Anda di halaman 1dari 52

CRITICAL BOOK REPORT

MK. ILMU
KEWARGANEGARAAN

Skor Nilai :

CRITICAL BOOK REPORT

(CIVICS EDUCATION)

NAMA MAHASISWA : MEUTIA ANGGRAINI

NIM : 3192411008

DOSEN PENGAMPU : SRI YUNITA, S.Pd., M.Pd.

MATA KULIAH : ILMU KEWARGANEGARAAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN PANCASILA &


KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan karunia-NYA penulis dapat
menyelesaikan tugas Critical Book Report dengan waktu yang telah ditentukan. Critical
Book Report (CBR) ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu
Kewarganegaraan.

Dalam pembuatan Critical Book Report ini penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat sampai makalah ini dapat tersusun, terkhusus kepada ibu
Sri Yunita, S.Pd., M.Pd. sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Ilmu Kewarganegaraan.
Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
penulis yang tiada henti memberikan dukungan serta motivasi dan didikannya serta doa-
doa yang selalu menyertai penulis.

Penulis menyadari bahwasanya tugas ini masih memiliki banyak kekurangan serta
adanya kesalahan dalam penulisan dan kritik yang kurang tepat oleh karena itu penulis
memohon maaf dan penulis membutuhkan saran serta kritik dari ibu Dosen serta para
pembaca untuk kesempurnaan tugas ini.

Medan, 26 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1Rasionalisasi Pentingnya CBR...........................................................1

1.2 Tujuan Penulisan CBR......................................................................1

1.3 Manfaat Penulisan CBR....................................................................1

1.4 Identitas Buku....................................................................................2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU.........................................................................4

2.1 Buku Utama.......................................................................................4

2.2 Buku Pembanding 1........................................................................40

BAB III PEMBAHASAN BUKU........................................................................46

3.1 Kelebihan Buku...............................................................................46

3.2 Kelemahan Buku.............................................................................46

BAB IV PENUTUP..............................................................................................47

4.1 Kesimpulan......................................................................................47

4.2 Saran................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR

Keterampilan membuat CBR (Critical Book Report) pada penulis dapat menguji kemampuan
dalam meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang
dianalisis.
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita
hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari
segi analisis bahasa dan pembahasan. Oleh karena itu, penulis membuat CBR ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada buku bahasan tentang
Ilmu Kewarganegaraan (Civics Education).

1.2 Tujuan Penulisan CBR

Critical Book Report ini dibuat bertujuan untuk:

 Menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan


kekurangan suatu buku.
 Menjadi bahan pertimbangan dalam memilih kualitas buku.
 Menyelesaikan salah satu tugas mata Ilmu Kewarganegaraan.

1.3 Manfaat Penulisan CBR

 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari suatu buku secara
ringkas.
 Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.

1
 Menguji kualitas buku dengan membandingkan antara karya seorang penulis dengan
penulis lainnya.
 Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritikan dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi buku.

1.4 Identitas buku


Buku Utama
1. Judul : ILMU KEWARGANEGARAAN
2. Edisi :1
3. Pengarang : Dr. Deny Setiawan, M.Si
4. Tahun terbit : 2019
5. Kota terbit : Medan
6. Penerbit : Larispa Indonesia
7. ISBN : 978-602-72820-4-9
8. Jumlah halaman : 148
9. Bahasa : Indonesia

2
Buku Pembanding 1
1. Judul : ILMU KEWARGANEGARAAN (CIVICS)
2. Edisi :2
3. Pengarang : Drs. Cholisin, M.Si
4. Tahun terbit : 2016
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Penerbit : Ombak
7. ISBN : 978-602-7544-92-5
8. Jumlah halaman : 128
9. Bahasa : Indonesia

3
BAB II

RINGKASAN BUKU

2.1 Buku Utama :

BAB 1 HAKIKAT KEWARGANEGARAAN

A. Civics dan Ilmu Kewarganegaraan


Civics adalah salah satu mata kuliah bidang studi yang diterapkan di lingkungan perguruan
tinggi khususnya di prodi ppkn hukum.mata kuliah ini merupakan persyaratan yang harus
ditempuh sebelum mengikuti mata kuliah bidang studi pendidikan kewarganegaraan. Seiring
dengan perubahan nama atau jurusan prodi ini dengan nama lain maka mata kuliah civics pun
berubah nama menjadi ilmu kewarganegaraan.
Civics sudah mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1962 yaitu sebagai salah satu nama mata
pelajaran yang diterapkan di lingkungan persekolahan. Pelajaran ini disusun dalam sebuah buku
yang berjudul manusia dan masyarakat baru Indonesia. Menurut para penulis buku ini barangkali
dapat disebut dengan istilah Jerman atau istilah Indonesia yakni kewarganegaraan. Sebelum
diperkenalkan di Indonesia civics telah lama dipelajari di Amerika Serikat yakni dalam rangka
meng-Amerikakan bangsa Amerika atau terkenal dengan teori of Americanization

B. Pengertian Ilmu Kewarganegaraan


Ilmu kewarganegaraan berasal dari kata civics yang secara etimologi is berasal dari kata
“civicus” atau bahasa latin, sedangkan dalam bahasa inggris dari kata “citizens” yang dapat
didefinisikan sebagai warga negara, penduduk dari sebuah kota, sesama warga negara,
penduduk, orang setanah air bawahan atau kawula.
Ahmad Sanusi sebagai salah satu pakar di bidang IPS mengatakan “sejauh civics dapat
dipandang sebagai disiplin ilmu politik maka fokus studinya mengenai kedudukan dan peranan
warga negara dalam menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan sepanjang batas- batas
ketentuan konstitusi negara yang bersangkutan”.

4
Dari definisi tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa civics suatu ilmu kewarganegaraan
menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1. kedudukan dan peranan warga negara
2. hak dan kewajiban warga Negara
3. pemerintahan
4. negara
5. sebagai bagian dari ilmu politik mengambil bagian demokrasi politik

C. Ruang Lingkup Ilmu Kewarganegaraan


Dikaitkan dengan kedudukannya dengan mata kuliah pada program studi Sudibjo
berpendapat bahwa materi ilmu kewarganegaraan mencakup segala pengetahuan tentang
kedudukan, peranan, hak dan kewajiban warga negara indonesia sesuai dengan filsafat Pancasila
pembukaan dalam batang tubuh undang-undang dasar 1945. Materi-materi yang dimaksud antara
lain :
1. pengertian ilmu kewarganegaraan
2. sejarah perkembangan civics di Amerika Serikat
3. sejarah perkembangan civics di Indonesia
4. objek studi, metode, sistematika dan tujuan ilmu kewarganegaraan
5. ruang lingkup ilmu kewarganegaraan
6. pengertian negara, unsur-unsur negara, cara timbul dan lenyapnya negara
7. pengertian warga Negara, orang asing, penduduk,rakyat dan bangsa
8. asas-asas kewarganegaraan, bipatride, apatride, hak opsi, hak repudiasi
9. kewarganegaraan republik Indonesia
10. hak asasi dan hak-hak serta kewajiban warga negara berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945
11. peranan rakyat dalam pemerintahan dan pembangunan suatu bangsa
12. kepentingan pribadi dan kepentingan umum
13. wilayah negara Indonesia dari zona ekonomi eksklusif.

5
D. Tujuan Ilmu Kewarganegaraan
Tujuan ilmu kewarganegaraan meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
berperilaku sebagai warga negara. Secara terinci tujuan ilmu kewarganegaraan adalah sebagai
berikut:
1. mengalihkan pengetahuan tentang hak dan kewajiban warga negara sesuai dengan
kriteria, ukuran dan ketentuan konstitusi negara
2. menumbuhkan kesadaran dan sikap sebagai warga negara yang baik
3. menumbuhkan perilaku warga negara yang baik dalam menjalankan dan
kewajibannya sesuai dengan kriteria, ukuran ketentuan konstitusi Negara.

Dalam kedudukannya sebagai mata kuliah tujuan ilmu kewarganegaraan adalah membekali
mahasiswa agar memiliki pengetahuan tentang kedudukan, peranan, hak dan kewajiban warga
negara indonesia sesuai dengan dasar filsafat pancasila, pembukaan dan pokok-pokok
konstitusional lainnya.

E. Hubungan PKN dengan IKN


PKN dan IKN adalah suatu rangkaian disiplin ilmu yang saling berkaitan, maka diperlukan
sebuah konsep di mana antara PKN dan IKN saling mengisi satu sama lain. Sehingga terjalin
hubungan konsep yang berkesinambungan. Perbedaan antara PKN dan IKN dapat dilihat seperti
berikut :
1. Secara garis besar pendidikan kewarganegaraan memfokuskan pada pembentukan diri
yang beragam dari seri segi agama, sosio kultural bahasa, usia, dan suku bangsa untuk
menjadi warga indonesia yang cerdas terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membangun warga negara yang
baik yaitu bukan hanya warga negara yang patut terhadap aturan-aturan hukum yang
berlaku tetapi juga warga negara yang bersifat demokratis dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia.
3. Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan sendiri adalah membentuk warga negara
yang lebih baik dan menyiapkan untuk masa depan. rumusan itu bersifat abstrak.

