Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

OBESITAS PADA ANAK

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pembimbing : Rusana, M.Kep, Sp.Kep. An

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7

1. Sundari (108118031)
2. Sindi Yulia I (108118032)
3. Melani Dewi P (108118033)
4. Krisdianto (108118034)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2020
OBESITAS PADA ANAK

A. Definisi

Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang


berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Arief, Mansjoer,dkk, 2000).
Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai dengan barat badan di
atas rata-rata dari Indeks Massa Tubuhnya (Body Mass Index) yang di atas normal.
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), obesitas didefinisikan sebagai
akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan
(WHO,2015). Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengalikan berat badan
anak kemudian dibagi dengan kuadrat dari besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki
IMT di atas 25 kg/m2, maka anak tersebut menderita obesitas.

Obesitas pada anak dapat dinilai dari beberapa kriteria selain IMT. Terkadang
seseorang anak terlihat gemuk, namun belum tentu disebut obesitas. Beberapa metode dan
teknik diagnosis dapat dilakukan untuk menilai apakah anak gemuk sudah memasuki tahap
obesitas atau hanya over weight. Patokan BMI untuk obesitas pada anak bervariasi sesuai
jenis kelamin dan usia. Ketika anak mencapai usia dewasa, patokan BMI untuk overweight
dan obesitas adalah 25 dan 30.

 Underweight: BMI kurang dari persentil 5 untuk jenis kelamin dan usia
 Berat badan normal: BMI antara persentil 5-85 untuk jenis kelamin dan usia
 Overweight: BMI antara persentil 85 dan 95 untuk jenis kelamin dan usia
 Obesitas: BMI persentil 95 atau lebih untuk jenis kelamin dan usia
 Sangat obesitas: BMI lebih dari persentil 99 untuk jenis kelamin dan usia
(Barlow Se, 2007), (Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson MS. 2010).

Adapun definisi obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT)


anak yang berada diatas persentil ke 95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai
jenis kelaminnya. (Institute of medicine (IOM) di AS). Obesitas atau kegemukan
diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. (Vivi Juhanita
S.,Gizi.Net). Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan
lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fu ngsi tubuh. (Arief, Mansjoer,
dkk, 2000)

B. Etiologi

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang lebih


banyak dari yang diperlukan oleh tubuh / pemasukan makan yang berlebihan ke
dalam tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran
kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor:

1. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh

a. Pada Bayi

- Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa
setiap kali minum harus habis.

- Kebiasaan untuk memberikan minuman / atau makanan setiap kali menangis.

- Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.

- Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu


manis, kalorinya tinggi), sehingga bayi selalu haus / minta minum.

b. Faktor Psikis

Apa yang ada di dalam pikiran sesorang bisa mempengaruhi kebiasaan


makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang
negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda
yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan
tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat banyak
(binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge
mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang
sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan
kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi
sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya
nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan
insomnia pada malam hari.

c. Gaya hidup masa kini

Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan “fast food” yang berkalori

tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice

cream, aneka makan mie, dll.

2. Penggunaan kalori yang kurang

Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas
fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak berhenti
makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.

3. Faktor lingkungan

Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk
perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali
seseorang makan serta bagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat
mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.

4. Faktor kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

- Sindroma yang diwariskan, contohnya: sindroma cushing, sindroma praderwilli

- Hormonal
Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.

Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal.
Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada
pusat kenyang di otak.

- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan


seperti : lesi-lesi hipotalamus, hipofisis, dan lesi otak yang lain.

5. Factor perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan


bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak
sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat
badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap
sel.

6. Aktivitas fisik

Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari

meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang


orang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang
seimbang, akan mengalami obesitas.

Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab
yang telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi
lainnya misalnya :

a. Herediter (faktor keturunan)


Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu
orang tuanya obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas,
sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%.

b. Suku / Bangsa

Pada suku / bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang


menderita obesitas.

c. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang bayi yang
gemuk

d. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh.

e. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak “mahal”,
anak dari orang tua tunggal, dll.

f. Meningkatnya keadaan social ekonomi seseorang.

Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka
mereka cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-
anaknya. Atau keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang
maju atau kaya.

g. Obat-obatan

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa


menyebabkan penambahan berat badan.

C. Patofisiologi

Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut :

1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi / pembesaran.

2. Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga terjadi hipertrofi.


Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-anak dan
mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak
akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang
terjadi pada masa anak s elain hiperplasi juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas
yang terjadi setelah masa dewasa pada umumnya hanya terjadi hipertrofi pada sel lemak.

Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun
pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut
sampai dewasa, setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi
penurunan berat badan setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya
yang berkurang tetapi besarnya sel yang berkurang.

Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone
insulin, sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin
berfungsi untuk menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak.

D. Manifestasi Klinik

Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama

kehidupan, usia 5 – 6 tahun dan pada masa remaja.

Gejala obesitas antara lain :

1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk).

2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang

obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan

memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi


badan yang lebih pendek dari usia sebayana.

3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu
ganda (double chin).
4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-
olah berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.

5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut

tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.

6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.

7. Perut menggantung dan sering disertai strie.

8. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai


akibat dari obesitasnya.

9. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.

10. Terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas.

Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding


dada bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak
nafas meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi pada
saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur

apneu) sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa ngantuk.


E. Pathway
F. Mendeteksi Anak Obesitas

Secara singkat, BB lebih dapat dilihat dengan memperhatikan KMS anak Anda. Apabila
di atas garis hijau, maka kemungkinan anak Anda memiliki berat badan berlebih.
Selanjutnya, lihatlah tinggi badan anak Anda, proporsionalkah? Dari WHO-NCHS, tidak
ada klasifikasi overweight atau obesitas. Sehingga, indikator ini sulit dilihat secara
objektif.

Cara yang lain adalah dengan melihat grafik IMT (BMI, Body Mass Index) khusus anak
di atas 2 tahun pada grafik di bawah ini:

Klasifikasinya adalah:
Persentil >95 : obesitas
Persentil 75-95 : overweight
persentil 25 – 75: normal
persentil <25 : kurang

G. Komplikasi

Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada

masa bayi maupun masa dewasa, antara lain :

1. Terhadap kesehatan

Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila

obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun


mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas
dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang
tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respons imunologik sel T dan
aktivitas sel polimorfonuklear.

2. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan
bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipert rofi tonsil
dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga
mangakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby
Puffer. Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid,
dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen dalam
darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.

3. Kulit

Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai miliaria,

maupun jamur pada lipatan kulit.

4. Ortopedi

Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi


seperti Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiph yses, tibia
vara, dll.

5. Efek psikologis

Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan

depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman

sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek,
tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan temantemannya.

Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan
melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan.

6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat

mengakibatkan :

 Hipertensi pada masa adolensi.


 Hiperlipidemia, ateroskerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi maligna
pada dewasa.

 Diabetes.

 Sindrom Pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa,

yaitu gangguan pada jantung dan pernapasan, hipoventilasi. Dengan


manifestasi polisitemia, hipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal
jantung kongestif, dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian
oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan sangat
penting kalau terjadi komplikasi ini.

 Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur.

H . Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan

Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas


dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang
pesat tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya
harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga
atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan
obesitas pada anak.

Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun

factor kejiwaan.

2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan.

Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotivasi tentang

pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bay i atau anaknya.


3. Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan

berat badan.

4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara

aktif sehingga banyak energi yang digunakan.

Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga
sehinga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.

Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut :

1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat
badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan
kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai dengan kebutuhan
normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang
dari 6 bulan dan 90 kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu
botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar. Tidak
dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu rendah / lemak. Disamping
itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan
melakukan aktifitas.

