Anda di halaman 1dari 104

BIMBINGAN UKOM

OBAT TRADISIONAL
Suryanita,S.Farm.,M.Si.,Apt
BAHASA LATIN TANAMAN
Daftar nama tumbuhan (tanaman) dan
nama latin
Nama Latin Tanaman Obat
Contoh Soal

• Rimpang Jahe Merah mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,70% v/b.
Minyak atsiri tersebut banyak digunakan sebagai penghilang rasa nyeri yang
digunakan secara topikal. Jahe Merah mempunyai shogaol sebagai senyawa
identitas yang bertanggung jawab terhadap khasiat jahe sebagai peningkat suhu
tubuh dan senyawa inidapat diidentifikasi secara KLT dengan pembanding Eugenol
1% dalam etanol P.
PERTANYAAN SOAL:
Apa nama latin dari tanaman tersebut ?
A. Curcuma xanthoriza
B. Curcuma domestica
C. Kaempheria galanga
D. Zingiber officinale Rosc var amarun
E. Zingiber officinale Rosc var rubrum

• Jawaban E. Zingiber officinale Rosc var rubrum = Jahe merah


Nama latin masing - masing simplisia :
Curcuma xanthoriza = Temulawak.
Curcuma domestica = Kunyit.
Kaempheria galanga = Kencur.
Zingiber officinale Rosc var amarun = jahe putih.
Contoh Soal

• Sediaan lotion sebagai pelembab telah banyak dipasaran. Ekstrak buah alpukat
merupakan salah satu bahan alami yang telah banyak digunakan untuk produk
sediaan tersebut. Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam buah ini
mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan dan obat-obatan.
PERTANYAAN SOAL:
Mempunyai nama tanaman asal apakah ekstrak yang dihasilkan dari buah
tersebut?
A. Psidium guajava
B. Citrus aurantifolia
C. Carica papaya
D. Hylocereus polyrhizus
E. Persea americana

• Jawaban E. Persea Americana =alpukat


Nama latin masing-masing simplisia :
Psidium guajava = jambu batu / jambu biji.
Citrus aurantifolia = Jeruk nipis.
Carica papaya = Papaya.
Hylocereus polyrhizus = Buah naga merah.
SIMPLISIA
PENGERTIAN
 Herbal adalah bahan alam yang diolah ataupun tidak diolah
digunakan untuk tujuan kesehatan dapat berasal dari tumbuhan,
hewan atau mineral. Herbal dalam FHI ini mencakup simplisia dan
bahan olahannya.
 Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan (FHI)
 Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (MMI).
 Simplisia Segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan.
 Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar
matahari, diangin-angin, atau menggunakan oven, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan dengan oven tidak lebih dari 60°.

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 19
STTIF Bogor
PEMBAGIAN SIMPLISIA
 SIMPLISIA NABATI
 Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat
tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan
atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya (FHI).
 Simplisia Nabati ialah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum
berupa zat kimia murni (MMI).
 SIMPLISIA HEWANI ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa zat kimia murni.
 SIMPLISIA PELIKAN (MINERAL) ialah simplisia yang berupa bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa
apt. Antonius zat
Padua Ratu, kimia murni.
M.Farm.
05/12/2021 20
STTIF Bogor
SIMPLISIA NABATI
 Curcuma domestica Rhizoma
 Kurkumin, keton-sequiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen
25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil.
 Curcuma xanthorrhiza Rhizoma
 Kurkumin, champora, glukosida, turmerol
 Kaempferia Rhizoma
 Sineol,asam metil kanil dan penta dekaan, asam sinamat, etil ester,
borneol, kamphene, paraeumarin
 Languatis Rhizoma
 metil-sinamat , sineol, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, ä-pinen,
galangin, sesquiterpene, champora, galangol, cadinene, dan
hydrate hexahydrocadelene
 Antiseptik. Antijerawat
 Zingerberis Rhizoma
 Gingerol, Shogaol, Antiiflamasi
 CARNAUBA WAX
 Copernicia pruniferaapt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.
05/12/2021 21
STTIF Bogor
SIMPLISIA HEWANI
ADEPS LANAE/LANOLIN ANHIDRAT
 Ovis Aries (L.)(Domba)
CERA ALBA/FLAVA
 Apis mellifera (Lebah)
CETACEUM/SPERMASETI
 Physeter macrocephalus, Physeter catodon (L.) dan
Hyperoodon rostratus (Miller)
GELATIN
 Bos Taurus(Sapi)
MEL DEPURATUM
 Apis mellifera (L.)(Lebah)

