Anda di halaman 1dari 33

KLAUSUL 4

REGULASI TERKAIT K3

REGULASI PASAL ATURAN YANG BERLAKU SANKSI TERHADAP BUKTI PENAATAN STATUS DEPT TERKAIT NAMA PENGISI
DAN AYAT PELANGGARAN

UU No.1 Tahun 1970 tentang Pasal 10 Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pasal 15 Ayat (2) Pembinaan pencegahan Dept Tenaga Kerja NAFISA ARLIA
Keselamatan Kerja Ayat (1) Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna Peraturan perundangan tersebut kecelakaan dan
memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan pada ayat (1) dapat memberikan pemberantasan kebakaran
partisipasi efektif dari pengusaha atau ancaman pidana atas pelanggaran
pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja peraturannya dengan hukuman
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di kurungan selama-lamanya 3
bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka (tiga) bulan atau denda setinggi
melancarkan usaha berproduksi. tingginya Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah).

Pasal 12 Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan Ancaman pidana atas Adanya pengawasan dari NAFISA ARLIA
atau hak tenaga pelanggaran peraturannya ahli keselamatan kerja
kerja untuk : dengan hukuman yang ditunjuk oleh menteri
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta kurungan selama-lamanya 3 tenaga kerja
oleh pegawai (tiga) bulan atau denda setinggi
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja; tingginya Rp. 100.000,- (seratus
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang ribu rupiah).
diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua
syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana
syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat
perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-
hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-
batas yang
masih dapat dipertanggung-jawabkan
UU No.13 Tahun 2003 tentang Pasal 11 dan Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau Tidak ada Pelatihan Penggunaan Human resource NUR FITRIANA
Ketenagakerjaan Pasal 12 meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi Bejana Tekan
ayat 1 kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya Pelatihan Ahli K3 Madya
melalui pelatihan kerja. Pengusaha bertanggung jawab Pelatihan Sistem Tanggap
atas peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi Darurat
pekerjanya melalui pelatihan kerja.

Pasal 93 Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak sanksi pidana penjara paling Surat Keterangan Tidak Human Resource NUR FITRIANA
ayat 1 dan 2 melakukan pekerjaan. Namun, ketentuan tersebut tidak singkat 1 (satu) bulan dan paling Bekerja
berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila : lama 4 (empat) tahun dan/atau Slip Gaji
a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan denda paling sedikit Rp
pekerjaan; 10.000.000,00 (sepuluh juta
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari rupiah) dan paling banyak Rp
pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat 400.000.000,00 (empat ratus juta
melakukan pekerjaan; rupiah).
c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena
pekerja/buruh menikah, menikahkan, mengkhitankan,
membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau
keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau
menantu atau orang tua atau mertua atau anggota
keluarga dalam satu rumah meninggal dunia;
d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya
karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara;
e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya
karena menjalan-kan ibadah yang diperintahkan
agamanya;
f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang
telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri
maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari
pengusaha;
g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat
pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha;
i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari
perusahaan.

Pasal 9, 15, (9)Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk Pasal 17 ayat ayat 4 Pasal 18 Dept. Tenaga Kerja
17 membekali, meningkatkan, dan (1) Tenaga kerja berhak
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan Bagi penyelenggara pelatihan memperoleh pengakuan
kemampuan, produktivitas, dan kerja dalam waktu 6 (enam) kompetensi kerja setelah
kesejahteraan. bulan tidak memenuhi dan mengikuti
melengkapi saran per baikan pelatihan kerja yang di
(15)Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi sebagaimana dimaksud dalam selenggarakan lembaga
persyaratan : ayat (2) dikenakan sanksi pelatihan kerja pemerintah,
a. tersedianya tenaga kepelatihan; penghentian program pelatihan. lembaga
b. adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan kerja swasta, atau
pelatihan; pelatihan di tempat kerja.
c. tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan (2) Pengakuan kompetensi
d. tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan kerja sebagaimana
penyelenggaraan pelatihan kerja. dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan melalui
(16 ayat 1)Instansi yang bertanggung jawab di bidang sertifikasi kompetensi
ketenagakerjaan di kabupaten/kota dapat kerja.
menghentikan seme antara pelaksanaan (3) Sertifikasi kompetensi
penyelenggaraan pelatihan kerja, apabila kerja sebagaimana
dalam pelaksanaannya ternyata : dimaksud dalam ayat (2)
a. tidak sesuai dengan arah pelatihan kerja sebagaimana dapat pula diikuti
dimaksud dalam Pasal 9; oleh tenaga kerja yang
dan/atau telah berpengalaman.
b. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15.
(16ayat2) Penghentian sementara pelaksanaan
penyelenggaraan pelatihan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), disertai alasan dan saran
perbaikan dan berlaku paling lama
6 (enam) bulan.

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pasal 47 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi Setiap orang yang dengan pengawasan ketaatan Dept Lingkungan NAFISA ARLIA
PPLH Ayat (1) menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan sengaja melakukan perbuatan penanggung jawab usaha Hidup
hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, yang mengakibatkan dan/atau kegiatan terhadap
dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib dilampauinya baku mutu udara izin lingkungan.
melakukan analisis risiko lingkungan hidup. ambien, baku mutu air, baku
mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).

UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Pasal 164 Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi Menurut pasal 201 : korporasi Adanya medical chekup Tenaga medis/ dokter Muslih Abdul Majid
kesehatan pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
dapat dijatuhi pidana tambahan pada pekerja perusahaan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
berupa: Minimnya accident di
pekerjaan, a. pencabutan izin usaha; perusahaan
dan/atau
Pengelola tempat kerja wajib menjamin lingkungan b. pencabutan status badan
kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas hukum.
terjadinya kecelakaan kerja
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Pasal 28-29 Peran Lembaga Usaha dalam Penyelenggaraan Menurut Pasal 75-79, ketentuan Adanya kebijakan dan Pengusaha / Lembaga MUHAMMAD
Penanggulangan Bencana Penanggulangan Bencana, meliputi : pidananya terhadap pelaku sbb : komitmen Top Level Usaha WASHUL
a. Penyelenggaraan penanggulangan bencana a. Setiap orang yang lalai Manajemen dalam
dilakukan sendiri atau dengan pihak lain melakukan pembangunan membuat Sistem Tanggap (Top Level
b. menyesuaikan kegiatannya dengan kebijakan berisiko tinggi, tidak Darurat Kebencanaan Management)
penyelenggaraan penanggulangan bencana. dilengkapi dengan analisis (berisi kebijakan
c. wajib menyampaikan laporan kepada pemerintah risiko bencana yang manajemen sebagai
dan/atau badan yang diberi tugas melakukan mengakibatkan terjadinya komitmen, organisasi STD,
penanggulangan bencana serta bencana => pidana penjara Sumber Daya yang
d. menginformasikannya kepada publik secara 3-6 tahun dan denda Rp300 memadai). =>
transparan. juta - Rp2 Miliar (dilakukan Implementasi Elemen 1
e. wajib mengindahkan prinsip kemanusiaan dalam tidan sengaja) ATAU STD Kebijakan Keadaan
melaksanakan fungsi ekonominya dalam pidana penjara 5-8 tahun Darurat
penanggulangan bencana. dan denda Rp2 Miliar - Rp4
Miliar (dilakukan sengaja)
Pasal 31 4 Aspek Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana : b. Bila mengakibatkan Implementasi Elemen 2 QSHE
a. sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat; timbulnya kerugian harta mengenai Identifikasi Ahli K3L
b. kelestarian lingkungan hidup; benda atau barang => Keadaan Darurat (lokasi Semua Departemen
c. kemanfaatan dan efektivitas; dan pidana penjara 6-8 tahun perusahaan dan denah, sifat (Unsur
d. lingkup luas wilayah. dan denda Rp600 juta - Rp3 pekerjaan perusahaan, Penanggulangan,
Miliar (dilakukan tidak mesin/bahan, daftar semua Evakuasi dan
sengaja) ATAU pidana potensi keadaan darurat Penyelamatan,
penjara 8-12 tahun dan yang mungkin terjadi dan Penyelamatan
denda Rp3 Miliar - Rp6 melakukan penilaian Material, Medis,
Miliar risiko) Logistik)
c. Bila mengakibatkan
Pasal 36 Kegiatan Perencanaan Penanggulangan Bencana : matinya orang => pidana Implementasi Elemen 3
Ayat (4) a. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; penjara 8-10 tahun dan STD Perencanaan Awal
b. pemahaman kerentanan masyarakat; denda Rp3 Miliar - Rp6 (Preplanning) meliputi :
c. analisis kemungkinan dampak bencana; Miliar (dilakukan tidak prosedur menangani
d. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; sengaja) ATAU pidana keadaan darurat, lokasi dan
e. penentuan mekanisme kesiapan dan penjara 12-15 tahun dan instruksi fasilitas darurat,
penanggulangan dampak bencana; dan denda Rp6 Miliar - Rp12 prosedur evakuasi, alarm,
f. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang Miliar struktur TPKD, Jobdesc
tersedia. d. Setiap orang yang sengaja departemen, P3K, MSDs,
menghambat kemudahan flowchart, dst.
Pasal 37 Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana : akses penyelenggaraan
a. pengenalan dan pemantauan risiko bencana; penanggulangan bencana Implementasi Elemen 4
b. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; oleh BNPB dan BPBD => STD yakni pemyusunan
c. pengembangan budaya sadar bencana; pidana penjara 3 - 6 tahun SOP Keadaan Darurat dan
d. peningkatan komitmen terhadap pelaku dan denda Rp2 Miliar - Rp4 Elemen 5 STD yakni
penanggulangan bencana; dan Miliar Organisasi Keadaan
e. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan e. Bila dilakukan oleh Darurat dan Elemen 6 STD
penanggulangan bencana. korporasi maka selain yakni Prasarana Keadaan
pidana penjara dan denda Darurat
terhadap pengurusnya,
Pasal 38 Kegiatan Pencegahan Bencana : pidana yang dijatuhkan Implementasi Elemen 7
a. identifikasi dan pengenalan sumber bahaya atau terhadap korporasi => STD yakni Pembinaan dan
ancaman bencana; pidana denda dengan Pelatihan (Training)
b. kontrol penguasaan dan pengelolaan SDA yang berbentuk skenario
secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi pemberatan 3 kali dari pelatihan : first aid,
menjadi sumber bahaya bencana; pidana denda ATAU evakuasi kecelakaan,
c. pemantauan penggunaan teknologi secara tiba-tiba pencabutan izin usaha tanggap daruart ledakan,
dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ATAU pencabutan status kebakaran, gempa, banjir,
ancaman atau bahaya bencana; badan hukum tsunami, penanganan
d. penataan ruang dan pengelolaan lingkungan ceceran LB3, dst.
hidup; dan
e. penguatan ketahanan sosial masyarakat. Implementasi Elemen 8
STD yakni Komunikasi
Pasal 45 Kegiatan Kesiapsiagaan Bencana : secara internal dan
a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan komunikasi eksternal
kedaruratan bencana;
b. pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian Implementasi Elemen 9
sistem peringatan dini; STD yakni Investigasi dan
c. penyediaan dan penyiapan barang pasokan Pelaporan setiap kejadian
pemenuhan kebutuhan dasar; untuk nantinya dilaporkan
d. pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan kepada manajemen sebagai
gladi tentang mekanisme tanggap darurat; bahan evaluasi.
e. penyiapan lokasi evakuasi;
f. penyusunan data akurat, informasi, dan Implementasi Elemen 10
pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat STD yakni Inspeksi dan
bencana; dan Audit (secara Internal dan
g. penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan Eksternal) terhadap semua
peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana peralatan, SOP yang ada,
dan sarana. dokumen level 1-4 yang
ada terkait Keadaan
Pasal 46 Kegiatan Peringatan dini : Darurat (manual, SOP,
a. pengamatan gejala bencana; instruksi kerja,
b. analisis hasil pengamatan gejala bencana; catatan/rekaman/formulir
c. pengambilan keputusan oleh pihak yang K3)
berwenang;
d. penyebarluasan informasi tentang peringatan
bencana;
e. pengambilan tindakan oleh masyarakat.

