ETIKA PROFESI
OLEH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, yang senantiasa memberikan nikmat, taufik dan
hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Diktat “Etika Profesi” sebagai bahan ajar yang akan
di gunakan mahasiswa sebagai bahan bacaan dan refrensi ilmu pengetahuan.
Saya telah menyusun diktat ini dengan sebaik-baiknya tetapi mungkin masih ada
kekurangan-kekurangan untuk mencapai kesempurnaan. Saya selaku penulis menerima
berbagai kritik yang sifatnya membangun agar diktat ini menjadi lebih baik lagi.
Selanjutnya, saya berharap semoga diktat ini bisa memberikan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-kata
yang kurang berkenan
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
SEJARAH MANUSIA
A. SEJARAH MANUSIA
Sejarah merupakan peristiwa lampau yang telah terjadi, ada sejarah yang
tertuliskan, ada yang terdokumentasi dan tidak sedikit sejarah yang hanya di ceritakan
secara turun menurun, sejarah merupakan ilmu awal yang harus kita kaji untuk
menciptakan pengetahuan awal sebagai bahan berfikir, atau melakukan renungan untuk
kehidupan yang lebih baik.
Dalam kehidupan ini kita pernah memperoleh beberapa ilmu pengetahun, kita
mengenal adanya Nabi adam AS ada juga manusia manusia purba, manusia purba
merupakan mahluk hidup seperti manusia yang di prediksi telah hidup jutaan tahun lalu,
manusia purba tidak di jumpai secara langsung, namun keradaannya di anggap ada
melalui fosil fosil yang di temukan para ilmuan, yang terkubur jutaan tahun lalu.
4
Berdasarkan catatan sejarah yang ada di nayatakan manusia purba adalah
mahluk hidup yang hidup sejak manusia belum mengenali tulisan. Manusia purba yang
paling tua di prediski telah hidup lebih dari empat juta tahun yang lalu. Manusia purba
oleh para ahli di sebut sebagai manusia prasejarah.
Berdasarkan prediksi para ahli fosil sejarah, di perkirakan pada tahun 60.000 hingga
50.000 SM, diyakinkan manusia purba melakukan pergerakan dari Afrika Tengah ke Afrika
Selatan. Sebelum akhirnya, di tahun 50.000 hingga 45.000 SM, mulai menyebar luas lagi ke
Arab, India, dan Indonesia. Selanjutnya mereka lalu mencapai Australia, Jepang, Cina,
Alaska, hingga Amerika Utara.
Pada saat ini kita mengenal kata agen of change (agen perubahan). Dalam suatu siklus
kehidupan perubahan adalah suatu hal yang mutlak akan terjadi, orang orang yang tidak
melakukan perubahan dalam hidupnya akan terus terus tertinggal dan akan menjadi mahluk
yang tak meiliki nilai, ternyata perubahan perubahan yang ada pada kehidupan juga di
lakukan oleh manusia purba.
Manusia purba merupakan mahluk yang diyakini juga mampu untuk berfikir, sebagai
mahluk hidup yang di predisi sama dengan manusia, pada mula kehidupannya manusia purba
terus merubah cara mereka bertahan. Ada empat masa mkehidupan manusia purba, Pertama
adalah Paleolithik, yaitu ketika manusia purba masih berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana. Kedua adalah masa Mesolithik, yaitu masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut. Ketiga adalah Neolithik ketika mereka mulai bercocok tanam.
Terakhir adalah masa Megalithik atau yang disebut juga sebagai masa perundagian dan
logam. Disinilah masa masa ketika kehipun mengalami perkembangan pesat.
5
Namun salah satu kunci keilmuan yang harus di pahami adalah pada tahun 1950 banyak
sekali ilmuan yang mencoba mengkaji tentang sejarah manusia dan nabi adam AS ada hal
hal yang bertentangan, kita memahami bahwa Allah telah banyak mengajarkan ilmu kepada
nabi Adam jadi tidak mungkin manusia purba itu memulai kehidupan dari hal hal yang tak
berlandas ilmu pengetahuan.
Dan hal yang mengejutkan adalah ada beberapa informasi yang mengatakan pada tahun
1950 di lakukan penelitian terhadapat salah satu fosil yang di anggap manusia purba, setelah
di selidiki ternyata hasil yang di dapat adalah ternyata fosil itu tidak murni, ada
penggabungan anatara fosil manusia dank era yang di gabungkan, hal itu di ketahui dari
umur tulang tulang yang berbeda beda. Dalam teorinya sebagai manusia yang menjujung
tinggi ilmu pengetahuan kita wajib berfikir mengkaitkan ilmu Alquran dengan ilmu
pengetahuan secara umum, hal hal yang bertentangan harus kita buktikan secara ilmu juga.
Pada akhirnya kita harus menarik satu kesimpulan bahwa ternyata mahluk pertama yang
di ciptakan adalah nabi Adam AS, sedangkan keberadaan manusia purba prasejarah harus
kita buktikan secara ilmu pengetahuan kebenarannya, nabi Adam AS sudah di bekali ilmu
yang langsung di ajari oleh sang pemilik Ilmu yaitu Allah SWT. Jadi mustahil manusia
berasal dari monyet yang pada dasarnya tidak memiliki nalar pemikiran yang lebih baik.
B. SEJARAH ETIKA
Etika adalah suatu hal yang di miliki manusia, etika membentuk suatu koloni
kehidupan yang beradab, keselamatan, kesejahteraan keamanan terbentuk apa bila etika di
terapkan dalam kehidupan, etika pada kelompok manusia melahirkan suatu etiket. Etiket
inilah yang pada akhirnya menjadi acuan standar aturan kehidupan. Orang yang tak
mengindahkan etiket akan mendapat penolakan bagi kaumnya.
Etika pada tiap tiap zaman bisa berubah hal itu karena dominasi keyakinan, etika
bisa timbul dari hasil pemikiran filsuf tentang kebaikan mereka menjabarkan konsep
konsep yang baik berdasarkan hasil pemikiran dan evaluasi terhadap bentuk kebiasaan
kehidupan manusia, namun etika ada juga yang timbul dari suatu keyakinan terhadap
agama. Perkembangan zaman, perperangan, pengusaan suatu wilayah dominasi terhadap
suatu sistem kehidupan akanh menciptakan etika etika yang berkesesuaian dengan
kekuasaan.
Etika yang membentuk etiket pada suatu masyarakat akan meiliki perbedaan dengan
masyarakat lainnya. Misalnya etika kesopanan masyarakat m edan akan berb eda dengan
6
etika masyarakat jawa. Etika pada zaman yunani kuno akan berbeda dengan etika pada
zaman kekristenan berja, dan etfika juga bisa berubah setelah islam muncul, dan
seterusnya etika akan mengalami perubahan perubahan sesuai zamannya.
Saat ini mari kita melihat kajian etika pada manusia yang berubah-ubah sesuai
zaman dan kekuatan besar yang menguasai kekuatan dunia:
1. Etika Periode Yunani
7
sesuatu dengan sebaik-baiknya.
Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM). Dia adalah muridnya Plato. Pengikutnya
disebut Peripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan
yang teduh. Aristoteles berpendapat bahwa tujuan akhir dari yang dikehendaki manusia
mengenai segala perbuatan adalah bahagia. Namun pengertianya tentang konsep bahagia
itu lebih luas dan lebih tinggi. Menurutnya, untuk mendapatkan kebahagian, seseorang itu
hendaklah mempergunakan kekuatan akal dengan sebaik- baiknya.
Aristoteles menciptakan teori serba tengah. tiap-tiap keutamaan adalah tengah-tengah,
diantara dua keburukan. Misalnya: dermawan adalah pertengahan antara boros dan kikir.
Keberanian adalah pertengahan antara membabi-buta dan takut.
Pada kahir abad ke tiga, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama tersebut merubh
fikiran manusia dan membawa pokok- pokok akhlak tersebut dalam taurat. Memberi
pelajaran kepada manusia. bahwa Tuhan adalah sumber segala akhlak. Tuhan yang
membuat patok yang harus kita pelihara dalam hubungan kita dengan orang lain. Dan
Tuhan juga yang menjelaskan tentang arti baik dan jahat.
Baik menurut arti yang sebenernya adalah kerelaan Tuhan Allah, dan melaksanakan
segala perintahnya. Menurut ahli Filsafat Yunani, pendorong untuk melakukan perbuatan
baik ialah pengetahuan atau kebijaksanaan. sedangkan menurut Agama Nasrani, bahwa
yang mendorong perbuatan baik adalah inta kepada Allah, dan Iman Kepada-Nya.
2. Etika Abad Pertengahan
Pada Abad pertengahan, Etika bisa dikatakan 'dianiaya' oleh Gereja. Pada saat itu,
Gereja memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan
kebudayaan kuno.
Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. dan apa
yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar, jadi manusia tidak perlu lagi
bersusah-bersusah menyeliki tentang kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh
Tuhan.
Ahli-Ahli Filsafat Etika yang lahir pada masa itu, adalah panduan dari ajaran Yunani
dan Ajaran Nasrani. Di antara mereka yang termasyur adalah Abelard (1079-1142 SM).
seorang ahli Filsafat Prancis. Dan Thomas Aquinus (1226-1270 SM), seorang ahli Filsafat
Agama dari Italia.
3. Etika Periode Bangsa Arab
8
Bangsa Arab pada zaman jahiliyah tidak mempuyai ahli-ahli Filsafat yang mengajak
kepad aliran atau faham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan
Aristoteles.
Hal itu terjadi karena penyidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah
maju. waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang
memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju
keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.
Namun sejak kedatangan islam, agama yang mengajak kepada orang-orang untuk
percaya kepada allah, sumber segala sesuatu di seluruh alam. Allah memberikan jalan
kepada manusia jalan yang harus diseberangi. Allah juga menetapkan keutamaan seperti
benar dan adil, yang harus dilaksanakanya, dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan
kenikmatan di akhirat, sebagai pahala bagi orang yang mengikutinya.
Yang termasyur melakukan penyelidikan tentang akhlak dengan berdasarkan ilmu
pengetahuan adalah Abu Nasr Al-Farabi, yang meninggal pada tahun 339 H. demikian juga
Ikhwanus Sofa, di dalam risalah brosurnya, dan Abu ‘Ali ibnu Sina (370-428 H). mereka
telah mempelajarai Filsafat Yunani, terutama pendapat mengenai akhlak.
Jadi Bangsa Arab pada masa itu, telah puas mengambil etika dari agama dan tidak
merasa butuh untuk menyelidiki mengenai dasar baik dan buruk. oleh karena itu, agama
banyak menjadi dasar buku-buku yang dilukiskan di dalam etika. Seperti buku karya Al-
Ghazali dan Al-Mawardi.
Penyidik Bangsa Arab yang terbesar mengenai Etika adalah Ibnu Maskawayh, yang
wafat pada 421 H. dia mencampurkan ajaran Plato, Aristoteles, Galinus dengan ajaran
islam. Ajaran Aristoteles bnyak termasu dalam penyelidikan tentang jiwa.
4. Etika Periode Abad Modern
Pada akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan mulai
menyuburkan Filsafat Kuno. Begitu juga dengan Italia, lalu berkembang ke suluruh
Eorpa. Pada masa ini, segala sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga tegaklah
kemerdekaan berfikir. Dan mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan baru, dan
mempertimbangkanya dengan ukuran yang baru. Discarles, seorang ahli Filsafat
Prancis (1596-1650). termasuk pendiri Filsafat baru. Untuk ilmu pengetahuan, ia
menetapkan dasar-dasar sebagai berikut :
a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan nyata adanya. Dan apa
yang tumbuhnya dari adat kebiasaan saja, wajib di tolak.
9
b. Di dalam penyelikidan harus kita mulai dari yang sekecil- kecilnya, lalu
meningkat ke hal-hal yang lebih besar.
c. Jangan menetapkan seusatu hukum akan kebenaran suatu hal sehingga
menyatakan dengan ujian.
Namun di antara ahli-ahli ilmu pengetahuan bangsa Jerman yang merupakan
pengaruh besar dalam akhlak ialah Spinoza (1770- 1831), Hegel (1770-1831)
juga Kant (1724-1831).
10
Secara demokrasi praktek kapitalisme merugikan kelompok buruh karena
cenderung tidak memberikan kesejahteraan kepada buruh dan pembayaran gaji
rendah ini merupakan cermin rendahnya demokrasi dalam bisnis. Hak para buruh
cenderung tidak diperhatikan karena kapitalis mengutamakan penekanan biaya proses
produksi rendah agar keuntungan bisnis dapat diperoleh maksi
BAB II
ETIKA, ETIKET, KAIDAH DAN MORAL
2.1 ETIKA
Etika dalam buku yang berjudul Etika karangan K.Bertens menjelaskan bahwa
kata etika berasal dari baha yunani ethos yang dalam bentuk tunggalnya memilikii
banyak arti sepeti padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, ahlak, watak, persaan,
sikap, cara berfikir sedangkan dalam bentuk jamak (te etha) yang berarti adat
kebiasaan . Dalam perkembangan etika
1
ilmuan atau filsuf yang terkenal pada
zamannya adalah Aristoteles, aristoteles mengembangkan etika tidak hanya sebagai
ilmu pengetahuan namun dikhususkan kepada ilmu yang mempelajari tentang
kebiasaan hidup orang orang pada zamannya.
Berdasrkan begitu luasnya makna dan arti kata etika, maka kita dapat
menyebut etika sebagai kumpulan asas dan moral ,etika juga di katakan sebagi ilmu
pengetahuan tentang baik dan buruk. Etika bisa di tafsirkan secara luas atau bisa di
persempit penafsirannya. Etika yang pada mulanya merupakan hasil pemikiran
tentang baik buruk perbuat atau sikap manusia yang lambat laun akan di jadikan ilmu
yang mempertegas prilaku seorang.
Ilmu etika lama kelamaan berkembang dan menjadi aturan aturan yang di
gunakan dalam dunia kerja profesional, kita mengenal ada etika kedokteran yang di
dalamnya menagharuskan tenaga kesehatan melakukan prosedur prosedur yang lebih
manusia. Etika bagi seorang guru/pendidik juga di atur melalui pengalaman
pengalaman peroses belajar mengajar, etika ini pada akhirnya menciptakan pola
kehidupan, pola kerja yang lebih baik.
