2.3.2 Analisis
Percobaan ini dilkaukan dengan tujan untuk mengetahui fenomena atau perilaku
logam/paduan di dalam lingkungan atau media korosif terhadappersitiwa pitting. Metode
cylic potentiodynamic polarization (CPDP) dilakukan untuk mengamati awal mula terjianya
fenomena pasivitas, rusaknya lapisan oksida, kecenderungan terjadinya repasivasi, dan
menghitung laju pembentukan pitting corrosion. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan stainless steel sebagai working electrode, platinum sebagai auxiliary electrode,
SSC sebagai reference electrode dengan menggunakan larutan HCl 1 M sebanyak 150 ml.
Data yang di dapat dari grafik di atas adalanya besarnya potensial breakdown atau Epit yaitu
sebesae 1,2 V dan potensial proteksi (Epp) sebesar -0.05V. hysterysis loop yang terbentuk
pada grafik berukuran kecil tidak sehingga bisa disimpulkan bahwa material ini memiliki
ketahanan terhadap pitting corrosion yang cukup baik. Kemampuannya untuk membentuk
1
2
lapisan baru juga cukup cepat. Nilai dari Epp dan Epit yang didapatkan cukup besar pula
sehingga bisa diperkirakan SS ini memiliki kethanan terhadap pitting corrosion yang cukup
baik.
2.3.3 Kesimpulan
1. Nilai dari Epp dan Epit yang didapatkan cukup besar sehingga bisa diperkirakan SS ini
memiliki kethanan terhadap pitting corrosion yang cukup baik.
3
2. Semkain besar potensial yang dimiliki oleh Epp dan Epit maka bisa disimpulkan
ketahananya terhadap pittin gkorosi juga meningkat.
3. Metode cylic potentiodynamic polarization (CPDP) dilakukan untuk mengamati awal
mula terjianya fenomena pasivitas, rusaknya lapisan oksida, kecenderungan terjadinya
repasivasi, dan menghitung laju pembentukan pitting corrosion.
2.3.4 Saran
2.3.5 Referensi
2.4 EIS
2.4.2 Analisis
Terdapat beberapa elemen yang ada pada rangkaian sirkuit listrik EIS yaitu pertama
tahanan larutan (Rs)yang merupakan potensial antara sampel dan elektroda acuan. Thanan
dari larutan ionic ini akan dipengaruhi oleh besar konsentrasi ion, jenis ion, tempertaur, serta
area geometeri dimana arus dihantarkan. Kemudian yang kedua adalah Thanan transfer
(Rct)yaitu thanan yang menghambat terjadinya proses transfer muatan dalam suatu reaksi
elektrokimia. Nilai Rct ini dappat diamati dengan cara melihat dari diameter kurva semi-
circle pada grafik nyquist yang terbentuk. Ketiga adalah Constant Phase Element (CPE) yang
menunjukkan suatu nilai tertentu. N=1 melambangkan kapasitor murni (C), N=0 merupakan
hambatan murni (R), Nilai N= -1 sebagao induktansi (L), dan N=0,9-1 adalah kapasitansi
double layer. Dan terakhir adalah kapsitansi lapis ganda (Cdl) yang mana menjelaskan
tingkat adsorbs molekul inhibitor pada permukaan logam.
7
Metode EIS dilakukan untuk memprediksi perilaku korosi secara akurat melalui
rangkaian listrik. Penambahan inhibitor digunakan untuk menurunkan laju korosi dengan
pembentukan lapisan tipis yang akan melindungi permukaan logam. tentunya, penambahan
inhibitor akan berefek pada kurva nyquist sebagai hasil dari metode EIS. Penambahan
inhibitor dengan kadar dan jumlah yang bervariasi akan menimbulkan efek yang bervariasi
pula. Kosentrasi inhibitor yang semkain meningkatkan akan memperbesar nilai diameter
8
pada kurva nyquist dan kurva semicircle yang semakin meurun. Hal ini dapat disebabkan
oleh kekasaran yang terjadi di permukaan, adanya ketidakhomogenan pada permukaan benda
serta molekul inhibitor pada natar muka logam atau elektrolit yang semkain banyak.
2.4.3 Kesimpulan
2.4.4 Saran
2.4.5. Referensi