TEKNOLOGI GULA
“Pengaruh Kosentrasi Sukrosa Dan Sari Buah Terhadap
Kualitas Sirup Buah Pepaya California”
Disusun Kelompok 3
Anggota:
Nirmawaty Nunu (651419044)
Eka Listiana (651819038)
Mohamad Fadhilan Adam (651419048)
Maryam Abdullah (651419046)
Fatma K Paato (651418070)
Yunita Nento (651418105)
Imelda Enjaaurau (651419046)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
2.2 Sukrosa.................................................................................................................4
2.3 Sirup.....................................................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................10
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................18
5.2 Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3 Sirup.................................................................................................5
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lamppiran 1 Dokumentasi...............................................................................22
Lampiran 2 SPSS..............................................................................................22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi
masyarakat dunia. Manfaat gula sebagai kalori bagi masyarakat selain dari beras,
jagung dan umbi-umbian menjadikan sebagai salah satu bahan makanan pokok.
Kebutuhan akan gula dari setiap negara tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
pokok, tetapi juga karena gula merupakan bahan pemanis utama yang digunakan
sebagai bahan baku pada industry makanan dan minuman. Gula adalah salah satu
dari Sembilan pokok kebutuhan yang mana pengadaan dan distribusinya diatur
oleh pemerintah. Gula memiliki rumus molekul C12H22O11 dan berbentuk kristal
dengan ukuran yang hampir seragam berkisar 0,8-1,2 mm (Sinuhaji, 2017).
Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman buah, berupa herba dari
family caricacea yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat, bahkan
Kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Tanaman papaya banyak ditanam baik
di daerah tropis maupun subtropis, di daerah basah dan kering, atau di daerah
dataran rendah dan pegunungan (Soedarya, 2009).
Papaya sudah dibudidayakan secara intensif di Indonesia. Budidaya
papaya mudah dilakukan, karena di daerah tropika tanaman tanaman ini memiliki
adaptasi yang luas yang tidak bermusim. Produksi papaya nasional tahun 2012,
2013 dan 2014 berturut-turut 906.312, 909.827 dan 840.119 ton. Data tersebut
cukup fluaktif dan masih berpotensi untuk ditingkatkan (BPS, 2015). Pada
praktikum ini kami akan menggunakan papaya California (Carica Papaya L.)
sebagai sirup dengan konsentrasi gula yang berbeda-beda.
Sirup adalah sejenis minuman berupa larutan yang kental dengan cita rasa
yang beraneka ragam. Berbeda dengan sari buah penggunaan sirup tidak langsung
diminum tapi harus diencerkan terlebih dahulu (Satuhu, 2004). Sirup didefinisikan
sebagai produk minuman yang dibuat dari campuran air dan gula dengan kadar
larutan gula minimal 65% dengan atau tanpa bahan pangan lain dan atau bahan
tambahan pangan yang diizinkan sesuai ketentuan yang berlaku (SNI, 2013).
Sirup papaya merupakan salah satu pemanfaatan buah papaya sebagai bahan
minuman, dengan cara ini dapat disajikan minuman segar dengan aroma dan rasa
khas buah papaya.
1
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana pengaruh kosentasi sukrosa pada hasil uji organoleptic
terhadap sirup sari buah papaya California dengan variasi sukrosa
2. Bagaimana pengaruh kosentasi sukrosa pada uji total padatan terlarut
terhadap sirup buah papaya California dengan variasi sukrosa
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh kosentasi sukrosa pada hasil uji organoleptic
terhadap sirup sari buah papaya California dengan variasi sukrosa
3. Mengetahui pengaruh kosentasi sukrosa pada uji total padatan terlarut
terhadap sirup buah papaya California dengan variasi sukrosa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pepaya California (Carica papaya L.)
Pepaya (Carica papaya L.) salah satu buah introduksi yang telah
lama dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman
monodioecious (berumah tunggal sekaligus berumah dua). Pepaya adalah
jenis tanaman herba, batangnya berongga biasanya tidak bercabang dan
tingginya dapat mencapai 10 meter. Daunnya merupakan daun tunggal dan
berukuran besar, tangkai daun berukuran panjang dan berongga. Bunganya
terdiri dari tiga jenis yaitu: bunga jantan, bunga betina dan bunga
sempurna. Bentuk buah beragam dari yang bentuknya bulat sampai
lonjong. Sentra produksi pepaya antara lain Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
tengah, DI Yogyakarta,
Sulawesi Selatan, Bali,
NTB.
