnya Tergugat maka tidak dapat diusahakan perdamaian baik
dengan melalui proses mediasi sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan
Mahkamah Agung R.I. No. 1 tahun 2008 maupun dengan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengusahakan perdamaian, dan
meskipun Majelis Hakim telah berusaha menasihati Penggugat agar
Penggugat tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya namun
Penggugat menyatakan bertetap pada pendiriannya;--------------------------
Menimbang, bahwa setelah gugatan Penggugat dibacakan, Penggugat
menyatakan merubah/merevisi gugatannya yakni pada: - Bagian identitas
nama Tergugat yang semula tertulis JEFRI MAMUKO, ditambah
kata “/Makangiras”, sehingga menjadi tertulis JEFRI MAMUKO/
MAKANGIRAS, dan ---------------------------------------- Posita garis
datar (-) dua belas baris kedua yang semula tertulis “….. masa lajang dan
seterusnya” , diganti sehingga menjadi tertulis “……rumah tangga dan
seterusnya”;-------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil dalam surat
gugatannya tersebut, Penggugat di persidangan telah mengajukan bukti
surat-surat sebagai berikut :------------------------------------------------------
1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia No:
P.72040005785 atas nama Marlina Mandiahi, yang diberi tanda bukti
P- 1;
2. Foto copy Kutipan Akta Perkawinan No: 474.2/26/VII/Tli/04
tertanggal 3 Juli 2004, yang diberi tanda bukti P-3.
3. Foto copy Kutipan Akta Kelahiran No: 474.1/IST/6541/VII/Tli/2011
tertanggal 8 Juli 2011 atas nama DION MAMUKO, yang diberi tanda
bukti P- 3 ;
Menimbang, bahwa bukti surat-surat bertanda P.1 s/d. P. 3 tersebut
adalah foto copy serta telah cocok dan sesuai dengan aslinya serta
telah dibubuhi meterai secukupnya, sehingga ke tiga bukti diatas telah
memenuhi syarat untuk di pertimbangkan sebagai alat bukti ;
Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat-surat, Penggugat
juga telah menghadirkan 3 (tiga) orang saksi yang telah didengarkan
keterangannya di depan persidangan masing-masing:-------------------------
1. Saksi TARUK, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut: Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami

154
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

istri;- Bahwa saat perkawinan Penggugat dan Tergugat berlangsung,


saksi berada di- Tanah Toraja;-Bahwa dari hasil perkawinan tersebut
Penggugat dan Tergugat mempunyai- seorang anak yang bernama
Dion dan sekarang berumur kurang lebih 5 (lima) tahun, dan sekarang
duduk sebagai siswa kelas I SD Lantapan Kabupaten Tolitoli ;Bahwa
anak tersebut tinggal bersama bersama Penggugat dan kedua orang-
tua Penggugat;-----------------------------------------------------------------
Bahwa sekarang Penggugat dan Tergugat tidak tinggal bersama lagi
kurang- lebih 1 (satu) tahun, dimana Penggugat dan anaknya tinggal
di rumah kediaman bersama yang berdekatan dengan rumah orang
tua Penggugat, sedangkan Tergugat telah meninggalkan rumah
kediaman bersama serta tinggal bersama orang tuanya di Desa Lakuan
Tolitoli;Bahwa menurut Penggugat, Tergugat tidak mau bekerja untuk
menafkahi- keluarganya;----------------------------------------------------
Bahwa saksi pernah mendengar dari orang tua Penggugat
bahwa antara Penggugat dan Tergugat sering cekcok, dan
permasalahan antara Penggugat dan Tergugat ini pernah diusahakan
untuk dirukunkan kembali oleh pihak keluarga kedua belah
pihak maupun oleh aparat pemerintah desa akan tetapi tidak
berhasil;------------------------------------------------------------------------
2. Saksi S A D A, di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut: Bahwa saksi adalah bapak Penggugat/mertua Tergugat;
Bahwa Penggugat dan Tergugat kawin di Gereja Kolondom dan
sekarang- memiliki seorang anak yang bernama Dion yang sekarang
berumur sekitar 6 (enam) tahun;--------------------------------------------
Bahwa sejak kawin Penggugat dan Tergugat tinggal di rumah kediaman-
bersama yang dekat dengan rumah saksi ;-Bahwa Tergugat telah
meninggalkan Penggugat dan anaknya yang pada saat- itu Tergugat
berpesan bahwa ia pergi untuk mencari pekerjaan tetapi sampai sekarang
tidak kembali;-----------------------------------------------------------------
Bahwa anak Penggugat dan Tergugat sekarang tinggal bersama
Penggugat- dan saksi ;-------------------------------------------------------
Bahwa setelah kepergian Tergugat sampai sekarang kurang lebih 7
(tujuh)- bulan Tergugat tidak pernah ada beritanya dan tidak juga
memberikan biaya hidup bagi istri (Penggugat) dan anaknya ;---------
Bahwa Penggugat dan Tergugat pernah bertengkar masalah ekonomi
yang- sering dicampuri oleh orang tua Tergugat ;Bahwa sewaktu
masih tinggal bersama Tergugat sering berdiam diri di rumah- dan

155
Praktik Peradilan Perdata

tidak mau mencari pekerjaan untuk member nafkah bagi Penggugat


dan anaknya;-------------------------------------------------------------------
Bahwa setahu saksi sikap Penggugat sangat sayang kepada anaknya
tersebut;
3. Saksi RAHEL HENGKINGBALA, di bawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut :---------------------------------------------
Bahwa saksi adalah ibu Penggugat/mertua Tergugat; Bahwa
Penggugat dan Tergugat setelah kawin memperoleh seorang anak-
yang bernama Dion dan sekarang berumur sekitar 7 (tujuh) tahun
;Bahwa sekarang Tergugat telah meninggalkan Penggugat selama
kurang- lebih 7 (tujuh) bulan dan sebelum pergi Tergugat hanya
berpesan hendak mencari pekerjaan, namun sampai sekarang tidak
pernah memberikan kabar serta tidak kembali;--------------------------
Bahwa Penggugat dan Tergugat pernah bertengkar yang
mempermasalahkan- biaya hidup sehari-hari;----------------------------
Bahwa sewaktu masih tinggal bersama Tergugat sering berdiam diri di
rumah- dan tidak mau bekerja untuk memberi nafkah bagi Penggugat
dan anaknya;Bahwa dari pihak keluarga kedua belah pihak maupun
dari pihak aparat- pemerintah desa sudah berusaha untuk merukunkan
agar rumah tangga Penggugat dan Tergugat bersatu kembali, akan
tetapi tidak berhasil; Bahwa setahu saksi sikap Penggugat sangat
sayang kepada anaknya tersebut;- Menimbang, bahwa Penggugat
menyatakan sudah tidak akan mengajukan bukti-bukti lagi serta tidak
pula mengajukan kesimpulan, dan mohon putusan ;---------------------
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini maka segala
sesuatu yang tercatat dalam berita acara persidangan perkara ini turut
dipertimbangkan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
putusan ini;--------------------------------------------------------------------------
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah
sebagaimana terurai di dalam surat gugatannya ;------------------------------
Menimbang, bahwa sebelum Majelis mempertimbangkan pokok
perkara ini terlebih dahulu perlu dipertimbangkan persyaratan formal yang
harus dipenuhi;---------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa pada persidangan pertama, kedua dan ketiga
Penggugat telah datang menghadap sendiri di persidangan, sedangkan
berdasarkan RelaasRelaas Panggilan kepada Tergugat Nomor: 06/
Pdt.G/2012/PN. Tli. masing-masing tertanggal 22 Pebruari 2012, 1 Maret

156
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

2012 dan 8 Maret 2012, telah ternyata Tergugat telah dipanggil dengan sah
dan patut tetapi tidak datang menghadap atau menyuruh orang lain sebagai
kuasanya yang sah untuk datang menghadap di persidangan, sedang tidak
ternyata bahwa tidak datangnya Tergugat tersebut disebabkan oleh sesuatu
halangan yang sah;-----------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa proses pemeriksaan dalam perkara perdata
menganut azas Audiet Alteram Partem yaitu mendengar kedua belah
pihak secara berimbang, namun telah ternyata Tergugat tidak hadir ke
persidangan dan tidak pula mengirimkan orang lain sebagai kuasanya yang
sah untuk itu, sedang tidak ternyata ketidak hadiran Tergugat disebabkan
oleh sesuatu halangan yang sah, maka dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Tergugat sudah tidak akan membela kepentingan hukumnya
dalam perkara ini, dan Tergugat haruslah dinyatakan tidak hadir, serta
pemeriksaan perkara ini akan dilanjutkan dengan di luar hadirnya Tergugat
(verstek);-----------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa kendati pemeriksaan dilakukan dengan diluar
hadirnya Tergugat, namun Majelis tidak serta merta mengabulkan gugatan
Penggugat tanpa memeriksa pokok perkaranya, karena menurut Pasal 149
ayat (1) RBg dinyatakan bahwa gugatan dikabulkan tanpa kehadiran Tergugat
kecuali bila ternyata gugatannya tidak mempunyai dasar hukum atau tidak
beralasan;----------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa sebelum Pengadilan memeriksa apa yang
menjadi materi atau pokok perkara ini, terlebih dahulu akan
dipertimbangkan apakah permohonan Penggugat mengenai perubahan/
perbaikan (penyempurnaan) surat gugatannya dapat diterima atau
tidak;---------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa pada persidangan tanggal 13 Maret 2012 Penggugat
telah mengajukan permohonan untuk memperbaiki (menyempurnakan)
gugatannya yaitu sebatas pada: - Bagian identitas nama Tergugat yang
semula tertulis JEFRI MAMUKO, ditambah kata “/Makangiras”, sehingga
menjadi tertulis JEFRI MAMUKO/MAKANGIRAS, dan- Posita garis
datar (-) dua belas baris kedua yang semula tertulis “….. masa lajang dan
seterusnya” , diganti sehingga menjadi tertulis “……rumah tangga dan
seterusnya”;yang secara jelas dapat dibaca dalam berita acara persidangan
perkara ini;---------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam RBg tidak terdapat ketentuan yang mengatur
kapan dan dalam hal bagaimana perbaikan (penyempurnaan) surat gugatan
diperkenankan;----------------------------------------------------------------------

157
Praktik Peradilan Perdata

Menimbang, bahwa sekalipun di dalam Undang-Undang Hukum


Acara Perdata Indonesia tidak terdapat pengaturan mengenai hal
yang demikian, maka tidak berarti bahwa setiap perubahan/perbaikan
(penyempurnaan) surat gugatan baik penambahan, pengurangan tidaklah
perlu dipertimbangkan;-----------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa Mahkamah Agung RI dalam putusannya tertanggal
6 Maret 1971 Nomor: 209 K/Sip/1971 telah memutuskan bahwa suatu
perubahan tuntutan tidak bertentangan dengan asas-asas hukum perdata
asal tidak merubah atau menyimpang dari kejadian materiil walaupun
tidak ada tuntutan subsidair untuk peradilan yang adil (termuat dalam
Yurisprudensi Indonesia terbitan I-II-III-IV/72 halaman 470 diterbitkan
oleh Mahkamah Agung RI;
Menimbang, bahwa dalam hal perubahan baik itu penambahan/
perbaikan gugatan diperkenankan asal itu tidak mengakibatkan Tergugat
dirugikan dalam haknya untuk membela diri;----------------------------------
Menimbang, bahwa dalam perkara ini permohonan perubahan gugatan
dilakukan adalah sebatas penyempurnaan/penambahan nama pada
identitas nama Tergugat yang semula tertulis JEFRI MAMUKO ditambah
kata “/Makangiras”, sehingga menjadi tertulis JEFRI MAMUKO/
MAKANGIRAS, dan mengganti kata dalam posita yang semula tertulis
“….. masa lajang dan seterusnya”, diganti sehingga menjadi tertulis
“……rumah tangga dan seterusnya”, yang hal-hal tersebut tidak merubah
substansi perkara aquo, sehingga menurut hemat Majelis Hakim hal
tersebut hanyalah untuk menyempurnakan gugatan, dan tidaklah dapat
dikatakan telah mengakibatkan perubahan posita serta petitum, dan
Tergugat tidak dirugikan dalam haknya untuk membela diri; ---------------
Menimbang, bahwa demikian pula mengenai kapan perubahan/
perbaikan (penyempurnaan) tersebut dapat diajukan, hal inipun
tidak terdapat pengaturan secara tegas dalam hukum acara perdata
Indonesia;---------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa sebelum Pengadilan Negeri mengambil suatu
sikap tersendiri sesuai dengan penjelasan pasal 14 Undang-undang No.
14 tahun 1970 yang telah dirubah dengan Undang-Undang No. 35 tahun
1999, kemudian dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 4
tahun 2004 serta terakhir dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang
No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dimana dikatakan
bahwa Hakim wajib menggali hukum yang tidak tertulis untuk memutus
berdasarkan hukum dan bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha
Esa terlebih dahulu harus dicari dalam praktik hukum yang telah terjadi
berkenaan dengan hal tersebut ;--------------------------------------------------

158
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Menimbang, bahwa Mahkamah Agung R.I. dalam putusannya


tertanggal 14 Oktober 1970 No. 546 K/Sip/1970 telah memutuskan bahwa
perbaikan gugatan tidak - 12 - dapat diterima apabila perbaikan tersebut
dilakukan pada taraf pemeriksaan sudah hampir selesai, pada saat dalil-
dalil tangkisan, pembelaan sudah habis dikemukakan dan kedua belah
pihak sebelumnya telah mohon putusan;----------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam perkara ini permohonan perbaikan gugatan
dilakukan pada saat pembacaan surat gugatan serta Tergugat tidak
mengajukan jawaban;--------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas secara formal permohonan Penggugat
untuk memperbaiki (menyempurnakan) surat gugatan dapat
diterima;-----------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apa yang menjadi pokok perkara ini yakni apakah gugatan Penggugat
dapat dikabulkan atau sebaliknya;------------------------------------------------
Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat tidak
mengajukan jawaban dan juga tidak hadir di persidangan sekalipun telah
dipanggil secara patut menurut Relaas Panggilan yang dijalankan oleh
Jurusita Pengadilan Negeri Tolitoli ;---------------------------------------------
Menimbang, bahwa sekalipun persidangan berjalan tanpa kehadiran
Tergugat tersebut, namun Majelis Hakim memandang perlu untuk
mempertimbangkan sekaligus menilai apakah gugatan Penggugat berdasar
dan atau beralasan hukum untuk dikabulkan atau tidak;----------------------
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya Penggugat
telah mengajukan bukti surat-surat yang akan Majelis Hakim pertimbangkan
sebagai berikut;---------------------------------------------------------------------
Bukti P- 1 berupa foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Republik
Indonesia atas nama Marlina Mandiahi, menurut Majelis Kartu Tanda
Penduduk hanya terbatas menjelaskan identitas jati diri seseorang, sehingga
terhadap bukti surat ini Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkannya
terlalu jauh ;-------------------------------------------------------------------------
Bukti P- 2 berupa foto copy Kutipan Akta Perkawinan Nomor: 474.2/26/
VII/Tli/04 tertanggal 3 Juli 2004 antara Jefri Makangiras dan Marlina
Mundiahi, menurut Majelis bukti surat ini adalah akta authentik
sepanjang tidak dibuktikan kepalsuannya dan berdasarkan bukti ini pada
tanggal 3 Juli 2004 telah tercatat perkawinan antara Penggugat dengan
Tergugat;-----------------------------------------------------------------------------

159
Praktik Peradilan Perdata

Bukti P- 3 berupa foto copy Kutipan Akta Kelahiran No: 474.1/IST/6541/


VII/Tli/2011 tertanggal 8 Juli 2011 atas nama Dion Mamuko menurut
Majelis bukti surat kutipan akta kelahiran ini menjelaskan bahwa anak
laki-laki yang bernama Dion Mamuko adalah benar anak dari suami isteri
bernama Jefri Mamuko (Tergugat) dan Marlina Mundiahi (Penggugat) ;--
Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat-surat Penggugat
juga mengajukan 3 (tiga) orang saksi termasuk keluarga yang dekat
dengan kedua belah pihak, yang pada pokoknya ketiga saksi tersebut
menerangkan bahwa para saksi mengenal Penggugat dan Tergugat,
dimana Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri karena para saksi
mengetahui bahwa Penggugat dan Tergugat melangsungkan perkawinan
pada tanggal 3 Juli 2004 di Kabupaten Tolitoli, serta Penggugat dan
Tergugat mempunyai seorang anak laki-laki bernama Dion Mamuko yang
sekarang diasuh oleh Penggugat beserta kedua orang tua Penggugat, dan
yang memicu pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat dikarenakan
Penggugat lebih sering tinggal di rumah saja tidak mencari kerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup bagi Penggugat dan anaknya, serta Penggugat
dan Tergugat tidak tinggal bersama lagi karena Tergugat meninggalkan
Penggugat dengan alasan hendak mencari kerja dan sudah selama 7 (tujuh)
bulan tidak kembali lagi dan tidak pula memberikan kabarnya kepada
Penggugat dan anaknya ;----------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa tuntutan Penggugat pada petitum garis datar
(-) ke 2 (dua) pada pokoknya menuntut agar menyatakan menurut
hukum perkawinan antara Penggugat dan Tergugat putus karena
perceraian;---------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor: 1
tahun 1974 tentang perkawinan yang berlaku bagi semua warganegara
Republik Indonesia termasuk juga Penggugat dan Tergugat dan mulai
berlaku secara efektif sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor
9 tahun 1975, maka dalam UndangUndang tersebut telah disebutkan
dalam:- Pasal 38 huruf b Pasal 39 ayat (1) Pasal 39 ayat (2) : bahwa
perkawinan dapat putus karena perceraian;------------------------------------
bahwa perceraian dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan dan
seterusnya; bahwa untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan
bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami
isteri;---------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa selanjutnya menurut ketentuan pasal 19 Peraturan
Pemerintah No. 9 tahun 1975, alasan-alasan untuk mengajukan gugatan
perceraian antara lain pada huruf f yang berbunyi “antara suami isteri terus

160
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan
hidup rukun lagi dalam rumah tangga”;-----------------------------------------
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan dalil-
dalil pokok gugatan Penggugat, maka terlebih dahulu akan dipertimbangkan
apakah perkawinan Penggugat dan Tergugat adalah perkawinan yang sah,
dan apakah dari perkawinan Penggugat dan Tergugat tersebut dilahirkan
keturunan;---------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa untuk membuktikan adanya suatu perkawinan yang
sah haruslah memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
No. 1 tahun 1974 dan pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah No.
9 Tahun 1975, yang berbunyi sebagai berikut :Pasal 2 ayat (1) Undang-
Undang No. 1/1974: “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu” ; Pasal 2
ayat (2) Undang-Undang No. 1/1974: “Tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” ;− Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Pemerintah No. 9/1975: “Pencatatan perkawinan dari mereka
yang melangsungkan perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan
oleh Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
No. 32 Tahun 1954” ;− Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 9/1975:
“Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya
menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain agama Islam, dilakukan
oleh Pegawai Pencatat Perkawinan pada Kantor Catatan Sipil sebagaimana
dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencatatan
perkawinan” ;------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dari uraian di atas dihubungkan dengan fakta
hukum yang diperoleh dari bukti surat-surat P- 2 dan P- 3 serta keterangan
saksi-saksi termasuk keluarga yang dekat dengan kedua belah pihak telah
ternyata bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah melangsungkan
perkawinan pada tanggal 3 Juli 2004 dan telah tercatat pada Kantor
Pencatatan Sipil Kabupaten Tolitoli dengan Kutipan Akta Perkawinan No.
474.2/26/VII/Tli/04, sehingga dalil Penggugat yang menyatakan bahwa
Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang telah melangsungkan
perkawinan secara sah, dan dari perkawinan Penggugat dan Tergugat
tersebut telah diperoleh 1 (satu) orang anak yang bernama DION
MAMUKO, lahir di Tolitoli pada tanggal 07 September 2005 dapatlah
dibuktikan;--- Menimbang, bahwa selanjutnya dengan melihat isi gugatan
Penggugat di atas maka yang menjadi inti pokok permasalahan dalam
perkara a quo yaitu “apakah antara Penggugat dan Tergugat terus menerus
terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup
rukun lagi dalam rumah tangga?”;----------------------------------------------

161
Praktik Peradilan Perdata

Menimbang, bahwa lebih lanjut untuk mengetahui apakah benar


antara Penggugat dan Tergugat terus menerus terjadi perselisihan
dan pertengkaran dan - 16 - tidak ada harapan akan hidup rukun
lagi dalam rumah tangga, dan sesuai dengan pasal 22 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 maka Majelis Hakim
telah memeriksa saksi dan keluarga yang dekat dengan kedua belah
pihak;---------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa setelah mempertimbangkan bukti surat-surat dan
memperhatikan keterangan saksi-saksi termasuk keluarga yang dekat
dengan kedua belah pihak yang diajukan Penggugat dalam persidangan,
Majelis Hakim mendapatkan adanya fakta-fakta hukum sebagai
berikut: - Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri yang telah
melangsungkan perkawinan di Kabupaten Tolitoli pada tanggal 3 Juli
2004 (bukti P- 2), dan dari hasil perkawinan tersebut memiliki seorang
anak laki-laki bernama Dion Mamuko (bukti P- 3);- Bahwa sejak
menikah Penggugat dan Tergugat tinggal di rumah kediaman bersama
yang berdekatan dengan rumah kedua orang tua Penggugat;- Bahwa
dalam kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat sering terjadi
pertengkaran dimana yang memicu pertengkaran antara Penggugat dan
Tergugat dikarenakan Tergugat lebih sering tinggal di rumah saja tidak
mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi Penggugat dan
anaknya ;- Bahwa dalam pertengkaran tersebut orang tua Tergugat ikut
mencampuri hingga akhirnya Tergugat meninggalkan Penggugat dan
anaknya dengan alasan mencari pekerjaan dan sudah lebih kurang selama 7
(tujuh) bulan tidak pernah memberikan kabar maupun memberikan nafkah
kepada Penggugat dan anaknya;- - Bahwa selama kepergian Tergugat dari
rumah kediaman bersama tersebut, anak mereka tinggal bersama, diasuh,
dirawat serta dibiayai oleh Penggugat dan kedua orang tua Penggugat ;----
Menimbang, bahwa menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung
Republik Indonesia No. 534 K/Pdt/1996 tertanggal 18 Juni 1996,
dinyatakan bahwa dalam hal perceraian tidak perlu dilihat dari siapa
penyebab percekcokan atau salah satu pihak - 17 - telah meninggalkan
pihak lain, tetapi yang perlu dilihat adalah perkawinan itu sendiri, apakah
masih dapat dipertahankan atau tidak; -----------------------------------------
Menimbang, bahwa pasal 1 dari Undang-Undang No. 1 tahun 1974
tentang perkawinan telah memberikan definisi bahwa yang dimaksud
dengan perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri yang bertujuan membentuk keluarga/
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa;-----------------------------------------------------------------------------------

162
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Menimbang, bahwa dalam membentuk keluarga yang bahagia


sebagaimana dimaksudkan di atas adalah erat hubungannya dengan hak-
hak dan kewajiban antara suami istri, dimana hak-hak dan kewajiban yang
dapat terlaksana dengan baik itulah, yang pada akhirnya terbentuk suatu
ikatan lahir bathin yang merupakan peranan penting untuk mewujudkan
keluarga yang harmonis dan bahagia sesuai dengan tujuan perkawinan itu
sendiri;-------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang terungkap
di persidangan sebagaimana diuraikan di atas, telah ternyata perkawinan
Penggugat dengan Tergugat dirasakan tidak harmonis akibat pertengkaran
Penggugat dengan Tergugat dikarenakan Tergugat lebih sering tinggal di
rumah saja dan tidak mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
bagi Penggugat dan anaknya sehingga kewajibannya untuk menafkahi
keluarganya terabaikan, hingga akhirnya Tergugat meninggalkan rumah
kediaman bersama dan selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan Penggugat
hanya tinggal bersama anak Penggugat yaitu Dion Mamuko tanpa
didampingi oleh Tergugat ;--------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dari hal-hal tersebut di atas membuktikan bahwa
hakhak dan kewajiban serta tanggung jawab suami istri tidak terlaksana
dengan baik yang akhirnya membuat Penggugat ingin melepaskan dirinya
dari ikatan perkawinan agar terlepas dari permasalahan di atas dengan
jalan memutuskan ikatan perkawinan sebagai suami istri yang sah;--------
Menimbang, bahwa yang juga penting untuk dipertimbangkan oleh
Majelis Hakim adalah pengertian membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia, dimana perkawinan Penggugat dan Tergugat tidak
lagi terwujud kebahagiaan karena Tergugat telah pergi meninggalkan
Penggugat dan selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan dan Penggugat hanya
tinggal bersama anaknya tanpa didampingi oleh Tergugat sehingga tujuan
yang telah dijabarkan dalam pasal 1 Undang-Undang No. 1 tahun 1974
tidak dapat diwujudkan;-----------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dari hal-hal yang telah dipertimbangkan di atas
dapatlah disimpulkan bahwa keadaan rumah tangga Penggugat dan
Tergugat sudah tidak harmonis lagi karena sering terjadi perselisihan
dan pertengkaran dikarenakan kebiasaan Tergugat yang lebih senang
tinggal di rumah dan kurang giat bekerja guna memberikan nafkah
kepada keluarganya yang dalam hal ini adalah Penggugat dan anak
mereka, bahkan antara Penggugat dan Tergugat sudah lebih kurang
7 (tujuh) bulan hidup terpisah tanpa ada tanggung jawab dari Tergugat
untuk menafkahi keluarganya yakni Penggugat dan anak mereka, bahkan

