Anda di halaman 1dari 16

Tajuk Rencana

Tajuk rencana adalah ulasan penulis terhadap isu yang sedang hangat di masyarakat secara
menyeluruh. Jenis tulisan non-fiktif yang satu ini biasa dijumpai di surat kabar, ditulis oleh pemimpin
redaksi ataupun editor media tersebut. Karena umumnya ditulis di surat kabar dan dilakukan oleh
sang editor, tajuk rencana dikenal pula dengan sebutan editorial.

Isi dari tajuk rencana merupakan penggabungan dari fakta yang ada di lapangan serta opini dari sang
penulis. Tujuan penulisannya adalah untuk menginformasikan, menyimpulkan, dan jika mampu
memberikan solusi atas permasalahan yang sedang diperbincangkan. Pengupasan isu secara
menyeluruh dimaksudkan juga untuk memengaruhi para pembaca agar ikut berpikir soal topik
tersebut. Karena hal itu pula, selalu ditampilkan masalah secara kronologis agar pembaca yang
belum mengetahui persoalannya juga dapat mengerti dan terlibat dalam pemikiran yang
disampaikan.

Ciri-ciri Tajuk Rencana

Sebuah tulisan berupa tajuk rencana memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Berisi ulasan masalah secara kronologis.

2. Mengandung opini dari sang penulis.

3. Menyampaikan saran yang dianggap dapat menjadi solusi atas topik masalah yang sedang
diulas.

Struktur Tajuk Rencana

Berikut ini struktur yang harus selalu ada dalam setiap pembuatan tulisannya:

a. Judul

Pilihlah judul yang sesuai dengan topik yang akan dibahas dalam tajuk tersebut dan buatlah judul
seprovokatif mungkin guna mengundang minat membaca orang yang melihatnya.

b. Latar Belakang Masalah

Bagian ini seperti sinopsis, paparkanlah masalah yang hendak dibahas secara sepintas agar pembaca
tertarik melanjutkan bacaannya.

c. Persoalan

Setelah membahas sepintas masalah yang diulas, penulis dapat melanjutkannya dengan
menerangkan persoalan yang terjadi hingga menjadi isu. Tuturkanlah tiap peristiwa secara
kronologis agar mudah dimengerti pembaca. Jika memang ada tokoh-tokoh terkait yang dianggap
penting, cantumkanlah dalam tulisan.

d. Opini

Sehabis mengulas isu secara menyeluruh, penulis dapat menyampaikan pandangannya. Opini
tersebut harus bersifat netral dan tidak memihak.

e. Saran

Karena fungsinya untuk memberikan informasi dan solusi, tiap tajuk rencana pasti mengandung
saran yang dianggap ideal oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dibahas.
f. Kesimpulan

Setelah menyampaikan ulasan masalah, opini, hingga saran, harus ditutup secara elegan dengan
pemberian kesimpulan dari penulis. Kesimpulan dapat berupa ringkasan dari segala yang sudah
dipaparkan sebelumnya.

Syarat-syarat Sebuah Tajuk Rencana

Agar tujuan, ciri-ciri, dan struktur tajuk rencana dapat tersampaikan dengan baik, ada beberapa sifat
tulisan ini yang harus diperhatikan sebagai syarat. Berikut ini adalah beberapa syarat yang mutlak
harus dimiliki:

a. Bahasa Semiformal

Tulisan ini biasa didapati di surat kabar sehingga tidak dapat digolongkan menjadi tulisan yang
ilmiah. Karena hal ini pula, bahasa yang digunakan tidak harus sangat baku dan formal. Gunakanlah
bahasa semiformal yang akrab kalian jumpai sehari-hari, namun dengan ejaan dan kaidah yang baik
dan benar.

b. Isi Singkat dan Padat

Tajuk rencana bukanlah esai atau makalah. Cukup tuliskan masalah dan opini secara ringkas. Hindari
pernyataan yang berulang-ulang. Meskipun demikian, pastikan masalah, opini, dan saran
tersampaikan dengan baik dan menyeluruh.

c. Pilih Isu yang Relevan

Tajuk rencana bersifat memberikan informasi dan pandangan terkini mengenai topik hangat di
masyarakat. Jadi saat menulisnya, pastikan isu yang kalian pilih merupakan persoalan yang memang
ramai diperbincangkan dan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat.

d. Harus Fungsional

Tulisan yang dibuat bukanlah hanya untuk memaparkan masalah, namun juga mengemukakan
gagasan penyelesaian persoalan. Pastikan saran solusi tersebut masuk akal dan dapat diaplikasikan
agar tajuk rencana kalian benar-benar fungsional dalam membantu masalah yang sedang dihadapi
masyarakat.

