Anda di halaman 1dari 21

PEMANFAATAN MEDIA PETA KONSEP DENGAN MODEL PROBLEM BASED

LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA


DIDIK PADA MATA PELAJARAN PPKn

PROPOSAL

OLEH
LALA INDRAWATI
193010204004

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNLOGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (P.IPS)
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan
judul “Pemanfaatan Media Peta Konsep Dengan Model Problem Based Learning Dalam
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PPKn “
Penulis menyadari tulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan tulisan ini. Pada proses penyelesaian
proposal ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Eli Karliani selaku Ketua Prodi PPKn Universitas Palangka Raya.
2. Bapak Ahmad Saefulloh, S.Pd.I., M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi
Penelitian dan Bimbingan Skripsi.
3. Bapak Sakman, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Seluruh Keluarga Besar Program Studi PPKn dan semua pihak yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan proposal ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya.

Palangka Raya, 07 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................................
Lembar Persetujuan............................................................................................................
Lembar Pengesahan.............................................................................................................
Abstrak..................................................................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................................
Daftar Tabel.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................
1.2. Fokus Penelitian...........................................................................................................
1.3. Rumusan Masalah........................................................................................................
1.4. Tujuan Penelitian.........................................................................................................
1.5. Manfaat Penelitian.......................................................................................................
1.6. Definisi Istilah...............................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Hakikat Pembelajaran PPKn.......................................................................................
2.2 Model Pembelajaran .....................................................................................................
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran PBL...............................................................
2.2.2 Langkah Pembelajaran PBL..............................................................................
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model PBL...........................................................
2.2.4 Pembelajaran PBL disertai Peta Konsep..........................................................
2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Peta Konsep.........................................................
2.3 Kemampuan Berpikir Kritis.........................................................................................
2.4 Hipotesis Penelitian........................................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................................
3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................................
3.2 Subjek Penelitian...........................................................................................................
3.3 Rancangan Penelitian....................................................................................................
3.3.1 Tahap Persiapan..................................................................................................
3.3.2Tahap Pelaksanaan...............................................................................................
3.4 Asumsi Penelitian...........................................................................................................
3.5 Instrumen Penelitian.....................................................................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................
3.7 Teknik Analisis Data.....................................................................................................
3.8 Validasi Instrumen.........................................................................................................
3.9 Uji Coba Pembelajaran.................................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Konsep – konsep pengetahuan sosial yang abstrak sukar dipahami oleh sebagian siswa
secara khusus dalam pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan memerlukan
kemampuan berpikir kritis siswa secara aktif untuk memahami konsep pembelajaran. (Chuchita,
2015)
Kemampuan siswa menjawab soal dan pertanyaan yang diajukan oleh guru merupakan
informasi awal terhadap penguasaan konsep yang diujikan tersebut supaya dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk media cara mengajar atau model belajar yang digunakan
oleh guru. Apabila diketahui ada peserta didik yang belum memahami dalam mempelajari satu
topik tertentu, maka guru dapat mengintropeksi cara mengajar, model mengajar yang digunakan,
dan selanjutnya mengupayakan perbaikan atau penyesuaian cara mengajar dengan jenis materi
yang akan diajarkanya.
Peta konsep secara khusus merupakan suatu gambaran yang memaparkan struktur konsep
yaitu keterkaitan antar konsep dari suatu gambaran yang menyatakan hubungan yang bermakna
antara konsep – konsep dari suatu materi pelajaran yang dihubungkan dengan suatu kata
penghubung sehingga membentuk suatu proposisi. Karena itu, peta konsep akan mendorong
sswa menghubungkan konsep – konsep selama belajar, sehingga tercapai pembelajaran yang
bermakna. (Dahlan, 2021)
Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru, oleh
karena itu guru sebagai pengelola pembelajaan dituntut mampu mencari alternative cara yang
dapat membangkitkan minat dan semangat belajar siswa (Oemar, 2008). Penggunaan media
yang cocok, bahan ajar yang sesuai, dan model yang tepat merupakan salah satu faktor
terpenting yang harus dilakukan oleh seorang guru.
Optimalisasi hasil belajar siswa yang diperoleh tidak hanya dilihat dari hasil belajar
(output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi dengan berbagai media dan model yang
dapat merangsang siswa untuk belajar lebih giat dan mempercepat pemahaman konsep yang
dipelajarinya. Pemahaman berasal dari kata paham yang berate mengerti. Pemahaman diartikan
sebagai kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mengerti sesuatu secara benar.
(Bahasa, 2008)
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang muncul adalah bagaimana guru
mengembangkan media dan model pembelajaran yang membimbing berpikir kritis dalam
memahami konsep mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Menurut
(Marsigit, 2011)guru memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai fasilitator, sumber belajar, dan
monitor kegiatan siswa. Pengembangan media dan model pembelajaran dilakukan agar
pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Permasalahan pada Problem Based Learning
bersumber pada masalah dunia nyata yang ada dilingkungan siswa sehingga siswa mampu
memperoleh pengetahuan pokok dari materi melalui kegiatan investigasi dan
mengkomunikasikanya dengan siswa lain, karena pada kegiatanya siswa bekerjasama dengan
siswa lain dalam kelompok kecil dan mempresentasikan hasilnya dalam kelompok besar
sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar. Problem Based Learning merupakan suatu
model yang dirancang untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya. (Daryanto, 2010)
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti “Pemanfaatan
Media Peta Konsep Dengan Model Problem Based Learning Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berikir Kritis Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PPKn

