i
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH
ii
iii
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ilmiah akhir ini yang
Trauma Centre RSUP Dr. M. Djamil Padang”. Laporan ilmiah akhir ini
Merdawati, M.Kep dan Ibu Ns. Rika Fatmadona, M.Kep, SpKep. MB, dengan
telaten dan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyusun karya tulis
ilmiah ini. Terimakasih tak terhingga juga kepada penulis sampaikan kepada
pembimbing klinik Ns. Yuhelmi, S. Kep, Ns. Elli Firdamilla, S. Kep dan Mulyati,
Bidang Profesi Keperawatan yang telah menyetujui karya tulis ilmiah ini.
v
4. Bagian Irna Trauma Center yang telah membantu, menerima, dan
6. Kepada kedua orang tua, kakak, adik dan seluruh anggota keluarga yang
dengan kata-kata.
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah akhir ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis perlu masukan,
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah akhir ini
bermanfaat bagi kita semua. Penulis mendo’akan semoga budi baik Bapak/Ibu,
Penulis,
vi
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Laporan Ilmiah Akhir, Oktober 2017
Nama : Fitrani Dwina, S.Kep
BP 1641314051
ABSTRAK
Cedera kepala berat dengan penanganan yang tepat dapat meningkatkan
kondisi pasien menjadi cedera kepala sedang. Pasien yang mengalami cedera
kepala harus melakukan tirah baring sampai kondisi membaik. Tirah baring yang
lama tanpa adanya mobilisasi dapan memicu timbulnya ulkus dekubitus. Ulkus
dekubitus merupakan komplikasi paling sering terjadi pada pasien yang
mengalami gangguan mobilisasi. Salah satu penanganan yang dilakukan dengan
memberikan dressing pada luka. Jenis modern dressing terbukti lebih efektif
menangani luka yang memiliki eksudat daripada standard dressing. Manajemen
asuhan keperawatan dengan aplikasi dressing Cutimed Sorbact Gel mengurangi
permasalahan tersebut pada pasien cedera kepala yang mengalami ulkus
dekubitus berdasarkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP). Tujuan
penulisan ini untuk memaparkan asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala
yang mengalami ulkus dekubitus dengan aplikasi menggunakan dressing Cutimed
Sorbact Gel di ruangan Trauma Centre RSUP Dr. M. Djamil Padang. Prosedur
yang dilakukan dimulai dari pengkajian, analisa data, menetapkan diagnosis
keperawatan, menyusun intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi.
Berdasarkan pengkajian, ditemukan masalah keperawatan konfusi akut, gangguan
integritas kulit, dan gangguan mobilitas fisik. Implementasi dilakukan selama 9
hari. Hasil implementasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan konfusi akut
teratasi dengan baik sedangkan masalah keperawatan gangguan integritas kulit
dan gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian. Pemberian dressing Cutimed
Sorbact Gel dapat mengatasi gangguan integritas kulit pasien. Luka dikaji
sebelum dilakukan dressing dan sesudah dilakukan dressing 3 hari berikutnya
dengan menggunakan Bates-Jensen Wound Assessment Tool. Hasil pelaksanaan
didapatkan adanya perbaikan dari kondisi luka yang signifikan. Disarankan
kepada rumah sakit untuk pengadaan dressing Cutimed Sorbact Gel dan
penerapan pada pasien untuk mempercepat penyembuhan luka.
Kata kunci : Cedera kepala, dressing, Cutimed Sorbact Gel, Ulkus dekubitus,
mobilisasi, penyembuhan luka.
Referensi : 64 (1996-2016)
vii
FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
Final Scientific Report, October 2017
Name : Fitrani Dwina, S.Kep
Serial Number : 1641314051
Nursing Care in Tn.A with Head Injuries Using Dressing Cutimed Sorbact Gel to
Decubitus Ulcers in Trauma Centre Room General Hospital Central
Dr. M. Djamil Padang
ABSTRACT
Severe head injuries with appropriate treatment can improve the patient's
condition to moderate head injury. Patients with head injury should have bed rest
until the condition improves. Duration of bed rest in the absence of mobilization
can lead to decubitus ulcers. Decubitus ulcers is the most common complication
in patients with impaired mobilization. One of the wound management with the
dressing. The modern type of dressing has been shown to be more effective in
treating wound that have exudates than standard dressings. Management of
nursing care with the application of dressing Cutimed Sorbact Gel reduces the
problem in head injury patients with decubitus ulcers based on Evidence Based
Nursing Practice (EBNP). The purpose of this paper to describe nursing care in
head injury patients with decubitus ulcers with applications using dressing
Cutimed Sorbact Gel in Trauma Center Room RSUP Dr.M. Djamil Padang. The
procedures undertaken start from assessment, data analysis, establishing nursing
diagnoses, preparing interventions, implementing and evaluating. Based on the
assessment, found problems nursing acute confusion, impaired skin integrity, and
impaired physical mobility. Implementation carried out for 9 days. The
implementation results show that acute confusion nursing problems are well
resolved while nursing problems of impaired skin integrity and impaired physical
mobility are partially resolved. Dressing Cutimed Sorbact Gel can overcome the
patient's impaired skin integrity. The wound is assessed prior to dressing and
after the next 3 days of dressing using the Bates-Jensen Wound Assessment Tool.
The results of the implementation obtained an improvement of the wound
conditions are significant. Recommended to hospital for the procurement of
Cutimed Sorbact Gel dressings and application to patients to accelerate wound
healing in patients.
References: 64 (1996-2016)
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM..............................................................................................i
PRASYARAT GELAR......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH..............................................................................v
ABSTRAK........................................................................................................vii
ABSTRACT......................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Cedera Kepala
1. Pengkajian........................................................................................130
2. Diagnosa - Evaluasi Keperawatan....................................................133
B. Evidence Based Nursing Practice (EBNP): Aplikasi Dressing
Cutimed Sorbact Gel...............................................................................144
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................147
x
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................149
LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan menjadi responden
Lampiran 2 Persetujuan menjadi responden (Inform Consent)
Lampiran 3 WOC Kasus
Lampiran 4 Data Pasien
Lampiran 5 Bates-Jensen Wound Assessment Tool
Lampiran 6 Wound Status Continuum
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Penulisan Laporan Ilmiah Akhir
Lampiran 8 Dokumentasi
Lampiran 9 Curiculum Vitae
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Skor Bates-Jensen pada Pasien Intervensi dan Pasien Kontrol.........129
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
psikologis dan akibat paling fatal adalah kematian. Asuhan keperawatan pada
separuh dari seluruh kematian akibat trauma disebabkan oleh cedera kepala.
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius. Oleh karena itu, diharapkan
dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan morbiditas dan
2007). Lebih dari 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan
kendaraan bermotor. Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang mengalami cedera
1
2
kepala, 75.000 diantaranya meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang
Ada 1,25 juta kematian lalu lintas di seluruh dunia setiap tahunnya,
dengan jutaan lainnya menderita luka serius dan hidup dengan konsekuensi
penyebab utama kematian di antara mereka yang berusia 15-29 tahun. Hampir
pengendara sepeda dan pejalan kaki. Persentase jenis kelamin laki-laki lebih
jumlah data yang dianalisis seluruhnya 1.027.758 orang untuk semua umur.
