Makalah KLP 3 - Kegawatdarurtan Psikiatrik Tentamen Suicide
Makalah KLP 3 - Kegawatdarurtan Psikiatrik Tentamen Suicide
Disusun oleh:
Kelompok 3 / 3B
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Keluarga dengan judul “Kegawatdaruratan Psikiatri; Tentamen Suicide”
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatan
sehingga kami tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari
berbagai pihak. Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu
kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya dalam
memberikan masukan, motivasi dan bimbingan selama penyusunan makalah ini.
Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Kami berharap semoga hasil makalah ini memberikan
manfaat bagi kita semua, Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam
berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu
mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan.
Hanya individu dengan pola koping yang baik yang mampu mengendalikan
stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari merilaku
maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat
memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor
disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis
perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan
hingga ke tahap yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh
diri.
Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang
pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).
Seorang individu yang mengalami tentamen suicide biasanya mengalami beberapa
tahap sebelum dia melakukan percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali
biasanya klien memiliki mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan
disampaikan kepada orang-orang terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap
angin lalu, dan ini adalah sebuah kesalahan besar. Selanjutnya klien akan
mengalami bargaining dengan pikiran dan logikanya, tahap akhir dari proses ini
biasaya klien menunjukan tindakan percobaan bunuh diri secara nyata.
Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap pikiran, perasaan dan tindakan yang
membutuhkan intervensi terapeutik segera, karena membutuhkan intervensi
segera, maka dokter memiliki peranan penting dalam pencegahan dan
penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan psikiatrik. Kegawatdaruratan psikiatri
yang paling sering ditemui adalah bunuh diri dan perilaku kekerasan/penyerangan
atau gaduh gelisah.
1
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada
penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan
percobaan bunuh diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri
dari klien dengan tentamen suicide.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bunuh diri?
2. Bagaimana macam-macam bunuh diri?
3. Bagaimana etiologi bunuh diri?
4. Bagaimana tanda-tanda awal bunuh diri?
5. Bagaimana karakteristik pada pelaku percobaan bunuh diri?
6. Apa psikopatologi pada bunuh diri?
7. Bagaimana penilaian gawat darurat risiko bunuh diri?
8. Bagaimana manajemen untuk mencegah percobaan bunuh diri?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bunuh diri
2. Untuk mengetahui macam-macam bunuh diri
3. Untuk mengetahui etiologi bunuh diri
4. Untuk mengetahui tanda-tanda awal bunuh diri
5. Untuk mengetahui karakteristik pada pelaku percobaan bunuh diri
6. Untuk mengetahui psikopatologi pada bunuh diri
7. Untuk mengetahui penilaian gawat darurat risiko bunuh diri
8. Untuk mengetahui manajemen untuk mencegah percobaan bunuh diri
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang respon diantaranya:
1. Suicidal ideation, pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak
ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada
tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
2. Suicidal intent, pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri
3. Suicidal threat, pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya
Suicidal gesture, pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
4. Suicidal attempt, pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum
obat yang mematikan
5. Suicide, tindakan yang bermaksud untuk membunuh diri sendiri, hal ini
telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya.
B. Macam-macam Bunuh Diri
Sosiolog Emile Durkheim (1897, 1951) membedakan bunuh diri menjadi empat
jenis yaitu : (Upe, 2010:99)
a. Bunuh diri egoistik, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang yang
merasa kepentingan individu lebih tinggi dari pada kepentingan kesatuan
sosialnya,
b. Bunuh diri altruistik, yaitu bunuh diri karena adanya perasaan integrasi antar
sesama individu yang satu dengan yang lainnya sehingga menciptakan
masyarakat yang memiliki integritas yang kuat, misalnya bunuh diri harakiri di
Jepang,
c. Bunuh diri anomi, yaitu tipe bunuh diri yang lebih terfokus pada keadaan
moral dimana individu yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan dan
norma dalam hidupnya,
4
d. Bunuh diri fatalistik, tipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas oleh
Durkheim. pada tipe bunuh diri anomi terjadi dalam situasi di mana nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat melemah, sebaliknya bunuh diri fatalistik
terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat meningkat dan terasa
berlebihan.