Unsur Intrinsik Puisi

Unsur Intrinsik Puisi – Pengantar

Jika mendengar istilah “karya sastra”, teman-teman pasti akan membayangkan karya bersifat
imajinasi yang bisa tersaji dalam bentuk karangan bebas ataupun tulisan dengan permainan kata dan
rima. Karangan bebas kerap disebut sebagai prosa dan terbagi dalam banyak jenis, mulai dari novel,
novelet, hingga cerpen. Sementara itu, tulisan dengan permainan kata dan bunyi dikenal dengan
istilah puisi.

Semua karya sastra tentu memiliki unsur pembangunnya, yang di antaranya berupa unsur intrinsik.
Namun, ternyata unsur intrinsik puisi maupun prosa cukup berbeda. Jika sebelumnya kita telah
membahas unsur intrinsik yang membangun sebuah cerpen, kali ini kita akan membahas unsur
intrinsik yang ada pada karya sastra berupa puisi.
2 Jenis Unsur Intrinsik Puisi

Secara umum, unsur intrinsik pada sebuah puisi dapat dibagi menjadi dua, yakni unsur batin dan
unsur fisik. Berikut ini adalah ulasan mengenai kedua unsur intrinsik tersebut.

Unsur Batin

Unsur intrinsik yang satu ini sering disebut juga sebagai unsur isi dan mencakup permasalahan dan
emosi yang terdapat pada karya sastra tersebut. Berikut adalah beberapa pembagian unsur batin
dalam intrinsik sebuah puisi.

1. Tema

Sepanjang apa pun puisinya, hanya terdapat satu tema yang dibicarakan. Yang dimaksud dengan
tema di sini adalah persoalan ataupun ide utama yang disajikan dalam tulisan tersebut. Sebagai
contoh, tema tentang negara, tema tentang cinta, ataupun tema tentang masalah sosial.

2. Amanat

Selaras dengan tema, amanat dari sebuah puisi cenderung tidak berbeda jauh dengan tema yang
sedang diperbincangkan di dalamnya. Sebagai contoh, ketika mendapati puisi tentang masalah
sosial, mungkin saja di dalamnya terdapat amanat mengenai ajakan untuk mengurangi kesenjangan
sosial yang semakin melebar.

3. Emosi

Dibandingkan dengan prosa, karya sastra dalam bentuk puisi lebih jelas menyampaikan perasaan
dari penulisnya. Perasaan tersebut dapat tertuang dalam karya puisinya dan dapat dirasakan oleh
teman-teman ketika membacanya. Unsur intrinsik puisi berupa emosi ini biasanya juga menyangkut
perasaan pengarang terhadap tema yang sedang dibicarakannya. Contohnya, ada perasaan marah
ketika membicarakan korupsi atau ada perasaan sedih ketika membicarakan kemiskinan.

4. Tonasi

Ketika menyampaikan perasaan dalam tulisan di puisi, pembaca dapat menangkap tonasi ataupun
nada seperti apa yang sedang dipakai oleh penulis. Bisa saja walaupun kecewa, puisi tersebut
dikarang dalam bentuk nada yang ringan, namun menyindir. Bisa juga kita menemukan puisi yang
seakan mengajak kita untuk mengamini hal yang tertuang di dalamnya. Hal tersebut terjadi karena
ada tonasi persuasif di dalamnya.

Unsur Fisik

Jika unsur intrinsik puisi berupa unsur batin lebih melihat kepada isi puisi, berbeda dengan unsur
fisik yang merupakan unsur pembangun puisi secara struktur. Dalam unsur fisik ini, dapat ditemukan
ciri khas sebuah puisi dibandingkan karya sastra berupa prosa.

1. Diksi

Teman-teman mungkin merasa puisi terdengar lebih “nyastra” dengan kata-katanya yang tidak
umum. Pemilihan kata-kata pada puisi tersebut termasuk dalam unsur intrinsik puisi berupa unsur
fisik yang dikenal sebagai diksi.

2. Gaya Bahasa
Tidak hanya bermain di pemilihan kata-kata, dalam sebuah puisi akan banyak dijumpai rangkaian
kata yang bersifat konotatif, berlebihan, ataupun terkesan merendahkan diri. Inilah yang disebut
sebagai gaya bahasa dalam puisi. Biasanya tiap penulis cenderung memiliki gaya bahasanya sendiri,
yang paling mudah dilihat melalui majas-majas, seperti personifikasi, metafora, eufemisme, bahkan
tak jarang ada yang menggunakan majas ironi.

