Toaz - Info Askeb Catin Kek PR
Toaz - Info Askeb Catin Kek PR
DI PUSKESMAS KLAMPIS
Disusun oleh:
SRI MUSRIFAINAH
19159010036
Disusun oleh:
SRI MUSRIFAINAH
19159010036
Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin
dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan
kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan sejak
masa janin dalam kandungan. Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu
keadaan dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi
pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau
menahun (Rahmaniar et al, 2011). Masalah KEK sebelum masa kehamilan dapat
diperbaiki melalui konseling sebelum seorang wanita menikah sehingga wanita yang
sudah terdeteksi KEK sebelum dia hamil, maka dapat dilakukan penanganan untuk
memperbaiki masalah KEK pada wanita tersebut.
Bila keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin
yang dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin.
Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah gizi.
Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama kehamilan dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Masalah gizi yang dialami
ibu hamil seperti kekurangan energi kronis (KEK), anemia, dan kurang yodium
(Mawaddah dan Hardinsyah, 2008).
Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi hasil akhir
kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang membuat
nutrisi seorang wanita berisiko, seperti kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan
yang buruk, kebiasaan makan yang aneh, dan kondisi kesehatan yang buruk akan terus
berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan serta perkembangan janin. Ibu hamil
dengan status gizi buruk perlu mendapat perawatan khusus (Bobak et al, 2004).
Pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam status sosial
ekonomi. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka
kematian bayi dan ibu (Timmreck, 2005). Dalam penelitian Kartikasari (2012)
menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah
menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Lebih
lanjut dikatakan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi status gizi ibu hamil karena
tingginya tingkat pendidikan akan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah
tidaknya seseorang menerima informasi tentang gizi. Orang dengan pendidikan yang
tinggi semakin besar peluangnya untuk mendapatkan penghasilan yang cukup dan pada
gilirannya nanti berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat
(Khomsan, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Pranikah?
2. Apa Saja Persiapan Pranikah?
3. Apa Saja Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah?
4. Apa Imunisasi Tetanus Toxoid?
5. Apa Saja Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pra nikah?
6. Apa Saja Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah?
7. Apa Saja Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah?
8. Apa Saja Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah?
9. Apa Pengertian KEK?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Pranikah
2. Mengetahui Persiapan Pranikah
3. Mengetahui Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah
4. Mengetahui Imunisasi Tetanus Toxoid
5. Mengetahui Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
6. Mengetahui Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah
7. Mengetahui Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah
8. Mengetahui Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
9. Mengetahui Pengertian KEK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad) perkawinan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum danajaran agama. Imbuhan kata pra yang
memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah atau
sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun
untuk perempuan. Akan tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan
atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih
tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21
tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang
secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi
kesehatannya. Kepada para remaja diberi pengertian tentang hubungan seksual yang
sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang proses
kehamilan dan persalinan, serta pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca
kehamilan.
Pemeriksaan kesehatan dianjurkan bagi remaja yang akan menikah. Tujuan dari
pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini kondisi kesehatan para
remaja. Jika ditemukan penyakit atau kelainan didalam diri remaja, maka tindakan
pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan tersebut tidak diatasi,
maka diupayakan masalah tersebut tidak bertambah berat atau menular kepada
pasangannya. Misalnya remaja penderita penyakit jantung yang sedang hamil harus
memeriksakan kesehatannya secara teratur. Remaja yang menderita AIDS harus mengaja
pasangannya agar tidak terkena virus HIV dengan menggunakan kondom saat
bersenggama bila sudah menikah.
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan melalui
kelompok atau kumpulan remaja seperti: karang taruna, pramuka, organisasi remaja, dan
sebagainya. Para remaja yang terhimpun dalam organisasi masyarakat perlu
diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan kesiapan dalam menghadapi peran sebagai
istri dapat dilakukan dengan baik.
Pembinaan kesehatan remaja, terutama remaja wanita, tidak hanya ditujukan
hanya pada masalah gangguan kesehatan (penyakit system reproduksi). Fakta
perkembangan psikologis dan social perlu diperhatikan juga dalam membina kesehatan
remaja. Remaja yang tumbuh kembang secara biologis diikuti dengan perkembangan
psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui di dalam membina
kesehatan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja.
Bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Perkawinan yang sehat.