C. Etiologi
Berdasarkan Stuart dan Sundeen, etiologi bunuh diri dapat digolongkan dalam
faktor predisposisi dan presipitasi, yaitu:
9. Faktor Predisposisi
Diagnostik leih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mempunyai hubungan dengan gangguan jiwa. Individu yang
berisiko untuk bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaanzat dan
schizophrenia. Faktor predisposisi meliputi sifat kepribadian (impulsive,
bermusuhan dan depresi), lingkungan psikososial, riwayat keluarga dan faktor
biokimia.
10. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang berkaitan dengan bunuh diri adalah perasaan
terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi, perasaan marah/bermusuhan,
dan cara mengakhiri keputusan
C. Tanda-tanda Awal Bunuh Diri
Menurut Santrock terdapat tanda-tanda awal bunuh diri khususnya pada remaja
yaitu sebagai berikut :
a. Mengancam akan bunuh diri, misalnya ”aku berharap mati saja”;
”keluargaku pasti akan lebih baik kalau aku tidak ada”; ”aku tidak punya
apa-apa yang membuatku tetap hidup.”
b. Sudah pernah mencoba bunuh diri sebelumnya, sekecil apapun empat dari
lima orang yang melakukan bunuh diri sebelumnya telah melakukan
sedikitnya satu percobaan bunuh diri.
c. Tersirat unsur-unsur kematian dalam musik, seni dan tulisan-tulisan
pribadinya.
5
d. Kehilangan anggota keluarga, binatang peliharaan, atau pacar akibat
kematian, diabaikan, atau putusnya suatu hubungan.
e. Gangguan dalam keluarga, seperti tidak memiliki pekerjaan, penyakit yang
serius, pindah, perceraian.
f. Gangguan tidur, kebersihan diri dan kebiasaan makan.
g. Menurunnya nilai-nilai disekolah dan hilangnya minat terhadap sekolah atau
kegiatan yang sebelumnya dianggap penting.
h. Perubahan pola tingkah laku yang dramatis, misalnya remaja yang senang
sekali berteman dan berkumpul dengan banyak orang berubah menjadi
pemalu dan menarik diri.
i. Perasaan murung, tidak berdaya dan putus asa yang mendalam.
j. Menarik diri dari anggota keluarga dan teman, merasa disingkirkan oleh
orang yang berarti bagi dirinya.
k. Membuang atau memberikan semua hadiah-hadiah miliknya dan sebaliknya
mulai menata kerapihan.
l. Serangkaian kecelakaan atau tingkah laku beresiko yang tidak terencana
seperti penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, mengabaikan keselamatan
diri, menerima tantangan yang berbahaya. (dalam hubungannya dengan
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, telah terjadi peningkatan yang
drakmatis selama beberapa tahun belakangan ini sehubungan dengan jumlah
remaja yang melakukan bunuh diri pada saat sedang dibawah penggaruh
alkohol dan obat-obatan terlarang).
D. Karakteristik Pada Pelaku Percobaan Bunuh Diri
Munurut Kartono terdapat beberapa ciri karakteristik dari orang-orang yang
cenderung melakukan dan sudah melakukan perbuatan bunuh diri, antara lain:
a. Ada ambivalensi yang sadar atau tidak sadar antara keinginan untuk mati dan
untuk hidup.
b. Ada perasaan tanpa harapan, tidak berdaya, sia-sia, sampai pada jalan buntu,
merasa tidak mampu mengatasi segala kesulitan dalam hidupnya.
c. Dia merasa pada batas ujung kekuatan, merasa sudah mencapai total, secara
fisik dan secara mental.
6
d. Selalu dihantui atau dikejar-kejar rasa cemas, takut, tegang, depresi, marah,
dendam, dosa atau bersalah.
E. Psikopatologi
Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian
dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik, dan mempunyai niat untuk
melakukan. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang
kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati
mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.