1.2. Fokus Penelitian


Fokus penelitian ini adalah Pemanfaatan Media Peta Konsep dengan Model Problem
Based Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran PPKn.

1.3. Rumusan Masalah


Bagaimana Pemanfaatan Media Peta Konsep dengan Model Problem Based Learning
Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PPKn?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
Pemanfaatan Media Peta Konsep dengan Model Problem Based Learning Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PPKn.

1.5. Manfaat Penelitian


1) Bagi guru PPKn, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
menyediakan media dan metode belajar yang interaktif dalam pembelajaran PPKn.
2) Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memotivasi siswa untuk belajar karena media
dan metode yang digunakan interaktif .
3) Bagi peneliti selanjutnya, hasl peneitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana
informasi dan bahan acuan untuk penelitian yang lebih relevan.
4) Peneliti yang bersangkutan, hasil penelitian ini sangat berguna untuk memotivasi agar
kedepanya selalu menggunakan media dan metode interaktif dalam pemblajaran
PPKn.

1.6 Definisi Istilah


1.6.1 Media Peta Konsep
Peta Konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah
konsep tunggal dihubungkan ke konsep – konsep lain pada kategori yang sama. (Metilistina,
2012)
1.6.2 Model Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang
menekankan pada penyelsaian masalah yang terjadi didunia nyata, model pembelajaran ini
mendorong siswa untuk mengenal cara belajarnya serta cara bekerja sama dalam kelompok
untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya. (Yustina, 2019)
1.6.3 Berpikir Kritis
Berpikir Kritis adalah sebuah proses intelektual dengan melakukan pembuatan konsep,
penerapan, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari observasi,
pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai dasar untuk menyakini dan melakukan
suatu tindakan. (Lilis, 2019)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hakikat Pembelajaran PPKn


Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata
pelajaran wajib dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar
(SD) sampai tingkat perguruan tinggi. Hal ini, ditegaskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37, sebagai berikut.
1. Kurikulum pendidikan dasar maupun menengah wajib memuat:
a. pendidikan agama,
b. pendidikan kewarganegaran,
c. bahasa,
d. matematika,
e. ilmu pengetahuan alam,
f. ilmu pengetahuan sosial,
g. seni dan budaya,
h. pendidikan jasmani dan olah raga,
i. keterampilan kejuruan,
j. muatan lokal.
2. Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. pendidikan agama,
b. pendidikan kewarganegaraa,
c. bahasa.
Berdasarkan pasal tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik sebagai warga negara, hal ini
dikarenakan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan yang membekali
siswa dengan seperangkat pengetahuan guna mendukung peran aktif mereka dalam masyarakat
dan negara di masa yang akan datang. Berkenaan dengan hal itu, (Syaifullah, 2008) mengatakan:
Pendidikan Kewarganegaraan atau civic education adalah mata pelajaaran dasar yang dirancang
untuk mempersiapkan para warga negara muda untuk mendorong peran aktif mereka di
masyarakat setelah mereka dewasa. Pernyataan di atas, sejalan dengan penjelasan pasal 39 ayat 2
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warganegara serta pendidikan
pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa negara.
Dari kedua pernyataan di atas, dapat peneliti tegaskan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan lebih memberikan pembekalan kepada warga negara agar menjadi warga
negara memiliki peran aktif di masa yang akan datang.
Pandangan lain tentang pengertian Pendidikan Kewarganegaraan disampaikan oleh
(Soemantri, 2001) bahwa Program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas
dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah,
masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir
kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berkenaan dengan pernyataan di atas, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi ditegaskan bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. (Undangan,
2003)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan adalah program pendidikan atau pembelajaran yang membekali siswa dengan
seperangkat pengetahuan sebagai upaya memanusiakan,nmembudayakan dan memberdayakan
serta menjadikan warga negara yang baik, yakni warga negara yang tahu akan hak dan
kewajibannya, memiliki pola pikir yang cerdas, kritis, sikap yang demokratis serta memiliki
karakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
2.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan
proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada
perilaku peserta didik seperti yang diharapkan. Model pembelajaran merupakan strategi yang
digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan peserta didik,
mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang
lebih optimal. (Trianto, 2011)
Model pembelajaran adalah suatu landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
psikologi pendidikan serta teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum serta implementasinya pada tingkat oprasional dikelas.Model
pembelajaran dapat diartikan juga sebagai pola yang digunakan dalam penyusunan kurikulum,
mengatur materi, dan memberi petunjuk pada guru kelas.Menurut Arends didalam buku (Agus,
2010), model pembelajaran merupakan model pembelajaran yang mengacu pada lingkungan
pembelajaran, dan pengolahan kelas serta pendekatan yang akan digunakan, termasuk
didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan atau
usaha didalaamnya menjelaskan tentang pendekatan belajar, tahap-tahap belajar, yang akan
digunakan untuk mencapai suatu tujuan dari proses kegiatan belajar mengajar.Pemilihan model
pembelajaran dapat memacu peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar. Salah satu alternatif
model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik dalam
memecahkan masalah adalah Model Problem Based Learning.
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran PBL.
Model pembelajaran model PBL merupakan model pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Model pembelajaran PBL
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif
peserta didik. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk
memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.
Model PBLatau pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang
didesain menyelesaikan masalah yang disajikan. PBL dapat dikatakan sebagai model
pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna
kepada peserta didik, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan
penyelidikan. PBL membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
dan keterampilan menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang
dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery
learning.27 Menurut Gallagher didalam buku (Uus, 2018), PBL merupakan situasi dimana peserta
didik dihadapkan pada situasi masalah, informasi yang tidak lengkap, dan pertanyaan yang
belum ada jawabannya.28 Berdasarkan beberapa pengertian diatas mengenai PBL dapat
disimpulkan bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didalamnya berisi
serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah dan
selanjutnya diselesaikan secara ilmiah atau dengan penemuan.

2.2.2 Langkah Pembelajaran PBL


Pembelajaran PBL didasarkan atas teori psikologi kognitif yang menyatakan bahwa
belajar adalah suatu proses yang didalamnya seorang pembelajar secara aktif mengkontruksi
pengetahuanya melalui interaksi dengan lingkungan belajar yang dirancang oleh fasilitator
pembelajaran. Terdapat lima langkah pelaksanaan pembelajaran PBL menurut Arends didalam
buku (Ngalimun, 2014) yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1
Sintaks Pembelajaran PBL
Fase Aktifitas Guru
Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
Mengorientasikan peserta didik pada suatu yang diperlukan, memotivasi peserta didik
masalah. untuk terlibat aktif pada aktivitas pemecahan
masalah.
Fase 2 Membantu peserta didik membatasi dan
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Fase 3 Mendorong peserta didik mengumpulkan
Membimbing penyelidikan individu maupun informasi yang sesuai, melaksanakan
kelompok. eksperimen, dan mencari untuk penjelasan
dan pemecahan.
Fase 4 Membantu peserta didik merencanakan dan
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, vidio, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Fase 5 Membantu peserta didik melakukan refleksi
Menganalisis dan mengevaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
proses pemecahan masalah digunakan selama berlangsungnya pemecahan
masalah.