163
Praktik Peradilan Perdata

di antara mereka sudah tidak ada komunikasi lagi meskipun Penggugat


dan keluarganya sudah berusaha untuk itu, maka alasan Penggugat
bahwa telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus,
serta cukup alasan antara Penggugat dengan Tergugat dan tidak ada
harapan untuk dapat rukun lagi dalam rumah tangga, maka berdasarkan
Pasal 39 ayat 2 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 jo pasal 19 huruf f
Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 gugatan perceraian yang
diajukan oleh Penggugat adalah cukup beralasan dan tidak melawan
hukum;-------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena harapan untuk hidup rukun
lagi dalam satu rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana
diamanatkan oleh pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan tidak mungkin tercapai, maka Majelis Hakim berpendapat
bahwa ikatan perkawinan Penggugat dan Tergugat tidak dapat - 19 -
dipertahankan lagi, oleh karenanya gugatan Penggugat agar Pengadilan
Negeri Tolitoli menyatakan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat
putus karena perceraian pada petitum garis datar (-) ke 2 (dua) dapat
dikabulkan;--------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Penggugat pada petitum garis
datar (-) ke 3 (tiga) yang menuntut agar menyatakan menurut hukum
seorang anak lakilaki yang bernama DION MAMUKO, lahir pada tanggal
07 September 2005 di Tolitoli dibawah pemeliharaan dan asuhan Penggugat
sebagai Ibu kandungnya, maka Majelis Hakim mempertimbangkan
sebagai berikut: - Bahwa dengan dikabulkannya perceraian maka timbul
pertanyaan bagaimana dan siapa yang akan merawat dan mengurus anak-
anak mereka;- Bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I.
dalam menentukan perwalian/pengasuhan anak, maka kepentingan si
anak yang harus dipergunakan sebagai patokan untuk menentukan siapa
dari orang tuanya yang diserahi pemeliharaan terhadap si anak;- Bahwa
berdasarkan bukti P- 3 berupa Kutipan Akta Kelahiran atas nama DION
MAMUKO, jenis kelamin laki-laki, yang dilahirkan di Tolitoli pada
tanggal 07 September 2005 dan telah ternyata bahwa anak Penggugat dan
Tergugat tersebut masih di bawah umur dan sejak lahir sampai sekarang
hidup dan dibesarkan oleh Penggugat beserta keluarga Penggugat
tanpa pernah diberi nafkah oleh Tergugat sejak Tergugat meninggalkan
Penggugat lebih kurang 7 (tujuh) bulan lamanya;-- - Bahwa pasal 41 huruf
a Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan
akibat putusnya perkawinan karena perceraian baik ibu atau bapak tetap
berkewajiban memberikan dan mendidik anak-anaknya, semata-mata

164
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai


penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusannya;- Bahwa selain
itu pasal 45 ayat (2) Undang-Undang No. 1 tahun 1974 telah menyatakan
“kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak mereka sebaik-
baiknya sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana
berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus;-----------
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan di atas
dikaitkan dengan fakta hukum bahwa anak hasil perkawinan Penggugat
dengan Tergugat tersebut masih dibawah umur/belum dewasa dan
selama ini hidup/tinggal bersama Penggugat serta Tergugatpun sudah
tidak pernah menengok maupun memberi nafkah kepada anaknya, maka
demi kepentingan anak tersebut di atas terutama untuk perkembangan
jiwanya, adalah lebih tepat apabila anak-anak tersebut dibawah asuhan
Penggugat, dengan demikian petitum garis datar (-) ke 3 (tiga) inipun
dapat dikabulkan;-------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dengan dikabulkannya perceraian pada petitum
garis datar (-) ke 2 (dua) di atas maka sesuai dengan pasal 34 ayat (2) jo
pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 dan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI. No. 1020 K/Pdt/1986 tanggal 29 September 1987,
maka petitum garis datar (-) ke 4 (empat) dapatlah dikabulkan dengan
redaksi sebagaimana nanti dalam amar putusan ini;---------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat dapat membuktikan dalil
gugatannya sehingga gugatan Penggugat dapat dikabulkan maka Tergugat
haruslah dinyatakan sebagai pihak yang kalah dalam perkara a quo dan
kepadanya dihukum untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini yang jumlahnya sebagaimana tersebut dalam amar putusan di
bawah ini, dengan demikian petitum garis datar (-) ke 5 (lima) gugatan
Penggugat inipun dapatlah dikabulkan;-------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena petitum garis datar (-) ke 2, 3, 4, dan
5 dikabulkan, maka secara mutatis mutandis petitum nomor 1 gugatan
Penggugat juga dikabulkan dengan redaksi sebagaimana nanti dalam amar
putusan ini;
Mengingat pasal 149 ayat (1) RBg, pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah
Nomor 9 tahun 1975, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, serta
peraturanperaturan lain yang bersangkutan dengan perkara ini;-------------
MENGADILI
1. Menyatakan bahwa Tergugat yang telah dipanggil dengan sah dan
patut untuk datang menghadap di persidangan tidak hadir ;-------------
2. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya dengan Verstek ;

165
Praktik Peradilan Perdata

3. Menyatakan menurut hukum bahwa perkawinan antara Penggugat


dan Tergugat, putus karena perceraian dengan segala akibat
hukumnya;---------------------------------------------------------------------
4. Menyatakan menurut hukum anak hasil perkawinan Penggugat
dengan Tergugat yang bernama Dion Mamuko, jenis kelamin laki-
laki, yang dilahirkan di Tolitoli pada tanggal 07 September 2005,
tetap berada di bawah pengasuhan Penggugat;---------------------------
5. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Negeri Tolitoli atau
pejabat yang ditunjuk untuk mengirimkan 1 (satu) exemplar salinan
putusan perkara ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
tanpa bermeterai kepada Pegawai Pencatat pada Kantor Catatan Sipil
Kabupaten Tolitoli untuk mencatat perceraian antara Penggugat dan
Tergugat ke dalam register perceraian dari tahun yang sedang berjalan dan
menerbitkan Akta Perceraiannya;-------------------------------------------
6. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini sebesar Rp. 1.094.000,- (satu juta sembilan puluh empat
ribu rupiah) ; ------------------------------------------------------------------
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Tolitoli pada hari ini Selasa, tanggal 20 Maret 2012
oleh kami DIDIT SUSILO GUNTONO, SH., MH. sebagai Hakim Ketua,
NASRUL KADIR, SH. dan DIVO ARDIANTO, SH., MH. masing-masing
sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut pada hari Selasa, tanggal 10
April 2012 diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Hakim
Ketua tersebut dengan didampingi oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut
di atas, dengan dibantu oleh HILDE PONDAAG Panitera Pengganti
Pengadilan Negeri tersebut, dihadiri oleh Penggugat dan di luar hadirnya
Tergugat;

Hakim Ketua,
Ttd
DIDIT SUSILO GUNTONO, SH., MH.
Anggota
Ttd ttd

NASRUL KADIR, SH. DIVO ARDIANTO, SH.,MH.

Panitera Pengganti,
Ttd
HILDE PONDAAG

166
Dokumen-Dokumen Untuk Peradilan Perdata

Rincian biaya : - Pendaftaran : Rp. 30.000,-


- Panggilan : Rp. 955.000,-
- Uang leges : Rp. 3.000,-
- Materai : Rp. 6.000,-
- Redaksi : Rp. 5.000,
- Jumlah :Rp.1.094.000,-

167
Bab III

PROSES PERADILAN PERDATA

Tuntutan hak keperdataan baik perkara permohonan dan sengketa


yang akan diselesaikan melalui pengadilan terlebih dahulu harus
didaftarkan.
1. Pendaftaran perkara perdata
Pendaftaran perkara perdata, baik perkara permohonan maupun
sengketa perdata dilakukan dengan prosedur yang hampir sama, yakni
pihak pemohon atau penggugat atau kuasanya datang ke pengadilan
yang berwenang, dengan membawa surat permohonan (dalam perkara
permohonan) atau surat gugatan ( dalam sengketa perdata, lihat Pasal
118 ayat 1 HIR) beserta surat kuasa khusus (dalam hal menggunakan
kuasa hukum, lihat Pasal 123 ayat 1 HIR), foto kopi kartu tanda
penduduk pemohon atau penggugat, beserta menyiapkan vorskot beaya
perkara (sesuai ketentuan Pasal 181, 182, dan 183 HIR). Pendaftaran
dilakukan melalui bagian Kepaniteraan Pengadilan (Pasal 121 ayat 1
HIR). Jumlah surat permohonan yang diserahkan sekitar 3 eksemplar,
satu untuk hakim yang akan memeriksa perkara, satu untuk arsip
kepaniteraan pengadilan, satu untuk pemohon.
Jumlah surat gugatan yang diserahkan sesuai dengan para pihak
yang berperkara. Apabila penggugat dan tergugat masing-masing
hanya berjumlah satu, maka jumlah salinan surat gugatan yang harus
diserahkan sekitar 6 eksemplar, tiga eksemplar untuk majelis hakim,
satu eksemplar untuk arsip kepaniteraan pengadilan, satu eksemplar
Praktik Peradilan Perdata

untuk penggugat, satu eksemplar untuk tergugat. Apabila jumlah


penggugat atau tergugat bertambah, maka jumlah salinan surat gugatan
disesuaikan dengan jumlah para pihak dan salinan surat gugatan
tersebut akan dilampirkan pada saat pemanggilan kepada para pihak
untuk sidang pertama (lihat ketentuan Pasal 121 ayat 2 HIR).
Surat kuasa juga harus difoto kopi terlebih dahulu sesuai dengan
jumlah para pihak. Surat kuasa dan surat gugatan tersebut oleh
panitera akan diperiksa kelengkapan dan keabsahannya. Apabila
surat kuasa dan surat gugatan sudah dianggap benar atau lengkap,
pemohon atau penggugat diberi surat keterangan untuk membayar
(SKUM) beaya perkara (lihat ketentuan Pasal 181, 182, 183 HIR),
yang pembayarannya dilakukan melalui bank yang ditunjuk. Bukti
pembayaran beaya perkara dari bank selanjutnya dibawa lagi ke
panitera, dan panitera akan memberikan nomor perkara kepada pihak
pemohon atau penggugat (lihat ketentuan Pasal 121 ayat 4 HIR). Surat
kuasa akan didaftar dan diberi bukti telah didaftar setelah terlebih
dahulu membayar beaya pendaftaran surat kuasa. Selanjutnya pihak
pemohon atau penggugat tinggal menunggu panggilan sidang (lihat
ketentuan Pasal 121 ayat 1 HIR).
2. Pemanggilan sidang
Permohonan atau gugatan yang telah resmi terdaftar di Pengadilan
akan diserahkan kepada Ketua Pengadilan untuk kemudian
didistribusikan kepada hakim atau majelis hakim yang bertugas
memeriksa atau menyidangkannya. Hakim atau majelis hakim yang
akan memeriksa perkara ditunjuk berdasarkan Surat Penetapan Ketua
Pengadilan Negeri. Hakim atau majelis hakim yang telah ditetapkan
selanjutnya akan melakukan pemanggilan kepada para pihak,
yakni pemohon (dalam perkara permohonan), penggugat atau para
penggugat dan tergugat atau para tergugat (dalam sengketa perdata).
Pemanggilan kepada para pihak dilakukan oleh juru sita yang akan
menyerahkan pemberitahuan sidang (relaas) disertai dengan salinan
surat permohonan atau surat gugatan. Pemanggilan tidak boleh kurang

170
Proses Peradilan Perdata

dari 3 (tiga) hari kerja setelah hari pemanggilan hingga hari sidang
yang telah ditentukan (lihat ketentuan Pasal 122 HIR).
Secara umum, apabila para pihak semua hadir pada hari sidang yang
telah ditentukan, proses peradilan perdata atau sidang pemeriksaan
perkara perdata, khususnya sengketa perdata, dilaksanakan dengan
urut-urutan atau tahap-tahap sebagai berikut.
A. Mediasi
B. Penyerahan Gugatan
C. Penyerahan Jawaban Tergugat
D. Penyerahan Replik
E. Penyerahan Duplik
F. Pembuktian Tertulis dan Penggugat dan Tergugat
G. Pemeriksaan Saksi Penggugat dan Tergugat
H. Pemeriksaan pembuktian yang lain (bila ada)
I. Penyerahan Kesimpulan
J. Pembacaan Putusan

Tahap-tahap proses pemeriksaan perkara permohonan dilakukan


secara analogi dengan proses pemeriksaan sengketa perdata, yakni:
A. Pemeriksaan surat permohonan
B. Pengajuan bukti-bukti dari pemohon (biasanya hanya bukti
tertulis dan saksi)
C. Pembacaan penetapan hakim

Di dalam HIR (S.1941 Nomor 44) maupun di dalam peraturan


perundang-undangan yang mengatur hukum acara perdata tidak
diatur secara rinci tentang bagaimana proses persidangan dari
masing-masing tahap pemeriksaan tersebut harus dilaksanakan. Di
dalam praktik, hukum kebiasaan yang dilakukan oleh hakim menjadi
pelengkapnya. Karena kebiasaan antara hakim yang satu dengan yang
lain dapat berbeda, maka kadang ada variasi-variasi antara Pengadilan
yang satu dengan Pengadilan yang lain dalam proses pemeriksaan
perkara perdata. Meskipun ada variasi, yang penting bahwa di dalam

171
Praktik Peradilan Perdata

proses pemeriksaan perkara tidak boleh mengesampingkan asas-asas


atau peraturan hukum yang sifatnya memaksa. Proses pemeriksaan
sengketa perdata dengan tahap-tahap pemeriksaan di atas secara rinci
dilaksanakan sebagai berikut.

A. Beberapa kemungkinan pada Sidang pertama


Apabila pada sidang pertama salah satu pihak ada yang tidak hadir,
maka sidang ditunda untuk memberi kesempatan pihak yang tidak
hadir dipanggil secara patut hingga tiga kali (perluasan ketentuan Pasal
126 HIR). Apabila setelah dipanggil sampai tiga kali pihak penggugat
atau para penggugat seluruhnya yang tidak hadir, maka gugatannya
dianggap gugur (lihat ketentuan Pasal 124 HIR). Apabila setelah
dipanggil secara patut pihak tergugat atau para tergugat semuanya tidak
hadir, maka perkara akan diperiksa tanpa kehadiran pihak tergugat
atau para tergugat dan putusannya disebut dengan putusan verstek,
yakni putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiran pihak tergugat atau
para tergugat dalam proses pemeriksaannya (lihat ketentuan Pasal
125 ayat 1 HIR).

B. Acara pemeriksaan secara verstek


Acara pemeriksaan sengketa perdata secara verstek pada dasarnya
dilakukan secara sama dengan acara pemeriksaan sengketa perdata
dengan kehadiran tergugat. Bedanya, karena tidak ada pihak lawan
(tergugat), maka tidak ada acara jawab menjawab, pengajuan bukti
dari pihak tergugat serta penyerahan kesimpulan oleh pihak tergugat.
Tujuan pemeriksaannya adalah untuk menentukan apakah gugatan
melawan haka tau tidak beralasan (lihat ketentuan Pasal 125 ayat 1
HIR).

C. Sidang Upaya Damai Melalui Mediasi


Upaya damai merupakan sidang pertama dalam pemeriksaan dan
penyelesaian sengketa perdata yang sifatnya wajib (lihat ketentuan
Pasal 130 HIR). Upaya tersebut dilakukan melalui proses mediasi (lihat

172
Proses Peradilan Perdata

PERMA Nomor 1 Tahun 2016). Apabila tahap ini tidak dilakukan,


berakibat proses tidak sah dan apabila sudah dijatuhkan putusan,
putusan menjadi tidak sah sebelum dilakukan mediasi. Jadi seandainya
diajukan banding, di tingkat banding hakim tinggi akan menjatuhkan
putusan sela yang memerintahkan dilakukan mediasi terlebih dahulu
(lihat Pasal 3 ayat 4 PERMA Nomor 1 Tahun 2016). Sesuai ketentuan
PERMA No.1 Tahun 2016, pada hari sidang pertama yang dihadiri
kedua belah pihak, hakim mewajibkan para pihak yang berperkara
agar lebih dahulu menempuh upaya damai melalui mediasi, kecuali
sebelum diajukan ke pengadilan telah dilakukan upaya mediasi oleh
mediator bersertifikat dan gagal (lihat Pasal 4 ayat 2e PERMA Nomor
1 Tahun 2016).
Mediasi dilakukan oleh mediator, bukan oleh hakim yang
memeriksa perkara perdata. Mediator dapat berasal dari mediator
hakim atau mediator non hakim yang telah terdaftar di Pengadilan
yang yang dipilih dan disepakati para pihak. Apabila keduanya tidak
mencapai kata sepakat, hakim pemeriksa perkaralah yang akan
menentukan dengan menunjuk mediator hakim. Jalannya persidangan
upaya damai dengan mediasi dilakukan sebagai berikut.
1. Panitera, Penggugat dan Tergugat atau kuasanya sudah
menempati kursi yang disediakan bagi mereka dalam ruang
sidang, sebelum hakim memasuki ruang sidang. Kadang-
kadang para pihak, panitera dan majelis hakim masuk
bersama-sama.
Kursi bagi penggugat dan tergugat biasanya sudah diberi
tulisan sebagai penanda. Apabila tidak ada tanda tulisan, kursi
penggugat adalah kursi yang terletak di muka meja majelis
sebelah sisi kanan apabila dilihat dari meja majelis hakim.
Kursi Tergugat adalah kursi yang terletak di muka meja majelis
hakim sebelah sisi kiri apabila dilihat dari meja majelis hakim.
Penggugat dan Tergugat yang datang sendiri langsung
duduk di kursi masing-masing. Apabila Penggugat dan/atau
Tergugat menggunakan kuasa hukum, yang duduk di kursi

173
Praktik Peradilan Perdata

Penggugat dan Tergugat adalah kuasa hukumnya karena telah


diberi kuasa untuk mewakili Penggugat dan/atau Tergugat,
sedangkan Penggugat dan Tergugat in persoon duduk diluar
kursi para pihak (biasanya jadi satu dengan kursi pengunjung).
2. Hakim dan panitera memasuki ruang sidang. Penggugat dan
tergugat apabila sebelumnya telah berada di ruang sidang
berdiri untuk menghormati majelis hakim yang memasuki
ruang sidang, baik diminta atau tidak diminta oleh Panitera.
Apabila majelis hakim sudah duduk di kursi, para pihak dapat
duduk kembali, baik dipersilahkan maupun tidak oleh Panitera.
Majelis Hakim duduk menempati kursi hakim, dengan
posisi:
a. Ketua majelis hakim duduk ditengah
b. Anggota majelis hakim duduk di sebelah kanan dan
kiri Ketua majelis
3. Ketua majelis hakim membuka persidangan dengan
mengatakan:
“sidang Pengadilan Negeri ... yang memeriksa perkara
perdata dengan nomor perkara…..antara penggugat
...melawan tergugat...dibuka dan dinyatakan terbuka
untuk umum” (sambil mengetukkan palu ke meja).
Ketukan palu di meja dapat dilakukan tiga kali atau sekali,
sesuai kebiasaan pengadilan.
4. Ketua Majelis Hakim menanyakan dan memeriksa identitas
para pihak secara bergantian, dimulai dari penggugat terlebih
dahulu, kemudian tergugat. Prosesnya sebagai berikut:
- Ketua majelis Hakim menanyakan apakah yang datang
penggugat sendiri atau kuasanya. Penggugat/kuasanya
menjawab.
- Hakim ganti menanyakan kepada tergugat, apakah
Tergugat datang sendiri atau kuasanya. Tergugat/kuasanya
menjawab.

174
Proses Peradilan Perdata

- Ap a b i l a y a n g m a j u k u a s a p a r a p i h a k , Ha k i m
mempersilahkan kuasa hukum penggugat dan tergugat
maju ke depan untuk menyerahkan kartu identitas advokat
serta surat kuasa. Hakim memeriksa kartu identitas
advokat dan surat kuasa, para pihak juga dipersilahkan
oleh hakim untuk saling memeriksa kartu identitas pihak
lawan apabila menghendaki. Setelah pemeriksaan selesai
para pihak dapat kembali duduk dan mengambil kembali
kartu identitas dan surat kuasanya.
a. Apabila salah satu pihak mempersoalkan kartu identitas
lawan atau surat kuasa yang dianggap tidak sah, pihak
tersebut dapat mengajukan keberatan kepada hakim
dengan mengatakan: “Yang terhormat Ketua majelis
hakim, saya keberatan atas kehadiran kuasa Penggugat/
tergugat karena kartu identitas advokatnya tidak sah,
atau surat kuasanya tidak sah”.
Hakim harus menetapkan apakah keberatan
tersebut berdasar atau tidak setelah sebelumnya
dilakukan pemeriksaan dan tanya jawab dengan pihak
yang diragukan kartu dan/atau surat kuasanya.
Apabila kartu dan/atau surat kuasa oleh hakim
dianggap sah, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan.
Apabila kartu dan/atau surat kuasa dianggap tidak sah,
kehadirannya dalam sidang dapat dinyatakan tidak sah
dan yang bersangkutan tidak dapat mewakili pihak
yang memberinya kuasa untuk bersidang. Dalam hal
demikian sidang kemudian ditunda untuk memberi
kesempatan pihak tersebut menunjukkan kartu yang
sah, atau memberi kesempatan kepada pihak in persoon
untuk menunjuk kuasa hukum yang baru.
b. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kartu
identitas dan surat kuasa, para pihak dan hakim tidak

175
Praktik Peradilan Perdata

mempersoalkan, hakim melanjutkan sidang seperti di


bawah ini.
- Ketua majelis menjelaskan acara sidang pertama kepada
para pihak, yakni para pihak diberi kesempatan untuk
berdamai melalui mediasi (sesuai PERMA Nomor 1 Tahun
2016).
- Hakim menjelaskan tujuan mediasi dan menyodorkan
formulir yang berisi penjelasan mediasi kepada para pihak.
Para pihak maju mengambil formulir dan membacanya serta
menandatangani formulir sebagai bukti telah dijelaskan
dan telah jelas. Formulir yang telah ditandatangani para
pihak dikembalikan lagi kepada hakim.
- Setelah menerima kembali formulir, hakim menjelaskan
bahwa untuk upaya mediasi para pihak diberi kesempatan
memilih mediator berdasarkan kesepakatan.
- Hakim menyilahkan para pihak maju ke depan mengambil
daftar mediator untuk disepakati dipilih. Para pihak
kemudian memilih mediator.
a. Apabila sepakat saat itu juga, kemudian melaporkan
nama mediator tersebut kepada hakim.
b. Apabila belum sepakat, para pihak melapor bahwa
belum sepakat dan hakim memberi waktu hingga 2 (dua)
hari untuk mencapai kesepakatan. Dalam hal demikian
sidang ditunda. Apabila setelah waktu dua hari sidang
dibuka kembali dan hakim menanyakan apakah telah
mencapai kesepakatan tentang mediatornya. Apabila
sudah ada kesepakatan, nama mediator diserahkan
kepada hakim.
- Proses selanjutnya apabila sudah ada mediatornya: Hakim
memerintahkan para pihak untuk menemui mediator
tersebut guna melakukan mediasi dan diberi waktu paling

176
Proses Peradilan Perdata

lama 30 hari. Sidang ditunda untuk memberi kesempatan


para pihak melakukan mediasi.
- Para pihak menyatakan kesiapannya melakukan mediasi.
Salah satu pihak atau para pihak dapat menawar jangka
waktu proses mediasi yang lebih pendek. Hakim dapat
menerima sepanjang para pihak sepakat.
- Hakim menunda persidangan selama 30 hari untuk
memberi kesempatan mediasi kepada kedua belah pihak,
dan menjelaskan sidang akan dilanjutkan lagi pada
tanggal… dengan acara laporan hasil mediasi.
- Hakim menutup persidangan dan mengetukkan palu, lalu
meninggalkan ruang sidang. Para pihak berdiri untuk
menghormati majelis hakim.
- Penggugat dan Tergugat meninggalkan ruang sidang

Proses mediasi
Untuk proses mediasi dapat dilihat secara rinci dalam Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 yang menyempurnakan
PERMA sebelumnya tentang mediasi di pengadilan umum dan agama.