Pasal 47 Kegiatan Mitigasi Bencana :


a. pelaksanaan penataan ruang;
b. pengaturan pembangunan, pembangunan
infrastruktur, tata bangunan; dan
c. penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan
pelatihan secara konvensional maupun modern.

Pasal 52 Upaya Penyelamatan dan Evakuasi Korban : Depart. Media


a. pencarian dan penyelamatan korban; Depart. Pengamanan
b. pertolongan darurat; dan/atau Depart. Penyelamatan
c. evakuasi korban. Material dan Evakuasi

Pasal 57 Kegiatan Penanggulangan Bencana : QSHE


a. Rehabilitasu Ahli K3L
b. Rekonstruksi Semua Departemen
Peraturan / UU Keselamatan Uap Pasal 5 Perusahaan yang merencanakan design pesawat uap ❖ Menurut Pasal 49, bila Gambar Boiler General Affair MUHAMMAD
Tahun 1930 harus mengajukan gambar rancangan ke Jawatan pesawat uap tidak dipakai > WASHUL
(Stoom Verordening) Pengawasan Perburuhan dan Pengawasan Keselamatan 3 tahun berturut-turut maka
Kerja kepala D.P.P.K.K dapat
mencabut Akta Izinnya.
❖ Menurut Pasal 50, pelaku
dihukum kurungan 3 bulan
atau denda paling tinggi 500
gulden = Rp3.963.442,15,-
(2021)

Pasal 6 Dilarang mengoperasikan atau menggunakan pesawat Sertifikasi boiler dari General Affair
uap tanpa izin persetujuan dari Kepala Jawatan Disnaker
Pengawasan Keselamatan kerja.
Jika tidak ada pemeriksaan ketel uap, maka diperlukan
dokumen yang berisi gambar pesawat uap dengan skala
1 : 12 dan dilengkapi ukuran yang tertulis lengkap +
pesawat uapnya ditembok disertai gambar penembokan
dan ukurannya.

Pasal 13 Semua pesawat uap akan di inspeksi oleh pemerintah Bukti Inspeksi dari General Affair dan
secara berkala dimana Ketel uap tekanan rendah harus Disnaker Maintenance
memiliki peralatan, minimal terdiri dari :
a. 1 gelas pedoman air
b. 1 alat pengisi
c. 1 pipa pengaman terbuka dengan keadaan ujungnya
pada batas air terendah dan memiliki garis tengah
ukuran minimal 50 mm, serta memiliki jarak antara
ujung-ujungnya yang diukur tegak lurus paling
besar 5 m

Pasal 23 Jika terjadi kecelakaan ledakan yang dikarenakan oleh Formulir Laporan ke General Affair
pesawat uap, harus dilaporkan kepada pemerintah Disnaker
(polisi atau pamong praja)

Pasal 34, 35, Ketel Uap harus memiliki izin (akta izin) dan diperiksa Izin dari Disnaker General Affair dan
40 secara berkala paling lambat 4 tahun sekali (ketel uap Maintenance
kapal diperiksa minimal 1 X dalam 1 tahun dan ketel
uap darat diperiksa minimal 1 kali dalam 2 tahun).

PP No. 50 Tahun 2012 tentang Pasal 5 Ayat Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Sertifikasi SMK3 Semua Departemen MUHAMMAD
Sistem Manajemen Keselamatan (1) perusahaannya. tentang Keselamatan Kerja Pasal WASHUL
dan Kesehatan Kerja (SMK3) 15, pinaltinya ialah hukuman
kurungan maksimal 3 bulan atau
denda maximal Rp 100 ribu
Pasal 6 Ayat 5 Prinsip Dasar SMK3 meliputi: Pelaksanaan SMK3
1 + a. penetapan kebijakan K3;
Lampiran I b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

Lampiran I Kegiatan Penetapan Kebijakan K3 paling sedikit


meliputi:
1. Penyusunan Kebijakan K3 (tinjauan awal kondisi
K3 dan proses konsultasi antara pengurus dan
buruh/wakil kerja)
2. Penetapan kebijakan K3

Pasal 9 Ayat Rencana K3 paling sedikit memuat:


(5) + a. tujuan dan sasaran;
Lampiran I b. skala prioritas;
c. upaya pengendalian bahaya;
d. penetapan sumber daya;
e. jangka waktu pelaksanaan;
f. indikator pencapaian; dan
g. sistem pertanggungjawaban.

Lampiran I Kegiatan dalam Pelaksanaan Rencana K3 paling sedikit


meliputi:
1. Tindakan Pengendalian
2. Perancangan dan Rekayasa
3. Prosedur dan Instruksi Kerja
4. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
5. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
6. Produk Akhir
7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan
dan Bencana Industri
8. Rencana dan Pemulihan eadaaan Darurat

Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Kinerja meliputi :


1. Pemeriksaan, Pengujian, Pengukuran
2. Audit Internal SMK3

Kegiatan Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3


meliputi :
1. evaluasi terhadap kebijakan K3;
2. tujuan, sasaran dan kinerja K3;
3. hasil temuan audit SMK3; dan
4. evaluasi efektivitas penerapan SMK3, dan
kebutuhan untuk pengembangan SMK3.
PP No. 22 Tahun 2021 tentang Pasal 278- Klasifikasi dan Identifikasi B3 dan LB3, berdasarkan : Paksaan pemerintah menurut Data B3 dan LB3 Ahli K3 Kimia dan MUHAMMAD
Penyelenggaraan Pengelolaan 279 dan 1. Kategorinya Pasal 511 Ayat (3): MSD’s WASHUL
Lingkungan Hidup (PPLH) Lampiran X a) Kategori 1 / Akut 1. penghentian sementara MSD’s (Material Safety
=> Fokus : Pada B3 dan LB3 b) Kategori 2 / Kronis kegiatan produksi; Data Sheets) QHSE
2. Sumbernya 2. pemindahan sarana
a) Tidak spesifik, produksi;
b) Spesifik, dan 3. penutupan saluran
c) Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang pembuangan air limbah atau
tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifik Emisi;
produk yang akan dibuang, dan bekas 4. pembongkaran;
kemasan B3) 5. penyitaan barang/ alat yang
3. Karakteristiknya berpotensi melanggar;
a) Mudah meledak 6. Penghentian sementara
b) Mudah menyala sebagian atau seluruh
c) Reaktif Usaha;
d) Infeksian 7. kewajiban menyusun DELH
e) Korosif atau DPLH; dan/atau
f) Beracun 8. tindakan lain yang bertujuan
g) Berbahaya bagi Lingkungan Perairan untuk menghentikan
4. Uji Toksikologi dan Uji TCLP pelanggaran dan tindakan
memulihkan fungsi
Pasal 280- ➢ Dibentuk oleh Menteri Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup. Hasil evaluasi uji Ahli K3 Kimia dan
281 (MENLH) yang terdiri atas : ketua, sekretaris, karakteristik LB3 dan MSD’s
anggota. Adapun susunan tim tersebut mencakup Denda Administratif rekomendasinya.
pakar : toksikologi, kesehatan manusia, proses Bagi yang tidak memiliki QSHE
industri, kimia, biologi, pakar lain yang ditentukan Persetujuan Lingkungan tetapi
MENLH. memiliki Perizinan berusaha
➢ Tupoksi Utama : Mengevaluasi hasil uji ATAU tidak memiliki
karakteristik LB3 paling lama 10 hari kerja sejak persetujuan lingkungan dan
ditugaskan menteri, meliputi identifikasi dan perizinan berusaha ATAU
analisis terhadap : a) hasil uji karakteristinya; b) penghasil dengan limbah
proses produksi yang menghasilkan Limbah; c) melebihi Baku Mutu Air
bahan baku dan/atau bahan penolong dalam proses Limbah, ialah sebesar Rp3
produksi. Miliar (Pasal 515-518).
➢ Hasil rekomendasi evaluasi (isinya : identitas LB3 a. Ringan (Rp1 juta - Rp5 juta)
Kategori 1 atau 2, dasar pertimbangan b. Sedang (Rp5 Juta - Rp15
rekomendasi, kesimpulan hasil evaluasi uji juta)
karakteristik limbah) harus dilaporkan kepada c. Berat Rp20 juta - Rp 25
MENLH paling lama 4 hari sejak hasil evaluasi juta.
diketahui.