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa sintak pembelajaran PBL adalah
memberikan suatu permasalahan kepada peserta didik, mendiagnosis masalah, pendidik
membimbing suatu proses pengumpulan data individu maupun kelompok, mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, menganalisis, mengevaluasi proses serta hasil. Model
pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan melalui kegiatan individu dan kegiatan
kelompok. Penerapan tersebut tergantung pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
pada materi yang diajarkan. Apabila materi yang diajarkan memerlukan pemikiran yang dalam
maka sebaiknya pembelajaran dilakukan melalui kegiatan kelompok atau sebaliknya.
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model PBL.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran PBL adalah sebagai
berikut :
1. Kelebihan.
a. Peserta didik didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah
dalam situasi nyata.
b. Peserta didik dapat memiliki kemampuan membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktivitas belajar.
c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak dipelajari peserta didik. Hal tersebut menggurangi beban
peserta didik dengan menghafal atau menyimpan informasi.
d. Terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok.
e. Peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
f. Peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
g. Kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching.
2. Kekurangan.
a. Peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipercayakan. Maka peserta didik akan
merasa ragu untuk mencoba.
b. Keberhasilan model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
c. PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru
berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran
yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan
masalah.
d. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta didik yang tinggi
maka akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
2.2.4 Pembelajaran PBL disertai Peta Konsep.
Pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasikan pada sebuah
penemuan. Peta konsep adalah ilustrasi dari grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana
sebuah konsep tunggal dihubungkan kekonsep-konsep lain pada kategori yang sama, merupakan
alat mencatat yang kreatif, efektif, dan akan memetakan pikiran secara harifah. Peta konsep
digunakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran dengan menggunakan materi yang
banyak sehingga disertai peta konsep dapat membantu pemahaman peserta didik dalam
menguasai konsep-konsep materi.
Penggunaan peta konsep dalam proses pembelajaran akan memberikan manfaat bagi
peserta didik, yaitu (1) menyelidiki apa yang telah diketahui peserta didik, (2) belajar bagaimana
cara belajar dan (3) sebagai alat evaluasi belajar. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih
jelas maka dijelaskan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1) Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konseo dan proposi suatu
bidang studi.
2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu
bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan proposional
antara konsep-konsep.
3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, ini berarti ada konsep yang lebih
inklusif dari konsep-konsep lain.
4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan suatu hierarki pada peta konsep tersebut.
Adapun langkah-langkah dalam membuat peta konsep menurut Arends didalam buku
Trianto adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2
Sintaks dalam Pembuatan Peta Konsep
Langkah 1 Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah
konsep.
Langkah 2 Mengidentifikasi ide - ide atau konsep – konsep sekunder yang
menunjang ide utama.
Langkah 3 Menempatkan ide – ide utama di tengah atau dipunjak peta tersebut.
Langkah 4 Mengelompokkan ide – ide sekunder disekeliling ide utama yang secara
visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Peta Konsep.


Adapun kelebihan dan kekurangan dari peta konsep adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan.
a. Dapat meningkatkan pemahaman peserta didik, karena peta konsep
merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna.
b. Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir peserta didik.
c. Akan memudahkan peserta didik dalam belajar.
2. Kekurangan.
a. Dalam menyusun peta konsep membutuhkan waktu yang cukup lama,
sedangkan waktu yang tersedia didalam kelas sangat terbatas.
b. Peserta didik sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat dalam materi yang
dipelajari.
c. Peserta didik sulit untuk menentukan kata penghubung untuk menghubungkan
konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
2.3 Kemampuan Berpikir Kritis
2.3.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti, induksi, deduksi,
klasifikasi, dan penalaran. Menurut Enis sebagaimana dikutip dalam Fisher (2009:4) berpikir
kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar untuk
menentukan apa yang akan dikerjakan dan diyakini.
Menurut Halpen sebagaimana dikutip dalam Achmad (2007: 1) berpikir kritis adalah
memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut
dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran
merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan
ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang
tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi, mempertimbangkan kesimpulan
yang akan diambil manakala menentukan beberapa factor pendukung untuk membuat keputusan.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi, mempertimbangkan kesimpulan yang
akan diambil manakala menentukan beberapa factor pendukung untuk membuat keputusan.
Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada focus yang
akan dituju
2.3.2 Tujuan Berpikir Kritis
Tujuan berpikir kritis diantaranya adalah untuk :
a. Mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud
dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman mengungkapkan
makna dibalik suatu kejadian.
b. Menentukan jawaban. Pemikiran kritis meneliti proses berpikir mereka sendiri dan proses
berpikir orang lain untuk mengetahui apakah proses berpikir mereka masuk akal.
c. Meneliti proses berpikir mereka sendiri pada saat menulis, memcahkan masalah,membuat
keputusan, atau mengambangkan sebuah proyek.
d. Mengevaluasi pemikiran tersirat dari apa yang telah mereka dengar dan baca.
e. Menganalisis tingkat mental untuk menguji tingkat keandalannya.
2.3.3 Indikator Berpikir Kritis.
Menurut Ennis terdapat lima tahap berpikir kritis dengan masing masing indikatornya
sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementari clarification).
2. Membangun keterampilan dasar (basic support).
3. Membuat inferensi atau menyimpulkan (inferring).
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
5. Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics).
Tabel 1.3
Indikator dan Keterangan Berpikir Kritis
No Indikator Berpikir Kritis Keterangan
1 Memberikan penjelasan Menganalisis pernyataan, mengajukan dan
sederhana. menjawab pertanyaan klarifikasi.
2 Membangun keterampilan dasar. Menilai kredibilitas suatu sumber, meneliti, menilai
hasil penelitian.
3 Membuat Inferensi. Mereduksi dan menilai deduksi, menginduksi dan
menilai induksi, membuat dan menilai
penilaian yang berharga.
4 Membuat penjelasan lebih lanjut. Mendefinisikan istilah, menilai definisi,
mengidentifikasi asumsi.
5 Mengatur strategi dan taktik. Memutuskan sebuah tindakan, berinteraksi
dengan orang lain.

2.4 Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan peningkatan signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik
yang dibelajarkan menggunakan media peta konsep dengan model problem based
learning dengan peserta didik yang dibelajarkan menggunakan media dan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran PPKn
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.


Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Zuriah (2007) penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala – gejala, fakta – fakta,
atau kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat – sifat populasi atau daerah tertentu.
Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan Pemanfaatan Media Peta Konsep dengan
Model Problem Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Pada Mata Pelajaran PPKn.

3.2 Subjek Peneltian.


Adapun untuk subjek penelitian nantinya peneliti akan melakukan penelitian terhadap
anak – anak yang bersekolah di Jenjang Sekolah Menengah Pertama.

3.3 Rancangan Penelitian.


3.3.1 Tahap Persiapan.
Tahap persiapan penelitian ini meliputi perijinan, observasi sekolah, dan penyusunan
instrument penelitian. Penjelasan setiap tahapan adalah sebagai berikut.
1. Perijinan.
Perijinan merupakan kegiatan Langkah awal yang harus dilalui seorang peneliti yang
akan melakukan penelitian baik itu perijinan kepada pihak kampus maupun sekolah.
2. Observasi.
Tahapan berikutnya adalah observasi ke sekolah tempat dilakukanya penelitian.
Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah, kurikulum yang di9gunakan
serta bagaimana proses belajar mengajar sekolah yang akan diteliti tersebut.
3. Penyusunan Instrumen Penelitian.
Instrumen yang digunakan berupa soal yang akan diberikan pada saat pre test dan
post test. Hal ini dilakukan untuk menilai kemampuan berpikir kritis peserta didik.
3.3.2 Tahap Pelaksanaan.
Adapun tahap pelaksanaan yang akan dilakukan yaitu sebagi berikut:
1. Pre Test.
Tahap ini dilakukan sebelum melakukan ujian atau assignment.
2. Assignment.
Untuk tahap ini dilakukan pada saat ujian berlangsung.
3. Post Test.
Kegiatan ini dilakukan ketiga assignment sudah dilaksanakan.

3.4 Asumsi Penelitian.


Asumsi dalam penelitian ini adalah siswa sudah pernah mempelajari materi yang akan
diujikan sehingga akan terlihat perubahan dari konsep awal, apakah peserta didik tersebut dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya Ketika pembelajaran tersebut dipadu padankan
dengan media peta konsep dan model pembelajaran problem based learning.

3.5 Instrumen Penelitian.


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen dalamm penelitian ini berupa tes tertulis yang diserahkan pada saat pre test,
assignment, dan post test. Instrumen yang digunakan berdasarkan pengembangan indicator yang
terdapat didalam RPP dan silabus.

3.6 Teknik Pengumpulan Data.


3.7 Teknik Analisis Data.
3.8 Validasi Instrumen.
3.9 Uji Coba Pembelajaran.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bahasa, P. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


Chuchita. (2015). Pengaruh Penggunaan LKS Berstruktur Pada Konsep Pemahaman Siswa.
Palangka Raya: Universitas Palangka Raya.
Dahlan, A. (2021). Pengertian Peta Konsep. Eureka Pendidikan, 1.
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.
Marsigit. (2011). Fungsi Utama Guru. Surabaya: PT. Intan Parawira.
Oemar, H. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Lilis, L. (2019). Berpikir Kritis & PBL (Problem Based Learning). Surabaya: Media Sahabat
Cendekia.

Metilistina, S. (2012). Pembelajaran Untuk Daerah Kepulauan. Yogyakarta: Perpustakaan


Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Yustina, I. A. (2019). Problem Based Learning (PBL) Berbasis Higher Order Thnking Skill
(HOTS) Melalui E - Learning. Klaten, Jawa Tengah: Lakeisha.

Anda mungkin juga menyukai