Anda di halaman 1dari 26

The Language of

Analytical Chemistry
Abdon Saiya, S.Si., M.Si
Chemistry Department
Manado State University
Analysis, Determination, & Measurement
Analysis = suatu proses yang memberikan informasi kimia
atau fisika tentang komponen dalam suatu sampel atau
sampel itu sendiri.

Analytes = komponen yang dianalisis dalam suatu sampel.


Matrix = semua komponen yang lain dalam suatu sampel
kecuali analit.

Determination = analisis suatu sampel untuk memperoleh


identitas, konsentrasi, atau sifat-sifat analit.

Measurement = penentuan eksperimental sifat-sifat kimia


atau fisika suatu analit.
An example helps clarify the differences among an
analysis, a determination, and a measurement.

Pada tahun 1974, pemerintah federal AS menetapkan Safe


Drinking Water Act untuk menjamin keamanan layanan air
minum publik. Untuk mematuhi peraturan ini, pemerintah kota
secara reguler memonitor supply air minum mereka untuk
bahan-bahan yang dianggap berbahaya, salah satunya adalah
bakteri coliform. Departemen terkait mengumpulkan dan
menganalisis beberapa sampel air tersebut. Untuk menentukan
konsentrasi bakteri coliform, aliquot (a portion) sampel air
dilewatkan melalui suatu membran berfilter. Filternya
ditempatkan dalam suatu wadah yang mengandung kaldu
nutrient dan diinkubasi. Pada akhir periode inkubasi, jumlah
koloni bakteri coliform dalam wadah diukur dengan mencacah
(Figure 3.1). Jadi, departemen air kota menganalisis Figure 3.1
(analysis) sampel air untuk menentukan (determination) Membrane filter showing colonies of coliform
bacteria. The number of colonies are counted
konsentrasi bakteri coliform dengan mengukur and reported as colonies/100 mL of sample.
(measurement) jumlah koloni bakteri yang terbentuk selama PourRite™ is a trademark of Hach
Company/photo courtesy of Hach Company.
suatu periode inkubasi tertentu.
Techniques, Methods, Procedure, & Protocols

“Seandainya Anda diminta untuk mengembangkan suatu cara untuk menentukan konsentrasi timbal (Pb)
dalam air minum, bagaimana Anda akan melakukan pendekatan untuk masalah ini? Untuk menjawab
pertanyaan ini, perlu dibedakan 4 tingkatan metodologi analitik :
techniques, methods, procedures, & protocols”

Technique : prinsip kimia atau fisika Method : cara untuk menganalisis suatu
yang dapat digunakan untuk sampel untuk analit tertentu dalam
menganalisis sampel. matriks tertentu.
Metode GFAAS untuk penentuan kandungan Pb
Banyak teknik yang telah digunakan untuk dalam air berbeda dengan penentuan kandungan
menentukan kandungan Pb, misalnya Pb dalam tanah atau darah (Figure 3.2). Pemilihan
dalam grafit furnace atomic absorption metode penentuan Pb dalam air tergantung
spectroscopy (GFAAS), Pb diatomisasi, dan bagaimana informasi tersebut digunakan dan design
kemampuan atom-atom bebas kriteria yang ditetapkan (Figure 3.3). Untuk bebrapa
mengabsorpsi cahaya diukur. Jadi, baik masalah analitik, metode terbaik mungkin
prinsip kimia (atomisasi) maupun prinsip menggunakan GFAAS, sedangkan masalah yang lain
fisika (absorpsi) digunakan dalam teknik ini. mungkin lebih mudah diselesaikan menggunakan
teknik yang lain, misalnya anodic stripping
voltammetry atau potentiometry dengan elektroda
selektif ion Pb.
Techniques, Methods, Procedure, & Protocols

Procedure : seperangkat petunjuk Protocol = seperangkat petunjuk tertulis


tertulis yang menggambarkan untuk menganalisis suatu sampel spesifik
bagaimana menganalisis suatu oleh suatu agen.
sampel.
Protocols umumnya ditemukan jika kimia
Suatu metode tidak perlu mengikuti analitik digunakan untuk mendukung atau
suatu prosedur tunggal, analis atau mendefenisikan kebijakan publik. Untuk
agency yang berbeda akan mengadopsi tujuan penentuan Pb dalam air sesuai Safe
metode sesuai keperluannya. Seperti Drinking Water Act, lab harus mengikuti
diperlihatkan dalam Gambar 3.2, protokol spesifik yang ditetapkan oleh
American Public Health Agency (APHA) Environmental Protection Agency (EPA)
dan American Society for Testing
Materials (ASTM) menggunakan
prosedur yang berbeda untuk
penentuan kandungan Pb dalam air.
Classifying Analytical Technique
• Analisis suatu sampel akan menghasilkan signal kimia atau fisika, yang nilainya sebanding
dengan jumlah analit dalam sampel. Signalnya berupa sesuatu yang bisa diukur, misalnya
massa, volume, dan absorbans.

• Untuk memudahkan, teknik analitik diklasifikasikan ke dalam 2 kelas yang didasarkan pada
apakah signal yang diukur sebanding dengan jumlah absolut analit atau sebanding dengan
jumlah relatif analit.