Adapun responden yang tidak pernah mengalami cedera 942.984 orang dan
yang pernah mengalami cedera 84.774 orang. Sebanyak 34.409 kasus cedera
nasional adalah 8,2% dan prevalensi angka cedera yang disebabkan oleh
tanpa mampu untuk mengubah posisi. Efek dari gangguan mobilisasi akan
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan
merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami
pencegahan ulkus dekubitus harus dilakukan sedini mungkin dan terus menerus,
sebab pada pasien dengan gangguan mobilisasi yang mengalami tirah baring di
tempat tidur dalam waktu yang cukup lama tanpa mampu untuk merubah posisi
penyembuhan luka yang buruk diikuti oleh nekrosis jaringan. Ulkus dekubitus
dapat menyebabkan kesusahan pada pasien, kualitas hidup yang buruk dan
infeksi parah berulang; hal ini sering memperpanjang masa rawatan di rumah
4
menjaga lingkungan luka yang lembab. Saat ini ada lebih dari 3500 jenis
balutan di dunia. Macam-macam jenis balutan dan topical terapi adalah kasa
klasifikasi tertentu. Meskipun banyak jenis balutan luka modern, tidak ada satu
kategori balutan luka (selain dari kasa) yang mungkin lebih baik dari kategori
Salah satu bentuk balutan luka modern yaitu Cutimed Sorbact Gel.
Cutimed Sorbact Gel adalah jenis balutan luka modern yang mengandung
hidrogel mengurangi beban bakteri dengan metode Sorbact yang diuji dan
terbukti sambil memberikan kondisi luka lembab. Balutan ini menbuat bakteri
dan jamur pada luka terikat dengan cepat dan tanpa menggunakan zat kimia
yang aktif. Cutimed Sorbact Gel membersihkan luka dari jaringan slough dan
satu orang pasien dengan ulkus diabetik yang dilakukan di Ruang Rawat IPD
5
tampak komposisi biofilm dan eksudat tidak berkurang, hilang saat nekrotomi
dan muncul kembali saat balutan diganti dalam 2-3 hari, ukuran dan
balutan luka Cutimed Sorbact gel, tampak ulkus lebih mudah mengalami
autolisis pada jaringan biofilm, luka tampak kemerahan, lebih lembab, dan
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit
keperawatan yang prima dan komprehensif pada setiap pasien yang dirawat.
Salah satu ruangan yang merawat pasien dengan cedera kepala adalah Trauma
Centre yang merupakan bagian dari irna bedah. Pasien cedera kepala yang
dirawat pada ruangan ini adalah pasien dengan cedera kepala sedang sampai
ringan. Pasien yang dirawat pun ada yang pernah dirawat ruang rawatan lain
laporan ilmiah akhir tentang “Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Cedera
Kepala dengan Aplikasi Dressing Cutimed Sorbact Gel pada Ulkus Dekubitus
B. Rumusan Masalah
akan memicu terjadinya ulkus dekubitus. Ulkus dekubitus yang dibiarkan terus
dilakukan pada terbukti memiliki dampak yang lebih merugikan bagi pasien,
seperti kondisi luka yang telah dilapisi oleh eksudat serta adanya nekrosis.
Oleh karena itu dibutuhkan ketersediaan fasilitas balutan luka modern yang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Gel pada pasien cedera kepala yang mengalami ulkus dekubitus untuk
M. Djamil Padang.
8
D. Manfaat Penelitian
Sorbact gel pada pasien cedera kepala yang mengalami ulkus dekubitus
3. Bagi Perawat
aplikasi Dressing Cutimed Sorbact Gel pada pasien yang mengalami ulkus
A. Cedera Kepala
1. Definisi
9
1
2. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri, (2013a) cedera kepala terjadi karena 2 hal
yaitu :
a. Trauma tajam
b. Trauma tumpul
3. Klasifikasi
berdasarkan:
tusukan.
respon verbal.
Respon Verbal
Orientasi baik 5
Bicara membingungkan, jawaban tidak tepat 4
Bicara kacau/kata-kata tidak tepat/tidak nyambung dengan 3
pertanyaan
Suara tidak dapat dimengerti, rintihan 2
Tidak ada respon 1
Respon Motorik
Mengikuti perintah 6
Mampu melokalisasi nyeri 5
Menarik area nyeri/reaksi menghindari nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada respon 1
2008):
a. Fraktur tengkorak
tengkorak adalah:
1) Linear fraktur
2) Comminuted fraktur
yang multilinear.
3) Depressed fraktur
4) Coumpound fraktur
membran timpani.
1
fossa anterior dan tengah. Fraktur dapat dalam bentuk salah satu:
b. Cedera Serebral
3) Hematoma Epidural
4) Hematoma Subdural
5) Hematoma intraserebral
dilatasi pupil.
6) Hematoma subarachnoid
4. Manifestasi Klinik
setelah cedera.
cemas.
1
tingkah laku.
beberapa minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat
trauma ringan.
area tersebut.
Tanda dan gejala lainnya pada cedera otak diantaranya (Rendy &
Margareth, 2012):
1) Battle sign
2) Hemotympanum
3) Periorbital ekimosis
4) Rhinorrhoe
5) Orthorrhoe
6) Brill hematom
e) Disorientasi sementara
2) Kontusio/memar otak
lumpuh, konvulsi
3) Hematom epidural
e) Pupil anisokor
4) Hematom subdural
a) Akut
oblongata
b) Subakut
c) Kronis
5) Hematom intrakranial
5. Patofisiologi
atas cedera primer dan cedera sekunder. Cedera kepala primer terjadi pada
Lesi karena kontak merupakan akibat dari obyek yang mengenai kepala
atau sebaliknya dan menyebabkan efek lokal seperti laserasi skalp, fraktur
bergantung pada tipe, kwantitas, dan lamanya akselerasi dan arah dari
yang terjadi bila pusat gravitasi otak (sekitar glandula pineal) bergerak
sesuai garis lurus. (b) Akselerasi rotasional, terjadi bila ada gerakan
disekitar pusat gravitasi, tanpa pusat gravitasi itu sendiri bergerak. (c)
(Mark, 2004).
Kontusio adalah tipe dari kerusakan otak fokal yang terjadi oleh
girus orbital, korteks di atas dan di bawah fissura silvii, lobus temporal
dan aspek lateral dan inferior dari lobus temporal. Permukaan inferior dari
Kontusio yang berat dapat merusak girus dan dapat meluas sampai ke
Fraktur kontusio terjadi pada lokasi fraktur dan paling berat jika terjadi
pada lobus frontal yang berhubungan pada fossa anterior; coup kontusio
kontusio terjadi pada sisi yang berlawanan dari benturan; herniasi kontusio
terjadi pada area medial dari lobus temporal yang berkontak dengan ujung
bebas dari tentorium atau tonsil serebelar yang berkontak dengan foramen
lesi tunggal atau multipel pada struktur yang lebih dalam dari otak
Gliding kontusio adalah perdarahan fokal pada korteks dan struktur yang
cedera difus baik pada cedera akut vaskuler maupun diffuse axonal injury
sering terjadi pada lobus temporal dan frontal, walaupun mungkin dapat
terjadi juga pada struktur yang lebih dalam dari hemisfer,dan lebih jarang
akibat langsung dari pecahnya pembuluh darah pada saat terjadi trauma.
struktur yang lebih dalam dari otak. Pada CT scan tampak lesi berdensitas
tinggi dengan minimal atau tidak adanya edema disekelilingnya pada fase
akut (Soertidewi et al, 2006). Pasien dengan tipe perdarahan seperti ini
memiliki insiden yang tinggi akibat gliding kontusio dan DAI. Perdarahan
intraserebral pada trauma kepala juga dapat terjadi akibat adanya gaya
frontal inferior atau lobus temporal atau terjadi akibat adanya penetrasi
langsung pada kepala dan pada kasus ini lokasi perdarahan tergantung
2002).
6. Komplikasi
a. Edema pulmonal
aliran darah keotak, bila keadaan semakin kritis, denyut nadi menurun
b. Peningkatan TIK
kematian.