3
California adalah varietas pepaya baru yang memiliki keunggulan buah
tersendiri, rasanya lebih manis, lebih tahan lama dan bisa dipanen lebih
cepat dibandingkan pepaya varietas lain. Pepaya California banyak
diminati karena ukurannya tidak terlalu besar, kulitnya lebih halus dan
mengkilat. Pohon pepaya California sudah bisa dipanen setelah berumur
sembilan bulan, dan pohonnya dapat berbuah hingga umur empat tahun.
Dalam satu bulan, pohon pepaya California tersebut bisa dipanen sampai
delapan kali (Purba, 2008).
4
yang berasal dari tanaman tebu, gula merah atau gula kelapa serta gula
aren (Said, 2007).
2.3 Sirup
Gambar 3: Sirup(Sumber:
Food.com)
Sirup merupakan larutan yang terdiri dari air, gula dan formulasi
bahan-bahan tambahan pangan. Bahan tambahan pangan yang digunakan
bertujuan untuk meningkatkan nilai organoleptik, menghambat
pertumbuhan mikroba dan memperpanjang masa simpan produk
(kusnandar, dkk. 2008). Menurut SNI (1994), sirup didefinisikan sebagai
larutan gula pekat (sakarosa : High Fructose Syrup dan atau gula inversi
lainnya) dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang
diijinkan.
5
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula
dengan atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup
merupakan alat yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan
dari suatu obat yang rasanya tidak enak, sirup-sirup efektif dalam
pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya
menghilangkan keengganan pada anak-anakuntuk meminum obat (Ansel,
1989)
Sirup buah adalah sirup yang aroma dan rasanya ditentukan oleh
bahan dasarnya, yakni buah segar. Menurut AFRC Institute of Food
Research 1989, sirup buah adalah produk yang dibuat dari saribuah yang
telah disaring dengan penambahan pemanis yaitu gula. Sirup buah
biasanya mempunyai total padatan terlarut minimal 65 Brix, sehingga
dalam penggunaannya tidak langsung diminum tetapi perlu diencerkan
terlebih dahulu Goel, 1975. Berdasarkan Tressler dan Woodroof 1976,
proses pembuatan sirup buah terdiri atas 2 tahap, yaitu pembuatan
saribuah dan pembuatan sirup gula. Kemudian saribuah dan sirup gula
dimasak dengan cara dipanaskan sambil 7 dilakukan pengadukan.
Pemasakan dihentikan setelah total padatan terlarut sirup buah mencapai
65 Brix, kemudian dilakukan pembotolan. Pada saat pemasakan dapat
ditambahkan bahan tambahan makanan untuk memperbaiki warna, cita
rasa, aroma, dan daya simpan dari sirup buah, misalnya penambahan asam
sitrat (Tressler dan Joslyn, 1961).
6
BAB III
METODE PENELITIAN
7
3.4 Diagram Alir
Pembuatan Ekstrak Buah
Pepaya California
Dipotong-potong
Dihancurkan menggunakan
Air 2 : 1
Blender
Disaring Ampas
8
3.5 Parameter Pengamatan
Uji organoleptic (BSN, 2011)
Uji organoleptik adalah cara untuk mengukur, menilai atau
menguji mutu komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra
manusia, yaitu mata, hidung, mulut dan ujung jari tangan. Uji organoleptik
juga disebut pengukuran subyektif karena didasarkan pada respon
subyektif manusia sebagai alat ukur (Soekarto 1990). Parameter yang
diujikan yaitu Rasa, Warna, Aroma dan Kekentalan
Skala yang digunakan dalam uji hedonik ( uji organoleptik )
menggunakan skala numerik 1-7.
1 = Sangat tidak suka
2 = Tidak suka
3 = Agak tidak suka
4 = Netral
5 = Agak suka
6 = Suka
7 = Sangat suka
Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004)
Total padatan terlarut diukur dengan alat hand refraktometer.