2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya
harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari.
Atau bisa juga dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari
makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong
anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan.

3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha
mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet
yang diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari.
Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun
secara berkelompok. Hindari menonton tv terlalu lama dan makan makanan
yang berkalori tinggi.
4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai
berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang
diberikan sekitar 850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan
500 gram/minggu, kurangi kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk
melakukan aktifitas, baik sendiri- sendiri maupun berkelompok. Mendorong anak
agar mau mel akukan interaksi dengan teman-temannya.

2. Penatalaksanaan Medis

 Terapi pengobatan

Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:

a. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan
cara meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-
ujung syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :

 Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan nafsu


makan terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel
syaraf. Efek dari fen dapat menyebabkan hipertensi pulmoner dan
efek dari deksfen menyebabkan katup jantung.
 Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan pelepasan
norepinefrin oleh sel-sel syaraf.

b. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat

(menghalangi penyerapan lemak di usus).

H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
 R iwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita obesitas.
 Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu.
 Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan.

3. Pemeriksaan fisik :
 Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena  jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
 Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
 Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan
 Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang
 Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
 Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah  bening

3.      Pemeriksaan penunjang : analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes
fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan).

4.      Pemeriksaan antropometri :

 Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah
berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB
Ideal.

Body Mass Index = BMI

Sebagai bagian dari perawatan anak sehat, dokter akan menghitung index massa
tubuh (Body Mass Index = BMI) dan menentukan dimana posisinya pada tabel
pertumbuhan sesuai usia. Indeks masa tubuh menunjukkan bila anak mengalami
kelebihan berat untuk usia dan tinggi badannya. 

Untuk menghitung index massa tubuh anak anda, bagi beratnya dengan tinggi
badannya yang dipangkat 2, atau BB/TB2 = kg/meter2.

Cara yang lebih mudah untuk mendapatkan indeks massa tubuh adalah dengan
menggunakan kalkulator indeks massa tubuh. Bila telah dietahui indeks massa tubuh
anak, kemudian diplot ke tabel indeks massa tubuh yang sudah baku. 
Dengan menggunakan tabel pertumbuhan, dokter dapat menentukan persentil
anak, artinya bagaimana perkembangan anak tersebut dibandingkan dengan anak lain
dengan usia dan jenis kelamin yang sama.

Penghitungan dalam tabel pertumbuhan ini, dibuat oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit di Amerika (Center for Disease Control and Prevention =
CDC). Anak akan dimasukkan dalam salah satu dari 4 kategori berikut :

 BMI – berdasarkan usia dibawah persentil 5 – kekurangan berat


 BMI – berdasarkan usia antara persentil 5-85 – berat normal
 BMI – berdasarkan usia antara persentil 85-95 – memiliki risiko kelebihan berat
 BMI – berdasarkan usia di atas persentil 95 – kelebihan berat

BMI bukanlah pengukuran lemak tubuh yang paling sempurna karena ada
beberapa keadaan dimana penghitungan BMI dapat menimbulkan kesan yang salah.
Contohnya, orang yang sangat berotot seringkali memiliki angka BMI yang tinggi
walaupun tidak mengalami kelebihan berat (karena otot tambahan dapat menambah berat
badan seseorang tapi tidak menambah lemak). Sebagai tambahan, BMI seringkali sulit
untuk dijelaskan masa pubertas dimana seorang anak mengalami periode pertumbuhan
yang sangat cepat. Penting untuk diingat bahwa BMI biasanya adalah indikator yang baik
(tapi bukan pengukuran secara langsung) kadar lemak dalam tubuh. Dokter juga akan
memperhitungkan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam penilaian berat secara
keseluruhan. Ini akan membantu untuk menentukan apakah berat badan anak
membutuhkan perhatian medis.