D. Sidang Putusan Damai


Ada kemungkinan dalam proses mediasi tercapai kata sepakat
untuk berdamai. Dalam hal demikian, para pihak harus menuangkan
isi kesepakatannya secara tertulis, yang ditandatangani bersama
dengan mediatornya. Kesepakatan tertulis tersebut selanjutnya harus
diserahkan oleh mediator kepada hakim pemeriksa perkara. Para pihak
dapat memilih apakah kesepakatan perdamaian perlu dituangkan
dalam putusan damai atau tidak. Tata cara sidang putusan damai
adalah sebagai berikut.
1. Hakim membuka sidang dan menjelaskan acara sidang yakni
mendengarkan laporan hasil mediasi.
2. Hakim menjelaskan bahwa telah menerima adanya laporan
hasil mediasi dari mediator yang isinya telah tercapai

177
Praktik Peradilan Perdata

kesepakatan damai. Hakim menanyakan kepada penggugat


dan tergugat apakah benar demikian. Para pihak menjawab
bergantian.
a. Apabila para pihak melalui mediator juga sepakat agar
kesepakatan damai dituangkan dalam Putusan Damai
oleh hakim, maka hakim mengkonfirmasikan lagi kepada
para pihak. Para pihak menjawab secara bergantian. Atas
kesepakatan tersebut hakim selanjutnya menyatakan
menunda persidangan selama ...hari untuk menyusun
putusan damai yang didasarkan atas kesepakatan damai
para pihak, dan akan dilanjutkan lagi pada tanggal...
para pihak datang tanpa dipanggil lagi karena panggilan
ini sekaligus sebagai undangan. Hakim menutup sidang
dengan mengetuk palu di meja.
b. Apabila para pihak sepakat tidak ingin menuangkan
kesepakatan damai dalam Putusan Damai oleh hakim,
mereka mengemukakan maksud tersebut kepada hakim.
Dalam hal demikian Hakim selanjutnya memerintahkan
kepada Penggugat untuk mencabut gugatan. Penggugat
menjawab bahwa akan segera mencabut gugatan secara
tertulis. Hakim menyatakan sidang acara damai telah
selesai dan ditutup (dengan mengetukkan palu di meja).
3. Hakim meninggalkan ruang sidang, para pihak berdiri.

E. Sidang Pembacaan Gugatan


Apabila para pihak tidak mencapai kata sepakat untuk berdamai
dalam proses mediasi, mediator melaporkan kegagalan tersebut secara
tertulis kepada hakim. Sidang dilanjutkan dengan penyerahan gugatan.
Adapun tata cara persidangannya adalah sebagai berikut.
1. Hakim membuka persidangan dan menjelaskan acara sidang
hari ini yakni mendengarkan laporan hasil mediasi.
2. Hakim menjelaskan bahwa dari laporan tertulis mediator yang
diterimanya, mediasi tidak berhasil. Sambil menunjukkan

178
Proses Peradilan Perdata

laporan dari mediatore, Hakim mengkonfirmasi kepada para


pihak apakah benar. Para pihak menjawab secara bergantian.
3. Hakim menjelaskan bahwa karena para pihak tidak mencapai
kata sepakat untuk berdamai, sidang akan dilanjutkan dengan
penyerahan gugatan, namun para pihak tetap dapat melakukan
upaya damai selama proses pemeriksaan sebelum hakim
menjatuhkan putusan.
Dalam persidangan hakim misalnya dapat
menyatakan:”Karena dari laporan mediasi upaya mediasi
gagal, maka sidang akan dilanjutkan dengan penyerahan
gugatan, namun sesuai dengan hukum acara perdata (Pasal
130 HIR) para pihak tetap diberi kesempatan untuk melakukan
perdamaian sepanjang proses pemeriksaan sebelum hakim
menjatuhkan putusan. Apakah jelas”? Para pihak menjawab
secara bergantian.
4. Hakim menanyakan apakah penggugat sudah siap untuk
menyerahkan surat gugatannya. Sebelum diserahkan juga
ditanyakan apakah dari surat gugatan yang diserahkan waktu
pendaftaran tidak ada perubahan atau akan dicabut?.
a. Dalam hal penggugat mengubah surat gugatannya, dia
menjelaskan bahwa ada perubahan, dan kemudian maju
ke depan menyerahkan surat gugatan hasil perubahan
kepada majelis hakim dan pihak tergugat. Jumlah
eksemplar gugatan yang diserahkan adalah 4 eksemplar:
3 eksemplar untuk majelis, satu eksemplar untuk tergugat
atau kuasa hukumnya (Perubahan gugatan yang dilakukan
sebelum sidang jawaban tergugat, dapat dilakukan tanpa
persetujuan tergugat; lihat Pasal 127 Rv; Putusan MA
No.12K/Sip/1972 tanggal 29 Desember 1975; Sutantio &
Oeripkartawinata, 1995: 48).
b. Dalam hal Penggugat akan mencabut gugatannya, dia
menyatakan maksudnya kepada hakim untuk mencabut
gugatannya dengan memberikan alasannya, sambil

179
Praktik Peradilan Perdata

menyerahkan surat pencabutan gugatannya kepada hakim


dan pihak tergugat.
Hakim setelah menerima dan memeriksa surat
pencabutan kemudian menjelaskan bahwa karena
pencabutan dilakukan sebelum tergugat menjawab, maka
menurut hukum acara tidak perlu seijin tergugat. (lihat
Pasal 271 RV; Sutantio & Oeripkartawinata, 1995: 49).
Hakim selanjutnya menyatakan bahwa karena
penggugat mencabut secara resmi gugatannya, maka sesuai
ketentuan Pasal 271 Rv dan Yurisprudensi yang berkaitan,
pemeriksaan tidak dilanjutkan, gugatan penggugat dalam
perkara No… dinyatakan dicabut”. Hakim menutup
persidangan dan para pihak meninggalkan ruang sidang.
c. Dalam hal penggugat tetap penggugat menjawab bahwa
ia tetap pada gugatan sebelumnya tertanggal… Hakim
mempersilahkan penggugat maju ke depan menyerahkan
4 eksemplar salinan gugatannya: 3 eks diserahkan kepada
hakim dan satu salinan diserahkan kepada pihak tergugat
atau para tergugat atau kuasanya. Setelah menyerahkan
gugatan penggugat duduk kembali di kursinya.
5. Setelah gugatan diserahkan kepada hakim, hakim dapat
menanyakan kepada penggugat apakah gugatan perlu
dibacakan? Penggugat menjawab: perlu/tidak perlu. Kalau
tidak ditanya, penggugat juga berhak membacakan gugatannya
di persidangan dengan mohon ijin terlebih dahulu kepada
hakim. Dalam hal gugatan akan dibacakan, maka hakim
mempersilahkan penggugat untuk membacakan gugatannya
sambil berdiri.
6. Apabila penggugat sudah menyerahkan gugatan atau setelah
membacakan gugatan, hakim menjelaskan kepada tergugat
bahwa terhadap gugatan yang diajukan penggugat, tergugat
diberi hak untuk menjawab.

180
Proses Peradilan Perdata

7. Hakim selanjutnya menanyakan kepada tergugat apakah


tergugat akan mengajukan jawaban? Tergugat menjawab: akan
menjawab atau tidak akan menjawab. Kalau akan menjawab,
hakim menanyakan lagi apakah sudah siap dengan jawabannya,
atau butuh waktu untuk menyiapkannya.
1) Apabila tergugat menjawab belum siap, maka hakim
memberikan kesempatan kepada tergugat untuk
mempersiapkan jawabannya dan diberi tenggang waktu
(biasanya satu minggu). Tergugat menanggapi tawaran
jangka waktu tersebut. Apabila setuju, maka hakim
menyatakan menunda persidangan sesuai jangka waktu
yang telah disepakati dan akan dilanjutkan lagi pada
tanggal...dengan agenda penyerahan jawaban tergugat.
Hakim minta para pihak datang tanpa dipanggil lagi.
Apabila tergugat tidak setuju dengan jangka waktu, ia dapat
mengusulkan jangka waktu yang lain sambil memberi
alasan. Hakim mempertimbangkan usulan jangka waktu
dari tergugat beserta alasannya sambil menanyakan
kepada penggugat mengenai jangka waktu tersebut. Hakim
memutuskan jangka waktu persidangan berikutnya yang
telah disetujui, selanjutnya sidang dinyatakan telah selesai,
dinyatakan ditunda sampai tanggal yang telah ditentukan
untuk penyerahan jawaban tergugat dan ditutup dengan
mengetukkan palu di meja. Hakim meninggalkan ruang
sidang, diikuti para pihak.
2) Apabila tergugat menjawab sudah siap dengan jawabannya,
maka tata cara penyerahan jawaban tergugat adalah
sebagaimana diuraikan di bawah ini.

F. Sidang Penyerahan Jawaban Tergugat


Terhadap gugatan penggugat, tergugat diberi kesempatan untuk
menaggapi dengan mengajukan jawaban tergugat. Acara sidang
penyerahan jawaban tergugat dilakukan sebagai berikut.

181
Praktik Peradilan Perdata

1. Hakim menyatakan sidang nomor perkara …(disebutkan


nomor perkara dan para pihaknya) dinyatakan dibuka dan
terbuka untuk umum sambil mengetukkan palu di meja.
2. Hakim menjelaskan acara sidang hari ini, yakni penyerahan
jawaban dari tergugat
3. Hakim menanyakan kepada tergugat apakah sudah siap atau
belum dengan jawabannya.
4. a. Apabila tergugat menjawab sudah siap dengan jawabannya,
hakim mempersilahkannya tergugat maju ke depan
untuk menyerahkan 4 eks salinan jawaban tergugat: 3 eks
diserahkan kepada hakim, satu eks diserahkan kepada pihak
penggugat atau para penggugat. Setelah menyerahkan,
tergugat kembali duduk ke kursinya. Hakim menjelaskan
akan memeriksa apakah dalam jawaban tergugat ada eksepsi
kewenangan hakim atau tidak.
1) Apabila ada eksepsi kewenangan hakim, hakim
menjelaskan bahwa karena ada eksepsi kewenangan
hakim, sesuai ketentuan pasal 136 HIR harus diperiksa
dan diputus terlebih dahulu. Hakim menyatakan untuk
menyiapkan putusan sela tentang eksepsi kewenangan
hakim, sidang ditunda selama seminggu dan akan
dilanjutkan lagi pada tanggal ...dengan acara pembacaan
putusan sela terhadap eksepsi tergugat, para pihak
diminta hadir tanpa dipanggil lagi. Hakim menutup
persidangan.
2) Apabila tidak ada eksepsi kewenangan hakim, hakim
menyatakan bahwa tidak ada eksepsi kewenangan hakim
dalam jawaban tergugat. Hakim selanjutnya menjelaskan
kepada penggugat bahwa terhadap jawaban tergugat,
penggugat dapat menanggapi dengan mengajukan
replik. Hakim menanyakan apakah penggugat akan
mengajukan replik. Penggugat menjawab: ya/tidak.
Apabila penggugat akan mengajukan replik, Hakim

182
Proses Peradilan Perdata

menawarkan jangka waktu sekitar seminggu kepada


penggugat untuk mempersiapkan repliknya. Penggugat
menjawab tawaran jangka waktu dari hakim. Hakim
menanyakan kepada tergugat apakah setuju dengan
jangka waktu sidang berikutnya tersebut. Tergugat
menjawab. Para pihak dapat menawar jangka waktu
dengan memberikan alasan, akan tetapi hakim selaku
pimpinan sidang yang akan menentukan. Apabila jangka
waktu sudah ditetapkan, hakim menyatakan acara
sidang hari ini telah selesai, akan dilanjutkan lagi pada
tanggal ...dengan acara penyerahan replik penggugat,
para pihak diminta datang tanpa dipanggil lagi. Hakim
menutup persidangan, kemudian meninggalkan ruang
sidang, diikuti para pihak.
4. b. Apabila tergugat menjawab belum siap dengan jawabannya,
hakim menanyakan alasannya, dan masih dapat menunda
sidang sekali lagi guna memberi kesempatan kepada
tergugat untuk menyiapkan jawabannya. Hakim dapat
langsung memberi jangka waktu tertentu (biasanya satu
minggu), atau menanyakan kepada tergugat butuh waktu
berapa lama untuk menyiapkan jawabannya. Tergugat
dapat menawar jangka waktu sidang dengan memberikan
alasan. Penggugat juga dapat diminta pendapat tentang
jangka waktu tersebut, akan tetapi hakimlah pada akhirnya
yang akan menentukan jangka waktu sidang berikutnya.
Hakim selanjutnya menyatakan sidang telah selesai, akan
dilanjutkan pada tanggal ...dengan acara penyerahan
jawaban tergugat, para pihak diminta datang tanpa dipanggil
lagi. Hakim menutup sidang. Hakim meninggalkan ruang
sidang, diikuti para pihak.
Pada hari sidang berikutnya, acara penyerahan jawaban
tergugat dilakukan dengan prosedur sebagaimana dijelaskan
sebelumnya.

183
Praktik Peradilan Perdata

5. Apabila pada saat acara sidang penyerahan jawaban tergugat


ada pihak ketiga yang ingin ditarik oleh para pihak (biasanya
tergugat/vrijwaring), maka setelah hakim menanyakan kesiapan
tergugat atas jawabannya, tergugat menyatakan bahwa sebelum
menjawab, pada kesempatan ini mohon kepada majelis hakim
agar pihak ketiga yakni ...(menyebut identitas pihak ketiga)
dapat dimasukkan sebagai pihak tergugat atau turut tergugat
(sambil menyerahkan surat permohonan menarik pihak ketiga
sebagai tergugat atau turut tergugat, kepada hakim dan pihak
penggugat).
Setelah permohonan diserahkan kepada hakim, hakim
menjelaskan bahwa sehubungan adanya permohonan untuk
menarik pihak ketiga dari tergugat, maka sidang perlu ditunda
guna memberi kesempatan kepada hakim bermusyawarah dan
menjawab permohonan tersebut dalam putusan sela.
Hakim selanjutnya menjelaskan sidang ditunda selama ...
dan akan dilanjutkan pada tanggal...dengan acara membacakan
putusan sela atas permohonan tergugat untuk menarik pihak
ketiga. Hakim menutup persidangan dan meninggalkan ruang
sidang, para pihak mengikuti meninggalkan ruang sidang.
Sidang berikutnya adalah acara pembacaan putusan sela
hakim atas permohonan menarik pihak ketiga dari tergugat.
Dalam putusan sela hakim dapat menerima atau menolak
permohonan berdasarkan ketentuan hukum acara tentang
intervensi.
a. Apabila permohonan ditolak, maka sidang dilanjutkan
dengan acara penyerahan jawaban tergugat dengan
prosedur sebagaimana dijelaskan di atas.
b. Apabila permohonan dikabulkan, maka hakim menunda
persidangan, guna memberitahukan kepada pihak ketiga
bahwa yang bersangkutan dimasukkan sebagai pihak
tergugat atau turut tergugat serta memberi kesempatan

184
Proses Peradilan Perdata

kepada pihak ketiga dan pihak tergugat mempersiapkan


jawabannya. Pemberitahuan kepada pihak ketiga dilakukan
dengan prosedur pemberitahuan yang sama sebagaimana
dilakukan terhadap tergugat, termasuk diberi salinan surat
gugatan dan salinan penetapan untuk dimasukkan sebagai
pihak ketiga.
Pada sidang selanjutnya acara penyerahan jawaban
tergugat, termasuk pihak ketiga sebagai tergugat atau
turut tergugat dilakukan dengan prosedur sebagaimana
dijelaskan di atas.
6. Apabila pada sidang penyerahan jawaban tergugat ada pihak
ketiga yang akan masuk atas inisiatip sendiri, baik sebagai
penggugat atau sebagai tergugat, maka setelah hakim membuka
persidangan dan menjelaskan acara persidangan, pihak ketiga
yang sebelumnya sudah masuk di ruang sidang mengajukan
interupsi kepada hakim bahwa dirinya adalah pihak ketiga
yang mengajukan permohonan agar dapat diikutsertakan
dalam proses pemeriksaan perkara Nomor...antara penggugat
dan tegugat, sebagai pihak penggugat atau turut penggugat,
atau sebagai pihak tergugat atau turut tergugat, atau sebagai
pihak penengah untuk melawan penggugat dan tergugat
(sambil menyerahkan identitas diri atau surat kuasa (bila
menggunakan kuasa hukum) dan surat permohonan sebagai
pihak ketiga kepada hakim dan pihak penggugat serta
tergugat).
Setelah permohonan diserahkan, hakim memeriksa
identitas atau surat kuasa serta surat permohonan, selanjutnya
menjelaskan bahwa sehubungan adanya permohonan untuk
menjadi pihak ketiga (voeging/tussenkomst), maka sidang
perlu ditunda guna memberi kesempatan kepada hakim
bermusyawarah dan menjawab permohonan tersebut dalam
putusan sela.

185
Praktik Peradilan Perdata

Hakim selanjutnya menjelaskan sidang ditunda selama


... hari dan akan dilanjutkan pada tanggal...dengan acara
pembacaan putusan sela atas permohonan pihak ketiga. Hakim
menutup persidangan dan meninggalkan ruang sidang, para
pihak mengikuti meninggalkan ruang sidang.
Sidang berikutnya adalah acara pembacaan putusan sela
hakim atas permohonan pihak ketiga. Dalam penetapan hakim
dapat menerima atau menolak permohonan berdasarkan
ketentuan hukum acara tentang intervensi.
a. Apabila permohonan ditolak, maka sidang dilanjutkan
dengan acara penyerahan jawaban tergugat dengan
prosedur sebagaimana dijelaskan di atas.
b. Apabila permohonan dikabulkan, maka hakim menetapkan
bahwa pihak ketiga dapat menjadi pihak penggugat/
tergugat.
1) Apabila pihak ketiga masuk sebagai pihak penggugat
atau pihak ketiga yang melawan penggugat dan
tergugat, maka hakim menanyakan gugatan pihak
ketiga apakah sudah siap atau belum. Apabila sudah
siap dapat diajukan langsung hari itu juga kepada
hakim dan pihak lawannya. Apabila belum siap, maka
hakim menunda sidang jawaban tergugat selama...
hari guna memberi kesempatan kepada pihak ketiga
untuk mengajukan gugatannya terlebih dahulu, agar
nanti dapat dijawab oleh tergugat sekaligus pada sidang
penyerahan jawaban tergugat berikutnya, serta dijawab
juga oleh penggugat apabila pihak ketiga melawan
tergugat dan penggugat. Hakim menetapkan hari sidang
berikutnya, menutup peridangan serta meninggalkan
ruang sidang, para pihak ikut meninggalkan ruang
sidang.

186
Proses Peradilan Perdata

Hari sidang berikutnya adalah penyerahan


gugatan pihak ketiga, yang dilakukan seperti prosedur
penyerahan gugatan sebagaimana dijelaskan di atas.
Hakim menjelaskan bahwa terhadap gugatan pihak
ketiga ini tergugat dan penggugat (apabila pihak ketiga
juga melawan penggugat) diberi kesempatan untuk
mengajukan jawaban. Hakim memberi jangka waktu
kepada tergugat dan penggugat untuk menyiapkan
jawabannya, menyatakan sidang dilanjutkan pada
tanggal...dengan acara jawaban tergugat dan penggugat
atas gugatan pihak ketiga, sekaligus acara jawaban
tergugat atas gugatan penggugat. Hakim menutup
persidangan dan meninggalkan ruang sidang.
2) Apabila pihak ketiga sebagai tergugat, maka hakim
menanyakan apakah pihak ketiga sekaligus tergugat
sudah siap dengan jawabannya. Pihak ketiga dan
tergugat menjawab. Apabila sudah siap, acara sidang
dilakukan seperti sidang penyerahan jawaban
tergugat sebagaimana diuraikan sebelumnya. Apabila
pihak ketiga belum siap dengan jawabannya diberi
kesempatan untuk mengajukan jawaban pada sidang
berikutnya.

G. Sidang Penyerahan Replik


Terhadap jawaban tergugat, termasuk jawaban pihak ketiga sebagai
tergugat, penggugat diberi kesempatan mengajukan tanggapannya
yang dituangkan dalam replik. Sidang penyerahan replik penggugat
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Hakim menyatakan sidang nomor perkara …(disebutkan
nomor perkara dan para pihaknya) dinyatakan dibuka dan
terbuka untuk umum sambil mengetukkan palu di meja.
2. Hakim menjelaskan acara sidang hari ini, yakni penyerahan
replik dari pihak penggugat

187
Praktik Peradilan Perdata

3. Hakim menanyakan kepada penggugat apakah sudah siap atau


belum dengan repliknya.
a. Apabila penggugat menjawab sudah siap dengan repliknya,
hakim mempersilahkannya maju ke depan untuk
menyerahkan 5 eks salinan replik: 3 eks diserahkan
kepada hakim dan satu eks diserahkan kepada pihak
tergugat atau para tergugat dan pihak ketiga kalau ada
pihak ketiga. Setelah menyerahkan,penggugat kembali
duduk ke kursinya. Hakim selanjutnya menjelaskan
kepada tergugat(dan pihak ketiga kalau ada), bahwa
terhadap replik penggugat, tergugat(dan pihak ketiga
kalau ada), dapat menanggapi dengan mengajukan duplik.
Hakim menanyakan kepada tergugat (dan pihak ketiga
kalau ada), apakah akan menanggapi replik penggugat.
Tergugat (dan pihak ketiga kalau ada) menjawab: ya/
tidak. Apabila tergugat (dan pihak ketiga kalau ada)
menjawab ya, hakim menawarkan jangka waktu sekitar
seminggu kepada tergugat (dan pihak ketiga kalau ada)
untuk mempersiapkan dupliknya. Tergugat (dan pihak
ketiga kalau ada) menanggapi tawaran jangka waktu dari
hakim. Hakim menanyakan kepada penggugat apakah
setuju dengan jangka waktu sidang berikutnya tersebut.
Penggugat menjawab. Para pihak dapat menawar jangka
waktu dengan memberikan alasan, akan tetapi hakim
selaku pimpinan sidang yang akan menentukan. Apabila
jangka waktu sudah ditetapkan, hakim menyatakan acara
sidang hari ini telah selesai, menjelaskan tanggal dan acara
untuk sidang berikutnya, kemudian menutup persidangan,
kemudian meninggalkan ruang sidang, diikuti para pihak.
b. Apabila penggugat menjawab belum siap dengan repliknya,
hakim masih dapat menunda sidang sekali lagi guna
memberi kesempatan kepada penggugat untuk menyiapkan
repliknya. Hakim dapat langsung memberi jangka waktu
tertentu (biasanya satu minggu), atau menanyakan kepada

188
Proses Peradilan Perdata

penggugat butuh waktu berapa lama untuk menyiapkan


repliknya. Penggugat dapat menawar jangka waktu
sidang dengan memberikan alasan. Tergugat juga dapat
diminta pendapat tentang jangka waktu tersebut, akan
tetapi hakimlah pada akhirnya yang akan menentukan
jangka waktu sidang berikutnya. Hakim selanjutnya
menanyatakan sidang ditunda hingga tanggal yang sudah
ditetapkan guna memberi kesempatan kepada penggugat
mempersiapkan repliknya, serta menutup sidang. Hakim
meninggalkan ruang sidang, diikuti para pihak.
Pada hari sidang berikutnya, acara penyerahan replik
penggugat dilakukan dengan prosedur sebagaimana dijelaskan
di atas.
4. Apabila pada saat acara sidang penyerahan replik ada pihak
ketiga yang ingin ditarik oleh para pihak (biasanya tergugat/
vrijwaring), maka sebelum hakim menanyakan kesiapan
penggugat atas repliknya, tergugat mengajukan interupsi
dan menyatakan bahwa sebelum replik, pada kesempatan
ini mohon kepada majelis hakim agar pihak ketiga yakni
...(menyebut identitas pihak ketiga) dapat dimasukkan sebagai
pihak tergugat atau turut tergugat (sambil menyerahkan surat
permohonan menarik pihak ketiga sebagai tergugat atau turut
tergugat, kepada hakim dan pihak penggugat).
(Tidak ada ketentuan dalam hukum acara pada jawaban
yang ke berapa tergugat dapat menarik pihak ketiga.
Permohonan tergugat untuk menarik pihak ketiga pada
saat acara sudah sampai pada replik masih dapat dilakukan
meskipun pemeriksaan menjadi mundur).
Setelah permohonan diserahkan, hakim menjelaskan
bahwa sehubungan adanya permohonan untuk menarik pihak
ketiga dari tergugat, maka sidang perlu ditunda guna memberi
kesempatan kepada hakim bermusyawarah dan menjawab
permohonan tersebut dalam putusan sela.