6
4. Pendidikan kewarganegaraan dalam paradigma baru berorientasi pada terbentuknya
masyarakat yang demokratis atau masyarakat madani dan berupa memberdayakan
warga negara melalui proses pendidikan agar mampu berperan serta aktif dalam
sistem pemerintahan yang demokratis.
5. Pendidikan kewarganegaraan materinya bersumber dari ilmu politik yaitu pada
bagian demokrasi politik

F. Civics (Ilmu Kewarganegaraan) dan Demokrasi Politik


Secara historis istitah civics ini mengingatkan kita pada zaman Imperium Romawi. Pada
masa itu, civics diartikan sebagai kehormatan,yaitu yang sebagaimana yang terdapat dalam
istilah “civics romanus sun” yang artinya “aku warga negara romawi”. Civics yaitu penduduk
sipil yang memperaktekkan demokrasi langsung dalam “negara kota” atau disebut polis.
Sebagai demokrasi politik, menurut Gross dan Zeleny yang menjadi fokus pelajaran civics
meliputi :
1. Teori-teori tentang demokrasi politik
2. Sistem politik
3. Pemilihan umum
4. Lembaga-lembaga decision makers
5. Output dari sistem demokrasi politik
6. Kemakmuran umum dan pertahanan negara
7. Perubahan social

Demokrasi politik yang merupakan bagian isi dari ilmu politik, diperinci oleh Marian D.Irsh
yakni :
1. Konteks ide demokratis
2. Konstitusi negara
3. Input dari sistem politik
4. Partai politik dan Pressure Group
5. Pemilihan umum
6. Lembaga-lembaga decision maker
7. Presiden sebagai kepala negara/admistrasi negara

7
8. Lembaga yudikatif
9. Output dari sistem politik
10. Kemakmuran umum dan pertahanan negara
11. Perubahan sosial dan demokrasi politik

Output dari system demokrsi politik, hak individu dan kemerdekaan individu dalam
konstitusi, kebebasan berbicara, pers dan media masa, kebebasan akademis, perlindungan yang
sama, cara penduduk Negara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan.
Baik generalisasi maupun teori, secara terus menerus dikembangkan oleh ahli ilmu sosia
lewat garis berpikir ilmuan social, yaitu lewat bertanya, berhipotesis, mengumpulkan data,
analisis data, kesimpulan yang suatu ketika harus setaraf generalisasi dan kalau terus menerus
dilakukan penelitian intensif, akan lahir teori atau “hukum” dalam IKn. Benang merah dari IKn
ini tidak berbeda dengan garis berpikir ilmuan social yang lain, yaitu melakukan tugas ilmiah
dan bukan tugas pedagogis, seperti PPKn.

BAB 2 CIVICS DAN PERKEMBANGANNYA

A. Pendahuluan
Pendidikan kewarganegaraan pada awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun
1790. Sedangkan di Indonesia, istilah civics dan civics education telah muncul pada tahun 1957,
dengan istilah kewarganegaraan, civics pada tahun 1961 dan pendidikan kewarganegaraan pada
tahun 1968.
Pada hakikatnya pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.

8
Beberapa pandangan para pakar tentang pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut
1. Henry Randall Waite
Civics dirumuskan dengan ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan
manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi dan antara individu-
individu dengan negara.
2. Merphin Panjaitan
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif
melalui suatu pendidikan yang dialogial.

Dari definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian civics education karena bahannya
meliputi pengaruh positif dari pendidikan disekolah, pendidikan rumah, dan pendidikan diluar
sekolah. Unsur-unsur ini harus dipertimbangkan dalam menyusun program civics education yang
diharapkan akan menolong para peserta didik (mahasiswa) untuk :
1. Mengetahui,memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional
2. Dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dan bertanggung jawab dalam
berbagai macam masalah seperti masalah-masalah pribadi,masyarakat dan negara.

Jadi pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang memuat bahasan tentang
masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungan hakekat pendidikan kewarganegaraan
adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara
dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan hidup dan kejayaan bangsa dan negara.

B. Kompetensi Dasar dan Tujuan Civics Educations


Dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraa, kompetensi dasar atau yang sering disebut
kompetensi minimal terdiri dari tiga jenis,yaitu :
1. Kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan kewarganegaraan yang terkait
dengan materi inti pendidikan kewarganegaraan antara laim demokrasi, HAM, dan
masyarakat madani.

9
2. Kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan antara lain pengakuan
kesetaraan, toleransi, kebersamaan, pengakuan keragaman, kepekaan terhadap
masalah warganegara antara lain masalah demokrasi dan HAM.
3. Kecakapan dan kemampuan mengartikulasikan keterampilan kewarganegaraan
seperti kemampuan berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan publik,
kemampuan melakukan kontrol terhadap penyelenggara negara dan pemerintah.

C. Manfaat Civics Education


Manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari civics education adalah:
1. Civics education tidak hanya sekedar melayani kebutuhan-kebutuhan warga dalam
memahami masalah-masalah sosial politik yang terjadi,tetapi lebih dari itu. Ia pun
memberikan informasi dan wawasan tentang berbagai hal menyangkut cara-cara
penyelesaian masalah.
2. Civics education dirasakan sebagai sebuah kebutuhan mendesak karena merupakan
sebuah proses yang mempersiapkan partisipasi rakyat untuk terlibat secara aktif
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis.

D. Perkembangan Civics

1. Perkembangan Civics di Amerika Serikat


Pengetahuan tentang konstitusi di Amerika Serikat, dimulai sejak tahun 1790, yaitu setelah
14 tahun kemerdekaan negara tersebut tahun 1776 dalam rangka mengamerikakan bangsa
Amerika yang datang dari berbagai bangsa yang berbeda dan bermigrasi ke Amerika Serikat
setelah ditemukannya benua Amerika oleh Christoper Colombus pada tahun 1492.
Dalam prakteknya para siswa mempelajari konstitusi, hak dan kewajiban warga negara, hak
asasi manusia, tugas-tugas warga negara dan lain-lain hanya bersifat hafalan dan kurang
melibatkan perubahan terhadap perilaku untuk menjadi warga negara yang baik. Itulah sebabnya
sekitas 111 tahun setelah pelajaran civics diberikan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat, para
pendidik mulai merasa tidak puas terhadap penyelenggaraan pelajaran civics. Mereka
menganggap bahwa pelajaran civics harus diperluas dan hendaknya melibatkan aspek-aspek

10
pendidikan serta psikologi pendidikan dan mengikutsertakan kebutuhan pribadi dan masyarakat
dalam pelajaran tersebut.
Perkembangan ilmu kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan di negara Amerika
Serikat sangat berpengaruh pada perkembangan IKn dan PKn di beberapa negara karena
Amerika merupaka negara pelopor dalam pengajaran demokrasi.

2. Civics
Numan Sumantri menyatakan bahwa istilah civics secara historis pada zaman yunani
diartikan sebagai penduduk sipil yang mempraktikkan demokrasi langsung dalam “negara kota”.
Namun di Amerika civics digunakan sebagai istilah pengajaran demokrasi politik di sekolah-
sekolah.Pelajaran civics mulai diperkenalkan pada tahun 1970 di Amerika Serikat dalam rangka
meng-Amerikakan bangsa Amerika. Isinya membicarakan mengenai pemerintahan, hak dan
kewajiban warhga-negara.

3. Community Civics
Karena sebelumnya civics hanya mempelajari konstitusi dan pemerintahan saja, lingkungan
sosial kurang diperhatikan. Sehingga isi civics menurut gerakan community civics disamping
mempelajari konstitusi dan pemerintahan juga mempelajari tentang community civics, economic
civics, dan vocational civics. Maka melihat isi civics berkembang dari demokrasi politik, menjadi
lebih luas cakupannya dengan bertambahnya demokrasi sosial.

4. Civics Education
Civics education istilah lainnya adalah citizenship education. Pada tahun 1910 gerakan civics
education muncul hampir bersamaan dengan gerakan community civics. Gerakan civics
education muncul karena pelajaran civics kurang berisikan kebutuhan pelajaran yang berkaitan
dengan aspek pendidikan dan kebutuhan masyarakat. Sehingga civics education meliputi:
a. Berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menimbulkan hidup dan tingkah laku
yang lebih baik dalam masyarakat demokratis.
b. Seluruh program sekolah dan pengalaman-pengalaman sekolah untuk melengkapi
pandangan daripada fungsinya sebagai warga negara seperti hak dan kewajiban dan
tanggung jawab dalam masyarakat demokratis

11
Pada tahun 1971 di pertegas lagi bahwa bahan civic education meliputi pengaruh positif dari:
a. pendidikan sekolah
b. pendidikan di rumah
c. pendidikan di masyarakat

5. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (Civics


Education)
Perkembangan civic education di Amerika Serikat yang berkembang tidak terbatas pada
bahannya agar lebih fungsional, tetapi tujuannya lebih ditekankan pada menyiapkan warga
negara dalam masyarakat demokratis. PKn merupakan pengembangan dari IKn. sehingga sering
disebut dengan civics plus.
Civics education lebih menekankan pada orientasi yang bersifat terapan atau menganalogikan
dari istilah creshore maka dapat dinyatakan sebagai “the applied science of citizenship”. Di
Amerika Serikat PKn di banyak negara bagian mengajarkan konstitusi Amerika, sejarah
Amerika, pemerintahan Amerika, penghormatan bendera, wilayah Negara, patriotism, prinsip-
prinsip perwakilan, kewajiban warga Negara, demokrasi, pemilihan umum, partai politik, dan
prinsip-prinsip ekonomi.