Ada tiga garis besar etika yang paling dominan dalam peroses mengkaji ilmu
1
K.berten “Etika”seri filsafat atma jaya, Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 4
11
etika, yaitu :
1. Aspek Normatif
Aspek normatif ialah aspek yang mengacu pada norma- norma/standar moral
yang diharapkan untuk mempengaruhi perilaku, kebijakan, keputusan, karakter
individual, dan struktur profesional. Dengan aspek ini diharapkan perilaku
dengan segala unsur-unsurnya tetap berpijak pada norma, baik norma-norma
kehidupan bersama ataupun norma-normamoral yang diaturdalam standar
profesi bagi kaum profesi;
1) Aspek Konseptual
` Dalam perkembangan kehidupan yang pada saat ini terjadi banyak sekali
pertubahan perubahan, bila kite membandingkan bagaimana pola kehidupan jaman lalu
dengan saat ini terlihat pergeseran yang sangat luas, pada saat dulu komuniukasi antar
warga meruapakan suiatau hal yang harus di bina dan di kembangkan, dimana interaksi
saling membangun menjadi ciri khas hidup yang bergotong royong.
Konsep bineka tunggal ika pada saat lalu bukan meruapakan hal yang aneh,
semua orang mempelajari dan mengamalkan konsep bineka tunggal ika, namun pada
saat ini perkembangan ilmu pengetahuan telah melahirkan cara komunikasi yang
berbeda, sosial media menajadika orang orang seperti dekat namun pada akhirnya
malah menjauhkan, membuat kehidupan menjadi lebih terkotak kotak.
Terjadi kesenjangan sosial yang sangat tinggi, setiap orang memiliki
12
kehidupan dunianya masing masing, hal ini menciptakan banyak nya gesekan gesekan
karena tanpa sadar setiap individu merasa apa yang dilakukannya adalah benar. Kita
memahami bahwa etika yang terjadi pada tiap tiap daerah, negara, b enua adalah
berbeda beda. Namun di dunia telekomunikasi pertukaran etika dan pola kehidupan itu
terjadi sangat luas.
Sehingga nilai nilai moral tidak lagi mampu di pahami, di tambah lagi gejolak
politik juga menghiasi kehidupan di sosial media, ini juga menjadi penyumbang
terbesar dalam keruntuhan etika dalam berkehidupan, banyak informasi yang saling
jatuh, saling menjelekan saling fitnah, terus di terjadi dan di jadikan sen jata dalam
merebut simpati rakyak demi satu tujuan yaitu kekuasaan.
Dengan semakin berkembangnya masalah masalah kehidupan, maka
dibentuklah undang undang yang membatasi setiap individu untuk mengekspresikan
pendapat dan gagasan. Namun ternyata di lapangan dimana aturan undang undang yang
dibuat seharusnya sebagai ketentuan etika berkomunikasi. Malah di jadikan senjata
untuk mengahntam musuh musuh politik. Sehingga dengan aturan itu banyak orang
yang menjadi tersangka dan di hukum.
Etika terus berkembang, perkembangan etika di tentukan oleh orang orang
yang hidup pada saat itu. Orang orang baik akan menjadikan etika sebagai aturan yang
menjadikan kehidupan menjadi lebih baik, orang orang jahat, orang yang berambisi
pada penguasaan dunia akan menjadikan etika sebagai alat untuk mengahantam musuh
musuhnya. Perlu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
dalam membentu suatu etika.
Berikut merupakan gambar sketsa dari susunan etika yang saat ini mulai
berkembang dan di jadikan sebagai sumber ilmu dan aturan
Etika Umum
Etika sesama
Etika Khusus Etika keluarga
Etika Politik
Etika Bisnis
Etika Sosial Etika Masyarakat
Etika Profesi
13
Pengacara, Hakim,
Teknik, Dokter, guru,
Humas, Wartawan , dll
Pada dasar etika sudah disusun secara baik dan benar, etika yang memiliki artian
yang multi tafsir harus di kaji ulang. Harus di perbaiki dengan pikiran yang tenang, pikiran
yang bebas dari keinginan keinginan khusus, etika harus bisa membuat semua mahluk hidup
menjadi aman dan teratur. Etika tidak hanya sebatas kepada manusia, bahkan hewan dan
mahluk mati lainnya harus dipandang sebagai faktor penentu.
Etika yang begitu luas akan terus mengalami perkembangan, maka di butuhkan
kesadaran tinggi, di butuh tokoh tokoh yang paham terhadap agama secara luas perlu di
libatkan, perlu juga ahli ahli It, kaum inteltual dan kaum profesional, dan seluruh tokoh
tokoh suku daerah, semuanya harus duduk bersama dengan pemerintah untuk menyusun
aturan aturan, sehingga pungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi bisa tercipta. Setelah
lahirnya etika etika baik maka keadilan, kebahagian berkehidupan didunia akan terjadi.
2.2. Etiket
Istilah etiket berasal dari etiquette (Prancis) yang berarti dari awal suatu kartu
undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja- raja di Perancis mengadakan
pertemuan resmi, pesta, dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau
bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai
peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana),
cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta
perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.
Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan
kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.
Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang
disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah
laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.
Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, selain memiliki persamaan
etika dan etiket juga memiliki empat perbedaan secara umum sebagai berikut :
1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai
14
pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket menetapkan cara
untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan.
2. Etika adalah nurani (batiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang
sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah),
tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.
3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kalau perbuatan
baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi. Etiket bersifat
relatif, yaitu hal yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah
tertentu, belum tentu di daerah lainnya juga tidak sopan.
4. Etika berlaku tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir.
Etiket hanya berlaku jika ada orang lain yang hadir. jika tidak ada orang lain,
etiket itu tidak berlaku.
Etika dan Etiket : Etika berarti moral, sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai ethics dan etiquette. Antara etika dan etiket terdapat
persamaan antara lain sebagai berikut:
a. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai
manusia tidak mengenai binatang karena tidak mengenal etika ataupun etiket.
b. Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi
norma bagi perilaku manusia. Dengan demikian, kedua-duanya menyatakan apa
yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Karena sifatnya
normative, kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
15
mengatur tingkah laku dalam masyarakat yang disebut peraturan hidup.
Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kehidupan dengan aman, tertib,
dan damai tanpa gangguan tersebut, diperlukan suatu tata (orde=ordnung). Tata itu
diwujudkan dalam "aturan main" yang menjadi pedoman bagi segala pergaulan
kehidupan sehari-hari sehingga kepentingan masing-masing anggota masyarakat
terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui "hak dan
kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata peraturan." Tata itu lazim disebut
"kaidah" (bahasa Arab) dan "norma" (bahasa Latin) atau ukuran-ukuran yang menjadi
pedoman. Norma-norma tersebut menurut isinya terbagi menjadi dua jenis sebagai
berikut :
16
tidak sopan dan tidak menghormati si penelepon atau orang yang ada di
sekitarnya.
Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya,
sanksinya cukup berat dan yang bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik
hukuman pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).
Dalam pergaulan hidup terdapa tempat kaidah atau norma, yaitu norma agama,
kesusilaan, kesopanan, dan hukum. Dalam pelaksanaannya, norma terbagi lagi
menjadi norma-norma umum (nonhukum) dan norma hukum. Pemberlakuan norma-
norma itu dalam aspek kehidupan dapat digolongkan ke dalam dua macam kaidah
sebagai berikut :
1. Aspek kehidupan pribadi (individual), meliputi:
17
memberikan obat sebagai penyembuhnya atau metodologi dan keterampilan dalam
memberikan bahan kuliah dengan tepat. Dalam hal ini yang ditekankan adalah "sikap
atau perilaku" mereka dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai profesional yang
diembannya untuk saling menghargai sesama atau kehidupan manusia.
Pada akhirnya, nilai moral, etika, kode perilaku, dan kode etik standar profesi
memberikan jalan, pedoman, tolok ukur, dan acuan untuk mengambil keputusan
tentang tindakan apa yang akan dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi
tertentu dalam memberikan pelayanan profesi atau keahliannya masing-masing.
Pengambilan keputusan etis atau etik merupakan aspek kompetensi dari perilaku
moral sebagai seorang profesional yang telah memperhitungkan konsekuensinya
secara matang, baik-buruknya akibat yang ditimbulkan dari tindakannya itu secara
objektif, sekaligus memiliki tanggung jawab atau integritas yang tinggi. Kode etik
profesi yang dibentuk dan disepakati oleh para profesional tersebut bukan ditujukan
untuk melindungi kepentingan individual (subjektif), tetapi lebih ditekankan pada
kepentingan yang lebih luas (objektif).
2.4. Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adap kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Moral memiliki arti:
a) ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti, asusila; b) kondisi mental yang membuat orang tetap
berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan.
Moral merupakan landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun
dalam lingkungan keluarga dan yang terpenting moral berada pada batin dan atau
pikiran setiap insan sebagai fungsi kontrol untuk penyeimbang bagi pikiran negatif
yang akan direalisasikan.
Moral sebenarnya tidak dapat lepas dari pengaruh sosial budaya, setempat
yang diyakini kebenarannya. Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia. Hal tersebut akan lebih mudah kita pahami manakala mendengar
18
orang mengatakan perbuatannya tidak bermoral. Perkataan tersebut mengandung
makna bahwa perbuatan tersebut dipandang buruk atau salah karena melanggar nilai-
nilai dan norma-norma moral yang berlaku dalam masyarakat.
Franz Magnis suseno membahas, ajaran tentang moral adalah ajaran-ajaran,
wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan- patokan, kumpulan peraturan dan
ketetapan entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Ajaran moral bersumberkan kepada
berbagai manusia dalam kedudukan yang berwenang, seperti para bijak, antara lain
para pemuka agama dan masyarakat, tulisan-tulisan para bijak.
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma-moral yang terdapat
pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup.
Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang
bernilai serta kewajiban manusia. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia
sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia
dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri.
Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan
etiket. Moralitas berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi
atau gabungan dari beberapa sumber. Etika bukan sumber tambahan moralitas
melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat
mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang
bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat ingin mengerti
sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal.
Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki
bagaimana pandangan moral yang seharusnya.
Sumaryono mengklasifikasikan moralitas atas :
1. Moralitas Objektif
2. Moralitas Subjektif
19
karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor pelakunya, seperti emosional,latar
belakang, pengetahuan, dsbnya.
3. Moralitas Intrinsik
Moralitas perbuatan yang menentukan suatu perbuatan atas benar atau salah,
baik atau buruk berdasarkan hakikatnya terlepas tidak bergantung dari pengaruh
hukum positif, contohnya berilah kepada orang lain apa yang menjadi haknya.
Hal tersebut pada dasarnya sudah merupakan kewajiban. Meskipun kemudian
diatur dalam hukum positif, tidaklah memberikan akibat yang signifikan.
4. Moralitas Ekstrinsik
Moralitas perbuatan yang menentukan suatu perbuatan benar atau salah, baik
atau buruk berdasarkan hakikatnya bergantung dari pengaruh hukum positif.
Hukum positif dijadikan patokan dalam menentukan kebolehan dan larangan
atas suatu perbuatan.
Bahwa perbuatan benar adalah perbuatan yang memuaskan individu, dan atau
kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia sebagai hubungan formal di
tempat umum, unsure kewajaran adalah timbal balik. Orientasi ini tak
mempersoalkan kesetiaan, rasa terima kasih dan keadilan sebagai latar belakang
pelaksanaan etika.
3. Orientasi konformitas.
20
Orientasi ini seseorang cenderung melihat hukum, kewajiban untuk
mempertahankan tata tertib sosial, religius, dan lain-lain yang dianggap sebagai
nilai utama dalam kehidupan.
5. Orientasi kontrak sosial.
Pengertian moral, menurut Bartens yang dikutip oleh Abdul Kadir Muhammad
menyatakan bahwa kata yang sangat dekat dengan etika adalah moral. Kata ini
berasal dari bahasa latin “mos”, jamaknya mores yang juga berarti adat kebiasaan.
Secara etismologis kata etika sama dengan kata moral yang mengandung pengertian
adat kebiasaan. Perbedannya dari bahasa asalnya yakni etika berasal dari bahasa
Yunani,sedangkan moral berasal dari bahasa latin.
Pemahaman persamaan antara etika dan moral dapat diartikan sebagai suatu
nilai dan norma yang berfungsi sebagai patokan dan panutan bagi setiap person
ataupun kelompok, maupun dalam sosial kemasyarakatan dalam mengatur tingkah
lakunya.
Liliana Tedjosaputro membagi moralitas kedalam dua bagian yakni:
1) Moralitas dapat bersifat intrinsik, berasal dari diri manusia itu sendiri sehingga
perbuatan manusia itu baik atau buruk terlepas atau tidak dipengaruhi oleh
peraturan hukum yang ada;
2) Moralitas yang bersifat ekstrinsik, penilaiannya didasarkan pada peraturan
hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataupun larangan.
Pelaksanaan peraturan hukum membutuhkan moral dari pelaku. Hukum
meskipun harus mengacu pada kepentingan sosial kemasyarakatan agar tercapai suatu
kepastian dan keadilan hukum, namun produk hukum itu sendiri tidak dapat lepas dari
produk politik yang tidak dapat mengcover seluruh kehendak masyarakat, sehingga
21
pelaksanaan hukum dengan baik dan ikhlas sesungguhnya bergantung pada moral
setiap individu, bukan bergantung pada sifat memaksa dari hukum. Guna
memudahkan pengertian tersebut maka dapat diberikan suatu gambaran manakala
seseorang tidak melaksanakan suatu peraturan ataupun etika maka orang tersebut
merasa sebagai beban moral.
BAB III
PROFESI
Dalam kehidupan sehari hari kita sangat sering mendengar atau berbicara tentang
profesi. Dari berbagai macam aktivitas seseorang dalam mencari uang maka kita mengatakan
pekerjaan yang di lakukannya dalam memperoleh upah adalah profesi. Secara keilmuan kata
profesi berasal dari bahasa inggris yaitu profesion yang meruapakan asalak kata bahasa latin
professus yang arti kedua kata itu adalah kemampuan atau keahlian sesorang terhadap sautu
bidang tertentu.
Dari penjabaran diatas kita dapat menyimpulkan bahwa profesi merupakan bidang
pekerjaan yang berdasarkan keahlian tertentu. Namun tidak semua orang nyang memiliki
kapasitas dan keahlian tidak melalui peroses pendidikan, banyak sekali dilapangan kita
menjumpai seorang yang berprofesi sebagai tukang bengkel berasal dari tamatan smk mesin,.
Kemampuan itu di peroleh dari belajar secara otodidak, dengan modal bekerja di suatu
bengkel dan akhirnya terbiasa menanagi berbagai masalah permesin, sehingga orang tersebut
terlihat sangat ahli. Karena keahlian atau profesi yang di dapat tidak melalui pendidikan
formal maka seseorang itu dapat di katakana seseorang yang berprofesi sebagai ahli mesin
ketika dirinya mengabdikan sepenuh jiwanya pada bidang pekerjaan tgersebut.
Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Professional
artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya sifat professional. (John M.
Echols & Hassan Shadily, 1990: 449). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah
profesionalisasi atau Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.