3. Rima

Keunikan lain dalam sebuah puisi adalah ditemukannya kesamaan nada di beberapa bagian baris
ataupun larik. Kesamaan nada atau bunyi tersebut disebut dengan istilah rima. Rima bisa dijumpai
tidak hanya di akhir tiap larik atau baris, namun dapat juga berada di antara tiap kata dalam baris.
Rima yang kuat biasa dijumpai pada jenis-jenis puisi lama atau klasik. Sementara itu, puisi modern
biasanya sudah tidak terlalu bermain rima.

4. Tipografi

Puisi tidak hanya bermain di kata-kata, melainkan juga di bentuknya. Hal inilah yang dimaksud
dengan tipografi, yaitu bentuk puisi secara kasat mata. Secara umum, mungkin teman-teman
menemukan puisi dalam bentuk baris, namun ada juga puisi yang disusun dalam bentuk fragmen-
fragmen bahkan dalam bentuk yang menyerupai apel, zigzag,  ataupun model lainnya.

Penulisan Daftar Pustaka

Daftar Pustaka – Pengantar

Teman-teman pernah mendengar istilah plagiat? Situasi ini bisa terjadi karena penulis tidak
mencantumkan sumber asli dari bahan tulisan yang dibuatnya. Dalam dunia sekolah pun, teman-
teman bisa saja terjebak dalam keadaan ini jika tidak mampu menuliskan sumber referensi dari
makalah yang dibuat dengan baik dan benar.

Walaupun terkesan mudah, nyatanya masih banyak yang kesulitan menerapkan penulisan daftar
pustaka yang benar dalam akhir tulisannya. Tanda baca dan urutan selama penulisannya menjadi
momok yang membuat seseorang terburu malas untuk mencantumkan berbagai referensi sumber
dari tulisannya.

Supaya teman-teman tidak dicap sebagai plagiat dan dapat menuliskannya secara tepat, berikut ini
panduan cara menulis daftar pustaka yang tepat sesuai dengan jenis sumber yang dipakai.

Penulisan Daftar Pustaka dari Sumber Buku

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis daftar pustaka dari sumber buku. Namun,
hal paling utama adalah memperhatikan urutan dan tanda bacanya. Berikut adalah urutan sebuah
referensi dari buku.

1. Nama

Nama penulis ditulis paling awal. Ingatlah untuk selalu menuliskan nama belakang penulis terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan dengan tanda koma (,) setelah itu cantumkan nama depan dan tengah
penulis buku tersebut. Jika buku tersebut merupakan karya dari dua penulis atau lebih, hanya
penulis pertama yang urutan namanya dibalik. Penulis kedua dan seterusnya berada setelahnya
dengan urutan yang sesuai nama aslinya. Jika pada buku tersebut nama penulis dicantumkan
lengkap dengan gelar pendidikan atau gelar lain, gelar-gelar tersebut tidak perlu dituliskan.
2. Tahun Terbit

Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-teman gunakan sebagai referensi.
Jangan terkecoh pada angka tahun cetakan awal sebab bisa saja buku yang kamu pakai merupakan
cetakan kedua, ketiga, ataupun terakhir.

3. Judul Buku

Tuliskan judul bukumu secara lengkap. Jangan lupa, penulisan judul dibuat dengan italic (miring).

4. Kota dan Nama Penerbit

Bagian terakhir dalam penulisan daftar pustaka sebuah buku adalah mencantumkan kota penerbitan
dan nama penerbit yang mencetak buku tersebut. Dahulukan penulisan nama kota, baru diikuti
dengan nama penerbit yang dibatasi dengan tanda titik dua (:).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanda batas dari tiap urutan. Pastikan teman-teman
menggunakan tanda titik (.) untuk membatasi urutan nama, tahun terbit, judul buku, hingga kota
dan nama penerbit.

Contoh Daftar Pustaka dari Buku

Data Buku:
Judul     : Family Medical Care Volume 4
Penulis                 : Dr. John F. Knight
Penerbit              : Indonesia Publishing House
Kota Penerbit    : Bandung
Tahun Terbit      : 2001

Cara Penulisan:
Knight, John F. 2001. Family Medical Care Volume 4.  Bandung: Indonesia Publishing House.

Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel dalam Jurnal, Koran, atau Majalah

Tidak berbeda jauh dengan penulisan dari sumber berupa buku, teman-teman pun perlu
mencantumkan nama penulis, tahun terbit, judul artikel, hingga kota dan nama penerbit. Hanya saja,
ada perbedaan penulisan untuk beberapa urutan tersebut, yakni sebagai berikut.