E. Perkembangan Civics di Indonesia

1. Perkembangan Civics Sebelum Kemerdekaan RI


Perkembangan pendidikan civics di indonesia sudah diperoleh bangsa Indonesia jauh
sebelum Indonesia meraih kemerdekaan di mana pendidikan civic tersebut diperoleh melalui
pemerintah yang menjajah Indonesia saat itu yaitu pemerintah Hindia Belanda yang disebut
dengan burgerkunde.
Adapun ciri-ciri pendidikan civics pada masa penjajahan kolonial menurut Sarino Mangun
Pranoto antara lain sebagai berikut:
a. sistem pendidikannya terarah pada usaha membentuk kelestarian penjajahnya
b. sifat pendidikan adalah eksploitasi demi keuntungan penjajah yang berakibat
kebodohan dan kemelaratan pihak yang dijajah

12
c. metode pendidikannya dijalankan menurut “tuch en orde” atau tertib semu dan tidak
memberi peluang untuk tumbuh bebas
d. sistem pelajarannya menghafal dan membeo tanpa diberi kesempatan untuk bereaksi
dan berkreasi.

Pendidikan formal dilakukan oleh para guru umumnya di sekolah-sekolah particular menurut
Abdurrahman Surjomihardjo seperti dikutip Collisin, bahwa sekolah particular memang
mempunyai ciri tersendiri. ada yang memang ingin memberikan pengetahuan secara murni tetapi
ada pula yang bertujuan anak menanamkan paham demokrasi, kesadaran berbangsa dan
bernegara. Sedangkan pendidikan non formal dilakukan oleh para tokoh pergerakan nasional,
dalam hal ini dapat dicontohkan konsep pendidikan politik yang dikemukakan oleh dua tokoh
pergerakan nasional sekaligus menjadi proklamator, yang berarti juga sebagai bapak pendiri
negara yakni yang Bung Karno dan Bung Hatta.

2. Perkembangan Civics Setelah Kemerdekaan Indonesia


Dalam sejarah timbulnya istilah civics di Indonesia dapat dilukiskan secara kronologis sejak
tahun 1957 dalam kurikulum sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas terdapat
124 istilah kewarganegaraan yaitu pelajaran yang ditempelkan dalam pelajaran tata negara.
Pada tahun 1968 istilah civics di sekolah diberi nama pendidikan kewarganegaraan. isi bahan
pengajaran mengandung elemen-elemen nasionalisme, patriotism, kenegaraan, etika, agama,
kebudayaan, pokoknya segala sesuatu yang dianggap baik menurut moral Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945 dan keputusan-keputusan lembaga-lembaga legislative serta pemerintah.
Di sekolah dasar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan terdiri dari integrasi dari pelajaran
ilmu bumi, sejarah Indonesia, dan pengetahuan kewarganegaraan. di sekolah menengah pertama
terdiri dari 30% mengenai sejarah kebangsaan, 30% mengenai kejadian setelah Indonesia
merdeka, dan 40% mengenai Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan di sekolah menengah atas
100% mengenai Undang-Undang Dasar 1945.
Pada tahun 1975 pemerintah mengganti setelah pendidikan kewarganegaraan menjadi
pendidikan moral pancasila di mana pemerintah menganggap mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan kurang mampu mengembangkan perilaku warga negara yang mendukung garis

13
kebijakan orde baru, pertahanan keamanan nasional serta pembangunan nasional sebagaimana
yang diharapkan oleh pemerintah.
Kurikulum pendidikan dasar dan sekolah menengah tahun 1994 mengakomodasikan misi
baru pendidikan tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan atau PPKn.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa perkembangan civic di Indonesia setelah
kemerdekaan mengalami perubahan dalam kurikulum pendidikan nasional, antara lain sebagai
berikut:
a. pada kurikulum tahun 1957 istilah yang digunakan adalah kewarganegaraan
b. pada kurikulum tahun 1961 istilah yang digunakan adalah civic
c. pada kurikulum tahun 1968 istilah yang digunakan adalah PKN
d. pada kurikulum tahun 1975 istilah yang digunakan adalah PMP
e. pada kurikulum tahun 1986 istilah yang digunakan adalah PPKn
f. pada kurikulum tahun 2004 istilah yang digunakan adalah PKN

BAB 3 WARGA,NEGARA,DAN KEWARGANEGARAAN


A. Pengertian Warga Negara
Pengertian warga negara menurut KBBI adalah penduduk sebuah negara atau bangsa
berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak
penuh sebagai seorang warga dari negara itu.
Warga negara memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting bagi kemajuan dan
bahkan kemunduran sebuah bangsa. oleh karena itu seseorang yang menjadi anggota atau warga
suatu negara haruslah ditentukan oleh undang-undang yang dibuat oleh negara tersebut.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara
dapat diklasifikasikan menjadi:
1. warga negara Indonesia, adalah orang-orang bahasa indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara.
2. penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara sesuai
dengan visa atau surat izin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara yang

14
diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju yang diberikan negara melalui kantor
imigrasi.

B. Penentuan Warga Negara Indonesia


Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang dikenal dengan adanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran, dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan dan
asas kewarganegaraan berdasarkan naturalisasi.
1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran
Penentuan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran seseorang dikenal dengan 2 asas
kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius sanguinis. Ius soli berarti pedoman kewarganegaraan
yang berdasarkan tempat atau daerah kelahiran, sedangkan ius sanguinis adalah pedoman
kewarganegaraan berdasarkan darah atau keturunan keibubapakan.
a. Asas ius sanguinis
Asas ini dianut oleh Negara yang tidak dibatasi oleh lautan, seperti Eropa Continental dan
China. Asas ius sanguinis memiliki keuntungan, antara lain:
1) akan memperkecil jumlah orang keturunan asing sebagai warga Negara
2) tidak akan memutuskan hubungan antara Negara dengan warga Negara yang lahir
3) semakin menumbuhkan semangat nasionalisme
4) bagi Negara daratan seperti china dan lain-lain,yang tidak menetap pada suatu Negara
tertentu tetapi keturunan tetap sebagai warga negaranya meskipun lahir di tempat lain
(negara tetangga).

b. Asas ius soli


Asas ini dianut oleh Negara-negara imigrasi seperti USA, Australia, dan Kanada. Tidak
semua daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan. Misalnya kalau orang
di lahirkan didalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya menjadi warga Negara
Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatic dan anggota tentara asing yang masih
dalam ikatan dinas.

15
c. Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan
Didalam system perkawinan, terdapat dua buah asas, yaitu asas kesatuan hukum dan asas
persamaan derajat.
1) Asas kesatuan hukum
2) Asas persamaan derajat

d. Asas kewarganegaraan berdasarkan naturalisasi


Walaupun tidak dapat memenuhi status kewarganegaraan melalui system kelahiran maupun
perkawinan, seseorang masih dapat mendapatkan status kewarganegaraan melalui proses
pewarganegaraan atau naturalisasi. Dalam pewarganegaraan ini, ada yang aktif adapula yang
pasif.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang No.62/1958 bahwa terdapat 7 cara memperoleh
kewarganegaraan Indonesia,yaitu:
1) karena kelahiran
2) karena pengangkatan
3) karena dikabulkannya permohonan
4) karena pewarganegaraan
5) karena perkawinan
6) karena turut ayah dan atau ibu
7) karena pernyataan

C. Pengertian Negara
Logemann mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan
dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu masyarakat. Negara dianggap
sebagai suatu gejala social dan politik.
Para pakar kenegaraan memberikan titik terang tentang pengertian Negara sebagai berikut:
1. Kranenburg, Negara adalah organisasi yang didirikan atas dasar kehendak suatu golongan
atau bangsanya sendiri.
2. George Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang
telah mendiami wilayah tertentu.

16
3. Roger F. Soltau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat
4. Miriam Budiardjo, Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu.
5. Soenarko, Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu dimana
kekuasaan Negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan.

Dari beberapa definisi diatas,terlihat bahwa Negara merupakan organisasi dari sekumpulan
orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisir oleh pemerintah yang sah dan
mempunyai kedaulatan.

D. Teori Terjadinya Negara

1. Teori Kontrak Social (Social Contract)


Teori kontrak social sering juga disebut teori perjanjian. Menurut teori ini, Negara terbentuk
atas dasar sebuah perjanjian yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut Hobbes,kehidupan
manusia mengalami dua fase, yaitu (1) fase kehidupan manusia sebelum ada Negara, (2) fase
kehidupan manusia sesudah ada negara.

2. Teori Ketuhanan
Teori ini menganggap bahwa Negara ada karena kehendak Tuhan.

3. Teori Kekuasaan
Menurut teori ini, Negara terbentuk karena adanya kekuasaan/kekuatan.

4. Teori Hukum Alam


Menurut teori ini, Negara ada karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan manusia
yang bermacam-macam.

17
E. Bentuk Negara dan Tugas-Tugas Pemerintahan

1. Bentuk Negara
Secara umum bentuk Negara hanya memiliki dua bentuk yaitu Negara kesatuan dan Negara
serikat. Negara kesatuan adalah yang mengatur semua kekuasaan di lingkungan wilayah
negaranya yang berkuasa penuh hanya pemerintah pusat. Negara serikat adalah suatu Negara
yang mempunyai Negara bagian. Negara tersebut merupakan gabungan dari beberapa Negara.
Negara bagian tersebut awalnya berdaulat sendiri,kemudian menggabungkan diri dengan Negara
serikat.
Selain kedua Negara tersebut, sebenarnya jika dilihat dari jumlah yang memimpin, Negara
dapat dibagi kedalam tiga kelompok,yaitu:
a. monarki
b. oligarki
c. demokratis

2. Tugas-Tugas Pemerintahan
Pakar ilmu pemerintahan membagi tugas-tugas pokok pemerintahan kedalam 7 bagian, yaitu:
a. pemerintah bertugas menjamin terciptanya kondisi keamanan Negara dari segala
kemungkinan terjadinya ancaman dari luar dan dari dalam.
b. memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya bentrokan antar warga.
c. menegakkan keadilan kepada setiap warga Negara tanpa membeda-bedakan
statusnya, apapun yang melatarbelakangi keberadaan mereka.
d. melakukan pekerjaan umum dengan cara membangun fasilitas jalan, pendidikan dan
sebagainya.
e. meningkatkan kesejahteraan social, membantu orang miskin, memelihara orang cacat,
anak terlantar, serta kegiatan social lainnya
f. menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan rakyat banyak, seperti
pengendalian laju inflasi, mendorong terciptanya lapangan kerja baru, memajukan
perdagangan domestic, dan sebagainya.
g. membuat dan menerapkan kebijakan pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup.