189
Praktik Peradilan Perdata

Hakim selanjutnya menjelaskan sidang ditunda selama


...hari dan akan dilanjutkan pada tanggal...dengan acara
penetapan atas permohonan tergugat untuk menarik pihak
ketiga. Hakim menutup persidangan dan meninggalkan ruang
sidang, para pihak mengikuti meninggalkan ruang sidang.
Sidang berikutnya adalah acara pembacaan penetapan
hakim atas permohonan menarik pihak ketiga dari tergugat.
Dalam putusan sela hakim dapat menerima atau menolak
permohonan berdasarkan ketentuan hukum acara tentang
intervensi.
a. Apabila permohonan ditolak, maka sidang dilanjutkan
dengan acara penyerahan replik penggugat dengan
prosedur sebagaimana dijelaskan di atas.
b. Apabila permohonan dikabulkan, maka hakim menunda
persidangan, guna memberitahukan kepada pihak ketiga
bahwa yang bersangkutan dimasukkan sebagai pihak
tergugat atau turut tergugat serta memberi kesempatan
kepada pihak ketiga mempersiapkan jawabannya.
Pemberitahuan kepada pihak ketiga dilakukan dengan
prosedur pemberitahuan yang sama sebagaimana
dilakukan terhadap tergugat, termasuk diberi salinan
surat gugatan, salinan jawaban tergugat, salinan replik,
dan salinan putusan sela untuk dimasukkan sebagai pihak
ketiga.
Acara sidang selanjutnya adalah pemeriksaan identitas
pihak ketiga dan penyerahan jawaban pihak ketiga, dengan
prosedur seperti sidang penyerahan jawaban tergugat
sebagaimana dijelaskan di atas. Setelah jawaban pihak
ketiga diserahkan, sidang berikutnya baru dilanjutkan
dengan penyerahan replik penggugat, termasuk replik
terhadap jawaban pihak ketiga.

190
Proses Peradilan Perdata

5. Apabila pada sidang penyerahan replik penggugat ada pihak


ketiga yang akan masuk atas inisiatif sendiri, baik sebagai
penggugat atau sebagai tergugat atau sebagai pihak ketiga
yang melawan penggugat dan tergugat, maka setelah hakim
membuka persidangan dan menjelaskan acara persidangan,
pihak ketiga mengajukan interupsi kepada hakim bahwa
dirinya adalah pihak ketiga yang mengajukan permohonan
agar dapat diikutsertakan dalam proses pemeriksaan perkara
Nomor...antara penggugat dan tergugat, sebagai pihak
penggugat atau turut penggugat, atau sebagai pihak tergugat
atau turut tergugat, atau sebagai pihak penengah untuk
melawan penggugat dan tergugat (sambil menyerahkan
identitas diri atau surat kuasa (bila menggunakan kuasa
hukum) dan surat permohonan sebagai pihak ketiga kepada
hakim dan pihak penggugat serta tergugat.
Setelah permohonan diserahkan, hakim memeriksa
identitas atau surat kuasa serta surat permohonan, selanjutnya
menjelaskan bahwa sehubungan adanya permohonan untuk
menjadi pihak ketiga (voeging/tussenkomst), maka sidang
perlu ditunda guna memberi kesempatan kepada hakim
bermusyawarah dan menjawab permohonan tersebut dalam
putusan sela.
Hakim selanjutnya menjelaskan sidang ditunda selama
...hari dan akan dilanjutkan pada tanggal...dengan acara
pembacaan putusan sela atas permohonan pihak ketiga. Hakim
menutup persidangan dan meninggalkan ruang sidang, para
pihak mengikuti meninggalkan ruang sidang.
Sidang berikutnya adalah acara pembacaan putusan
sela hakim atas permohonan pihak ketiga. Dalam putusan
sela hakim dapat menerima atau menolak permohonan
berdasarkan ketentuan hukum acara tentang intervensi.
a. Apabila permohonan ditolak, maka sidang dilanjutkan
dengan acara penyerahan replik penggugat dengan
prosedur sebagaimana dijelaskan di atas.

191
Praktik Peradilan Perdata

b. Apabila permohonan dikabulkan, maka hakim menetapkan


bahwa pihak ketiga dapat menjadi pihak penggugat/
tergugat/penengah.
1) Apabila pihak ketiga masuk sebagai pihak penggugat,
maka hakim menanyakan gugatannya apakah sudah
siap atau belum. Apabila sudah siap dapat diajukan
langsung hari itu juga kepada hakim dan pihak tergugat.
Apabila belum siap, maka hakim menunda sidang
selama... hari guna memberi kesempatan kepada pihak
ketiga untuk mengajukan gugatannya terlebih dahulu.
Hakim menetapkan hari sidang berikutnya, menutup
persidangan serta meninggalkan ruang sidang, para
pihak ikut meninggalkan ruang sidang.
Hari sidang berikutnya adalah penyerahan
gugatan pihak ketiga, yang dilakukan seperti prosedur
penyerahan gugatan sebagaimana dijelaskan di
atas. Dilanjutkan dengan sidang berikutnya yakni
penyerahan jawaban tergugat terhadap gugatan pihak
ketiga dengan prosedur sebagaimana dijelaskan di
atas tentang sidang penyerahan jawaban tergugat.
Baru kemudian dilanjutkan sidang penyerahan replik
penggugat atas jawaban tergugat terhadap gugatan
penggugat dan gugatan pihak ketiga. Prosedurnya
seperti sidang penyerahan replik sebagaimana
dijelaskan di atas.
2) Apabila pihak ketiga sebagai tergugat, maka acara
dilanjutkan dengan penyerahan jawaban pihak ketiga
atas gugatan penggugat. Acara penyerahan jawaban
pihak ketiga dilakukan dengan prosedur penyerahan
jawaban tergugat sebagaimana dijelaskan di atas.
Setelah acara penyerahan jawaban pihak ketiga, sidang
berikutnya adalah sidang penyerahan replik penggugat,
termasuk replik terhadap jawaban pihak ketiga. Acara

192
Proses Peradilan Perdata

sidang penyerahan replik dilakukan dengan prosedur


sebagaimana dijelaskan di atas.
3) Apabila pihak ketiga bertindak sebagai pihak penengah
yang melawan penggugat dan tergugat, maka acara
dilanjutkan dengan penyerahan gugatan pihak ketiga
terhadap penggugat semula dan tergugat semula. Acara
sidang penyerahan gugatan pihak ketiga dilakukan
seperti sidang penyerahan gugatan sebagaimana
dijelaskan di atas. Setelah sidang penyerahan gugatan
pihak ketiga, dilanjutkan dengan sidang penyerahan
jawaban penggugat awal dan tergugat awal terhadap
gugatan pihak ketiga. Sidang acara penyerahan jawaban
dilakukan seperti sidang acara penyerahan jawaban
tergugat sebagaimana dijelaskan di atas. Setelah acara
sidang penyerahan jawaban, dilanjutkan dengan sidang
penyerahan replik penggugat awal terhadap jawaban
tergugat awal serta sekaligus penyerahan replik pihak
ketiga terhadap jawaban penggugat awal dan tergugat
awal.

H. Sidang Penyerahan Duplik


Terhadap replik yang diajukan oleh penggugat, tergugat diberi
kesempatan menanggapi replik penggugat dengan mengajukan
duplik. Duplik dapat diajukan secara lesan atau secara tertulis. Pada
umumnya pihak Tergugat menyusun dupliknya secara tertulis. Acara
persidangannya adalah sebagai berikut.
1) Hakim membuka sidang dan menjelaskan acara sidang hari
ini, yakni penyerahan duplik tergugat.
2) Hakim menanyakan pada pihak tergugat apakah sudah siap
dengan dupliknya. Tergugat menjawab.
a. Bila tergugat menjawab sudah siap dengan dupliknya, maka
hakim memerintahkan tergugat untuk menyerahkan 4 eks
salinan duplik: 3 eks diserahkan kepada hakim dan 1 eks

193
Praktik Peradilan Perdata

diserahkan kepada pihak penggugat. Setelah menyerahkan


rerpliknya, tergugat dipersilahkan hakim untuk duduk
kembali. Hakim menanyakan kepada penggugat apakah
masih mau menanggapi lagi duplik tergugat. Penggugat
menjawab. Bila penggugat menjawab: sudah cukup,
hakim selanjutnya memberitahu acara sidang berikutnya,
yakni pembuktian dengan kesempatan mengajukan bukti
tertulis dari pihak penggugat terlebih dahulu. Hakim
menanyakan apakah penggugat akan menyerahkan bukti
tertulis. Penggugat menjawab. Bila penggugat menjawab
akan menyerahkan bukti tertulis, Hakim menanyakan
apakah sudah siap diajukan hari ini. Penggugat menjawab
(umumnya belum siap). Bila penggugat belum siap
hakim memberi jangka waktu penundaan sidang untuk
memberi kesempatan kepada penggugat menyiapkan bukti
tertulisnya. Penggugat menyepakati jangka waktu yang
ditentukan atau mengusulkan jangka waktu yang lain.
Tergugat juga dapat mengusulkan jangka waktu penundaan
sidang dengan memberikan alasannya. Hakim yang
akhirnya menentukan jangka waktu penundaan sidang
dan menentukan hari sidang berikutnya. Hakim menunda
persidangan hingga tanggal yang ditetapkan dengan
acara penyerahan bukti tertulis penggugat dan para pihak
diminta datang tanpa dipanggil lagi karena pemberitahuan
tersebut sekaligus sebagai undangan. Hakim menutup
persidangan dan meninggalkan ruang sidang. Demikian
pula dengan para pihak.
b. Apabila tergugat menjawab belum siap dengan dupliknya,
hakim masih dapat menunda sidang sekali lagi guna
memberi kesempatan kepada tergugat untuk menyiapkan
dupliknya. Hakim dapat langsung memberi jangka waktu
tertentu (biasanya satu minggu), atau menanyakan kepada
tergugat butuh waktu berapa lama untuk menyiapkan

194
Proses Peradilan Perdata

dupliknya. Tergugat dapat menawar jangka waktu sidang


dengan memberikan alasan. Penggugat juga dapat diminta
pendapat tentang jangka waktu tersebut, akan tetapi
hakimlah pada akhirnya yang akan menentukan jangka
waktu sidang berikutnya. Hakim selanjutnya menyatakan
sidang ditunda hingga tanggal yang sudah ditetapkan
dengan acara penyerahan duplik tergugat. Hakim menutup
sidang. Hakim meninggalkan ruang sidang, diikuti para
pihak.
Pada hari sidang berikutnya, acara penyerahan
duplik tergugat dilakukan dengan prosedur sebagaimana
dijelaskan di atas.
3. Apabila ada pihak ketiga yang berkedudukan sebagai
turut tergugat, maka setelah membuka persidangan
hakim menjelaskan bahwa acara sidang hari ini adalah
penyerahan duplik tergugat sekaligus duplik pihak ketiga
yang berkedudukan sebagai turut tergugat. Tata caranya
selanjutnya adalah sama dengan tata cara penyerahan
duplik tergugat sebagaimana diuraikan di atas.
4. Apabila ada pihak ketiga yang berkedudukan sebagai pihak
penengah, maka setelah membuka persidangan hakim
menjelaskan bahwa acara hari ini adalah: a. penyerahan
duplik tergugat awal terhadap replik penggugat awal; b.
Penyerahan duplik tergugat awal terhadap replik pihak
ketiga yang berkedudukan sebagai penengah; c. penyerahan
duplik penggugat awal terhadap replik pihak ketiga
yang berkedudukan sebagai penengah. Persidangannya
dilakukan seperti sidang penyerahan duplik sebagaimana
telah dijelaskan di atas.

195
Praktik Peradilan Perdata

I. Sidang Penyerahan Bukti Tertulis Dari Penggugat


Setelah acara jawab menjawab dianggap selesai (penyerahan
jawaban tergugat/pihak ketiga, replik penggugat/pihak ketiga, duplik
tergugat/pihak ketiga) dan para pihak tidak mengajukan dalil-dalil
lagi, sidang berikutnya adalah memberi kesempatan kepada para
pihak untuk membuktikan kebenaran dalil-dalil mereka. Menurut
hukum acara perdata para pihaklah yang harus membuktikan
kebenaran dalil-dalilnya(lihat Pasal 163 HIR). Hakim pasif. Dalam
praktik, model acara pengajuan bukti dari para pihak bervariasi. Ada
pengadilan yang memilih model pemeriksaan dengan menekankan
pada urut-urutan alat-alat bukti yang harus diperiksa, yakni: dengan
memberi kesempatan kepada kedua belah pihak langsung untuk
saling mengajukan bukti tertulis, setelah itu kedua belah mengajukan
bukti saksi, kedua belah pihak mengajukan bukti ahi, dan seterusnya.
Ada pengadilan yang menggunakan model pemeriksaan dengan
menekankan pada urut-urutan pihak yang mengajukan, yakni:
dengan memberi kesempatan kepada penggugat terlebih dahulu untuk
mengajukan seluruh bukti-bukti yang dimiliknya baik tertulis, saksi
atau bukti lainnya. Setelah seluruh bukti penggugat selesai diajukan
dan diperiksa, kesempatan berikutnya adalah pembuktian dari pihak
tergugat. Pada tulisan ini dipilih model yang pertama yang umumnya
dipergunakan.
Pada model yang pertama, acara pembuktian diawali dengan
penyerahan bukti tertulis dari pihak penggugat, selanjutnya penyerahan
bukti tertulis dari pihak tergugat pada kesempatan sidang berikutnya.
Sebelum diserahkan di muka persidangan, bukti-bukti tertulis biasanya
didaftar di dalam daftar bukti tertulis, agar ada penjelasan bukti apa
saja yang akan diajukan oleh para pihak, dokumen yang diajukan
asli atau tidak, serta diajukan untuk membuktikan dalil yang mana.
Bukti-bukti tertulis yang akan diajukan foto kopinya saja, akan tetapi
aslinya harus disertakan untuk dicocokkan di muka persidangan.
Dokumen yang akan diajukan sebagai alat bukti di muka persidangan,
harus diberi meterai terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan UU

196
Proses Peradilan Perdata

Meterai (Nazegeling). Pemeteraian dilakukan di Kantor Pos. Adapun


acara sidang penyerahan dan pemeriksaan bukti tertulis dari pihak
penggugat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang, kemudian duduk di
kursi majelis hakim, Ketua majelis membuka sidang
2. Ketua majelis menjelaskan acara sidang hari ini, yakni
pengajuan bukti tertulis dari penggugat
3. Ketua majelis menanyakan kepada penggugat apakah sudah
siap dengan bukti tertulisnya
4. Kuasa penggugat menjawab: sudah/belum. Kalau sudah siap,
hakim memerintahkan penggugat untuk maju ke depan
menyerahkan bukti-bukti tertulisnya.
5. Penggugat maju ke depan menyerahkan bukti tertulis berupa
foto kopinya yang sudah dinazegelkan disertai aslinya kepada
ketua majelis hakim.
6. Hakim memeriksa kecocokan antara foto kopi dengan aslinya.
Apabila cocok, hakim membubuhkan keterangan bahwa telah
diperiksa dan sesuai dengan aslinya pada halaman foto kopi
dokumen yang telah diperiksa serta diberi paraf. Hakim juga
mencocokkan daftar bukti tertulis yang diajukan penggugat
dengan bukti-bukti tertulisnya. Apabila hanya foto kopi tidak
ada aslinya, hakim membubuhkan keterangan: “asli tidak ada”
pada halaman foto kopi yang diajukan. Apabila diajukan foto
kopi dari foto kopi, hakim membubuhkan keterangan” foto
kopi dari foto kopi dan sesuai” pada halaman foto kopi yang
bersangkutan.
7. Hakim mempersilahkan tergugat untuk maju ke depan
apabila ingin memeriksa bukti-bukti tertulis penggugat.
Tergugat ikut maju ke depan untuk memeriksa bukti-bukti
tertulis penggugat, dengan memeriksa satu persatu, diperiksa
kecocokannya, jumlahnya, dan isinya, dicatat agar tidak
lupa. Apabila jumlah bukti tertulis cukup banyak sehingga
pemeriksaan di muka persidangan akan menjadi lama,

197
Praktik Peradilan Perdata

tergugat dapat mengajukan permohonan kepada hakim untuk


inzage (memeriksa bukti-bukti tertulis) di luar sidang. Hakim
mengabulkan permohonan ini.
8. Apabila proses pemeriksaan oleh hakim dan pihak tergugat telah
selesai, ketua majelis memerintahkan Penggugat mengambil
kembali asli dari bukti tertulisnya, dan mempersilahkan
penggugat dan tergugat untuk kembali ke tempat duduknya.
9. Penggugat mengambil asli dari bukti-bukti tertulisnya,
kemudian kembali ke tempat duduknya.
10. Ketua majelis hakim menanyakan kepada tergugat:
tanggapannya bagaimana atas bukti-bukti tertulis dari pihak
penggugat, apakah ada yang keberatan. Tergugat menjawab:
keberatan/tidak/akan menanggapi bukti tertulis penggugat
dalam kesimpulan, dengan menjelaskan alasan apabila
mengajukan keberatan. Hakim memerintahkan kepada
panitera untuk mencatat tanggapan tergugat, serta menjelaskan
bahwa untuk mendukung keberatannya, tergugat dapat
mengajukan bukti sebaliknya.
11. Ketua majelis menanyakan kepada penggugat apakah masih
ada tambahan bukti tertulis yang akan diajukan lagi.
12. Penggugat menjawab: sudah tidak ada lagi/masih ada.
a. Apabila tidak ada lagi tambahan bukti tertulis yang akan
diajukan penggugat, Ketua majelis menjelaskan acara
sidang berikutnya yakni kesempatan pengajuan bukti
tertulis dari tergugat. Hakim menanyakan kepada pihak
tergugat apakah akan mengajukan bukti tertulis. Tergugat
menjawab: ya/tidak. Bila tergugat menjawab hendak
mengajukan bukti tertulis, hakim menanyakan apakah siap
diajukan hari ini? Tergugat menjawab: sudah siap/belum
siap.
Apabila tergugat sudah siap dengan bukti tertulis saat
itu juga, pengajuan dan pemeriksaan dilakukan secara sama

198
Proses Peradilan Perdata

dengan pemeriksaan alat bukti tertulis penggugat hanya


saja sekarang yang mengajukan tergugat.
Apabila tergugat belum siap dengan bukti tertulis
Hakim menawarkan waktu satu minggu (atau waktu lain)
kepada tergugat untuk menyiapkan bukti tertulisnya.
Tergugat dan penggugat menanggapi tawaran jangka waktu
tersebut. Para pihak dapat menawar jangka waktu, namun
hakim akhirnya yang menentukan. Hakim menunda
persidangan hingga tanggal yang sudah ditetapkan dengan
acara pengajuan bukti tertulis dari tergugat, serta meminta
para pihak datang tanpa perlu dipanggil lagi. Hakim
menutup persidangan dan meninggalkan ruang sidang.
b. Apabila penggugat menjawab masih akan mengajukan
bukti tertulis lagi, maka hakim akan memberi jangka waktu
satu minggu (atau waktu lain) untuk sidang berikutnya
dengan agenda masih pengajuan bukti tertulis dari
penggugat. Tergugat dan penggugat menanggapi tawaran
jangka waktu tersebut. Para pihak dapat menawar jangka
waktu, namun hakim akhirnya yang menentukan. Hakim
juga dapat menawarkan kepada tergugat seandainya
tergugat juga akan mengajukan bukti tertulis dan akan
diajukan pada sidang tersebut. Tergugat menanggapi
tawaran hakim tersebut.
Hakim menunda persidangan hingga tanggal yang
sudah ditetapkan dan minta para pihak datang tanpa
perlu dipanggil lagi. Hakim menutup persidangan dan
meninggalkan ruang sidang.
Pemeriksaan bukti tertulis tambahan dari penggugat
pada sidang berikutnya dilaksanakan sama dengan
pemeriksan bukti tertulis penggugat sebagaimana
dijelaskan sebelumnya.

199
Praktik Peradilan Perdata

J. Sidang Pengajuan Bukti Tertulis Dari Pihak Tergugat


Tergugat juga diberi kesempatan mengajukan bukti-bukti untuk
mendukung kebenaran dalilnya. Sebagaimana dijelaskan di muka,
bukti tertulis tergugat dapat diajukan setelah sidang pemeriksaan bukti
tertulis dari penggugat dianggap selesai diajukan semua dan penggugat
tidak akan mengajukan bukti tertulis lagi. Seperti halnya pengajuan
bukti tertulis dari penggugat, pihak tergugat dalam pengajuan bukti
tertulis juga sebaiknya menyusun bukti tertulis yang akan diajukan
ke dalam daftar bukti tertulis. Bukti tertulis yang diajukan cukup foto
kopinya saja akan tetapi disertai dengan aslinya. Dokumen yang akan
diajukan sebagai bukti dinazegelkan terlebih dahulu di Kantor Pos.
Tata cara pemeriksaan bukti tertulis tergugat pada dasarnya sama
dengan tata cara pemeriksaan bukti tertulis dari penggugat. Hanya saja,
sekarang yang mengajukan adalah tergugat. Tata cara pemeriksaannya
secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang, kemudian duduk di
kursi majelis hakim, Ketua majelis membuka sidang.
2. Ketua majelis menjelaskan acara sidang hari ini, yakni
pengajuan bukti tertulis dari tergugat.
3. Ketua majelis menanyakan kepada tergugat apakah sudah siap
dengan bukti tertulisnya.
4. Tergugat menjawab: sudah/belum. Kalau sudah siap, hakim
memerintahkan tergugat untuk maju ke depan menyerahkan
bukti-bukti tertulisnya.
5. Tergugat maju ke depan menyerahkan bukti tertulis berupa
foto kopinya yang sudah dinazegelkan disertai aslinya kepada
ketua majelis hakim.
6. Hakim memeriksa kecocokan antara foto kopi dengan aslinya.
Apabila cocok, hakim membubuhkan keterangan bahwa telah
diperiksa dan sesuai dengan aslinya pada halaman foto kopi
dokumen yang telah diperiksa serta diberi paraf. Hakim juga
mencocokkan daftar bukti tertulis yang diajukan penggugat

200
Proses Peradilan Perdata

dengan bukti-bukti tertulisnya. Apabila hanya foto kopi tidak


ada aslinya, hakim membubuhkan keterangan: “asli tidak ada”
pada halaman foto kopi yang diajukan. Apabila diajukan foto
kopi dari foto kopi, hakim membubuhkan keterangan” foto
kopi dari foto kopi dan sesuai” pada halaman foto kopi yang
bersangkutan.
7. Hakim mempersilahkan penggugat untuk maju ke depan
apabila ingin memeriksa bukti-bukti tertulis tergugat.
Penggugat ikut maju ke depan untuk memeriksa bukti-bukti
tertulis tergugat, dengan memeriksa satu persatu, diperiksa
kecocokannya, jumlahnya, dan isinya, dicatat agar tidak
lupa. Apabila jumlah bukti tertulis cukup banyak sehingga
pemeriksaan di muka persidangan akan menjadi lama,
penggugat dapat mengajukan permohonan kepada hakim
untuk inzage (memeriksa bukti-bukti tertulis) di luar sidang.
Hakim mengabulkan permohonan ini.
8. Apabila proses pemeriksaan oleh hakim dan pihak penggugat
telah selesai, ketua majelis memerintahkan tergugat mengambil
kembali asli dari bukti tertulisnya, dan mempersilahkan
penggugat dan tergugat untuk kembali ke tempat duduknya.
9. Tergugat mengambil asli dari bukti-bukti tertulisnya, kemudian
kembali ke tempat duduknya.
10. Ketua majelis hakim menanyakan kepada penggugat
bagaimana tanggapannya atas bukti-bukti tertulis dari pihak
tergugat, apakah ada yang keberatan. Penggugat menjawab:
keberatan/tidak/akan menanggapi bukti tertulis tergugat dalam
kesimpulan, dengan menjelaskan alasan apabila mengajukan
keberatan. Hakim memerintahkan kepada panitera untuk
mencatat tanggapan penggugat serta menjelaskan bahwa untuk
mendukung keberatannya, penggugat dapat mengajukan bukti
sebaliknya.
11. Ketua majelis menanyakan kepada tergugat apakah masih ada
tambahan bukti tertulis yang akan diajukan lagi.