Remaja dibimbing tentang bagaimana mempersiapkan diri menghadapi
perkawinan ditinjau dari sudut kesehatan. Perkawinan bukan hanya sekedar hubungan
antara suami dan istri. Perkawinan menghasilkan keturunan. Bayi yang dilahirkan atau
keturunan ini diharapkan adalah bayi yang sehat dan direncanakan.
2. Keluarga yang sehat.
Remaja diajarkan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta
membinanya. Keluarga yang diidamkan (sejahtera) adalah keluarga yang memiliki
norma keluarga kecil (jumlah keluarga yang ideal terdiri atas suami, istri, dan dua
anak),bahagia, sejahtera, aman, tenteram, disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan
YME. Keluarga sejahtera juga memiliki kemampuan social ekonomi yang
mendukung kehidupan anggota keluarganya serta mampu menabung untuk masa
depan. Selain itu, keluarga sejahtera juga dapat membantu dan mendorong
peningkatan taraf hidup keluarga lain.
3. Sistem reproduksi dan masalahnya.
Tidak semua remaja memahami system reproduksi manusia. Membicarakan
system reproduksi dianggap tabu bagi beberapa kalangan remaja. Penjelasan
mengenai perubahan yang terjadi pada system reproduksi pada masa kehamilan,
persalinan, dan pascapersalinan perlu diberikan. Penjelasan mengenai perawatan bayi
serta gangguan system reproduksi, seperti gangguan menstruasi, kelainan system
reproduksi dan penyakit, juga hendaknya diberikan. Penyakit system reproduksi yang
dimaksud adalah penyakit-penyakit hubungan seksual, HIV/AIDS, dan tumor.
4. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang
memberatkan kehamilan dan membahayakan masa kehamilan atau persalinan.
Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan, antara
lain penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, dan tumor.
5. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan
persalinan. Perubahan sikap dan perilaku dapat mengganggu kesehatan, misalnya
pada masa hamil muda terjadi gangguan psikologi seperti benci dengan seseorang
(suami) atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan
perilaku. Pada masa persalinan atau pascapersalinan gangguan jiwa juga mungkin
terjadi.
Selain hal-hal tersebut masih ada lagi permasalahan remaja dan dikaitkan
dengan kesehatan keluarga. Bidan harus dapat memberikan bimbingan sewaktu
remaja berkonsultasi atau memberikan penyuluhan. Bila masalah remaja sangat besar,
maka dapat dirujuk pada yang lebih ahli. Misalnya, bila remaja merasa ketakutan yang
amat sangat dalam mengahadapi kehamilan, remaja dirujuk ke dokter spesialis jiwa
atau ke psikolog. Bimbingan remaja juga dilakukan melalui organisasi remaja seperti
karang taruna, pramuka, serta organisasi pelajar, mahasiswa, dan pemuda.
2.1.1 Persiapan Pranikah
Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu
persiapan ilmu tentang pernikahan, persiapan mental/psikologis dalam menghadapi
pernikahan, persiapan ruhiyyah menjelang pernikahan serta persiapan fisik sebelum
menikah.
1. Persiapan Ilmu tentang pernikahan.
Hal yang perlu dipersiapkan adalah memperjelas visi pernikahan. Untuk apa
kita menikah. Visi yang jelas dan juga sama antara calon suami dan isteri diharapkan
akan melanggengkan pernikahan. Banyak orang yang menikah hanya karena cinta,
atau mengikuti tradisi masyarakat. Bisa juga karena malu karena sudah cukup umur
tetapi masih belum juga menuju pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki
akar yang jelas. Bisa juga menjadi sangat rapuh ketika memasuki bahtera rumah
tangga, dan akhirnya hancur ketika badai rumah tangga datang menerjang.
Mengetahui Rhesus kedua calon mempelai seringkali merupakan hal yang diabaikan,
padahal hal tersebut adalah hal yang penting. Kebanyakan bangsa Asia memiliki
Rhesus positif, sedangkan bangsa Eropa rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suami-
isteri tidak tahu Rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika Rhesusnya
bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan (Rhesus
negatif) menikah dengan laki-laki (Rhesus positif), bayi pertamanya memiliki
kemungkinan untuk ber-Rhesus negatif atau positif. Jika bayi mempunyai Rhesus
negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika ia ber-Rhesus positif, masalah mungkin timbul
pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin
yang ber-Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu
dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidakmasalahjika si
perempuanber-Rhesus positif dan si prianegatif. Karena itu sangat penting untuk
mengetahui Rhesus kedua calon mempelai.