1. Nama

Pastikan nama yang teman-teman tulis dalam daftar pustaka artikel tersebut adalah penulis
artikelnya, bukan editor dari jurnal, koran, ataupun majalah yang menjadi sumber referensi.

2. Judul

Dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi. Penulisan tidak dengan
format italic,  melainkan tegak lurus dengan pemberian tanda kutip (“) pembuka dan penutup.
Setelah itu, lanjutkan dengan penulisan sumber jurnal ataupun majalah yang memuat artikel
tersebut. Penulisan nama jurnal, majalah, atau koran baru dicetak miring. Ikutkan di halaman berapa
artikel tersebut dimuat yang ditulis dalam tanda kurung [(…)].

Contoh Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel Jurnal

Data Artikel:
Judul Jurnal        : Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1
Judul Artikel       : Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota Pangkalpinang
Penulis                 : Umar Solikhan
Penerbit              : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Terbit          : Pangkalpinang
Tahun Terbit      : 2013

Cara Penulisan:
Solikhan, Umar. 2013. “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik Kota
Pangkalpinang” dalam Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1 (hlm. 123-129).
Pangkalpinang: Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penulisan Daftar Pustaka dari Internet

Selain artikel cetak, tidak jarang seseorang mengambil sumber tulisannya dari artikel-artikel di
internet (dalam jaringan.daring/online). Untuk penulisan daftar pustaka dari internet seperti ini,
urutannya adalah sebagai berikut:

1. Nama

Cara penulisan nama untuk artikel daring tidak berbeda dengan penulisan nama dari sumber buku
maupun artikel cetak.

2. Tahun Penayangan

Tuliskan tahun penayangan dari artikel tersebut.

3. Judul

Judul artikel daring tidak ditulis secara italic, melainkan hanya diapit tanda kutip (“).

4. URL

Jangan lupa menyalin alamat URL dari artikel tersebut agar dapat diakses jika ada yang ingin
membuktikan kesahihannya.

5. Waktu Pengambilan

Di bagian akhir, jangan lupa mencantumkan waktu pengambilan artikel daring itu secara lengkap,
yakni tanggal dan jam saat kamu mengunduh ataupun menjadikannya referensi.

Selain urutan, masalah tanda batas dalam daftar pustaka artikel internet/daring agak berbeda
dengan penulisan dari sumber cetak. Tanda titik (.) sebagai batas hanya berlaku untuk mengakhiri
nama penulis dan tahun penayangan. Sementara itu, pembatasan dari judul ke URL dan dari URL ke
waktu pengambilan data berupa tanda koma (,).

Contoh Daftar Pustaka dari Internet (Artikel Daring)

Data Artikel:
Judul                     : Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global?
Penulis                 : Jeko Iqbal Reza
Tanggal Tayang : 29 Agustus 2015
Waktu Akses      : 10 Februari 2016, pukul 10.27
URL                        : http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-dampak-mematikan-pemanasan-
global
Cara Penulisan:
Reza, Jeko Iqbal. 2015. “Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global”,
http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-dampak-mematikan-pemanasan-global, diakses
pada 10 Februari 2016 pukul 10.27.

Majas – Macam-macam Majas, Pengertian, dan Contoh

Pengertian Majas

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara
imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa
tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias
ataupun konotasi.

Macam-macam Majas

Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu majas
perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut ini ulasannya.

Majas Perbandingan

Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan
suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam
majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.

1. Personifikasi

Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.

Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera
bermain di pantai.

2. Metafora

Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam
bentuk ungkapan.

Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan
kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.

3. Asosiasi

Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata
sambung bagaikan, bak,  ataupun seperti.

Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang
sangat mirip.

4. Hiperbola

Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.

Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras
keringat artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme

Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.

Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel
menggantikan frasa “orang cacat”.

6. Metonimia

Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.

Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air mineral.

7. Simile

Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan,  ataupun seperti;
hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan
sebuah kegiatan dengan ungkapan.

Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.

8. Alegori

Yaitu enyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.

Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang
dimaksud berarti pemimpin keluarga.

9. Sinekdok

Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk
menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah
kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian
benda atau situasi.

Contoh:

Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.

Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.

10. Simbolik

Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.

Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.

Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan
dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi
beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.

1. Litotes

Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk
merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

2. Paradoks

Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.

Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.

3. Antitesis

Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.

Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.

4. Kontradiksi Interminis

Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan
konjungsi, seperti kecuali  atau hanya saja.

Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.

Majas Sindiran

Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang
ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.

. Ironi

Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.

Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.

2. Sinisme

Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.

3.Sarkasme

Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

Majas Penegasan

Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada
pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh
subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pleonasme

Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang
sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.

2. Repetisi

Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.


Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.

3. Retorika

Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.

Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya?

4. Klimaks

Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.

Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi
kesehatan.

5. Antiklimaks

Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan
mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan
kearifan lokalnya masing-masing.

6. Pararelisme

Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai
definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata
yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.

Contoh majas: Kasih itu sabar.


Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.

7. Tautologi

Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.

Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling
menyayangi.

Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur Intrinsik Cerpen – Pengantar

Cerpen atau cerita pendek adalah jenis prosa singkat yang pastinya sudah tidak asing di telinga
teman-teman. Jalan cerita yang tidak terlalu panjang dan singkat membuat jenis prosa ini banyak
digemari sebab tidak diperlukan waktu lama untuk menuntaskan membacanya. Sama seperti prosa-
prosa lainnya, cerpen juga memiliki unsur-unsur yang membangun, yang terbagi menjadi dua, yakni
unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen.

Dalam materi kali ini, kita membahas unsur intrinsik cerpen yang merupakan unsur-unsur
pembangun sebuah prosa yang bisa dijumpai dalam ceritanya.

6 Unsur Intrinsik Cerpen


Secara umum, setiap membaca cerpen, kalian akan menemukan enam unsur pembentuk cerita
seperti di bawah ini.

1. Tokoh dan Penokohan

Setiap cerita pasti memiliki tokoh-tokoh yang menjadi pemain di dalamnya. Tidak hanya menjadi
tokoh yang diam, pemain-pemain dalam sebuah prosa memiliki sikap dan peran dalam membentuk
cerita. Karena itulah, unsur instrinsik cerpen berupa tokoh dan penokohan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain.

Ketika menemukan seorang tokoh dalam cerita, secara tidak langsung kamu akan digiring untuk
mengetahui peran dan sikapnya dalam suasana yang hendak dibangun pada cerpen tersebut. Sikap
dan peran tersebutlah yang disebut sebagai penokohan, sementara nama-nama dari tiap pemain
disebut sebagai tokoh.

2. Alur

Sebagian orang sulit membedakan alur dengan jalan cerita. Padahal, simpelnya, alur adalah
rangkaian cerita yang memiliki hubungan sebab-akibat (kausalitas) sehingga membentuk suatu
kesatuan. Sementara itu, jalan cerita hanyalah rangkaian cerita yang berbentuk kronologis dari awal
sampai akhir, tanpa disertai hubungan kausalitas yang kuat.

Secara sederhana, alur memiliki beberapa tahapan, mulai awalnya pengenalan, konflik, komplikasi
(kerumitan), klimaks, leraian, sampai pada penyelesaian. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-
masing bagian alur.

a. Pengenalan

Pada tahap ini, pembaca dikenalkan pada tokoh, penokohan, hingga latar sebuah cerita.

b. Konflik

Setelah itu, pembaca akan dihadapkan pada bagian cerita yang menampilkan masalah utama dari
kisah. Masalah bisa menyangkut persoalan dalam diri sang tokoh, perselisihan dengan tokoh lain,
sampai antara satu tokoh dan lingkungannya. Untuk cerpen, biasanya hanya ada satu konflik yang
membangun kisahnya.

c. Klimaks

Ketika masalah sudah mencapai puncaknya, itulah yang dikenal dengan istilah klimaks. Di tahap ini
pembaca bisa mendapatkan puncak ketegangan dari persoalan yang diusung pengarang.

d. Leraian

Setelah mencapai puncak, persoalan akan menemui titik balik yang cenderung menurun. Tingkat
ketegangan berkurang karena masalah sedang menuju pada tahap akhir.

e. Penyelesaian

Tahap akhir yang dimaksud adalah penyelesaian. Pada bagian ini, semua masalah diuraikan dan
didapati solusinya. Namun, ada juga cerpen yang membuat penyelesaiannya secara terbuka
sehingga bagian solusi tidak diceritakan.