22
Namun Secara istilah, profesi biasa diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang
didasarkan pada keahlian tertentu. Hanya saja tidak semua orang yang mempunyai
kapasitas dan keahlian tertentu sebagai buah pendidikan yang ditempuhnya menempuh
kehidupannya dengan keahlian tersebut, maka ada yang mensyaratkan adanya suatu sikap
bahwa pemilik keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatan tersebut.
Ada beberapa pengertian profesi menurut ahli, yaitu : Hidayat Nur Wahid dalam
Economics, Business, Accounting Review, edisi II/ April 2006: “Profesi adalah sebuah
pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebuah pekerjaan yang secara khusus dipilih,
dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa menyebut kalau dia
memang berprofesi di bidang tersebut. Sedangkan profesionalisme yang memayungi profesi
tersebut adalah semangat, paradigma, spirit, tingkah laku, ideology, pemikiran, gairah untuk
terus menerus secara dewasa, secara intelek meningkatkan kualitas profesi mereka.”
Menurut Kanter (2011): “Profesi adalah pekerjaan dari kelompok terbatas orang-orang
yang memiliki keahlian khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain,
atau diperoleh melalui keduanya sehingga penyandang profesi dapat membimbing atau
memberi nasehat/saran atau juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri.”
Menurut Sonny Keraf (1998): “Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah
hidup dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang tinggi dan dengan melibatkan
komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Dengan demikian, orang yang profesional adalah
orang yang menekuni pekerjaannya dengan purna-waktu, dan hidup dari pekerjaan itu
23
dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi
yang mendalam atas pekerjaannya itu.”
Menurut Abraham profesi adalah aktifitas yang bersifat intelektual berdasarkan ilmu
pengetahuan, digunakan untuk tujuan praktik pelayanan, dapat dipelajari terorganisir secara
internal dan artistic mendahulukan kepentingan orang lain. Menurut Chin Yakobus profesi
adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus yang telah disepakati dalam
beberapa bidang ilmu, melaksanakan cara-cara dan peraturan anggota profesi tertentu.
Menurut Suessman profesi berorientasi pada pelayanan memiliki ilmu pengetahuan teoritik
dengan otonomi dan kelompok pelaksana.
a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi dibawah kepentingan masyarakat.
d. Izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi
harus terlebih dahulu ada izin khusus.
e. Kaum professional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
24
3.3. KARAKTERISTIK PROFESI
Secara teori jelas bahwa profesi dan pekerjaan merupakan hal yang berbeda, profsi
sudah pasti di anggap sebagai pekerjaan namunh pekerjaan tidak semuanya bisa di katakana
sebagai profesi. Untuk bisa memastikan suatu pekerjaan yang di lakukan adalah suatu profesi
maka kita perlu memahami beberapa karakteristik profesi, Dari paparan diatas dapat kita
ketahui bahwa profesi dan pekerjaan merupakan dua hal yang relatif berbeda. Profesi adalah
pekerjaan namun, pekerjaan belum tentu profesi. Profesi memiliki karakteristik tersendiri
yang membedakannya dengan pekerjaan. Menurut Lieberman (1956) profesi memiliki
beberapa karakteristik, yaitu :
suatu pekerjaan dikatakan suatu profesi bila pekerjaaan itu memiliki nilai keunikan atau
memiliki cirri khas tertentu, yang dalam artian pekerjaan itu tidak sama denagn
pekerjaan lainnya. Dimana profesi bersifat terbatas, dimana pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukannya lebih khusu kepada pada bidang bidang tertentu saja . profesi sebagai
jasa sangat penting di pahami, profesi dalam pengerjaann nya hanya mampu di lakukan
oleh orang tertentu dan takan mampu di kerjakan oleh penerima jasa. Hal ini di
kerenakan dalam pengerjaannya seseorang harus memiliki pengetahuan, kemampuan
khusus dan memiliki nilai keterampilan yang sangat mumpuni. Profesi merupakan
pekerjaan yang unik (khas), artinya berbeda dengan pekerjaan yang lainnya. Profesi
bersifat terbatas, dimana cakupan bidang pekerjaannya dibatasi hanya sesuai dengan
profesi tersebut. Profesi sebagai jasa penting, maksudnya profesi dibutuhkan oleh pihak
penerima jasa dimana pihak tersebut tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk melakukannya.
25
Menjadi sesorang yang bekerja dengan gelar profesi bukan meruapakan hal yang mudah,
setiap orang yang ingin mendapat gelar seorang yang berprofesi harus menjalani
pendidikan, kita sering melihat anak anak tamatan smp yang di rekrut untuk sebagai
pekerja yang di beri pendidikan atau anak anak tamatan smp yang mengambil sekolah
lanjutan kejuruan, hal ini di lakukan agar seorang bisa mendapatkan legalitas dan
keilmuan sehingga ia dapat memUntuk mendapatkan profesi, seseorang akan
membutuhkan waktu yang lama untuk memenuhi kualifikasi yang sempurna setidaknya
5 tahun. Setelah itu seseorang akan dihadapkan dengan praktik kerja secara terbimbing
untuk mencapai kemandiriannya dalam berprofesi.
d. Otonomi yang luas untuk praktisi individu dan kelompok pekerjaan secara keseluruhan
Setiap profesi memiliki asosiasi atau kelompok yang menaunginya. Maksud dari
otonomi yang luas yaitu ketika kelompok (asosiasi) profesi tersebut sudah
memberikan jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk melakukan sendiri
tugas pelayanan tersebut, apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana
menjalankannya, siapa yang seharusnya memberikan izin dan lisensi untuk
melaksanakan kinerja itu, maka seseorang tersebut mempunyai kekuasaan tersendiri.
Sehingga seseorang dalam menjalankan profesinya mempunyai kebebasan dan tidak
diawasi pihak lain.
e. Penerimaan oleh para praktisi akan tanggung jawab pribadi atas penilaian yang dibuat
dan tindakan yang dilakukan, Konsekuensi dari otonomi yang diperoleh seseorang
praktisi harus bisa dipertanggungjawabkan sepenuhnya secara pribadi. Baik itu penilaian
yang dibuat dan apapun tindakan yang dilakukan harus bisa dipertanggungjawabkan
secara pribadi.
f. Penerimaan atas layanan yang akan diberikan, alih-alih keuntungan ekonomi bagi para
praktisi
26
3.4. CONTOH PROFESI
Ada beberapa jenis profesi yang ada dalam kehidupan manusia saat ini, misalnya
seperti:
1. Akuntan,
3. Aktuaris,
4. Aktuaris dapat diartikan sebagai ahli bisnis yang berkaitan dengan dampak
keuangan, resiko, dan hal-hal yang dapat menimbulkan ketidakpastian dalam bisnis. Atau
aktuaris adalah orang yang dalam mengaplikasikan ilmu keuangan maupun teori mengenai
statistik untuk menyelesaikan berbagai masalah mengenai bisnis aktual.
5. Arsitek,
6. Arsitek dapat diartikan sebagai orang yang ahli dalam merancang, mendesain, dan
melakukan pengawasan konstruksi bangunan, serta mengenai izin untuk praktek arsitektur.
Dalam praktek arsitektur yaitu menawarkan atau memberikan pelayanan yang berkaitan
dengan desain maupun konstruksi bangunan. Tentunya profesi arsitek memerlukan
pendidikan dan pelatihan khusus yang lama.
7. Perawat,
8. Perawat dapat diartikan sebagai petugas kesehatan profesional yang bekerja dengan
anggota lain untuk membantu pemulihan orang yang sedang sakit.
9. Guru,
10. Guru dapat diartikan sebagai orang yang mengajar dan menyediakan pendidikan
bagi orang lain. Guru sering berperan formal dan berkelanjutan, bekerja dengan cara
berprofesi di sekolah maupun di tempat pendidikan lainnya. Untuk menjadi seorang guru
tentunya harus mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus.
11. Apoteker,
27
12. Apoteker dapat di artikan sebagai tenaga kesehatan yang ahli dalam ilmu farmasi.
Umumnya profesi apoteker untuk memenuhi permintaan terhadap obat dari penyedia resep
kesehatan dalam bentuk resep medis, melakukan evaluasi terhadap kesesuaian resep,
memberikan obat yang sesuai anjuran resep medis kepada para pasien dan juga memberikan
nasehat terhadap penggunaan obat yang tepat. Apoteker menjadi perantara antara dokter dan
juga pasien sehingga penggunaan obat medis tepat dan efektif. Apoteker juga ambil bagian
dalam kegiatan farmasi, pendidikan farmasi, dan penelitian lainnya yang berkaitan tentang
farmasi.
13. Dokter,
14. Dokter dapat diartikan sebagai ahli dalam memelihara kesehatan maupun
memulihkan kesehatan manusia. Profesi dokter membutuhkan pengetahuan, pendidikan, dan
pelatihan khusus yang lama.
15. Ilmuan,
16. Ilmuan dapat diartikan sebagai orang yang melakukan kegiatan secara sistematis
atau kegiatan ilmiah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Itulah beberapa contoh profesi, adapun contoh yang lainnya misalnya seperti: pengacara,
polisi, pilot, dokter hewan, dan lain-lain.
28
BAB IV
ETIKA PROFESI
Menurut Prakoso (2015:59), etika profesi merupakan etika sosial dalam etika khusus
mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada ilmu dan profesi yang disandangnya.Menurut
Muchtar (2016:95) etika profesi merupakan aturan perilaku yang memiliki kekuatan
mengikat bagi setiap pemegang profesi.
Maka dapat disimpulkan etika profesi merupakan suatu tujuan agar setiap pemegang
profesi tetap berada dalam nilai-nilai profesional, bertanggung jawab dan menjunjung tinggi
profesi yang dipegangnya. Berikut ini adalah pengertian tentang etika profesi yang
merupakan standar moral yang tinggi yang digunakan sebagai petunjuk dan pedoman para
profesional dalam menjalankan profesinya.
1. Etika profesi memberikan wawasan agar kita mampu berfikir kritis terhadap norma
moral yang berlaku pada suatu profesi sebagai pegangan, pedoman untuk menjalankan
profesinya dengan penuh tanggung jawab sehingga semua tuntutan moral dari suatu
profesi dapat dilaksanakan.
2. Etika profesi tidak hanya terbatas pada norma-norma formal yang berlaku dalam profesi
saja melainkan juga sebagai pengantar sang pelaku menjadi manusia yang lebih
sempurna. Sebagai contoh seorang dokter tidak cukup sekedar memegang sumpahnya
sebagaimana diikrarkan pada abad IV SM oleh Hipocrates, di mana seorang dokter
dalam menjalankan tugasnya akan selalu menyimpan tentang apa yang dia lihat, dengar
dari seorang pasiennya. Dokter yang memegang teguh sumpah ini sudah dapat dikatakan
sebagai dokter yang baik, tetapi tidak sendirinya telah menjadi orang yang baik secara
moral dan utuh. Nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam lingkungan profesinya
perlu dihargai dan digunakan sebagai acuan sebagai dokter. Ini berarti keadilan, cinta
kasih, dan penghargaan terhadap hak asasi orang lain harus menjiwai pelayanan yang
diberikan, dalam arti profesi dokter sebagai sumber hidup berperan juga sebagai wadah
pemanusiaan dirinya sebagai dokter.
3. Etika profesi membantu orang dengan norma-norma untuk menyatakan identitasnya
sebagai manusia yang baik. Ini berarti bahwa dengan melaksanakan norma-norma etika
29
profesi, identitas seseorang tidak hanya diakui oleh masyarakat internal, namun
mendapatkan pengakuan dari masyarakat umum tentang identitasnya itu.
Prinsip adalah sesuatu sikap yang dipegang kokoh sebagai suatu pedoman. Prinsip -
prinsip etika profesi meliputi: tanggung jawab, keadilan dan otonomi.
1. Tanggung jawab
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2. Keadilan
- Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan keadilan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3. Otonomi
- Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan
dalam menjalankan profesinya.
Tujuan etika profesi adalah untuk memelihara keseluruhan profesi dan melindungi
masyarakat. Biasanya etika profesi ditulis dalam bentuk kode etik dan pelaksanaanya
dibawah pengawasan sebuah majelis atau dewan kehormatan etik. Kita bisa melihat bahwa
ETIKA PROFESI merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari
etika sosial.
Sebagai contoh, kita dapat mengambil etika profesi kedokteran yang mengatur prinsip-
prinsip moral dan etik dalam menjalankan kegiatan kedokteran. Dalam hal ini, lingkup kode
etik profesi kedokteran mencakup perilaku dokter terhadap pasien, keluarga, masyarakat,
30
teman sejawat, dan mitra kerjanya. Berikut ini contoh kode etik profesi kedokteran secara
umum;
1. Kewajiban Dokter
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar prosedur operasional serta
kebutuhan medis pasien.
b. Memberikan rujukan bagi pasien ke dokter lain yang memiliki keahlian yang lebih
baik bila diperlukan.
c. Menjaga kerahasiaan pasien, bahkan setelah pasien tersebut meninggal dunia.
d. Memberikan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ada pihak lain
yang bertugas dan mampu melakukannya.
e. Meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang ilmu kedokteran.
2. Larangan Bagi Dokter
a. Memuji kemampuan atau keahlian diri sendiri.
b. Ucapan atau tindakan yang dapat melemahkan daya tahan pasien.
c. Mengumumkan dan melakukan suatu teknik kedokteran yang belum diuji
kebenarannya.
d. Melepaskan kemandirian profesi karena pengaruh tertentu.
e. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan teman sejawat.
f. Menetapkan imbalan atas jasanya secara tidak wajar.
g. Melakukan diskrimininasi dalam melakukan pelayanan.
h. Melakukan kolusi dengan perusahaan farmasi.
i. Mengabaikan kesehatannya sendiri.
j. Mengeluarkan keterangan palsu, meskipun diminta oleh pasien.
k. Melakukan pelecehan seksual terhadap pasien atau orang lain.
l. Membocorkan rahasian pasien kepada orang lai
31
BAB V
INTEGRASI
32
Yaitu suatu golongan yang beranekaragam dan berbeda-beda, mereka tidak bisa dirumuskan
secara eksak.Dimana mereka memiliki faktor-faktor objektif tertentu yang
membedakannya dengan bangsa lainnya.
c.Integrasi Sosial
Penyesuaian antara unsur-unsur yang berbda terutama dalam kehidupan social sehingga
dapat menghasilkan pola kehidupan yang nyaman bagi masyarakat itu sendiri.
d. Integrasi Kebudayaan
Yaitu proses penyesuaian antara unsure-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga
mencapai suatu keserasian dalam kehidupan masyarakat.
e.Integrasi Masyarakat
Sebuah proses perpaduan atau penyatuan antar unsure-unsur dalam masyarakat yang
meliputi pranata social, kedudukan sosial, dan peranan social.