3. Pemeriksaan gula darah untuk memantau kemungkinan diabetes melitus.
4. Pemeriksaan HbsAG untuk mengetahui kemungkinan peradangan hati.
5. Pemeriksaan VDLR/ RPR untuk mengetahui adanya kemungkinan penyakit sifilis.
6. Pemeriksaan TORC untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan parasit Toxoplasma,
virus Rubella dan virus Cytomegalo yang bila menyerang pada perempuan di masa
kehamilan nanti.
2.1.5 Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah kita dapat
mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang
berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), dan
Anda juga dapat mengetahui penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera
ditanggulangi dapat membahayakan Anda dan pasangan termasuk calon keturunan.
2.1.6 Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah
Prosedur yang harus dilakukan sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
pemeriksaan kesehatan lain biasanya. Anda dan pasangan membuat janji terlebih dahulu
dengan dokter spesialis atau dokter umum kemudian setelah melakukan wawancara
singkat tentang sejarah kesehatan, Anda dan pasangan wajib melakukan pemeriksaan
fisik dan rangkaian tes radiologi dan laboratorium untuk mendeteksi kelainan-kelainan
apa saja yang mungkin diderita. Idealnya, pemeriksaan kesehatan pra nikah dilakukan
enam bulan menjelang pernikahan. Namun ukuran itu sebenarnya bersifat fleksibel
dalam arti kapanpun dapat dilakukan asal pernikahan belum dilangsungkan, agar
penyakit-penyakit yang mungkin terdeteksi dapat ditanggulangi terlebih dahulu.
2.1.7 Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah :
Yang pertama tentunya masalah finansial. Pemeriksaan ini memang memakan
biaya lebih. Maka dari itu, setiap pasangan baiknya persiapkan dana lebih dari jauh-jauh
hari dan Anda harus ingat bahwa uang yang Anda keluarkan itu merupakan investasi
jangka panjang untuk kelangsungan hidup rumah tangga yang akan Anda jalani bersama
dengan pasangan. Selain itu, setiap pasangan pun diwajibkan untuk berpuasa mulai pukul
22.00 sehari sebelumnya dan setelah pengambilan darah, Anda dan pasangan bisa
menikmati sarapan. Selama berpuasa, setiap pasangan tetap boleh mengonsumsi air putih
dan bawalah sedikit contoh feses (tinja) atau urine pagi hari dalam wadah yang bersih.
Walaupun setiap pasangan berada dalam kondisi yang sehat, tidak ada salahnya untuk
tetap melakukan pemerikasaan kesehatan pra nikah untuk kehidupan pernikahan yang
sehat dan jauh dari penyakit.
2.2 Pengertian kekurangan energi kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana
keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut
satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan
keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia
subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi
kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan
protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya.
2.2.1 Etiologi KEK
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi
yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi
antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya.
Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh
(Helena, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK).
Menurut (Djamaliah, 2008) antara lain :
1) Jumlah asupan makanan
2) Usia ibu hamil
3) Beban kerja/Aktifitas
4) Penyakit /infeksi
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi
6) Pendapatan keluarga
7) Pemeriksaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)
3. Riwayat Imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat
mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus
selalu diskrining (Kemenkes RI, 2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi
tinggi di daerah tempat tinggal calon pengantin wanita dan laki – laki.
4. Riwayat Kesehatan
1. Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan prematur dan
retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas perinatal yang lebih
tinggi. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang
paling sering. Tekanan darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan
kemudian dipantau ketat selama masa kehamilan. Sebagian besar wanita
dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang
normal dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah menghindari
penggunaan penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita
harus diberi pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin (Varney, 2007). Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena
efek samping obat.
2. Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar
waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba nueral,
jantung, dan ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan
meliputi preeklamsia, polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena
itu, wanita yang menderita diabetes melitus perlu mendapat konseling dan
memantau disbetesnya dengan cermat, baik sebelum masa prakonsepsi
maupun sepanjang masa usia subur (Varney, 2007; Prawirhardjo, 2010).
3. Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal untuk
mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus menstruasi, aliran d
arah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%. J
ika kehamilan terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut. Pada perte
ngahan trimester kedua, aliran darah ke ginjal meningkat hingga 70-80% jika
dibandingkan wanita tidak hamil, menyebabkan peningkatan LFG hingga 55
%. (Wicaksono, dkk, 2017). Pada laki-laki gagal ginjal kronis, terjadi kegagal
an dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas sp
erma dan kesuburan.
4. Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau
bertambah keparahannya.Untuk menghindari bertambah parahnya penyakit,
hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan
emosional tetap stabil (Agustina, 2015). Asma juga merupakan salah satu
penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.
5. Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia akan berta
mbah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi
sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plas
ma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkata
n volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan d
engan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi haemoglo
bin (Hb) akibat hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010)
Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan produksi eritr
opoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau pertumbuhan yan
g cepat dari ca prostat.
6. Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi faktor IX) di
wariskan secara X-linked recessive.Perempuan dari keluarga penderita hemof
ilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang asimptomatik. Namun 10-20%
perempuan pembawa dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang be
rmakna karena penurunan faktor VIII atau IX di bawah jumlah minimal untu
k mempertahankan keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat menyebabkan
infertilitas, namun sejumlah kecil penderita mungkin mempunyai cukup folik
el-folikel untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010)
Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala perdarahan dalam
waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak dapat menggumpal ta
npa pengobatan. Hal tersebut dapat mengganggu saat berhubungan seksual d
an dapat menurunkan penyakit hemofilia pada keturunannya (Darmono, 201
2).
7. Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat
penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cor
dis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan
jantung, stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan
dekompensasi jantung.Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan
nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang
tepat (Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah dengan
ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan pembuluh darah
penis dan jantung.
8. Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai
pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya
dalam kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas
dan kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
9. IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, p
arasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual
merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seper
ti gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma aku
minata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
10. TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima
jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat
menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh buruk pada janin
yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari
tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging
dari hewan terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang sering
muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar
limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat
menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui
saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat
bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik,
dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran
penting dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen
tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe
2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi
familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-
laki (Varney, 2007).
6. Pola Fungsional Kesehatan
1. Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi
(Felicia, dkk, 2015).
2. Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi sistem
hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormon seksual
(Idrissi, dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang
Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di
tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
3. Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ
reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering
mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air bersih saat mencuci vagina
dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering menggunakan sabun
khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (Fitriyah,
2014). Perawatan organ intim juga bisa dilakukan dengan ratus vagina
dengan tujuan untuk mengharumkan dan menjaga kebersihan area intim
kewanitaan.
4. Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan
suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang
dan lebih. Ketidak seimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat,
dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada
malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7-8 jam dan istirahat siang sekitar 2
jam (Latifah, dkk, 2002; Varnney, 2007).
5. Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki resiko yang sama dengan perokok
aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok,
seperti abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin antara lain
SIDS (sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis
media (Prawirohardjo, 2010).
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat
membahayakan janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban
yang tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi keruh dan
menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu saluran napas janin
(Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).
7. Riwayat Pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan, alasan
berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan
dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya
dengan pasangan sekarang.
8. Riwayat Psikososial Budaya dan Spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu dikaji saat premarital psychological
screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun
sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi
kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal
pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi
antara kedua belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan persoalan
dalam rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,
efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara
terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga,
seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut
(Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya atau
ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik, misalnya
tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan keintiman, cara
berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang mengarah
pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh
orangtua sejak kecil dan pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).
2) Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, pemeriksaan darah dan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum
a) Tanda-tanda vital, normal jika :
- Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adanya gangguan pada sistem kardiovaskuler.
Normal 100/60-140/90 mmHg
- Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus
defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan
denyut nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi).
Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut
jantung lebih cepat dari kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan
hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll.
Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,5°C – 37,5°C.
- Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan
tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit
(Uliyah, dkk, 2009).
b) Antropometri
- Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenorea dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori
supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia
dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari (Kemenkes, 2015;
Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat
badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan
diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan
sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB <145cm
(low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa
Tubuh
- Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
- Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil
seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-ta
nda keputihan patologis
- Ekstermitas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto,
dkk, 2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
- Albumin
Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
- Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
- Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
- Golongan darah dan rhesus
- HbsAg
- HIV/AIDS
- IMS (Sifilis)
b) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
2.2.6 Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah ditetapkan,
yaitu :
1. Menjelaskan kepada kedua calon pengantin
bahwa secara umum keadaan mereka baik, kedua catin mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan KIE tentang kesehatan reproduksi,
persiapan pernikahan dan persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon
pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2014), catin mengerti.
