Toaz - Info Askep Obesitas Pada Anak PR
Toaz - Info Askep Obesitas Pada Anak PR
Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak I
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
1. Sundari (108118031)
2. Sindi Yulia I (108118032)
3. Melani Dewi P (108118033)
4. Krisdianto (108118034)
A. Definisi
Obesitas pada anak dapat dinilai dari beberapa kriteria selain IMT. Terkadang
seseorang anak terlihat gemuk, namun belum tentu disebut obesitas. Beberapa metode dan
teknik diagnosis dapat dilakukan untuk menilai apakah anak gemuk sudah memasuki tahap
obesitas atau hanya over weight. Patokan BMI untuk obesitas pada anak bervariasi sesuai
jenis kelamin dan usia. Ketika anak mencapai usia dewasa, patokan BMI untuk overweight
dan obesitas adalah 25 dan 30.
Underweight: BMI kurang dari persentil 5 untuk jenis kelamin dan usia
Berat badan normal: BMI antara persentil 5-85 untuk jenis kelamin dan usia
Overweight: BMI antara persentil 85 dan 95 untuk jenis kelamin dan usia
Obesitas: BMI persentil 95 atau lebih untuk jenis kelamin dan usia
Sangat obesitas: BMI lebih dari persentil 99 untuk jenis kelamin dan usia
(Barlow Se, 2007), (Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson MS. 2010).
B. Etiologi
a. Pada Bayi
- Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa
setiap kali minum harus habis.
- Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.
b. Faktor Psikis
Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat banyak
(binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge
mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang
sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan
kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi
sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya
nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan
insomnia pada malam hari.
tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice
Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas
fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak berhenti
makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.
3. Faktor lingkungan
Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk
perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali
seseorang makan serta bagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat
mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.
4. Faktor kesehatan
- Hormonal
Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.
Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal.
Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada
pusat kenyang di otak.
5. Factor perkembangan
6. Aktivitas fisik
Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab
yang telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi
lainnya misalnya :
b. Suku / Bangsa
c. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang bayi yang
gemuk
d. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh.
e. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak “mahal”,
anak dari orang tua tunggal, dll.
Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka
mereka cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-
anaknya. Atau keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang
maju atau kaya.
g. Obat-obatan
C. Patofisiologi
Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun
pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut
sampai dewasa, setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi
penurunan berat badan setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya
yang berkurang tetapi besarnya sel yang berkurang.
Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone
insulin, sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin
berfungsi untuk menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak.
D. Manifestasi Klinik
Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama
1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk).
2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang
obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan
3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu
ganda (double chin).
4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-
olah berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.
5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut
6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.
Secara singkat, BB lebih dapat dilihat dengan memperhatikan KMS anak Anda. Apabila
di atas garis hijau, maka kemungkinan anak Anda memiliki berat badan berlebih.
Selanjutnya, lihatlah tinggi badan anak Anda, proporsionalkah? Dari WHO-NCHS, tidak
ada klasifikasi overweight atau obesitas. Sehingga, indikator ini sulit dilihat secara
objektif.
Cara yang lain adalah dengan melihat grafik IMT (BMI, Body Mass Index) khusus anak
di atas 2 tahun pada grafik di bawah ini:
Klasifikasinya adalah:
Persentil >95 : obesitas
Persentil 75-95 : overweight
persentil 25 – 75: normal
persentil <25 : kurang
G. Komplikasi
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada
1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila
2. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan
bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipert rofi tonsil
dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga
mangakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby
Puffer. Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid,
dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen dalam
darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.
3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai miliaria,
4. Ortopedi
5. Efek psikologis
Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan
depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman
sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek,
tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan temantemannya.
Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan
melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan.
6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat
mengakibatkan :
Diabetes.
H . Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
factor kejiwaan.
Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotivasi tentang
berat badan.
4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara
Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga
sehinga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.
1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat
badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan
kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai dengan kebutuhan
normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang
dari 6 bulan dan 90 kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu
botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar. Tidak
dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu rendah / lemak. Disamping
itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan
melakukan aktifitas.
2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya
harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari.
Atau bisa juga dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari
makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong
anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan.
3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha
mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet
yang diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari.
Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun
secara berkelompok. Hindari menonton tv terlalu lama dan makan makanan
yang berkalori tinggi.