18
F. Pengertian Kewarganegaraan
Kewarganegaraan memiliki pengertian yang lebih luas daripada warga Negara.
Kewarganegaraan memiliki pengertian tidak sebatas keanggotaan seseorang dari organisasi
Negara, tetapi meluas kepada hal-hal yang terkait dengan warga Negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Dilihat dari perspektif ide kewarganegaraan, maka dapat dipilah setidaknya menjadi enam
pengertian, yakni:
1. kewarganegaraan sebagai konstruksi legal
2. kewarganegaraan diartikan sebagai posisi netralitas
3. kewarganegaraan sebagai keterlibatan dalam kehidupan komunal
4. kewarganegaraan dikaitkan dengan upaya pencegahan terhadap konflik-konflik
perbedaan kelas
5. kewarganegaraan sebagai upaya pemenuhan diri
6. kewarganegaraan sebagai proses “hermeneutic” yang berupa dialog dengan tradisi,
hukum dan institusi.

Dengan demikian pengertian kewarganegaraan sangat bervariasi,karena banyaknya


perspektif yang dapat digunakan untuk memahaminya. Pengertian kewarganegaraan yang mana
akan digunakan, sangat dipengaruhi oleh pertimbangan kesesuaian konsep itu dengan nilai-nilai
kebaikan bersama dan system politik yang dianut masyarakat bersangkutan.

G. Warga Negara dan Kewarganegaraan


Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan salah satu dari
dua prinsip, yaitu prinsip ‘ius soli’ dan ‘ius sanguinis’. Oleh karena itulah diadakan pengaturan
bahwa status kewarganegaraan itu ditentukan atas dasar kelahiran atau melalui proses
naturalisasi atau pewarganegaraan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pewarganegaraan itu dapat diperoleh
melalui tiga cara,yaitu : (1) kewarganegaraan karena kelahiran, (2) kewarganegaraan melalui
pewarganegaraan, dan (3) kewarganegaraan melalui registrasi biasa.
Indonesia sebagai Negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘ius sanguinis’, mengatur
kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran.

19
H. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
Seseorang warga Negara asing (WNA) dapat melakukan permohonan pewarganegaraan jika
yang bersangkutan memenuhi persyaratan sebagaimana Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
pasal 9 menjelaskan bahwa permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. telah berusia 18 tahun atau sudah kawin
2. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara RI
paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut
3. sehat jasmani dan rohani
4. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila dan UUD Negara RI
tahun 1945
5. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 tahun atau lebih
6. jika dengan memperoleh kewarganegaraan republic Indonesia tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda
7. mempunyai pekerjaan dan berpenghasilan tetap
8. membayar uang pewarganegaraan ke kas Negara.

I. Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia


Penyebab kehilangan kewarganegaraan Indonesia diatur pada bab IV tentang kehilangan
kewarganegaraan RI pada pasal 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30 UU No.12 Tahun 2006.

J. Kewarganegaraan Orang ‘Cina’ dan Peranakan


Orang-orang ‘Cina’ peranakan yang tinggal menetap turun temurun di Indonesia, sejak masa
reformasi sekarang ini, telah berhasil memperjuangkan agar tidak lagi disebut sebagai orang
‘Cina’, melainkan disebut sebagai orang Tionghoa. Sebutan ‘tionghoa’ itu untuk dinisbatkan
kepada kelompok masyarakat Indonesia keturunan ‘Cina’.
‘Tiongkok’ atau ‘tionghoa’ itu sendiri mempunyai arti sebagai Negara pusat yang di
dalamnya terkandung pengertian memperlakukan Negara-negara di luarnya sebagai Negara
pinggiran.

20
K. Pembaruan Undang-Undang Kewarganegaraan
Dalam rangka pembaruan undang-undang kewarganegaraan, berbagai ketentuan yang
bersikap administrative sudah selayaknya disempurnakan. Warga keturunan yang lahir dan
dibesarkan di Indonesia sudah tidak selayaknya lagi diperlakukan sebagai orang asing.
Orang yang dilahirkan dalam status sebagai warga Negara republic itu di kemudian hari
dapat saja berpindah menjadi warganegara asing. Tetapi jika yang bersangkutan tetap sebagai
warganegara Indonesia,maka yang bersagkutan dapat disebut sebagai ‘warga Negara asli’.

BAB 4 HAK DAN KEWAJIBAN

A. Pendahuluan

Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh pemerintah, misalya
pemerintah tidak membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya, tidak
memperdulikan pendidikan dirinya dan keluarganya, tidak mengobati penyakit yang dideritanya,
dan lain sebagainya. Dengan demikian, mereka menanyakan hak-hak mereka, akankah mereka
diabaikan begitu saja atau jangan-jangan hal semacam itu memang bukan hak mereka? Kalau
memang bantuan pemerintah kepada mereka itu adalah hak yang harus diterima mereka mengapa
bantuan itu belum juga datang.

Selain itu, ada juga orang yang harus benar-benar hak mereka sebagai warga Negara telah
didapat, tetapi mereka tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai warga Negara.
Ketidaksadaran seseorang akan akan membuat hak yang semestinya didapatkan orang lain
menjadi dilanggar atau diabaikan.kewajibannya

B. Pengertian Hak

Istilah hak memiliki banyak arti. Hak dapat diartikan sesuatu yang benar, kewenangan,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau kekuasaan yang benar atas sesuatu atau menuntut sesuatu.

21
Hak warga Negara pada dasarnya dikembangkan dari natural right atau human rights dan
mendapat jaminan atas hokum. Sehingga konsep hak asasi manusia dan warga Negara
dirumuskan sebagai hak yang melekat pada diri manusia yang merupakan anugerah Tuhan Yang
Maha Esa dan menjadi dasar bagi pengembangan hak dan kewajiban yang lain termasuk hak dan
kewajiban warga Negara.

Menurut CCE (Center for Civic Education, 1994:36) hak-hak individu yang perlu dilindungi
oleh Negara yakni:

1. Hak pribadi (personal right),


2. Hak politik (political right),
3. Hak ekonomi (economic right).

Pokok-pokok hak dapat dibedakan antara hak mutlak atau absolut dan hak nisbi atau hak
relative. Adapun hal mutlak dan hak nisbi, yaitu:

1. Hak mutlak, adalah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan, hak mana yang dapat dipertahankan terhadap siapa
pun juga dan sebaliknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut. Hak
mutlak dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu:
a) Hak asasi manusia
b) Hak public mutlak
c) Hak keperdataan

2. Hak nisbi, adalah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang atau beberapa
orang tertentu untuk menuntut agar seorang atau beberapa orang lain memberikan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.hak nisbi sebagian besar terdapat dalam hokum
perikatan (bagian dari hokum perdata) yang timbul berdasarkan persetujuan-
persetujuan dari pihak yang bersangkutan.

22
C. Pengertian Kewajiban

Dengan melaksanakan kewajiban terhadap Negara, selain hak-hak itu dilaksanakan oleh
warga Negara menurut aturan yang tidak melanggarr hak asasi orang lain juga diarahkan kepada
pencapaian kehidupan yang baik dan telah disepakati dalam kehidupan bernegara.

Secara umum, perwujudan tanggung jawab warga Negara terhadap bangsa dan negaranya
terutama dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya dalam mewujudkan kepentingan nasional
diatas kepentingan pribadi. Dalam usaha mewujudkan kepentingan nasional (Cholisin, 2003a:
20), misalnya seorang warga Negara berkewajiban:

1. Menjunjung tinggi hukum baik tertulis maupun tidak tertulis, baik peraturan
pemerintah pusat maupun daerah, baik hukum privat maupun hokum public.
2. Menjunjung tinggi pemerintah, baik dalam arti sempit maupun luas, pemerintah
pusat maupun pemerinth daerah.
3. Memberikan suara dalam pemilu.
4. Menjaga dan membela kemerdekaan, nama baik dan kehormatan bangsa dan Negara.
5. Menuntut ilmu pengetahuan, tanpa kewajiban ini mustahil bagi warga Negara yang
baik dan bertanggung jawab dapat dikembangkan.
6. Mengembangkan iman dan taqwa (IMTAQ) bagi setiap warga Negara.

D. Konsep Hak dan Kewajiban

Adil merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan dengan hak dan kewajiban. Jadi,
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan sebagai konsekuensi seseorang dengan statusnya.
Sedangkan, hak adalah sesuatu yang harus diterima sebagai konsekuensi memenuhi kewajiban.
Dari pengertian tersebut, tergambar bahwa hak dan kewajiban merupakan dua konsep yang
berrbeda tetapi tidak dapat dipisahkan.

23
E. Konsep Warga Negara

Warga Negara adalah anggota Negara. Dalam UU No. 12 tahun 2006 pasal 1 ayat 1 tersirat,
bahwa warga Negara adalah warga suatu Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Sebagai anggota Negara, warga Negara mempunyai hubungan yang
khusus, yaitu hubungan hak dan kewajiban yang sifatnya timbal balik satu sama lainnya dimana
pun ia berada.