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 22
STTIF Bogor
SIMPLISIA MINERAL/PELIKAN

 VASELIN FLAVUM (YELLOW PETROLATUM)


 VASELIN ALBUM (WHITE PETROLATUM)
 PARAFIN SOLIDUM
 PARAFIN LIQUDUM
 SULFUR

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 23
STTIF Bogor
CONTOH SOAL
Industri Farmasi memproduksi sediaan semisolid bahan
alam. Sediaan tersebut terdiri dari bahan aktif dan basis
salep. TTK ditugaskan untuk untuk menggunakan basis yang
diperoleh dari simplisia hewani yang diperoleh dari
perternakan domba. Apa basis yang dimaksud dalam sediaan
tersebut ?
A. adeps lanae
B. oleum sesami
C. Malam
D. Spermaceti
E. Vaselin
Jawaban : A. adeps lanae

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 24
STTIF Bogor
CONTOH SOAL
Industri Farmasi memproduksi sediaan semisolid bahan
alam. Sediaan tersebut terdiri dari bahan aktif dan basis
semisolid. TTK ditugaskan untuk untuk menggunakan basis
yang diperoleh dari simplisia nabati. Apa basis yang
dimaksud dalam sediaan tersebut ?
A. adeps lanae
B. Carnauba-wax
C. Malam
D. Spermaceti
E. Vaselin

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 25
STTIF Bogor
CONTOH SOAL
Industri Farmasi memproduksi sediaan semisolid bahan
alam. Sediaan tersebut terdiri dari bahan aktif dan basis
salep. TTK ditugaskan untuk untuk menggunakan basis yang
diperoleh dari simplisia pelikan. Apa basis yang dimaksud
dalam sediaan tersebut ?
A. adeps lanae
B. Carnauba-wax
C. Malam
D. Spermaceti
E. Vaselin

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 26
STTIF Bogor
Tahap-tahap pembuatan simplisia
1. Pengolahan bahan baku =cara mengumpulkan bahan baku
2. Sortasi basah= = untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia
3. Pencucian = menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba
yang menempel pada bahan.
4. Perajangan= memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan
yang berlebih
5. Pengeringan= mengeluarkan atau menghilangkan air dari simplisia . Kadar air rendah
mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga
dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air
simplisia tanaman obat maksimal 10%.
6. Sortasi kering = untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering
7. Pengepakan dan penyimpanan = untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah
mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Catatan:
 Pembuatan serbuk setelah proses no. 6 atau no. 7
 Pembuatan serbuk jika diperlukan saja
8. Pemeriksaan mutu
Macam – macam pemeriksaan untuk menilai simplisia :
1. Secara Organoleptik
2. Secara Mikroskopis
3. Secara Fisik
4. Secara Kimia
5. Secara Biologi apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.
05/12/2021 27
STTIF Bogor
1. Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 28
STTIF Bogor
CONTOH SOAL
Industri Bahan Baku memproduksi simplisia. TTK ditugaskan
untuk mengolah- tanaman asal-segar-menjadi-simplisia.
Proses-yang-dilakukan-adalah-mengurangi-kadar-air-menjadi-
dibawah-10%. Apa proses yang dimaksud ?
A. Sortasi basah
B. Pencucian
C. Perajangan
D. Pengeringan
E. Sortasi kering

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 29
STTIF Bogor
CONTOH SOAL

Industri Bahan Baku memproduksi simplisia. TTK ditugaskan


untuk mengolah- tanaman asal-segar-menjadi-simplisia.
Proses-yang-dilakukan-adalah-memperluas-permukaan-
simplisia. Apa proses yang dimaksud ?
A. Sortasi basah
B. Pencucian
C. Perajangan
D. Pengeringan
E. Sortasi kering

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 30
STTIF Bogor
STANDARISASI SIMPLISIA
PERHITUNGAN KADAR AIR

𝐴 − 𝐶 − (𝐵 − 𝐶)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 100%
(𝐴 − 𝐶)

A : Berat simplisia + cawan sebelum dikeringkan


B : Berat simplisia + cawan sesudah dikeringkan
C : Berat cawan kosong
A-C : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛
B-C : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 37
STTIF Bogor
CONTOH PERHITUNGAN KADAR AIR

Berat cawan Berat cawan kosong + simplisia (gram)


kosong (gram) Sebelum pengeringan Sesudah pengeringan
30,000 33,500 33,400

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟
𝟑𝟑, 𝟓𝟎𝟎 − 𝟑𝟎, 𝟎𝟎𝟎 − (𝟑𝟑, 𝟒𝟎𝟎 − 30,000)
= 𝑥 100%
𝟑𝟑, 𝟓𝟎𝟎 − 𝟑𝟎, 𝟎𝟎𝟎