201
Praktik Peradilan Perdata

12. Tergugat menjawab: sudah tidak ada lagi/masih ada.


a. Apabila tidak ada lagi tambahan bukti tertulis yang akan
diajukan tergugat, Ketua majelis menjelaskan acara sidang
berikutnya yakni pembuktian saksi dari penggugat.
Hakim menanyakan kepada pihak penggugat apakah akan
mengajukan saksi. Penggugat menjawab. Bila penggugat
hendak mengajukan saksi, hakim menanyakan apakah siap
diajukan hari ini. Penggugat menjawab: siap/belum.
Apabila penggugat sudah siap dengan saksi-saksinya
saat itu juga, pengajuan dan pemeriksaan dilakukan dengan
tata cara yang akan diuraikan di bawah.
Apabila penggugat belum siap dengan saksinya Hakim
menawarkan waktu satu minggu (atau waktu lain) kepada
penggugat untuk menyiapkan saksi-saksinya. Tergugat dan
penggugat menanggapi tawaran jangka waktu tersebut.
Para pihak dapat menawar jangka waktu, namun hakim
akhirnya yang menentukan. Hakim juga dapat menawarkan
kepada tergugat seandainya tergugat juga akan mengajukan
saksi dan akan diajukan pada sidang tersebut. Tergugat
menanggapi tawaran hakim tersebut.
Hakim menunda persidangan hingga tanggal yang
sudah ditetapkan dan minta para pihak datang tanpa
perlu dipanggil lagi. Hakim menutup sidang. Hakim
meninggalkan ruang sidang.
b. Apabila tergugat menjawab masih akan mengajukan bukti
tertulis lagi, maka hakim akan memberi jangka waktu satu
minggu (atau waktu lain) untuk sidang berikutnya dengan
agenda masih pengajuan bukti tertulis dari tergugat.
Tergugat dan penggugat menanggapi tawaran jangka waktu
tersebut. Para pihak dapat menawar jangka waktu, namun
hakim akhirnya yang menentukan. Hakim menunda
persidangan hingga tanggal yang sudah ditetapkan dengan

202
Proses Peradilan Perdata

agenda pengajuan bukti tertulis tambahan dari tergugat


dan minta para pihak datang tanpa perlu dipanggil lagi.
Hakim menutup sidang. Hakim meninggalkan ruang
sidang.

K. Sidang Pemeriksaan Saksi dari Penggugat


Setelah sidang pengajuan bukti tertulis dari penggugat dan
tergugat dianggap selesai, sidang berikutnya adalah pemeriksaan
saksi-saksi, dan kesempatan pertama adalah pemeriksaan saksi dari
pihak penggugat. Penggugat harus mempersiapkan saksinya yang
akan diajukan ke pengadilan, yakni berapa orang, namanya siapa, dan
diminta untuk membawa kartu tanda pengenal atau KTP. Sebelum
diajukan ke persidangan, penggugat juga perlu memastikan bahwa:
1. Saksi yang diajukan memenuhi syarat sebagai saksi menurut
hukum acara.
2. Saksi yang akan diajukan adalah saksi yang benar-benar
mengetahui, melihat, mendengar atau mengalami sendiri
peristiwa yang akan dibuktikan oleh Penggugat.
3. Saksi yang akan diajukan akan memberikan keterangan yang
akan mendukung kebenaran dalil-dalil Penggugat.
Adapun tata cara persidangan pemeriksaan saksi penggugat
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang, kemudian duduk di
kursi majelis hakim
2. Ketua majelis membuka sidang
3. Ketua majelis menjelaskan acara sidang hari ini, yakni
pemeriksaan saksi dari penggugat
4. Ketua majelis menanyakan kepada penggugat apakah sudah
siap dengan saksi-saksinya
5. Kuasa penggugat menjawab: belum siap dengan saksi-saksinya/
sudah siap.

203
Praktik Peradilan Perdata

6.a. Kalau penggugat menjawab sudah siap dengan saksi-saksinya:


1) Ketua majelis menanyakan kepada penggugat nama saksi-
saksinya, selanjutnya memerintahkan kepada penggugat/
petugas pengadilan untuk memanggil saksi/para saksi
masuk ke ruang sidang.
2) Penggugat/petugas pengadilan memanggil saksi/para saksi
untuk masuk ke ruang sidang.
3) Saksi-saksi penggugat memasuki ruang sidang
4) Ketua majelis memerintahkan saksi/para saksi untuk
duduk di kursi pemeriksaan saksi di depan meja ketua
majelis hakim.
5) Saksi-saksi duduk di kursi pemeriksaan saksi.
6) Majelis hakim mengecek kebenaran nama-nama saksi
dan yang mana orangnya kepada para saksi, kemudian
meminta mereka menyerahkan KTPnya kepada ketua
majelis hakim.
7) Hakim menanyakan identitas semua saksi dari KTPnya,
mulai dari nama, tanggal lahir/umur/alamat dan agama.
Hakim kemudian menanyakan kepada para saksi apakah
mengenal penggugat yang mengajukannya dan tergugat
sambil menunjukkan para pihak. Para saksi menjawab:
mengenal/tidak mengenal. Hakim juga menanyakan
kepada saksi apakah masih ada hubungan keluarga atau
hubungan pekerjaan dengan pihak penggugat yang
mengajukannya, serta dengan pihak lawan yakni tergugat.
Para saksi menjawab pertanyaan hakim.
8) Apabila tergugat keberatan dengan saksi-saksi yang
diajukan penggugat karena ada hubungan sedarah/
semenda dengan penggugat, tergugat dapat mengajukan
interupsi kepada hakim bahwa tergugat keberatan dengan
saksi yang diajukan penggugat, dengan memberikan
alasannya. Hakim memeriksa kebenaran interupsi tergugat.

204
Proses Peradilan Perdata

Apabila interupsi beralasan, saksi penggugat tidak akan


diperiksa dan penggugat dipersilahkan mengajukan saksi
yang lain. Apabila interupsi tidak beralasan, pemeriksaan
saksi penggugat dapat dilanjutkan.
9) Apabila para saksi tidak ada hubungan sedarah atau
pekerjaan yang menghalanginya untuk diperiksa dan
memberikan keterangan sebagai saksi, maka hakim
menjelaskan kepada para saksi bahwa sebelum bersaksi
harus mengangkat sumpah terlebih dahulu. Hakim
kemudian menanyakan kepada saksi apakah bersedia
bersumpah sebelum diperiksa. Para saksi menjawab.
Apabila para saksi bersedia bersumpah, maka hakim
melakukan penyumpahan saksi menurut agama masing-
masing.
a) Bila saksi beragama Islam tata caranya: Saksi-saksi
yang beragama Islam yang akan bersumpah diminta
berdiri dan maju berjajar di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim memerintahkan rohaniwan/
petugas penyumpahan untuk membawa Al Qur’an dan
menempatkan Al Qur’an di atas kepala saksi. Hakim
selanjutnya memerintahkan saksi menirukan lafal
sumpah yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“ Bismillah Hirohman Nirohim”..Demi Allah
saya bersumpah..bahwa saya sebagai saksi...akan
memberikan keterangan yang sebenarnya...tidak
lain dari yang sebenarnya”.
Setelah selesai bersumpah petugas mengembalikan
Al Qur’an dan kembali ke tempatnya. Para saksi
dipersilahkan hakim untuk kembali duduk di kursi
saksi.
b) Untuk saksi yang beragama Katholik tata caranya: Saksi-
saksi yang beragama Katholik yang akan bersumpah

205
Praktik Peradilan Perdata

diminta berdiri dan maju berjajar di depan hakim


yang akan menyumpahnya. Hakim memerintahkan
rohaniwan/petugas penyumpahan untuk membawa
Kitab Suci, meletakkan Kitab Suci di samping kiri saksi.
Saksi diminta meletakkan tangan kirinya di atas Kitab
Suci dan tangan kanannya diangkat sampai setinggi
telinga dengan posisi mengacungkan tiga jari yakni:
telunjuk, jari tengah dan jari manis. Hakim selanjutnya
memerintahkan saksi menirukan lafal sumpah yang
diucapkan hakim sebagai berikut:
“ Demi Allah saya berjanji.. bahwa saya sebagai
saksi ..akan menerangkan yang sebenarnya ...tidak
lain dari yang sebenarnya..semoga Tuhan menolong
saya..”.
Setelah selesai bersumpah petugas dipersilahkan
mengembalikan Kitab Suci dan kembali ke tempatnya.
Para saksi dipersilahkan hakim untuk kembali duduk
di kursi saksi.
c) Untuk saksi yang beragama Kristen tata caranya: Saksi-
saksi yang beragama Kristen yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim memerintahkan rohaniwan/
petugas penyumpahan untuk membawa Kitab Suci,
meletakkan Kitab Suci di ssamping kiri saksi. Saksi
diminta meletakkan tangan kirinya di atas Kitab Suci
dan tangan kanannya diangkat sampai setinggi telinga
dengan posisi mengacungkan dua jari yakni: telunjuk
dan jari tengah. Hakim selanjutnya memerintahkan
saksi menirukan lafal sumpah yang diucapkan hakim
sebagai berikut:
“ Demi Allah saya berjanji.. Bahwa saya sebagai
saksi ..akan menerangkan yang sebenarnya ...tidak

206
Proses Peradilan Perdata

lain dari yang sebenarnya..semoga Tuhan menolong


saya..”.
Setelah selesai bersumpah petugas mengembalikan
Kitab Suci dan kembali ke tempatnya. Para saksi
dipersilahkan hakim untuk kembali duduk di kursi
saksi.
d) Untuk saksi yang beragama Hindu-Darma tata caranya:
Saksi-saksi yang beragama Hindu-Darma yang akan
bersumpah diminta berdiri dan maju berjajar di depan
hakim yang akan menyumpahnya. Hakim memerintah
rohaniwan (kalau ada) untuk mendampingi saksi.
Hakim selanjutnya memerintahkan saksi menirukan
lafal sumpah yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“Om atah Parama Wisesa.. saya bersumpah..
bahwa saya akan memberikan keterangan yang
sebenarnya...tidak lain dari yang sebenarnya..”.
Setelah selesai bersumpah petugas kembali ke
tempatnya. Para saksi dipersilahkan hakim untuk
kembali duduk di kursi saksi.
e) Untuk saksi yang beragama Budha tata caranya: Saksi-
saksi yang beragama Budha yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju berjajar di depan hakim
yang akan menyumpahnya. Hakim memerintah
rohaniwan (kalau ada) untuk mendampingi saksi.
Hakim selanjutnya memerintahkan saksi menirukan
lafal sumpah yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“Demi Sang Hyang Adi Budha.. saya bersumpah..
bahwa saya akan memberikan keterangan yang
sebenarnya...tidak lain dari yang sebenarnya..”.
Setelah selesai bersumpah petugas kembali ke
tempatnya. Para saksi dipersilahkan hakim untuk
kembali duduk di kursi saksi.

207
Praktik Peradilan Perdata

f) Untuk saksi yang memeluk aliran Kepercayaan Kepada


Tuhan Yang Maha Esa tata caranya: Saksi-saksi yang
memeluk aliran kepercayaan yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim selanjutnya memerintahkan
saksi menirukan lafal sumpah yang diucapkan hakim
sebagai berikut:
“Demi Tuhan/Allah yang Maha Esa.. saya
bersumpah..bahwa saya akan memberikan
keterangan yang sebenarnya...tidak lain dari yang
sebenarnya..”.
Setelah selesai bersumpah para saksi dipersilahkan
hakim untuk kembali duduk di kursi saksi.
10) Hakim melakukan penyumpahan terhadap seluruh saksi
terlebih dahulu. Kalau sudah selesai Hakim meminta
salah satu saksi diperiksa dan yang lain keluar dari ruang
sidang terlebih dahulu. Saksi yang akan diperiksa tetap
duduk, sedang yang diperintahkan keluar, harus keluar
dan menunggu giliran diperiksa di luar ruang sidang.
Hakim selanjutnya minta saksi yang akan diperiksa maju
dan duduk di kursi pemeriksaan saksi.
11) Ketua majelis Hakim melakukan pemeriksaan saksi dengan
model salah satu dari model berikut ini.
(1) Hakim langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada saksi: mulai dari menanyakan seberapa kenal
dan dekat hubungan saksi dengan para pihak -misalnya
dengan pertanyaan-pertanyaan: sudah berapa lama
sebagai tetangga penggugat/tergugat, kapan penggugat/
tergugat menempati rumahnya, apakah sering
bertemu, apa pekerjaan penggugat/tergugat, dsb(untuk
mengetahui apakah saksi benar-benar mengenal dan
dekat dengan para pihak)- hingga pertanyaan tentang

208
Proses Peradilan Perdata

persoalan antara penggugat dan tergugat. Pertanyaan


yang diajukan diarahkan yang berhubungan dengan
dalil-dalil yang diajukan penggugat dan tergugat
sehingga hakim dapat menyimpulkan apakah dalil-dalil
tersebut didukung/tidak didukung dengan keterangan
saksi. Penggugat/tergugat dapat mengajukan interupsi/
keberatan atas pertanyaan yang diajukan hakim dengan
alasan: menjerat, menggiring, tidak ada hubungannya,
menekan, pertanyaan kesimpulan. Juga interupsi
terhadap jawaban saksi dengan alasan jawabannya
berupa kesimpulan, bukan fakta yang dilihat/didengar
saksi. Terhadap interupsi ini hakim harus menjawab
menerima atau menolak dengan memberi alasan.
Kalau diterima maka pertanyaan dan jawaban yang
dianggap menjebak, menekan, menggiring, tidak
relevan, dan/atau kesimpulan tadi dianggap tidak ada,
diganti dengan bentuk pertanyaan dan jawaban yang
berbeda sesuai hukum acara. Apabila majelis hakim
sudah cukup dalam menggali keterangan dari saksi,
selanjutnya memberi kesempatan kepada penggugat
apabila hendak mengajukan pertanyaan kepada
saksinya. Apabila penggugat sudah cukup mengajukan
pertanyaan kepada saksinya, hakim mempersilahkan
tergugat apabila hendak mengajukan pertanyaan
kepada saksi penggugat. Demikian hingga pemeriksaan
saksi tersebut dianggap cukup.
(2) Ketua majelis hakim meminta saksi menceritakan
kronologis peristiwa sehingga penggugat menggugat
tergugat, tentang apa yang saksi lihat, dengar dan
alami dalam sengketa antara penggugat dan tergugat
hingga selesai. Hakim selanjutnya menggali lebih lanjut
keterangan saksi dengan mengajukan pertanyaan yang
lebih detail/bersifat mengkonfirmasi/menegaskan.

209
Praktik Peradilan Perdata

Penggugat/tergugat dapat mengajukan interupsi/


keberatan atas pertanyaan yang diajukan hakim dengan
alasan: menjerat, menggiring, tidak ada hubungannya,
menekan, pertanyaan kesimpulan. Juga interupsi
terhadap jawaban saksi dengan alasan jawabannya
berupa kesimpulan, bukan fakta yang dilihat/didengar
saksi. Terhadap interupsi ini hakim harus menjawab
menerima atau menolak dengan memberi alasan. Kalau
diterima maka pertanyaan dan jawaban yang dianggap
menjebak, menekan, menggiring, tidak relevan, dan/
atau kesimpulan tadi dianggap tidak ada, diganti
dengan bentuk pertanyaan dan jawaban yang berbeda
sesuai hukum acara.
Setelah para hakim selesai mengajukan pertanyaan
kepada saksi, baru penggugat diberi kesempatan
mengajukan pertanyaan. Penggugat mengajukan
pertanyaan yang belum ditanyakan oleh hakim.
Apabila pertanyaan yang diajukan sifatnya mengulang,
menjerat, menekan, menggiring, maka hakim
dapat mengingatkan dan minta untuk diajukan
pertanyaan yang lain. Tergugat juga dapat mengajukan
interupsi apabila pertanyaan yang diajukan pihak
lawan kepada saksi sifatnya menekan, menjerat,
menggiring, mengulang. Apabila penggugat sudah
cukup mengajukan pertanyaan kepad saksinya, hakim
selanjutnya memberi kesempatan kepda tergugat untuk
mengajukan pertanyaan kepada saksi penggugat.
Demikian pemeriksan terhadap saksi dilakukan hingga
dianggap cukup.
(3) Ketua majelis hakim menanyakan kepada penggugat
untuk apa saksi dihadirkan di persidangan. Penggugat
menjawab. Kalau kehadiran saksi ada relevansi
dengan peristiwa yang hendak dibuktikan, hakim

210
Proses Peradilan Perdata

mempersilahkan penggugat mengajukan pertanyaan-


pertanyaan. Apabila penggugat sudah cukup dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, hakim ganti
mempersilahkan tergugat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Disela-sela pertanyaan dari penggugat dan
tergugat, hakim juga dapat mengajukan pertanyaan
kepada saksi untuk lebih menegaskan, mengkonfirmasi
atau lebih detail. Demikian pemeriksaan saksi
dilakukan hingga dianggap cukup.
12) Apabila seluruh pertanyaan sudah dianggap cukup,
Ketua majelis hakim minta tanggapan pihak penggugat
mengenai keterangan saksinya, apakah sudah benar
semua? Penggugat menjawab keberatan/tidak. Hakim
minta tanggapan tergugat atas keterangan saksi dari
pihak penggugat, apakah keberatan atau tidak? Tergugat
menjawab keberatan/tidak. Kalau tergugat menjawab
keberatan, hakim dapat menanyakan lebih lanjut bagian
mana yang keberatan dan dapat langsung minta konfirmasi
kepada saksi untuk ketegasan keterangan saksi yang
sebenarnya. Panitera mencatat semua keterangan saksi dan
tanggapan para pihak.
13) Ketua majelis Hakim selanjutnya menjelaskan kepada
saksi bahwa keterangannya di pengadilan sudah dianggap
cukup dan pemeriksaan atasnya sudah selesai, selanjutnya
hakim memerintahkan saksi untuk mengambil KTP
di panitera dan mundur dari kursi pemeriksaan saksi
dan dipersilahkan duduk kembali di kursi tunggu saksi
dan tetap di dalam ruang sidanguntuk berjaga-jaga
apabila masih ada pertanyaan tambahan lagi atau untuk
konfrontasi dengan saksi lain yang akan diperiksa.
14) Hakim selanjutnya memerintahkan penggugat/petugas
pengadilan untuk memanggil saksi penggugat yang kedua
(apabila ada lebih dari satu saksi) untuk diperiksa.

211
Praktik Peradilan Perdata

15) S a k s i b e r i kut ny a m a s u k r u a n g s i d a n g . Ha k i m
memersilahkannya duduk di kursi pemeriksaan saksi.
Pemeriksaan selanjutnya sama dengan pemeriksaan saksi
sebagaimana telah diuraikan di atas.
16) Hakim dan para pihak dapat mengonfrontir keterangan
saksi yang satu dengan keterangan saksi lainnya untuk
memperoleh kebenaran fakta. Panitera aktif mencatat setiap
keterangan dan berbagai tanggapan yang berhubungan
dengan keterangan saksi.
17) Apabila saksi yang diajukan oleh penggugat telah diperiksa
semua, hakim menanyakan kepada penggugat apakah
masih ada saksi yang akan diajukan.
18) Penggugat menjawab: masih ada/sudah tidak ada lagi.
19) Kalau masih ada saksi yang akan diajukan, ketua majelis
hakim menunda persidangan selanjutnya dengan acara
saksi tambahan dari penggugat.
20) Kalau tidak ada lagi saksi penggugat yang akan diperiksa,
hakim menanyakan kepada tergugat apakah ada bukti saksi
yang akan diajukan oleh tergugat.
21) Tergugat menjawab: ada/tidak
22) Apabila ada, ketua majelis menanyakan apakah siap
diajukan hari ini. Tergugat menjawab: siap/belum.
23) Apabila menjawab sudah siap, maka pemeriksaan saksi
tergugat dilakukan sebagaimana diuraikan di atas, hanya
saja yang mengajukan adalah tergugat.
24) Apabila tergugat belum siap dengan saksinya, hakim
menunda persidangan selama satu minggu (atau waktu
lain yang disepakati para pihak dan disetujui hakim) untuk
memberi kesempatan tergugat menyiapkan saksi-saksinya.
25) Apabila para pihak sepakat dengan jangka waktu
penundaan sidang, hakim menjelaskan bahwa sidang akan

212
Proses Peradilan Perdata

ditunda pada tanggal …dengan acara pengajuan saksi dari


tergugat, para pihak datang tanpa perlu dipanggil lagi.
26) Hakim menutup persidangan, kemudian meninggalkan
ruang sidang.

L. Sidang Pemeriksan Saksi Dari Tergugat


Sesuai asas audi et alteraam partem, pihak tergugat juga diberi
kesempatan untuk mengajukan saksi-saksinya kalau ada. Tergugat
harus mempersiapkan saksinya yang akan diajukan ke pengadilan,
yakni berapa orang, namanya siapa, dan diminta untuk membawa kartu
tanda pengenal atau KTP. Sebelum diajukan ke persidangan, tergugat
juga perlu memastikan bahwa:
1. Saksi yang diajukan memenuhi syarat sebagai saksi menurut
hukum acara
2. Saksi yang akan diajukan adalah saksi yang benar-benar
mengetahui, melihat, mendengar atau mengalami sendiri
persitiwa yang akan dibuktikan oleh tergugat.
3. Saksi yang akan diajukan akan memberikan keterangan yang
akan mendukung kebenaran dalil-dalil tergugat.
Adapun tata cara persidangan pemeriksaan saksi tergugat
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang, kemudian duduk di
kursi majelis hakim
2. Ketua majelis membuka sidang
3. Ketua majelis menjelaskan acara sidang hari ini, yakni
pemeriksaan saksi dari tergugat
4. Ketua majelis menanyakan kepada tergugat apakah sudah siap
dengan saksi-saksinya
5. Kuasa tergugat menjawab: belum siap dengan saksi-saksinya/
sudah siap.