Kelima bagian alur di atas tidak mesti terjadi secara berurutan. Apalagi pada cerpen-cerpen modern,
kamu bisa saja menjumpai kisah yang dimulai dari klimaks dan berujung pada klimaks juga.
Selain memiliki tahapan, alur sebuah cerita juga memiliki jenisnya masing-masing. Secara umum, ada
tiga jenis alur yang bisa ditemukan pada cerpen.

a. Alur Maju

Pada model alur ini, cerita dijabarkan secara kronologis dan mengikuti ketentuan waktu yang selalu
bertambah. Untuk cerita dengan alur maju, tahapan alurnya cenderung konvensional, yaitu
pengenalan-konflik- klimaks, leraian-penyelesaian.

b. Alur Mundur

Model alur ini biasanya menampilkan konflik atau penyelesaian terlebih dahulu. Dari sana, barulah
diceritakan ulang mengenai tahapan masalah yang membentuk alur sehingga terkesan waktunya
bergerak mundur dan disebut sebagai alur mundur.

c. Alur Kilas Balik (Flash Back)

Alur kilas balik merupakan penggabungan alur maju yang disertai kilasan-kilasan kisah yang sifatnya
mengenang atau mengingat. Kenangan ini diceritakan pula secara detail untuk membangun
kelengkapan cerita.

3. Latar

Unsur intrinsik cerpen yang satu ini sering disebut sebagai setting dan mencakup tiga hal di
dalamnya, yakni latar waktu, latar tempat, dan latar suasana yang membangun sebuah peristiwa.
Pada intinya, latar merupakan gambaran suasana yang terjadi pada sebuah cerita.

a. Latar Waktu

Menggambarkan kapan peristiwa dalam kisah tersebut terjadi.

b. Latar Tempat

Menggambarkan di mana dan lokasi tempat terjadinya peristiwa.

c. Latar Suasana

Menggambarkan cara peristiwa itu terjadi dan perasaan yang dialami para tokoh.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan bagian unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan pencerita yang
mengisahkan cerpen tersebut. Dalam prosa, umumnya ada dua jenis sudut pandang, yaitu sudut
pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

a. Sudut Pandang Orang Pertama

Model sudut pandang yang satu ini biasa diceritakan oleh kata ganti orang pertama, yaitu “aku”.
Pencerita sebagai aku bisa memiliki dua peran, yakni dia sebagai pemeran utama cerita tersebut
ataupun dia hanya sebagai pengamat dari tokoh-tokoh lain yang diceritakannya.

b. Sudut Pandang Orang Ketiga

Sudut pandang yang memakai orang ketiga ditandai dengan penggunaan kata ganti “dia” untuk
menunjuk para tokoh yang bermain dalam cerita. Model sudut pandang ini juga dapat dibagi
menjadi dua jenis. Yang pertama adalah sudut pandang orang ketiga sebagai narator serbatahu yang
bisa menjelaskan isi hati dan rahasia dari peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh. Yang kedua adalah
sudut pandang orang ketiga sebagai tokoh bawahan yang berfungsi sebagai pengamat.

5. Gaya Bahasa dan Penceritaan

Dalam sebuah cerpen, kamu akan menemukan banyak kiasan ataupun bahasa yang terkesan lebih
lembut atau lebih kasar. Inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Setiap pengarang memiliki gaya
bahasa yang berbeda dan ini juga berhubungan dengan penceritaan yang dibangunnya pada sebuah
cerpen.

Gaya bahasa biasanya berbentuk majas untuk merefleksikan atau mengasosiasiakan sebuah kalimat.
Ada juga gaya bahasa yang menampilkan makna-makna konotatif untuk memperindah tampilan
cerita.

6. Tema dan Amanat

Tema sebuah cerita akan selalu berhubungan dengan amanat yang hendak disampaikan oleh
pengarah dalam pengisahannya. Jadi, sulit untuk memisahkan kedua unsur ini guna berdiri sendiri-
sendiri.

Meskipun berkaitan, tema dan amanat memiliki arti yang berbeda sebagai unsur intrinsik cerpen.
Tema adaah gagasan dasar yang ada dalam sebuah cerita. Sebagai contoh ketika membaca cerpen
tentang perayaan Hari Pahlawan, kamu akan menemukan ide cerita yang mengangkat masalah
nasionalisme ataupun sikap rela berkorban.

Sementara itu, amanat merupakan nilai-nilai yang bisa dipetik dalam kisah yang dibaca. Nilai
tersebut akan selalu berhubungan dengan tema yang mendasari cerpen tersebut. Contohnya lagi,
masih dengan cerpen tentang perayaan Hari Pahlawan, kamu bisa menemukan pesan untuk
mencintai tanah air ataupun untuk selalu mengenang jasa para pahlawan.