2
c. Kejang
bantalan atau jalan nafas oral disamping tempat tidur klien, juga
7. Penatalaksanaan
prioritas. Yang ideal dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari
paramedis terlatih, dokter ahli saraf, bedah asraf, radiologi, anestesi dan
Pasien yang sadar pada saat diperiksa bisa dibagi dalam 2 jenis:
tanda vital.
aspirasi muntahan.
b) Pemeriksaan fisik
penyebabnya.
c) Pemeriksaan radiologi
dilakukan bila ada fraktur tulang tengkorak atau bila secara klinis
1) Hiperventilasi
2) Drainase
hidrosefalus.
3) Terapi diuretik
mOSm.
2
5) Streroid
6) Posisi Tidur
f) Nutrisi
g) Komplikasi Sistemik
1) Infeksi
2) Demam
3) Gastrointestinal
4) Kelainan hematologi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-scan
b. MRI
c. EEG
d. X-Ray
e. BAER
f. PET
h. ABGs
i. Kadar Elektrolit
j. Screen Toxicologi
penurunan kesadaran.
a. Definisi
(NPUAP) sebagai luka lokal pada kulit dan / atau jaringan di bawahnya
tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan
insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat
b. Etiologi
a. Faktor Intrinsik
b. Faktor Ekstrinsik
tertantu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, dan perubahan
c. Manifestasi
dengan kulit eritema atau kemerahan, terdapat ciri khas dimana bila
ditekan dengan jari, tanda eritema akan lama kembali lagi atau
3
stadium:
1) Stadium I
ini mungkin terasa sakit, tegas, lembut, hangat atau lebih dingin
mungkin sulit untuk dideteksi pada individu dengan warna kulit gelap,
2) Stadium II
Selain itu dapat pula nampak sebagai lepuhan serum dengan atau utuh
3) Stadium III
4) Stadium IV
tulang atau otot. Slough atau eschar mungkin ada pada beberapa
jaringan subkutan dan ini bisa menjadi dangkal. Luka Tahap IV dapat
1) Ulcer Unsteageable
ditutupi oleh slough (kuning, cokelat, abu-abu, hijau atau coklat) dan
atau eschar (cokelat, cokelat atau hitam) pada dasar luka. Sampai
cukup slough dan atau eschar dapat di ambil untuk mengetahui dasar
Ungu atau merah marun lokal daerah kulit utuh berubah warna
lunak dari tekanan dan / atau geser. Daerah ini dapat didahului oleh
kulit gelap. Dapat pula berupa lecet tipis di atas tempat tidur, luka
d. Faktor Resiko
3) Kelembapan
3
5) Pergesekan (friction)
6) Nutrisi
7) Usia
9) Stress emosional
10) Merokok
ulkus dekubitus pada pasien yang terdiri dari faktor intrinsik dan faktor
memadai.
e. Posisi
dengan bantal busa. Posisi ini terbukti menjaga pasien terbebas dari
f. Komplikasi
2011). Komplikasi ulkus dekubitus yang dapat terjadi antara lain infeksi
a. Definisi
luka yang memiliki sedikit eksudat atau luka dengan slough. Bakteri dan
jamur luka terikat dengan cepat oleh balutan. Cutimed Sorbact gel tidak
menggunakan zat kimia yang aktif dan dapat membersihkan luka dari
b. Indikasi
3) Luka traumatis
c. Manfaat
2013):
4
bertahan hidup
d. Cara Kerja
tertarik pada balutan dan terikat secara ireversibel. Bakteri dan jamur
menempel pada balutan. Ketika balutan dibuka bakteri yang terikat pada
balutan tidak bisa berkembang biak atau terlepas setelah terikat pada
1. Pengkajian
upaya untuk mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
2011).
pada usia muda), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa medis
(Muttaqin, 2008).
a. Riwayat Kesehatan
koma.
meningkat.
3) Pola Eliminasi
interpersonal.
mengalami gangguan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Tanda-tanda vital
4
meningkat.
3) Head to Toe
a) Kepala
Palpasi: ada edema atau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak.
b) Mata
c) Hidung
hidung.
d) Telinga
e) Mulut
f) Leher
g) Paru-paru
bunyi tambahan.
h) Jantung
tambahan.
i) Abdomen
j) Ekstremitas
ekstremitas
k) Kulit
l) Genitalia
2. Diagnosa
Ketidakmampuan untuk
memulai perilaku yang tidak
diketahui
Ketidakmampuan untuk
memulai perilaku yang
terarah
Kurangnya tindak lanjut
dengan perilaku yang
diarahkan pada tujuan
Kurangnya tindak lanjut
dengan perilaku yang
bertujuan
Salah persepsi
Kegelisahan
Dilatasi pupil
1. Latar Belakang
(EBN) pada kasus ini adalah penggunaan Cutimed Sorbact Gel untuk
penanganan luka yang memiliki eksudat pada pasien cedera kepala. Cedera
kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh
berbaring saja tanpa mampu untuk mengubah posisi. Efek dari gangguan
Ulkus dekubitus didefinisikan sebagai luka lokal pada kulit dan / atau
merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami
prognosis yang lebih buruk; dan peningkatan biaya perawatan (Chou et al,
2013).
yang ada pada pasien, dan untuk memicu adanya inovasi. EBNP adalah
integrasi penelitian yang valid secara klinis, signifikan dan dapat diterapkan.
5
klinis dapat dibagi menjadi 7 tingkat EBNP yang berbeda dalam jenis studi
(Melynk, 2011).
dengan balutan luka modern. Saat ini ada lebih dari 3500 jenis balutan di
dunia. Macam-macam jenis balutan dan topical terapi adalah kasa (Gauze),
polyurethane foam, dan silver (Nur A, 2013). Oleh karena itu untuk
2. Identifikasi Masalah
imobilisasi lama yang mengalami luka tekan, maka pertanyaan klinis yang
and Outcome):
gel.
by nurses in diabetic foot ulcer oleh Hanan Said Ali (2013). Dengan
tekan pada pasien cedera kepala yang telah lama imobilisasi dapat
diatasi.
5
Critical appraisal topic adalah suatu proses yang secara diteliti dan
RCT.
EBN ini diambil dari jurnal Ali (2013) dengan judul Effectiveness of
luka yang lebih rendah, lebih banyak jaringan yang bergranulasi, terdapat
penilaian untuk hasil pasien. Alat ukur pertama adalah "University of Texas
kedalaman ulkus. Alat kedua adalah untuk penilaian luka, diadopsi dari
“
Development of a new wound assessment form ” dan dimodifikasi oleh
peneliti.
dengan salin sterile, aplikasikan Cutimed Sorbact dan tutup area luka.
lalu ditutup dengan kassa yang telah direndam dengan povidone. Prosedur
dilakukan selama 20-30 menit baik pada kelompok studi maupun kontrol.
proses penyembuhan pada luka pasien lebih cepat. Selain itu penggunaan
4. Prosedur Pelaksanaan
yang diberi intervensi, balutan luka diganti satu kali dalam 3 hari selama 9
6
hari. Pasien dari kedua kelompok diSebelum luka pasien dibersihkan, luka
Tool.
1. Persiapan
Alat :
2) Handscoon steril
3) Handscoon bersih
4) Kassa Steril
7) Nierbeken
9) Hypafix
10) Gunting
(infeksius).
bersihkan luka dari arah bersih ke kotor, bersihkan eksudat atau pus
hingga bersih
13. Menutup luka dengan balutan kasa kering, plester agar posisi balutan
terlalu ketat
hari.