Pasal 275- Penyelenggaraan Pengelolaan LB3 meliputi : Laporan secara tertulis Ahli K3 Kimia dan
449 a. penetapan Limbah B3; kepada MenLH terkait MSD’s
b. Pengurangan/reduksi Limbah B3 => Substitusi reduksi LB3 harus
bahan, modifikasi proses, dan/atau penggunaan disampaikan minimal 6 QSHE
teknologi ramah lingkungan) bulan sekali sejak reduksi
c. Penyimpanan Limbah B3 => Bangunan, LB3 dilakukan.
tangki/kontainer, silo, waste pile, waste
impoundment, bentuk lain sesuai IPTEK; Kegiatan Dumping harus
d. Pengumpulan Limbah B3 => segregasi dan menyertakan Persetujuan
penyimpanan LB3; Teknis (Persetujuan dari
e. Pengangkutan Limbah B3 => dengan alat angkut Pemerintah / PemDa
tertutup dan terbuka, memiliki rekomendasi berupa ketentuan standar
pengangkutan dan perizinan usaha pengangkutan PPLH dan/atau analisis
LB3; mengenai dampak
f. Pemanfaatan Limbah B3 => substitusi bahan lalu lintas Usaha dan/atau
baku, sumber energi, bahan baku, sesuai IPTEK; Kegiatan sesuai peraturan
g. Pengolahan Limbah B3 => termal, stabilisasi & perundang-undangan).
solidifikasi, cara lain sesuai IPTEK;
h. Penimbunan Limbah B3 => penimbusan akhir, Penerbitan Surat
sumur injeksi, penempatan di area bekas tambang, Kelayakan Profesional
bendungan penampung limba tambang, fasilitas (SLO) untuk kegiatan
penimbunan lain menurut IPTEK; Pengolahan LB3 paling
i. Dumping (Pembuangan) Limbah B3; lama 7 hari setelah
j. pengecualian Limbah B3; verifikasi. SLO memuat
k. perpindahan lintas batas Limbah B3; pernyataan pemenuhan
l. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup standar PPLH Uaha
dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dan/atau kegiatan sesuai
pemulihan fungsi Lingkungan Hidup; peraturan perundang-
m. Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan LB3; undangan.
n. pembiayaan.

PP No. 63 Tahun 2000 tentang Pasal 3-5 - penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau Menurut pasal 36-28 bila Pembuatan rencana Pekerja radiasi / HSE Muslih Abdul Majid
keselamatan dan kesehatan masyarakat tidak melebihi nilai batas dosis pengusaha melanggar maka akan penanggulangan keadaan ahli radiasi
terhadap pemanfaatan radiasi yang ditetapkan oleh Badan Pengawas; diberikan surat peringatan maka darurat yang terdiri atas
pengion - Pengusaha harus mencegah terjadinya instalasi akan dibekukan selama a. Jenis/klasifikasi
penerimaan dosis yang berlebih. 14 hari, bila masih tidak kecelakaan yang
- Pelepasan zat radioaktif ke lingkungan hidup mengindahkan maka akan mungkin terjadi pada
dari semua fasilitas tidak boleh mengakibatkan dibekukan sampai dengan 30 instalasi;
nilai batas dosis untuk masyarakat dilampaui. hari b. Upaya
penanggulangan
Bila masih ditemui kelalaian terhadap jenis
maka Badan Pengawas dapat /klasifikasi kecelakaan
langsung mencabut izin tersebut;
pemanfaatan tenaga nuklir c. Organisasi
penanggulangan
keadaan darurat;
d. Prosedur
penanggulangan
keadaan darurat;
e. Peralatan
penanggulangan yang
harus di sediakan dan
perawatannya
f. Personil
penanggulanga
g. Latihan
penanggulangan
h. Sistem komunikasi
dengan pihak lain
Pasal 7-29 Pengusaha instalasi harus menerapkan sistem
manajemen keselamatan radiasi, yang meliputi
a. organisasi proteksi radiasi,
b. pemantauan dosis radiasi dan radioaktivitas,
c. peralatan proteksi radiasi,
d. pemeriksaan kesehatan,
e. penyimpanan dokumen, dan
f. jaminan kualitas,
g. serta pendidikan dan pelatihan

Pasal 32 Pengusaha instalasi harus melakukan


a. upaya pencegahan terjadinya kecelakaan
radiasi
b. Membuat rencana penanggulanagn keadaan
darurat kecelakaan radiasi

PP No. 88 Tahun 2019 tentang Pasal 4 Standar Kesehatan Kerja dalam upaya pencegahan Tidak ada Pengawas K3 dituntut HIPERKES RACHEL MADELINE
Kesehatan Kerja penyakit meliputi: untuk menciptakan ROMASTA
a. identifikasi, penilaian, dan pengendalian potensi lingkungan kerja yang baik
bahaya kesehatan; bagi kesehatan, penyediaan
b. pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan kerja; tenaga kesehatan di tempat
c. pelindungan kesehatan reproduksi; kerja, serta dilaksanakan
d. pemeriksaan kesehatan; pemeriksaan kesehatan
e. penilaian kelaikan bekerja; secara rutin bagi pekerja
f. pemberian imunisasi dan/atau profilaksis bagi
Pekerja berisiko tinggi;
g. pelaksanaan kewaspadaan standar; dan
h. surveilans Kesehatan Kerja.

PP No. 7 Tahun 1973 tentang Pasal 2 ayat Setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan Hukuman berdasarkan ketentuan Setiap orang atau badan Departemen Pertanian Puspaning DA
Pengawasan atas Peredaran, 1 pestisida yang tidak didaftar dan atau memperoleh izin Pasal 9 Undang-undang Nomor hukum yang mengedarkan
Penyimpanan, dan Penggunaan Menteri Pertanian. 11 Tahun 1962 dan menyimpan pestisida
Pestisida pada saat Peraturan
Pemerintah ini berlaku,
Pasal 2 ayat Prosedur permohonan pendaftaran dan izin diatur lebih wajib menyesuaikan
2 lanjut oleh Menteri Pertanian. dengan ketentuan-
ketentuan Peraturan
Pasal 2 ayat Peredaran dan penyimpanan pestisida diatur oleh Pemerintah ini didalam
3 Menteri Perdagangan atas usul Menteri Pertanian. jangka waktu 12 (duabelas)
bulan.
Pasal 6 Setiap orang atau badan hukum dilarang mengedarkan,
menyimpan atau menggunakan pestisida yang telah
memperoleh izin, menyimpang dari petunjuk-petunjuk
yang ditentukan pada pemberian izin

PP No. 19 Tahun 1973 tentang Pasal 2 Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas Tidak ada Pengawasan keselamatan Departemen Puspaning DA
Pengaturan dan Pengawasan keselamatan kerja dalam bidang Pertambangan dengan kerja dibidang Pertambangan
Keselamatan Kerja di Bidang berpedoman kepada Undang-undang Nomor 1 Tahun pertambangan Menteri
Pertambangan 1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Pertambangan mengangkat
pejabat-pejabat yang akan
melakukan tugas tersebut
setelah mendengar
pertimbangan Menteri
Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi

PP No. 11 Tahun 1979 Pasal 36 Tentang larangan umum di tempat pemurnian memasang rambu-rambu Menurut pasal 53 Dipidana All Dept
Tentang keselamatan kerja pada Dilarang membawa atau menyalakan api terbuka, peringatan ditempat-tempat yang selama-lamanya 3 (tiga) Muslih Abdul Majid
pemurnian dan pengolahan minyak membawa barang pijar atau sumber yang dapat mudah terlihat. bulan atau denda setinggi-
dan gas bumi menimbulkan percikan api di dalam tempat pemurnian tingginya Rp 100.000,-
dan pengolahan, (seratus ribu rupiah)
Kepala Teknik yang
melakukan pelanggaran
atas ketentuanketentuan

Pasal 37 Tentang pencemaran lingkungan Pembuangan air Rendahnya kandungan minyak Menurut pasal 53 Dipidana HSE
buangan industri ke saluran air, sungai dan laut tidak bumi yang mencemari selama-lamanya 3 (tiga)
boleh mengandung : lingkungan sekitar bulan atau denda setinggi-
a. kadar minyak bumi beserta hasil pemurnian dan tingginya Rp.100.000,-
pengolahannya melebihi (seratus ribu rupiah)
jumlah kadar yang ditentukan; Pengusaha yang
b. kadar bahan kimia lainnya melebihi jumlah kadar melakukan pelanggaran
yang ditentukan atas ketentuanketentuan

Pasal 40 Tentang APD Pengusaha wajib menyediakan dalam Tersedianya APD yang sesuai Menurut pasal 53 Dipidana HSE
jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pekerjaan selama-lamanya 3 (tiga)
pelindung diri yang jenisnya disesuaikan dengan sifat bulan atau denda setinggi-
pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja tingginya Rp.
100.000,-(seratus ribu
rupiah) setiap orang yang
melakukan pelanggaran
atas
ketentuan-ketentuan

Perpres No. 7 Tahun 2019 tentang Pasal 2 ayat Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Tidak ada Memfasilitasi diagnosis Hiperkes NUR FITRIANA
Penyakit Akibat Kerja 1 dan 3 Kerja berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas dan klaim jaminan
manfaat jaminan kecelakaan kerja meskipun hubungan kecelakaan kerja
kerja telah berakhir. Penyakit Akibat Kerja
sebagaimana dimaksud meliputi jenis penyakit:
a. yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari
aktivitas pekerjaan;
b. berdasarkan sistem target organ;
c. kanker akibat kerja; dan
d. spesifik lainnya.

Pasal 3 Diagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja Tidak ada Penyediaan dokter Hiperkes NUR FITRIANA
berdasarkan surat keterangan dokter merupakan perusahaan atau kerjasama
diagnosis jenis Penyakit Akibat Kerja yang dilakukan dengan pusat kesehatan
oleh dokter atau dokter spesialis, yang berkompeten di
bidang kesehatan kerja

Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Pasal 11 Setiap Pemberi Kerja wajib mendaftarkan dirinya dan Tidak ada Penyediaan jaminan Kementerian Nurul Asmaaul Husna
jaminan kesehatan Pekerjanya sebagai peserta Jaminan Kesehatan kepada kesehatan (BPJS) kepada Kesehatan
BPJS Kesehatan dengan membayar iuran. pekerja

Pasal 17 Pemberi Kerja wajib membayar Iuran Jaminan - Penyediaan jaminan Kementerian Nurul Asmaaul Husna
Kesehatan seluruh Peserta yang menjadi tanggung kesehatan (BPJS) kepada Kesehatan
jawabnya pada setiap bulan yang dibayarkan paling pekerja
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan.

