Anda di halaman 1dari 4

Nama : Asmaul husna

Nim : Nh0318005

Tugas!

Membuat asuhan keperawatan tentang ketergantungan NAPZA!

Jawab:

Asuhan Keperawatan

KASUS:
Pasien 1:
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah pemakai, pengedar, dan Bandar narkoba jenis shabu
sehingga tertangkap waktu makan malam di rumah. Klien mengatakan tidak mengalami
gangguan jiwa. Tapi Klien pernah melakukan kekerasan fisik pada temannya dengan mata
melotot, bicara cepat, suara keras, intonasi tinggi, menjewer telinga temannya dan mudah
tersinggung. Hubungan klien di lapas baik dengan semua orang, semua mempedulikannya, dan
perasaan klien ingin di akui, klien merasa selalu di awasi gerak geriknya .
Pasien 2:
Klien mengatakan dirinya pemakai, pengedar narkoba jenis shabu sehingga tertangkap waktu di
kamar rumah nya. Klien pernah melakukan kekerasan fisik pada orang lain dengan pandangan
tajam, suara keras dan intonasi tinggi. Klien menyukai semua anggota tubuhnya, anak pertama
dari 2 bersaudara, berperan sebagai anak dan kakak, klien ingin menjadi lebih baik, dan merasa
malu telah jual beli narkoba. Hubungan klien dengan semua orang di lapas sangat baik.
1. Pengkajian
Hasil pengkajian klien dengan RPK, menunjukan bahwa klien 1 berumur 45 tahun dan
berpendidikan SMP dan lien 2 berumur 30 tahun dan berpendidikan SMP. Klien 1 mengatakan
bahwa dirinya merupakan pengguna NAPZA jenis shabu, pernah melakukan aniaya fisik, bicara
cepat, keras, mata melotot, sedangkan klien 2 mengatakan bahwa dirinya merupakan pengguna
NAPZA jenis shabu, pernah melakukan aniaya fisik, bicara keras, pandangan tajam.
Resiko Perilaku Kekerasan adalah klien mengancam, klien mengumpat dengan kata-kata kasar,
klien mengatakn dendam dan jengkel, klien mengatakan ingin berkelahi, klien menyalahkan dan
menuntut, klien meremehkan, data objektif mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah merah dan tegangan postur tubuh kaku, suara keras. (Direja,2011)
Hasil pengkajian menunjukan bahwa klien mengalami resiko perilaku kekerasan terhadap orang
lain, hanya saja saat ini sudah tidak mersakan sindrom putus karena obat, tetapi perilaku
kekerasan yang dihadapinya karena mekanisme koping yang tidak adekuat, lingkungan
pengguna narkoba sangat keras sehingga orang – orang yang berkecimpung juga keras.
2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan pada Klien 1 dan Klien 2 didapatkan masalah keperawatan yaitu pada
klien 1 muncul masalah keperawatan yaitu masalah kekerasan, koping keluarga tidak efektif,
respon pasca trauma, gangguan rasa nyaman nyeri, koping individu tidak efektif distress
spiritual, gangguan istirahat tidur. Pada Klien 2 muncul masalah keperawatan yaitu resiko
perilaku kekerasan, koping individu tidak afektif harga diri rendah, distress spiritual, gangguan
daya ingat jangka pendek.
Menurut peneliti dari fakta yang ada dari kedua klien adanya kesenjangan dikarenakan ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan resiko perilaku kekerasan. Pada klien 1 ada beberapa
faktor internal dan eksternal diantaranya klien menutup diri seperti dalam hal percintaan,
pekerjaan, serta hal yang lainnya. Perbedaan diagnosa ini disebabkan karena klien 1 merasa
dirinya adalah bos sehingga sering bertindak seenaknya dan bisa dengan mudah menyakiti
orang lain yang dianggap sebagai anak buahnya, sedangkan klien 2 tidak mengatakan apa-apa,
resiko perilaku kekerasan yang dialami karena sudah terjun ke dunia narkoba yang keras
sehingga permainan nya harus keras dan harus siap disakiti dan menyakiti siapa saja.
3. Perencanaan
Perencanaan asuhan pada klien 1 dan 2 adalah sama yaitu mengidentifikasi penyebab dan gejala
PK, mengajarkan cara pengendalian diri dengan relaksasi nafas dalam, berdzikir, pukul
bantal/kasur. Rencana asuhan dibuat selama 3 kali pertemuan dengan evaluasi hasil asuhan
pada hari berikutnya.
Rencana tindakan keperawatan yang sesuai teori (Azizah, 2011) yang meliputi tujuan umum,
tujuan khusus, dan kriteria hasil, dalam tujuan umum diharapkan klien tidak mencederai diri
sendiri/orang lain/lingkungan, tujuan khusus ada 11 tujuan yaitu TUK 1 Klien dapat membina
hunbungan saling percaya. TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
TUK 3 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. TUK 4 Klien dapat