33
5. Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila
memungkinkan
6. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif
7. Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya
8. Menunjukkan perhatian kepada para karyawan.
Berikut ada beberapa hal pentingnya menintegrasi sistem dalam setiap individu untuk
suatu perusahaan atau organisasi atau kelompok yaitu:
34
Misalnya saja, anda dapat mulai membuat sebuah data center (pusat data). Fungsinya disini
untuk menampung banyak informasi yang tersimpan dalam basis data.Sehingga, anda
dapat mengelola segala macam bentuk data dengan rapi, mudah, dan cepat. Anda juga
tidak perlu untuk menggunakan banyak dokumen (paperless). Disisi lain, juga dapat
menghemat pengeluaran dan dapat digunakan untuk kepentingan yang lainnya
3. Memudahkan dalam Pengambilan Keputusan
Alasan yang ketiga adalah dapat memudahkan proses pengambilan sebuah keputusan.
Jika anda menjadi seorang pemimpin, maka hal terpenting yang harus dimiliki adalah
jiwa kepemimpinan (leadership).Setiap pemimpin tentunya harus mempunyai visi misi
yang jelas untuk mengambil keputusan demi meningkatkan kualitas bisnis yang
dijalankan.
Dengan menggunakan sistem integrasi yang tepat, maka pengambilan keputusan
menjadi lebih cepat dan tepat.Misalnya saja, anda memiliki startup yang bergerak di
bidang web development, langkah pertama yang harus dilakukan pastinya adalah anda
memiliki komitmen dan sumber daya untuk mendukung terciptanya startup yang baik.
Selanjutnya, anda mulai menentukan service atau layanan apa yang akan anda berikan
kepada customer. Anda dapat melakukan riset melalui banyak cara, salah satunya
dengan memanfaatkan akses internet. Pastikan anda mengetahui kompetitor dan
kebutuhan dari user mengenai pengembangan website. Selanjutnya, anda mulai
merekrut beberapa orang yang ahli dalam masing–masing bidang pengembangan
aplikasi. Mengambil keputusan untuk mengembangkan bisnis anda sangatlah penting
untuk meningkatkan semangat dari setiap orang dalam perusahaan tersebut.
4. Mempercepat Proses Komunikasi antar Departemen
Di era digital saat ini, sangat membutuhkan komunikasi yang cepat.Dengan menerapkan
integrasi sistem dengan benar, maka dapat menghubungkan antar departemen dengan
lebih efektif dan mudah.
Komunikasi antar tim sangat dibutuhkan untuk mendapatkan suatu kesamaan persepsi untuk
menghasilkan produk yang terbaik. Jika tidak ada komunikasi antara tiap orang, maka
tidak mungkin menghasilkan sebuah produk yang berkualitas. Dalam hal ini proses
integrasi sistem sangat diperlukan untuk kelancaran dalam pengembangan produk.
5. Proses Manajemen Waktu Dilakukan dengan Terstruktur
Manajemen waktu dapat dijalankan dengan lebih terstruktur dengan menggunakan
sistem integrasi.Dengan adanya banyak sekali sistem informasi yang dimiliki oleh
35
sebuah perusahaan, sudah barang tentu memiliki integrasi sistem yang baik untuk
mengatur waktu pengerjaan produk dengan efektif.
Biasanya, beberapa customer memberikan penilaian mengenai waktu pengerjaan proyek.
Jika, dirasa perusahaan tersebut tepat waktu dalam merancang produk, maka customer
akan memberikan apresiasi yang baik kepada perusahaan tersebut. Begitu pula
sebaliknya, jika proses pengerjaan lebih dari batas waktu yang telah ditentukan, maka
dapat mengurangi kepercayaan customer pada bisnis tersebut.
6. Meningkatkan Kerja Sama antar Tim
Pentingnya kerja sama merupakan sebuah kewajiban apabila anda mendirikan
perusahaan atau memimpin organisasi. Koordinasi antar tim harus diperhatikan dan
dijaga dengan baik. Misalnya saja dalam dunia TI khususnya bidang developer, sudah
barang tentu mengenal istilah SDLC.
Untuk mengerjakan sebuah aplikasi, maka dapat dikerjakan dengan membentuk berbagai tim
dan SDLC dapat mempermudah proses tersebut. Adanya siklus dalam pengembangan
sistem dapat meningkatkan team work serta komunikasi dalam pengembangan perangkat
lunak. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan
selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, jika anda dapat
mengintegrasikan sistem dengan baik maka setiap permasalahan dapat diselesaikan
dengan cepat.
7. Meningkatkan Kualitas dari Integrasi Proyek
Alasan yang terakhir adalah dapat meningkatkan kualitas dari integrasi proyek.Di dalam
dunia industri, kita pasti dituntut untuk memberikan kinerja yang maksimal dengan
harapan memberikan outcome yang baik dalam perusahaan yang anda bekerja di
dalamnya.Begitu pula dengan proyek, proses pengerjaan tidak boleh dilakukan dengan
asal – asal saja.
Perlu adanya diskusi lebih lanjut antar setiap bagian dari perusahaan maupun organisasi.
Perusahaan tidak dinilai dari seberapa banyak proyek yang telah dikerjakan, akan tetapi
lebih mengarah pada seberapa berkualitaskah proyek yang telah dikerjakan. Jadi,
alangkah baiknya jika perusahaan tersebut memperhatikan kuantitas dan kualitas proyek
yang dijalankan untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan tersebut.
36
BAB VI
HAK CIPTA
Kelahiran dan perkembangan hakcipta dalam ranah hukum benda memiliki kronologis
perjalanan yang panjang dan pernah mengalami masa-masa yang kelam dalam sejarahnya.
Secara umum sejarah kelahiran hak cipta dianggap bermula di Inggris pada awal abad ke-17
dan di Prancis pada akhir abad ke-17. Alasan mengenai sejarah kelahiran hak cipta dimulai
di Inggris dan Prancis adalah karena Inggris dan Prancis dianggap mewakili dua rezim sistem
hukum yang berlaku di dunia pada saat ini.
Kedua sistem hukum yang berbeda tersebut juga telah melahirkan konsep economi right
dan moral right dalam hak cipta. Dari sejarah kelahiran hak cipta kedua negara tersebut kita
dapat memahami mengapa negara-negara common law pada umumnyalebih mengedepankan
aspek hak ekonomi (economi right) dari suatu ciptaan daripada hak perorangan (personal
right) dari pencipta sebagaimana dipraktikan di Negara civil law yang telah melahirkan hak
moral (moral right).
Pada awalnya sejarah hak cipta di Inggris dilahirkan di atas fondasi praktir bisnis
percetakan dan penerbitan buku yang sangat monopolistik dan kapitalistik yang
mengabaikan hak personal si pencipta atas ciptaannya, namun seiring dengan
perkembangannya mengalami perubahan yang mana pada awalnya hanya untuk kepentingan
bisnis bagi kerajaan Inggris kemuadian berubah jadi sempurna dengan pengakuan atas
pencipta diwujudkan dalam bentuk pemberian royalty yang bersifat ekonomi dan juga atas
landasan pemikiran Jhon Lucke pada saat itu.
37
Prancis berbeda dengan konsep copyright di Inggris. Konsep droit d’auteur menempatkan
suatu ciptaan sebagai de I’esprit atau a work of mind yang merupakan hasil dari intelektual
manusia.
Oleh karena itu, suatu ciptaan tidak terpisahkan dari personality pencipta dan hak ini
akan melekat selamanya dengan pencipta meskipun ciptaan tersebut dialihkan kepemilikan
pada pihak lain. Berdasarkan konsep droit d’auteur yang juga mengilhami lahirnya konsep
hak moral (moral right) dari pencipta yang tidak dikenal di Negara-negara common law dan
juga hasil pemikiran George Hegel yang pada saat itu di Prancis yang berpendirian bahwa
identitas diri (self identity) manusia terpancar dari karya atau ciptaannya
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi
Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya bangsa
asing tanpa harus membayar royalti. Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut
pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun
1912 dan menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang
merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di Indonesia [1]. Undang-undang tersebut
kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12
Tahun 1997, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, dan pada akhirnya dengan Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2014 yang kini berlaku.
Daftar isi Sejarah hak cipta di Indonesia Perubahan undang-undang tersebut juga tak
lepas dari peran Indonesia dalam pergaulan antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah
meratifikasi pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization –
WTO), yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Propertyrights – TRIPs ("Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan
Intelektual"). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun
1994. Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan
Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property
Organization Copyrights Treaty ("Perjanjian Hak Cipta WIPO") melalui Keputusan Presiden
Nomor 19 Tahun 1997 .
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang
berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014. Dalam undang-undang tersebut,
38
pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku"
(pasal 1 butir 1)
Menurut Undang-undang Hak Cipta No.19 tahun 2002 dalam pasal 1 ayat (1)
menyatakan bahwa“Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerimaan hak untuk
menggunkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberi izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-perundang yang berlaku
(Suyud Margono, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, Pustaka Mandiri, Jakarta, 2003, h. 4)
Hak ekselusif ini maksudnya adalah bahwa tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak
itu kecuali dengan izin pencipta.
Dalam ekonomi manfaat yang diperoleh atau dirasakan dari hasil jerih payah pecipta
tadi. Karena kegiatan memperbanyak dan atau menumumkan ciptaan, atau memberi izin
kepada pihak lain untuk ikut memperbanyak dan atau mengumumkan ciptaan tersebut
merupakan tindakan berdasarkan pertimbangan komersial atau ekonomi. Artinya kegiatan
memperbanyak ataupun bentuk eksploitasi karya cipta lainnya, juga merupakan hak dari
pencipta.
Undang-undang hak cipta memberikan pengertian bahwa hak cipta sebagai hak khusus,
hal ini berarti pemahaman undang-undang berpangkal pada melekatnya sifat khusus kepada
pencipta atau pemilik.Hak tersebut dikaitkan dengan pemikiran tentang perlunya pengakuan,
dan penghormatan terhadap jerih payah pencipta atas segala daya upaya dan pengorbanan
telah terlahirnya suatu karya atau suatu ciptaan.
Dalam setiap peraturan perundang-undangan, biasanya diuraikan mengenai teminologi
atau istilah yang digunakan agar dapat dengan mudah memberikan pengertian atau batasan-
batasan yang ada didalam undang-undang hak cipta, yang pada awalnya dicantumkan istilah-
istilah yang memberikan pengertian atau batasannya.Dalam pasal 1 undang-undang nomor
19 tahun 2002 tentang hak cipta, dikemukan beberapa istilah :
1. “Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan, pemikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan kedalam bentuk yang khas atau
bersifat pribadi”.
39
2. “Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai hak cipta atau pihak yang menerima hak
tersebut dari pencita atau pihak lain yang menerima hak tersebut dari pencipta atau
pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut”.
3. “Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra”.
4. “Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau
penyebaran suatu hak ciptaan dengan mengunakan alat ataupun termasuk media internet
atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar,
dilihat orang lain”.
5. “Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan hak baik secara keseluruhan
maupun bagian yang sangat substansi dengan mengunakan bahan-bahan yang sama atau
pun tidak sama, termasuk mengalih wujudkan secara permanen ataupun temporer ”.
Dalam undang-undang ini pemegang hak cipta pada dasarnya adalah pencipta. Dialah
sebenarnya pemilik hak cipta atas perorangan atau badan hukum yang menerima hak tersebut
dari pemilik hak cipta yang juga sebagai pemegang hak cipta. Demikian pula orang
perorangan atau badan hukum yang kemudian menerima dari pihak yang telah menerima
terlebih dahulu hak tersebut dari pencipta. Dengan demikian pengertian hak cipta dalam
undang-undang ini mengacu kepada pemilik hak cipta dan pemegang hak cipta atau pun
salah satu diantara keduanya( C.S.T. Kansil, Op Cit h 14-144).
Di dalam pasal 1 ayat (1) undang-undang hak cipta nomor 19 tahun 2002 bahwa : “hak
cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaanya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ”. Seperti yang dijelaskan
pada pasal 1 ayat (1) tersebut diatas, maka hak cipta meliputi beberapa unsur yaitu:
1. Hak eksklusif, hak yang dimiliki seorang pencipta untuk mengadakan atau membuat
suatu ciptaan dan tidak ada orang lain yang boleh melakukan untuk mengadakan
ciptaan itu kecuali dengan izin pencipta.
2. Pencipta, orang yang memiliki kemampuan untuk mencipta suatu karya cipta yang
berdasarkan imajenasinya.
3. Penerima hak, orang atau badan hukum yang menerima dari seseorang pencipta dimana
hak itu diberikan sesuai dengan perjanjian.
4. Mengumunkan, menyiarkan atau menyebarkan suatu ciptaan agar dapat didengar dan
diketahui oleh orang lain.
40
5. Memperbanyak, menambah, jumlah suatu ciptaan atau karya dalam bentuk yang sama.
6. Ciptaan,bentuk atau hasil yang dibuat oleh seorang pencipta dimana bentuk tersebut
sudah menjadi suatu rancangan dalam bentuk khas.
7. Memberi izin, sipencipta dapat memberi izin kepada orang lain atau penerbit untuk
menerbitkan hasil dari ciptaannya, apabila sipencipta telah memberikan izin orang
tersebut atau kepada penerbit.
Dengan demikian bahwa pengertian hak cipta adalah hak yang dimiliki seorang
pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumukan dan memperbanyak hasil ciptaanya.
Dengan lahirnya hak cipta itu maka seorang pencipta diharapkan untuk mendaftarkan hasil
ciptaanya, agar dapat mudah untuk mengetahui siapa-siapa saja yang dianggap sebagai
pencipta yang sebenarnya dan apabila terjadi suatu hal mengenai perselisihan tentang siapa-
siapa saja yang dianggap sebagai pencipta, maka dapat dengan mudah seorang pencipta
tersebut membuktikan bahwa dialah yang sebenarnya memiliki karya atau ciptaan itu. Kalau
diperhatikan pasal 1 ayat (1) undang-undang nomor 19 tahun 2002 diatas, maka fungsi hak
cipta adalah: untuk mengumukan, memperbanyakan, memberi izin untuk mengumumkan dan
atau memperbanyak atas ciptaan itu, dan memperjanjikan hak cipta itu dengan pihak lain,
misalnya untuk menerbitkan.
Memasuki zaman yang serba digital dan tingginya kebutuhan masyarakat untuk
memperoleh serta berbagi ilmu pengetahuan, maka sudah tidak dapat dihindarkan lagi
apabila masyarakat dengan bebas saling berbagi buku elektronik, baik secara interpersonal
maupun secara terbuka kepada publik melalui website, weblog, atau media sosial pada
jaringan Internet, kenyataanini terjadi karena pandangan sebagian masyarakat yang
menganggap bahwa kepentingan masyarakat untuk memperoleh akses ilmu pengetahuan
seyogianya lebih diprioritaskan dari pada hak-hak pemilik hak cipta, khususnya hak
ekonomi.