3,500 − 3,400
= 𝑥 100%
3,500

0,100
=apt. Antonius Padua𝑥Ratu,
100%
05/12/2021 3,500 STTIF Bogor
M.Farm.
38
PERHITUNGAN KADAR ABU TOTAL

𝐵−𝐶
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = 𝑥 100%
𝐴−𝐶

A : Berat simplisia+ krus sebelum dipijar


B : Berat Abu + krus sesudah dipijar
C: Berat krus kosong
A-C : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟
B-C : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 39
STTIF Bogor
CONTOH PERHITUNGAN KADAR ABU TOTAL
Berat krus Berat krus kosong + simplisia (gram)
kosong (gram) Sebelum pemijaran Sesudah pemijaran
28,000 31,000 28,060

𝟐𝟖, 𝟎𝟔𝟎 − 𝟐𝟖, 𝟎𝟎𝟎


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = 𝑥 100%
𝟑𝟏, 𝟎𝟎𝟎 − 𝟐𝟖, 𝟎𝟎𝟎

0,060
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = 𝑥 100%
3,000

𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑨𝒃𝒖 = 𝟐, 𝟎𝟎%


apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.
05/12/2021 40
STTIF Bogor
PERHITUNGAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM

𝐵−𝐶
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = 𝑥 100%
𝐴−𝐶

A : Berat simplisia+ krus sebelum dipijar


B : Berat Abu tidak larut asam + krus sesudah dipijar
C: Berat krus kosong
A-C : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟
B-C : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 41
STTIF Bogor
CONTOH PERHITUNGAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM

Berat krus kosong + simplisia (gram)


Berat krus
kosong (gram) Sebelum Sesudah Sesudah
pemijaran pemijaran penambahan HCl

28,000 31,000 28,060 28,045

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚


𝟐𝟖, 𝟎𝟒𝟓 − 28,000
= 𝑥 100%
𝟑𝟏, 𝟎𝟎𝟎 − 𝟐𝟖, 𝟎𝟎𝟎

0,045
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 = 𝑥 100%
3,000

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 = 1,50%


apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.
05/12/2021 42
STTIF Bogor
PERHITUNGAN SARI LARUT

(𝐵 − 𝐶) 𝑉1
𝑆𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 𝑥 100%
𝐴 𝑉2

A : Berat simplisia
B : Berat filtrat sesudah diuapkan + cawan kosong
C : Berat cawan kosong
B-C : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
𝑉1 ∶ 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
𝑉2 ∶ 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐹𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 43
STTIF Bogor
CONTOH PERHITUNGAN SARI LARUT AIR/ETANOL
Berat Berat cawan kosong +
Volume Air- Volume Filtrat Berat cawan
simplisia filtrat hasil pengaupan
Kloroform (ml) diuapkan (ml) kosong (gram)
(gram) (gram)
5,000 100 20 35,000 35,150

(𝟑𝟓, 𝟏𝟓𝟎 − 35,000) 100


𝑆𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 𝑥 100%
𝟓, 𝟎𝟎 𝟐𝟎

0,150
𝑆𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥 5 𝑥 100%
5,000

𝑆𝑎𝑟𝑖 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡 𝐴𝑖𝑟 = 15%


apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.
05/12/2021 46
STTIF Bogor
Contoh Soal
Kadar Abu tidak larut asam = B-C/A-C X 100%
Dik: B= Berat Abu tidak Larut asam + Krus Sesudah dipijar = 31,675
C=Berat Krus Kosong= 31,6675
A=Berat simplisia+krus sebelum dipijar = 33,6675
Peny:
=( 31,6758-31,6675)/(33,6675-31,6675)X100%
=0,0083/2X100%
=0,00415X100%
=0,415%
EKSTRAK DAN EKSTRAKSI
PARAMETER EKSTRAKSI
SKRINING FITOKIMIA
UJI KUANTITATIF
PENETAPAN KADAR TANIN TOTAL

Berikut beberapa metode penetapan kadar tanin


secara sederhana (Hanani 2015):
 Kadar tanin dihitung sebagai katekin
 Kadar tanin dihitung sebagai fenol total
 Metode titrimetri
 Metode gravimetri

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 72
STTIF Bogor
Kadar tanin dihitung sebagai katekin

Kadar tanin yang dihitung sebagai katekin,


ditujukan untuk simplisia yang mengandung jenis
tanin yang terkondensasi.
Pereaksi yang digunakan adalah 10% vanillin
dalam asam.
Cara ini menggunakan metode spektrofotometri
dengan serapan yang diukur pada panjang
gelombang 530 nm, dengan pembandingnya
adalah katekin.

