KELOMPOK 10
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
PERMAINAN TRADISIONAL “BOI-BOIAN”
A. Pengertian
Di zaman sekarang ini sudah banyak permainan tradisonal sarat
makna filosofis yang sudah luntur seiring dengan berkembangnya era
globalisasi. Kini permainan tradisional seolah sudah terganti dengan segala
game di komputer maupun handphone. Padahal ada banyak permainan lama
yang tidak kalah seru. Salah satunya misalnya boi-boian.
Permaianan boi boian adalah permainan yang berasal dari pulau
jawa. Permainan ini adalah permainan merobohkan susunan pecahan
genting yang disusun dengan menggunakan bola. Orang zaman dahulu
sering memainkan permainan boi-boian ini yang menurut orang zaman
dahulu permainan boi-boian ini sangat menyenangkan, melatih
kekompakan sesama anggota, dan bisa dikatakan permainan yang menguji
adrenalin karena dalam bermain boi-boinan terkesan menegangkan. Setiap
peserta harus pandai-pandai menyelamatkan diri. Selain itu permainan
tradisional ini sarat makna kehidupan. Boi-boian hampir sama dengan
permainan bowling. Kita harus melempar bola ke sasaran yang akan dituju.
Namun bedanya kalau permainan yang satu ini lebih banyak keluar keringat
dan jauh lebih seru.
B. Sejarah
Permainan ini terkenal di pulau jawa, yaitu berasal dari
Yogyakarta. Permainan ini dinamakan permainan “Boi-boian” karena pada
jaman dahulu para pemainnya lebih banyak anak cowok yang dalam bahasa
Inggrisnya “boy”. Karena itu biasa menyebut permainan ini dengan
permainan “Boi-boian”. Uniknya permainan ini terletak pada aturan
membawa bola.
Sejarah permainan boi-boian berasal dari permainan anak-anak
Cina. Anak-anak Cina biasa menyebutnya dengan permainan “Cinaboi”.
Dahulu kala, anak-anak Cina banyak yang bertransmigrasi ke pulau
Madura secara tidak langsung. Mereka memainkan permainan “Cinaboi” ini
di daerah Madura, sehingga permainan ini berkembang pesat. Pada
perkembangannya, anak-anak Madura menyebutnya dengan permainan
“Boi-boian”.
C. Karakteristik
D. Alat Bantu
1. Bola kasti atau bola tenis, bisa juga menggunakan bola kertas
yang terbuat dari kertas-kertas bekas yang
digumpalgumpalkan menjadi kira-kira sebesar bola tenis,
diikat dengan banyak karet gelang agar tidak terlepas satu
sama lain.
2. Pecahan genting, batu-batu pipih atau pecahan asbes, atau
benda apa saja yang bisa disusun bertumpuk ke atas semacam
piramida, sebanyak 15 keping atau batu.
E. Peraturan
F. Cara Bermain
1. Kelompok bertujuan menyusun piramida hingga tak ada
yang tersisa sambil menghindar dari tembakan bola kertas
yang dilepaskan oleh anggota-anggota kelompok lain.
2. Kelompok yang lain bertugas menembakkan bola kertas ke
anggota-anggota kelompok lawan yang berusaha menyusun
piramida. Setiap anggota lawan yang terkena tembakan bola
kertas dianggap gugur dan tidak boleh lagi meneruskan
permainan.
3. Permainan dimulai dengan menggulirkan bola kertas oleh
kelompok penembak ke arah piramida batu pipih hingga
berantakan (kira-kira seperti menggelindingkan bola
bowling ke sasarannya), sementara itu kelompok penyusun
piramida bersiap-siap menyusun lagi batu-batu yang
berantakan sambil mewaspadai serangan bola kertas.
4. Permainan selesai apabila piramida selesai disusun atau
anggota kelompok yang bertujuan menyusun piramida telah
semuanya gugur kena tembakan bola kertas dari kelompok
lawan.
5. Setelah selesai, posisi kelompok ditukar, yang tadinya
kelompok penyusun piramida menjadi kelompok penembak,
dan sebaliknya.
G. Manfaat
1. Melatih kecepatan fisik pada anak.
2. Mengajarkan anak tentang kerja sama sesama dengan
anggota kelompoknya.
3. Melatih kekompakan.
4. Berkonsentrasi saat bermain.
2. Aspek Keluwesan
Adalah kemampuan anak untuk mengontrol
keluwesan jemari tangan yang dapat dilihat dari kemampuan
untuk menyentuh, menjumput, meraih, mencoret, melipat,
memasukan benda atau makanan ke dalam mulut dan
sebagainya. Aspek yang dikembangkan dalam motorik halus
saat anak berfikir supaya bola itu mengenai genteng yang
sudah ditata seperti primida
3. Aspek Kognitif
Adalah kemampuan anak untuk memproses,
menginterprestasikan dan mengkategorikan
informasiinformasi yang diperolehnya melalui panca indra.
Kemampuan ini selanjutnya berkembang menjadi
kemampuan berpikir logis yang selanjutnya menetukan
apakah anak mampu memahami lingkungannya, Saat anak
melemparkan bola agar mengenai genteng pecah itu.
4. Kemampuan Bahasa
Sebagai mahluk sosial, sejak bayi anak telah bisa
berkomunikasi untuk menyatakan perasaan dan
keinginannya, yaitu dengan tangisan, tertawa dan
mengoceh yang merupakan awal dari perkembangan
bahasa. Selanjutnya anak akan belajar untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
bahasa. Kemampuan bahasa selain membantu anak untuk
memahami apa yang dikatakan orang-orang disekitarnya,
juga untuk dapat dipahami oleh orang lain. Perasaan
mampu memahami dan dipahami dapat menumbuhkan rasa
percaya diri. Permainan boi-boian ini mengunakan intruksi.
5. Aspek Emosi
Adalah kemampuan anak untuk mengenali berbagai
hal yang dirasakannya, mengekspresikan perasaan dalam
bentuk yang dapat diterima oleh lingkungannya, serta
kemampuan untuk mengendalikan dan mengatasi
perasaannya. Kematangan emosi tidak terjadi dengan
sendirinya tapi secara bertahap dan sangat membutuhkan
peran serta orang tua dan lingkungan sosial. Mengontrol
emosi dalam bermain saat mereka lempar bola tidak
melukai orang yang barmain.
6. Aspek Sosial
Adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, memberi respon pada orang lain
dan berbagi. Pengalaman sosial anak hanya dapat tumbuh
dan berkembang dari pengalamannya dengan orang-orang
terdekat. Pola asuhan dan arahan orang tua sangat penting
dalam perkembangan aspek sosial anak. Sosial anak yang
membaik untuk melatih berinteraksi sesama teman dan
kerja sama.