Muncul pendapat bahwa pada dasarnya hak moral yang sesungguhnya lebih utama
diinginkan oleh pencipta dari pada hak ekonomi, seperti pendapat Catherine Colston dalam
Ignatius Haryanto berikut:“ Dalam konsep hak cipta sebagai bagian dari hak kekayaan
intelektual dikenal adanya insentif ekonomi ataupun imbalan atas hasil karya seseorang,
namun lebih utama yang diinginkan oleh seorang pencipta adalah reputasi dan integritas
41
karya yang dihasilkan. Ketika sebuah karya ditampilkan kepada publik, sang pencipta ingin
agar namanya dilekatkan terus dengan karya yang telah dihasilkan”.
Adapun tujuan perlindungan hukum dalam upaya perlindungan hak cipta adalah dalam
meningkatkan pendapatan ekonomi sekaligus menumbuh kembangkan kreatifitas pencipta
di dalam menciptakan dan menjamin perklindungan karya cipta seseorang terutama dalam
bentuk pelanggaran atas karya cipta. Hukum mengakui bahwa hak cipta lahir sejak saat
ciptaan selesai diwujudkan. Ciptaan sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Hak
Cipta adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk yang khas dan menunjukkan
keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Sesuai dengan tujuan dari
perlindungan hukum hak cipta yaitu untuk mencegah terjadinya suatuperistiwa hukum yang
merugikan pencipta.
Objek/Lingkup perlindungan Hak Cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
1. Literasi : buku, novel, cerita, roman, komik, panflet, brosur, katalog, buku panduan,
naskah, puisi, karya tulis ilmiah, poster, perjanjian, sejarah, biografi, esai, artikel,
ensiktopedia, kamus, profil perusahaan, peta, surat, laporan, memorandum, modul
pembelajaran, materi pidato, materi ceramah,
2. Piranti Lunak : program komputer, permainan video Seni : lukisan, grafik, gambar,
foto, karakter, karya fotografi, pahat, kolasor, karya arsitektur, purwarupa bangunan,
motif, moif batik, terapan, kerajinan tangan, kaligrafi,
3. Lagu : lagu/teks musik, lagu/ musik tanpa teks, lagu tradisional
4. Karya sinematografi : flim, sinematografi, iklan tv, animasi, karya rekaman, video klip,
video blog, trailer flim, flim dokumenter, reportasi
5. Audio : rekaman lagu, rekaman cerama, rekaman modul, rekaman pidato, dll
6. Karya siaran : siaran tv, siaran radio, siaran pertunjukan
7. Karya cipta turunan : terjemahan, tafsir, transformasi, adabtasi, aransemen musik,
database, alat peraga, saduran cerita, kompilasi ekspresi budaya tradisional.
Tabel 1. Kategori dan Jenis Ciptaan yang dilindungi berdasarkan UU Hak Cipta
Nomor 28 Tahun 2014
42
N KATEGORI JENIS CIPTAAN ARTI JENIS CIPTAAN PERSYRATA PERSYARATAN
N MANUAL ELEKTRONIK
no
43
dengan terbitan lain, dan
selesai dalam sekali terbit.
Halamannya sering
dijadikan satu (antara lain
dengan stapler, benang
atau kawat)
44
menyampaikan informasi
secara efektif
45
3R/postcard)
46
dan ide dalam bentuk audio AVI,FLV)
visual melalui media
komunikasi televise
47
memberikan gambaran
umum tentang suatu hal
48
penyajian atau pementasan
dan proses pemahaman
atau penikmatan dari
publik atau audiensi
49
6.5. MASA BERLAKU HAK CIPTA
Dalam hal ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh 2 (dua)
orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta yaitu orang yang memimpin dan
mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan. Dalam hal orang yang memimpin dan mengawasi
penyelesaian seluruh ciptaan sebagaimana dimaksud tidak ada, yang dianggap sebagai
pencipta yaitu orang yang menghimpun ciptaan dengan tidak mengurangi hak cipta masing-
masing atas bagian ciptaannya.
Dalam hal ciptaan dirancang oleh seseorang dan diwujudkan serta dikerjakan oleh
orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, yang dianggap
pencipta yaitu orang yang merancang ciptaan. Kecuali diperjanjikan lain pemegang hak
cipta atas ciptaan yang dibuat oleh pencipta dalam hubungan dinas, yang dianggap sebagai
pencipta yaitu instansi pemerintah. Dalam hal ciptaan sebagaimana dimaksud digunakan
secara komersial, pencipta dan/atau pemegang hak terkait mendapatkan imbalan dalam
bentuk royalti.
Kecuali diperjanjikan lain, pencipta dan pemegang hak cipta atas ciptaan yang dibuat
dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan yaitu pihak yang membuat ciptaan. Kecuali
terbukti sebaliknya, dalam hal badan hukum melakukan pengumuman, pendistribusian, atau
komunikasi atas ciptaan yang berasal dari badan hukum tersebut, dengan tanpa menyebut
seseorang sebagai pencipta, yang dianggap sebagai pencipta yaitu badan hukum.
Ciptaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf n. dilindungi sebagai Ciptaan
tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli. (3) Pelindungan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2), termasuk pelindungan terhadap Ciptaan
yang tidak atau belum dilakukan Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata
yang memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.
Jangka waktu berlakunya hak cipta yang terdiri dari moral dan hak ekonomi diatur
dalam Pasal 57 s/d 61 Undang-Undang Hak Cipta. Pasal 57 (1) Hak moral pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Ayat (1) hurufa26, huruf b27, dan huruf e28 berlaku
tanpa batas waktu. (2) Hak moral pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Ayat (1)
huruf c29 dan huruf d30 berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan
yang bersangkutan.
Masa Berlaku Hak Ekonomi: Pasal 58 ayat (1) Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan: (a)
buku, pamflet, dan semua hasil karya tulislainnya; (b) ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan
50
sejenislainnya; (c) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan; (d) lagu atau musik dengan atau tanpa teks; (e) drama, drama musikal, tari,
koreografi, pewayangan, dan pantomim; (f) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti
lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau (g) kolase; karya arsitektur; (h)
peta; dan (i) karya seni batik atau seni motif lain, berlaku selama hidup Pencipta dan terus
berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung
mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
Ayat (2) Dalam hal ciptaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dimiliki oleh 2 (dua)
orang atau lebih, pelindungan hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal
dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya, terhitung
mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Ayat (3) Pelindungan hak cipta atas ciptaan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) yang dimiliki atau dipegang oleh badan
hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Pasal 59 Ayat (1) pelindungan hak cipta atas ciptaan: a. karya fotografi; b. potret; c.
karya sinematografi; d. permainan video; e. program komputer; f. perwajahan karya tulis; g.
terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan
karya lain dari hasil transformasi; h. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau
modifikasi ekspresi budaya tradisional; i. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format
yang dapat dibaca dengan program komputer atau media lainnya; dan j. kompilasi ekspresi
budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, berlaku selama 50
(lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Ayat (2) Pelindungan hak cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama
25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. Hak cipta atas
ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 Ayat (1)31 berlaku tanpa batas waktu. Hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak
diketahui yang dipegang oleh negara sebagaimana dimaksud Pasal 39 Ayat (1)32 dan Ayat
(3)33 berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan
pengumuman. (3) Hak cipta atas ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan
pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 Ayat (2)34 berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.
Masa berlaku pelindungan hak cipta atas ciptaan yang dilakukan pengumuman bagian
per bagian dihitung sejak tanggal pengumuman bagian yang terakhir. Dalam menentukan
51
masa berlaku pelindungan hak cipta atas ciptaan yang terdiri atas 2 (dua) jilid atau lebih
yang dilakukan pengumuman secara berkala dan tidak bersamaan waktunya, setiap jilid
ciptaan dianggap sebagai ciptaan tersendiri. Ciptaan buku, dan/atau semua hasil karya tulis
lainnya, lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang dialihkan dalam perjanjian jual
putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu, hak ciptanya beralih kembali kepada pencipta
pada saat perjanjian tersebut mencapai jangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun. Tata cara
pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diatur dalam Pasal 66 s/d 75 UndangUndang Hak
Cipta
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah suatu bidang kajian dalam hukum ekonomi
yang wajib dipahami oleh mahasiswa Fakultas Hukum dan praktisi hukum. Proses
pembelajaran tentang HKI akan lebih mudah, apabila pembaca terlebih dahulu memahami
konsep tentang HKI. Pada Bab ini akan dipaparkan tentang pengertian HKI, cabang HKI,
teori pembenaran perlindungan HKI dan disertai contoh kasus guna mempermudah
pemahaman pembaca.
Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPRs)
merupakan hak ekonomis yang diberikan oleh hukum kepada seorang pencipta atau penemu
atas suatu hasil karya dari kemampuan intelektual manusia. WIPO (World Intellectual
Property Organization), sebuah lembaga internasional di bawah PBB yang fokus pada
masalah HKI memberikan definisi sebagai berikut: Intellectual property (IP) refers to
creations of the mind: inventions, literary and artistic works, and symbols, names, images,
and designs used in commerce(http://www. wipo.com).
Definisi di atas menjelaskan bahwa kekayaan intelektual merupakan kreasi pemikiran
yang meliputi: invensi, sastra, dan seni, simbol, nama, gambar dan desain yang digunakan
dalam perdagangan. HKI merupakan jenis benda bergerak tidak berwujud (intangible
movables) yang dikenal pertama kali pada negara dengan sistem hukum anglo saxon
(common law system). HKI bisa dikatakan sebagai benda (zaak dalam bahasa Belanda)
sebagaimana dikenal dalam hukum perdata.
Menurut L.J Van Apeldorn benda dalam arti yuridis merupakan objek hukum
(Apeldorn, L.J. Van, 1980: 215). Objek hukum adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
subjek hukum (orang atau badan hukum) dan dapat menjadi objek dalam hubungan hukum,
karena sesuatu itu (objek) dapat dikuasai oleh subjek hukum (Tutik, 2008: 142-143). Dari
52
pengertian tersebut, benda diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menjadi objek hukum
atau dapat ‘dihaki’ oleh orang menurut hukum dan memunyai nilai ekonomi, sehingga HKI
sebagai benda merupakan harta kekayaan yang dapat dialihkan kepada pihak lain, baik dalam
bentuk jual beli, pewarisan, hibah atau perjanjian khusus seperti lisensi. Perjanjian lisensi
yang sering dipakai di dalam peralihan HKI adalah suatu perjanjian pemberian hak untuk
mempergunakan HKI (suatu informasi dari suatu sistem atau teknologi, pemakaian suatu
logo, merek dan nama dagang, paten, atau rahasia dagang) dengan imbalan pembayaran
royalti atau fee atau premi oleh penerima lisensi (disebut sebagai “licensee”) kepada yang
memberikan lisensi (disebut sebagai “licensor”).
Perjanjian ini biasanya memberikan hak eksklusif dalam bentuk penggunaan hak
ekonomis atas HKI. Pada UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan UU No. 13 Tahun
2016 tentang Paten yang baru (perubahan dari sebelumnya yaitu UU No. 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta dan UU No. 14 Tahun 2001) dan UU. No. 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis telah menambahkan ketentuan peralihan yang menjelaskan bahwa
HKI dapat dialihkan melalui wakaf. Konsep wakaf adalahkonsep peralihan benda yang
mengadopsi dari hukum Islam.
Peralihan kepemilikan benda oleh seseorang yang diberikan kepada kelompok
masyarakat tertentu untuk dimanfaatkan sebagai kepentingan umum (kepentingan di jalan
Allah). Secara konsep hukum, peralihan HKI melalui wakaf dapat dibenarkan, namun
bagaimanakah teknis pelaksanaannya, tentunya menjadi hal yang menarik untuk dikaji,
karena akan melibatkan beberapa pihak, seperti lembaga manajemen kolektif, penerbit,
pencipta, pengelola wakaf (wakaf hak cipta).
Sedangkan untuk wakaf paten akan melibatkan dirjen HKI, pemilik paten, pengelola
wakaf dan perusahaan pemegang lisensi paten. HKI dapat dianggap sebagai aset yang
bernilai, hal ini dikarenakan karya-karya intelektual dalam bidang ilmu pengetahuan, seni,
sastra, atau teknologi yang dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu, dan biaya,
menjadikannya berharga dan bernilai. Manfaat ekonomis yang dapat dinikmati dan nilai
ekonomis yang melekat memunculkan konsep property terhadap karya-karya intelektual
tersebut. Bagi dunia usaha, karya-karya tersebut dapat disebut sebagai aset perusahaan
(Kesowo, 1995: 5).
HKI sebagai benda bergerak yang tidak berwujud dan memiliki nilai ekonomis,
tentunya HKI juga dapat dijadikan sebagai jaminan dalam perjanjian hutang-piutang.
Undang-Undang Hak Cipta dan Paten yang lama tidak mengatur terkait HKI dapat dijadikan
sebagai jaminan, namun pada perubahan yang baru yaitu UU No. 28 Tahun 2014 tentang
53
Hak Cipta dan UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten telah mengatur bahwa hak cipta dan
paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia.
Sebagaimana kita ketahui bahwa fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas benda
melalui kepercayaan, sedangkan benda tetap dalam penguasaan pemilik benda. Jika hak cipta
dapat dijadikan jaminan fidusia, maka tentunya juga akan melibatkan, penerbit, lembaga
manajemen kolektif, pencipta, pemilik hak cipta dan penerima jaminan fidusia (seperti
lembaga bank dan lembaga pembiayaan). Hal ini tentunya menarik sekali untuk dikaji2
Ada tiga istilah yang lazim dipergunakan terkait dengan plagiarisme (Inggris:
plagiarism), yaitu plagiat, plagiarisme, dan plagiator. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa plagiarisme adalah penjiplakan yang melanggar hak cipta; plagiat adalah
pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolaholah
karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misal menerbitkan karya tulis orang lain atas
nama dirinya sendiri; jiplakan; plagiator adalah orang yang mengambil karangan (pendapat
dan sebagaianya) orang lain dan disiarkan sebagai karangan (pendapat dan sebagainya)
sendiri; penjiplak.
Berdasarkan KBBI tersebut, istilah plagiarisme dan plagiat menunjuk pada pengertian
yang kurang lebih sama. Dalam PP No. 17/Th. 2010 dinyatakan bahwa plagiat adalah
perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh untuk mencoba memperoleh
kredit atau nilai suatu karya ilmiah dengan mengutip sebagian dan atau seluruh karya pihak
lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai.