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
a. Data Klinis
Nama : Tn. A
No. Rek. Medis : 98.81.53
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pesisir Selatan
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Kawin
Penanggung jawab : Tn. I (Ayah)
Riwayat Alergi
Makanan : Tidak ada
Obat-obatan : Tidak ada
TB/ BB : 165 cm/ 53 kg
Tanggal masuk : 25 Agustus 2017
Tanggal Pengkajian : 15 September 2017
Waktu kedatangan : 03.40 WIB
Cara Masuk : IGD
Diagnosa Medis : Cedera kepala GCS 6 + ICH + Kontusio serebri
64
6
Agustus 2017 pukul 20.00 WIB. Pasien tidak menggunakan helm dan
dengan GCS 6. Pada pasien ditemukan luka terbuka dan luka lecet
c. Riwayat Kesehatan
pada hari rawatan ke-22, Tn. A sudah dirawat di ruang trauma centre
pasien dan luka tersebut tidak ada pasca terjadinya kecelakaan pada
bawah pasien berukuran 8.5x4 cm, kedalaman stage 2, tepi luka jelas
dan tidak menyatu dengan dasar luka, undermining tidak ada. Jaringan
nekrotik lengket, lembut, dan ada jaringan parut palsu berwarna hitam.
jaringan tepi tidak ada. Tidak ada jaringan granulasi dan epitelisasi
dan HCU bedah. Pasien juga memiliki riwayat ICH dari hasil CT
tanpa bantuan orang lain kini hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Keluarga berharap agar Tn.A cepat pulih dari sakitnya dan dapat
selanjutnya.
terdekat.
2) Pola Nutrisi-Metabolisme
dengan porsi 1 piring nasi, sayur, dan juga lauk tetapi pasien jarang
mengonsumsi buah-buahan.
3) Pola Eliminasi
hematuria.
4) Pola Aktivitas-Latihan
semenjak pasien sakit dan dirawat dirumah sakit pasien tidak bisa
terbiasa tidur malam 6-7 jam dan pasien mengatakan tidak ada
6) Pola Kognitif-Persepsi
pasien saat ini. Keluarga pasrah dan berharap kondisi anaknya dapat
sakit sangat jauh sehingga kakak dan adik Tn.A tidak bisa
rumah tangga.
anaknya saat ini adalah ujian yang datangnya dari Tuhan dan Tuhan
e. Pemeriksaan Fisik
2. Kesadaran Somnolen
GCS GCS 11 (E3V4M4)
3. Kepala Inspeksi
Bentuk bulat, kulit kepala bersih, distribusi rambut
merata, rambut berwarna hitam, lurus, tidak ada
ketombe, lesi (-)
Palpasi
Nyeri tidak terkaji, rambut tidak mudah dicabut
4. Mata Inspeksi
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, refleks pupil (+/+),
ukuran pupil (2mm/2mm), pupil isokor.
Palpasi
Palpebra tidak edema
5. Telinga Inspeksi
Daun telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan
cukup, bekas luka (-), darah/sekret (-),
6. Hidung Inspeksi
Lubang Hidung simetris kiri dan kanan,
kebersihan baik, sekret tidak ada, tidak ada
massa/polip, sumbatan jalan nafas (-)
Palpasi
Pembengkakan tidak ada
8. Leher Inspeksi
Leher simetris, Tidak ada lesi,
Palpasi
Pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi
trakea (-)
Palpasi
Pengembangan dinding dada simetris
Perkusi
Sonor
Auskultasi
Vesikuler, bunyi nafas tambahan (-)
Palpasi
Ictus cordis teraba LMCS RIC V
Perkusi
Pekak
Auskultasi
Irama jantung regular
Auskultasi
Bising usus (+)
Perkusi
Timpani
Palpasi
Tidak teraba massa
ɷ Kedalaman stage 2
ɷ Tepi luka jelas dan tidak menyatu dengan
dasar luka
ɷ Undermining tidak ada
ɷ Jaringan nekrotik lengket, lembut, dan ada
jaringan parut palsu berwarna hitam
ɷ Keadaan luka pasien sudah 50% mengalami
nekrotik
ɷ Tipe eksudat purulent dengan jumlah eksudat
sedang
ɷ Warna kulit disekitar luka abu-abu
ɷ Tidak ada daerah yang edema disekitar luka
ɷ Pengerasan jaringan tepi tidak ada
ɷ Tidak ada jaringan granulasi
ɷ Epitelisasi <25% pada luka.
13. Genitalia Tidak ada keluhan
Atas Kiri
Tangan kiri terpasang infuse pump, Atropi otot (-
), Edema (-), akral hangat, CRT <2 detik, turgor
kulit baik
Bawah Kanan
Atropi otot (-), Edema (-), akral hangat, CRT <2
detik, turgor kulit baik
Bawah Kiri
Atropi otot (-), Edema (-), akral hangat, CRT <2
detik, turgor kulit baik
7
f. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis
No. Hasil Nilai Normal Ket.
Pemeriksaan
06 September 2017
Pemeriksaan
Hematologi
1. Hemoglobin 9,7 g/dl 14-18 g/dl Menurun
2. Leukosit 16.250/mm3 5.000-10.000/ mm3 Meningkat
3. Trombosit 394.000/mm3 150.000 – Normal
400.000/mm3
4. Hematokrit 32% 37- 43% Menurun
Pemeriksaan
Kimia Klinik
1. Glukosa sewaktu 119 mg/dl <200 mg/dl Normal
2. Ureum 56 mg/dl 10-50 mg/dl Meningkat
3. Kreatinin 0,6 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl Normal
4. Kalsium 8,4 mg/dl 8,1-10,4 mg/dl Normal
5. Natrium 145 Mmol/L 136-145 Mmol/L Normal
6. Kalium 3,9 Mmol/L 3,5-5,1 Mmol/L Normal
7. Klorida serum 107 Mmol/L 97-111Mmol/L Normal
8. pH 7,39 7,35-7,45 Normal
9. PCO2 42 mmHg 35-45 mmHg Normal
10. PO2 161 mmHg 80-100 mmHg Meningkat
11. HCO3- 25,4 mmol/L 22-26 mmol/L Normal
12. BE 0.4 mmol/L -2,5 - +2,5 mmol/L Normal
13. SO2 99% 95-100% Normal
07 September 2017
Pemeriksaan
Kimia Klinik
1 pH 7,50 7,35-7,45 Meningkat
2. PCO2 39 mmHg 35-45 mmHg Normal
3. PO2 268 mmHg 80-100 mmHg Meningkat
4. HCO3- 30,4 mmol/L 22-26 mmol/L Meningkat
5. BE 7,2 mmol/L -2,5 - +2,5 mmol/L Meningkat
6. SO2 100% 95-100% Normal
g. Terapi
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Ranitidin 2 x 1 ampul IV
7
h. Pemeriksaan Diagnostik
i. Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. Data Subjektif: Cedera kepala Konfusi akut
Keluarga mengatakan pasien
mengalami trauma kepala 1
bulan yang lalu
Keluarga mengatakan pasien
mengalami penurunan
kesadaran sejak masuk RS
Data Objektif:
GCS 11
Kesadaran somnolen
TD 130/80 mmHg
Pasien tampak gelisah
2. Data Subjektif: Faktor Gangguan
Keluarga mengatakan terdapat mekanis integritas
luka pada punggung bawah (penekanan kulit
pasien pada tonjolan
Keluarga mengatakan bahwa tulang)
luka pada punggung bawah
pasien ada setelah perawatan di
ROI.