213
Praktik Peradilan Perdata

6.a. Kalau tergugat menjawab sudah siap dengan saksi-saksinya:


1) Ketua majelis menanyakan kepada tergugat nama saksi-
saksinya, selanjutnya memerintahkan kepada tergugat /
petugas pengadilan untuk memanggil saksi/para saksi
masuk ke ruang sidang.
2) tergugat /petugas pengadilan memanggil saksi/para saksi
untuk masuk ke ruang sidang.
3) Saksi-saksi tergugat memasuki ruang sidang
4) Ketua majelis memerintahkan saksi/para saksi untuk
duduk di kursi pemeriksaan saksi di depan meja ketua
majelis hakim.
5) Saksi-saksi duduk di kursi pemeriksaan saksi.
6) Majelis hakim mengecek kebenaran nama-nama saksi
dan yang mana orangnya kepada para saksi, kemudian
meminta mereka menyerahkan KTPnya kepada ketua
majelis hakim.
7) Hakim menanyakan identitas semua saksi dari KTPnya,
mulai dari nama, tanggal lahir/umur/alamat dan agama.
Hakim kemudian menanyakan kepada para saksi
apakah mengenal tergugat yang mengajukannya dan
penggugat sambil menunjukkan para pihak. Para saksi
menjawab: mengenal/tidak mengenal. Hakim juga
menanyakan kepada saksi apakah masih ada hubungan
keluarga atau hubungan pekerjaan dengan pihak tergugat
yang mengajukannya, serta dengan pihak lawan yakni
penggugat. Para saksi menjawab pertanyaan hakim.
8) Apabila penggugat keberatan dengan saksi-saksi yang
diajukan tergugat karena ada hubungan sedarah/semenda
dengan tergugat, penggugat dapat mengajukan interupsi
kepada hakim bahwa penggugat keberatan dengan saksi
yang diajukan tergugat, dengan memberikan alasannya.
Hakim memeriksa kebenaran interupsi penggugat. Apabila

214
Proses Peradilan Perdata

interupsi beralasan, saksi tergugat tidak akan diperiksa dan


tergugat dipersilahkan mengajukan saksi yang lain. Apabila
interupsi tidak beralasan, pemeriksaan saksi tergugat dapat
dilanjutkan.
9) Apabila para saksi tidak ada hubungan sedarah atau
pekerjaan yang menghalanginya untuk diperiksa dan
memberikan keterangan sebagai saksi, maka hakim
menjelaskan kepada para saksi bahwa sebelum bersaksi
harus mengangkat sumpah terlebih dahulu. Hakim
kemudian menanyakan kepada saksi apakah bersedia
bersumpah sebelum diperiksa. Para saksi menjawab.
Apabila para saksi bersedia bersumpah, maka hakim
melakukan penyumpahan saksi menurut agama masing-
masing.
a) Bila saksi beragama Islam tata caranya: Saksi-saksi
yang beragama Islam yang akan bersumpah diminta
berdiri dan maju berjajar di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim memerintahkan rohaniwan/
petugas penyumpahan untuk membawa Al Qur’an dan
menempatkan Al Qur’an di atas kepala saksi. Hakim
selanjutnya memerintahkan saksi menirukan lafal
sumpah yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“ Bismillah Hirohman Nirohim”...Demi Allah
saya bersumpah..bahwa saya sebagai saksi...akan
memberikan keterangan yang sebenarnya...tidak
lain dari yang sebenarnya”.
Setelah selesai bersumpah petugas mengembalikan
Al Qur’an dan kembali ke tempatnya. Para saksi
dipersilahkan hakim untuk kembali duduk di kursi
saksi.
b) Untuk saksi yang beragama Katholik tata caranya: Saksi-
saksi yang beragama Katholik yang akan bersumpah

215
Praktik Peradilan Perdata

diminta berdiri dan maju berjajar di depan hakim


yang akan menyumpahnya. Hakim memerintahkan
rohaniwan/petugas penyumpahan untuk membawa
Kitab Suci, meletakkan Kitab Suci di samping kiri saksi.
Saksi diminta meletakkan tangan kirinya di atas Kitab
Suci dan tangan kanannya diangkat sampai setinggi
telinga dengan posisi mengacungkan tiga jari yakni:
telunjuk, jari tengah dan jari manis. Hakim selanjutnya
memerintahkan saksi menirukan lafal sumpah yang
diucapkan hakim sebagai berikut:
“ Demi Allah saya berjanji.. bahwa saya sebagai
saksi ..akan menerangkan yang sebenarnya ...tidak
lain dari yang sebenarnya..semoga Tuhan menolong
saya..”.
Setelah selesai bersumpah petugas dipersilahkan
mengembalikan Kitab Suci dan kembali ke tempatnya.
Para saksi dipersilahkan hakim untuk kembali duduk
di kursi saksi.
c) Untuk saksi yang beragama Kristen tata caranya: Saksi-
saksi yang beragama Kristen yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim memerintahkan rohaniwan/
petugas penyumpahan untuk membawa Kitab Suci,
meletakkan Kitab Suci di ssamping kiri saksi. Saksi
diminta meletakkan tangan kirinya di atas Kitab Suci
dan tangan kanannya diangkat sampai setinggi telinga
dengan posisi mengacungkan dua jari yakni: telunjuk
dan jari tengah. Hakim selanjutnya memerintahkan
saksi menirukan lafal sumpah yang diucapkan hakim
sebagai berikut:
“ Demi Allah saya berjanji.. Bahwa saya sebagai
saksi ..akan menerangkan yang sebenarnya ...tidak

216
Proses Peradilan Perdata

lain dari yang sebenarnya..semoga Tuhan menolong


saya..”.
Setelah selesai bersumpah petugas mengembalikan
Kitab Suci dan kembali ke tempatnya. Para saksi
dipersilahkan hakim untuk kembali duduk di kursi
saksi.
d) Untuk saksi yang beragama Hindu-Darma tata caranya:
Saksi-saksi yang beragama Hindu-Darma yang akan
bersumpah diminta berdiri dan maju berjajar di depan
hakim yang akan menyumpahnya. Hakim memerintah
rohaniwan (kalau ada) untuk mendampingi saksi.
Hakim selanjutnya memerintahkan saksi menirukan
lafal sumpah yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“Om atah Parama Wisesa.. saya bersumpah..
bahwa saya akan memberikan keterangan yang
sebenarnya...tidak lain dari yang sebenarnya..”.
Setelah selesai bersumpah petugas kembali ke
tempatnya. Para saksi dipersilahkan hakim untuk
kembali duduk di kursi saksi.
e) Untuk saksi yang beragama Budha tata caranya: Saksi-
saksi yang beragama Budha yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju berjajar di depan hakim
yang akan menyumpahnya. Hakim memerintah
rohaniwan (kalau ada) untuk mendampingi saksi.
Hakim selanjutnya memerintahkan saksi menirukan
lafal sumpah yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“Demi Sang Hyang Adi Budha.. saya bersumpah..
bahwa saya akan memberikan keterangan yang
sebenarnya...tidak lain dari yang sebenarnya..”.
Setelah selesai bersumpah petugas kembali ke
tempatnya. Para saksi dipersilahkan hakim untuk
kembali duduk di kursi saksi.

217
Praktik Peradilan Perdata

f) Untuk saksi yang memeluk aliran Kepercayaan Kepada


Tuhan Yang Maha Esa tata caranya: Saksi-saksi yang
memeluk aliran kepercayaan yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim selanjutnya memerintahkan
saksi menirukan lafal sumpah yang diucapkan hakim
sebagai berikut:
“Demi Tuhan/Allah yang Maha Esa.. saya
bersumpah..bahwa saya akan memberikan
keterangan yang sebenarnya...tidak lain dari yang
sebenarnya..”.
Setelah selesai bersumpah para saksi dipersilahkan
hakim untuk kembali duduk di kursi saksi.
10) Hakim melakukan penyumpahan terhadap seluruh saksi
terlebih dahulu. Kalau sudah selesai Hakim meminta
salah satu saksi diperiksa dan yang lain keluar dari ruang
sidang terlebih dahulu. Saksi yang akan diperiksa tetap
duduk, sedang yang diperintahkan keluar, harus keluar
dan menunggu giliran diperiksa di luar ruang sidang.
Hakim selanjutnya minta saksi yang akan diperiksa maju
dan duduk di kursi pemeriksaan saksi.
11) Ketua majelis Hakim melakukan pemeriksaan saksi dengan
model salah satu dari model berikut ini.
a) Hakim langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada saksi: mulai dari menanyakan seberapa kenal
dan dekat hubungan saksi dengan para pihak -misalnya
dengan pertanyaan-pertanyaan: sudah berapa lama
sebagai tetangga penggugat/tergugat, kapan penggugat/
tergugat menempati rumahnya, apakah sering bertemu,
apa pekerjaan penggugat/tergugat, dsb (untuk
mengetahui apakah saksi benar-benar mengenal dan
dekat dengan para pihak)- hingga pertanyaan tentang

218
Proses Peradilan Perdata

persoalan antara penggugat dan tergugat. Pertanyaan


yang diajukan diarahkan yang berhubungan dengan
dalil-dalil yang diajukan tergugat dan penggugat
sehingga hakim dapat menyimpulkan apakah dalil-dalil
tersebut didukung/tidak didukung dengan keterangan
saksi. Penggugat/tergugat dapat mengajukan interupsi/
keberatan atas pertanyaan yang diajukan hakim dengan
alasan: menjerat, menggiring, tidak ada hubungannya,
menekan, pertanyaan kesimpulan. Juga interupsi
terhadap jawaban saksi dengan alasan jawabannya
berupa kesimpulan, bukan fakta yang dilihat/didengar
saksi. Terhadap interupsi ini hakim harus menjawab
menerima atau menolak dengan memberi alasan.
Kalau diterima maka pertanyaan dan jawaban yang
dianggap menjebak, menekan, menggiring, tidak
relevan, dan/atau kesimpulan tadi dianggap tidak ada,
diganti dengan bentuk pertanyaan dan jawaban yang
berbeda sesuai hukum acara. Apabila majelis hakim
sudah cukup dalam menggali keterangan dari saksi,
selanjutnya memberi kesempatan kepada tergugat
apabila hendak mengajukan pertanyaan kepada
saksinya. Apabila tergugat sudah cukup mengajukan
pertanyaan kepada saksinya, hakim mempersilahkan
penggugat apabila hendak mengajukan pertanyaan
kepada saksi tergugat. Demikian hingga pemeriksaan
saksi tersebut dianggap cukup.
b) Ketua majelis hakim meminta saksi menceritakan
kronologis peristiwa sehingga penggugat menggugat
tergugat, tentang apa yang saksi lihat, dengar dan alami
dalam sengketa antara penggugat dan tergugat hingga
selesai. Hakim selanjutnya menggali lebih lanjut
keterangan saksi dengan mengajukan pertanyaan yang
lebih detail/bersifat mengkonfirmasi/menegaskan.

219
Praktik Peradilan Perdata

Penggugat/tergugat dapat mengajukan interupsi/


keberatan atas pertanyaan yang diajukan hakim dengan
alasan: menjerat, menggiring, tidak ada hubungannya,
menekan, pertanyaan kesimpulan. Juga interupsi
terhadap jawaban saksi dengan alasan jawabannya
berupa kesimpulan, bukan fakta yang dilihat/didengar
saksi. Terhadap interupsi ini hakim harus menjawab
menerima atau menolak dengan memberi alasan. Kalau
diterima maka pertanyaan dan jawaban yang dianggap
menjebak, menekan, menggiring, tidak relevan, dan/
atau kesimpulan tadi dianggap tidak ada, diganti
dengan bentuk pertanyaan dan jawaban yang berbeda
sesuai hukum acara.
Setelah para hakim selesai mengajukan pertanyaan
kepada saksi, baru tergugat diberi kesempatan
mengajukan pertanyaan. Tergugat mengajukan
pertanyaan yang belum ditanyakan oleh hakim.
Apabila pertanyaan yang diajukan sifatnya mengulang,
menjerat, menekan, menggiring, maka hakim dapat
mengingatkan dan minta untuk diajukan pertanyaan
yang lain. Penggugat juga dapat mengajukan interupsi
apabila pertanyaan yang diajukan pihak lawan kepada
saksi sifatnya menekan, menjerat, menggiring,
mengulang.Apabila tergugat selesai mengajukan
pertanyaan kepada saksinya, Penggugat selanjutnya
diberi kesempatan mengajukan pertanyaan kepada
saksi tergugat. Demikian pemeriksan terhadap saksi
dilakukan hingga dianggap cukup.
c) Ketua majelis hakim menanyakan kepada tergugat
untuk apa saksi dihadirkan di persidangan. Tergugat
menjawab. Kalau kehadiran saksi ada relevansi
dengan peristiwa yang hendak dibuktikan, hakim
mempersilahkan tergugat mengajukan pertanyaan-

220
Proses Peradilan Perdata

pertanyaan. Apabila tergugat sudah cukup dalam


mengajukan pertanyaan-pertanyaan, hakim ganti
mempersilahkan penggugat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Disela-sela pertanyaan dari penggugat dan
tergugat, hakim juga dapat mengajukan pertanyaan
kepada saksi untuk lebih menegaskan, mengkonfirmasi
atau lebih detail. Demikian pemeriksaan saksi
dilakukan hingga dianggap cukup.
12) Apabila seluruh pertanyaan sudah dianggap cukup, Ketua
majelis hakim minta tanggapan pihak tergugat mengenai
keterangan saksinya, apakah sudah benar semua? Tergugat
menjawab keberatan/tidak. Hakim minta tanggapan
penggugat atas keterangan saksi dari pihak tergugat,
apakah keberatan atau tidak? Penggugat menjawab
keberatan/tidak. Kalau penggugat menjawab keberatan,
hakim dapat menanyakan lebih lanjut bagian mana yang
keberatan dan dapat langsung minta konfirmasi kepada
saksi untuk ketegasan keterangan saksi yang sebenarnya.
Panitera mencatat semua keterangan saksi dan tanggapan
para pihak.
13) Ketua majelis Hakim selanjutnya menjelaskan kepada
saksi bahwa keterangannya di pengadilan sudah dianggap
cukup dan pemeriksaan atasnya sudah selesai, selanjutnya
hakim memerintahkan saksi untuk mengambil KTP
di panitera dan mundur dari kursi pemeriksaan saksi
dan dipersilahkan duduk kembali di kursi tunggu saksi
dan tetap di dalam ruang sidang untuk berjaga-jaga
apabila masih ada pertanyaan tambahan lagi atau untuk
konfrontasi dengan saksi lain yang akan diperiksa.
14) Hakim selanjutnya memerintahkan tergugat/petugas
pengadilan untuk memanggil saksi tergugat yang kedua
(apabila ada lebih dari satu saksi) untuk diperiksa.

221
Praktik Peradilan Perdata

15) S a k s i b e r i kut ny a m a s u k r u a n g s i d a n g . Ha k i m
memersilahkannya duduk di kursi pemeriksaan saksi.
Pemeriksaan selanjutnya sama dengan pemeriksaan saksi
sebagaimana telah diuraikan di atas.
16) Hakim dan para pihak dapat mengonfrontir keterangan
saksi yang satu dengan keterangan saksi lainnya untuk
memperoleh kebenaran fakta. Panitera aktif mencatat setiap
keterangan dan berbagai tanggapan yang berhubungan
dengan keterangan saksi.
17) Apabila saksi yang diajukan oleh tergugat telah diperiksa
semua, hakim menanyakan kepada tergugat apakah masih
ada saksi yang akan diajukan.
18) Tergugat menjawab: masih ada/sudah tidak ada lagi.
19) Kalau masih ada saksi yang akan diajukan, ketua majelis
hakim menunda persidangan selanjutnya dengan acara
saksi tambahan dari tergugat.
20) Kalau tidak ada lagi saksi tergugat yang akan diperiksa,
hakim menanyakan kepada penggugat apakah ada bukti
lain yang akan diajukan.Tergugat juga dapat ditanyakan
apakah akan mengajukan bukti lain selain surat dan saksi.
21) Penggugatdan tergugat menjawab: ya/tidak
22) Apabila ada, penggugat/tergugat menjelaskan bukti apa
yang akan diajukan, misalnya saksi ahli/pemeriksaan
setempat. Kalau saksi ahli, Ketua majelis menanyakan
saksi ahli untuk menjelaskan dalil apa? Penggugat/
tergugat menjawab. (Hakim perlu yakin bahwa saksi ahli
yang akan diajukan relevan untuk membantu menambah
pengetahuan hakim). Apabila dianggap relevan hakim
dapat mengabulkan keinginan penggugat/tergugat
menghadirkan saksi ahli. Hakim setelah menyatakan
persetujuannya, selanjutnya menanyakan apakah siap
diajukan hari ini.

222
Proses Peradilan Perdata

23) Penggugat/tergugat menjawab: siap/belum


24) Apabila sudah siap, pemeriksaan saksi dilakukan dengan
acara sebagaimana diuraikan di bawah.
25) Apabila belum siap, hakim menunda persidangan selama
satu minggu (atau waktu lain yang disepakati para
pihak dan disetujui hakim) untuk memberi kesempatan
penggugat/tergugat menyiapkan saksi ahlinya. Apabila
para pihak sepakat dengan jangka waktu penundaan
sidang, hakim menjelaskan bahwa sidang akan ditunda
pada tanggal …dengan acara pengajuan saksi ahli dari
penggugat/tergugat, para pihak datang tanpa perlu
dipanggil lagi.Hakim menutup persidangan, kemudian
meninggalkan ruang sidang.

M. Pemeriksaan Saksi Ahli Penggugat/Tergugat


Dalam penegakan hukum perdata, selain surat dan saksi para
pihak juga dapat mengajukan saksi ahli (lihat Pasal 153 HIR). Saksi
ahli adalah seseorang yang dianggap menguasai suatu pengetahuan
yang diperlukan untuk membantu menambah pengetahuan hakim.
Harapannya keterangan ahli dapat memberi pengaruh pada hakim
dalam menjatuhkan putusan. Saksi ahli yang diajukan harus memenuhi
persyaratan sebagaimana ditentukan dalam hukum acara. Para
pihak harus menyiapkan saksi ahli yang kira-kira akan mendukung
dalil-dalilnya. Pemeriksaan saksi ahli pada dasarnya sama dengan
pemeriksaan saksi, perbedaannya saksi ahli tidak ditanya dan tidak
menjelaskan fakta atau peristiwa konkrit yang didengar, dilihat,
atau dialami, melainkan ditanya dan menjelaskan pengetahuan
tentang suatu peristiwa berdasarkan keahliannya. Saksi ahli sebelum
memberikan keterangan juga harus disumpah terlebih dahulu. Tata
cara pemeriksaan saksi ahli penggugat dan tergugat juga analogi
dengan tata cara pemeriksaan saksi penggugat dan tergugat. Berikut
dipaparkan tata cara pemeriksan saksi ahli dari penggugat.

223
Praktik Peradilan Perdata

1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang, kemudian duduk di


kursi majelis hakim
2. Ketua majelis membuka sidang
3. Ketua majelis menjelaskan acara sidang hari ini, yakni
pemeriksaan saksi ahli dari penggugat
4. Ketua majelis menanyakan kepada penggugat apakah sudah
siap dengan saksi ahlinya
5. Kuasa penggugat menjawab: belum/sudah.
6. Kalau penggugat menjawab sudah siap dengan saksi ahlinya:
1) Ketua majelis menanyakan kepada penggugat nama saksi
ahlinya, selanjutnya memerintahkan kepada penggugat/
petugas pengadilan untuk memanggil saksi ahli masuk ke
ruang sidang.
2) Penggugat/petugas pengadilan memanggil saksi ahlinya
untuk masuk ke ruang sidang.
3) Saksi ahli penggugat memasuki ruang sidang
4) Ketua majelis memerintahkan saksi ahli untuk duduk di
kursi pemeriksaan saksi di depan meja ketua majelis.
5) Saksi ahli duduk di kursi pemeriksaan saksi.
6) Majelis hakim mengecek kebenaran nama saksi ahli
kemudian meminta saksi ahli menyerahkan KTPnya
kepada ketua majelis hakim.
7) Hakim menanyakan identitas saksi dari KTPnya, surat
tugas dari instansi, dokumen lain yang menunjukkan
keahliannya, dan mengecek agama saksi ahli untuk
kepentingan penyumpahan.
8) Pihak tergugat dapat mengajukan keberatan mengenai
keahlian dari saksi ahli yang diajukan penggugat. Hakim
menanggapi keberatan tergugat dan sekali lagi mengecek
keabsahan saksi ahli berdasarkan hukum acara. Apabila
hakim menganggap sah, keberatan tidak diterima dan

224
Proses Peradilan Perdata

pemeriksaan saksi ahli dapat dilanjutkan. Apabila


keberatan dianggap benar, pemeriksaan saksi ahli tidak
dapat dilakukan. Penggugat dapat mengajukan saksi ahli
lainnya.
9) Hakim juga menanyakan kepada saksi ahli apakah
mengenal penggugat yang mengajukannya dan tergugat
sambil menunjukkan para pihak. Saksi ahli menjawab.
Hakim juga menanyakan kepada saksi apakah masih ada
hubungan keluarga atau hubungan pekerjaan dengan pihak
penggugat yang mengajukannya, serta dengan pihak lawan
yakni tergugat. Saksi ahli menjawab pertanyaan hakim.
Apabila masih ada hubungan keluarga atau pekerjaan, saksi
ahli tidak dapat diperiksa sebagai saksi ahli.
10) Apabila saksi ahli tidak ada hubungan sedarah atau
pekerjaan yang menghalanginya untuk diperiksa dan
memberikan keterangan sebagai saksi ahli, maka hakim
menjelaskan kepada saksi ahli bahwa sebelum memberikan
pengetahuannya harus mengangkat sumpah terlebih
dahulu. Hakim kemudian menanyakan kepada saksi
apakah bersedia bersumpah sebelum diperiksa. Saksi ahli
menjawab.
11) Apabila saksi ahli bersedia bersumpah, maka hakim
melakukan penyumpahan saksi ahli menurut ketentuan
yang berlaku.
a) Bila saksi ahli beragama Islam tata caranya: saksi
ahli yang beragama Islam yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim memerintahkan rohaniwan/
petugas penyumpahan untuk membawa Al Qur’an
dan menempatkan Al Qur’an di atas kepala saksi
ahli. Hakim selanjutnya memerintahkan saksi ahli
menirukan lafal sumpah yang diucapkan hakim sebagai
berikut:

225
Praktik Peradilan Perdata

“ Bismillah Hirohman Nirohim”..Demi Allah saya


bersumpah..bawah saya sebagai saksi ahli...akan
memberikan keterangan sesuai keahlian saya
dengan penuh tanggung jawab...”.
Setelah selesai bersumpah petugas mengembalikan
Al Qur’an dan kembali ke tempatnya. Saksi ahli
dipersilahkan hakim untuk kembali duduk di kursi
saksi.
b) Untuk saksi ahli yang beragama Katolik tata caranya:
Saksi ahli yang beragama Katholik yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim memerintahkan rohaniwan/
petugas penyumpahan untuk membawa Kitab Suci,
meletakkan Kitab Suci dii samping kiri saksi ahli.
Saki ahli diminta meletakkan tangan kirinya di atas
Kitab Suci dan tangan kanannya diangkat sampai
setinggi telinga dengan posisimengacungkan tiga jari
telunjjuk, jari tengah dan jari manis. Hakim selanjutnya
memerintahkan saksi ahli menirukan lafal sumpah
yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“ Demi Allah saya berjanji.. bahwa saya sebagai
saksi ahli...akan memberikan keterangan sesuai
keahlian saya dengan penuh tanggung jawab....”.
Setelah selesai bersumpah petugas mengembalikan
Kitab Suci dan kembali ke tempatnya. Saksi ahli
dipersilahkan hakim untuk kembali duduk di kursi
saksi.
c) Untuk saksi ahli yang beragama Kristen tata caranya:
Saksi ahli yang beragama Kristen yang akan bersumpah
diminta berdiri dan maju di depan hakim yang akan
menyumpahnya. Hakim memerintahkan rohaniwan/
petugas penyumpahan untuk membawa Kitab Suci,

226
Proses Peradilan Perdata

meletakkan Kitab Suci di samping kiri saksi ahli. Saksi


ahli diminta meletakkan tangan kirinya di atas Kitab
Suci dan tangan kanannya diangkat sampai setinggi
telinga dengan posisi mengacungkan dua jari telunjjuk
dan jari tengah. Hakim selanjutnya memerintahkan
saksi ahli menirukan lafal sumpah yang diucapkan
hakim sebagai berikut:
“ Demi Allah saya berjanji.. Bahwa saya sebagai
saksi ahli ..akan memberikan keterangan sesuai
dengan kehalian saya dengan penuh tanggung
jawab...”.
Setelah selesai bersumpah petugas mengembalikan
Kitab Suci dan kembali ke tempatnya. Saksi ahli
dipersilahkan hakim untuk kembali duduk di kursi
saksi.
d) Untuk saksi ahli yang beragama  Hindu Darma tata
caranya: Saksi ahli yang beragama Hindu Darma yang
akan bersumpah diminta berdiri dan maju di depan
hakim yang akan menyumpahnya. Hakim memerintah
rohaniwan (kalau ada) untuk mendampingi saksi
ahli. Hakim selanjutnya memerintahkan saksi ahli
menirukan lafal sumpah yang diucapkan hakim sebagai
berikut:
“Om atah Parama Wisesa.. saya bersumpah..
bahwa saya sebagai saksi ahli ..akan memberikan
keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian
saya dengan penuh tanggung jawab..”.
Setelah selesai bersumpah petugas kembali ke
tempatnya. Saksi ahli dipersilahkan hakim untuk
kembali duduk di kursi saksi.
e) Untuk saksi ahli yang beragama Budha tata caranya:
Saksi ahli yang beragama Budha yang akan bersumpah