Keppres No. 41 Tahun 1996 Pasal 6 (1)Setiap Perusahaan Kawasan Industri wajib memperoleh Tidak ada a.penyediaan/penguasaan Departemen Nahli Aulia
tentang kawasan industri Izin Usaha Kawasan Industri. tanah; pertanahan
(2) Izin Usaha Kawasan Industri bagi Perusahaan Kawasan b. penyusunan rencana tapak
Industri yang penanaman modalnya tidak berstatus tanah;
Penanaman Modal Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri, c. rencana teknis kawasan;
diberikan oleh Menteri. d. penyusunan Analisis
(3) Izin Usaha Kawasan Industri yang penanaman modalnya Mengenai Dampak
dilakukan dalam rangka Undang-undang Nomor 1 Tahun Lingkungan;
1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah e. penyusunan Tata Tertib
diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970, dan Kawasan Industri;
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman f. pematangan tanah;
Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan g. pemasaran kapling industri;
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970, diberikan oleh h. pembangunan serta
Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan pengadaan prasarana dan
Koordinasi Penanaman Modal atas nama Menteri. sarana penunjang
(4) Izin Usaha Kawasan Industri bagi Perusahaan Kawasan termasuk pemasangan
Industri yang tidak berstatus Penanaman Modal instalasi/peralatan yang
Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri dan yang berstatus diperlukan.
Penanaman Modal Dalam Negeri berlaku untuk seterusnya
selama Perusahaan Kawasan Industri masih melaksanakan
pengelolaan Kawasan Industri tersebut, dan untuk
Perusahaan Kawasan Industri yang berstatus Penanaman
Modal Asing berlaku untuk 30 tahun, sepanjang memenuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Permenaker No. 8 Tahun 2020 Pasal 3 Pelaksanaa syarat K3 pesawat angkat, pesawat angkut, Tidak ada perencanaan, pembuatan, HSE Nahli Aulia
tentang Keselamatan dan Kesehatan dan laat bantu angkat dan angkut sebagaimana pemasangan dan/atau
kerja Pesawat Angkat dan Angkut dimaksud dalam pasal 2 bertujuan : perakitan, pemakaian atau
a. Melindungi K3 tenaga kerja dan orang lain yang pengoperasian,
pemeliharaan dan perawatan,
berada di tempat kerja dari potensi bahaya pesawat
perbaikan, perubahan
angkat, pesawat angkut, dan alat bantu angkat dan atau modifikasi, serta
angkut pemeriksaan dan pengujian
b. Menjamin dan memastika pesawat angkat, pesawat Pesawat Angkat dan Pesawat
angkut dan alat bantu angkat dan angkut Angkut;
c. meningkatkan tempat kerja yang aman dan sehat
untuk meningkatkan produktivitas

UU RI No. 3 Tahun 1992 Pasal 1 ➢ Jaminan Sosial Kesehatan Pasal 29 Penyediaan jaminan Departemen Tenaga Muhammad Fauzan Al
➢ Tenaga Kerja (1) Barang siapa tidak memenuhi pemeliharaan dan Kerja Ma’ruf
➢ Pengusaha kewajiban sebagaimana perlindungan kesehatan
➢ Perusahaan dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1);
➢ Upah Pasal 10 ayat (1), ayat (2), dan
➢ Kecelakaan Kerja ayat (3); Pasal 18 ayat (1), ayat
➢ Cacad (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat
➢ Sakit (5): Pasal 19 ayat (2): Pasal 22
➢ Pemeliharaan Kesehatan ayat (1); dan Pasal 26. diancam
➢ Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dengan hukuman kurungan
➢ Badan Penyelenggara selama-lamanya 6 (enam) bulan
➢ Menteri atau denda setinggi-tingginya
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).
(2) Dalam hal pengulangan
tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
untuk kedua kalinya atau lebih,
setelah putusan akhir telah
memperoleh kekuatan
hukum tetap, maka pelanggaran
tersebut dipidana kurungan
selama-lamanya 8.
(delapan) bulan
(3) Tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah
pelanggaran.

PER-04/MEN/1995 Pasal 2 PJK3 (perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan Pasal 17 Jasa Pengukuran Muhammad Dhiya Ulhaq
kerja) dalam melaksanakan kegiatan jasa K3 harus PJK3 yang telah ditunjuk oleh Jasa Audit
terlebih dahulu memperoleh keputusan penunjukan dari Menteri Tenaga kerja c.q. Jasa Pemeriksaan
Menteri Tenaga Kerja c.q. Direktur Jendral Pembinaan Direktur Jendral Pembinaan dsb.
dan Pengawasan Ketenagakerjaan. Hubungan Industri dan
pengawasan Ketenagakerjaan,
apabila dalam melaksanakan
Pasal 7 Syarat - Syarat Penunjukkan kewajibannya tidak sesuai
Pasal 7 dengan Ketentuan Peraturan
Untuk menjadi PJK3 sebagaimana dimaksud dalam Menteri ini dapat dikenakan
pasal 1 huruf b harus memenuhi sanksi pencabutan Keputusan
persyaratan sebagai berikut : penunjukan sebagai PJK3
a. Berbadan hukum;
b. Memiliki ijin usaha perusahaan (SIUP);
c. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP);
d. Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan;
e. Memiliki peralatan yang memadai sesuai usaha
jasanya;
f. Memiliki ahli K3 yang sesuai dengan usaha jasanya
yang bekerja penuh pada perusahaan yang
bersangkutan;
g. Memiliki tenaga teknis sesuai usaha jasanya
sebagaimana dimaksud dalm pasal 3 huruf b.
Hak dan Kewajiban

Pasal 11 PJK3 yang telah mendapatkan keputusan penunjukan


sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (4), berhak :
a. Melakukan kegiatan sesuai dengan keputusan
penunjukan.
b. Menerima imbalan jasa sesuai dengan kontrak di
luar retribusi pengawasan norma keselamtan dan
kesehatan kerja, sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku.

Pasal 12 PJK3 yang telah mendapatkan keputusan penunjukan


sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (4), berkewajiban :
a. Mentaati semua peraturan perundang-undang yang
berlaku;
b. Mengutamakan pelayanan dalam rangka
pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai
dengan peraturan perundang-undang yang berlaku;
c. Membuat kontrak kerja dengan pcmberi kerja yang
isinya antara lain memuat secara jelas hak
kewajiban;
d. Memelihara dokumen kegiatan untuk
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun

Pasal 13 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal


12 PJK3 harus melaporkan dan berkonsultasi dengan
Kepala Kantor Departemen atau Kepala Kantor
Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat sebelum
dan sesudah melakukan kegiatan dengan menyerahkan
laporan teknis sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 14 PJK3 yang melakukan kegiatan di bidang jasa


pemeriksaan dan pengujian teknik atau jasa
pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan
kerja yang mengakibatkan kerusakan atau kerugian
pihak lain karena tidak mengikuti pihak lain karena
tidak mengikuti produsen sesuai peraturan perundang-
undngan yang berlaku, wajib bertanggung jawab atas
kerusakan atau kerugian tersebut.

Ketentuan Lain Lain

Pasal 15 Dalam hal adanya perubahan Ahli K3 atau tenaga


teknis, PJK3 harus melaporkan kepada Menteri Tenaga
Kerja c.q. Direktur Jendral Pembinaan Hubungan
Industri dan Pengawasan Ketenagakerjaan.

Pasal 16 (1) Penunjukan PJK3 sebagaimana dimaksud dalam


Peraturan Menteri ini untuk mencapai nihil
kecelakaan di tempat kerja.
(2) Untuk mencapai nihil kecelakaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), PJK3 haruis memiliki
arena. Dan prasarana yang diperlukan untuk
pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
(3) Untukmemenuhi pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Menteri
Tenaga Kerja dapat menunjuk badan tertentu untuk
melaksanakan kegiatan jasa K3.

Permenaker No. 5 Tahun 2018 Pasal 58 Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Tidak ada Pemeriksaan dan pengujian HSE Nina Nur Apriliani
tentang keselamatan dan kesehatan Lingkungan Kerja wajib dilakukan pemeriksaan lingkungan kerja
kerja lingkungan kerja dan/atau Pengujian.

Permenaker No. 38 Tahun 2016 Pasal 1 ayat Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat Pasal 144 ; Pengawasan pelaksanaan Departemen tenaga Nendhy Ade bima Eka
tentang Keselamatan dan 2 Tenaga dan Produksi yang selanjutnya disebut Pengusaha dan/atau pengurus K3 Pesawat Tenaga dan kerja Saputra
Kesehatan Kerja Pesawat tenaga Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis adalah Pengawas yang tidak memenuhi ketentuan Produksi di Tempat Kerja
dan Produksi Ketenagakerjaan yang memiliki keahlian di bidang K3 dalam peraturan menteri ini Dilaksanakan oleh
Pesawat Tenaga Dan Produksi yang ditunjuk oleh dikenakan sanksi sesuai dengan Pengawas Ketenagakerjaan
Menteri untuk melakukan pengujian norma Undang-undang Nomor 1 Tahun Spesialis sesuai dengan
ketenagakerjaan sesuai peraturan perundangundangan 1970 tentang Keselamatan Kerja ketentuan peraturan
dan Undang-Undang Nomor 13 perundang-undangan
Pasal 1 ayat Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Tahun 2003 tentang
3 Pesawat Tenaga dan Produksi yang selanjutnya disebut Ketenagakerjaan
Ahli K3 Bidang Pesawat Tenaga dan Produksi adalah
tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari luar instansi
yang membidangi ketenagakeijaan yang ditunjuk oleh
Menteri untuk mengawasi ditaatinya peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan di bidang
Pesawat Tenaga Dan Produksi.

Permenaker No. 9 Tahun 2016 Pasal 2 & 3 Pengusaha/Pengurus wajib menerapkan K3 dalam Sanksi hukum, sanksi denda Pengadaan sistem Departemen tenaga Rachel Madeline Romasta
tentang Keselamatan dan bekerja pada ketinggian. Bekerja pada Ketinggian keselamatan saat bekerja di kerja
Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan K3 yang meliputi: ketinggian serta
pada Ketinggian a. Perencanaan penyediaan alat
b. prosedur kerja keselamatan yang lengkap
c. teknik bekerja aman
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur
e. Tenaga Kerja

Permenaker No. 33 Tahun 2015 Pasal 10 (1) Pemeriksaan dan Pengujian dilakukan oleh : Tidak ada Adanya pemeriksaan dan Ahli K3 Listrik Paulina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ayat 1-3 a. Pengawas Ketenagakerjaan spesialis K3 pengujian oleh pengawas
Listrik di tempat kerja Listrik; ketenagakerjaan
b. Ahli K3 bidang listrik pada perusahaan dan
/atau
c. Ali K3 bidang listrik pada PJK3
(2) Pemeriksaan dan pengujian dilakukan :
a. Sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna
b. Setelah ada perubahan/perbaikan
c. Secara berkala.
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian digunakan
sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan/atau
tindakan hukum oleh Pengawas Ketenagakerjaan.

Permenaker No. 26 Tahun 2014 Pasal 2 ayat (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang Tidak ada Lembaga Audit SMK3 Departemen Tenaga Puspaning DA
tentang Penyelenggara Penilaian 1 dan 2 terintegrasi dengan sistem di perusahaan. (2) menyampaikan laporan Kerja
Penerapan Sistem Manajemen Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Audit SMK3 kepada
keselamatan dan Kesehatan kerja berlaku bagi perusahaan: a. mempekerjakan Menteri Direktur Jenderal
pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau dengan tembusan kepada
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Dinas Provinsi dan
pengurus perusahaan yang
Pasal 3 ayat (1) Perusahaan yang telah melaksanakan penerapan di audit dengan bentuk
1, 2, dan 3 SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan laporan sesuai dengan
penilaian penerapan SMK3 melalui Audit Eksternal Peraturan Pemerintah yang
SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3 yang ditunjuk oleh mengatur tentang Sistem
Menteri. Manajemen Keselamatan
(2) Penilaian penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud dan Kesehatan Kerja.
pada ayat (1) dilakukan terhadap: a. perusahaan yang
secara sukarela mengajukan permohonan Audit SMK3;
b. perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi
antara lain perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan, minyak dan gas bumi; c. perusahaan
yang mempunyai potensi bahaya tinggi berdasarkan
penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas
Provinsi.
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian di
perusahaan oleh pengawas ketenagakerjaan.