Data Objektif:
Pasien bedrest
Terdapat luka pada punggung
bawah
ɷ Ukuran luka 8,5x4 cm
ɷ Kedalaman stage 2
ɷ Tepi luka jelas dan tidak
menyatu dengan dasar luka
ɷ Undermining tidak ada
ɷ Jaringan nekrotik lengket,
lembut, dan ada jaringan parut
palsu berwarna hitam
ɷ Keadaan luka pasien sudah
50% mengalami nekrotik
ɷ Tipe eksudat purulent dengan
7
Data Objektif:
Pasien bedrest
Pasien mengalami riwayat
trauma kepala
Seluruh aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat (mandi,
makan dan minum, berpakaian,
toileting)
2. Diagnosa Keperawatan
Manajemen Nutrisi
Aktivitas:
Identifikasi alergi makanan pada pasien atau intoleransi
Anjurkan pasien tentang kebutuhan nutrisi (yaitu,
membahas pedoman diet dan piramida makanan)
Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Atur pola makan , yang diperlukan ( yaitu ,
menyediakan makanan berprotein tinggi, menyarankan
menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai
alternatif untuk garam, menyediakan pengganti gula,
meningkatkan atau menurunkan kalori, menambah atau
mengurangi vitamin, mineral, atau suplemen)
Sediakan lingkungan yang optimal untuk konsumsi
makanan (misalnya, bersih, berventilasi baik, santai,
dan bebas dari bau yang menyengat)
Dorong pasien untuk duduk dalam posisi tegak di
kursi , jika mungkin
7
Pengendalian Infeksi
Aktivitas:
Ajarkan peningkatan cuci tangan untuk petugas
kesehatan
Instruksikan pasien untuk teknik mencuci tangan yang
tepat
Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan ,
yang sesuai
Cuci tangan sebelum dan sesudah setiap kegiatan
perawatan pasien
Institusi kewaspadaan universal
Gunakan sarung tangan sebagaimana diamanatkan
oleh kebijakan pencegahan yang universal
Kenakan pakaian atau gaun scrub saat menangani
bahan infeksius
Pakailah sarung tangan steril , yang sesuai
Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
Tingkatkan asupan nutrisi yang tepat
Berikan terapi antibiotik , yang sesuai
Anjurkan pasien untuk minum antibiotik , seperti yang
ditentukan
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada
penyedia layanan kesehatan
Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana
menghindari infeksi
3. Implementasi Keperawatan
tanda vital, suhu, tekanan darah, nadi dan pernafasan, monitor batuk dan
Penggunaan balutan luka modern Cutimed Sorbact gel ini akan melunakkan
slough yang telah melekat dan mengangkat biofilm pada luka. Balutan akan
diganti setelah 3 hari dari pemasangan pertama. Kemudian pada hari ke-4
akan dilihat perkembangan dari luka pasien untuk melihat adanya proses
tubuh dan peningkatan latihan dilakukan latihan rom pasif pada pasien yaitu
secara bertahap. Dari hari ke hari kesadaran pasien semakin meningkat tanpa
Kondisi pada luka pasien juga tampak adanya perbaikan dari sebelumnya.
September 2017 dilakukan latihan ROM pasif pada ekstremitas atas dan
pasien.
8
A:
Masalah konfusi akut belum
teratasi
8
P:
Intervensi monitor neurologi
dilanjutkan
Pengendalian Infeksi P:
Mencuci tangan sebelum Intervensi dilanjutkan
melakukan tindakan pada pasien Perawatan ulkus dekubitus
Mengajarkan keluarga cara Manajemen nutrisi
mencuci tangan dengan teknik yang Pengendalian infeksi
tepat
Menginstruksikan keluarga untuk
menggunakan handrub yang
tersedia diruangan
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menganjurkan keluarga untuk
8
Catatan Perkembangan
A:
Masalah konfusi akut belum
teratasi
P:
Intervensi monitor neurologi
8
dilanjutkan
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Terapi aktifitas
Exercise Therapy: Joint
movement
93
Catatan Perkembangan
P:
Intervensi monitor neurologi
dilanjutkan
94
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Terapi aktifitas
Exercise Therapy: Joint
movement
98
Catatan Perkembangan
P:
Intervensi monitor neurologi
dilanjutkan
99
tersedia diruangan
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menganjurkan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menggunakan sarung tangan
sebagai pencegahan yang universal
Menggunakan pakaian atau gaun
saat membersihkan luka pasien
Menggunakan sarung tangan steril
pada saat perawatan luka
Memberikan terapi antibiotik:
ceftriaxone
Menanyakan pada keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala infeksi yang
ada pada pasien
Mengajarkan pada anggota
keluarga bagaimana menghindari
infeksi
latihan bergantian
Memantau respon individu saat
melaksanakan latihan O:
Menginstruksikan keluarga untuk Tanda vital sebelum latihan
melatih pasien minimal 3 kali ɷ TD :120/70 mmHg
sehari ɷ Nadi : 76x/menit
ɷ RR : 20x/menit ɷ
Suhu : 36,5°C
Exercise Therapy: Joint Movement Tanda vital sesudah latihan
Mengkaji gerakan yang dapat ɷ TD :120/70 mmHg
dilakukan pasien ɷ Nadi : 80x/menit
Menjelaskan pada keluarga tujuan ɷ RR : 22x/menit ɷ
dan rencana latihan Suhu : 36,5°C
Mengkaji lokasi ketidaknyamanan Anggota tubuh pasien masih
atau nyeri selama gerakan atau sedikit sulit digerakkan
aktivitas Pasien sedikit gelisah ketika
Menjaga pasien dari trauma selama diberikan latihan ROM pasif
latihan Latihan ROM yang dilakukan
Melatih pasien melakukan ROM belum optimal
pasif pada ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah A:
Masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Terapi aktifitas
Exercise Therapy: Joint
movement
10
Catatan Perkembangan
P:
Intervensi monitor neurologi
dilanjutkan
10
tersedia diruangan
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menganjurkan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menggunakan sarung tangan
sebagai pencegahan yang universal
Menggunakan pakaian atau gaun
saat membersihkan luka pasien
Menggunakan sarung tangan steril
pada saat perawatan luka
Memberikan terapi antibiotik:
ceftriaxone
Menanyakan pada keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala infeksi yang
ada pada pasien
Mengajarkan pada anggota
keluarga bagaimana menghindari
infeksi
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
10
Terapi aktifitas
Exercise Therapy: Joint
movement
10
Catatan Perkembangan
A:
Masalah konfusi akut teratasi
sebagian
P:
Intervensi monitor neurologi
10
dilanjutkan
Pengendalian Infeksi
Mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan pada pasien
Mengkaji kembali pengetahuan
keluarga tentang cara mencuci
tangan dengan teknik yang tepat
Menginstruksikan keluarga untuk
11
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
P:
11
Intervensi dilanjutkan
Terapi aktifitas
Exercise Therapy: Joint
movement
11
Catatan Perkembangan
A:
Masalah konfusi akut teratasi
sebagian
P:
Intervensi monitor neurologi
dilanjutkan
11
Pengendalian Infeksi
Mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan pada pasien
Mengkaji kembali pengetahuan
keluarga tentang cara mencuci
tangan dengan teknik yang tepat
Menginstruksikan keluarga untuk
menggunakan handrub yang
tersedia diruangan
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menganjurkan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menggunakan sarung tangan
sebagai pencegahan yang universal
Menggunakan pakaian atau gaun
saat membersihkan luka pasien
Menggunakan sarung tangan steril
pada saat perawatan luka
Memberikan terapi antibiotik:
ceftriaxone
Menanyakan pada keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala infeksi yang
ada pada pasien
Mengajarkan pada anggota
11
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Terapi aktifitas
Exercise Therapy: Joint
movement
11
Catatan Perkembangan
A:
Masalah konfusi akut teratasi
sebagian
11
P:
Intervensi monitor neurologi
dilanjutkan
Pengendalian Infeksi
Mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan pada pasien
Mengkaji kembali pengetahuan
keluarga tentang cara mencuci
tangan dengan teknik yang tepat
Menginstruksikan keluarga untuk
menggunakan handrub yang
tersedia diruangan
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menganjurkan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menggunakan sarung tangan
sebagai pencegahan yang universal
Menggunakan pakaian atau gaun
saat membersihkan luka pasien
Menggunakan sarung tangan steril
pada saat perawatan luka
Memberikan terapi antibiotik:
ceftriaxone
12
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Terapi aktifitas
Exercise Therapy: Joint
movement
Catatan Perkembangan
123
12
Pengendalian Infeksi
Mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan pada pasien
Mengkaji kembali pengetahuan
keluarga tentang cara mencuci
tangan dengan teknik yang tepat
Menginstruksikan keluarga untuk
menggunakan handrub yang
tersedia diruangan
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menganjurkan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan perawatan
pasien
Menggunakan sarung tangan
sebagai pencegahan yang universal
Menggunakan pakaian atau gaun
saat membersihkan luka pasien
Menggunakan sarung tangan steril
pada saat perawatan luka
Memberikan terapi antibiotik:
ceftriaxone
Menanyakan pada keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala infeksi yang
12
1. Persiapan
balutan luka modern Cutimed Sorbact gel pada keluarga pasien serta kepala
ruangan yang mengalami luka tekan di ruangan trauma centre RSUP Dr. M.
