Bagian 2
Bagian 2
Ringkasan
Posisi Indonesia berada di antara dua samudera dan dua benua
serta merupakan negara kepulauan dengan topografi yang sangat
beragam menjadikan Iklim Indonesia sangat dinamis dan
kompleks. Pengaruh lokal dan gangguan siklon tropis sangat
berpengaruh terhadap keragaman iklim Indonesia. Beberapa faktor
yang berperan terhadap iklim Indonesia, antara lain: fluktuasi suhu
permukaan laut, Inter-Tropical Convergence Zone (ITCZ), Dipole
Mode Index (DMI), suhu permukaan laut Pasifik ekuator, Monsun
Asia Tenggara-Australia, sirkulasi Hadley dan Walker serta arus
lintas Indonesia (ARLINDO). Selain itu, iklim Indonesia dikendalikan
oleh tiga sistem peredaran angin, yaitu: angin pasat, angin
meridional, dan angin lokal. Keseluruhan komponen tersebut
membentuk suatu sistem baik lokal, regional, maupun global turut
menentukan variabilitas dan keragaman iklim Indonesia. Dalam
jangka panjang, variabilitas dan keragaman iklim akan mengalami
pergeseran musim dari rata-ratanya terutama akibat perubahan
iklim. Terkait dengan kalender tanam, terjadinya tren perubahan ini
menyebabkan perubahan pada masuknya awal musim dan panjang
musim hujan. Perubahan pola curah hujan akan berpengaruh
terhadap ketersediaan air bagi tanaman baik melalui curah hujan
secara langsung maupun ketersediaannya di waduk. Oleh karena
itu, informasi pola tanam yang menyangkut awal musim akan
berubah sesuai dengan ketersediaan air. Oleh karena itu, fenomena
dan perubahan iklim penting perannya dalam kalender tanam untuk
memberikan informasi waktu dan pola tanam.
51
Bab 3
Fenomena dan Perubahan Iklim Indonesia
serta Pemanfaatan Informasi Iklim
untuk Kalender Tanam
Dasar Pemikiran
53
Pramudia et al.
55
Pramudia et al.
menjadi dingin karena uap air di atas permukaan air laut yang telah
menjadi dingin dan mengkilat dapat menghalangi pelepasan panas,
serta acapkali terjadi pertukaran massa air di bagian permukaan
dengan bagian di dalamnya (Neumann dan Pierson 1966). Wyrtki
(1961) menyebutkan bahwa lapisan permukaan dari lautan tropik
adalah hangat dan variasi suhu tahunan pada umumnya rendah,
tetapi variasi harian pada umumnya tinggi.
57
Pramudia et al.
Gambar 3. Pola pergerakan ITCZ pada bulan Januari (garis biru) dan bulan
Juli (garis merah) (Sumber: http://en.wikipedia.org/
wiki/Intertropical_Convergence_Zone)
59
Pramudia et al.
(a)
(b)
Gambar 4. Pola Dipole Mode (a) positif dan (b) negatif (Sumber: Saji et al.
1999)
61
Pramudia et al.
dicirikan oleh bentuk pola hujan uni-modal (satu puncak hujan) tapi
bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe monsun
(Gambar 5).
63
Pramudia et al.
yang bertiup adalah dari BBS ke BBU. Posisi matahari berada di BBU
sehingga BBU mengalami musim panas, maka terbentuklah
tekanan rendah di sana. Pada saat itu wilyah Indonesia bagian
selatan mencakup Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Lombok, Nusa
Tenggara, hingga Papua mengalami angin Monsun Timur
sedangkan daerah Sumatera lainnya dan Kalimantan Barat
mengalami monsun barat daya (Gambar 7b).
(a) (b)
Gambar 7. Pola angin (a) monsun barat dan (b) monsun timur
(a)
(b)
Gambar 8. Skematik dari sirkulasi Walker di bagian atas dan bawah
atmosfer pada DJF (a) normal dan (b) El-Nino (Sumber:
Nicholls 1987 dalam Boer 2008)
65
Pramudia et al.
(a) (b)
Gambar 10. Topografi permukaan laut Indonesia pada bulan (a) Februari
dan (b) Agustus (Sumber: Wyrtki 1961)
Pada bulan Februari, massa air laut dari Samudera Pasifik masuk
ke perairan Indonesia melalui celah perairan di sebelah selatan
Mindanao melalui Laut Sulawesi mengalir hingga ke Selat Makassar.
Pada arah lain melalui perairan sebelah utara Filipina massa air laut
masuk ke Laut China Selatan mengalir hingga ke Selat Karimata
dan Laut Jawa, hingga bertemu dengan arus dari Selat Makassar,
kemudian bersama-sama mengalir menuju Laut Banda dan Laut
Arafuru untuk kemudian terpecah sebagian kembali ke arah
Samudera Pasifik, sebagian lain membelok ke selatan ke arah Laut
Timor dan perairan di selatan Jawa kemudian ke Samudera Hindia.
Arah arus laut ini searah dengan arah angin Monsun Barat yang
sedang bertiup saat bulan Februari (Gambar 11a).
67
Pramudia et al.
(a)
(b)
Gambar 11. Skema arah arus lintas Indonesia pada bulan (a) Februari dan
(b) Agustus (Sumber: Wyrtki 1961)
69
Pramudia et al.