227
Praktik Peradilan Perdata

diminta berdiri dan maju di depan hakim yang akan


menyumpahnya. Hakim memerintah rohaniwan (kalau
ada) untuk mendampingi saksi ahli. Hakim selanjutnya
memerintahkan saksi ahli menirukan lafal sumpah
yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“Demi Sang Hyang Adhi Budha.. saya bersumpah..
bahwa saya sebagai saksi ahli ..akan memberikan
keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian
saya dengan penuh tanggung jawab..”.
Setelah selesai bersumpah petugas kembali ke
tempatnya. Saksi ahli dipersilahkan hakim untuk
kembali duduk di kursi saksi.
f) Untuk saksi ahli yang memeluk aliran Kepercayaan
Kepada Tuhan Yang Maha Esa tata caranya: Saksi
ahli yang memeluk aliran kepercayaan yang akan
bersumpah diminta berdiri dan maju di depan hakim
yang akan menyumpahnya. Hakim selanjutnya
memerintahkan saksi ahli menirukan lafal sumpah
yang diucapkan hakim sebagai berikut:
“Demi Tuhan/Allah yang maha Esa.. saya
bersumpah..bahwa saya sebagai saksi ahli ...akan
memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai
dengan keahlian saya...dengan penuh tanggung
jawab...”.
Setelah selesai bersumpah petugas mengembalikan
Kitab Suci dan kembali ke tempatnya. Saksi ahli
dipersilahkan hakim untuk kembali duduk di kursi
saksi.
12) Ketua majelis Hakim melakukan pemeriksaan saksi ahli
dengan urut-urutan pertanyaan:
a) Menanyakan lebih lanjut curriculum vitae saksi ahli.
Misalnya dengan pertanyaan: saudara lulus dari mana,

228
Proses Peradilan Perdata

fakultas apa, sekarang karirnya sebagai apa, pernah


menjadi saksi ahli, menjabat sebagai Koordinator
Lembaga Perlindungan Anak sejak kapan, apa saja
karya ilmiah yang dipublikasikan, dan sebagainya
(memperdalam pengetahuan hakim tentang kepakaran/
keahlian saksi). Terhadap pertanyaan hakim para pihak
dapat mengajukan interupsi dengan memberikan
alasannya. Hakim menjawab interupsi tersebut.
b) Menanyakan pengetahuan saksi yang berhubungan
dengan persoalan yang sedang disengketakan para
pihak. Misalnya tentang: kapan seseorang dianggap
dewasa, kalau ada sanksi “perjanjian batal demi
hukum” harus melalui pembatalan di pengadilan atau
tidak perlu, dan sebagainya (minta pendapat ahli
sehubungan dengan suatu hal yang dipersoalkan para
pihak). Terhadap pertanyaan hakim dan jawaban ahli,
penggugat dan tergugat dapat mengajukan interupsi/
keberatan dengan memberikan alasan. Misalnya:
pertanyaan menjerat, tidak relevan, menggiring,
menekan, jawaban tentang fakta bukan tentang
pengetahuan, dsb. Hakim menanggapi interupsi para
pihak.
13) Ketua majelis mempersilahkan pihak penggugat yang
mengajukan saksi ahli untuk mengajukan pertanyaan
(pertanyan dan jawaban harus yang mendukung dalil-
dalil penggugat). Penggugat mengajukan pertanyaan, dan
apabila selesai menyatakan “cukup” kepada hakim.
14) Apabila hakim dan pihak penggugat menganggap
cukup/selesai mengajukan pertanyaan kepada saksi
ahli, hakim selanjutnya memberi kesempatan kepada
pihak tergugat mengajukan pertanyaan kepada saksi ahli
penggugat (pertanyaan yang diajukan yang sekiranya

229
Praktik Peradilan Perdata

dapat mematahkan keterangan saksi ahli sebelumnya yang


memberatkan tergugat).
15) Apabila tergugat sudah menganggap selesai dengan
pertanyaan, tergugat menyatakan “cukup” kepada ketua
majelis hakim.
16) Ketua majelis hakim minta tanggapan pihak penggugat
mengenai keterangan saksi ahlinya, apakah setuju atau
keberatan. Penggugat menjawab (panitera mencatat
tanggapan penggugat). Hakim minta tanggapan tergugat
atas keterangan saksi ahli dari pihak penggugat, apakah
keberatan atau tidak? Tergugat menjawab keberatan/tidak
(panitera mencatat tanggapan tergugat atas keterangan
saksi ahli penggugat). Kalau tergugat menjawab keberatan,
hakim dapat menanyakan lebih lanjut bagian mana yang
keberatan dan dapat langsung minta konfirmasi kepada
saksi ahli untuk ketegasan keterangan saksi ahli.
17) Hakim untuk yang terakhir menanyakan apakah masih
ada pertanyaan yang akan diajukan pada saksi ahli.
Para pihak menjawab cukup/masih ada. Kalau mereka
menjawab cukup, maka hakim selanjutnya menjelaskan
kepada saksi ahli bahwa keterangannya di pengadilan
sudah dianggap cukup dan pemeriksaan atasnya sudah
selesai, selanjutnya hakim memerintahkan saksi ahli untuk
mengambil dokumen yang tadi diserahkan kepada hakim
dan mundur dari kursi pemeriksaan saksi tapi dapat tetap
berada di ruang sidang (di kursi pengunjung) atau keluar
sidang.
18) Hakim menanyakan kepada tergugat apakah juga akan
mengajukan saksi ahli?
19) Tergugat menjawab: ya/tidak.
a) Apabila ya, hakim menanyakan untuk kepentingan
apa? tergugat memberikan penjelasan, hakim menilai

230
Proses Peradilan Perdata

apakah saksi ahli yang akan diajukan tergugat dianggap


relevan atau tidak. Apabila dianggap relevan, hakim
mengabulkan keinginan tergugat. Pengajuan dan
pemeriksaan saksi ahli tergugat selanjutnya sama
dengan pemeriksaan saksi ahli pihak penggugat.
b) Apabila tergugat tidak mengajukan saksi ahli,
hakim menanyakan kepada para pihak apakah akan
mengajukan bukti lain? Para pihak menjawab.
20) Apabila tidak ada lagi bukti-bukti yang akan diajukan
oleh para pihak, hakim menjelaskan bahwa acara
sidang berikutnya adalah menyerahan kesimpulan dari
penggugat dan tergugat. Hakim menanyakan kepada para
pihak apakah akan mengajukan kesimpulan. Para pihak
menjawab secara bergantian.
a) Apabila para pihak akan mengajukan kesimpulan,
Hakim menunda persidangan selama satu minggu atau
waktu lain yang disepakati dan disetujui oleh hakim
guna memberi kesempatan para pihak untuk menyusun
kesimpulannya. Hakim menyatakan sidang telah selesai
dan dinyatakan ditutup. Hakim meninggalkan ruang
siding, diikuti para pihak.
b) Apabila para pihak tidak mengajukan kesimpulan, maka
hakim menjelaskan bahwa acara sidang berikutnya
adalah pembacaan putusan. Hakim menunda sidang
selama satu minggu atau waktu lain yang ditentukan
hakim guna memberi kesempatan kepada majelis hakim
guna bermusyawarah dan menyusun putusannya.
Hakim menyatakan sidang selesai dan ditutup. Hakim
meninggalkan ruang sidang, diikuti para pihak.
21) Apabila para pihak masih akan mengajukan bukti lain,
mereka dapat mengemukakan kepada hakim sebelum
hakim menyatakan acara pembuktian selesai. Misalnya

231
Praktik Peradilan Perdata

pemeriksaan setempat. Terhadap permohonan pemeriksaan


setempat, hakim akan menetapkan apakah mengabulkan
atau tidak berdasarkan relevansinya. Apabila hakim
menganggap relevan, selanjutnya hakim menentukan
kapan dilakukan pemeriksaan setempat dan dimana
dan bagaimana persiapan teknis yang harus dilakukan.
Pihak yang mengajukan permohonan menjawab. Hakim
menyatakan sidang ditunda dalam waktu yang sudah
ditentukan untuk melakukan pemeriksaan setempat di
lokasi yang sudah ditunjuk. Para pihak diminta hadir
langsung di tempat atau di pengadilan terlebih dahulu
untuk pembukaan sidang (dapat dipilih salah satu). Hakim
menutup sidang dan meninggalkan ruang sidang.

N. Sidang Pemeriksaan Setempat


Pemeriksaan setempat juga dapat dipergunakan sebagai salah
satu alat bukti untuk membantu hakim menemukan kebenaran
sebagaimana diatur di dalam Pasal 154 HIR. Pemeriksaan setempat
merupakan cara untuk mengetahui kebenaran peristiwa dengan
langsung melihat dan memeriksa tempat obyek yang menjadi sengketa,
misalnya mengukur langsung luas tanah, menghitung langsung jumlah
pohon jati di perkebunan, memeriksa luas jalan dan bentuk tikungan
serta tingkat kemiringannya tempat terjadinya kecelakaan, dan
sebagainya. Pemeriksaan setempat biasanya dilakukan apabila hakim
ragu-ragu terhadap bukti-bukti yang telah diajukan para pihak, atau
ada perbedaan fakta yang diajukan penggugat dan tergugat melalui
bukti-bukti yang telah mereka ajukan. Pemeriksaan setempat dapat
diajukan oleh para pihak dengan permohonan. Hakim yang akan
menentukan, apakah pemeriksaan setempat perlu dilakukan atau
tidak. Pada saat dilakukan pemeriksaan setempat, kadang ada pihak
lain yang akan diundang untuk menyaksikan, misalnya tetangga yang
berbatasan dengan tanah obyek sengketa, ketua RT, petugas Kantor
Pertanahan, dan sebagainya.

232
Proses Peradilan Perdata

Apabila permohonan salah satu pihak untuk melakukan


pemeriksaan setempat dikabulkan oleh hakim, maka tata cara
pemeriksaan setempatnya dapat dilakukan dengan 2 model, yakni
pembukaan sidang dilakukan di gedung pengadilan, atau, dilakukan di
lokasi pemeriksaan setempat. Secara rinci tata cara sidang pemeriksaan
setempat adalah sebagai berikut.
1. Para pihak datang di persidangan pengadilan terlebih dahulu
untuk pembukaan sidang, atau, langsung ke lokasi untuk
pembukaan sidang di lokasi.
2. Hakim membuka sidang dan menjelaskan acara sidang hari
ini, yakni pemeriksaan setempat atas permohonan penggugat/
tergugat.
3. Apabila salah satu pihak tidak hadir, maka hakim menunda
persidangan sekali lagi dengan memberikan alasannya
yakni karena salah satu pihak tidak hadir. Hakim menunda
persidangan selama satu minggu atau hari lain yang ditentukan,
pihak yang hadir tidak perlu dipanggil lagi, sedang pihak yang
tidak hadir akan dipanggil. Hakim menyatakan sidang selesai
dan ditutup. Hakim meninggalkan ruang sidang diikuti pihak
yang hadir.
4. Apabila kedua belah pihak hadir, Hakim menjelaskan bahwa
pemeriksaan setempat akan dilakukan untuk mengetahui
….hakim mengajak panitera, para pihak, serta juru sita/petugas
yang dibutuhkan untuk bersama-sama menuju ke lokasi untuk
pemeriksaan setempat
5. Di lokasi hakim mempimpin pemeriksaan setempat. Misal
untuk mengukur luas tanah, hakim yang memerintahkan
juru sita/petugas pengukur untuk melakukan pengukuran,
disaksikan oleh para pihak, tetangga yang bersebelahan, ketua
RT.
6. Apabila dianggap selesai, hasilnya dicatat oleh panitera. Hakim
menjelaskan hasil pemeriksaan setempat kepada para pihak
dan menanyakan kepada penggugat dan tergugat, apakah

233
Praktik Peradilan Perdata

keberatan atau tidak terhadap hasil pemeriksaan setempat


tersebut. Para pihak menjawab (keberatan/tidak keberatan/
akan ditanggapi dalam kesimpulan). Hakim memerintahkan
Panitera untuk mencatat tanggapan para pihak.
7. Hakim menanyakan kepada para pihak apakah masih ada
bukti-bukti lain yang akan diajukan. Para pihak menjawab:
ada/tidak ada.
8. Apabila masih ada bukti yang akan diajukan penggugat/
tergugat, hakim menanyakan bukti apa. Pihak yang akan
mengajukan menjawab. Hakim menunda sidang selama
satu minggu atau waktu lain yang disepakati dan disetujui
hakim, untuk memberi kesempatan bagi penggugat/tergugat
mengajukan tambahan alat bukti …(sebutkan alat buktinya),
para pihak hadir di pengadilan tanpa perlu dipanggil lagi.
Hakim menyatakan sidang pemeriksaan setempat telah selesai
dan dinyatakan ditutup.
9. Apabila tidak ada lagi bukti-bukti yang akan diajukan para
pihak, maka hakim akan menjelaskan bahwa acara sidang
berikutnya adalah penyerahan kesimpulan dari penggugat
dan tergugat. Hakim menanyakan kepada para pihak apakah
akan mengajukan kesimpulan. Para pihak menjawab secara
bergantian.
a. Apabila para pihak akan mengajukan kesimpulan, Hakim
menunda persidangan selama satu minggu atau waktu lain
yang disepakati dan disetujui oleh hakim guna memberi
kesempatan para pihak untuk menyusun kesimpulannya.
Hakim menyatakan sidang telah selesai dan dinyatakan
ditutup. Hakim meninggalkan ruang sidang, diikuti para
pihak.
b) Apabila para pihak tidak mengajukan kesimpulan, maka
hakim menjelaskan bahwa acara sidang berikutnya
adalah pembacaan putusan. Hakim menunda sidang
selama satu minggu atau waktu lain yang ditentukan

234
Proses Peradilan Perdata

hakim guna memberi ksempatan kepada majelis hakim


guna bermusyawarah dan menyusun putusannya.
Hakim menyatakan sidang selesai dan ditutup. Hakim
meninggalkan ruang sidang, diikuti para pihak.

O. Sidang Pengangkatan Sumpah sebagai Alat Bukti.


Dalam penegakan hukum perdata, para pihak dapat mengangkat
sumpah untuk mendukung kebenaran fakta atau dalil yang diajukan.
Sumpah sebagai alat bukti tersebut ada dua, yakni sumpah pemutus
(diatur di dalam Pasal 156 HIR) dan sumpah pelengkap (diatur dalam
Pasal 155 HIR). Sumpah pemutus dapat diajukan apabila tidak ada alat
bukti sama sekali dalam suatu perkara. Dalam hal demikian Penggugat
atau tergugat dapat melakukan sumpah pemutus apabila diperintahkan
oleh pihak lawan dan yang diperintahkan bersedia mengangkat
sumpah pemutus. Sumpah pelengkap dapat dilakukan apabila ada
bukti-bukti permulaan yang diajukan salah satu pihak, sedang pihak
lain sama sekali tidak punya alat bukti, akan tetapi oleh hakim bukti
yang diajukan tersebut belum dianggap cukup. Dalam hal demikian
hakim dapat memutuskan untuk memerintahkan salah satu pihak
(yakni pihak yang mengajukan bukti akan tetapi tidak cukup) untuk
melengkapi buktinya dengan mengangkat sumpah pelengkap. Perintah
untuk mengangkat sumpah dari hakim atas permohonan pihak lawan
atau hakim dituangkan dalam putusan sela terlebih dahulu.
Apabila sudah ada putusan sela tentang perintah mengangkat
sumpah, maka tata cara penyumpahan dilakukan menurut agama/
kepercayaan masing masing. Bagi yang beragama Islam misalnya,
sumpah pemutus dapat dilakukan dengan sumpah pocong di masjid.
Secara detail tata cara sidang untuk pengucapan sumpah adalah sebagai
berikut.
1. Hakim membuka persidangan di gedung pengadilan atau
langsung di masjid.
2. Hakim menjelaskan kepada para pihak acara sidang hari ini,
yakni pengucapan sumpah pemutus/sela sebagaimana telah

235
Praktik Peradilan Perdata

diperintahkan berdasarkan putusan sela yang telah dijatuhkan


pada sidang sebelumnya.
3.a. Ap abi la s a la h s atu pi ha k t ida k hadir, ma ka ha kim
menginformasikan ketidakhadirannya dan oleh karenanya
menyatakan sidang pengucapan sumpah ditunda untuk
menunggu kehadiran kedua belah pihak, hakim menentukan
hari sidang berikutnya beserta agendanya yakni pengucapan
sumpah, menututp sidang dan sidang selesai.
3.b. Apabila kedua belah pihak hadir, maka hakim memeriksa
kesiapan para petugas dan peralatan yang diperlukan, antara
lain: pemuka agama yang akan membantu penyumpahan,
Al Qur’an, kain kafan, alas untuk tidur (apabila dilakukan
penyumpahan menurut agama Islam).
4. Apabila petugas dan perlengkapan sudah lengkap, hakim
mempersilahkan pihak yang akan mengangkat sumpah untuk
ditutup dengan kain kafan sesuai ketentuan agama Islam,
pemuka agama meletakkan A Qur’an di atas kepala pihak yang
akan mengangkat sumpah.
5. Hakim menanyakan kepada pihak yang akan mengangkat
sumpah apakah sudah siap untuk mengangkat sumpah dengan
isi keterangan yang sudah disepakati para pihak sebelumnya.
Pihak yang akan mengangkat sumpah menjawab.
6. Hakim memimpin pengangkatan sumpah pemutus menurut
tata cara agama Islam, di hadapan pihak lawan.
7. Apabila sudah selesai, hakim mempersilahkan pihak yang
mengangkat sumpah bangun dan kain kafan dilepaskan.
Pemuka agama kembali ke tempatnya.
8. Hakim menjelaskan bahwa acara pengucapan sumpah
pemutus/pelengkap telah selesai. Hakim menjelaskan bahwa
dengan diangkatnya sumpah pemutus ini maka keterangan
yang didukung dengan sumpah pemutus yang sudah diucapkan
dianggap benar dan mempunyai kekuatan pembuktian yang

236
Proses Peradilan Perdata

sempurna. Hakim menegaskan kepada para pihak untuk


memahami hal tersebut.
9. Hakim menjelaskan kepada para pihak bahwa dengan
diucapkannya sumpah pemutus/pelengkap, maka acara
pembuktian telah selesai, sidang berikutnya adalah penyerahan
kesimpulan.
10. Hakim menanyakan kepada para pihak apakah akan
menyerahkan kesimpulan. Para pihak menjawab bergantian.
Para pihak dapat menjawab: akan menyerahkan, atau, tidak
akan menyerahkan kesimpulan.
11.a. Kalau para pihak tidak akan menyerahkan kesimpulan,
hakim menjelaskan bahwa karena tidak ada kesimpulan
sidang berikutnya adalah pembacaan putusan. Hakim
menunda sidang guna memberi kesempatan majelis hakim
bermusyawarah menyusun putusan dalam sidang tertutup.
Hakim menetapkan hari sidang berikutnya dengan acara
pembacaan putusan, para pihak hadir tanpa dipanggil lagi.
Hakim menutup sidang.
11.b. Kalau para pihak atau salah satu pihak ada yang akan
menyerahkan kesimpulan, hakim menawarkan jangka waktu
kepada para pihak untuk menyiapkan kesimpulannya. Para
pihak menanggapi. Hakim menunda persidangan sesuai
dengan jangka waktu yang sudah ditetapkan atau disetujui
para pihak dengan acara penyerahan kesimpulan. Hakim
menutup persidangan, kemudian meninggalkan ruang
sidang.

P. Sidang Penyerahan Kesimpulan


Setelah seluruh rangkaian pemeriksaan dianggap selesai, para
pihak diberi kesempatan untuk menyerahkan kesimpulan yang berisi
rangkuman proses persidangan dan apa yang dapat disimpulkan oleh
penggugat dan tergugat dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Dalam kesimpulan akhirnya misalnya penggugat menyatakan bahwa

237
Praktik Peradilan Perdata

dirinyalah yang benar sehingga gugatannya harus dikabulkan hakim.


Sebaliknya, dalam kesimpulan akhirnya tergugat akan menyatakan
bahwa dirinyalah yang benar sehingga gugatan penggugat haruslah
ditolak atau tidak diterima. Sidang penyerahan kesimpulan dilakukan
dengan urut-urutan sebagai berikut.
1. Majelis Hakim memasuki ruang sidang, kemudian duduk di
kursi majelis hakim
2. Ketua majelis membuka sidang
3. Ketua majelis menjelaskan acara sidang hari ini, yakni
penyerahan kesimpulan baik dari penggugat dan tergugat
4. Ketua majelis menanyakan kepada penggugat dan tergugat
apakah sudah siap dengan kesimpulannya
5. Penggugat dan tergugat menjawab: sudah/belum.
6.a. Apabila penggugat dan tergugat sudah siap dengan
kesimpulannya, Ketua majelis memerintahkan penggugat dan
tergugat maju ke depan menyerahkan kesimpulan. Penggugat
dan Tergugat maju ke depan bergantian menyerahkan
kesimpulan rangkap tiga untuk masing-masing hakim,
dan satu diserahkan ke kuasa lawan, kemudian kembali ke
kursinya. Sebelum membacakan putusannya, sekali lagi
hakim dapat menanyakan kepada para pihak, apakah masih
mau berdamai. Para pihak menjawab. Apabila ternyata para
pihak menjawab mau berdamai, hakim menunda persidangan
guna memberi ksempatan kepda kedua belah pihak untuk
menyerahkan kesepakatan damainya. Sidang perdamaian
kemudian dilaksanakan dengan tata cara sebagaimana telah
diuraikan pada bagian terdahulu. Apabila para pihak tidak
bersedia untuk berdamai, maka hakim menjelaskan bahwa
sidang berikutnya adalah sidang untuk membacakan putusan.
Hakim menunda persidangan dalam jangka waktu yang sudah
ditetapkan guna memberi kesempatan kepada majelis hakim
untuk bermusyawarah dalam sidang tertutup guna menyusun

238
Proses Peradilan Perdata

putusan. Hakim menjelaskan agenda sidang berikutnya yakni


pembacaan putusan hakim. Hakim menutup sidang kemudian
meninggalkan ruang sidang.
6.b. Apabila para pihak ada yang belum menyerahkan kesimpulan,
hakim dapat memberi kesempatan kepada yang bersangkutan
untuk menyerahkan kesimpulan pada sidang selanjutnya.
Hakim menanyakan butuh waktu berapa lama untuk
menyiapkan kesimpulan kepada pihak yang bersangkutan.
Untuk memberi kesempatan kepada pihak tersebut menyiapkan
kesimpulan, sidang kemudian dinyatakan selesai dan ditunda
pada tanggal yang telah ditentukan, dengan mengetukkan palu
di meja. Hakim dan panitera meninggalkan ruang sidang.