Pada persiapan alat yang digunakan adalah lembar penilaian luka, Bates-
Jensen Wound Assessment Tool, alat tulis, set dressing steril, handscoon
steril, handscoon bersih, kassa Steril, cairan NaCl 0,9%, Cutimed Sorbact
2. Pelaksanaan
mengenai penyakit yang dialami pasien dan penerapan EBN yang akan
luka kotor dibuka terlebih dahulu dan dilakukan pengkajian pada luka
tipe jaringan nekrotik, jumlah jaringan nekrotik, tipe eksudat, jumlah eksudat,
127
12
granulasi dan epitelisasi (Bates & Sussman, 1998). Setelah pengkajian, luka
dikeringkan dengan kassa steril dan diberikan balutan luka modern Cutimed
Sorbact gel dan ditutup kembali menggunakan kassa steril dan hypafix.
3. Evaluasi
pasien, luka tekan pada pasien yang awalnya mengalami nekrosis tanpa
luka sudah tidak ada dan tampak adanya granulasi serta epitelisasi pada luka.
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Luka pada hari pertama sebelum pemberian balutan, (b)
Grafik 3.1 Skor Bates-Jensen pada Pasien Intervensi dan Pasien Kontrol
Pada grafik diatas menunjukkan adanya perbaikan luka dari pasien yang
kassa lembab dengan cairan NaCl. Namun, pada pasien yang diberikan
balutan Cutimed Sorbact Gel didapatkan perubahan kondisi luka yang lebih
cepat yaitu selama 10 hari intervensi dari skor 43 turun menjadi 33.
Pada hasil pengkajian luka juga terdapat penurunan skor akhir yang
Skor Bates-Jensen
43 39 35 33
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Seorang pasien laki-laki, Tn.A (15 tahun) masuk melalui IGD RSUP DR.
M. Djamil pada tanggal 25 Agustus 2017 pukul 03.40 WIB. Tn.A adalah
sepeda motor lain di Painan pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 20.00 WIB.
Keadaan umum pasien buruk dengan GCS 6. Pada pasien ditemukan luka
Risiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak
Menurut laporan WHO, ada 1,25 juta kematian lalu lintas di seluruh dunia
setiap tahunnya, dengan jutaan lainnya menderita luka serius dan hidup
130
13
muda, dan penyebab utama kematian di antara mereka yang berusia 15-29
sepeda motor, pengendara sepeda dan pejalan kaki. Persentase jenis kelamin
pasien yang harus dirawat lama di ruang Intesive Care Unit (ICU) dengan
keterbatasan aktifitas. Saat ini ulkus dekubitus telah menjadi fokus perhatian
Ulkus dekubitus merupakan luka lokal pada kulit atau jaringan di bawahnya
yang paling sering terjadi pada tulang belakang dan dapat disebabkan oleh
13
terjadi pada tulang belakang, dan lokasi rentan terjadinya ulkus dekubitus
yang paling umum termasuk sakrum, tulang ekor, tumit dan telinga.
jaringan pada kulit, otot dan fasia di daerah terkompresi antara permukaan
Keadaan luka pasien berada pada stage 2, telah mengalami nekrosis dan
merah muda, tanpa terkelupas. Selain itu dapat pula nampak sebagai lepuhan
serum dengan atau utuh atau terbuka atau pecah. Tampak sebagai ulkus
Saat ini pasien masih mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 11.
energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh
darah robek.
jaringan otak itu sendiri. ICH paling sering disebabkan oleh hipertensi,
13
mengurangi tekanan pada otak. Arteri kecil membawa darah ke daerah yang
jauh di dalam otak. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan arteri-arteri ini
intrakranial yang meningkat membuat seseorang bingung dan lesu. Saat darah
menumpuk ke otak, area yang disuplai oleh arteri sekarang telah kekurangan
cedera memar pada kulit kepala dengan kemungkinan efusi darah ke dalam
ruang subkutan tanpa ditemukannya robekan kulit. Memar pada otak disertai
berbicara, gangguan sensorik atau motorik, yang bergantung pada lokasi yang
terkena.
ada beberapa masalah keperawatan yang dapat diangkatkan pada Tn.A yaitu :
konfusi akut, gangguan integritas kulit, dan gangguan mobilitas fisik. Untuk
13
rencana asuhan keperawatan dibuat berdasarkan NOC dan NIC (Herdman &
waktu singkat. Hal ini merupakan ditandai adanya agitasi, perubahan dalam
yang mencakup pada diagnosis ini adalah cedera kepala (Herdman &
Kamitsuru, 2014).
2008). Diagnosis ini ditandai sesuai dengan faktor resiko yang menjadi
penyebabnya.
kepala. Kesadaran pasien somnolen dengan nilai GCS 11. Bentuk pupil
13
simetris dengan ukuran 2mm/2mm. Tidak ada reflek muntah ditemukan pada
GCS 15. Hal ini menunjukkan tidak adanya perburukan keadaan pada pasien
yang memiliki riwayat cedera kepala dan ICH. Reflek muntah tidak ada,
wajah simetris, cara bicara kadang mengerang kadang dapat bicara beberapa
kata tetapi tidak jelas. Dan dari pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam
Suhu : 36,8°C)
integritas kulit dan adanya materi asing yang menusuk kulit (Herdman &
Kamitsuru, 2014).
dan ruang HCU Bedah. Keluarga mengatakan luka pada punggung bawah
pasien tidak ada pasca terjadinya kecelakaan. Keluarga mengaku bahwa luka
Pasien yang dirawat di ICU adalah yang paling tidak beruntung ketika
datang dalam keadaan kulit utuh dan berada di ICU sejak hari pertama
perawatan (Keller et al, 2002; Pokorny et al, 2003). Pasien yang sakit kritis
dapat dibius, menerima ventilasi mekanis, dan berada di tempat tidur dalam
memposisikan pasien di tempat tidur. Jika dilakukan dengan cara yang salah,
dekubitus, kondisi kulit di sekitar ulkus dekubitus, dan sasaran orang dengan
ulkus dekubitus. Pada ulkus dekubitus yang bersih dan bergranulasi perlu
penutupan pada luka. Ada beberapa jenis dressing lembab dan retentif.