Permenaker No. 4 Tahun 1980 Pasal 4 ayat Penempatan tersebut ayat (1:Setiap satu atau kelompok Pasal 25 : Pasal 15 ayat 1 : Deoartemen Tenaga Mallisa
tentang syarat pemasangan dan 5 alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada Pengurus yang tidak mentaati dilakukan percobaan secara Kerja dan
pemeliharaan APAR posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai ketentuan tersebut pasal 24 berkala dengan jangka Transmigrasi
dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda diancam dengan hukuman waktu tidak melebihi 5
pemasangan.) antara alat pemadam api yang satu kurungan selama-lamanya 3 (lima) tahun sekali dan
dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya (tiga) bulan atau denda setinggi- harus kuat menahan
tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain tingginya Rp. 100.000,- (Seratus tekanan coba menurut
oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja. ribu rupiah) sesuai dengan pasal ketentuan ayat (2),(3), dan
15 ayat (2) dan (3) Undang- ayat (4), pasal ini selama
undang No. 1 Tahun 1970 30 (tiga puluh) detik.
tentang Keselamatan Kerja.

Permenaker RI No 5 Tahun Pasal 4 ayat Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 sebagaimana Untuk pembuktian Menteri Tenaga Kerja NOVERA DJOTRY
1996 tentang Sistem 1 dimaksud dalam pasal 3, Perusahaan wajib penerapan Sistem Republik Indonesia KARTIKASARI
Manajemen Keselamatan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Manajemen K3,
Kesehatan Kerja. a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan perusahaan dapat
kesehatan kerja dan menjamin komitmen melakukan audit melalui
terhadap penerapan Sistem Manajemen K3; badan audit yang ditunjuk
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan oleh Menteri.
dan sasaran penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan
kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan
pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara
berkesinambungan dengan tujuan
meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.

Permenakertrans No. 15 Tahun Pasal 3 ayat (1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana Tidak ada Pelatihan dan pemberian Paulina
2008 tentang Pertolongan Pertama 1-4 dimaksud dalam harus memiliki lisensi dan buku lisensi akan dikeluarkan
Pada Kecelakaan Di Tempat Kerja kegiatan P3K dari Kepala Instansi yang oleh Direktur Jenderal
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Pembinaan Pengawasan
setempat. Ketenagakerjaan.
(2) Untuk mendapatkan lisensi harus memenuhi
syarat syarat sebagai berikut :
a. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K; dan
d. memiliki pengetahuan dan keterampilan
dasar di bidang P3K di tempat kerja yang
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan.
(3) Pemberian lisensi dan buku kegiatan P3K
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan
biaya.
(4) Pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan.

Permenakertrans No. 9 Tahun Pasal 1 ayat Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Pasal 37 Pasal 36 Pengawasan Departemen Tenaga Nurul Huda Setiawan
2010 tentang operator pesawat 10 selanjutnya disingkat Lisensi K3 adalah kartu tanda Pengusaha atau pengurus yang terhadap ditaatinya Kerja
angkat dan angkut kewenangan seorang operator untuk mengoperasikan mempekerjakan operator Peraturan Menteri ini
pesawat angkat dan angkut sesuai dengan jenis dan dan/atau petugas pesawat angkat dilakukan oleh Pengawas
kualifikasinya atau petugas untuk penanganan pesawat dan angkut yang tidak memiliki Ketenagakerjaan.
angkat dan angkut. Lisensi K3 dan buku kerja, dan
Pasal21-26 Tata cara mendapatkan lisensi K3 operator angkat dan tidak memenuhi kualifikasi dan
angkut, tata cara memperpanjang lisensi K3. jumlah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dan Pasal 4
dikenakan sanksi sesuai Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970.

Pasal 27
Lisensi K3 dan buku kerja dapat
dicabut apabila operator atau
petugas pesawat angkat dan
angkut yang bersangkutan
terbukti: a. melakukan tugasnya
tidak sesuai dengan jenis dan
kualifikasi pesawat angkat dan
angkut; b. melakukan kesalahan,
atau kelalaian, atau kecerobohan
sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya atau kecelakaan kerja;
Pasal 35 Pelaksanaan pembinaan K3 bagi operator dan petugas dan c. tidak melaksanakan
pesawat angkat dan angkut dilakukan oleh: a. instansi kewajibannya sebagaimana
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang dimaksud dalam Pasal 34 sesuai
ketenagakerjaan pada pemerintah provinsi dan bidangnya.
pemerintah kabupaten/kota; dan b. perusahaan jasa
keselamatan dan kesehatan kerja bidang pembinaan
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal berkoordinasi
dengan instansi yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah
provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota. (2)
Dalam hal perusahaan akan melakukan pembinaan
secara mandiri (in house training) maka harus
mengajukan permohonan ke instansi yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya di bidang
ketenagakerjaan pada pemerintah provinsi dan/atau
pemerintah kabupaten/kota. 12 (3) Materi pembinaan
K3 bagi operator dan petugas pesawat angkat dan
angkut ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Permenakertrans No. 8 Tahun Pasal 1-8 Perusahaan wajib menyediakan Alat Pelindung Diri Pasal 9 Pengusaha atau pengurus Pasal 10 Pengawasan Departemen Tenaga Nurul Huda Setiawan
2010 tentang Alat Pelindung Diri yang layak dan dapat menjamin keselamatan, dan yang tidak memenuhi ketentuan terhadap ditaatinya Kerja
kesehatan para pekera. Di peraturan ini juga sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini
menyebutkan APD yang sudah tidak layak langsung Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 dilakukan oleh Pengawas
dibuang dan diganti dengan APD yang baru sesuai dapat dikenakan sanksi sesuai Ketenagakerjaan. Pasal 11
standar yang berlaku. Undang-Undang Nomor 1 Tahun Peraturan Menteri ini mulai
1970 berlaku pada tanggal
ditetapkan. Agar setiap
orang mengetahuinya,
Peraturan Menteri ini
diundangkan dengan
penempatan dalam Berita
Negara Republik
Indonesia.

Permenkes No. 70 Tahun 2016 Pasal 2 ayat 1. Setiap industri wajib memenuhi standar dan Mencegah timbulnya Nina Nur Apriliani
tentang Standar dan Persyaratan 1-2 menerapkan persyaratan kesehatan lingkungan gangguan kesehatan dan
Kesehatan Lingkungan Kerja kerja industri. pencemaran lingkungan di
2. Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) industri, mewujudkan
meliputi: a. industri dengan usaha besar; b. kualitas kesehatan
industri dengan usaha menengah; c. industri lingkungan
dengan usaha kecil; dan d. industri dengan kerjaberdasarkan NAB
usaha mikro. (Nilai ambang Batas), IPB
(Indikator Pajanan
Biologi), dan SBM
(Standar Baku Mutu) serta
persyaratan kesehatan
lingkungan kerja industri

Permenkes No. 56 Tahun 2016 Pasal 3 Pelayanan penyakit akibat kerja meliputi: Tidak Ada Pemeriksaan dan Dani
Tentang Penyelenggaraan a. diagnosis penyakit akibat kerja; dan diagnosis penyakit
Pelayanan Penyakit Akibat Kerja b. tata laksana penyakit akibat kerja. akibat kerja

Permenkes No. 35 Tahun 2012 Pasal 1 Pengaturan Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Tidak ada Terjadinya perubahan Menteri Kesehatan Puspaning DA
Kesehatan Akibat Perubahan Iklim bertujuan untuk iklim menurunkan kualitas
memberikan acuan bagi petugas /aparatur kesehatan di lingkungan hidup dan
lingkungan Kementerian Kesehatan, provinsi, dan merupakan faktor risiko
kabupaten/kota, serta pemerhati perubahan iklim dan kesehatan yang perlu
kesehatan dalam rangka identifikasi faktor risiko diidentifikasi dan dikelola
kesehatan yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan sehingga tidak
iklim. menimbulkan masalah
kesehatan masyarakat
Pasal 2 Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan sebagaimana sehingga ditetapkannya
dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan terhadap faktor Peraturan Menteri
risiko: a. penyakit tular ector (vector borne disease); b. Kesehatan tentang
penyakit tular air dan makanan (water and foodborne Pedoman Identifikasi
disease); c. penyakit tular udara (airborne disease); d. Faktor Risiko Kesehatan
penyakit tidak menular; e. kejadian bencana; f. Akibat Perubahan Iklim
gangguan kesehatan jiwa; dan g. masalah gizi; akibat
perubahan iklim.

Pasal 4 Setelah dilakukan identifikasi faktor risiko kesehatan


akibat perubahan iklim harus dilakukan analisis dan
pengendalian faktor risiko agar tidak menimbulkan
dampak buruk terhadap kesehatan dengan mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait.

Permenkes No. 48 Tahun 2016 Pasal 11 (1)Standar K3 Perkantoran meliputi : Pasal 23 ayat 1 dan 2 Mentri Kesehatan Mardiyahtul Husnah
tentang Standar Keselamatan dan ayat 1 dan 2 a.Keselamatan Kerja Republik Indonesia Ritonga
Kesehatan Kerja Perkantoran b.Kesehatan Kerja (1) Dalam rangka
c.Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan melaksanakan K3
d.Ergonomi Perkantoran Perkantoran
dibentuk organisasi atau
(2) Standar K3 Perkantoran sebagaimana dimaksud unit yang bertanggung
pada jawab
ayat (1) ditujukan untuk mencegah dan mengurangi di bidang K3.
penyakit akibat kerja dan penyakit lain, serta (2) Organisasi atau unit
kecelakaan kerja pada karyawan, dan menciptakan yang bertanggung jawab di
perkantoran yang aman, nyaman dan efisien untuk bidang K3 sebagaimana
mendorong produktifitas kerja. dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Pimpinan
Kantor dan/atau Pengelola
Gedung

Permenkes No 66 Tahun 2016 Pasal 11 (1)Standar K3RS meliputi: Sanksi hukum, sanksi Rahmadani
ayat 1-2 a. manajemen risiko K3RS; denda/administrasi
b. keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
c. pelayanan Kesehatan Kerja;
d. pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
e. pencegahan dan pengendalian kebakaran;
f. pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja;
g. pengelolaan peralatan medis dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
h. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat
atau bencana.
(2) Standar K3RS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan oleh SDM Rumah Sakit.