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 73
STTIF Bogor
Kadar tanin dihitung sebagai fenol total

 Penetapan kadar ini dilakukan menggunakan


pereaksi Folin-Ciocalteu dan larutan Na2CO3
jenuh.
 Cara ini ditujukan untuk simplisia yang
mengandung jenis tanin terhidrolisis dengan
menggunakan metode spektrofotomeri.
 Serapan diukur pada panjang gelombang 660
nm, dengan asam tanat atau asam galat dalam
akuades sebagai pembanding.

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 74
STTIF Bogor
Metode titrimetri

 Penentuan kadar dengan metode ini disebut


dengan metode permanganometri.
 Metode ini dapat dilakukan untuk mengukur tanin
total dengan cara sederhana, yaitu dengan cara
 titrasi terhadap sari air tanin menggunakan
larutan KMnO4 dan
 indikator larutan indigosulfonat,
 dengan perubahan warna dari biru menjadi
kuning terang.

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 75
STTIF Bogor
Metode gravimetri

 Teknik ini dilakukan dengan menambahkan serbuk kulit


(umumnya sapi) ke dalam ekstrak tanin.
 Campuran dibiarkan mengendap sempurna lalu disaring.
 Filtrat dikeringkan hingga bobot tetap.
 Kadar tanin dihitung dengan cara bobot filtrat sebelum
dan sesudah diberikan serbuk kulit (dengan koreksi
blanko) dibagi dengan berat simplisia yang diekstraksi.

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 76
STTIF Bogor
Penetapan Flavanoid Total
Penentuan jumlah flavonoid total dilakukan
dengan menjumlahkan kadar flavonoid yang
ditentukan menggunakan dua metode yaitu

1. metode alumunium klorida untuk menentukan


golongan flavon dan flavonol dan
2. 2. metode 2,4 dinitrofenilhidrazin untuk
menentukan golongan flavanon dan flavanonol.
Penentuan jumlah flavonoid metode alumunium klorida:
1. Pembuatan larutan uji ekstrak etanol yaitu 1,0 g serbuk simplisia dalam 25 mL
etanol 95%.
2. Pembuatan kurva kalibrasi dengan kuersetin sebagai pembanding. Dibuat
serangkaian larutan kuersetin dalam etanol dengan beberapa konsentrasi dicampur
dengan 1,5 mL etanol 95%; 0,1 mL alumunium klorida 10%, 0,1 mL kalium asetat 1M
dan 2,8 mL aquadest.
3. Diinkubasikan pada suhu kamar selama 30 menit.
4. Diukur serapannya dengan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang
maksimum yaitu 438 nm.
5. Perhitungan untuk menentukan jumlah flavonoid dengan metode kolorimetri
alumunium korida dihitung dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :
F 1 = Jumlah flavonoid dengan metode alumunium klorida,
C = Kesetaraan kuersetin (.g/mL),
V = Volume total ekstrak etanol (mL),
F = Faktor pengenceran (2),
m = Berat sampel (g)
Penentuan Flavonoid Metode kolorimetri 2,4-dinitrofenilhidrazin
1. Pembuatan reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin: Ditimbang seksama 1,0 gram 2,4-
dinitrofenilhidrazin dilarutkan dalam 2 mL asam sulfat 96% dan diencerkan sampai 100 mL
dalam labu ukur dengan metanol.
2. Pembuatan kurva kalibrasi dengan naringenin sebagai pembanding. Dibuat
serangkaian larutan naringenin dalam metanol dengan beberapa konsentrasi. Sejumlah 1,0
mL dari masing-masing larutan yang telah dilarutkan, ditambahkan 2 mL reagen 2,4
dinitrofenilhidrazin 1%.
3. Diinkubasikan pada suhu 50 0C selama 50 menit.
4. Setelah dingin pada suhu kamar, ditambahkan KOH 10% dalam metanol sampai 10 ml
dalam labu ukur. Dipipet 1,0 mL dari campuran tersebut diatas, ditambah metanol sampai
10,0 mL.
5. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yaitu 494 nm. Blanko 1,0 mL
larutan pembanding diganti dengan methanol 1,0 mL dan prosedur seterusnya
diperlakukan sama seperti diatas. Kemudian dibuat kurva kalibrasi.
6. Perhitungan untuk menentukan jumlah flavonoid dengan metoda kolorimetri 2,4-
dinitrofenilhidrazin dihitung dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :
F 2 = Jumlah flavonoid dengan metode 2,4 -dinitrofenilhidrazin ,
C = Kesetaraan naringenin (.g/mL),
V = Volume total ekstrak etanol (mL),
F = Faktor pengenceran (1),
m = Berat sampel (g)
Penetapan Kadar Saponin Total