3. Memberikan KIE tentang perawatan tubuh
menjelang pernikahan, meliputi perawatan perawatan kesehatan jamu dan spa
khas madura yaitu perawatan jamu untuk diminum dan spa pada vagina dengan
cara pengasapan langsung di organ intim perempuan, asap tersebut dihasilkan
dari pembakaran ramuan berbagai macam rempah alami yang bertujuan untuk
mengharumkan dan menjaga kebersihan area intim kewanitaan, catin mengerti
4. Menganjuran untuk banyak mengkonsumsi
makanan atau suplemen asam folat untuk prakonsepsi, catin mengerti.
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang diberikan dapat
berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil :
1) Catin dapat menjelaskan kembali tentang penjelasan yang diberikan mengenai
hasil pemeriksaannya.
2) Catin dapat menjelaskan kembali hasil konseling yang diberikan mengenai
kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan.
3) Catin wanita memahami tentang perawatankesehatan dengan jamu dan spa
khas madura
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Data Subjektif
3.1.1 Identitas
Catin Wanita CatinLaki-laki
1. Nama : Nn. “R” Nama : Sdr. “A”
2. Umur : 21tahun Umur : 25tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku : Madura Suku : Madura
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
6. Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Swasta (Bengkel)
7. Alamat : Klampis Barat Alamat :KecamatanSepuluh
3.1.2 Keluhan Utama
Pasien datang ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA untuk mengetahui
persiapan pranikah
3.1.3 RiwayatMenstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 27 - 33 hari/bulan, teratur, lama ±7-8hari
c. Banyaknya : Ganti pembalut 3-4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari berikutnya2-3
kali ganti pembalut
d. Dismenorhe : Ada
e. Fluor Albus : Ya kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak
gatal, tidak berbau
3.1.4 RiwayatKesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang atau pun pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
b. Catin Laki-laki : Tidak diperiksa
3.1.5 RiwayatKesehatanKeluarga
a. Catin Wanita : Ayah tidak menderita hipertensi dan DM, tidak ada keluarga yang
pernah atau sedang menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, thalassemia,
cacat bawaan, hepatitis, dan TBC.
b. Catin laki-laki : tidak diperiksa
3.1.6 Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin laki-laki : Tidak diperiksa
3.1.7 Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur,
daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Minum air putih 8-9 gelas sehari,
suka mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi. Tidak ada
pantangan/alergi makanan
b. Eliminasi
(a) Catin Wanita : BAB 1-2 hari sekali, kadang-kadang keras, warna kuning
khas, tidak ada keluhan sakit saat BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat
berkemih.
(c) Istirahat : Jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam.
(d) Aktivitas : Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga.
(e) Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana
dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah.
3.1.8 Keadaan Psiko, Sosio, dan Spiritual : Keluarga dari dua belah pihak mendukung
pernikahan. Kedua calon pengantin mengatakan
Sudah siap secara mental untuk menikah.
3.1.9 RiwayatPernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 26 Desember 2019.
a. Catin Wanita : Pernikahan yang pertama
b. CatinLaki-laki : Pernikahan yang pertama
B. Objektif
1. PemeriksaanUmum
Catin Wanita Catin laki-laki : tidak diperiksa
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri :
BB : 40kg
TB : 153 cm
IMT : 17 kg/m2
LILA : 22,5 cm
Status TT : TT5
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
2. PemeriksaanFisik
1) Catin Wanita
a) Bentuk tubuh: Normal
b) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan
genetik seperti sindrom down
c) Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
d) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidakkering
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Dada : Tidak teraba benjolan
g) Abdomen : Tidak teraba benjolan
h) Genetalia : Tidak diperiksa
3.2 Identifikasi Masalah/ Diagnosa
Diagnosa : Nn.”R” usia 21 tahun dengan pranikah pada remaja KEK
DS : Pasien datang ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA untuk
mengetahui persiapan pranikah
DO :
Catin Wanita
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri :
BB : 40 kg
TB : 153 cm
IMT : 17 kg/m2
LILA : 22,5 cm
Status TT :TT5
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
3.3 AntisipasiMasalahPotensial
Tidak ada
3.4 IdentifikasiKebutuhanSegera
Tidak ada
3.5 Intervensi/ Rasional
Tanggal : 19 November 2019 Jam : 09.43 WIB
Diagnosa : Nn.”R” usia 21 tahun dengan pranikah pada remaja
Intervensi dan Rasional
1. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Rasional : Agar Catin tahu tentang keadaanya sehingga pasien tidak khawatir dengan
hasil pemeriksaan.