Q. Sidang Pembacaan Putusan


Putusan hakim merupakan hasil akhir dari pemeriksaan sengketa
perdata. Putusan hakim merupakan kesimpulan atau jawaban yang
diberikan oleh hakim terhadap gugatan yang diajukan oleh penggugat.
Jawaban majelis hakim terhadap gugatan yang diajukan penggugat
dalam putusannya ada tiga kemungkinan, yakni: mengabulkan gugatan
baik sebagian atau seluruhnya; menolak gugatan baik sebagian atau
seluruhnya; atau menyatakan gugatan tidak diterima (Niet Onvankelijk
verklaard). Tata cara persidangan pembacaan putusan hakim dilakukan
sebagai berikut.
1. Hakim membuka persidangan.
2. Hakim menjelaskan acara sidang hari ini yakni pembacaan
putusan hakim. Sebelum hakim membacakan putusan,
apabila para pihak hadir, para pihak masih dapat diberi
kesempatan untuk berdamai. Para pihak menjawab. Kalau
akhirnya para pihak menjawab akan berdamai, tata caranya
adalah sebagaimana telah diuraikan sebelumnya untuk acara
perdamaian. Apabila ada pihak yang tidak hadir, hakim
menjelaskan bahwa meskipun ada yang tidak hadir, yakni

239
Praktik Peradilan Perdata

penggugat/tergugat, sesuai hukum acara sidang pembacaan


putusan akan tetap dilakukan dan bagi pihak yang tidak hadir
akan diberitahukan isi putusan oleh juru sita pengadilan.
3. Apabila para pihak hadir dan tidak ingin berdamai, maka
hakim menjelaskan akan melanjutkan sidang pembacaan
putusan. Para pihak dipersilahkan untuk mendengarkan.
4. Ketua majelis hakim membacakan putusan. Pembacaan
putusan dapat dilakukan secara bergantian oleh hakim anggota
lainnya apabila putusannya panjang, namun amar putusan
harus dibacakan oleh ketua majelis hakim.
5. Setelah selesai membacakan putusan, ketua majelis hakim
menjelaskan sekali lagi inti dari amar putusan kepada para
pihak. Hakim menjelaskan bahwa bagi pihak Penggugat/
Tergugat yang tidak puas terhadap putusan hakim dapat
mengajukan upaya hukum, dalam tenggang waktu yang
sudah ditentukan oleh peraturan. Hakim menjelaskan bahwa
bagi pihak yang tidak hadir pada saat ini, pengadilan akan
memberitahukan isi putusan.
6. Hakim menyatakan bahwa sidang pembacaan putusan sudah
selesai dan dinyatakan ditutup. Hakim meninggalkan ruang
sidang.

240
DAFTAR PUSTAKA

Adi Nugroho, Susanti, 2010, Class Action & Perbandingannya dengan


Negara lain, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ali, Chaidir, 1985, Yurisprudensi Hukum Acara Perdata Indonesia,
Seri Kesatu, Yogyakarta: Nur Cahya.
Bushmann, CW Star, 1948, Hoofdstukken van Burgerlijke
Rechtsvvordering, Harlem: De Erven F Bohn NV.
Hadisoeprapto, Hartono, 1993, Pengantar Tata Hukum Indonesia,
Yogyakarta: Liberty.
Harahap, M.Yahya, 2005, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika.
Harifin A.Tumpa, 1992, Uang Paksa (Dwangsom), Jilid I, Jakarta:
Mahkamah Agung RI
-------------, 1992, Uang Paksa (Dwangsom), Jilid II, Jakarta: Mahkamah
Agung RI
Mertokusumo, Sudikno, 1996, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty.
-----------, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Penerbit
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Mr.Tresna, 1989, Komentar Atas HIR,. Jakarta: Pradnya Paramita.
Mr.C.Asser, 1991, Pengajian Hukum Belanda, penerjemah Sulaiman
Binol, Jakarta: Dian Rakyat.
Muhammad, Abdulkadir, 1990, Hukum Acara Perdata Indonesia,
Bandung: Citra Aditya Bhakti
Prinst, Darwan, 1996, Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan
Perdata, Bandung: Citra Aditya Bhakti.
R.Subekti & R.Tjitrosudibio, 1980, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (terjemahan Burgerlijke Wetboek, Jakarta: Pradnya
Paramita
Praktik Peradilan Perdata

Samodra, Teguh, 1992, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata,


Bandung: Alumni.
Subekti, 1995, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermesa.
Sundari, E, 2013, Praktik Class Action di Indonesia, Yogyakarta:
Penerbit UAJY
Sutantio, Retnowulan, Iskandar Oeripkartawinata, 1995, Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktik, Bandung: Mandar Maju.

242
GLOSARIUM

Peradilan Perdata : Peradilan untuk menegakkan hukum


perdata
Perkara permohonan : Tuntutan hak keperdataan tanpa ada
pelanggaran hak seseorang oleh pihak
lainnya
Perkara gugatan : Tuntutan hak oleh seseorang karena
ada dugaan pelanggaran hak oleh
pihak lainnya
Pemohon : Pihak yang mengajukan tuntutan hak
dalam perkara permohonan
Penggugat : Pihak yang mengajukan tuntutan hak
dalam gugatan
Tergugat : Pihak yang dituntut oleh pihak
penggugat dalam gugatan
Wanprestasi : Tidak memenuhi prestasi, kurang atau
terlambat dalam memenuhi prestasi
berdasar perjanjian
Perbuatan melawan : Perbuatan seseorang yang melanggar
hukum hukum dan menyebabkan kerugian
sehingga karena salahnya bertanggung
jawab untuk memberi ganti kerugian
Pengadilan Negeri : Pengadilan tingkat pertama untuk
mengadili perkara perdata dan pidana
pada umumnya bagi masyarakat sipil
Surat gugatan : Surat yang diajukan penggugat yang
memuat identitas para pihak, posita
dan petitum
Praktik Peradilan Perdata

Identitas para pihak : Identitas pihak penggugat atau para


penggugat dan identitas tergugat atau
para tergugat dalam surat gugatan
Posita : Peristiwa-peristiwa konkrit sebagai
dasar mengajukan gugatan atau
tuntutan
Petitum : Hal-hal yang dituntutkan oleh
penggugat dalam surat gugatan
Surat kuasa : surat yang berisi kesepakatan
pemberian kuasa dari pemberi
kuasa kepada penerima kuasa untuk
menangani perkara tertentu di tingkat
pemeriksaan tertentu
Upaya damai : Upaya hakim untuk mendamaikan
kedua belah pihak yang bersengketa di
persidangan
Mediasi : Bentuk upaya damai di persidangan
melalui mediator hakim atau mediator
di luar pengadilan
Sidang pengajuan : Acara persidangan untuk mengajukan
gugatan gugatan oleh penggugat.
Sidang penyerahan : Acara persidangan untuk
jawaban tergugat menyerahkan jawaban tergugat atas
gugatan penggugat
Sidang penyerahan : Acara persidangan untuk
replik menyerahkan tanggapan penggugat
terhadap jawaban tergugat
Sidang penyerahan : Acara persidangan untuk
duplik menyerahkan tanggapan tergugat atas
replik penggugat
Sidang pembuktian : Acara persidangan untuk memerika
alat-alat bukti yang diajukan
penggugat dan tergugat.

244
Glosarium

Sidang penyerahan : Acara persidangan untuk


kesimpulan menyerahkan kesimpulan dari pihak
penggugat dan pihak tergugat
Sidang pembacaan : Acara persidangan membacakan
putusan putusan hakim

245
INDEK

A
advokat v, 16, 18, 50, 56, 57, 59, 61, 62, 64, 76, 88, 106, 175
alternatif penyelesaian perkara 6

B
badan hukum 1, 2, 10, 12, 14, 31, 38, 51, 52, 65, 125
badan peradilan 18, 19, 21, 25, 26, 27, 28, 72, 113
Badan Peradilan Umum 20, 26
bijzondere schriftelijke machtiging 16
Bukti Tulis vii

C
Class Action 77, 241, 242
contentiousa Jurisdiction 41

D
dagang 2, 3
Dasar hukum vii, 7
duplik 132, 133, 141, 145, 148, 188, 193, 194, 195, 196

E
erf recht 2
ex officio 19, 39
Praktik Peradilan Perdata

F
familie recht 2
fundamentum petendi 66

G
ganti kerugian 4, 7, 8, 9, 68, 73, 74, 86, 88, 128
gugatan vii, 6, 7, 9, 10, 11, 14, 18, 22, 24, 31, 34, 35, 37, 38, 39, 41, 51,
55, 56, 57, 59, 61, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 72, 73, 74, 76, 77,
83, 84, 86, 87, 88, 91, 99, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109,
113, 118, 119, 120, 125, 129, 130, 132, 133, 134, 135, 138, 141,
142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 151, 152, 153, 154, 156,
157, 158, 159, 160, 161, 164, 165, 169, 170, 172, 178, 179, 180,
181, 185, 186, 187, 190, 192, 193, 238, 239
Gugatan Perwakilan Kelompok 77

H
hak gugat 35, 66
Hukum formil 18

I
identitas penggugat 64, 65, 66
Identitas tergugat 66

J
Jawaban Tergugat vii, viii, 102, 103, 106, 109, 122, 123, 124, 125, 126,
127, 128, 129, 130, 131, 171, 181

248
Indek

K
kekuasaan kehakiman 18, 20, 23, 24, 25, 28, 121
kepentingan hukum 11, 35, 38
kesimpulan 67, 141, 142, 143, 144, 145, 148, 156, 172, 198, 201, 209,
210, 219, 220, 231, 234, 237, 238, 239
kewenangan absolut 17, 19, 39
kewenangan pengadilan v, 19, 39
kuasa hukum 16, 50, 54, 56, 57, 58, 59, 61, 63, 64, 69, 70, 103, 106,
109, 133, 139, 140, 144, 169, 173, 175, 185, 191
Kuasa Istimewa 15
kuasa khusus 15, 16, 17, 51, 55, 56, 57, 58, 61, 77, 88, 102, 169
kuasa umum 14, 15
kumulasi 34, 35, 65, 73, 88, 102

L
legal standing 66

M
Mahkamah Agung 16, 18, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 29, 45, 64, 111, 115,
121, 154, 158, 159, 162, 164, 165, 177, 241
mediasi 144, 154, 172, 173, 176, 177

N
NGO’legal standing 66
Niet ontvankelijk verklaard 19

P
Pembuktian 109, 110, 111, 137, 171, 242
Pengadilan Negeri 7, 20, 32, 56, 57, 64, 69, 70, 72, 74, 75, 77, 86, 88,
99, 103, 106, 108, 112, 113, 114, 116, 118, 119, 120, 122, 128,

249
Praktik Peradilan Perdata

133, 138, 140, 149, 151, 152, 153, 154, 158, 159, 164, 166, 170,
251, 252
Pengadilan Tinggi 16, 19, 20, 24, 25, 61, 64, 66, 114, 115
penggugat 10, 11, 13, 14, 15, 17, 31, 38, 41, 45, 56, 57, 58, 61, 64, 65,
66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 88, 91, 101, 102, 103, 105,
106, 107, 108, 109, 118, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 140,
141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 169, 170, 172, 173, 174,
175, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 189,
190, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 200, 201, 202,
203, 204, 205, 208, 209, 210, 211, 212, 214, 218, 219, 221, 222,
223, 224, 225, 230, 231, 232, 237, 238, 239, 240
peradilan perdata v, 1, 136, 171
perbuatan melawan hukum 4, 6, 7, 10, 12, 68, 69, 70, 72, 73, 88, 91,
103, 112, 113, 121, 122, 126, 128, 129
perdata adat 2, 3
perdata materiil 2, 5, 6
perkara perdata v, 6, 7, 10, 13, 17, 31, 61, 63, 110, 112, 113, 138, 142,
144, 151, 157, 169, 171, 173
perkara permohonan 6, 7, 10, 11, 13, 41, 169, 170, 171
personen recht 1
pihak formil 12, 13, 37
pihak materiil 11, 12, 13, 14, 15, 37, 38
Pihak-pihak vii, 10, 15
posita 63, 66, 88, 102, 103, 111, 112, 116, 117, 150, 158
Putusan vii, viii, 9, 16, 17, 18, 35, 38, 41, 45, 63, 66, 67, 109, 110, 111,
114, 119, 120, 121, 123, 125, 128, 137, 149, 150, 171, 177, 178,
179, 239
Putusan MA 9, 16, 17, 38, 41, 67, 137, 179

R
replik 56, 59, 118, 132, 133, 134, 141, 144, 145, 148, 182, 183, 187,
188, 189, 190, 192, 195, 196

250
Indek

S
subyek hukum 1

T
tergugat 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 31, 35, 39, 40, 41, 45, 57, 58, 62, 63,
66, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 76, 102, 103, 105, 108, 109, 117, 118,
132, 133, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146,
147, 148, 149, 169, 170, 172, 173, 174, 175, 178, 179, 180, 181,
182, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 189, 190, 191, 192, 193, 194,
195, 196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 203, 204, 208, 209, 210,
211, 212, 213, 214, 215, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225,
230, 231, 232, 234, 235, 237, 238, 240
tuntutan hak v, 6, 7, 8, 18, 19

V
vermogen recht 2
voluntair Jurisdiction 41

W
wakil kelompok 35, 65, 86
wanprestasi 10, 38, 64, 68, 74, 76, 143

Y
Yurisprudensi 16, 17, 111, 121, 122, 158, 162, 164, 165, 180, 241

251
LAMPIRAN:
PROSEDUR PENDAFTARAN GUGATAN
LAMPIRAN: PROSEDUR PENDAFTARAN GUGATAN

Sumber: Sumber:
PN JakartaPN
Selatan,
Jakartahttp://www.pn-jakartaselatan.go.id/index.php?option=com_ content&view= article&id=
Selatan, http://www.pn-jakartaselatan.go.id/index.php?option=com_
251&Itemid=372, content&view= article&id= 251&Itemid=372,

163
Praktik Peradilan Perdata

LAMPIRAN:
PROSEDUR DISTRIBUSI PERKARA DAN PEMANGGILAN
SIDANG
LAMPIRAN: PROSEDUR DISTRIBUSI PERKARA DAN PEMANGGILAN SIDANG

Sumber: PN Jakarta Selatan, http://www.pn-jakartaselatan.go.id/index.php?option=com_


content&view= article&id= 251&Itemid=372,

Sumber: PN Jakarta Selatan, http://www.pn-jakartaselatan.go.id/index.php?option=com_ content&view= article&id=


251&Itemid=372,

254 164
Lampiran

LAMPIRAN:
CONTOH PERMOHONAN AKTA KELAHIRAN

Kepada
Perihal : Permohonan Penetapan Yth. BAPAK
Akte Kelahiran Terlambat KETUA PENGADILAN NEGER RAHA
di - R A H A.

Dengan hormat
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :…………………..……..……………….
Tempat / tanggal lahir :…………………………………….……
Jenis Kelamin :……………………………………...…..
Kebangsaan :……….…………………………………
Tempat tinggal :…………………………………………
Agama :……………………….…………………
Pekerjaan :…………………………………...….….
Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON ;

Dengan ini Pemohon hendak mengajukan permohonan Penetapan Akte


Kelahiran karena keterlambatan dengan dasar dan alasan sebagai berikut ;
- Bahwa Pemohon dilahirkan di …..…… pada tanggal ………… anak
ke .(………) dari pasangan suami isteri sah bernama…………..…
dan…….……..….;
- Bahwa karena ketidaktahuan dan kelalaian orang tua Pemohon, maka
kelahiran Pemohon belum dicatatkan di Kantor Catatan Sipil ;
- Bahwa sekarang Pemohon sangat membutuhkan akte kelahiran tersebut
untuk pengurusan administrasi, namun saat ini Pemohon mengalami
kesulitan karena kelahiran Pemohon belum tercatat di Kantor Catatan
Sipil, maka belum ada akte kelahirannya ;
- Bahwa pada waktu Pemohon berkeinginan untuk mendaftarkan
kelahiran Pemohon oleh Kantor Catatan Sipil diberi petunjuk untuk
dibuatkan Penetapan Pengadilan Negeri sesuai dengan pasal 32 ayat
(2) UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,
sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan akte kelahiran yang
terlambat ;

255
Praktik Peradilan Perdata

- Bahwa demi masa depan Pemohon dan akan mempertegas status


hukum Pemohon, maka kini Pemohon sangat memerlukan Akta
Kelahiran tersebut ;

Berdasarkan atas alasan tersebut,maka Pemohon memohon


kehadapan Bapak Ketua Pengadilan Negeri Raha berkenan untuk
menerima,memanggil Pemohon, memeriksa dan memberikan penetapan
yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon ;
2. Menetapkan bahwa Pemohon bernama ….... jenis kelamin………
yang lahir di………pada tanggal……….anak ke.. (……….) dari
pasangan suami isteri sah bernama ……………dan ………………;
3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Negeri Raha untuk
mengirimkan Salinan penetapan ini kepada Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Muna agar
menerbitkan Akta Kelahiran dan Mencatatkan kelahiran Pemohon
dalam Register yang diperuntukkan untuk itu;
4. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini ;

Hormat Pemohon
………………..

256
TENTANG PENULIS

1. Nama : Dr. Elisabeth Sundari, S.H., M.Hum.


2. Tempat, tanggal lahir : Solo, 7 Juli 1963
3. Alamat kantor : Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl.Mrican baru, 28 Yogyakarta, 55281
Telp.(0274) 514319, fax (0274) 547973
4. Alamat Rumah : Jl. Gejayan, Gg. Jembatan Merah V/63,
CC, Depok, Sleman, 55283.
Telp.(0274) 517458
5. E-mail : sundayustitia@yahoo.co.id
6. Riwayat Pendidikan
a. Lulus sarjana hukum bidang hukum pidana pada Fakultas
Hukum UNS tahun 1988
b. Lulus Magister Hukum bidang hukum acara perdata pada
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Program Studi
Ilmu Hukum tahun 2000
c. Lulus Doktor Ilmu Hukum bidang hukum acara perdata
pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Program
Doktor, Program Studi Ilmu Hukum tahun 2010
7. Riwayat Pekerjaan
a. Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, tahun 1990-sekarang
Praktik Peradilan Perdata

b. Dosen tetap pada Program Pasca Sarjana Universitas Atma Jaya


Yogyakarta Program Studi Ilmu Hukum, tahun 2002-sekarang
8. Pengalaman jabatan di Kampus
a. Kepala Pusat Bantuan & Konsultasi Hukum, Fakultas Hukum
UAJY tahun 1995-1997
b. Sekretaris Pusat Bantuan & Konsultasi Hukum, Fakultas
Hukum UAJY tahun 2000-2002
c. Ketua Bagian Dasar-Dasar Ilmu Hukum, tahun 2003-2005
d. Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum, Program Pasca
Sarjana UAJY, tahun 2011-sekarang.
9. Mata kuliah yang diampu:
a. Hukum Acara Perdata
b. Penyelesaian Sengketa Bisnis
c. Sistem Peradilan Perdata
d. Pendidikan Kemahiran Hukum Peradilan Perdata
e. Hukum Pembuktian
f. Pengantar Hukum Indonesia
10. Pengalaman Organisasi
a. Advokat anggota PERADI Sleman tahun 1991—sekarang
b. Ketua I Yayasan Sayap Ibu Pusat 2011-2014
11. KEGIATAN KARYA ILMIAH.
a. Menulis berbagai artikel tentang hukum acara perdata, hukum
pembuktian dan sistem peradilan perdata pada jurnal ilmiah
Fakultas Hukum UAJY “Justitia et Pax”
b. Menulis buku Pengajuan Gugatan Secara Class Action: Suatu
Studi Perbandingan dan Penerapannya di Indonesia, penerbit
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2002.
c. Menulis Buku (bersama dengan Susanti Adi Nugroho, Frans
Hendra Winata, Satjipto Rahardjo, Rahmad Syafa’at, Hasrul
Halili, Mudzakkir), 2003, Eksaminasi Publik: Partisipasi
Masyarakat Mengawasi Peradilan, diterbitkan ICW, Jakarta.

258
Tentang Penulis

d. Menulis Buku, (bersama M.G Endang Sumiarni, Y. Hartono,


Anny Retnowati), Hukum Adat Byak, Biro Hukum Setda
Provinsi Papua, Papua.
e. Menulis Buku, (bersama M.G Endang Sumiarni, Y. Hartono,
Ch. Medi Suharyono), Hukum Adat dan Kearifan Lokal Suku
Sentani, Biro Hukum Setda Provinsi Papua, Papua.
f. Menulis Buku, (dengan M.G Endang Sumiarni), 2011, Politik
Hukum yang “Netral” untuk Mengatur Masyarakat yang
Plural: Studi pada Situasi di Indonesia, Penerbit Lubuk Agung,
Bandung
g. Menulis artikel The Cost Barrier of Consumer Class Action in
Indonesia: How to Learn from There the Procedure has been
Adopted, pada jurnal International “European Scientific
Journal, vol.9, no.31, 2013
12. Pengalaman sebagai fasilitator/Narasumber/Pembicara:
a. Narasumber pada Pelatihan Staf Pengaduan GSK “YLKI”
Yogyakarta, tahun 2000, 2002, 2003.
b. Pembicara pada Simposium Nasional “Menggali Jati Diri
Bangsa Melalui Berbagai Bidang Ilmu”, 27 Agustus 2004,
APTIK, Bandung
c. Narasumber pada Pelatihan Dasar profesi Advokat, PBKH
Fakultas Hukum UAJY, 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2007.
d. Narasumber/Tim Pengkaji pada Pengkajian dan Penyusunan
Naskah Akademik Ratifikasi Konvensi Penyandang Cacat,
KOMNAS HAM, 12 Februari-12 April 2007, Jakarta.
e. Narasumber pada Bimbingan Teknis Prosedur Penyusunan
Produk Hukum Daerah di Kabupaten Mimika, 12-13 Desember
2007.
f. Narasumber pada Penyusunan RAPERGUB DIY Tentang
Jaringan Kerja dan Prosedur Penanganan Gelandangan,
Pengemis dan Anak Jalanan, Mei-November 2008.

259
Praktik Peradilan Perdata

g. Narasumber pada Pelatihan Hak-Hak Asasi Manusia 31


Mei-1Juni 2008: Pengenalan HAM Perempuan, PSHD UAJY,
Yogyakarta.
h. Narasumber pada Pelatihan Staf Bagian Hukum Lima
Kabupaten di Provinsi Papua: Strategi Menghadapi Gugatan
Class Action dan NGO’s Legal Standing, 11-13 November 2008.
i. Fasilitator pada Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Asset
Daerah di Sleman, diselenggarakan oleh WGA-PSPPR UGM-
CEI, Proyek Kerja Sama Pemda Sleman dan ADB, 11-13
Desember 2008.
j. Narasumber Penyusunan RAPERDA Gunung Kidul Tentang
Pelaksanaan Perlindungan Bagi Perempuan dan Anak Korban
Kekerasan, Dinas Ketentraman dan Ketertiban Provinsi DIY,
2010.
k. Narasumber Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri
tentang Standar Kerja Sama Penelitian Arkeologi, Jakarta, 2-3
Desember 2010
l. Pembicara pada Seminar Nasional “Optimalisasi Bantuan
Hukum di Indonesia: Perjuangan bagi Rakyat Miskin”, UAJY
19 April 2012.
m. Narasumber Penyusunan Naskah Akademik Raperda
Kabupaten Nias Barat tentang Urusan Pemerintahan Wajib
Dan Pilihan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten
Nias Barat, tahun 2012.
n. Narasumber penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Pelestarian Cagar Budaya, Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kemendikbud RI, 2012-2013.
o. Narasumber Penyusunan Raperdais Yogyakarta tentang
Kebudayaan tahun 2013.
p. Pembicara (call for paper) pada International Association of
Consumers Law Conference ke 14, Sydney, Australia, 2-4 Juli
2013.

260
1. Nama : Chandera Halim , S.H., M.Hum
2. Tempat, tanggal lahir : Baturaja, Sum Sel, 3 Juli 1963
3. Alamat kantor : Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl.Mrican baru, 28 Yogyakarta, 55281
Telp.(0274) 514319, fax (0274) 547973
4. Alamat Rumah : Perum Bukit Permata Indah E 2-3,
Wedomartani Ngempak, Sleman.
Telp.(0274) 4462240
5. E-mail : Chandera_SH@yahoo.co.id
6. Riwayat Pendidikan
a. Lulus sarjana hukum bidang hukum keperdataan pada Fakultas
Hukum, Universitas Atma JayaYogyakarta tahun 1988
b. Lulus Magister Hukum bidang hukum acara perdata pada
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Program Studi
Ilmu Hukum tahun 1998
7. Riwayat Pekerjaan
Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, tahun 1989-sekarang
8. Pengalaman jabatan di Kampus
Kepala Pusat Bantuan & Konsultasi Hukum, Fakultas Hukum UAJY
tahun 2000-2004.
9. Mata kuliah yang diampu:
a. Hukum Acara Perdata
b. Pendidikan Kemahiran Hukum Peradilan Perdata
Praktik Peradilan Perdata

c. Hukum Pembuktian
d. Advokatur
e. Pendidikkan Pancasila
10. Pengalaman Organisasi
a. Advokat anggota PERADI Sleman tahun 1991—sekarang
b. Ketua bidang Advokasi Yayasan Sayap Ibu D.I. Yogyakarta
2011-2014
c. Ketua bidang advokasi INTI D.I. Yogyakarta 2010 - Sekarang

262

Anda mungkin juga menyukai