Peraturan Menteri PU No. 09 Thn Pasal 2 ayat Maksud Pedoman ini sebagai acuan bagi Penguna Jasa Tidak Ada bahwa dalam rangka Mentri Pekerjaan Nendhy Ade Bima Eka
2008 Pedoman Sistem Manajemen 1 dan Penyedia Jasa dalam Penyelenggaraan SMK3 mewujudkan tertib umum Saputra
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang penyelenggaraan pekerjaan
(K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan kontruksi, penyelenggara
Umum terkoordinasi. pekerjaan konstruksi wajib
memenuhi syarat-syarat
Pasal 2 ayat Tujuan diberlakukannya Pedoman ini agar semua keamanan, keselamatan
2 pemangku kepentingan mengetahui dan memahami dan kesehatan kerja pada
tugas dan kewajibannya dalam Penyelenggaraan SMK3 tempat kegiatan konstruksi
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum sehingga dapat agar penyelenggaraan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja konstruksi dan keamanan, keselamatan
penyakit akibat kerja konstruksi serta menciptakan dan kesehatan kerja pada
lingkungan kerja yang aman dan nyaman, yang pada tempat kegiatan konstruksi
akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja. Bidang Pekerjaan Umum
dapat terselenggara secara
Pasal 3 ayat Ruang lingkup Pedoman ini mengatur Penyelenggaraan optimal, maka diperlukan
1 SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum bagi: a. suatu pedoman pembinaan
Pengguna Jasa khususnya di lingkungan Departemen dan pengendalian sistem
Pekerjaan Umum, dan b. Penyedia Barang/Jasa. keselamatan dan kesehatan
kerja pada tempat kegiatan
konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum

Peraturan Menteri PU No. 26 Thn


2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan
Lingkungan

Peraturan Menteri PU No. 05 Thn Pasal 2 ayat Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Tidak ada Dalam rangka mewujudkan Menteri Pekerjaan Puspaning DA
2014 Sistem Manajemen (1) Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penerapan tertib penyelenggaraan Umum
Keselamatan dan Kesehatan kerja SMK3 Konstruksi Bidang PU pekerjaan kontruksi, maka
(SMK) Konstruksi Bidang penyelenggara pekerjaan
Pekerjaan Umum konstruksi wajib
memenuhi syarat-syarat
Pasal 2 ayat Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini agar tentang keamanan,
2 SMK3 konstruksi Bidang PU dapat diterapkan secara keselamatan, dan kesehatan
konsisten untuk: a. meningkatkan efektifitas kerja pada tempat kegiatan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang konstruksi dengan
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi; b. dapat menetapkan Peraturan
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan Menteri yang baru tentang
penyakit akibat kerja; c. menciptakan tempat kerja Pedoman Sistem
yang aman, nyaman dan efisien, untuk mendorong Manajemen Keselamatan
produktivitas. dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (SMK3)
Pasal 4 ayat Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang
Bidang Pekerjaan Umum.
(1) Pekerjaan Umum wajib menerapkan SMK3 Konstruksi
Bidang PU.

Pasal 4 ayat SMK3 Konstruksi Bidang PU meliputi: a. Kebijakan


(2) K3; b. Perencanaan K3; c. Pengendalian Operasional;
d. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan e.
Tinjauan Ulang Kinerja K3.

Pasal 4 ayat SMK3 Konstruksi Bidang PU sebagaimana yang


(3) dimaksud pada ayat (2) diterapkan pada tahapan
sebagai berikut: a. Tahap Pra Konstruksi: 1. Rancangan
Konseptual, meliputi Studi Kelayakan/Feasibility
Study, Survei dan Investigasi; 2. Detailed Engineering
Design (DED); 3. Dokumen Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa. b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
(Procurement); c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.
Pasal 5 (1) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan
berdasarkan potensi bahaya.

Pasal 6 ayat Pasal 6 (1) Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi


1 dan 2 bahaya tinggi wajib melibatkan Ahli K3 konstruksi. (2)
Pelaksanaan konstruksi dengan potensi bahaya rendah
wajib melibatkan Petugas K3 konstruksi.

Pasal 7 ayat Penerapan SMK3 Pada Tahap Pra Konstruksi


1, 2, 3

Pasal 8 ayat Penerapan SMK3 pada Tahap Pemilihan Penyedia


1 - 11 Barang/Jasa

Pasal 9 ayat Penerapan SMK3 Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi


1-7

Pasal 10 Penerapan SMK3 Pada Tahap Penyerahan Hasil Akhir


ayat 1 - 2 Pekerjaan

Peraturan Menteri ESDM RI Pasal 2 Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini mengatur Perusahaan Inspeksi dan Terbitan hasil Penelaahan Dept ESDM Muh Miftah
Nomor 18 Tahun 2018 Tentang mengenai Penelaahan Desain, Inspeksi dan Lembaga Enjiniring, yang Desain.
Pemeriksaan Keselamatan Instalasi Pemeriksaan Keselamatan untuk menjamin melakukan pelanggaran terhadap
Dan Peralatan Pada Kegiatan keselamatan, keamanan, dan kehandalan operasi ketentuan Peraturan Menteri ini
Usaha Minyak Dan Gas Bumi minyak dan gas bumi. dikenakan sanksi berupa: a.
teguran tertulis; dan/atau b.
pencabutan Surat Kemampuan
Usaha Penunjang
Pasal 3 (ayat (1). Kontraktor atau Pemegang Izin Usaha wajib Kontraktor dan Pemegang Izin Surat Kemampuan Usaha Dept ESDM Muh Miftah
1 dan 2) menjamin keselamatan Instalasi dan peralatan pada Usaha, yang melakukan Penunjang Migas minimal
kegiatan usaha minyak dan gas bumi sesuai dengan pelanggaran terhadap ketentuan dengan kategori bintang
ketentuan peraturan perundang-undangan, Standar, dan Peraturan Menteri ini dikenakan dua (**) sebagai
kaidah keteknikan yang baik. sanksi berupa: perusahaan enjiniring dari
a. teguran tertulis; Direktur Jenderal.
(2). Jaminan keselamatan Instalasi dan peralatan b. penghentian sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: kegiatan; dan/atau
a. pembuatan desain Instalasi dan peralatan; dan c. pencabutan Persetujuan Layak
b. pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, Operasi.
pengujian, pemeriksaan, dan pelaksanaan tera terhadap
Instalasi dan peralatan.

Permenaker No 4 Tahun 1987 Pasal 2 (1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu Pengusaha atau pengurus yang Susunan Organisasi P2K3 Dept Ketenagakerjaan Muh Miftah
tentang Panitia Pembina pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3. tidak memenuhi ketentuan pasal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 diancam dengan hukuman
(P2K3) serta Tata Cara (2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah: a. tempat kurungan selama-lamanya 3
Penunjukkan Ahli Keselamatan kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan (tiga) bulan atau denda setinggi-
Kerja 100 orang atau lebih; b. tempat kerja dimana tingginya Rp. 100.000,- (seratus
pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari ribu rupiah) sesuai ketentuan
100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan pasal 13 ayat (2) dan (3)
instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan Undang-undang No. 1 Tahun
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan 1970 tentang Keselamatan Kerja.
penyinaran radioaktif.

Pasal 3 (1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha Persetujuan dari Menteri Dept Ketenagakerjaan Muh Miftah
dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, atau Pejabat yang
Sekretaris dan Anggota. ditunjuknya atas usul dari
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari pengusaha atau pengurus
perusahaan yang bersangkutan. yang bersangkutan
(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang
ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus
yang bersangkutan.

Kepmenaker No. 609 Tahun 2012 Pasal 4 Ayat surat-surat penetapan Departemen Tenaga NAVADHA
tentang pedoman penyelesaian (1) Program Jamsostek wajib dilakukan oleh setiap Pasal 29 Undang-Undang No. 3 perhitungan pembayaran Kerja LUCIANDANY
kasus kecelakaan kerja dan perusahaan bagi Tenaga Kerjanya yang melakukan jaminan
Tahun 1992 diancam dengan
penyakit akibat kerja pekerjaan di dalam hubungan kerja
kurungan selama lamanya 6
bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 50.000.000,-(lima
puluh juta rupiah). Dalam hal
pengulangan tindak pidana
sebagaimana tersebut di atas
untuk kedua kalinya atau lebih,
setelah putusan akhir
memperoleh kekuatan hukum
tetap, maka dipidana kurungan
selama lamanya 8 (delapan)
bulan. Tindak pidana tersebut
adalah pelanggaran

Kepmenaker No. 1135 Tahun 1987 LAMPIRAN Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan Tidak ada Dalam rangka Menteri Tenaga Kerja Puspaning DA
tentang Bendera Keselamatan dan 1 warna dasar putih dan berlambang Keselamatan dan memasyarakatkan usaha
Kesehatan kerja Kesehatan Kerja serta logo “Utamakan Keselamatan keselamatan dan kesehatan
dan Kesehatan Kerja”. kerja, perlu diberikan
identitas berupa bendera
LAMPIRAN KETENTUAN TENTANG BENDERA Keselamatan dan
II KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Kesehatan Kerja
Ketentuan tentang Bendera Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ialah sebagai
berikut: a. Bentuk : Segi empat. b. Warna
: Putih. c. Ukuran : 900 x 1350 mm. d.
lambang dan logo terletak bolak-balik
pada kedua muka bendera dengan
ketentuan sebagai berikut: 1. Bentuk :
palang dilingkari roda bergerigi
sebelas berwarna hijau. Letak : titik
pusat 390 mm dari pinggir atas. Ukuran:
roda bergerigi : R1 : 300 mm. R2 : 235 mm.
R3 : 160 mm. Tebal ujung gigi : 55 mm.
Tebal pangkal gigi : 85 mm. Jarak gigi :
32° 73’ Palang hijau : 270 x 270 mm. tebal
: 90 mm. 2. Logo : Utamakan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja berwarna hijau
dengan ukuran sebagai berikut: − tinggi
huruf = 45 mm − tebal huruf = 6 mm −
panjang kata-kata “Utamakan” = 360 mm
− panjang kata-kata “Keselamatan dan
Kesehatan Kerja” = 990 mm − jarak
antara baris atas dan bawah = 72 mm −
jarak baris bawah dengan pinggir bawah
bendera = 75 mm

LAMPIRAN ARTI DAN MAKNA LAMBANG PADA BENDERA


III KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA a.
Bentuk lambang : palang dilingkari roda bergigi
sebelas berwarna hijau di ats dasar putih. b. Arti dan
makna lambang : - palang : bebas dari kecelakaan dan
sakit akibat kerja. - roda gigi : bekerja dengan
kesegaran jasmani dan rohani. - warna putih : bersih,
suci. - warna hijau : selamat, sehat dan sejahtera. -
sebelas gerigi roda : 11 Bab dalam Undang-undang
Keselamatan Kerja.