2. Berikan konseling tentang persiapan pra nikah.
Rasional : Dilakukan untuk memberikan pengetahuan dasar untuk persiapan pra
nikah.
3. Berikan konseling tentang KEK
Rasional : Dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang KEK dan akibatnya
pada kesuburan calon pengantin
4. Berikan konseling tentang gizi seimbang
Rasional : Dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada catin tentang manfaat gizi
seimbang
5. Jelaskan kapan harus kembali lagi.
Rasional : Follow up dari pasien atas intervensi yang sudah diberikan.
3.6 Implementasi
Tanggal : 22 November 2019 Jam : 09.48 WIB
Diagnosa : Nn.”R” usia 21 tahun dengan pranikah pada remaja KEK
Implementasi :
1. Menjelaskan kepada calon pengantin wanita tentang hasil pemeriksaan bahwa
didapatkan tanda-tanda KEK, tanda- tanda vital dalam batas normal, catin mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan konseling catin tentang pranikah, yaitu :
a) Promosi kesehatan pranikah
b) Persiapan pranikah.
c) Pemeriksaan kesehatan menjelang pernikahan
d) Manfaat pemeriksaan kesehatan menjelang pernikahan
3. Menjelaskan kepada catin tentang pengertian KEK, akibat KEK sebelum, saat dan
sesudah kehamilan.
4. Menjelaskan konseling tentang gizi seimbang.
5. Menjelaskan kepada catin untuk kembali apabila ada keluhan
3.7 Evaluasi
Tanggal : 22 November 2019 Jam : 09.55 WIB
Diagnosa : Nn.”R” usia 21 tahun dengan pranikah pada remaja KEK
S : Pasien mengatakan telah mengerti dengan penjelasan petugas
kesehatan dan akan melaksanakan anjuran yang telah diberikan.
O : Kesadaran : Composmentis
KeadaanUmum : Baik
Pasien sudah mengerti dan dapat mengulangi dari penjelasan petugas.
A : Nn.”R” usia 21 tahun dengan pranikah pada remaja KEK
P : LanjutkanIntervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.”R” usia 21 tahun dengan pranikah
pada remaja KEK dan mengacu pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu
diagnosa kebidananyaitu :
2. Calon pengantin wanita dengan KEK
3. Potensial terjadinya gangguan system reproduksi sebelum, saat, dan sesudah
hamil
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan asuhan kebidanan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas
2. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan masalah kepada petugas
3. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan
pernikahannya dan dukungan keluarga serta petugas.
4.2 Saran
a. Untuk tenaga kesehatan
1. Menggunakan komunikasi dengan tepat dan jelas
2. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
3. Memberikan motivasi atau dukungan
b. Untuk Pasien.
1. Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin
pernikahannya
2. Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri secara
bertanggung jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani yaitu
sebagai suami istri
3. Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan
lancer dalam menghadapi kehidupannya
4. Hendaknya mau Kontrol ke Bidan setelah 1 bulan
DAFTAR PUSTAKA
http://sulteng.surveilans-respon.org/wanita-usia-subur-kurang-energi-kronis/.
http://www.eurekaindonesia.org/dampak-anemia-dan-kekurangan-energi-kronik-pada-ibu-
hamil/
http://askep-askeb.cz.cc/2010/02/kurang-energi-kronis-kek-pada-ibu-hamil.htm
http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/download/GIZI%20MAKRO.doc.
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh :
Disetujui :
Kepala Ruangan
Tanggal :
Di : (Nasaruddin Saleh, S.Kep.Ns)
NIP. 196512221988111002
Pembimbing Institusi
Tanggal :
Tanggal :
Di : (Suwarsiningsih, S.ST )
NIP. 196410261986032013