Anda di halaman 1dari 8

MODUL 2 : KINETIKA KOROSI

2.1 LINEAR POLARIZATION

2.1.1 Data Praktikum

Kelompok Larutan Working Auxilliary Reference


electrode Electrode Electrode
13 1M HNO3 Fe Platinum SSC
14 1M NaCl Fe Platinum SSC
15 1M NaOH Fe Platinum SCC

2.3 Cyclic Polarization

2.3.1 Data Praktikum

Larutan Working electrode Auxilliary Electrode Reference Electrode


HCl 1 M (150 ml) Stainless Steel Platinum SSC

2.3.2 Analisis

2.3.2.1 Analisis Grafik

Percobaan ini dilkaukan dengan tujan untuk mengetahui fenomena atau perilaku
logam/paduan di dalam lingkungan atau media korosif terhadappersitiwa pitting. Metode
cylic potentiodynamic polarization (CPDP) dilakukan untuk mengamati awal mula terjianya
fenomena pasivitas, rusaknya lapisan oksida, kecenderungan terjadinya repasivasi, dan
menghitung laju pembentukan pitting corrosion. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan stainless steel sebagai working electrode, platinum sebagai auxiliary electrode,
SSC sebagai reference electrode dengan menggunakan larutan HCl 1 M sebanyak 150 ml.
Data yang di dapat dari grafik di atas adalanya besarnya potensial breakdown atau Epit yaitu
sebesae 1,2 V dan potensial proteksi (Epp) sebesar -0.05V. hysterysis loop yang terbentuk
pada grafik berukuran kecil tidak sehingga bisa disimpulkan bahwa material ini memiliki
ketahanan terhadap pitting corrosion yang cukup baik. Kemampuannya untuk membentuk

1
2

lapisan baru juga cukup cepat. Nilai dari Epp dan Epit yang didapatkan cukup besar pula
sehingga bisa diperkirakan SS ini memiliki kethanan terhadap pitting corrosion yang cukup

baik.

2.3.2.2 Analisis cyclic Polarization

Metode cylic potentiodynamic polarization (CPDP) dilakukan untuk mengamati awal


mula terjadinya fenomena pasivitas, rusaknya lapisan oksida, kecenderungan terjadinya
repasivasi, dan menghitung laju pembentukan pitting corrosion. Hasil dari CPDP ini berupa
perilaku berulang dari polariasi anoodik dan katodik yang membentuk sebuah loop.
Informasi kuantitatif yang akan didapatkan dari penggunaan metode ini adalah Potensial
Proteksi (Epp), Pitting atau breakdown potensial (E pit) dan passive vurrent. Potensial
proteksi merupakan besar potensial yang mana terhambatnya propagasi pitting dan potensial
breakdown meruapakan nilai potensial yang mengindikasi onset dari pitting tersebut. Kedua
informasi ini akan membantu untuk memprediksikan ketahanan dari material uji terhadap
pitting corrosion. Semkain besar potensial yang dimiliki oleh Epp dan Epit maka bisa
disimpulkan ketahananya terhadap pittin gkorosi juga meningkat.

2.3.3 Kesimpulan

1. Nilai dari Epp dan Epit yang didapatkan cukup besar sehingga bisa diperkirakan SS ini
memiliki kethanan terhadap pitting corrosion yang cukup baik.
3

2. Semkain besar potensial yang dimiliki oleh Epp dan Epit maka bisa disimpulkan
ketahananya terhadap pittin gkorosi juga meningkat.
3. Metode cylic potentiodynamic polarization (CPDP) dilakukan untuk mengamati awal
mula terjianya fenomena pasivitas, rusaknya lapisan oksida, kecenderungan terjadinya
repasivasi, dan menghitung laju pembentukan pitting corrosion.

2.3.4 Saran

Praktikum sudah berjalan dengan baik

2.3.5 Referensi

- Modul Praktikum Korosi dan Proteksi Logam 2019


- Samaneh, Mahmood. Interpretation of Cyclic Potentiodynamic Polarization Test
Results for Study of Corrosion Behavior of Metals: A Review. (2018).