Cara Menulis Resensi

Resensi adalah model tulisan yang secara umum menyinggung ikhtisar sekaligus ringkasan dari karya
yang dinilai untuk bisa diperoleh keunggulan maupun kelemahannya. Hal ini bertujuan memberikan
pandangan bagi pembaca dan calon pembaca mengenai karya tersebut. Teman-teman pasti sudah
sering melihat tulisan berupa resensi yang menyampaikan keunggulan dan kekurangan dari sebuah
novel, cerpen, naskah drama, ataupun film.

Ada dua hal yang ditekankan dalam penulisannya, yaitu informasi dan evaluasi. Penulis harus bisa
memberikan pembaca gambaran lengkap mengenai informasi karya yang dinilai, tanpa membuat
calon pembaca karya tersebut merasa penulis spoiler terhadap isi cerita. Sementara itu, evaluatif
berarti tulisan tersebut mesti mampu memaparkan keunggulan dan kelemahan karya secara
objektif.

Berikut ini adalah beberapa poin yang harus selalu tercantum dalam sebuah resensi yang benar dan
baik. Teman-teman pun pasti tidak akan kesulitan melakukan penulisan yang sifatnya menilai ini.

Unsur-unsur Resensi

1. Judul
Sama seperti jenis-jenis tulisan lain, resensi mesti memiliki judul yang menarik untuk menarik orang
supaya mau membacanya. Judulnya haruslah selaras dengan masalah yang dibahas di bagian isi
tulisan.

2. Data Karya

Bagian awal selalu menampilkan data lengkap dari karya yang diulas. Berikut adalah daftar data yang
harus selalu dicantumkan ketika meresensi sebuah karya, khususnya untuk buku yang paling sering
menjadi objek resensi.

Data Buku:

1. Judul Buku

Jangan lupa menuliskan judul buku secara lengkap, termasuk subjudul dan volume buku tersebut.

2. Pengarang

Apabila buku yang diresensi adalah buku lokal, kamu cukup menuliskan pengarang dari karya
tersebut. Namun, jika buku tersebut merupakan terjemahan, selain menuliskan nama pengarang,
cantumkan pula nama penerjemah buku.

3. Penerbit

Tulislah nama perusahaan yang menerbitkan buku tersebut beserta lokasi kota penerbitan.

4. Tahun Terbit

Pastikan tahun terbit yang kamu tulis merupakan waktu pencetakan buku yang kamu resensi. Untuk
itu, cantumkan pula edisi cetakan pada data ini.

5. Dimensi

Yang dimaksud dengan dimensi adalah ukuran buku tersebut, mulai dari panjang, lebar, dan tinggi
buku; sekaligus jumlah halaman.

6. Harga Buku

Karena bertujuan memberikan pandangan kepada pembaca, harga buku pun mesti dicantumkan.

Dalam menulis data buku, kamu tidak perlu membuatnya dalam bentuk uraian kalimat. Cukup
cantumkan semua data secara lengkap dalam bentuk daftar.

3. Ikhtisar

Setelah data karya lengkap, barulah penulisan dilanjutkan ke bagian pencantuman ikhtisar. Harus
dibedakan antara ikhtisar dan ringkasan isi. Ketika menulis ikhtisar berarti kamu bisa membuat
sinopsis cerita secara bebas, tanpa urutan kronologis. Sebaliknya, ringkasan mesti mengikuti urutan
alur karya secara tepat.

Saat menulis ikhtisar, ingatlah untuk tidak “membocorkan” keseluruhan isi cerita, yang bisa
membuat resensi tersebut dianggap spoiler. Biasanya ikhtisar dibuat sampai bagian klimaks, tanpa
menyinggung masalah leraian ataupun penyelesaian dari isi karya yang dinilai.

4. Penilaian
Jika ikhtisar telah dibuat, kamu bisa melanjutkan menuliskan bagian penilaian pada resensi tersebut.
Cantumkanlah keunggulan dan kelemahan karya secara objektif, caranya dengan melihat unsur
intrinsiknya. Sebagai contoh, kamu bisa menilai alur cerita maupun gambaran penokohan yang kuat
atau tidak. Bukan hanya masalah isi cerita, jenis kertas yang digunakan sampai harganya pun bisa
dikomentari.

5. Penutup

Di bagian penutup resensi, kamu bisa memberikan kritik dan saran terhadap pengarang dan penerbit
karya. Tidak hanya itu, kamu juga dapat memberikan pandangan mengenai target pasar yang cocok
untuk menikmati karya itu.