Warga Negara dalam istilah Belanda adalah staatburger. Sedangkan dalam bahasa Inggris,
diterjemahkan citizen dan bahasa Perancis citoyen. Istilah ini berasal dari konsep polis pada masa
Yunani Purba. Konsep warga Negara berawal dari hamba atau kawula negara. Mereka dahulunya
hamba raja. Tetapi dengan menyebut istilah warga Negara mereka menjadi orang merdeka, ia
bukan lagi hamba raja melainkan peserta dari suatu Negara. Konsep kewarganegaraan masuk ke
Indonesia dikarenakan:

1. Penjajahan (imperialisme)
2. Kerjasama dengan Negara lain
3. Diterima secara sukarela

Ada dua cara untuk memperoleh status kewarganegaraan pada sebuah Negara, yaitu:

1. Aktif, artinya untuk mendapatkan status kewarganegaraan dengan cara pengajuan.


2. Pasif, artinya untuk mendapatkan status kewarganegaraan tidak perlu adanya usaha
atau permohonan dari dirinya tetapi Negara telah memberikannya.

Hal tersebut bisa saja terjadi dikarenakan Negara tersebut menganut asas kelahiran (ius soli),
atau keturunan/darah (ius sanguinis). Dalam menentukan warganegara, sebuah Negara dalam
memiliki asas yang dapat dijadikan pedoman, yaitu:

1. Segi kelahiran
a. Asas Ius Soli, artinya tempat/daerah kelahiran.
b. Asas Ius Sanguinis, artinya keturunan/darah.
2. Segi perkawinan
a. Kesatuan hukum.
b. Persamaan derajat.

24
F. Asas Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban warganegara Indonesia diatur dalam UUD 1945 yang tertuang dalam
pasal; 27, 28, 29, 30, 31, 33, dan 34.

BAB 5 IDENTITAS NASIONAL

A. Pengertian Identitas Nasional

Secara istilah, “identitas nasional” terdiri dari dua kata, yaitu ‘identitas’ dan ‘nasional’.
Identitas dimaknai sebagai ciri, tanda, atau jati diri; sedangkan nasional adalah kebangsaan.
Menurut Triwamwoto bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki suatu
identitas bersama dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideology, budaya, dan sejarah.

Menurut Chamim, dkk (2003: 209), identitas nasional dapat diartikan sebagai “jati diri
nasional” atau “kepribadian nasional”. Sedangkan menurut Kaelan, (2007: 43) istilah “identitas
nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Identitas bangsa yang satu dengan yang lainnya tentu saja berbeda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan latar belakang sejarah, kebudayaan, maupun geografi. Identitas nasional Indonesia
terbentuk karena rakyat Indonesia memiliki pengalaman sejarah dan penderitaan yang sama.

B. Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Lahirnya identitas suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor. Menurut
Surbakti (1999) faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa,
meliputi primordial, sacral, tokoh, Bhinneka Tunggal Ika, sejarah, perkembangan ekonomi dan
kelembagaan.

Dalam konteks lahirnya identitas nasional Indonesia dibangun oleh berbagai kesamaan
seperti perasaan senasib dan sependeritaan mengusir penjajah, kesamaan geografis dan kesamaan
agama pada mayoritas warganegara.

25
C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Sejak negeri ini diproklmasikan sebagai Negara merdeka, telah sepakat menjadikan Pancasila
sebagai dasar Negara dan pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Konsekuensinya, Pancasila
harus terus hidup dalam kehidupan masyarakat, lebih optimal sebagai kekuatan pemersatu
bangsa. Pancasila harus menjadi perekat perbedaan kultur yang terbangun dalam masyarakat
plural.

Pancasila digali dari bangsa Indonesia sendiri, buka merupaka jiplakan dari bangsa lain atau
hanya pemikiran perseorangan. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
ketuhanan (Tuhan), kemanusiaan (manusia), persatuan (satu), kerakyatan (rakyat), serta keadilan
(adil). Oleh karena itu, perlu upaya dari bangsa Indonesia untuk mengamalkan ajaran Pancasila
sebagai Kepribadian dan identitas nasional. Tanpa kemauan dan partisipasi bangsa Indonesia,
tidak mustahil Pancasila dan nilai-nilainya akan lenyap dan tinggal nama; Pancasila hanya akan
menjadi hafalan dan pajangan di kantor-kantor pemerintaah tanpa memiliki makna sebagai dasar
filosofis bangsa.

D. Unsur-Unsur Identitas Nasional

Menurut Ubaedillah, dkk (2013: 52), secara umum terdapat beberapa unsur yang menjadi
komponen identitas nasional, diantaranya:

1. Pola perilaku
2. Lambang-lambang
3. Alat-alat perlengkapan
4. Tujuan yang ingin dicapai

Selain itu, terdapat bermacam bentuk identitas nasional Indonesia. Menurut Winarno, yaitu:

1. Bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia


2. Bedera Negara, yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya

26
4. Lambang Negara, yaitu Garuda Pancasila
5. Semboyan Negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar falsafah, yaitu Pancasila
7. Konstitusi (hukum dasar) Negara, yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara kesatuan Republik Indonesia
9. Konsepsi wawasan nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 1.128 suku bangsa. Perbedaan suku, agama, ras, dan
golongan dapat memicu konflik horizontal. Adapun penyebab konflik menurut Abidin, dkk
(2014: 275-276) adalah:

1. Perbedaan individu, meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.


2. Perbedaan latar belakang kebudayaan, sehingga membentuk pribadi yang berbeda.
3. Perbedaan kepentingan antara individu dengan kelompok.
4. Perubahan nilai yag cepat dan mendadak dalam masyarakat.

E. Unsur-Unsur Pembentukan Indentitas Nasional

1. Suku
2. Agama
3. Kebudayaan
4. Bahasa

27
BAB 6 HAKIKAT KONSTITUSI

A. Konstitusi

1. Arti Konstitusi

Istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Perancis) yang berarti membentuk. Dalam
bahasa latin merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume yang berarti “bersama-sama
dengan…” dan satatuere yang berarti berdiri. Jadi, konstitusii berarti menetapkan sesuatu secara
bersama-sama. Dalam KBBI berarti: (1) segala ketentuan dan aturan mengenai kenegaraan; (2)
UUD suatu Negara. Constitution (Inggris) berarti konstitusi, sedangkan UUD merupakan
terjemahan dari kata grondwet (Belanda).

Menurut Lemhannas, konstitusi dalam Negara adalah sebuah norma system politik dan
hukum bentukan pada pemerintahan Negara, biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis.

2. Definisi Konstitusi Menurut Para Ahli

Beberapa definisi konstitusi menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:

a. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi 3, yaitu:


1) Konstitusi dalam pengertian politis-sosiologis.
2) Konstitusi dalam pengertian yuridis.
3) Konstitusi pengertiannya lebih luas dari UUD.
b. K.C. Wheare, mengartikan konstitusi sebagai “keseluruhan system ketatanegaraan
dari suatu Negara, berupa kumpulan peraturan yng membentuk mengatur atau
memerintah dalam pemerintahan suatu Negara.

Konstitusi juga dapat diartikan secara luas dan sempit:

a. Konstitusi dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis.
b. Konstitusi dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis yaitu UUD.

28
3. Kedudukan Konstitusi

Pada umumnya, konstitusi dalam setiap Negara di dunia memiliki kedudukan formal yang
sama, yaitu:

a. Konstitusi sebagai hukum dasar, karena berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal
yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara.
b. Konstitusi sebagai hukum tinggi, aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi, secara
hirarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan0aturan lainnya.

4. Sifat Konstitusi

Konstitusi yang ada pada suatu Negara memiliki sifat membatasi kekuasaan pemerintah dan
menjamin hak-hak dasar warga Negara. Menurut Asshiddiqie, “sifat konstitusi biasanya
dikaitkan dengan pembahasan tentang sifat-sifatnya yang lentur atau kaku, tertulis atau tidak
tertulis, dan sifatnya yang formal atau material".

5. Tujuan Konstitusi

Beberapa sarjana merumuskan tentang tujuan konstitusi sama dengan tujuan Negara. Selain
itu, konstitusi memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik


b. Melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri
c. Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa Negara dalam menjalankan
kekuasaannya.

6. Fungsi Konstitusi

Konstitusi Negara memiiki beberapa fungsi, yaitu:

a. Sebagai penentu atau pembatas kekuasaan Negara.

29
b. Sebagai pengatur hubungan kekuasaan antar organ Negara.
c. Sebagai pengatur hubungan kekuasaan antara organ Negara dengan warga Negara.
d. Sebagai pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan Negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan Negara.
e. Sebagai penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli kepada
organ Negara.
f. Sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan keagungan
kebangsaan (identity of nation) serta sebagai center of ceremony.
g. Sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik di bidang politik
maupun bidang social-ekonomi.
h. Sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering dan
social reform).

7. Nilai Konstitusi

Menurut Loewenstein terdapat 3 nilai konstitusi, yaitu:

a. Nilai normatif.
b. Nilai nominal.
c. Nilai semantic.

B. Konstitusi Indonesia

1. Undang-Undang Dasar

Konstitusi atau UUD juga bias berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Dapat dikatakan bahwa yang dimaksud UUD atau konstitusi adalah sejumlah atturan-aturan
dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur
lembaga pemerintahan.

30
2. Undang-Undang Dasar 1945 Sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia

Republic Indonesia yang merdeka dan berdaulat sejak 17 Agustus 1945 telah beberapa kali
mengalami perubahan konstitusi. Meski demikian, konstitusi Negara Indonesia adalah UUD
1945, yang disyahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 dengan beberapa jai perubahan.

3. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


a. UUD 1945: Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
b. UUD RIS: Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950.
c. UUD 1950: Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.
d. UUD 1945 Tahun 1966 sampai 21 Mei 1998.
e. Periode 21 Mei 1998 sampai 19 Oktober 1999.
f. Periode UUD 1945 Amandemen sampai sekarang.

4. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945

Dalam UUD 1945, pasal yang berkenaan dengan cara perubahan adalah pasal 37 yang
mengandung tiga norma.

5. Kelembagaan Negara

Dalam Tap. MPR Nomor VI/MPR/1973 dan Tap. MPR Nomor III/MPR/1978, MPR
menetapkan bahwa MPR adalah lembaga tertinggi Negara, sedangkan lembaga tinggi Negara
lainnya adalah Presiden, DPR, DPA, BPK, dan MA. Hasil siding Tahunan MPR 2002, DPA
ditiadakan.

Struktur ketatanegaraan Republik Indonesia menjadi:

31
C. Sifat, Tujuan dan Fungsi Konstitusi

1. Sifat Konstitusi
a. Fleksibel, artinya UUD/konstitusi dapat mengikuti perkembangan zaman.
b. Riqid atau kaku, artinya UUD/konstitusi sukar mengikuti perkembangan zaman yang
disebabkan oleh: (1) isinya tidak hanya memuat asas-asas saja tetapi semua hal yang
penting diatur oleh konstitusi. (2) Prosedur perubahannya dimuat sebagai ketentuan
konstitusional menurut syarat tertentu.

2. Tujuan Undang-Undang Dasar /Konstitusi

Tujuan adanya suatu konstitusiantara lain:

a. Konstitusi bertujuan untuk memberikan batasan sekaligus pengawasan terhadap


kekuasaan politik.
b. Untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri.
c. Untuk memberikan batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya.

3. Fungsi Undang-Undang Dasar /Konstitusi

Konstitusi mempunyai 2 fungsi, yaitu:

a. Membagi kekuasaan dalam Negara.


b. Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam Negara.

32
D. Kedudukan Undang-Undang Dasar

Setiap UUD terdiri dari sejumlah aturan mendasar yang menduduki status khusus,
memainkan fungsi khusus didalam wilayah kedaulatan nasional yang harus ditaati baik oleh
seluruh anggota masyarakat ataupun oleh alat-lat perlengkapan Negara. Oleh karena itu, UUD
dianggap sebagai hukum tertinggi dibandingkan aturan lainnya. Karena kedudukannya itulah,
UUD dapat dibedakan dengan aturan lain yang sering disebut dengan istilah UU.

E. Ciri Utama dan Perbedaan dengan Konstitusi

Meskipun terdapat beberapa variasi mengenai ketentuan-ketentuan yang dirinci dalam UUD
yang ada di dunia ini, tetapi pada pokoknya isi dari sebagian besar UUD itu selalu terdiri dari
sebagian atau kombinasi dari unsur:

1. Pernyataan mengenai cita-cita dan asas Ideologi Negara


2. Organisasi Negara
3. Hak-hak asasi manusia

F. Undang-Undang Dasar di Indonesia

1. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 di Indonesia

Sebagian Negara yang berdasarkan hukum tentu memiliki suatu konstitusi yang dikenal di
Indonesia dengan UUD 1945. Pada tanggal 22 Juni 1945, disahkan Piagam Jakarta yang menjadi
naskah Pembukaan UUD 945 setelah dihilangkannya anak kalimat “dengan kewajiban
menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia
disusun pada masa siding kedua BPUK tanggal 10-17 Agustus 1945. Tanggal 18Agustus, PPKI
mengesahkan UUD 1945 sebagai UUD RI.

a. Periode 1945-1949
UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan
dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

33
b. Periode 1959-1966
Karena situasi pada siding konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka tanggal 5
Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
UUD-S 1950.
c. Periode 1966-1998
Pada masa Orba, pemerintah menyatakan kembali meenjalankan UUD 1945 dan
Pancasila scara murni dan konsekuen.

2. Kedudukan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok Negara yang bersifat fundamental, mempunyai
kedudukan yang tetap, dan melekat bagi Negara Republik Indonesia oleh sebab itu, pembukaan
UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk DPR dan MPR sesuai dengan
konstitutifnya pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945.

3. Perubahan (Amandemen) Konstitusi di Indonesia

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap
UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan ini karena pada masa Orba, kekuasaan tertinggi
di tangan MPR, kekuasaan yang sangat besar berada pada Presiden, adanya pasal-pasal yang
terlalu “luwes”, serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara Negara
yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang ditetapkan
dalam sidang umum dan sidang Tahunan MPR:

1) Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999: Perubahan pertama UUD 1945
2) Sidang Tahunan MPR 2000, 7-1 Agustus 2000: Perubahan kedua UUD 1945
3) Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001: Perubahan ketiga UUD 1945

34
4) Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002: Perubahan keempat UUD 1945

4. Tujuan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945

Tujuan bangsa Indonesia merubah Amandemen UUD 1945 adalah:

1) Untuk mengembalikan UUD 1945 berderajat tinggi dan menjiwai konstitusionalisme


serta Negara berdasarkan atas hukum dan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2) Menyempurnakan UUD 1945.
3) Menciptakan era baru dalamkehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sesuai dengan komitmen pendiri negeri ini.

5. Alasan Perlunya Amandemen Undang-Undang Dasar 1945


1) Alasan historis
2) Alasan filosofis
3) Alasan teoritis
4) Alasan yuridis
5) Alasan Praktis politis

BAB 7 DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI

A. Pengertian Demokrasi

Kata “demokrasi” berasaal dari bahasa Latin “demos” dan “cratein” atau “cratos” dan dalam
bahasa Inggris menjadi “democracy”. Menurut Abraham Licoln, demokrasi adalah suatu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut konsep demokrasi, kekuasaan
menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat
didefinisikan sebagai warga Negara.

35
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negaradan hukum di
Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam kehidupan bernegara antara abad ke4 SM sampai abad ke
6 M. saat itu, dilihat dari pelaksanaannya, demokrasi yang dipraktikkan bersifat langsung artinya
hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan secara langsung.

Dalam praktiknya oleh UNESCO disimpulkan bahwa ide demokrasi itu dianggap ambiguity
atau ketidaktentuan mengenai lembaga atau cara yang dipakai untuk melaksanakan ide atau
mengenai keadaan kultural yang memengaruhi demokrasi. Hal ini bisa dilihat Negara yang sama
menganut asas demokrasi ternyata mengimplementasikannya secara tidak samaan. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi, yaitu:

1. Adanya keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan politik.


2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hah-hak asasi rakyat.
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga Negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan penghakiman yang indepeenden sebagai alat
penegakkan hukum.
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga Negara.
6. Adanyapers yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan
kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilu untuk memilih wakil rakyat.
8. Adanya pemilu yang bebas, jujur, adil untuk duduk di lembaga perwakilan rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaankeragaman.

Pilar demokrasi berdasarkan konsep rule of law menurut A.V. Dicey sebagai berikut:

1. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang


2. Kedudukan yang sama dalam hukum
3. Terjaminnya hak-hak manusia dan UU.

36
B. Bentuk-Bentuk Demokrasi

Dilihat dari system pemerintahannya, demokrasi ada 2 macam yakni system presidensil dan
sitem perlementer. System presidensil menekankan pentingnya pemilihan presiden secara
langsung dari rakya dan kekuasaan eksekutif sepenuhnya berada di tangan presiden. System
parlementer menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasaa eksekutif dan
legislative. Parlemen adalah pemegang peran utama dalam system pemerintahan di Negara yang
menerapkannya.

C. Prinsip-Prinsip Demokrasi

Menurut Winarno adapun prinsip-prinsip dari system politik demokrasi, yaitu:

1. Pembagian kekuasaan
2. Pemerintahan konstitusional
3. Pemerintahan berdasarkan hukum
4. Pemerintahan mayoritas
5. Pemerintahandengan diskusi
6. Pemilihan umum yang bebas
7. Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
8. Manajemen yang terbuka
9. Pers yang bebas
10. Pengakuan terhadap hak-hak minoritas
11. Perlindungan terhadap HAM
12. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
13. Pengawasan terhadap administrasi Negara
14. Mekanisme politik yang berubah antara kehidupan politik masyarakat dengan politik
pemerintah
15. Kebijaksaaan pemerintah dibuat oleh badan perwakilan politik tanpa paksaan dari
lembaga manapun
16. Penempatan jabatan pemerintahan dengan merit system bukan poll system
17. Penyelesaian secara damai bukan dengan kompromi

37
18. Jaminan terhadap kebebasan individu dalam batas-batas tertentu
19. Konstitusi/UUD yang demokratis
20. Prinsip persetujuan.

D. Demokasi Indonesia

Dinamika pemahaman demookrasi di Indonesia sangatlah dinamis. Rakyat dan


penyelenggara Negara di masana sering menafsirkan dan melaksanakan nilai-nilai demokrasi
yang beragam. Keberagaman ini sesuai dengan kondisi dan konteks yang terjadi pada masanya.

Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibai 4 periode, yaitu:

1. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer yang menonjolkan peranan


parlemen dan partai-partai.
2. Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin. Ditandai dengan dominasi presiden,
terbatasnya peran partai, berkembangnya komunis, peran abri sbagai unsur sospol
semakin luas.
3. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orba. Di tandai peran presiden
yang dominan terhadap lembaga-lembaga Negara yang lain, Pancasila hanya
dijadikan kedok penguasa.
4. Periode 1999- sekarang, peran parpol kembali menonjol, iklim demokrasi
memperoleh nafas baru, multi partai.