Pada intinya, perilaku plagiat atau plagiarisme adalah mengambil karya, tulisan, atau
pendapat orang lain tanpa menyebutkan sumber, dan kemudian diakui sebagai karyanya
sendiri.Sumber yang dimaksud adalah penulis, pembuat, atau penghasil karya ilmiah atau
seni yang dibuat, diterbitkan, dipresentasikan, atau dimuat dalam bentuk tertulis cetak,
elektronik, atau media lain. Pelaku perilaku plagiat atau plagiarisme adalah plagiator.
Plagiator dapat mahasiswa, dosen, peneliti, dan tenaga kependidikan, sendiri atau bersama
Plagiarisme Dalam Hukum Positif Indonesia Sesungguhnya, permasalahan tentang
plagiarisme bukanlah hal yang baru di Indonesia dan bahkan di dunia. Secara internasional,
beberapa negara didunia telahbertekad untuk menanggulangi pembajakan atau pencurian di
2
Khoirul Hidayah, 2017, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press,hlm:1-3
54
bidang karya cipta, termasuk karya ilmiah (karangan) melalui suatu konvensi internasional
yang dikenal dengan Konvensi Bern tahun 1886 tentang International Convention for the
Protection of Literary and Artistic Work yang secara berturut-turut diadakan revisi pada
tahun 1908 di Berlin, tahun 1928 di Roma, tahun 1948 di Brussel, tahun 1967 di Stockholm
dan tahun 1971 di Paris.
Karya-karya yang dilindungi melalui konvensi ini adalah meliputi, karya sastera,
ilmiah, artistik dalam bentuk buku, selebaran, ceramah, pidato, kotbah, segala bentuk bahan
tertulis, karya drama atau drama musikal, koreografi dan hiburan dalam pertunjukan, bentuk
akting yang ditulis dalam bentuk skenario, komposisi musik, gambar, lukisan, karya
arsitektur, karya ukiran/pahatan, karya ilustrasi, peta, sketsa, karya plastik yang
berhubungan dengan geografi, arsitektur dan ilmu pengetahuan.
Selain itu, juga termasuk karya-karya terjemahan, saduran, aransemen musik dan
karyakarya reproduksi sastera dan artistik serta koleksikoleksi berbagai hasil karya.
Indonesia sendiri telah ikutserta dalam konvensi ini dengan meratifikasikannya melalui
Keputusan Presiden No.18 Tahun 1997. Keikut sertaan Indonesia dalam konsvensi ini
sekaligus menunjukkan tekat dan komitmen Indonesia dalam penegakan hukum
pelanggaran hak cipta sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa pencipta (creator) dan bukan bangsa peniru.
Peraturan perundang-undangan hukum positif di Indonesia yang mengatur tentang
plagiarisme adalah Kitab Undang Undang Hukum Pidana, tepatnya dalam Pasal 380 yang
menentukan: (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
denda paling banyak lima ribu rupiah:
1. Barang siapa menaruh suatu nama atau tanda secara palsu di atas atau di dalamsuatu
hasil kesusasteraan, keilmuan, kesenian dan kerajinan atau memalsu nama atau tanda
yang asli dengan maksud supaya karenanya orang mengira bahwa itu benar-benar buah
hasil orang yang nama atau tandanya olehnya ditaruh di atas atau didalamnya tadi.
2. Barang siapa dengan sengaja menjual, menawarkan, menyerahkan, mempunyai
persediaan ke Indonesia, buah hasil kesusasteraan, kesenian, keilmuan dan kerajinan
yang di-dalamnya atau di atasnya telah ditaruh nama atau tanda yang palsu atau yang
nama dan tandanya yang asli telah dipalsukan seakan-akan itu benar-benar buah hasil
orang yang nama atau tandanya telah ditaruh secara palsu tadi.
3. Jika buah hasil itu kepunyaan terpidana, boleh dirampas. Dalam persfektif peraturan
perundang-undangan hak cipta yang tersebut dalam UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, permasalahan plagiarisme tidak secara khusus mendapat pengaturan, namun
55
demikian, undang-undang ini cukup mengatur pembatasan tentang tindakan plagiarisme
sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat (1) huruf (a) yang merumuskan secara negatif
dengan menentukan “penggunaan, penganbilan, penggandaan dan/atau pengubahan
suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial
tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan atau
dicantumkan secara lengkap untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta.
Berdasarkan ketentuan tersebut, diketahui bahwa syarat mencantumkan sumber adalah
mutlak untuk dapat terbebas dari tindakan hak cipta dalam Pasal 44 ini. Lebih lanjut harus
digarisbawahi bahwa sekalipun dicantumkan sumbernya, masih tetap terbuka kemungkinan
pengambilan itu diancam sebagai pelanggaran hak cipta, yaitu apabila pengambilan tersebut
ternyata sampai merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
Pembentuk undang-undang menyadari bahwa pembatasan secara kuantitatif sulit untuk
dilakukan sehingga pembatasan dalam ketentuan ini berdimensi kualitatif. Penjelasan Pasal
44 ayat (1) menjelaskan yang dimaksud dengan “sebagian yang substansial” adalah bagian
yang paling penting dan khas yang menjadi ciri dari ciptaan. Sedangkan “kepentingan yang
wajar dari pencipta dan pemegang hak cipta” adalah kepentingan yang didasarkan pada
keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomis atas suatu ciptaan.11 Pembatasansecara
kualitatif dengan menggunakan kata-kata “sebagian yang substansial” merupakan sesuatu
yang sangat penting untuk diperhatikan.
Dalam arti, tidak ada lagi alasan untuk melakukan pengambilan hak cipta orang lain
dengan dalih “hanya satu atau dua kalimat atau paragrap”. Karena sepanjang kalimat atau
pragraf itu sifatnya substansial dan dilakukan tanpa mencantumkan sumbernya, maka hal
tersebut sudah merupakan pelanggaran hak cipta yang dapat diancam dengan pidana.
Dalampersfektifperaturanperundang-undangan bidang pendidikan tinggi melalui UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Yulianti mengemukakan bahwa UU
Pendidikan Nasional tidak menyebutkan secara eksplisit tentang konsep tindakan
plagiarisme, akan tetapi undang-undang ini memberikan kewenangan pada institusi
pendidikan tinggi untuk memberikan gelar akademik pada peserta didik yang memenuhi
peresyaratan yang telah ditetapkan, selain itu institusi pendidikan tinggi juga diberikan
kewenangan untuk mencabut dan membatalkan gelar yang telah diberikan jika terbukti ada
tindakan plagiarisme. Hal ini diatur dalam Pasal 25 UU No. 20 Tahun 2003.
56
Tindakan plagiarisme tidak mendukung fungsi pendidikan nasional karena potensi,
kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam pelanggaran hukum.
Dengan pengertian, jika sumbernya tidak dicantumkan, maka perbuatan tersebut
dikategorikan pelanggaran hak cipta, sekalipun dalam sanksi pidana melalui Pasal 113 UU
No. 28 Tahun 2014 tidak secara eksplisit disebutkan ancaman hukuman bagi pelanggar
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak akan berbentuk, terutama bagi pelaku
yang tidak memikirkan tindakan dan akibatnya bagi masyarakat. Ketentuan dalam Pasal 25
ini ditindak lanjuti oleh pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiat di Perguruan Tinggi. 12 Pasa l70 UU No. 20 Tahun 2003 menentukan bahwa lulusan
yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau
vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25ayat (2) 13 terbukti merupakan jiplakan
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Selain dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, secara
institusional di Pendidikan Tinggi diatur dalam dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi. Pasal 28 ayat (5) menentukan bahwa gelar akademik, gelar vokasi atau
gelar profesi dinyatakan tidak sah sah dan dicabut oleh Perguruan Tinggi apabila karya
ilmiah yang digunakan untuk memperoleh gelar akademik, gelar vokasi atau gelar progesi
terbukri merupakan hasil jiplakan atau plagiat.
57
BAB VII
KARAKTER BUILDING
Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good),
mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting the good). Ketiga
ideal ini satu sama lain sangat berkaitan. Seseorang lahir dalam keadaan bodoh, dorongan-
dorongan primitif yang ada dalam dirinya kemungkinan dapat memerintahkan atau
menguasai akal sehatnya. Maka, efek yang mengiringi pola pengasuhan dan pendidikan
seseorang akan dapat mengarahkan kecenderungan, perasaan, dan nafsu besar menjadi
beriringan secara harmoni atas bimbingan akal dan juga ajaran agama.
Karakter adalah sifat yang di bawa oleh tiap individu, yang setiap orang memiliki
karakter masing-masing. Pengertian karakter lebih mengarah pada moral dan budi pekerti
seseorang, tentunya yang bersifat positf. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Pengertian Character Building dari segi bahasa, Character Building atau membangun
karakter terdiri dari dua suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter (character)
artinya membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan
karakter adalah tabiat, watak, aklak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain. Jadi Character Building merupakan suatu upaya untuk membangun dan
membentuk akhlak dan budi pekerti seseorang menjadi baik.
Pengertian Membangun Karakter (character building) adalah suatu proses atau usaha
yang dilakukan untuk membina, memperbaiki, dan atau membentuk tabiat, watak, sifat
58
kejiwaan, laku yang baik. Dalam membangun karakter individu diperlukan perilaku yang
baik dalam rangka melaksanakan kegiatan berorganisasi, baik dalam organisasi
pemerintahan maupun organisasi swasta dalam bermasyarakat. Karakter adalah sesuatu yang
sangat penting dalam pengembangan kualitas manusia maka karakter mempunyai makna
sebuah nilai yang mendasar untuk mempengaruhi segenap pikiran, tindakan dan perbuatan
setiap insan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Membangun watak harus dimulai dari diri sendiri. Untuk menetapkan kebenaran, yaitu
memulai dari diri sendiri. Tulisan Antony De Mello, SJ dalam bukunya Awareness, tentang
empat langkat untuk memiliki sifat arif dan bijaksana, four steps to wisdom, yaitu awareness
of your negative feelings (sadari adanya perasaan negatif pada diri Anda), the feeling is in
you, not in reality (perasaan itu ada di dalam diri Anda, tetapi tidak dalam kenyataan),
never identify with that feeeling (jangan samakan diri Anda dengan perasaan tersebut,
perasaan itu tidak ada kaitannya dengan pribadi Anda), dan how do you change this?
(bagaimana mengubah keadaan ?). Secara ringkas inti ajaran ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Langkah pertama
Kenalilah perasaan negatif yang ada pada diri kita dan tidak kita tidak ketahui. Banyak
orang memiliki perasaan negatif yang tidak diketahuinya. Banyak orang mengalami
tekanan dan tidak menyadari bahwa mereka tertekan. Apa yang dimaksud dengan
perasaan negative. Salah satu contohnya adalah kemurungan. Kita merasa murung dan
muram. Kita benci diri sendiri atau merasa bersalah. Kenalilah terlebih dahulu
perasaan-perasaan tersebut.
2. Langkah kedua
Memahami bahwa perasaan negatif itu ada di dalam diri kita sendiri, tidak dalam
kenyataan. Jadi, berhentilah mengubah kenyataan, berhentilah mencoba untuk
mengubah orang lain. Kita telah menyita seluruh waktu dan tenaga untuk mengubah
keadaan luar seseorang, mencoba untuk mengubah pasangan kita, bos kita, teman kita,
musuh kita, dan siapa saja. Kita tidak perlu mengubah apa pun. Perasaan negatif ada di
dalam diri kita. Tidak seorang pun di dunia ini yang memiliki kekuatan untuk membuat
kita tidak bahagia. Masalah hanya ada pada pikiran manusia. Katakanlah, misalnya,
semua manusia disingkirkan dari bumi ini. Kehidupan alam akan tetap berjalan dengan
59
segala keindahan dan kekerasannya. Tidak ada masalah sebab manusialah yang
membuat masalah.
3. Langkah ketiga
Jangan pernah menyamakan diri Anda dengan perasaan tersebut. Maksudnya, jika kita
menghadapi tekanan, katakan ada tekanan; jika kita mengalami kemurungan. Namun,
jangan pernah mengatakan “Saya tertekan” atau “Saya murung”. Jangan pernah
menyamakan diri kita dengan perasaan kita. Itu adalah ilusi dan kesalahan kita. Ada
tekanan, sakit hati, tetapi biarkan, lupakan itu akan berlalu. Segalanya akan berlalu.
Haasrat untuk berubah merupakan kunci berikutnya setelah kita mengenali diri dan
membangun apa yang ditemukenali itu. Kita harus bangkit dan membangun jati diri atau
yang dikatakan character building. Dan itu hanya bisa terlaksana kalau kita mau mengadakan
perubahan terhadap diri sendiri.
Menunjuk pada Lickona (2012), dan dikutip juga oleh Megawangi (2004), ada tiga
tahap dalam membangun karakter (character building) yang baik (component of good
character) sebagai berikut:
60
mampu diterapkan oleh seseorang. Perbuatan moral ini harus dilakukan berulang-ulang
agar menjadi moral behavior. Ada tiga aspek yang mendorong seseorang untuk
berperilaku moral yang baik yaitu: (1) kompetensi (competence); (2) keinginan (will);
(3) kebiasaan (habbit).
Ketiga komponen karakter yang baik, pengetahuan tentang nilai/moral, perasaan tentang
nilai/moral dan perbuatan nilai/moral. Ketiga komponen tersebut menunjukkan adanya
proses bertahap yang dilalui oleh seseorang mulai dari pemahaman tentang moral sampai
sampai pada tahap pelaksanaan nilai/moral dalam kehidupan kesehariannya.
Nilai berasal dari Bahasa latin valu’ere yang artinya berguna, mampu akan, berdaya,
berlaku sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau sekolompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal
yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat
orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.
Menurut Ryan dan Bohlim karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melaksanakan
kebaikan (doing the good), dalam pendidikan karakter kebaikan itu sering dirangkum dalam
sederet sifat-sifat baik, sehingga dengan demikian pendidikan karakter merupakan sebuah
upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar yang baik.
Untuk lebih jelas mendalami nilai-nilai dalam karakter. Berikut ini ada nilai-nilai
karakter, yaitu :
61
Hormat berarti menunjukkan penghargaan kita terhadap harga diri sendiri, harga
diri orang lain ataupun hal lain.
b. Nilai amanah dan kejujuran
Mengemban amanat dengan jujur tidak hanya disenangi oleh manusia tetapi juga di
ridhai oleh tuhan.
c. Nilai bersahabat/berkomunikasi (silaturrahim) kerjasama, demokratis dan peduli.