Namun, jenis dressing bisa berubah seiring waktu karena luka sembuh atau
memburuk. Salah satu jenis dressing yang dapat digunakan adalah balutan
13
hidrogel. Penggunaan balutan ini dapat digunakan pada ulkus dekubitus yang
dangkal dan minimal, perawatan ulkus dekubitus yang kering karena gel
kedalaman serta pada ulkus dekubitus yang tidak terinfeksi dan granulasi
(EPUAP-NPUAP, 2009).
digunakan adalah Cutimed Sorbact Gel dan Cutimed Gel. Awalnya balutan
yang digunakan adalah perpaduan antara Cutimed Sorbact dan Cutimed Gel.
balutan yang digunakan diganti menjadi Cutimed Sorbact Gel, dan hasilnya
pada area luka lain saat balutan bergeser atau diganti, bersifat anti alergi
kemampuan mengikat yang optimal pada lingkungan luka yang lembab dan
modern lebih efektif dalam menangani luka yang memiliki eksudat daripada
standard dressing. Jenis balutan yang digunakan pada penelitian ini adalah
13
ulkus dekubitus pada punggung bawah dengan ukuran luka 8,5x4 cm, tepi
luka jelas dan tidak menyatu dengan dasar luka, stage 3, undermining tidak
ada, jaringan nekrosis lengket berbatas tegas, keras dan ada black eschar,
sedang, warna disekitar luka merah gelap atau abu-abu, jaringan edema tidak
ada, pengerasan < 2 cm disebagian kecil sekitar luka, tidak ada jaringan
(Bulecheck, 2008).
stage (I-IV), lokasi, eksudat, granulasi atau jaringan nekrotis dan epitelisasi,
13
cairan NaCl lalu dikeringkan dengan menggunakan kassa steril. Pada luka
tersebut diberikan dressing Cutimed Sorbact gel sesuai dengan ukuran luka
yang nantinya ditutup balutan dengan kassa steril kering dan diberi hypafix
(Pangesti, 2013).
Balutan ini efektif pada penyembuhan luka ini. Cutimed Sorbact Gel
Sorbact yang diuji dan terbukti sambil memberikan kondisi luka lembab.
Bakteri dan jamur luka terikat dengan cepat oleh balutan. Cutimed Sorbact
Gel membersihkan luka dari jaringan slough dan nekrotik dan meningkatkan
perbaikan pada keadaan luka. Aplikasi pada balutan ini telah dilakukan
dengan cairan NaCl. Pada pasien yang diberi balutan Cutimed Sorbact gel
setelah beberapa hari, tetapi eksudat masih tetap melekat pada luka. Granulasi
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ali (2013) yang
Sorbact diawali dengan mengangkat balutan kotor; irigasi dari tempat tidur
luka. Dressing diberikan hingga menutupi daerah luka lalu dipotong menurut
kali dibersihkan dengan normal saline lalu ditutup dengan kassa yang telah
nekrotik dan tidak ada granulasi serta epitelisasi pada luka. Setelah pemberian
balutan selama 3 hari pertama yaitu pada hari ke-4 ukuran luka berkurang 1
cm, jaringan nekrotik berkurang dan mulai tampak granulasi pada luka. Pada
mulai tampak. Pada hari ke-10 dilakukan pemberian balutan terakhir untuk
14
melihat hasil dari pemberian balutan pada hari ke-7, eksudat sudah mulai
dekubitus terjadi secara signifikan pada pasien. Hal ini dapat disebabkan
karena balutan Cutimed Sorbact gel terdiri dari balutan Cutimed Sorbact yang
ireversibel ke serat balutan. Formulasi gel dari dressing ini sangat ideal untuk
gerak
bertujuan untuk membatasi gerakan fisik tubuh atau satu ekstermitas maupun
Pasien yang bedrest perlu dilakukan latihan pada sendi agar tidak kaku.
kesehatan ke tingkat yang lebih tinggi dan exercise therapy: joint mobility
dengan tujuan untuk gerakan tubuh aktif atau pasif dalam mempertahankan
dan exercise therapy: joint mobility dengan teknik ROM. Latihan gerak sendi
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005). Sedangkan ROM pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien
dengan bantuan dari orang lain, perawat, ataupun alat bantu setiap kali
dimanfaatkan oleh otot polos ekstremitas sebagai energi untuk kontraksi dan
beberapa gerakan secara mandiri. Keluarga juga sudah mulai rutin untuk
diinstruksikan.
bergerak, akan terjadi penurunan pada kelenturan kekuatan otot dan daya
tahan tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulliya, dkk (2007) untuk
untuk setiap gerakan. ROM menjadi salah satu intervensi keperawatan yang
diberikan pada pasien gangguan mobilisasi fisik baik karena bedrest yang
14
2002).
Sorbact Gel
menerapkan EBN aplikasi dressing Cutimed Sorbact Gel pada pasien cedera
pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan
tanpa mampu untuk mengubah posisi. Efek dari gangguan mobilisasi akan
Ulkus dekubitus didefinisikan sebagai luka lokal pada kulit dan / atau
adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu
serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas
aplikasi dressing Cutimed Sorbact Gel pada pasien cedera kepala yang
dressing dimulai dengan membuka balutan luka kotor terlebih dahulu dan
IV), lokasi, eksudat, granulasi atau jaringan nekrotis dan epitelisasi. Setelah
14
0,9%. Luka dikeringkan dengan kassa steril dan diberikan dressing Cutimed
Sorbact gel dan ditutup kembali menggunakan kassa steril dan hypafix.
Evaluasi dilakukan pada hari ke-4 dengan mengkaji kembali keadaan luka pasien menggunakan Ba
Penerapan EBN dengan aplikasi dressing Cutimed Sorbact Gel pada pasien cedera kepala yang me
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sedang adalah:
Cutimed Sorbact gel pada pasien cedera kepala sedang yang mengalami
147
148
B. Saran
dekubitus.
dekubitus.
3. Bagi Perawat
dekubitus.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H.S. (2013). Effectiveness of the use of Cutimed Sorbact versus standard dressing
by nurses in diabetic foot ulcer. Life Sci. J 2013;10(2):1083-1091]. (ISSN:
1097-8135).
Ananda, I.P. (2016). Pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap Kekuatan Otot
pada Lansia Bedrest di PSTW Budhi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Awaloei, A.C., Mallo, N.T.S., & Tomuka, D. (2016). Gambaran Cedera Kepala yang
Menyebabkan Kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr.
R. D. Kandou Periode Juni 2015 - Juli 2016. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4,
Nomor 2
Baheram, L. (2007). Cedera Kepala pada Pejalan Kaki dalam Kecelakaan Lalu
Lintas yang Fatal. Majalah Kedokteran Bandung. 26(2): 52-54. Bandung
Brown, W.R., Langlois, J.A., Thomas, K.E., Xi, Y.L. (2006). Incidence of Traumatic
Brain Injury in United States, 2003. J Head Trauma Rehabil, 21(6):544-8
BSN Medical. (2013). Cutimed sorbact gel. Diakses pada 07 Juli 2017 melalui
http://www.bsnmedical.co.uk/en/products/wound-care-vascular/category-
product-search/advanced-wound-care/infection-management/cutimedr-sorbactr-
gel.html
Bulechek G, dkk. (2008). Nursing Interventions Clarification (NIC) Fifth Edition. St.