E. Sistem Pemerintahan di Indonesia

Konstitusi atau UUD 1945 tidak secara eksplisit menegaskan sitem pemerintahan. Namun,
dalam ketiga UUD (UUD 1945, konstitusi RIS, dan UUDS 1950) pada prinsipya menganut trias
politika dalam arti pembagian kekuasaan. Bahkan dalam UUD 1945 hasil amandemen
menegaskan perlunya pemisahan kekuasaan secara horizontal. Masing-masing kekuasaan dan
fungsi lembaga Negara berkedudukan sederajat, sehingga dapat saling mengawasi dan
mengimbangi (check and balances). Presiden merupakan pemegang kekuasaan eksekutif, DPR
yang para anggotanya merupakan anggota MPR adalah pemegang kekuasaan legislative.

38
Kekuasaan yudikatif dipegang oleh 3 lembaga tinggi Negara, yaitu MK, KY, dan MA serta
lembaga pemeriksa keuangan, yaitu BPK.

Dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden dan para menteri
dalam kabinetnya. Para menteri sebagai pembantu presiden diangkat dan diberhentikan serta
bertanggung jawab kepada Presiden.

F. Pendidikan Demokrasi

Pemahaman tentang demokrasi dan nilai-nilai demokrasi yang keliru menyebabkan


terjadinya kekeliruan cara berpikir, bersikap, dan bertindak dari warga Negara. Masalah mulai
muncul biasanya ketika warga Negara menyampaikan aspirasi dengan melakukan paksaan dan
tindakan-tindakan yang brutal atau bertindak anarkhis.

Perlunya pendidikan demokrasi bukanlah tanpa sebab, hal ini mengingat berbicara mengenai
berbicara mengenai demokrasi bukanlah berbicara mengenai suatu hal yang sudah jadi,
melainkan harus diwariskan kepada generasi muda secara terus menerus melalui pendidikan
demokrasi dan prakti demokrasi yang demokratis secara berkesinambungan. Menurut
Winataputra (2007) pendidikan demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan Negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi individu warga Negara agarmemahami, menghayati,
mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status
dan perannya dalam masyarakat.

Upaya melakukan pendidikan demokrasi di Indonesia relevan dengan fungsi dan tujun
pendidikan nasional. Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa.

Hanya melalui pendidikan yang berkualitas, Negara Indonesia bisa menjamin suatu proses
menuju Negara yang demokratis dan memiliki keunggulan yang dapat dijadikan modal untuk
bersaing dengan Negara maju di dunia.

39
2.2 Buku Pembanding

BAB 1 KONSEP DAN TUJUAN ILMU KEWARGANEGARAAN

A. Apa Warga Negara dan Kewarganegaraan Itu?

1. Pengertian Warga Negara

Aristoteles mengartikan warga Negara sebagai orang secara aktif ikut ambil bagian dalam
kegiatan hidup bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai yang diperintah dan orang
yang bisa berperan sebagai yang memerintah (Rapaar, 1993: 163). Dalam pendapat lain, citizen
bermakna ‘warga yang memiliki jiwa public, yaitu partisipasi dan tanggung jawab publik’
(Hikam, 1999: xxv).

2. Pengertian Kewarganegaraan

Pengertian kewarganegaraan lebih luas daripada warganegara. Kewarganegaraan memiliki


pengertian tidak sebatas keanggotaan seseorang dari organisasi Negara, tetapi meluas kepada
hal-hal yang terkait dengan warga Negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dilihat dari perspektif ide kewarganegaraan, maka dapat dipilah setidaknya menjadi 6
pengertian. Pertama, kewarganegaraan sebagai konstruksi legal. Kedua, kewarganegaraan
diartikan sebagai posisi netralisasi. Ketiga, kewarganegaraan sebagai keterlibatan dalam
kehidupan komunal. Keempat, kewarganegaraan dikaitkan dengan upaya pencegahan
(amelioration) terhadap konflik-konflik berdasarkan perbedaan kelas. Kelima, kewarganegaraan
sebagai pemenuhan diri (self-sufficiency). Keenam, kewarganegaraan sebagai proses
“hermeneutic” yang berupa dialogdengan tradisi hukum, dan institusi.

Dilihat dari prinsip warganegara sebagai subjek politik, akan melahirkan pengertian
kewarganegaraan yang berkait erat dengan system politik dan pemerintahan, nilai-nilai dan visi
tentang keutamaan public, serta hubungan dengan sesama masyarakat. Perspektif ini dikenal
dengan konsep kewarganegaraan menurut: system politik liberal, system politik yang bersifat
otoriter, pentingnya penekanan hak-hak dasar (rights) dan dialektis.

40
B. Pengertian Ilmu Kewarganegaraan

Istilah ilmu kewarganegaraan (IKN) merupakan terjemahan dari civics. Secara etimologis
civics berasal dari kata civicus (bahasa Latin) yang berarti dengan citizens (bahasa Inggris) yang
dapat diartikan: ‘warga negara’, ‘penduduk dari sebuah kota’, ‘sesama warga negara’, ‘sesama
penduduk’, ‘orang setanah air’, bawahan atau kawula’.

Pada zaman Imperium Romawi, civics diartikan sebagai ‘kehormatan’, yaitu sebagai mana
yang terdapat dalam istilah “Civics Romanus Sum”, yang artinya aku warga Negara Romawi.
Kehormatan terletak dimilikinya hak-hak istimewa seperti ikut serta dalam pemerintah yang
tidak dimiliki oranglain yang bukan warga Negara Romawi.

Secara terminologis, civics diartikan sebagai berikut. Menurut Stanley E.Dimond dan Elmer
F.Peliger (1970: v) civics didefinisikan sebagai studi yang berhubungan dengan tugas-tugas
pemerintah dan hak-kewajiban warga Negara.

Ahmad Sanusi sebagai salah satu pakar bidang Ilmu Pengetahuan Sosial menyatakan:
“sejauh civics dapat dipandang sebagai disiplin dalam ilmu politik, maka fokus studinya
mengenai kedudukan dan peranan warga Negara dalam menjalankan hak dan kewajibannya
sesuai dan sepanjang batas-batas ketentuan konstitusi Negara yang bersangkutan”.

Lebih lanjut iamenjelaskan, sebagai berikut:

1. Studi Civics tidak bertitik tolak dengan Negara sebagai satuan makro.
2. Variabel-variabel yang relevan dengan individu warga Negara sebagai satuan mikro itu
adalah kontinum tingkah laku, potensi, kesempatan, hak-kewajiban, cita-cita dan aspirasi,
kesadaran, usaha dan kegiatan, kemampuan, peranan, hasil dan prestasi sesuai yang
diberikan konstitusi negaranya.
3. Studi Civics memperoleh input (voeding) dari disiplin lain ilmu politik.
4. Tidak berbeda dengan disiplin lainnya, Civics berkepentingan dan bertugas
menyelidiki/menemukan kebenaran dalam arti logis dan factual.

41
C. Tujuan Ilmu Kewarganegaraan

IKN memiliki tujuan mendeskripsikan peranan warga Negara dalam aspek kehidupan
politik,ekonomi, dan social-budaya. Dengan kata lain, IKN bertujuan menghasilkan konsep, teori
maupun generalisasi tentang peranan warga Negara dalam masyarakat demokratis.

BAB 2 RUANG LINGKUP, SASARAN DAN PENDEKATAN ILMU


KEWARGANEGARAAN

A. Ruang Lingkup Ilmu Kewarganegaraan

Ruang lingkup (cakupan) Ilmu Kewarganegaraan (IKN) adalah demokrasi politik. Pendapat
ini didasarkan karena IKN atau civics mengambil bagian isi ilmu politik yang berupa demokrasi
poitik (Somantri, 1976: 23). Unsur-unsur yang ada pada demokrasi politik, yaitu:

1. Teori-teori tentang demokrasi politik


2. Konstitusi negara
3. Sistem politik
4. Pemilihan umum
5. Lembaga-lembaga decision makers
6. Presiden
7. Lembaga yudikatif dan legislatif
8. Output dari sistem demokrasi politik
9. Kemakmuran umum dan pertahanan negara
10. Perubahan social

Cakupan IKN dapat dinyatakan meliputi: teori hubungan warga Negara dengan Negara atau
pemerintah, tugas-tugas pemerintah, proses pemerintahan sendiri (system politik), peranan warga
Negara dalam berbagai bidang kehidupan dan bagaimana pelaksaaan hak-hak tersebut sesuai
dengan system politik yang berlaku, dan sifat-sifat yang essensial yang harus ada pada profil
warga Negara yang baik.

42
B. Sasaran Ilmu Kewarganegaraan
Sasaran atau objek suatu ilmu meliputi objek material (bahan yang dikaji) dan objek formal
(pusat perhatian). Objek material ilmu kewarganegaraan adalah demokrasi politik, demokrasi
ekonomi dan demokrasi social. Pusat perhatian dalam mengkaji objek material tersebut dari
dimensi peranan warga Negara atau hak-kewajiban sebagai anggota dari institusi politik Negara.