LAMPIRAN CARA PEMASANGAN BENDERA


IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Tata
cara pemasangan Bendera Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ialah sebagai berikut: a. Tempat : 1. Apabila
berdampingan dengan bendera nasional (Merah-Putih)
harus dipasang pada tiang sebelah kiri daripada tiang
bendera nasional; atau 3. Dipasang pada gerbang
masuk ke halaman perusahaan/pabrik tempat kerja;
atau 4. Dipasang pada pintu utama bangunan kantor
dan/atau pabrik; atau 5. Di depan kantor Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja/Safety
Departemen bila ada. b. Tinggi tiang : Tidak boleh
lebih tinggi dari tiang bendera nasional (Merah-Putih).
c. Waktu pemasangannya : Satu tiang penuh selama
ada kegiatan di tempat kerja.

Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 Pasal 3 ayat Tidak ada Departemen Tenaga NAVADHA
tentang unit penanggulangan 1 Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, Pembentukan unit Kerja LUCIANDANY
kebakaran ditempat kerja mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakran
penganggulangan kebakaran di tempat kerja. yang terdiri dari a. Petugas
peran kebakaran; b. Regu
penanggulangan
kebakaran; c. Koordinator
unit penanggulangan
kebakaran; d. Ahli K3
spesialis penanggulangan
kebakaran sebagai
penanggung jawab teknis.

Kepmenaker no. 187 Tahun 1999 Pasal 2 Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, Tidak Ada kehadiran Pengawas K3 Ketenagakerjaan Nur Asri Yusuf
menyimpan, memakai, memproduksi, dan mengangkut Kimia dan Ahli K3 Kimia
bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib (pasal 3). Dengan adanya
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk Pengawas K3 Kimia
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit maupun Ahli K3 Kimia
akibat kerja. dalam perusahaan yang
dimaksud, dan risiko
Pasal 3 Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana terjadinya bahaya K3 kimia
dimaksud pasal 2 meliputi : pun dapat diminimalkan.
a. penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB) dan label;
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.

Kepmenaker No. 239 Tahun 2003 Keputusan 1 Program pembinaan dan pelatihan sertifikasi calon ahli Tidak Ada 1. Kursus klasikal Tenaga Kerja dan Nur Asri Yusuf
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka oleh lembaga
penyiapan calon ahli keselamatan dan kesehatan kerja pelatihan/perusaha Transmigrasi
an jasa pembinaan
dan pelatihan
keselamatan dan
kesehatan kerja
yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi
berdasarkan
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja
2. Pembekalan materi
keselamatan dan
kesehatan kerja
oleh pegawai
pengawas
fungsional di
daerah;
3. Program
pendidikan formal
dalam maupun luar
negeri setingkat
D3 jurusan
Hiperkes dan
Keselamatan
Kerja, S1/D4 atau
S2 jurusan
Keselamatan dan
Kesehatan Kerj

Kepmenaker No. 68 Tahun 2004 Pasal 2 Ayat (1) Pengusaha wajib melakukan upaya 1. Melibatkan Ahli atau HSE dan Dokter Namira Azzahra Cempaka
(1) dan (2) pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dokter khusus dalam Spesialis HIV/AIDS Soekamto
di tempat kerja. bidang HIV/AIDS
(2) Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan 2. Perusahaan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja memfasilitasi pekerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk melaksanakan
pengusaha wajib; tes HIV/AIDS
a. mengembangkan kebijakan tentang upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV/
AIDS;
b. mengkomunikasikan kebijakan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dengan cara menyebarluaskan informasi
dan menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan;
c. memberikan perlindungan kepada
Pekerja/Buruh Dengan HIV/AIDS dari
tindak dan perlakuan diskriminatif;
d. menerapkan prosedur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) khusus untuk
pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan standar yang
berlaku.

Kepmenakertrans No. 211 Tahun Keputusan 1 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Tidak ada Menggunakan Ditjen Migas
2008 IndustriMinyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi Sub scaffolding sesuai
Sektor IndustriMinyak dan Gas Bumi Hulu Hilir jenis dan
(Supporting) Bidang Keselamatandan Kesehatan Kerja kegunaanya ,karen
Sub BidangScaffolding, sebagaimana tercantum dalam a scaffolding
Lampiran Keputusan Menteri in dalam kontruksi
memiliki beberapa
jenis dan kegunaan
masing masing

KepmenLH No. 48 Tahun 1996 Pasal 6 Ayat (1) Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib Melaporkan hasil Departemen Namira Azzahra Cempaka
(1) dan (2) a. mentaati baku tingkat kebisingan yang telah pemantauan tingkat Lingkungan Hidup Soekamto
dipersyaratkan; kebisingan 3 bulan sekali
b. memasang alat pencegahan terjadinya kepada Gubernur, Menteri,
kebisingan Instansi bidang
c. menyampaikan laporan hasil pemantauan pengendalian dampak
tingkat kebisingan sekurang-kurangnya 3 (tiga) lingkungan
bulan sekali kepada Gubernur, Menteri,
Instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan dan instansi
Teknis yang mebidangi kegiatan yang
bersangkutan serta instansilain yang dipandang
perlu.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dicantumkan dalam izin yang relevan untuk
mengendalikan tingkat kebisingan dari setiap usaha
atau kegiatan yang bersangkutan.

Permenakertrans RI No 3 Tahun Pasal 2 dan Pasal 2 pasal 10 ayat 1 : Memiliki ijazah pendidikan Semua departemen Qonita Hanifah Khansa
1982 tentang Pelayanan Kesehatan 3 Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi: “Pelanggaran terhadap Pasal 3 di bidang Keselamatan dan
Tenaga Kerja. a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan ayat (2), Pasal 6 ayat (1) Pasal 7 Kesehatan Kerja /
berkala dan pemeriksaan khusus. ayat (1) dan sektor kesehatan umum
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian Pasal 8 diancam hukuman Memiliki sertifikat
pekerjaan terhadap tenaga kerja. kurungan selama-lamanya tiga kompetensi atau sertifikat
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan bulan atau denda profesi
kerja. setinggi tingginya seratus ribu Memiliki surat keterangan
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair. rupiah, sesuai dengan Pasal 15 sehat fisik dan mental
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk ayat (2) Undangundang Nomor 1 Memiliki sertifikat / surat
kesehatan tenaga kerja. Tahun 1970.” keterangan lulus ujian atau
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit pelatihan dari departemen
umum dan penyakit akibat kerja. terkait
g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Memiliki surat pernyataan
h. Pendidikan Kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan telah mengucapkan
untuk petugas Pertolongan sumpah/janji profesi dan
Pertama Pada Kecelakaan. Memiliki surat pernyataan
i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan untuk mematuhi dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan melaksanakan ketentuan
alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta etika
penyelenggaraan makanan di tempat profesi
kerja. Laporan pemeriksaan dan
j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau pengujian sarana pelayanan
penyakit akibat kerja. kesehatan
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja
yang mempunyai kelainan tertentu
dalam kesehatannya.
l. Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja kepada pengurus.
Pasal 3
(1) Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Kerja.
(2) Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan
Kerja sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kepmenaker No. 155 Tahun 1984 Pasal 2 ayat -Tugas pokok DK3N di tingkat nasional ialah Tidak ada Melakukan penyuluhan, Departemen Tenaga Mallis
tentang Pembentukan, Susunan dan 1-2 memberikan saran-saran pertimbangan baik diminta pengawasan, latihan, dan Kerja
Tata Kerja Dewan Keselamatan maupun tidak, kepada pemerintah, berfungsi penelitian K3 di tempat
dan Kesehatan Kerja Nasional, menghimpun dan mengolah segala data dan/atau kerja yang bersangkutan
Dewan Keselamatan dan permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja di
Kesehatan Kerja wilayah dan tingkat nasional dan provinsi yang bersangkutan;
Panitia Pembina Keselamatan dan -Tugas pokok DK3W di tingkat provinsi ialah
Kesehatan Kerja memberikan saran dan pertimbangan, baik diminta
maupun tidak, kepada pemerintah di provinsi,
berfungsi menghimpun dan mengolah data dan/atau
permasalahan K3 di provinsi yang bersangkutan.;
-Tugas pokok P2K3 di tempat kerja ialah memberikan
saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak,
kepada pengusaha/pengurus tempat kerja yang
bersangkutan mengenai masalah K3, berfungsi
menghimpun dan mengolah segala data dan/atau
permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja yang
bersangkutan, serta membantu pengusaha/pengurus
tempat kerja mengadakan serta meningkatkan
penyuluhan, pengawasan, latihan, dan penelitian
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
yang bersangkutan.

Kepmenaker No. 333 Tahun 1989 Pasal 2 ayat Pasal 2 (1) Penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau Pasal 5 (1) Pelanggaran terhadap Keputusan Menteri Tenaga Departemen Tenaga Muhammad Fauzan Al
(1) dan (2) didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan pasal 4 ayat (1) dari Keputusan Kerja Republik Indonesia Kerja setempat Ma’ruf
serta pasal 4 kesehatan tenaga kerja; (2) Dalam pemeriksaan Menteri ini diancam dengan Nomor :
(1) kesehatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) hubungan sebagaimana KEP.333/MEN/1989
harus ditentukan apakah penyakit yang diderita tenaga dimaksud pada pasal 15 ayat (2)
kerja merupakan penyakit akibat kerja atau bukan. Undang-undang No. 1 tahun
Pasal 4 (1) ) Penyakit akibat kerja yang ditemukan 1970; (2) Tindak pidana tersebut
sebagaimana dimaksud pasal 2 harus dilaporkan oleh pada ayat (1) adalah
pengurus tempat kerja yang bersangkutan bekerja pelanggaran.
selambatlambatnya 2 x 24 jam kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Tenaga Kerja melalui Kantor
Departemen Tenaga Kerja setempat;

Kepmenaker No. 51 Tahun 1999 Pasal 1 ayat Nilai ambang batas yang selanjutnya disingkat NAB Tidak ada Mematuhi NAB dan batas Depnaker setempat Oktavia Kartika Maharani
tentang Nilai Ambang Faktor (3) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima waktu pemajananyang
Fisika di Tempat Kerja tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau telah ditetapkan dan
gangguan kesehatan, dalan pekerjaan sehari-hari untuk dilampirkan dalam
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam Kepmenaker
seminggu.