• Perhatikan dua gelas ukur (graduated cylinder) yang masing-masing mengandung 0.01 M
Cu(NO3)2 (Figure 3.4). Gelas ukur 1 mengandung 10 mL (0.0001 mol Cu2+); gelas ukur 2
mengandung 20 mL (0.0002 mol Cu2+).

Figure 3.4
Graduated cylinders containing 0.01 M Cu(NO3)2.
(a) Cylinder 1 contains 10 mL, or 0.0001 mol, of Cu2+.
(b) Cylinder 2 contains 20 mL, or 0.0002 mol, of Cu2+.
© David Harvey/Marilyn Culler, photographer.
• Jika respon suatu teknik sebanding dengan • Teknik analisis ini dinamakan teknik
jumlah absolut analit dalam sampel, maka analisis total atau teknik analisis
signal yang disebabkan oleh analit, SA, dapat klasik. Contoh teknik analisis total
dituliskan : adalah :
a) Gravimetry (signalnya berupa
SA = k nA 3.1 massa),
b) Titrimetry (signalnya berupa
dimana : volume),
c) Coulometry (signalnya berupa
nA = mol atau gram analit dalam sampel,
muatan listrik).
k = tetapan proporsionalitas.
Karena gelas ukur 2 mengandung jumlah
mol Cu2+ dua kali lebih banyak dari gelas
ukur 1, maka signal analit yang dihasilkan
juga dua kali lebih besar dibandingkan
pada gelas ukur 1.
• Kelas kedua teknik analitik yaitu signal • Teknik analisis ini disebut teknik
yang diukur sebanding dengan jumlah konsentrasi atau teknik instrumental,
relatif analit dalam sampel, sehingga : contohnya :
a) Spectroscopy (siganlnya berupa
optik)
S A = k CA 3.2 b) Potentiometry (signalnya berupa
listrik)
dimana : c) Voltammetry (signalnya berupa
CA = konsentrasi analit dalam sampel. listrik)

Karena konsentrasi Cu2+ dalam kedua


gelas ukur sama, maka signal yang
dihasilkan juga sama.
Selecting an Analytical Method
• Dalam memilih suatu metode, harus dipertimbangkan beberapa design kriteria berikut:
accuracy, precision, sensitivity, selectivity, robustness, ruggedness, scale of operation,
analysis time, availability of equipment, and cost.

A. Accuracy
• Accuracy : ukuran kesesuaian antara hasil eksperimen dengan nilai yang sebenarnya.
Tingkat akurasi biasanya dilaporkan sebagai persen kesalahan relatif, yakni perbedaan
antara hasil eksperimen dengan hasil yang sebenarnya dibagi dengan hasil yang
sebenarnya.

• Metode analitik dapat dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan nilai kesalahan relatif :
1) Highly accurate : jika kesalahan relatifnya lebih kecil 1%
2) Moderately accurate : jika kesalahan relatifnya antara 1 – 5 %
3) Low accurate : jika kesalahan relatifnya lebih besar 5%
B. Precision

• Precision : indikasi keberulangan suatu


hasil pengukuran.

For example, in determining the


concentration of K+ in serum, the results
shown in Figure 3.5(a) are more precise
than those in Figure 3.5(b). It is important to
realize that precision does not imply
accuracy. That the data in Figure 3.5(a) are
more precise does not mean that the first set
of results is more accurate. In fact, both sets Figure 3.5
of results may be very inaccurate. Two determinations of the concentration of
K+ in serum, showing the effect of precision.
The data in (a) are less scattered and,
therefore, more precise than the data in (b).
C. Sensitivity

• Sensitivity (k): ukuran kemampuan suatu metode untuk membedakan antara dua
sampel; dilaporkan sebagai perubahan signal per satuan perubahan jumlah analit.
• Detection limit : pernyataan statistik tentang jumlah terkecil analit yang dapat
ditentukan dengan tingkat kepercayaan tertentu.

• Misalnya untuk metode analisis total,


• Jika ΔSA merupakan perubahan terkecil signal yang merupakan pengukuran
signal yang dapat diukur, maka perbedaan massa menggunakan suatu neraca
terkecil jumlah analit dapat dideteksi dengan kenaikan terkecil ± 0.0001 g.
sebagai : Jika sensitivitas metode 0.200, maka
metode tersebut dapat mendeteksi
perbedaan sekecil :

dalam jumlah absolut analit dalam dua


sampel.
D. Selectivity
• Selectivity: ukuran yang menyatakan suatu metode bebas dari interferen, yang
didefenisikan oleh selectivity coefficient.
• Selectivity coefficient (KA,I): ukuran sensitivitas metode untuk suatu interferen relatif
terhadap analit.
• Dengan adanya suatu interferen, persamaan 3.1 dan 3.2 menjadi :

dimana :
Ssamp = total signal yang sebabkan oleh konstituen dalam sampel
SI = signal yang disebabkan oleh interferent
kA = sensitivitas analit
kI = sensitivitas interferen
nI = mol (gram) interferen dalam sampel
CI = konsentrasi interferen dalam sampel
• Selektivitas suatu metode untuk interferen relatif terhadap analit ditentukan
oleh koefisien selektivitas, KA,I :

yang nilainya bisa positif atau negatif. Jika nilai koefisien selektifitas lebih
besar +1 atau lebih kecil -1, berarti metode tersebut lebih selektif terhadap
interferen dibanding analit.