4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai
berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang
diberikan sekitar 850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan
500 gram/minggu, kurangi kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk
melakukan aktifitas, baik sendiri- sendiri maupun berkelompok. Mendorong anak
agar mau mel akukan interaksi dengan teman-temannya.
2. Penatalaksanaan Medis
Terapi pengobatan
a. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan
cara meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-
ujung syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :
b. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat
H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
R iwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita obesitas.
Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu.
Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan.
3. Pemeriksaan fisik :
Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan
Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang
Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening
3. Pemeriksaan penunjang : analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes
fungsi paru (jika ada tanda-tanda kelainan).
Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah
berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB
Ideal.
Sebagai bagian dari perawatan anak sehat, dokter akan menghitung index massa
tubuh (Body Mass Index = BMI) dan menentukan dimana posisinya pada tabel
pertumbuhan sesuai usia. Indeks masa tubuh menunjukkan bila anak mengalami
kelebihan berat untuk usia dan tinggi badannya.
Untuk menghitung index massa tubuh anak anda, bagi beratnya dengan tinggi
badannya yang dipangkat 2, atau BB/TB2 = kg/meter2.
Cara yang lebih mudah untuk mendapatkan indeks massa tubuh adalah dengan
menggunakan kalkulator indeks massa tubuh. Bila telah dietahui indeks massa tubuh
anak, kemudian diplot ke tabel indeks massa tubuh yang sudah baku.
Dengan menggunakan tabel pertumbuhan, dokter dapat menentukan persentil
anak, artinya bagaimana perkembangan anak tersebut dibandingkan dengan anak lain
dengan usia dan jenis kelamin yang sama.
Penghitungan dalam tabel pertumbuhan ini, dibuat oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit di Amerika (Center for Disease Control and Prevention =
CDC). Anak akan dimasukkan dalam salah satu dari 4 kategori berikut :
BMI bukanlah pengukuran lemak tubuh yang paling sempurna karena ada
beberapa keadaan dimana penghitungan BMI dapat menimbulkan kesan yang salah.
Contohnya, orang yang sangat berotot seringkali memiliki angka BMI yang tinggi
walaupun tidak mengalami kelebihan berat (karena otot tambahan dapat menambah berat
badan seseorang tapi tidak menambah lemak). Sebagai tambahan, BMI seringkali sulit
untuk dijelaskan masa pubertas dimana seorang anak mengalami periode pertumbuhan
yang sangat cepat. Penting untuk diingat bahwa BMI biasanya adalah indikator yang baik
(tapi bukan pengukuran secara langsung) kadar lemak dalam tubuh. Dokter juga akan
memperhitungkan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam penilaian berat secara
keseluruhan. Ini akan membantu untuk menentukan apakah berat badan anak
membutuhkan perhatian medis.
Sebagai tambahan selain BMI dan memposisikan berat badan pada tabel
pertumbuhan, dokter juga akan mengevaluasi :
Sejarah obesitas dalam keluarga dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
berat badan, seperti diabetes
Kebiasaan makan dan asupan kalori anak
Tingkat aktivitas anak
Kondisi kesehatan lain yang mungkin dimiliki oleh anak
Untuk lebih akurat dalam menentukan tebalnya lapisan lemak adalah:
Ukuran tebal lipat kulit pada trisep dan subscapula:dengan menggunakan alat
skinfold calipers.
Dual X-ray absorbtiometry : biasanya dipergunakan untuk riset dan dilakukan untuk
menentukan secara tepat komposisi tubuh anak.
Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P > 95 kurva IMT
berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.
Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps P > 85.
Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri
I. Diagnosa Keperawatan
1. Obesitas b.d intake makanan yang berlebih
2. Intoleran aktivitas b.d kelebihan berat badan: obesitas
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d obesitas
J. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien menjadi
efektif
Kriteria hasil :
Arief, Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3.FKUI, Jakarta : Medica
Aesculpalus.
IH. Nurul. 2009. Overweight/obesitas pada Anak. Diakses tanggal 24 Maret 2012 jam 14.05
WIB dari http://www.sehatgroup.web.id/?p=198
Muntiana. 2016. Makalah Obesitas pada Anak. Diakses pada tanggal 05 Februari 2016 dari
https://muntiana.blogspot.com/2016/02/makalah-obesitas-pada-anak.html
NANDA 2018-2020
NOC
NIC