2.4 EIS

2.4.1 Data Praktikum

Kelompok Larutan Inhibitor Auliary Reference Working


Electrode Electrode Electrode
13 HCl 1 M 0 ml Platinum SSC Fe
14 (200 ml) 2 ml
15 4 ml
16 6 ml

2.4.2 Analisis

2.4.2.1 Analisis Grafik

 Kelompok 13 inhibitor 0 ml:


4

 Kelompok 14 Inhibitor 2 ml:

 Kelompok 15 inhibitor 4 ml:


5

 Kelompok 16 inhibitor 6 ml:


6

Electrohemical impedance Sprectroscopy (EIS) merupakan pengujian untuk mengetahui


impedansi dari suatu system sebagai fungsi gelombang AC. Hasil yang idapat harusnya
berupa grafik Nyquist atau sering disebut dengan kurva semi-circle karena gambarnya yang
setengah lingkaran. Jika dilihat pada keempat grafik diatas, hanya grafik kelompok 13
dengan 0 ml inhibitor yang terbentuk kurva semi circle yang cukup kelihatan, sisanya tidak
menggambar kurva semi-circle yang baik. Sehingga sulit untuk dibandingkan. Menurut
literature, semakin besar konsentrasi inhibitior yang digunakan, kurva semi circle yang
terbentuk akan semakin besar diameternya / tingginya. Dimana vector panjang |Z| akan
diirepresentasikan sebagai nilai impedansi. Jika kurva semi circle yang terbentuk semkain
besar diamternya maka |Z| akan semkain panjang atau besar sehingga bisa disimpulan nilai
impedansinya yaitu kemampuan suatu elemen sirkuit untuk dapat bertahan dari aliran arus
listrik juga semakin besar.

2.4.2.2 Analisis Parameter EIS

Terdapat beberapa elemen yang ada pada rangkaian sirkuit listrik EIS yaitu pertama
tahanan larutan (Rs)yang merupakan potensial antara sampel dan elektroda acuan. Thanan
dari larutan ionic ini akan dipengaruhi oleh besar konsentrasi ion, jenis ion, tempertaur, serta
area geometeri dimana arus dihantarkan. Kemudian yang kedua adalah Thanan transfer
(Rct)yaitu thanan yang menghambat terjadinya proses transfer muatan dalam suatu reaksi
elektrokimia. Nilai Rct ini dappat diamati dengan cara melihat dari diameter kurva semi-
circle pada grafik nyquist yang terbentuk. Ketiga adalah Constant Phase Element (CPE) yang
menunjukkan suatu nilai tertentu. N=1 melambangkan kapasitor murni (C), N=0 merupakan
hambatan murni (R), Nilai N= -1 sebagao induktansi (L), dan N=0,9-1 adalah kapasitansi
double layer. Dan terakhir adalah kapsitansi lapis ganda (Cdl) yang mana menjelaskan
tingkat adsorbs molekul inhibitor pada permukaan logam.
7

2.4.2.3 Analisis Perbandingan Jumlah Inhibitor

Metode EIS dilakukan untuk memprediksi perilaku korosi secara akurat melalui
rangkaian listrik. Penambahan inhibitor digunakan untuk menurunkan laju korosi dengan
pembentukan lapisan tipis yang akan melindungi permukaan logam. tentunya, penambahan
inhibitor akan berefek pada kurva nyquist sebagai hasil dari metode EIS. Penambahan
inhibitor dengan kadar dan jumlah yang bervariasi akan menimbulkan efek yang bervariasi
pula. Kosentrasi inhibitor yang semkain meningkatkan akan memperbesar nilai diameter
8

pada kurva nyquist dan kurva semicircle yang semakin meurun. Hal ini dapat disebabkan
oleh kekasaran yang terjadi di permukaan, adanya ketidakhomogenan pada permukaan benda
serta molekul inhibitor pada natar muka logam atau elektrolit yang semkain banyak.

2.4.3 Kesimpulan

1. Electrohemical impedance Sprectroscopy (EIS) merupakan pengujian untuk mengetahui


impedansi dari suatu system sebagai fungsi gelombang AC
2. Semakin besar konsentrasi inhibitior yang digunakan, kurva semi circle yang terbentuk
akan semakin besar diameternya.
3. Penambahan inhibitor dengan kadar dan jumlah yang bervariasi akan menimbulkan efek
yang bervariasi pula.
4. Kosentrasi inhibitor yang semkain meningkatkan akan memperbesar nilai diameter pada
kurva nyquist dan kurva semicircle yang semakin meurun.

2.4.4 Saran

- Dilakukan dengan jenis inhibitor yang berbeda

2.4.5. Referensi

- Modul Praktikum Korosi dan Proteksi Logam 2019


- Mohd. Nazri Idris. Electrochemical impedance spectroscopy study on corrosion inhibition
of benzyltriethylammonium chloride. (2013). AIP Conference Proceedings.

Anda mungkin juga menyukai