Sebagai tambahan selain BMI dan memposisikan berat badan pada tabel
pertumbuhan, dokter juga akan mengevaluasi :

 Sejarah obesitas dalam keluarga dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
berat badan, seperti diabetes
 Kebiasaan makan dan asupan kalori anak
 Tingkat aktivitas anak
 Kondisi kesehatan lain yang mungkin dimiliki oleh anak
  Untuk lebih akurat dalam menentukan tebalnya lapisan lemak adalah:

 Ukuran tebal lipat kulit pada trisep dan subscapula:dengan menggunakan alat
skinfold calipers.
 Dual X-ray absorbtiometry : biasanya dipergunakan untuk riset dan dilakukan untuk
menentukan secara tepat komposisi tubuh anak.
 Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT  P > 95 kurva IMT
berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.
 Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps  P > 85.
 Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri    

I. Diagnosa Keperawatan
1. Obesitas b.d intake makanan yang berlebih
2. Intoleran aktivitas b.d kelebihan berat badan: obesitas
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d obesitas

J. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Obesitas b.d intake makanan yang berlebih.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Ketidakseimbangan nutrisi


lebih dapat teratasi.

Kriteria hasil :

a. Berat badan normal


b. Ketebalan lipatan kulit trisep normal
c. Persentil lingkar kepala normal
d. Persentil tinggi badan normal
e. Persentil berat badan dalam keadaan normal

Intervensi : (Manajemen Berat Badan)

a. Hitung berat badan ideal pasien


b. Diskusikan  bersama keluarga pasien mengenai hubungan antara intake makanan,
latihan,  peningkatan BB dan penurunan BB
c. Diskusikan  bersama keluarga pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor
herediter yang dapat mempengaruhi BB
d. Bantu pasien membuat perencanaan makan yang seimbang dan konsisten dengan
jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya.
e. Dorong pasien mengikuti diet yang memberikan kehilangan berat badan tanpa
mengganggu pertumbuhan, aktivitas normal, atau psikologik kesejahteraan.

Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b.d kelebihan berat badan: obesitas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas pasien kembali


normal

Kriteria hasil :

a. Kemudahan bernapas ketika beraktifitas tidak terganggu


b. Kekuatan tubuh bagian atas tidak terganggu
c. Kekuatan tubuh bagian bawah tidak terganggu
d. Kemudahan dalam melakukan aktifitas Hidup Harian/ADL

Intervensi :(Terapi aktifitas)

a. Berkolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan  program terapi


yang tepat
b. Bantu pasien untuk melakukan aktifitas dan pencapaian tujuan melalui aktifitas yang
konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan social.
c. Dorong aktifitas kreatif yang tepat
d. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam level aktifitas
tertentu
e. Bantu pasien dan keluarga memantau perkembangan pasien terhadap pencapaian
tujuan

Diagnosa 3 : Ketidakefektifan pola nafas b.d obesitas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien menjadi
efektif

Kriteria hasil :

a. Penggunaan otot bantu nafas tidak ada


b. Gangguan ekspirasi tidak ada
c. Dispneu dengan aktifitas rinngan tidak ada
d. Mendengkur tidak ada
Intervensi : (Bantuan ventilasi)

a. Pertahankan kepatenan jalan nafas.


b. Posisikan untuk meringankan dipsneu
c. Monitor ttv
d. Bantu dalam hal perubahan posisi dengan sering dan tepat
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3.FKUI, Jakarta : Medica
Aesculpalus.

AN, 2010. Meningkat.Fenomena.Anak.Obesitas. Diakses tanggal 24 Maret 2012  jam 14.00


WIB dari http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/25/10374224/

IH. Nurul. 2009. Overweight/obesitas pada Anak. Diakses tanggal 24 Maret 2012 jam 14.05
WIB dari http://www.sehatgroup.web.id/?p=198

Muntiana. 2016. Makalah Obesitas pada Anak. Diakses pada tanggal 05 Februari 2016 dari
https://muntiana.blogspot.com/2016/02/makalah-obesitas-pada-anak.html

NANDA 2018-2020

NOC

NIC

Anda mungkin juga menyukai