Louis, Missouri: Elsevier
149
15
Chou R, Dana T, Bougatsos C, Blazina I, Starmer AJ, Reitel K, et al. (2013). Pressure
ulcer risk assessment and prevention: a systematic comparative effectiveness
review. Ann Intern Med 159: 28–38
Chou C-L, Lee W-R, Yeh C-C, Shih C-C, Chen T-L, Liao C-C. (2015). Adverse
Outcomes after Major Surgery in Patients with Pressure Ulcer: A Nationwide
Population-Based Retrospective Cohort Study. PLoS ONE 10(5): e0127731.
doi:10.1371/ journal.pone.0127731
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C. (2002). Nursing Care Plane:
Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Philadelphia:
F.A Davis Company
Estilo, M.E.L et al. (2012). Pressure Ulcers in the Intensive Care Unit: New
Perspectives on an Old Problem. Critical Care Nurse Vol 32, No. 3, June
2012;32 65-70 10.4037/ccn2012637
European Pressure Ulcer Advisory Panel and National Pressure Ulcer Advisory Panel.
Prevention and treatment of pressure ulcers: quick reference guide.
Washington DC: National Pressure Ulcer Advisory Panel; 2009
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC
Hidayat, A.A.A & Uliyah, M. (2013). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC
Huda, N. H. (2012). Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada
Pasien Dengan Gangguan Persyarafan. Jurnal Keperawatan STIKes Hang
Tuah Surabaya. Vol.3 No.2. April 2012
15
Keller BP, Wille J, van Ramshorst B, van der Werken C. (2002). Pressure ulcers in
intensive care patients: a review of risks and prevention. Intensive Care
Med. ;28:1379-1388.
Kelly DF, Doberstein C, Becker DP. General Principles of Head Injury Management.
In: Narajan RK, Wilberger JE, Povlishok JT, editors. Neurotrauma. New York,
NY: McGraw-Hill; 1996
Köse, Ipek; Yesil, Pinar, PhD; Öztunç, Gürsel, PhD; Eskimez, Zehra, PhD. (2016).
Knowledge of Nurses Working in Intensive Care Units in Relation to
Preventive Interventions for Pressure Ulcer. International Journal of Caring
Sciences, Nicosia: 677-686
Kossman MCM. Inflamatory Response Traumatic Brain Injury: An Overview for The
New Millennium, In: Rothwell N, Lodddick S, Immune and Inflammatory
Responses in the Nervous System, Oxford University Press, 2002; 106-26
Krisanty, P., dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM
Lyder C, Ayello E. Pressure Ulcers: A Patient Safety Issue. In: Hughes R, ed. Patient
Safety and Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses. AHRQ
publication no. 08-0043. Rockville, MD: Agency for Healthcare Research and
Quality; 2008:1-33
Mary, A. (2007). New and improved: 2007 pressure ulcer definitions: Long Term
Management Care Long Term Man. Nursing Homes; Jun 2007; 56
Martini, Dian, Asiandi & Handayani. (2016). The Impact Of The Lying Change In
Protecting The Risk Of Dekubitus On The Stroke Patients At RSUD
Banyumas. Medisains, 11 no. 2
Narayan, R.K., Wilberger, J.E., & Povlishock, J.T. (1996). Neurotrauma, General
Principles of Head Injury Management. New York: McGraw-Hill
Pirie,G., Duguld, K., & Timmons, J. (2009). Cutimed Sorbact Gel: A New Infection
Management Dressing. Wound UK, Vol 5, No.2
Pokorny ME, Koldjeski D, Swanson M. (2003). Skin care intervention for patients
having cardiac surgery. Am J Crit Care. 12:535-544.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice 6th Ed. St Louis; Mosby
Powell, G. (2009). Evaluating cutimed sorbact: using a case study approach. British
Journal of Nursing, 1-2.
Rendy, M.C., & Margareth, T.H. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2008). Brunner and Suddarth Textbook of Medical
Surgical Nursing. Jakarta: EGC
Sylvia, A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Ed.6. Jakarta:
EGC
Tayyib, N., Coyer, V., Lewis, P. (2013). Pressure Ulcers in the Adult Intensive Care
Unit: A literature Review of Patient Risk Factors and Risk Assessment Scales.
Journal of Nursing Education and Practice, 2013, Vol. 3, No. 11
Ulliya, S., Soempeno, B., & Kushartanti, B.M.W. (2007). Pengaruh Latihan Range of
Motion (ROM) terhadap Fleksibilitas SendiI Lutut pada Lansia di Panti
Wreda Wening Wardoyo Ungaran. Media Ners, Volume 1, Nomor 2
Widagdo, W., Suharyanto, T., & Aryani, R. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: TIM
Widiyanto, P. (2007). Penanganan penderita cedera pra rumah sakit oleh masyarakat
awam. Magelang: Universitas Muhammadiyah Magelang
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013 a). KMB 1 Keoerawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013b). KMB 2 Keoerawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika
WHO. (2015). Global Status Report on Road Safety 2015. Geneva: WHO
15
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Cedera Kepala
Kerusakan Lobus
Robekan dan Distorsi Laserasi/Kontusio Jaringan Otak Fraktur Temporalis
Temporal
Jaringan Sekitar Pembuluh Darah di Gangguan Pemahaman
Tertekan Otak Pecah Bahasa
DATA PASIEN
Nama :
No. Rek. Medis :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Penanggung jawab :
Riwayat Alergi
Makanan :
Obat-obatan :
TB/ BB :
Tanggal masuk :
Tanggal Pengkajian :
Waktu kedatangan :
Cara Masuk :
Diagnosa Medis :
Lampiran
t Date Date Date
Item t Scere Scure Score
2 = Rloody
3 — Sei‘osancuiiieous: thin, svateix, pare r‹xh'pink
4 = Serous: thin, waterv_, clear
5 = Puruleiii: tiiin or thicic opaque. tam’yc1lo-«. with or without iidor
1 — None, dry vound
2 — Scant, x•ound moist but mo obseia'abIe exudate
9. Skitt
1 = Pink or normal tier ethnic group
? — Hright reijd or tiluncnes to touch
Sur- 34 =
—White
Dark red or pumie
or grey pallorforotnon-biancfiah1e
hypopigmenled
i'OU0d
3' Black or hyperpigmentcd
TOTAL SCORE
1 5 i0 1315 20 25 30 35 40 45 50 -*5 60
rissiie Wosnd W'ound
Stealth Regeiieration Degeneration
Plot the total score on the \'v ound StatuS C ntincum by putting an "X" on che line and the dato beneath the line. Plot
inuiiipio source 'ill ilicir laths tc sec-at-a-¿laitoc rcyct›cratiu‹1 oi Mgmt\cr•tior› uFthc wcund.
ñ20U1Ba:éamga Jcnm»
Lampiran
Lampiran
KnRTU BIMBINGAN LAPORAN ILMIAH AKHIR
Nama :FinmiUina,S.Sep
No.bF
: 164 1314051
I
Lampiran 8
DOKUMENTASI
Skor Bates-Jensen : 33
ɷ Ukuran luka 7,5x4 cm tanpa undermining
ɷ Kedalaman stage 3
ɷ Tepi luka jelas dan tidak menyatu dengan
dasar luka
ɷ Tipe jaringan nekrosis, slough mudah
dihilangkan
ɷ Luka tidak mengalami nekrosis
ɷ Luka memiliki eksudat serous dengan jumlah
sedikit
ɷ Warna kulit disekitar luka pucat
ɷ Edema (-)
ɷ Pengerasan jaringan tepi (-)
ɷ 50% jaringan granulasi pada luka
ɷ Epitelisasi 25% - 50%
Lampiran 9
CURICULUM VITAE
Agama : Islam
Alamat : Jalan Filsafat Perum. Unand Blok B III 04/7 Ulu Gadut
Riwayat Pendidikan
2016)
sekarang)