mengidentifikasi perilaku yang biasa dilakukan. TUK 5 Klien dapat mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan. TUK 6 klien dapat mendemostrasikan cara fisik untuk mencegah kekerasan.
TUK 7 klien dapat mendemostrasikan cara sosial untuk mencagah perilaku kekerasan. TUK 8
klien dapat mendemostrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan.
Rencana asuhan yang dibuat sudah sesuai dengan teori yang ada tanpa memeberikan asuhan
pada keluarga kasus ini terjadi di penjara dimana klien berada terpisah dengan keluarga
sehingga pemberian intervensi pada keluarga dianggap tidak afektif.
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan pada klien 1 dan klien 2 pada pertemuan pertama penulis melakukan
tindakan membina hubungan saling percaya dengan klien, mengidentifikasi PK yang dilakukan,
mengidentifikasi akibat PK, mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1 (nafas dalam).
Kemudian pada pertemuan ke dua penulis melakukan tindakan keperawatan mengevaluasi SP 1,
mempraktikkan latihan fisik (pukul bantal dan kasur), pada pertemuan ketiga penulis
mengevaluasi kegiatan SP 1 DAN SP 2, mempraktikkan latihan cara mengontrol verbal (3
macam) dan melatih cara spiritual.
Tahap ini merupakan tahap lanjutan setelah tahap perencanaan dari masalah keperawatan yang
muncul pada klien 1 dan klien 2. Tindakan secara umum dilakukan berdasarkan perencanaan
yang telah dibuat sebelumnya. Perencanaan keperawatan serta tindakan keperawatan
dilaksanakan bertujuan agar masalah keperawatan yang dialami klien 1 dan klien 2 dapat
teratasi. Dari jangka waktu yang telah di tentukan selama minimal 3x kunjungan diharapkan
klien tidak mencederai diri sendiri/orang lain/lingkungan. (Nurarif, 2016).
Pada kasus yang dialami oleh klien 1 dan klien 2, semua tindakan telah dilakukan. Sebelumnya
penulis dengan klien dan penulis dengan keluarga kearah pemecahan masalah klien untuk
mencapai tujuan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya, namun implementasi tidak
selalu sesuai dengan implementasi dimana SP 1 tidak hanya melakukan BHSP saja, akan tetapi
langsung melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam, SP melakukan cara mempraktikkan
pengendalian diri dengan cara pukul bantal atau kasur saat marah, dan SP 3 melakukan cara
mempraktikkan pengendalian diri dengan verbal dan ibadah yaitu dengan dzikir, tidak ada SP
keluarga dalam implementasi karena klien 1 dan klien 2 adalah narapidana yang tinggal terpisah
dengan keluarga sehingga tidak efektif jika melakukan implementasi SP untuk keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi pertama yang penulis lakukan meliputi klien mampu menyebutkan penyebab, tanda
dan gejala, PK yang biasa dilakukan, akibat PK yang dilakukan. Klien juga mampu menggunakan
cara mengontrol PK meliputi latihan secara fisik (nafas dalam, teknik pukul bantal dan kasur),
klien mampu latihan secara verbal 3 macam (meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan
dengan baik), klien mampu latihan secara spiritual dengan dzikir, klien tenang, kontak mata ada.
Evaluasi kedua yang penulis lakukan meliputi klien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan
gejala, PK yang dilakukan , akibat PK yang dilakukan. Klien juga mampu menggunakan cara
mngontrol PK meliputi latihan secara fisik (nafas dalam, teknik pukul bantal dan kasur), klien
mampu latihan secara verbal 3 macam (meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan
dengan baik), klien mampu latihan secara spiritual ditandai dengan klien kooperatif, klien
tenang, kontak mata ada. Selama proses keperawatan dilakukan pada klien selama 3x
pertemuan. Tidak ada perbedaan hasil antara klien 1 dan klien 2, keduanya bersedia dan bisa
melakukan pengendalian amarah dengan relaksasi nafas dalam, memukul bantal, menggunakan
kata yang baik, dan dzikir.

DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Yusuf. 2010. Katakan Tidak pada NARKOBA. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Badan Narkotika Nasional. 2014. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan NARKOBA. Jakarta : BNN
___________. 201. Data Tindak Pidana NARKOBA. Diakses dari http://bnn.go.id pada tanggal 1
Juni 2017.

Anda mungkin juga menyukai