C. Pendekatan Ilmu Kewarganegaraan


Pendekatan ilmu kewarganegaraan, berarti kriteria atau dasar pemikiran yang dipakai untuk
penelitian atau pengembangan terhadap sasaran ilmu kewarganegaraan (objek material dan objek
formal). Pendekatan IKN dapat dikembangkan dari paradigm kewarganegaraan. Paradigma
kewarganegaraan yang relevan dengan masyarakat Indonesia menurut Hikam (1999) adalah yang
berdimensi: 1) keterlibatan aktif dalam komunitas; 2) pemenuhan hak-hak dasar, yaitu hak
ekonomi dan hak social-kultural; dan 3) dialog keberadaan ruang public yang bebas.
Pendekatan kewarganegaraan yang legalistic-sosio-politik dan dialektis, maka
pengembangan IKN dapat menghasilkan konsep, teori, dan generalisasi warga Negara yang baik
(demokratis) yang dapat diandalkan sebagai pendukung masyarakat madani dan Negara
demokrasi.

BAB 4 PEMAHAMAN WARGA NEGARA TENTANG KONSTITUSI


A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi (latin: constitution, Prancis dan Inggris: constitution, Belanda: constitutie) berarti:
‘aturan-aturan pokok’ dan ‘dasar tentang Negara, bangunan Negara dan tata Negara, demikian
pula aturan-aturan dasar lainnya yang mengatur peri hidup sesuatu bangsa di dalam persekutuan
hukum negara’ (Simorangkir, 1983: 20). Konstitusi juga dipandang dan diartikan sebagai
“politico legal document” (Wahjono, 1984: 163).
James Bryce (Strong, 1966: 11) menyatakan bahwa konstitusi adalah kerangka dari
masyarakat politik, yang diorganisasi lewat dan oleh hukum, dan secara demikian telah ada
pengakuan terhadap fungsi dan hak secara permanen dan melembaga.

43
B. Pentingnya Pemahaman Warga Negara terhadap Konstitusi
Untuk mengemukakan pentingnya pemahaman warga Negara terhadap konstitusi, dapat
diperoleh dengan memahami latar belakang penysunan konstitusi.
Konstitusi dalam dirinya berisi pembatasan kekuasaan dalam Negara. Pembatasan kekuasaan
lewat konstitusi bagi kekuasaan pemerintah dimaksudkan agar penggunaan kekuasaan tidak
disalahgunakan. Bagi warga Negara dengan jaminan hak dan kewajiban dalam konstitusi yang
pada dasarnya merupakan kekuasaan yang dimilikinya tidak akan digunakan tanpa batas.
Setiap warga Negara jika mampu memahami konstitusi dengan baik, maka akan mengetahui
aturan dasar tentang organisasi negaranya, termasuk tentang posisi dan peranannya tidak akan
mengarah pada absolute democratic. Disamping itu, warga Negara juga akan mampu untuk
melakukan control social terhadap pemerintah, untuk mencegah pemerintah absolut. Dengan
demikian, kehidupan pemerintah yang demokratis dan berdasarkan hukum akan tetap terjamin.

C. Isi Konstitusi
Setiap konstitusi atau UUD harus memuat ketentuan-ketentuan pokok:
1. Struktur organisasi Negara
2. Hak-hak asasi manusia
3. Prosedur untuk merubah UUD
4. Kadang berisi larangan untuk mengubah ciri khusus UUD
5. Filsafat Negara (Sukarna, 1979: 65).

D. Konsep Pemerintahan Konstitusional


Pemerintahan konstitusional pada dasarnya merupakan pemerintahan yang dikembangkan
dari paham konstitusionalisme. “Konstitusionalisme ialah serangkaian kegiatan yang disusun dan
dilaksanakan atas nama rakyat, tetapi tunduk terhadap rangkaian pembatasan untuk mencegah
kekuasaan yang dipergunakan, dalam pemerintahan itu disalahgunakan oleh orang-orang yang
menjalankannya” (Sukarna, 1979:65).
Dengan demikian, Negara yang memiliki konstitusi belum tentu berpemerintahan
konstitusional. Karena pemerintahan konstitusional mesti bersifat demokratis, tetapi Negara
berkonstitusi belum tentu demokratis. Hal ini disebabkan dikenal adanya konstitusi Negara
dengan system demokrasi dan konstitusi Negara dengan system diktatoran.

44
E. Tujuan Pemerintahan Konstitusional
Tentang tujuan pemerintahan konstitusional dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Terwujudnya stabilitas politik dalam masyarakat.
2. Terwujudnya kemerdekaan baik perorangan maupun kelompok dari tekanan-tekanan.
3. Terwujudnya keadilan.
4. Menjamin hak-hak asasi kemerdekaan:
a. Kemerdekaan jasmaniah
b. Kemerdekaan pikiran dan keyakinan
c. Persamaan kesempatan
d. Kebebasan kegiatan politik

F. Demokrasi dan Pemerintahan Konstitusional


Pemerintahan konstitusional sering disebut Rule of Law. Esensi pemerintahan demokrasi
dipilih secara bebas oleh rakyat dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Sedangkan esensi
pemerintahan konstitusional menjamin rakyat dari kesewenang-wenangan, yang berarti akan
menjamin kebebasan yang dimiliki rakyat. Oleh karena itu, pemerintahan konstitusional akan
menunjang kehidupan yang demokratis.

G. Pemerintah, Warga Negara dan Konstitusi


Jika memperhatikan latar belakang penyusunan dan isi konstitusi, maka pada dasarnya
konstitusi dapat dinyatakan sebagai landasan dan pembatas kekuasaan baik bagi warga Negara
mapun pemerintah.
1. Konstitusi sebagai Landasan dan Pembatas Kekuasaan bagi Pemerintah
Konstitusi sebagai landasan kekuasaan pemerintah dapat dipahami karena konstitusi
memberikan tugas dan wewenang yang bersifat mendasar pada organ Negara.

2. Konstitusi sebagai Landasan dan Pembatasan Kekuasaan bagi Warga Negara


Dengan adanya jaminan hak asasi manusia dan hak warga Negara dalam konstitusi, maka hal
tersebut merupakan dasar kekuasaan waga Negara untuk mewujudkan keinginan atau
pengaruhnya terhadap pemerintah. Dengan penetapan kewajiban asasi dan warga Negara dapat
dinyatakan juga merupakan pembatas kekuasaan bagi warga Negara.

45
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Buku


Buku Utama Buku Pembanding
- Covernya dilengkapi oleh warna serta - Covernya memiliki warna yang rada
gambar keberagaman budaya Indonesia gelap tetapi dilengkapi oleh gambar
sehingga menarik pembaca. bendera sang Merah Putih yang
- Tiap bab yang tersusun dalam buku menjadikan buku kelihatan lebiih
sudah sistematis dan rapi sehingga simple dan elegant.
dapat memudahkan pembaca dalam - Tiap bab yang tersusun dalam buku
membaca buku ini. sudah sistematis dan rapi sehingga
- Buku ini memakai kata-kata yang dapat memudahkan pembaca dalam
mudah dipahami sehingga buku ini membaca buku ini.
saya rekomendasikan bukan hanya - Penjelasan pada buku ini dibantu oleh
untuk akademisi tetapi untuk table serta beberapa gambar untuk
masyarakat awam sehingga masyarakat memperjelasan materi isi buku.
awam juga dapat memiliki wawasan
tentang materi yang disajikan dalam
buku ini.

3.2 Kelemahan Buku


Buku Utama Buku Pembanding
- Penjelasan dalam buku ini hanya - Kata-kata dalam buku ini lebih tertuju
sedikit dalam penggunaan table, pada akademisi sehingga apabila
padahal table dapat berfungsi masyarakat awam membacanya mereka
memudahkan pembaca dalam akan mengalami kesulitan dalam
memahami materi isi buku. memahaminya.
- Dalam isi buku juga tidak tertera
gambar dalam materi pembelajaran.

46
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ilmu kewarganegaraan berasal dari kata civics yang secara etimologi is berasal dari kata
“civicus” atau bahasa latin, sedangkan dalam bahasa inggris dari kata “citizens” yang dapat
didefinisikan sebagai warga negara, penduduk dari sebuah kota, sesama warga negara,
penduduk, orang setanah air bawahan atau kawula.

Tujuan ilmu kewarganegaraan meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan


berperilaku sebagai warga negara.

Manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari civics education adalah:


1. Civics education tidak hanya sekedar melayani kebutuhan-kebutuhan warga dalam
memahami masalah-masalah sosial politik yang terjadi,tetapi lebih dari itu. Ia pun
memberikan informasi dan wawasan tentang berbagai hal menyangkut cara-cara
penyelesaian masalah.
2. Civics education dirasakan sebagai sebuah kebutuhan mendesak karena merupakan
sebuah proses yang mempersiapkan partisipasi rakyat untuk terlibat secara aktif
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis.

Perkembangan civic di Indonesia setelah kemerdekaan mengalami perubahan dalam


kurikulum pendidikan nasional, antara lain sebagai berikut:
a. pada kurikulum tahun 1957 istilah yang digunakan adalah kewarganegaraan
b. pada kurikulum tahun 1961 istilah yang digunakan adalah civic
c. pada kurikulum tahun 1968 istilah yang digunakan adalah PKN
d. pada kurikulum tahun 1975 istilah yang digunakan adalah PMP
e. pada kurikulum tahun 1986 istilah yang digunakan adalah PPKn
f. pada kurikulum tahun 2004 istilah yang digunakan adalah PKN

47
4.2 Saran
Sebagai warga Negara kita perlu untuk mempelajari pendidikan kewarganegaraan karena
pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah
kebangsaan. Maka, dengan adanya kedua buku ini diharapkan pembaca dapat lebih mengetahui
materi tentang kewarganegaraan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Deny. 2019. Ilmu Kewarganegaraan. Medan:Larispa Indonesia

Cholisin. 2016. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Yogyakarta: Ombak

iii

Anda mungkin juga menyukai