Sebanyak 1 ml sirup yang sudah bersih dimasukkan dalam gelas
beaker kemudian diambil satu tetes sampel dan diteteskan pada
prisma refraktometer yang telah dikalibrasi dengan akuades
steril.Arahkan refraktometer ke sumber cahaya. Nilai yang terbaca
menunjukkan besarnya total padatan terlarut pada sampel dalam derajat
satuan Brix
3.6 Analisi Data
Data dianalisis dengan uji statistik Analisis of Variance ( ANOVA). Bila
terdapat uji nyata (P < 0,05) pada setiap perlakuan, maka akan dilanjutkan
dengan uji Duncan Multiple Range Test ( DMRT).
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Organoleptik
Analisis organoleptik Pengaruh Kosentrasi Sukrosa Dan Sari Buah
Terhadap Kualitas Sirup Buah Pepaya California dengan menggunnakan
30 penelis dimana tiap-tiap panelis diminta untuk memberikan penilaian
terhadap sampel sirup berbahan dara pepaya. Analisis organoleptik
dilakukan dengan menggunakan uji hedonik skala 1-7 untuk parameter uji
rasa, warna, aroma dan tekstur sirup buah pepaya california.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sirup pepaya
california dengan perbandingan kosentasi sukrosa yaitu S1 = 65% : S2 =
70% : S3 = 75% dan S4 = 80% memebrikan pengaruh nyata terhadap rasa,
warna, aroma dan teksur pada karakteristik sirup pepaya california dengan
kosentasi sukrosa.
4.1.1 Rasa
Rasa merupakan salah satu atribut penilaian organoleptik
yang sulit karena menilai karakteristik spesifik untuk produk
makanan tertentu karena rasa adalah faktor utama penentu
penerimaan konsumen terhadap suatu produk (Sirangelo,
2019).Hasil pengamatan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa
sirup sari buah pepaya dengan kosentasi sukrosa dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
Rasa
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
S1 S2 S3 S4
Gambar 4 Grafik hasil penilaian rasa oleh 30 panelis tidak terlatih terhadap sirup
dari buah pepaya dengan kosentasi sukrosa
10
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa
perlakuan konsentasi sukrosa terhadap sirup buah pepaya california
memberikan pengaruh terhadap rasa dengan taraf signifikan
(0.05%), rata-rata nilai tertinggi kesukaan panelis terhadap rasa
sirup buah pepaya california ada pada perlakuan S4 dengan nilai 64
dan kosentasi sukrosanyan 80% dan niali terendah kesukaan
panelis ada pada perlakuan S1 dengan nilai 5.2 dan kosentasi
sukrosanya 65%. Dimana pada perlakuan S4 menghasilkan rasa
manis yang dominan, dibandingkan perlakuan S1, S2 dan S4. Hal
ini karena presentasi penggunakan sukrosa pada sirup buah pepaya
yang berbeda-beda sehingga memberikan pengaruh terhadap rasa
sirup. Perbedaan perlakuan memeberikan pengaruh nyata dimana
Fhitung lebih besar dari Fsignifikan. Kemudian dilanjutkan dengan
uji dancan pada rasa hasilnay bahwa perlakuan S1 berbeda nyata
dengan S3 dan S4, akan tetapi perlakuan S1 tidak berbeda nyata
dengan perlakuan S2.
Dapat dilihat pada grafik uji orgaolpetik terhadap rasa
diatas menunjukan bahwa penilaian tertinggi panelis dari sirup
buah pepaya california dengan kosentrasi sukrosa yang berbeda
ada pada perlakuan S4 yaitu dengan kosentrasi sukrosa 80%
diperoleh nilai rata-rata 6.4, dalam skala hedonik menunjukan
bahwa panelis menyukain sirup pepaya dengan kosentrasi sukrosa
pada perlakuan S4 dengan niali suks dalam skala hedonik. Dalam
hasil uji orgaoleptik rasa dari sirup pepaya california pada
perlakuan S4 memberikan pengaruh nyata terhadap rasa dari sirup
pepaya california. Hal ini dikarenakan rasa dari perlakuan S4
dengan kosentasi sukrosa 80% memeberikan rasa yang sangat
manis. Menurut Zaitoun et al. (2018) bahwa gula berfungsi sebagai
pemanis, menyempurnakan rasa asam, dan cita rasa lainnya,
disamping itu gula dapat memperbaiki kekentalan. Selain itu,
Fungsi utama gula sebagai pemanis mengandung peranan penting
11
karena dapat meningkatkan penerimaan rasa dari suatu makanan
(Fitri et al., 2017).