Pola dan jumlah hujan juga beragam antar musim dan juga antar
tahun. Perbedaan jumlah curah hujan dirasakan signifikan pada
wilayah dengan pola monsun pada saat terjadi iklim ekstrem, baik
El-Nino maupun La-Nina. Akhir-akhir ini kejadian El-Nino dan La-
Nina semakin sering terjadi. Hal itu dirasakan dengan semakin
seringnya kekeringan maupun banjir. Fenomena global tersebut
dikendalikan oleh arus laut di Samudera Pasifik. Selain itu, pada
kejadian El-Nino yang parah, arus laut di Samudera Hindia yang
dingin di sebelah Timur dan panas di sebelah Barat menyebabkan
curah hujan yang sangat rendah.
71
Pramudia et al.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk melihat
karakteristik variabilitas dan perubahan iklim. Hal yang paling
mungkin dirasakan adalah perubahan tanda-tanda di tingkat lokal
seperti terjadinya peningkatan suhu udara, perubahan pola curah
hujan, peningkatan tinggi muka air laut, dan peningkatan frekuensi
kejadian ekstrem. Di samping itu, kondisi iklim juga menjadi tidak
teratur lagi dan kearifan lokal dan tanda-tanda alam sudah sulit dan
bahkan tidak lagi digunakan oleh masyarakat (Balitbangtan 2013).
73
Pramudia et al.
75
Pramudia et al.
kerugian sekitar 375 juta dollar dimana 73% dari kerugian ini
berasal dari sektor kehutanan dan 24% dari sektor pertanian dan
sisanya dari sektor lainnya seperti perhubungan (Boer dan
Setyadipratikto 2003).
Gambar 14. Pola curah hujan dan tingkat salinitas air tanah dan
penggunaan lahan di Indramayu, Jawa Barat (Sumber: Boer
et al. 2009)
77
Pramudia et al.
Sekarang
Prediksi ke depan
di masa lalu
100 mm
(a) (b)
79
Pramudia et al.
(c) (d)
Gambar 16. Tren perubahan curah hujan pada musim hujan dan musim
kemarau di Indonesia. (a) DJF, (b) JJA, (c) MAM, dan (d) SON
(Sumber: Boer 2009)
(a)
81
Pramudia et al.
(b)
(c)
Gambar 17. Pengaruh ENSO terhadap keragaman hujan di Indonesia (a)
JFMA, (b) MJJA, dan (c) SONJ. (Sumber: Batisti 2006 dalam
Boer 2008)
(a) (b)
Gambar 18. Hubungan SOI dengan (a) awal dan (b) lama MH di Oekabiti
Kupang (Sumber: Boer 2005)
Fenomena dan Perubahan Iklim Indonesia serta Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Kalender Tanam
Pada tahun 2013, ENSO dalam kondisi normal. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai anomali SST pada kisaran -0,5 sampai dengan 0,5 mulai
Januari 2013 sampai sekarang (tidak ada iklim ekstrem).
1.0 Fase 1+3
Normal
0.8 Fase 2+4
0.6
0.4
0.2
0.0
265 275 285 295 305 315 325 335 345 355 365
Awal MH
(a)
83
Pramudia et al.
1.0
Fase 1+3
Peluang Terlampaui
0.8 Normal
Fase 2+4
0.6
0.4
0.2
0.0
6 8 10 12 14 16 18 20 22
Lama MH (Dekade)
(b)
Gambar 19. Prediksi peluang (a) awal masuk MH dan (b) lama MH
berdasarkan fase SOI September di Oekabiti, Kupang
(Sumber: Boer 2005)
(a)
(b)
Gambar 20. Perkembangan (a) SST dan (b) IOD tahun 2010 dan 2013
(Sumber: POAMA 2013)
85
Pramudia et al.
Jun Jul
Okt Ags
Nov Sep
Pada bulan Juli 2013 kondisi tersebut berubah (Gambar 22b). Pada
Juli 2013, pusat tekanan rendah ada 3 yaitu: (1) di bagian barat
Sumatera di Samudera Hindia, (2) di Laut Cina Selatan, dan (3) di
timur Filipina. Pusat tekanan rendah berpotensi sebagai pusat
pembentukan awan hujan. Pusat tekanan rendah di barat Sumatera
berpotensi untuk mengakibatkan peningkatan curah hujan di barat
Sumatera.
(a) (b)
Gambar 22. Sebaran pusat tekanan rendah pada bulan (a) Januari dan (b)
Juli 2013 (Sumber: BMKG 2013)
Arah dan sebaran pusat tekanan rendah juga ditunjukkan oleh foto
citra pada tanggal 15 Januari dan 19 Juli 2013. Kumpulan awan
yang luas terbentuk pada kawasan pusat bertekanan rendah dan
sekitarnya, serta pada lintasan angin yang membawa uap air. Pada
lintasan yang membawa udara kering umumnya cerah dan
cenderung kering (Gambar 23 dan 24).
87
Pramudia et al.
Gambar 24. Sebaran keawanan pada tanggal 19 Juli 2013 (Sumber: BMKG
2013)
Gambar 25. Lintasan depresi tropis dan siklon tropis (Sumber: LAPAN
2013)
89
Pramudia et al.
Kalender tanam dicirikan oleh dua musim yaitu main season dan off
season. Pola tanam eksisting adalah padi-padi. Dalam jadwal
kalender ini, off season berlangsung dari Mei sampai Oktober
sedangkan main season dari November sampai April. Pada off
season, kalender tanam eksisting menghadapi masalah kelangkaan
air (Hill 1977 dalam Lee et al. 2005) (Gambar 28). Untuk
menanggulangi masalah tersebut, kemudian disusun jadwal
91
Pramudia et al.
Gambar 30. Urutan tanaman yang disarankan untuk daerah studi (Sumber:
Panigrahi et al. 2010)
Kesimpulan
93
Pramudia et al.
Daftar Pustaka
95
Pramudia et al.
97
98