• Jika persamaan 3.5 diuraikan untuk kI, maka :

• Jika persamaan 3.6 disubstitusikan ke dalam persamaan 3.3 dan 3.4, diperoleh :
• Dengan mengetahui KA,I akan sangat bermanfaat untuk mengevaluasi
potensi interferen untuk mempengaruhi suatu analisis. Suatu interferen tidak
akan menimbulkan masalah jika :
a) Nilai KA,I x nI (persamaan 3.7) jauh lebih kecil dibandingkan nA, atau
b) Nilai KA,I x CI (persamaan 3.8) jauh lebih kecil dibandingkan CA.
E. Robustness and Ruggedness

• Suatu metode yang dapat diterapkan terhadap analit dalam suatu matriks yang
sangat bervariasi dianggap robust
• Suatu metode yang sensitif terhadap perubahan kondisi eksperimen disebut rugged

F. Scale of Operation
• Ada 3 keterbatasan utama yang sering dijumpai dalam analisis suatu sampel :
1) the amount of sample available for the analysis,
2) the concentration of analyte in the sample, and
3) the absolute amount of analyte needed to obtain a measurable signal.

• Keterbatasan (1) dan (2) mendefenisikan scale of operations yang diperlihatkan dalam
Figure 3.6; sedangkan keterbatasan (3) menyatakan letak suatu metode dalam scale of
operations.
Figure 3.6
Scale of operation for analytical methods.
Adapted from references 7a and 7b.
G. Equipment, Time, and Cost
• Finally, analytical methods can be compared in • The time needed to complete an analysis for a
terms of their need for equipment, the time required single sample is often fairly similar from
to complete an analysis, and the cost per sample. method to method. This is somewhat
Methods relying on instrumentation are equipment- misleading, however, because much of this
intensive and may require significant operator time is spent preparing the solutions and
training. For example, the graphite furnace atomic equipment needed for the analysis. Once the
absorption spectroscopic method for determining solutions and equipment are in place, the
lead levels in water requires a significant capital number of samples that can be analyzed per
investment in the instrument and an experienced hour differs substantially from method to
operator to obtain reliable results. Other methods, method. This is a significant factor in selecting
such as titrimetry, require only simple equipment a method for laboratories that handle a high
and reagents and can belearned quickly. volume of samples.

• The cost of an analysis is determined by many factors, including the cost of necessary equipment and
reagents, the cost of hiring analysts, and the number of samples that can be processed per hour. In general,
methods relying on instruments cost more per sample than other methods.
Developing the Procedure
Setelah memilih suatu metode, perlu dikembangkan suatu prosedur yang dilakukan untuk
mencapai tujuan analisis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan suatu
prosedur adalah adanya interferen, memilih dan mengkalibrasi peralatan, standardisasi
metode, sampling, dan validasi metode.

A. Interferen

Interfern yang potensial terutama berasal dari sampel atau reagent yang digunakan selama
analisis. Tanpa adanya interferen, total signal yang diukur (Smeas) merupakan jumlah signal
yang disebabkan oleh analit (SA) dan signal yang disebabkan oleh reagen (Sreag).

Jika Sreag tidak diketahui, maka tidak bisa ditentukan jumlah mol analit (nA) atau konsentrasi
analit (CA).
Nilai Sreag dapat ditentukan dengan metode blanko (method blank), yaitu suatu sampel yang
mengandung semua komponen matriks kecuali analit. Sebagai contoh, prosedur dimana 0,1 g
sampel dilarutkan dalam 100 mL pelarut. Setelah sampel dilarutkan, ditambahkan beberapa
reagent, kemudian diukur signalnya. Reagen blanko disiapkan tanpa sampel dan hanya
menambahkan reagen yang sama ke dalam 100 mL pelarut.

Dalam analisis, identitas atau konsentrasi interferen matriks tidak diketahui , dan
kontribusinya terhadap Smeas tidak termasuk dalam Sreag, maka:

Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan jumlah analit :


1) Memisahkan analit dan interferen sebelum analisis (dibahas dalam Kimia Analitik II)
2) Analisis simultan.
Untuk dapat dilakukan analisis simultan, maka harus diperoleh dua nilai independen Smeas.
Sebagai contoh, dengan metode konsentrasi diperoleh 2 persamaan berikut :

Dari persamaan tersebut di atas, dapat ditentukan konsentrasi analit (CA) dan konsentrasi
interferen (CI) secara simultan.
I have several expressions and
can provide additional comments
for your presentation, search the
Premium Gold Site for more
animations of me!
The Mad Scientist

Home Work
Elements Page
I’m a real
caffeine
molecule

Anda mungkin juga menyukai