4.1.2 Warna
Warna merupakan salah satu parameter yang mudah untuk
menilai suatu produk pangan. Warna pula dapat mengindikasi
suatu produk pangan yang diamati (Hidayat et al., 2018). Hasil uji
orgenoleptik dari warna terhadap sirup sari pepaya california
dengan kosentrasi sukrosa dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Warna
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
S1 S2 S3 S4
Gambar 5 Grafik hasil penilaian warna oleh 30 panelis tidak terlatih terhadap
sirup dari buah pepaya dengan kosentasi sukrosa
12
Hasil uji organoleptik pada grafik diatas menunjukan
bahwa pada perlakuan sirup sari buah pepaya california dengan
perbedan kosentasi sukrosa terhadap penilaian panelis pada
organoleptik warna diperoleh hasil, penilaian panelis tertinggi ada
pada perlakuan S1 dengan kosentrasi sukrosa 65% memiliki nilai
6,00, dalam skala hedonik menunjukan bahwa panelis suka
terhadap warna sirup sari buah pepaya dengan kosentrasi sukrosa
pada perlakuan S1. Hasil penilaian organoleptik warna pada
perlakuan S1 memberikan pengaruh nyata terhadap warna dari
sirup sari buah pepaya califonia. Perbedaan warna yang dihasilkan
merupakan perubahan warna yang diduga terjadinya reaksi
karamelisasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh
Fitri et al. (2017) bahwa selama proses pemasakan kerusakan
utama terjadi pada gula dan perubahan warna yang terjadi
disebabkan oleh reaksi karamelisasi yaitu reaksi pencoklatan non
enzimatis yang meliputi degradasi gula tanpa asam amino jika gula
dipanaskan diatas titik cairnya sehingga warna asli pada buah-
buahan setelah dimasak akan mengalami perubahan warna.
4.1.3 Aroma
Aroma disebut juga pencicipan jarak jauh dengan
menggunakan indera penciuman. Manusia dapat mengenal enaknya
makanan yang belum terlihat hanya dengan mencium bau atau
aroma makanan tersebut dari jarak jauh (Nurwin et al., 2019).Hasil
uji orgenoleptik dari aroma terhadap sirup sari pepaya california
dengan kosentrasi sukrosa dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Aroma
5.40
5.20
5.00
4.80
4.60
4.40
4.20
S1 S2 S3 S4
13
Gambar 6 Grafik hasil penilaian Aroma oleh 30 panelis tidak terlatih terhadap
sirup dari buah pepaya dengan kosentasi sukrosa
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa tidak ada
pengaruh serta perbedaan signifikan terhadap aroma dari sirup sari
pepaya california dengan kosentrasi sukrosa dengan taraf
signifikan (0.05%), dimana nilai aroma tertinggin terdapat pada
perlakuan S4 dengan kosentrasi sukrosa 80%. Perbedaan perlakuan
memberikan nilai tidak berbeda nyata dimana Fhitung lebih kecil
dari Fsignifikan. Hal ini menunjukan bahwa panelis lebih
menyukai aroma dari sirup sari buah pepaya california dengan
perlakuan S4. Kemudian tidak dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan karena tidak ada perbedaan nyata pada aroma yang
menunjukan bahwa pada perlakuan S1, S2, S3 dan S4 tidak
berbeda nyata
Hasil uji organoleptik pada grafik diatas menunjukan bahwa
pada perlakuan sirup sari buah pepaya california dengan perbedan
kosentasi sukrosa terhadap penilaian panelis pada organoleptik
aroma diperoleh hasil, penilaian panelis tertinggi ada pada
perlakuan S4 dengan kosentrasi sukrosa 80% memiliki nilai 5,23,
dalam skala hedonik menunjukan bahwa panelis agak suka
terhadap aroma sirup sari buah pepaya dengan kosentrasi sukrosa
pada perlakuan S4. Hasil penilaian organoleptik aroma pada setiap
perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap aroma dari
sirup sari buah pepaya califonia. Diduga karena gula tidak
memiliki aroma yang terlalu kuat, hal ini sesuai dengan penelitian
Hadiwijaya (2013) yang menyatakan bahwa pada dasarnya
penambahan gula tidak memberikan banyak pengaruh terhadap
aroma karena gula tidak memiliki aroma yang menonjol dan kuat.