Perbedaan antara percobaan bunuh diri dan bunuh diri
Umumnya terjadi pada semua kelompok Terjadi pada usia dewasa dan usia lanjut
usia
Lebih umum terjadi pada wanita muda yang Lebih umum terjadi pada pria(lebih banyak
tidak menikah pada bujangan, bercerai atau duda)
7
Berkaitan dengan perilaku untuk menarik Berkaitan dengan keinginan untuk mati
perhatian
Cara yang sering dipakai adalah dengan Cara yang sering dipakai adalah
meminum racun menggantung diri, minum racun, atau
membakar diri
Stressor sering kali berupa konflik Stressor bervariasi meliputi sakit stadium
interpersonal atau konflik dalam keluarga terminal dan faktor ekonomi
8
Dukungan sosial yang positif
Spiritualitas
Tanggungjawab pada keluarga, aset ekonomi
Memiliki anak atau hamil
Kepuasan hidup
Memiliki kemampuan membedakan mana yang nyata dan tidak
nyata
Memiliki keterampilan menyelesaikan masalah
Hubungan terapeutik yang positif
Memiliki hobi, aktivitas rekreasional
3. Lakukan pemeriksaan fisik untuk mencari kemungkinan tanda-tanda:
Sayatan pada pergelangan tangan
Luka tusuk di dada/abdomen
Luka tembak
Jejas bekas gantung diri
Luka memar akibat jatuh atau membentur benda keras
Bau muntah racun serangga
Tanda-tanda intoksikasi obat-obatan tertentu
Instrumen yang biasa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan bunuh diri
diantaranya dengan SAD PERSONS:
9
1 Sex (jenis kelamin) Laki-laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih tinggi
dibandingkan wanita, meskipun wanita lebih sering 3 kali
dibanding laki-laki mencoba percobaan bunuh diri
2 Age (umur) Kelompok resiko tinggi: 19 tahun atau lebih muda, 45 tahun
atau lebih tua dan khususnya umur 65 tahun lebih
10
2. Simpan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri: benda tajam, tali,
ikat pinggang, racun serangga
3. Apabila pasien minum obat, pastikan apakah obat-obat benar diminum dalam
dosis yang sesuai
4. Buat kontrak; tidak akan melakukan tindakan bunuh diri pada periode waktu
tertentu
5. Tegakkan hubungan saling percaya dengan pasien
6. Jangan menghakimi perilaku pasien
7. Tingkatkan harga diri pasien; memberikan aspek positif diri, menyusun
rencana jangka pendek
8. Kerahkan dukungan keluarga/orang terdekat. Edukasi supaya memberikan
dukungan kepada pasien. Ajak pasien untuk mengenali potensi penyelesaian
masalah yang selama ini efektif
9. Jika pasien tidak memiliki keluarga/keluarga tidak mampu merawat pasien
dirumah maka hospitalisasi
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri merupakan suatu aktifitas yang jika tidak di cegah dapat
menyebabkan kematian. Bunuh diri dapat disebabkan oleh adanya faktor pencetus
dan faktor predisposisi. Faktor pencetus dapat berupa perasaan terisolasi karena
kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti,
kegagalan beradaptasi, perasaan marah/bermusuhan, dan cara mengakhiri
keputusasaan. Sedangkan faktor predisposisi meliputi gangguan afektif,
penyalahgunaan zat dan skizofrenia. Faktor predisposisi meliputi sifat kepribadian
(impulsive, bermusuhan dan depresi), lingkungan psikososial, riwayat keluarga dan
faktor biokimia.
Karakteristik pasien dengan perilaku bunuh diri dapat berupa adanya gangguan
alam perasaan, perubahan penampilan fisik, menarik diri, ketidakberdayaan dan
gangguan interaksi sosial. Perawat memiliki peran yang sangat pentig dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang terkait bunuh diri. Diperlukan suatu
penatalaksanaan kegawatdaruratan yang bertujuan utnuk melindungi, meningkatkan
harga diri, penguatan koping dan dukungan keluarga. Sehingga pasien akan dapat
dicegah dari perilaku bunuh diri dan dapat menjalani kehidupannya dengan baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13