Kebanyakan orang sukses ditentukan sejauh mana seseorang menghormati,
menghargai, menolong, toleran dan santun dalam berkomunikasi dan bertindak.
d. Nilai percaya diri, kreatif, pekerja keras dan pantang menyerah
Seseorang dilarang keras menggantungkan hidupnya pada orang lain, apalagi
meminta-minta. Tangan pemberi lebih baik daripada tangan pemintaminta.
e. Nilai disiplin dan teguh pendirian (istiqomah)
Agama sangat menghargai waktu. Tidak ada manusia sukses kecuali dia disiplin
dan teguh pendirian dalam segala aspek kehidupan.
f. Nilai sabar dan rendah hati
Memperjuangkan kebenaran apabila dilakukan dengan cara baik, sabar dan rendah
hati jauh lebih bermakna dan lebih efektif, dari pada dilakukan dengan cara yang
tidak baik dan arogan.
g. Nilai teladan dalam hidup
Panji-panji islam dapat ditegakkan apabila seseorang menempatkan dirinya
sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi masyarakat dan keluarganya.
h. Toleransi (tasamuh) dan kedamaian
Manusia diciptakan dalam perbedaan dan makhluk social. Yang saudara
sekandung d an kembar pun pasti berbeda, apalagi yang bukan saudara dan bukan
pula kembar. Untuk itu diwujudkan dengan sikap toleran seperti yang dicontohkan
kepada Nabi Muhammad.
i. Nilai semangat dan rasa ingin tahu
Setiap orang harus tahu apa yang diinginkan dalam jangka pendek, menengah, dan
panjang. Ia juga harus tahu alasan menginginkan sesuatu, kapan mengingkannya
dan bagaimana cara mendapatkannya dengan mengerahkan seluruh potensi serta
kemungkinan yang ada.
62
7.4. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN KARAKTER
Karakter ialah aksi-psikis yang mengekspresikan diri dalam bentuk tingkah laku dan
keseluruhan dari manusia. Sebagian disebabkan bakat pembawaan dan sifat-sifat hereditas
sejak lahir: sebagian lagi dipengaruhi oleh lingkungan. Karakter ini menampilkan Aku-nya
manusia yang menyolok, yang karakteristik, yang unik dengan ciri-ciri individual.
Dalam Mansyur Muslich dijelaskan bahwa karakter merupakan kualitas moral dan
mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan
lingkungan (sosialisasi pendidikan, nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia
sebelum dilahirkan, tetapi potensi-potensi tersebut harus dibina melalui sosialisasi dan
pendidikan usia dini.
Karakter tidak terbentuk begitu saja, tetapi terbentuk melalui beberapa faktor yang
mempengaruhi, yaitu: faktor biologis dan faktor lingkungan.
a. Faktor biologis
Faktor biologis yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor ini
berasal dari keturunan atau bawaan yang dibawa sejak lahir dan pengaruh keturunan
dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari keduanya.
b. Faktor lingkungan
Disamping faktor-faktor hereditas (faktor endogin) yang relatif konstan sifatnya,
milieu yang terdiri antara lain atas lingkungan hidup, pendidikan, kondisi dan
situasi hidup dan kondisi masyarakat (semuanya merupakan faktor eksogin)
semuanya berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter.
Termasuk di dalamnya adat istiadat peraturan yang berlaku dan bahasa yang
digerakkan. Sejak anak dilahirkan sudah mulai bergaul dengan orang di sekitarnya. Pertama
-tama dengan keluarga. Keluarga mempunyai posisi terdepan dalam memberikan pengaruh
pembentukan karakter anak. Keluarga adalah lingkungan pertama yang membina dan
mengembangkan pribadi anak. Pembinaan karakter dapat dilakukan dengan melalui
pembiasaan dan contoh yang nyata.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwasannya karakter seseorang tumbuh dan
berkembang atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang berupa faktor biologi dan
kekuatan dari luar yaitu faktor lingkungan.
63
7.5. PENDIDIKAN KARAKTER
Menurut pendapat Fadlillah pendidikan karakter adalah “suatu bentuk pengarahan dan
bimbingan supaya seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai
moralitas, dan keberagaman”. Sedangkan Kurniawan menjelaskan bahwa “pendidikan
karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk membentuk watak atau kepribadian
sesorang berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan lingkungan keluarga”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha atau bimbingan yang
dilakukan secara sadar dan terencana agar manusia berperilaku sesuai dengan norma-norma
dan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat maupun dilingkungan keluarga.
Menanamkan pendidikan karakter sejak kecil begitu penting supaya peserta didik dapat
menjadi orang lebih baik, unggul, dan bermartabat. Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan memberikan rekomendasi supaya memasukkan suatu ajaran
pada pembentukan karakter pada setiap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Dengan
harapan dengan adanya pendidikan karakter sehingga bisa mengurangi keterpurukan moral
yang marak terjadi pada saat ini dan juga membangun karakter peserta didik menjadi lebih
positif.
Manfaat pendidikan karakter menurut Fadillah yaitu “menjadikan manusia agar kembali
kepada fitrahnya, yaitu selalu menghiasi kehidupannya dengan nilai-nilai kebajikan yang
telah digariskan”. Pendidikan karakter yabng dilakukan pada usia dini adalah wujud nyata
dalam mempersiapkan generasi yang berkarakter demi kemajuan dan kemakmuran bangsa.
64
BAB VIII
LAPANGAN PEKERJAAN UNTUK ALUMNI FISIKA
Menurut Jusuf Enoch, “ Lapangan Kerja adalah Kegiatan Pekerjaan yang dilakukan
dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dalam jangka waktu tertentu”.
Penyediaan lapangan pekerjaan biasanya mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi.
Kalu pada masa awal perkembangan ekonomi, lebih banyak penduduk yang bekerja di sektor
pertanian maka sejalan dengan perkembangan ekonomi, terjadi transformasi lapangan
pekerjaan menuju lapangan pekerjaan yang semakin kompleks yaitu industri dan akhirnya
menuju tahap jasa.
Lapangan kerja bagi kaum muda (usia 15-24 tahun) memang terasa terkena dampak
krisis keuangan Asia yang terjadi sebelum akhir 1990-an. Jumlah lapangan kerja bagi kaum
muda pada 2009 masih berada di bawah tingkat yang tercatat pada 1991 sehingga
menyebabkan banyaknya pengangguran di kalangan muda. Tantangan yang dihadapi kaum
muda untuk mendapatkan pekerjaan di Indonesia ditandai dengan tingginya angka
pengangguran di kalangan muda sebesar 22,2 persen di tahun 2009, yang secara signifi kan
lebih tinggi dibandingkan rata-rata kawasan (13,9 persen untuk Asia Tenggara dan Pasifi k)
dan rata-rata dunia (12,8 persen).
1. Alumni Fisika
Menurut Ridley & Boone Alumni adalah sebuah aset dari universitas yang sangat
potensial untuk membantu kelangsungan dari lembaga tersebut. Peran alumni mempunyai
kontribusi terhadap tetap eksisnya sebuah perguruan tinggi. Bagaimana kita bisa mengelola
alumni itu menjadi sebuah motor penggerak yang mampu berperan aktif terhadap perguruan
65
tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Untuk itu alumni perlu dibuatkan wadah sebagai
tempat berkumpul dan membantu pemikiran terhadap lembaganya sehingga akan berpotensi
besar untuk mengembangkan tempat mencetak alumni menjadi sebuah tenaga kerja yang
handal.
Kualitas lulusan perguruan tinggi, tidak terlepas dari peran sistem yang terlibat dalam
penumbuh kembangan kualitas individu tersebut. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kualitas lulusan yakni faktor internal sistem dan faktor eksternal sistem. Faktor internal
sistem merupakan peran perguruan tinggi dalam mencetak lulusan yang berkualitas.
66
masyarakat. Apa yang sudah didapatkan melalui proses pendidikan tidak hanya membuat
alumni perguruan tinggi semakin cerdas dan memiliki daya saing tinggi dalam kehidupan
masyarakat, melainkan juga dapat memberi kontribusi positif bagi pembangunan bangsa.
Peluang kerja terbilang sangat langka untuk lulusan SMP dan SMA.
Begitupun tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi. Ini terjadi
terutama karena keterbatasan kesempatan kerja di sektor formal. Hal tersebut
memperlihatkan ketidak seimbangan antara penyediaan dan permintaan untuk
jabatan di sektor formal. Lulusan perguruan tinggi pada umumnya mendambakan
pekerjaan di sektor formal yang pada kenyataannya sangat terbatas.
a. Wirausaha
Wirausaha adalah orang yang menjalankan usaha atau perusahaan dengan kemungkinan
untung atau rugi. Oleh karena itu, wirausaha perlu memiliki kesiapan mental, baik
untuk menghadapi keadaan merugi maupun untung besar. Sehingga seorang wirausaha
harus mempunyai karakteristik khusus yang melekat pada dri seorang wirausaha seperti
percaya diri, mempunyai banyak minat, bisa bersepakat, mempunyai ambisi, berjiwa
penjelajah, dan suka mencoba sesuatu. Berikut ini adalah pengertian dan definisi
wirausaha dari beberapa tokoh. Wirausaha adalah orang yang mampu menghancurkan
keseimbangan pasar dan kemudian membentuk kseimbnagan pasar yang baru dan
mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut.
b. Perusahaan Energi
Perusahaan energi sangat membutuhkan kompetensi serta keahlian yang dimiliki lulusan
jurusan Pendidikan Fisika/Fisika murni. Kamu bisa berkarir di perusahaan BUMN
maupun swasta seperti, PT Surya Energi Indonesia (SEI), Chevron, PLN, Adaro Energi,
dan perusahaan-perusahaan terkait lainnya.
c. Industri Minyak dan Gas (Migas)
Industri perminyakan dan gas atau perusahaan migas juga membuka kesempatan bagi
tamatan Pendidikan Fisika/Fisika. Kamu bisa menjadi bagian dari, Pertamina, Petronas,
Natuna, Medco, Total Indonesia, dan lain-lainnya.
d. Instansi Pemerintahan
67
Instansi maupun lembaga pemerintah hingga saat ini membutuhkan ilmuan dengan
kompetensi serta keahlian seperti lulusan jurusan di atas. Misalnya, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), atau Badan
Lembaga Atom Nasional (BATAN).
e. Perusahaan Telekomunikasi dan IT
Seiring perkembangan teknologi dan komunikasi, perusahaan yang bergerak di sektor ini
sangat membutuhkan ahli fisika, termasuk dari lulusan prodi Pendidikan Fisika. Mereka
dibutuhkan untuk melakukan tugas research and development.
f. Ilmuwan
Kesempatan serta peluang bekerja di industri farmasi juga diperoleh oleh lulusan
jurusan di atas. Kamu bisa bekerja sebagai analis atau peneliti di laboratorium
perusahaan farmasi.
68
(rumah), lingkungan dunia kerja, rasa aman dalam pekerjaannya, kesempatan mendapatkan
kemajuan, rekan sekerja, hubungan dengan pimpinan, dan gaji.
Lamanya pencari kerja dalam mencari pekerjaan akan berbeda antar kelompok dalam
angkatan kerja, dan semakin panjang dengan meningkatnya umur. Tingkat pengangguran
yang tinggi di kalangan orang muda adalah suatu “kenyataan hidup” struktural, yang tidak
dapat di elakkan bila kaum muda tamat sekolah harus mencari pekerjaan dalam suatu pasar
kelebihan tenaga kerja. Menurut interprestasi ini, hanya tingkat pengangguran yang tinggi
pada kelompok usia lebih tua yang dapat menimbulkan bahaya atau masalah karena hal ini
menunjukkan ketida kmampuan ekonomi menyerap “tenaga inti” angkatan kerja.
Berikut Beberapa faktor yang menyebabkan para tenaga kerja menunggu dalam
mendapatkan pekerjaan yaitu :
a. Adanya penawaran tenaga kerja yang melebihi dari permintaan tenaga kerja (supply >
demand), yaitu pada saat tingkat kemakmuran masyarakattinggi, menurunnya
permintaan terhadap tenaga kerja dapat menurunkan partisipasi masyarakat untuk
masuk dalam dunia kerja.
b. Perguruan tinggi belum berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagai lembaga pendidikan
perguruan tinggi dalam melaksanakan tugasnya harus mampu mengembangkan tiga
aspek kompetensi yaitu, kepribadian, professional, dan kemasyarakatan.
c. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar harapannya pada jenis
pekerjaan yang aman. Golongan ini menilai bahwa tingkat pekerjaan yang stabil
daripada pekerjaan yang beresiko tinggi sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan
besar daripada membuka usaha sendiri. Gejala meningkatnya pengangguran tenaga kerja
terdidik diantaranya disebabkan adanya keinginan memilih pekerjaan yang memiliki
69
resiko terkecil atau aman. Dengan demikian angkatan kerja terdidiklah suka memilih
menganggur daripada menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
70
BAB IX
KECERDASAN IQ, EQ, SQ
Sebagai manusia yang telah di beri allah akal dan pikiran, kita harus bisa
memanfaatkan kelebihan itu dengan semaksimal mungkin. Berdasarkan beberapa
informasi kita mengetahui bahwa manusia memiliki kemampuan yang tidak sama dalam
hal kecerdasan dan kemampuan intelektual .
71
Kemampuan individu dalam menganalisa, memahami logika dan rasio
merupakan kecerdasan intektual. Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan yang baik
bila ia mampu menerima, menyimpan dan mengolah informasi sebagai fakta. (Widodo,
2012, p. 77). Kecerdasan intelektual atau inteligensi diklasifikasikan ke dalam dua
kategori yaitu general cognitive ability dan spesifik ability. Kinerja seseorang dapat
diprediksi berdasarkan seberapa besar orang tersebut memiliki g factor. Seseorang yang
memiliki kemampuan general cognitive maka kinerjanya dalam melaksanakan suatu
pekerjaan juga akan lebih baik, meskipun demikian spesifik ability juga berperan
penting dalam memprediksi bagaimana kinerja seseorang yang dihasilkan (Rae Earles
dan Teachout, 2007, p. 521).Sedangkan menurut Mujib dan Mudzakir (2000), indikator
kecerdasan intelektual adalah:
72
berkumpul di otak. Kecerdasan intelektual (inteligensi) merupakan aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas seseorang dalam perolehan
pembelajaran.
a. Menyimpan pengetahuan
b. Mendapatkan pengetahuan yang baru
c. Dapat memahami sesuatu dengan pemaknaan yang lebih dalam
d. Dapat meingkatkan pengetahuan
Inteligensi orang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain:
a. Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
b. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
c. Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
d. Faktor kematangan, dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis,
dapat dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
e. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode juga
bebas memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain. Jadi, untuk menentukan
kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut.
Emosi merupakan luapan perasaan yang muncul secara tiba-tiba dan surut dalam waktu
yang singkat atau reaksi fisiologis dan psikologis seperti kesedihan, kegembiraan, kecintaan,
keharuan, atau keberanian yang sifatnya subjektif. Sedangkan kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengenali perasaan sendiri, kemampuan membangkitkan perasaan guna
mengontrol pikiran, kemampuan memahami makna perasaan, dan kemampuan
73
mengendalikan perasaan secara menyeluruh sehingga dapat membantu perkembangan emosi
dan intelektual (Aziza and Melandy 2006). Pada dasarnya, kecerdasan emosional dapat
diraih dengan cara membaginya ke dalam lima bagian umum dan lima belas subbagian
sebagaimana yang dikemukakan oleh Bar-On melalui model of emotional intelligence (Stein
and Book 2006). Lima bagian umum tersebut yaitu kemampuan intrapersonal, interpersonal,
adaptasi, manajemen stres, dan suasana hati secara umum.
Seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan sosial. Kesadaran
diri terdiri dari: kesadaran emosi diri, penilaian pribadi, dan percaya diri. Pengaturan diri
terdiri dari: pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada, dan inovatif. Motivasi terdiri dari:
dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif, dan optimis. Empati terdiri dari: memahami orang
lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, dan mengatasi keragaman. Keterampilan sosial
terdiri dari: pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen
konflik, pengikat jaringan, serta kerja tim. berikut :
a. Kesadaran diri mengetahui apa yang kita rasakan suatu saat dan menggunakannya
untuk mengambil keputusan diri sendiri; memiliki tolok ukur yang realitas atas
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengaturan diri menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif
terhadap pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu pulih kembali dari tekanan
emosi.
c. Motivasi menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak
sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
d. Empati, merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
bermacam- macam orang.
74
e. Keterampilan sosial menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi
dengan lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja
sama dan bekerja dalam tim.
EQ sangat berperan penting dalam keberhasilan hidup. Jika seseorang membuat kesal
orang lain dengan perilaku kasar, tidak tahu cara membawa dan memposisikan diri, atau
ambruk hanya karena stress sedikit saja, maka orang lain tidak akan betah bersamanya walau
setinggi apapun IQ-nya. kemampuan khusus yang disebut “akal sehat”. EQ terkait dengan
kemampuan membaca lingkungan sosial dan menatanya kembali. Juga terkait dengan
kemampuan memahami secara spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain,
demikian juga kelebihan dan kekurangan kemampuan membaca mereka, kemampuan untuk
menjadi orang yang menyenangkan sehingga kehadirannya didambakan orang lain. Oleh
karena itu, semakin tinggi EQ seseorang, semakin besar kemungkinan untuk sukses sebagai
pekerja, orang tua, manager, pelajar, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosi (EQ) merupakan karakteristik seseorang sebagai suatu
jenis kecerdasan yang amat perlu ditingkatkan. EQ merupakan penggerak yang dapat
menimbulkan aspek-aspek energi, kekuatan, daya tahan, dan stamina.
Kecerdasan spiritual sebagai bagian dari psikologi memandang bahwa seseorang yang
taat menjalankan ritual agama belum tentu memiliki kecerdasan spiritual, acapkali mereka
75
memiliki sikap fanatisme, eksklusivisme, dan intoleran terhadap pemeluk agama lain,
sehingga mengakibatkan permusuhan dan peperangan. Kecerdasan spiritual mendorong kita
untuk selalu mencari inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih dari pada apa yang
dicapai saat ini, kecerdasan spiritual akan mendorong kita untuk berfikir dan memandang
hidup dari berbagai sisi, bukan hanya berfikir dari satu sisi saja. Pada setiap sifat yang
dimiliki manusia, maka ada sifat Maha, bila otak kiri berfikir tentang rasionalitas, maka ada
yang Maha pencipta, Maha menentukan, Maha kokoh, Maha Pemelihara, Maha pemberi
petunjuk atas rasionalitas. Bila otak kanan kita berfikir tentang emosionalitas, maka ada
yang Maha penyayang, Maha angkuh, Maha pemaaf, Maha menghinakan, Maha pembalas,
yang memiliki emosi jauh diluar jangkauan nilai-nilai emosi manusia. Sehingga kemanapun
otak berfikir, bila kita mau merenung tentang makna kehidupan, maka disana selalu ada nilai
Maha. Sekali kita berfikir tentang nilai Maha, maka seluruh bagian otak akan merasa
tersentuh, seluruh bagian kalbu akan tergetar, dan semua bagian otak dan kalbu siap
menyumbangkan dalam berfikir. Jadi dengan mengingat sifat Maha, maka kita akan terlatih
untuk memikirkan kejadian dan kehidupan dari satu segi saja. Dengan kesiapan seluruh
bagian otak dan kalbu, maka kecerdasan spiritual merupakan pangkal yang melandasi
kecerdasan-kecerdasan lainnya, yang mana antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan
yang lainnya saling berhubungan dan saling mengisi.
Spiritual Question berfungsi mengembangkan diri kita secara utuh karena kita memiliki
potensi. SQ dapat dijadikan pedoman saat kita berada diujung masalah eksistensial yang
paling menantang dalam hidup berada diluar yang diharapkan dan dikenal, di luar aturan-
aturan yang telah diberikan, melampaui pengalaman masa lalu, dan melampaui sesuatu yang
kita hadapi. SQ memungkinkan kita untuk menyatukan hal- hal yang bersifat intrapersonal
dan interpersonal serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain, dan kita
menggunakan kecerdasan spiritual saat ini :
a. Kita berhadapan dengan masalah eksistensial seperti saat kita merasa terpuruk,
khawatir, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. SQ menjadikan kita
sadar bahwa kita mempunyai masalah eksistensial yang membuat kita mampu
mengatasinya, atau setidak-tidaknya kita dapat berdamai dengan masalah tersebut,
SQ memberikan kita rasa yang dalam menyangkut perjuangan hidup.
b. Kita menggunakannya untuk menjadi kreatif, kita menghadirkannya ketika ingin
menjadi luwes, berwawasan luas, atau spontan kreatif.
76
c. Kita dapat menggunakan SQ untuk menjadi cerdas secara spiritual dalam beragama,
SQ membawa kita kejantung segala sesuatu, ke kesatuan di balik perbedaan, ke
potensi di balik ekspresi nyata.
d. Kita menggunakan SQ untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena
kita memiliki potensi untuk itu.
e. Kecerdasan spiritual memberi kita suatu rasa yang dapat menyangkut perjuangan
hidup.
Pancaran SQ memantul ke luar, ke etika sosial. Kecerdasan spiritual tidak hanya sekedar
kecerdasan dan kesadaran. Tapi yang paling penting adalah pe-rilaku individu dan social.
Husni Tanra menggambarkan bahwa seseorang yang SQ-nya tinggi menyadari ketika dia
merugikan orang lain itu berarti dia merugikan dirinya sendiri, ketika dia melampiaskan
kemarahan pada orang lain itu berarti dia mencemari jiwanya sendiri. Ketika dia melakukan
perusakan pada lingkungan maka itu berarti dia telah merusak sumber kehidupannya sendiri.
Demikian juga ketika dia mengasingkan diri menjauh dari lingkungan sosialnya, berarti dia
telah mengasingkan dirinya menjauh dari laut-an energi dan potensi yang menjadi pusat
dirinya sendiri. Walaupun kecerdasan spiritual tersebut tidak berbanding lurus dengan
kealim-an seseorang, namun upaya mempertahankan atau meningkatkan kecerdasan spiritu-
al dapat dilakukan melalui penghayatan dan pengamalan agama yang benar, agama apapun
yang dianut, karena setiap agama pada dasarnya mengajarkan kebenaran. Menurut ajaran
Islam, bahwa penghayatan dan pengamalan yang didasarkan pada 6 rukun iman sebagai
pembuat mental dan 5 rukun Islam sebagai pembentuk karakter yang merupakan salah satu
upaya peningkatan kecerdasan spiritual seseorang. De-ngan kata lain sebagai umat Islam kita
memiliki potensi yang besar untuk memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.
77
DAFTAR ISI
Deyana Tasya Aulia, Sosiologi Reflektif, Volume 13, No. 1, Oktober 2018, hal. 181-182,
Diakses pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 12:14.
Poespoprodjo, Filsafat Moral Kesusilaan Teori dan Praktek, (Bandung: Pustaka Grafika,
1999), h. 18
Keraf. A. Sonny, Etika Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), h.2
Haidar Baqir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung Mizan, 2005), h. 189-190
http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/socrates-filsafat-etika-dan-moral.html, tanggal 21
Juni 2021, Jam 13.11 Wib
Keraf. A. Sonny. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur. (Yogyakarta:
Kasnisius, 1991). h.23
78
Ibid, H.10
Ibid, H.12-13
Keraf. A. Sonny. Etika Lingkungan,(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), h.8-9
Ibid, h. 15
Ibid, H.22-24.
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika,(Jakarta: Kencana, 2010), h.60.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, op. cit.,
Ardhina Nugrahaeni, 2018. Pengantar Ilmu Kebidanan dan Standar Profesi Kebidanan,
Yogyakarta : Anak Hebat Indonesia, h. 68.
I Ketut Widana, Gusti Ayu Oka Cahya Dewi. 2020. Prinsip Etika Profesi, Bandung : PT
Panca Terra Firma, h. 5-6.
Sucipto,kosasi,& Abimanyu , NEA “National Education Association” 1994
Ibid
Ibid
Rusydi Ananda, Pembelajaran Terpadu (Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan
Model). Bandung : Cv. Permata, 2006
Brainly.co.id
Dosenpintar.com
Journal ipb.ac.id
Sri praptono.2016.Majalah Ilmiah Inspirativ. Kepemimpinan dan Integrasi. 01.2016. hal 23-
24
Sekawanmedi.com
Elyta Ras Ginting. Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2012), h.
37
Ibid, h. 38
http://meganurulfitriani.files.wordpress.com/2013/05/konvensi-internasional-mnf.pdf, 5
Oktober 2013, 14.30 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta_di_Indonesia
Ade Uswatun Sitorus, 2015, HAK CIPTA DAN PERPUSTAKAAN, volume 09 no,02.
Muchtar Anshary Hamid Labetubun,2018, Aspek Hukum Hak Cipta Terhadap Buku
Elektronik (E-Book) Sebagai Karya Kekayaan Intelektual, Volume 24 Nomor 2, e-ISSN:
2614-2961
79
Siswantoyo, Buku Panduan Permohonan Hak Kekayaan Intelektual, Sentra Hki Lppm
Universitas Negeri Yogyakarta, hlm;7-23
Sudjana, 2019, Pembatasan Perlindungan Kekayaan Intelektual (Hak Cipta) Dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia, Volume 10, Nomor 1
Khoirul Hidayah, 2017, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Setara Press,hlm:1-3
Burhan Nurgiyantoro,dkk, 2014, Buku Saku Panduan Antiplagialisme, Yogyakarta, Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, hlm:2-3
Hulman Panjaitan, 2017, Sanksi Pidana Plagiarisme Dalam Hukum Positif Di Indonesia,
Universitas Kristen Indonesia, Volume 3 No.
Ajat Sudrajat,”Mengapa Pendidikan Karakter?”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I,
Nomor 1, Oktober 2011, h. 48
Agus Masrukhin, “Model Pembelajaran Character Building dan Implikasinya Terhadap
Perilaku Manusia”, Jurnal Humaniora, Vol.4 No.2, Oktober 2013.
Soemarno Soedarsono, Hasrat Untuk Berubah, (Jakarta : PT Elex Media Komputido, 2015),
h. 114-118.
Sulastri, Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kimia, (Banda Aceh: 2018, Syiah Kuala
University Press), H. 61-63.
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-nilai Karakter, (Jakarta: 2013, Rajawali Press), H. 56.
Juwariyah, dkk., Pendidikan Karakter Perspektif Pendidikan Islam, (Yogyakarta: 2013,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga), H. 6
Ainna Khoiron Nawali, “Hakikat, Nilai-Nilai Dan Strategi Pembentukan Karakter (Akhlak)
Dalam Islam”, Jurnal Studi Pendidikan Islam, Vol.1 No.2, Juli 2018, h.111
Masnur Muslich, Pendidikan karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 96.
Kartini Kartono, Teori Kepribadian, (Bandung : Alumni, 1980), h. 16
M. Fadlillah, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Ar-Ruzz,2013), h.23.
Syamsul, Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz,
2013), h.42.
Fadlillah, Op.Cit., h.27.
Novi Mela Yuliani. “Analisi Profil Lulusan Pendidikan Nonformal Dalam Pemenuhan
Faktor Tenaga Kerja”, (Jakarta:September 2014),h.38.
Muhaimin Iskandar. “Perkembangan Ketenagakerjaan Di Indonesia”. (Jakarta: Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011), h 27.
80
Heni Safitri, “Studi Penelusuran Alumni Lulusan Program Studi S1 Pendidikan Fisika
Universitas Terbuka”, (Universitas Terbuka: Tanggerang Selatan, 2014) , h. 3.
Gede Saindra Santyadiputra,” Survey Kualitas Lulusan Jurusan Pendidikan Teknik
Informatika” , (UNDIKSHA: Skripsi, 2016), h.14.
Rasiman, Suwarno Widodo dan Rina Dwi Setyawati, “Penelusuran Alumni(Tracer Studi)
Program Studi Pendidikan Matematika IKIP Semarang Sebagai Upaya Kajian
Relevansi”.Vol 5, No, 1 Maret (2014). IKIP PGRI Semarang.h.67.
Fahriany, Jejen Musfah, Azkia Muharom Albantani. “Profil Sosial Intelektual Alumni
Program Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.(30 November 2014).h.13
Muhaimin Iskandar.” Perkembangan Ketenagakerjaan Di Indonesia”. (Jakarta: Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011), h 25.
Pedoman Administrasi Jabatan Fungsional Instruktur, (2008), h. 144.
Administrator29, “Peluang Kerja Untuk Jurusan Fisika”, https://upp.ac.id/blog/peluang-
kerja-untuk-jurusan-fisika , dipublikasikan 18 Agustus 2020.
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Surabaya: Kencana, 2009), h. 77.
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.18
Retno Indayati, Psikologi Perkembangann Peserta Didik, (Tulungagung: IAIN
Tulungagung Press, 2014), hal.63
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Jakarta: Gaung Persada (GP)
Press, 2009), hal.3
Muhammad Daud Mahmud, “ pengaruh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual
terhadap pemahaman akuntansi (studi pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas
Muhammadiyah Maluku Utara)”, jurnal bisnis dan akuntansi, Vol. 22, No. 1, 2020
Firdaus Daud, “pengaruh kecerdasan emosional (EQ) dan motivasi belajar terhadap biologi
siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo”, jurnal pendidikan dan pembelajaran, Vol. 19, No. 2,
2012
Noer Rohmah, “ integrasi kecerdasan intelektual (IQ), Kecerdasan Emosi (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ) dalam eningkatkan etos kerja”, jurnal tarbiyatuna, Vol. 3, No. 2,
2016
Rus’an, “ spiritual quotient (SQ) :the ultimate intelligence”, jurnal lentera pendidikan, Vol.
16, No. 1, 2013
81