Dan diperkuat oleh pernyataan Luthony (1990) di dalam sukrosa
hanya terdapat kandungan kimia berupa kalori, karbohidrat,
kalsium, fosfor, besi dan air dimana pada kandungan tersebut tidak
memberikan aroma yang khas, hanya bersifat memberikan rasa
manis.
14
4.1.4 Kekentalan
Uji organoleptik terhadap kekentalan sirup sari buah pepaya
california dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan sirup sari
buah pepaya. Hasil uji orgenoleptik dari kekentalan terhadap sirup
sari pepaya california dengan kosentrasi sukrosa dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
Kekentalan
5.8
5.7
5.6
5.5
5.4
5.3
5.2
5.1
5.0
4.9
4.8
S1 S2 S3 S4
Gambar 7 Grafik hasil penilaian Aroma oleh 30 panelis tidak terlatih terhadap sirup dari
buah pepaya dengan kosentasi sukrosa
15
dilanjutkan dengan uji dancan pada rasa hasilnay bahwa perlakuan S1
berbeda nyata dengan S3 dan S4, akan tetapi perlakuan S1 tidak berbeda
nyata dengan perlakuan S2.
Hasil uji organoleptik pada grafik diatas menunjukan bahwa pada
perlakuan sirup sari buah pepaya california dengan perbedan kosentasi
sukrosa terhadap penilaian panelis pada organoleptik kekentalan diperoleh
hasil, penilaian panelis tertinggi ada pada perlakuan S4 dengan kosentrasi
sukrosa 80% memiliki nilai 5.8, dalam skala hedonik menunjukan bahwa
panelis suka terhadap kekentalan sirup sari buah pepaya dengan kosentrasi
sukrosa pada perlakuan S4. Hasil penilaian organoleptik kekentalan pada
perlakuan S4 memberikan pengaruh nyata terhadap kekentalan dari sirup
sari buah pepaya califonia. Perbedaan kekentalan yang dihasilkan diduga
dari meningkatnya kosentrasi sukrosa, hal ini sesuai dengan penelitian
Vaclavic dan Christian, 2014, dimana Peningkatan kekentalan sirup
disebabkan oleh gula mempunyai sifat hidrofilik yang disebabkan oleh
adanya gugus hidroksil dalam struktur molekulnya. Gugus hidroksil
tersebut akan berikatan dengan molekul air melalui ikatan hidrogen, hal
tersebut akan mengurangi aktivitas air dan meningkatkan viskositas.
4.2 Total Padatan Terlarut
Uji total padatan terlarut dilakuan u tuk mengetahui kadar gula
pada sirup sari buah pepaya california. Tujuan analisis ini adalah untuk
mengetahui kadar gula pada sirup yang sesuai dengan SNI. Hasil uji Total
Padatan Terlarut terhadap sirup sari pepaya california dengan kosentrasi
sukrosa dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
56 56
55
54
S1 S2 S3 S4
Saampel
Gambar
8 Grafik Uji Total Padatan Terlarut
16
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan penambahan gula
berpengaruh nyata pada tarap 0,05% terhadap nilai total padatan terlarut sirup
sari pepaya california dengan kosentrasi sukrosa, hasil analisis total padatan
terlarut memunjukan bahwa nilai rata-rata total padatan terlarut yang tinggi
terdapat pada perlakuan S4 kosentrasi sukrrosa 80% yaitu sebesar 59% dan
berbeda nyata dengan perlakuan S1 kosentrasi sukrosa sebesar 65% sebesar 56%
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3 yang memiliki kosentrasi
sukrosa 75%. Sedangkan nilai rata-rata terndah total padatan terlarut pada sirup
sari pepaya california ada pada perlakuan S1 dengan kosentrasi sukrosa 65%
sebesar 56%.
17
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulkan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan hasil analisis organoleptik diketahui bahwa nilai tertinggi
kesukaan panelis terhadap rasa sirup buah pepaya california ada pada
perlakuan S4 dengan nilai 64 dan kosentasi sukrosanyan 80%, penilaian
panelis tertinggi terhadap warna ada pada perlakuan S1 dengan
kosentrasi sukrosa 65% memiliki nilai 6,00. nilai aroma tertinggi
terdapat pada perlakuan S4 dengan kosentrasi sukrosa 80. Dan rata-rata
nilai tertinggi kesukaan panelis terhadap kekentalan sirup sari buah
pepaya california ada pada perlakuan S4 dengan nilai 5.8 dan kosentasi
sukrosanyan 80%.
b. Berdasarkan hasil analisis total padatan terlarut memunjukan bahwa
nilai rata-rata total padatan terlarut yang tinggi terdapat pada perlakuan
S4 kosentrasi sukrrosa 80% yaitu sebesar 59%. Peningkatan total
padatan terlarut disebabkan oleh sifat gula yang mudah larut dalam air
sehingga semakin banyak konsentrasi gula yaang ditambahkan maka
semakin meningkatkan total padatan terlarut dari sirup buah gandaria
yang dihasilkan.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas penulis merekomendasikan
akan ada uji lanjut tentang layakannya sirup tersebut dikonsumsi oleh
masyarakat
18
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-3544: 2013. Sirup. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional Indonesia.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700,
Jakarta, UI Press.
Badan Pusat Statistik. 2015. http://bps.go.id. Diakses pada tanggal 5 Mei 2015
pada pukul 17.00 WIB.
Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Sinar Ilmu. Yogyakarta
Fitri, E., N., Harun, dan V.S. Johan. 2017. Konsentrasi gula dan sari buah
terhadap kualitas sirup belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). JOM
Faperta UR 4: 1-13.
19
Melisa, R. dan H. Mardesci. 2016. Studi konsentrasi gula yang tepat dalam
pembuatan sirup buah kelubi (Eleiodoxa conferta). Jurnal Teknologi
Pertanian 5: 37- 44. DOI: 10.32520/jtp.v5i1.89.
Nurwin, F.A., E.N. Dewi, dan Romadhon. 2019. Pengaruh penambahan tepung
karagenan pada karakteristik bakso kerang darah (Anadara granosa).
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan 1: 39-46.
Purba, A.P. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Pepaya
Tressler, K. A. dan M. A. Joslyn. 1961. Fruit and Vegetables Juice Processing and
Vaclavic, V.A., and E.W. Christian. 2014. Sugars, Sweeteners, and Confections.
In: Essentials of Food Science. Springer, 279-295.
20
Zaitoun, M., M. Ghanem, and S. Harphoush. 2018. Sugars: types and their
functional properties in food and human health. International Journal of
Public Health Research 6: 93-99.
21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi
Lampiran 2 SPSS
ANOVA
Rasa
22
Total 143.200 119
ANOVA
Warna
ANOVA
Aroma
ANOVA
Kekentalan
ANOVA
TPT
Total 22.417 11
23
Rasa
Perlakuan N 1 2 3
Duncana S1 30 5.2000
S2 30 5.5667 5.5667
S3 30 6.0333 6.0333
S4 30 6.4000
Warna
Perlakuan N 1 2 3
Duncana S4 30 4.8000
S3 30 5.2667 5.2667
S2 30 5.6333 5.6333
S1 30 6.0000
Aroma
Perlakuan N 1
Duncana S1 30 4.6333
S2 30 4.8333
24
S3 30 5.0333
S4 30 5.2333
Sig. .096
Kekentalan
Perlakuan N 1 2 3
Duncana S1 30 5.1333
S2 30 5.5000 5.5000
S3 30 5.8333 5.8333
S4 30 6.2333
TPT
Perlakuan N 1 2
Duncana S1 3 56.0000
S2 3 56.5000
S3 3 58.1667
S4 3 59.0000
25