Paragraf – Pengertian dan Jenis-jenis Paragraf

Pengertian Paragraf

Paragraf adalah suatu rangkaian kalimat yang memiliki suatu gagasan utama. Dalam artikel ataupun
model tulisan lainnya, teman-teman pasti sudah tidak asing menemui rangkaian paragraf yang berisi
tentang keseluruhan isi dari tulisan tersebut. Terdapat berbagai jenis paragraf, yang diklasifikasikan
menurut letak gagasan utamanya dan menurut tujuannya.

Jenis Paragraf Menurut Letak Gagasan Utama

Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

Paragraf Deduktif

Jenis ini memiliki gagasan atau pikiran utama di bagian awal rangkaian kalimat. Biasanya, pada
paragraf deduktif, gagasan utamanya berada di kalimat pertama. Sementara itu, kalimat-kalimat
lainnya berisi penjelasan yang mendukung gagasan utama yang telah dipaparkan di awal.

Paragraf Induktif

Berkebalikan dengan yang sebelumnya, gagasan utama pada jenis paragraf induktif baru bisa
ditemukan di bagian akhir dari rangkaian kalimat dan lebih sering berada di kalimat terakhir.
Gagasan utama di akhir ini bersifat menyimpulkan inti dari kalimat-kalimat penjelas yang berada di
kalimat sebelumnya.

Paragraf Campuran

Yang dimaksud paragraf campuran adalah gabungan gagasan utama yang berada di awal dan akhir
rangkaian kalimat. Gagasan di kalimat awal biasanya berupa inti pikiran dari paragraf tersebut.
Sementara itu, di bagian akhir kembali ditekankan mengenai gagasan utama dengan kalimat yang
mungkin saja berbeda dari kalimat gagasan utama di awal.

Jenis Paragraf Menurut Tujuannya

Isi dari paragraf tentunya memiliki berbagai tujuan. Ada yang sifatnya memaparkan, mengajak,
mendebat, dan lain-lain. Berdasarkan tujuan dari isinya, paragraf dapat dikelompokkan menjadi lima
jenis.

Paragraf Narasi
Isi dari jenis paragraf ini bersifat menceritakan suatu hal secara kronologis. Untuk yang bersifat
naratif, tiap kalimatnya disusun secara runtut sehingga memudahkan pembaca membayangkan
kejadian atau peristiwa yang tengah diceritakan. Karena sifatnya yang “bercerita”, pembaca akan
menemukan sudut pandang dalam kalimat-kalimat di paragraf tersebut. Jenis ini biasanya dijumpai
pada cerpen, novel, ataupun prosa bebas lainnya.

Paragraf Eksposisi

Paragraf eksposisi adalah jenis paragraf yang isinya berupa penjelasan untuk memaparkan fakta-
fakta yang ada. Karena fakta yang menjadi dasarnya, tulisan-tulisan eksposisi cenderung bersifat
ilmiah. Tujuannya adalah memberikan informasi yang detail kepada pembaca. Ciri-cirinya adalah
memiliki fakta yang jelas dari berita ataupun penelitian dan tidak mencampurkan pendapat penulis
di dalamnya. Model seperti ini cenderung dijumpai pada artikel-artikel berita.

Paragraf Argumentasi

Jenis paragraf yang bertujuan memberikan pandangan kepada para pembacanya ini tidak hanya
menyajikan fakta ataupun isu permasalahan dalam isinya, namun juga memberikan pendapat-
pendapat dari sang penulis. Jadi, data maupun fakta hanyalah pelengkap dari opini sang penulis.
Pada jenis paragraf argumentasi, akan dijumpai kesimpulan dari rentetan pendapat penulis di dalam
rangkaian kalimat tersebut. Kesimpulan tersebut cenderung diletakkan di akhir paragraf.

Paragraf Persuasi

Hampir sama dengan paragraf argumentasi, paragraf persuasi biasanya menampilkan pendapat-
pendapat dari sang penulis terhadap suatu berita atau isu tertentu. Perbedaannya, kalimat-kalimat
yang isinya bertujuan memengaruhi pembaca ini cenderung mengandung kata-kata ajakan atau
imbauan, seperti ayo dan mari. Kata dan gaya bahasa yang digunakan pun dipilih yang semenarik
mungkin untuk semakin meyakinkan pembaca atas ajakan tersebut.

Paragraf Deskripsi

Jenis paragraf yang satu ini bertujuan membuat pembaca dapat merasakan ataupun membayangkan
hal yang dideskripsikan secara jelas dan nyata, seolah-olah pembaca dapat melihat, mendengar,
ataupun mencecap objek yang dijelaskan tersebut. Karena itulah, isinya merupakan gambaran
lengkap dari sebuah objek yang disusun dalam kalimat-kalimat.

Anda mungkin juga menyukai