Saponin dapat diisolasi dan ditetapkan kadarnya


menggunakan
1. analisa kuantitatif gravimetri seperti yang
telah dilakukan oleh Pramono (2004).
2. Selain itu dapat juga digunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis- Densitometri,
3. dan Spektrofotometri- UV(Sukmasari dan
Fatimah, 2006; Khristyana dkk, 2005).
Metode gravimetri
 Teknik ini dilakukan dengan menambahkan serbuk kulit (umumnya
sapi) ke dalam ekstrak tanin.
 Campuran dibiarkan mengendap sempurna lalu disaring.
 Filtrat dikeringkan hingga bobot tetap.
 Kadar tanin dihitung dengan cara bobot filtrat sebelum dan sesudah
diberikan serbuk kulit (dengan koreksi blanko) dibagi dengan berat
simplisia yang diekstraksi.

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 82
STTIF Bogor
Kromatografi Lapis Tipis Densitometri (KLT
Densitometri)

Analisis aflatoksin dilakukan menggunakan fase diam


lempeng KLT silica gel 60 F254 ukuran 20 10 cm dengan
fase gerak kloroform-etil asetat (7:3).
Deteksi dan kuantitasi dilaksanakan menggunakan alat
pemindai KLT densitometri, detektor fluoresensi, pada
panjang gelombang eksitasi maksimum 354 nm dan
emisi 400 nm.
Metode ini mempunyai batas deteksi (limit of detection,
LOD) untuk aflatoksin B1 sebesar 9,62
pg(pikogram=1/1Milyar-mg) dan untuk aflatoksin G1
sebesar 10,9 pg. Sementara itu, batas kuantitasi (limit of
quantitation, LOQ) untuk aflatoksin B1 dan G1 masing-
masing sebesar 32,08 pg dan 36,41
apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.
05/12/2021 83
STTIF Bogor
Metode Spektrofotometri-UV
Penetapan Kadar Alkaloid Total
 Uji kadar total alkaloid
 Volumetri/Titrimetri: berdasarkan sifat
kebasaan alkaloid
 Gravimetri: menimbang residu alkaloid
 Spektrofotometri: dengan penambahan
pereaksi warna
 Fluorometri: kinin dan kinidin
Metode Spektrofotometri
Kromatografi
AMILUM/PATI
Amilum atau pati

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 100
STTIF Bogor
Amilum atau pati(2)
 Amilum-Tritici:
 Tanaman asal : Triticum vulgare (Vill.)
 Familia : Poaceae
 Amilum-Oryzae:
 Tanaman asal : Oryzae sativa L
 Familia : Poaceae
 Amilum-Manihot:
 Tanaman asal : Manihot utilissima (Pohl.)
 Familia : Euphorbiaceae
 Amilum-Maydis:
 Tanaman Asal : Zea mays (L.)
 Familia : Poaceae.
 Amilum-Solani:
 Tanaman Asal : Solanum tuberosum (L.) ·
 Familia : Solanaceae
 Amilum-Maranta:
 Tanaman asal : Maranta aurandinacea L ·
 Familia : Marantaceae ·
 Amilum-Kurkuma:
 Familia :Zingiberaceaeapt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.
05/12/2021 101
STTIF Bogor
CONTOH SOAL
Industri Bahan Baku memproduksi amilum. TTK ditugaskan
untuk mengidentifikasi tanaman asal. Amilum diperoleh dari
familia Solanacea dan yang diambil dari bagian umbinya. Apa
amilum yang dimaksud ?
A. Manihot
B. Maydis
C. Oryzae
D. Solanum
E. Tritici
Jawaban : D. Solanum

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 102
STTIF Bogor
CONTOH SOAL
Industri Bahan Baku memproduksi amilum. TTK ditugaskan untuk mengidentifikasi
tanaman asal. Amilum diperoleh diamati-secara-mikroskopis-sebagai-berikut

Apa amilum yang dimaksud ?


A. Manihot
B. Maydis
C. Oryzae
D. Solanum
E. Tritici

apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm.


05/12/2021 103
STTIF Bogor
TERIMAKASIH
SAYA YAKIN KALIAN SEMUA PASTI
LULUS

Anda mungkin juga menyukai