Kepmenaker No. 261 Tahun 2004 Pasal 2 dan Pasal 2 : Tidak ada Memiliki penghargaan Human Resource Oktavia Kartika Maharani
tentang Perusahaan yang Wajib 5 (1) Perusahaan yang wajib meningkatkan kompetensi yang diberikan oleh
Melaksanakan Pelatihan Kerja pekerja/buruhnya melalui pelatihan kerja adalah Menteri kepada
perusahaan yang mempekerjakan 100 (seratus) orang perusahaan.
pekerja/buruh atau lebih
(2) Pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) harus mencakup sekurang-kurangnya 5%b(lima
perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di
perusahaan tersebut setiap tahun
Pasal 5 :
Pelatihan kerja sebagaikana dimaksud dalam Pasal 2
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan manajerial
dan teknikal pekerja/buruh.

Kepmenakertrans RI No 235 Pasal 2 (1) Anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun Tidak ada Identitas dari setiap Semua Departemen Qonita Hanifah Khansa
Tahun 2003 tentang Jenis-jenis dilarang bekerja dan/atau karyawan/tenaga kerja baik
Pekerjaan yang dipekerjakan pada pekerjaan yang membahayakan berupa CV, Kartu Tanda
Membahayakan Kesehatan, kesehatan, keselamatan atau Anggota,
Keselamatan atau Moral Anak moral anak. maupun yang lainnya.
(2) Pekerjaan yang membahayakan kesehatan, Spesifikasi atau
keselamatan atau moral anak persyaratan yang
sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini. dibutuhkan perusahaan
(3) Jenis-jenis pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam dalam merekrut pekerja
ayat (2) dapat ditinjau Ijazah pendidikan terakhir
kembali sesuai dengan perkembangan ilmu dan atau dokumen sertifikat
teknologi dengan Keputusan penunjang lainnya
Menteri.

Instruksi Menteri Tenaga Kerja Tindakan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran Tidak ada Penyedian alat/instalasi Semua departemen Prima Seno Saputro
Ins.11/M/BW/1997 dengan cara mengeliminir atau mengendalikan proteksi kebakaran seperti
berbagai bentuk perwujudan energi yang digunakan, sistem deteksi/alarm
hendaknya diprioritaskan pada masalah yang paling kebakaran dan lat
menonjol dalam statistik penyebab kebakaran. 2. pemadam api ringan,
Tindakan dalam rangka upaya mengurangi tingkat hidran, springkler atau
keparahan resiko kerugian yang terjadi maupun instalasi khusus yang
jatuhnya korban jiwa, dengan cara melokalisasi atau handal dan mandiri melalui
kompartemenisasi agar api, asap dan gas tidak mudah perencanaan, pemasangan
meluas kebagian yang lain dan pemeliharaan sesuai
ketentuan standar

PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Pasal 1 ayat Pasal 1 Pasal 71 1. Adanya komisi Komisi Penilai Amdal MAULIDA AQILLA
izin lingkungan 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud (1) Pemegang Izin Lingkungan penilai Amdal YAHYA
Pasal 2 ayat dengan: yang melanggar ketentuan yang terdiri atas
1 dan 2 (1) Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada sebagaimana dimaksud dalam komisi penilaian
setiap Pasal 53 dikenakan sanksi Amdal pusat,
orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang administratif yang meliputi: provinsi, dan
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka a. teguran tertulis; kabupaten/kota.
perlindungan b. paksaan pemerintah; 2. Terdapat
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat c. pembekuan Izin Lingkungan; Pembinaan
memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan. atau terhadap
Pasal 2 d. pencabutan Izin Lingkungan. Penatalaksanaan
(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib (2) Sanksi administratif Amdal dan UKL-
memiliki sebagaimana dimaksud pada ayat UPL serta adanya
Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin (1) diterapkan oleh Menteri, evaluasi kinerja.
Lingkungan. gubernur, atau bupati/walikota
(2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat sesuai dengan kewenangannya.
(1) diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:
a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.

PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pasal 32 Pasal 32 Pasal 48 Pengelolaan kualitas air Maulida Aqilla Yahya
pengelolaan kualitas air dan Pasal 37 Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan Setiap penanggung jawab usaha dan pengendalian
pengendalian pencemaran air Pasal 34 berkewajiban dan atau kegiatan yang pencemaran air
ayat 1 dan 2 memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai melanggar ketentuan Pasal 24 diselenggarakan secara
pelaksanaan ayat (1), Pasal 25, Pasal 26, terpadu dengan pendekatan
kewajiban pengelolaan kualitas air dan pengendalian Pasal 32, Pasal 34, Pasal 35, ekosistem. Keterpaduan
pencemaran air. Pasal 37, Pasal 38, Pasal 40, dan sebagaimana dimaksud
Pasal 37 Pasal 42, Bupati/Walikota dalam ayat (1) dilakukan
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang berwenang menjatuhkan sanksi pada tahap perencanaan,
membuang air limbah ke air atau sumber air wajib administrasi. pelaksanaan, pengawasan,
mencegah dan menang-gulangi terjadinya pencemaran dan evaluasi.
air. Pasal 50
Pasal 34 (1) Setiap perbuatan melanggar
(1) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan hukum berupa pencemaran dan
wajib menyampaikan laporan tentang penaatan atau perusakan lingkungan
persyaratan izin aplikasi air limbah pada tanah. hidup yang menimbulkan
(2) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegitan kerugian pada orang lain atau
wajib menyampaikan laporan tentang penaatan lingkungan hidup, mewajibkan
persyaratan izin pembuangan air limbah ke air atau penanggung jawab usaha dan
sumber air. atau kegiatan untuk membayar
ganti kerugian dan atau
melakukan tindakan tertentu.
(2) Selain pembebanan untuk
melakukan tindakan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), hakim dapat
menetapkan pembayaran uang
paksa atas setiap hari
keterlambatan penyelesaian
tindakan tertentu
tersebut.

Pasal 51
Barang siapa yang melanggar
ketentuan Pasal 26, Pasal 31,
Pasal 32, Pasal 37, Pasal 38,
Pasal 41, dan Pasal 42, yang
mengakibatkan terjadinya
pencemaran air, diancam dengan
pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal
43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46,
dan Pasal 47 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Peraturan Mentri Tenaga Kerja Pasal 12 PJK3 yang telah mendapatkan keputusan penunjukan Pasal 17 PJK3 sebagaimana Mardiyahtul Husnah
NO.PER-04/MEN/1995 tentang sebagaimana dimaksud dimaksud dalam pasal Ritonga
Perusahaan Jasa Keselamtan dan dalam pasal 9 ayat (4), berkewajiban : PJK3 yang telah ditunjuk oleh 2 ayat (1) meliputi :
kesehatan Kerja . a. Mentaati semua peraturan perundang-undang yang Menteri Tenaga kerja c.q. a. Jasa Konsultan K3 ;
berlaku; Direktur Jendral b. Jasa Pabrikasi,
b. Mengutamakan pelayanan dalam rangka pelaksanaan Pembinaan Hubungan Industri Pemeliharaan ,
pemenuhan syarat-syarat dan pengawasan Reparasi dan Instalasi
K3 sesuai dengan peraturan perundang-undang yang Ketenagakerjaan, apabila Teknik
berlaku; dalam melaksanakan K3;
c. Membuat kontrak kerja dengan pcmberi kerja yang kewajibannya tidak sesuai c. Jasa Pemeriksaan
isinya antara lain memuat dengan Ketentuan Peraturan dan Pengujian Teknik;
secara jelas hak kewajiban; Menteri ini dapat dikenakan d. Jasa
d. Memelihara dokumen kegiatan untuk sekurang- sanksi pencabutan Keputusan pemeriksaan/pengujian
kurangnya 5 (lima) tahun penunjukan dan atau pelayanan
sebagai PJK3 kesehatan
kerja;
e. Jasa Audit K3;
f. Jasa Pembinaan K3.
dll

UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 ditetapkan mengenai waktu kerja karyawan yakni Pasal 183 Pekerja melakukan Dept Ketenagakerjaan Prima Seno Saputro
selama 40 jam/minggu. Dengan rincian 7 jam/hari Barang siapa melanggar kesalahan berat
untuk 6 hari kerja, atau 8 jam/hari untuk 5 hari kerja. ketentuan sebagaimana sebagaimana dimaksud
Jika melebihi waktu tersebut, maka perusahaan dimaksud dalam Pasal tersebut, dalam ayat (1) harus
diwajibkan membayar upah lembur kepada para dikenakan sanksi pidana penjara didukung dengan bukti
karyawan paling singkat 2 (dua) tahun dan sebagai berikut : a.
paling lama 5 (lima) tahun pekerja/buruh tertangkap
dan/atau denda paling sedikit Rp. tangan; b. ada pengakuan
200.000.000,00 (dua ratus juta dari pekerja/buruh yang
rupiah) dan paling banyak Rp. bersangkutan; atau c. bukti
500.000.000,00 (lima ratus juta lain berupa laporan
rupiah). kejadian yang dibuat oleh
pihak yang berwenang di
perusahaan yang
bersangkutan dan didukung
oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi.

PERMENLHK No, 1 2021 Pasal 2 ● Menteri melakukan pembinaan dan Pasal 37 Tim pelaksana Muhammad Dhiya Ulhaq
pengawasan kinerja penanggung jawab Usaha PROPER
dan/atau Kegiatan dalam pengelolaan
Dalam hal peserta Proper:
lingkungan hidup. a. dikenakan sanksi administratif
● Pembinaan dan pengawasan sebagaimana ketika proses pemeringkatan
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan sebagaimana dimaksud dalam
melalui Proper. Pasal 36 ayat (1) diberikan
● Proper sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
peringkat merah;
diselenggarakan dengan tahapan: b. telah menyerahkan bukti
a. perencanaan; perbaikan sesuai dengan
b. pelaksanaan; ketentuan sanksi administratif,
c. penetapan peringkat; dan tetapi belum mendapat ketetapan
d. pemberian penghargaan, pembinaan, dan
pencabutan sanksi administratif,
penegakan hukum. pemeringkatan bagi peserta
Proper ditangguhkan; atau
c. telah mendapat ketetapan
pencabutan sanksi administratif,
Pasal 13 Pelaksanaan Proper sebagaimana dimaksud dalam pemeringkatan Proper dilakukan
Pasal 2 sesuai dengan hasil
ayat (3) huruf b melalui tahapan: pemeringkatan.
a. pembinaan;
b. penilaian; dan
c. pemeringkatan.

Pasal 33 Pemeringkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


terdiri dari kategori:
a. biru, untuk peserta Proper yang telah melakukan
upaya pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. merah, untuk peserta Proper yang upaya
pengelolaan lingkungan hidupnya dilakukan tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan; dan
c. hitam, untuk peserta Proper yang melakukan
perbuatan atau kelalaian yang menyebabkan
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai