Anda di halaman 1dari 5

Marketing 4.

0, Strategi Pemasaran Baru di


Era Digital
Dunia pemasaran memang terus berkembang. Strategi yang diterapkan tentunya juga
terus berevolusi mengikuti kemajuan dunia digital yang pesat. Nah, marketing 4.0
merupakan salah satu strategi pemasaran digital yang saat ini sedang digunakan oleh
negara-negara yang menuju perekonomian digital seperti halnya Indonesia. Lalu apa
yang dimaksud dengan marketing 4.0 ini? Yuk, cari tahu dalam ulasan berikut.

Apa Itu Marketing 4.0?

Marketing 4.0 merupakan sebuah pendekatan pemasaran yang memadukan


interaksi online dan offline yang terjadi antara perusahaan dan pelanggan. Di era ini,
pemasaran tidak cukup kalau online saja. Perusahaan juga membutuhkan bentuk
pemasaran offline untuk memastikan konsumen mendapatkan pelayanan yang
memuaskan dari produk atau jasa yang ditawarkan.

Dilansir dari jurnal.id, pasar online tidak berusaha untuk menjatuhkan


pasar offline. Dalam marketing 4.0, keduanya justru akan mengisi peran masing-
masing untuk melengkapi strategi marketing ini.

Bagaimana contohnya? Dilansir dari Marketeers, marketing 4.0 tak cuma


memadukan offline dan online, tapi juga menggabungkan style dengan substance.
Ini artinya sebuah brand tidak hanya mengedepankan digital branding yang bagus.
Brand juga harus menghasilkan konten yang relevan, menarik, dan up-to-date untuk
para pelanggan.

Nah, pembuatan konten inilah yang mengharuskan adanya sentuhan manusia dalam
membuatnya. Machine-to-machine dan juga artificial intelligence (kecerdasan
buatan) dikembangkan untuk memajukan marketing 4.0, tapi tetap butuh sentuhan
manusia atau human-to-human untuk memperkuat customer engagement. Jadi,
perpaduan inilah yang disebut dalam marketing 4.0.

Mengenal Big Data Analysis

Sebelum memahami seberapa pentingnya big data analysis, mari kita cari tahu
terlebih dahulu apa itu big data. Menurut sebuah jurnal berjudul: Marketing 4.0:
Enhancing Consumer Brand Engagement Through Big Data Analysis yang terbit
pada 2016, big data merupakan informasi terstruktur yang dapat diakses, dianalisis,
dan digunakan dalam proses mengambil keputusan.

Dalam big data, ada 5 dimensi data yang dapat diambil. Di antaranya
adalah: volume, velocity, variety, variability, dan juga complexity. Data-data ini
dapat diambil dari sumber manapun. Data-data seperti tren sosial media, transaksi
finansial, email, video, dan audio misalnya, dapat diambil dari internet.

Lalu, apa gunanya big data anaylisis? Ini dia lima fungsinya:

1. Meningkatkan pandangan pelanggan


2. Mempertajam keamanan digital
3. Menganalisis operasi yang fokus dalam data mesin
4. Modernisasi gudang data

Pentingnya Big Data Analysis dalam Marketing 4.0

Dengan adanya 5 dimensi data dan juga kegunaan dari big data analysis, dapat
disimpulkan bahwa big data analysis sangat penting dalam strategi marketing. Data-
data yang didapatkan ini dapat dieksplor lebih jauh untuk menghasilkan data-data
lanjutan seperti kebiasaan berbelanja para customer, karakteristik, bahkan selera
masing-masing customer.
Dengan teknologi ini, para marketer akan menyesuaikan cara berjualan
menggunakan pendekatan personal kepada masing-masing orang. Tentunya sesuai
dengan kebiasaan belanja atau selera dari orang yang disasar. Dari sinilah akan
terlihat bahwa bentuk offline seperti pendekatan personal masih sangat diperlukan
untuk mendapatkan pelanggan yang loyal.

Dalam jurnal Marketing 4.0: Enhancing Consumer Brand Engagement Through Big
Data Analysis, dikatakan bahwa big data membantu melengkapi marketing 4.0 dan
membangun relasi dengan pelanggan. Promosi yang dilakukan bisa mengandalkan
data perilaku dan kebiasaan belanja pelanggan. Tentunya hal ini akan memudahkan
para marketer menciptakan pengalaman belanja yang lebih personal untuk
pelanggan.

Selain itu, big data juga bisa menyempurnakan siklus feedback dari pelanggan ke
penyedia produk atau jasa.

Jadi, big data anaylisis sangat membantu para marketer untuk mengembangkan
produk serta mencari cara agar tetap relevan bagi pelanggannya. Big data
analysis inilah yang merupakan insight tebaru dan terbesar dalam marketing 4.0
karena akan membuat brand atau perusahaan lebih responsif terhadap permintaan
pasar.

Pendekatan 5A dalam Marketing 4.0


Strategi marketing terus berevolusi. Contohnya marketing 1.0 yang fokus pada
penjualan produk tanpa memikirkan kebutuhan konsumen, marketing 2.0 yang
berorientasi pada konsumen, marketing 3.0 yang berorientasi pada manusia, dan
marketing 4.0 yang menggabungkan startegi online dan offline demi
mendapatkan customer engagement.

Dengan perubahan strategi dari tahun ke tahun, pendekatannya pun berubah. Philip
Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan mengganti pendekatan 4A menjadi
5A dalam bukunya yang berjudul Marketing 4.0, Moving from Traditional to
Digital.

Apa saja itu 5A?

Aware

Dalam hal ini audiens sudah tahu mengenai brand atau produk yang dijual. Mereka
sudah sadar akan eksistensi sebuah brand atau produk yang dijual lewat media
tradisional seperti brosur, iklan di televisi, atau spanduk di jalan raya. Mudahnya,
tahap ini dapat disingkat menjadi, “I know.”

Appeal

Dalam tahap ini audiens sudah mulai merasa tertarik dengan produk yang dijual.
Mereka mulai memikirkan sendiri apakah mereka benar-benar membutuhkan
produk yang mereka suka? Apakah mereka harus membeli produk tersebut?
Singkatnya, tahap ini dapat disingkat menjadi, “I like.”

Ask

Karena ketertarikan audiens pada sebuah produk dan setelah selesai menimbang-
nimbang, mereka akan masuk ke dalam tahap “ask” atau pencarian informasi yang
mendalam tentang produk yang mereka sukai.

Bisa jadi audiens akan bertanya kepada temannya yang sudah pernah membeli,
mencari ulasan di internet, atau bahkan mencari tahu komposisi barang dan
membandingkan harganya. Tahap ini dapat dipersingkat menjadi, “I am convinced.”

Act
Setelah melewati ketiga tahap di atas, akhirnya audiens memberanikan diri untuk
masuk ke tahap act. Ya, audiens akhirnya membeli produk yang mereka sukai.
Dalam tahap ini dapat disederhanakan menjadi, “I buy.”

Advocate

Jika pelanggan puas akan produk yang dibelinya, mereka akan melanjutkan ke tahap
berikutnya yaitu advocate. Dengan kata lain, mereka merekomendasikan produk
yang mereka beli. Memberikan feedback, rekomendasi, atau ulasan dapat
dilakukan online maupun offline. Tahap ini dapat dipersingkat menjadi, “I
recommend.”

Anda mungkin juga menyukai