Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM HYGIENE INDUSTRI

KEBISINGAN INDIVIDU

Disusun oleh :

Nama Nina Aulya Wibowo

NRP 0521040034

Kelas K3-2B

Tanggal 25 Februari 2022

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahaya atau hazard merupakan suatu keadaan yang dapat menimbulkan kerugian
apabila bahaya tersebut terjadi. Kerugian tersebut dapat berupa kerusakan lingkungan,
kerusakan kesehatan, kerusakan property, dan lain sebagainya. Salah satu bahaya yang
dapat merusak kesehatan, khususnya pendengaran adalah kebisingan. Kebisingan
merupakan semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (Permenaker No.5 Tahun 2018).

Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Telinga manusia hanya


mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya berkisar antara 20-20.000 Hertz dan
dengan frekuensi suara sekitar 80 dB (batas aman). Paparan suara yang terlalu lama atau
melebihi batas keamanan yang disebutkan diatas dapat menyebabkan ketulian sementara
atau permanen. Efek kesehatan lainnya juga meningkatkan sensitivitas tubuh, seperti
peningkatan sistem kardiovaskular berupa peningkatan tekanan darah dan peningkatan
denyut jantung. Jika kondisi ini berlangsung untuk jangka waktu yang lama, reaksi mental
terjadi dalam bentuk konsentrasi yang buruk dan kelelahan.
Gangguan pendengaran yang sering dialami oleh orang yang sering terpajan
kebisingan tinggi adalah Noise Induced Hearing Loss atau NIHL Penyakit ini merupakan
gangguan pendengaran yang berhubungan dengan saraf sensorik bilateral yang berkembang
secara perlahan selama beberapa tahun sebagai akibat dari pajanan kebisingan dengan
intensitas tinggi yang terus menerus di tempat kerja (Khrisnamurti, 2009). Semakin lama
seseorang terpajan suatu kebisingan dengan intensitas yang besar, maka akan semakin
mudah pula fungsi pendengarannya akan terganggu.

Kebisingan tersebut menyebabkan ketidaknyamanan yang berakibat menurunnya


kesehatan tubuh seseorang. Maka dari itu, perlu dilakukan suatu pengukuran bahaya
kebisingan agar dapat melakukan pencegahan maupun pengendalian apabila kebisingan
sudah melampaui dosis yang diizinkan terpajan pada manusia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara menghitung tingkat kebisingan suatu tempat aman atau tidak?
b. Bagaimana cara menghitung DND atau daily noise dosage menggunakan smart tools?
c. Tahapan apa saja yang harus dilakukan untuk mengendalikan bahaya kebisingan?

1.3 Tujuan Praktikum


a. Mengetahui cara menghitung tingkat kebisingan suatu tempat aman atau tidak.
b. Mengetahui cara menghitung DND atau daily noise dosage menggunakan smart tools.
c. Mengetahui tahapan yang harus dilakukan untuk mengendalikan bahaya kebisingan.

1.4 Ruang Lingkup

Pengukuran pada praktikum ini dilakukan secara individu pada hari Rabu, 2 Maret
2022 di rumah dengan alamat Perumahan Taman Aloha E3/6, Desa Suko, Kecamatan
Sukodono, Sidoarjo. Pengukuran dilakukan di ruang tamu menggunakan aplikasi smart
tools pada pukul 08.00 – 16.00. Pengukuran kebisingan dilakukan satu kali setiap satu jam
sehingga nantinya akan didapatkan delapan data untuk 8 jam pengukuran.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian

Menurut Keputusan Menteri Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999,


kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang berada pada titik tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan merupakan salah satu penyebab
Penyakit Akibat Kerja (PAK) faktor fisik berupa bunyi yang dapat menimbulkan
kerusakan pada pedengaran seorang pekerja.
Dalam ketentuan undang-undang No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan
tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, baik terbuka atau tertutup, bergerak
atau tetap dimana tenaga kerja melakukan pekerjaanya atau sering dimasuki tenaga
kerja untuk melakukan usaha dan dimana terdapat sumber-sumber yang berbahaya.
Setiap tempat kerja selalu mempunyai resiko kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja sangat
mengganggu operasi perusahaan apabila tidak mengambil langkah pengendalian yang
memadai. Bagi pekerja, kecelakaan dan sakit akibat kerja sangat merugikan dan dapat
menimbulkan penderitaan, tidak hanya bagi pekerja itu sendiri tapi juga bagi
keluarganya terutama jika kecelakaan atau penyakit akibat kerja tersebut sampai
mengakibatkan cacat tetap atau kematian.

2.2 Nilai Ambang Batas (NAB)


Kebisingan memiliki nilai ambang batas atau NAB yang sudah ditentukan. Di
Indonesia,terdapat peraturan yang mengatur nilai ambang batas dari bahaya-bahaya
yang ada di lingkungan kerja, salah satunya yaitu kebisingan. Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja merupakan salah satu peraturan di Indonesia yang
mengatur tentang bahaya di lingkungan kerja. Selain Permenaker No.5 Tahun 2018,
terdapat pula NIOSH atau National Institute for Occupational Safety and Health yang
merupakan lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di
Amerika.
NAB yang terdapat di Permenaker No.5 Tahun 2018 dan NIOSH tidak jauh
berbeda. Berikut adalah nilai ambang batas yang terdapat pada Permenaker maupun
NIOSH.
Waktu Pemaparan Per Hari Intensitas Kebisingan (dB)
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94

30 Menit 97
15 Menit 100
7.5 Menit 103
3.75 Menit 106
1.88 Menit 109
0.94 Menit 112

28.12 Detik 115


14.06 Detik 118

Tabel 2.1 Standar Kebisingan Permenaker No. 5 Tahun 2018

Apabila ingin mengukur waktu pemaparan maksimal per hari dengan intensitas kebisingan
yang belum terdapat pada tabel standar kebisingan Permenaker No. 5 Tahun 2018, maka
dapat menggunakan perhitungan interpolasi. Cara interpolasi ditentukan dengan
persamaansebagai berikut

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1

Dimana :

𝑥 = Intensitas kebisingan yang dicari (dB)

𝑥1 dan 𝑥2 = Intensitas kebisingan yang diketahui (dB)

𝑦 = Waktu pemaparan yang dicari

𝑦1 dan 𝑦2 = Waktu pemaparan yang diketahui

Syarat : nilai x berada di antara nilai 𝒙𝟏 𝐝𝐚𝐧 𝒙𝟐

Intensitas Durasi Intensitas Durasi


Kebisingan Kebisingan
Jam Menit Detik Jam Menit Detik
(dB) (dB)
80 25 24 - 106 - 3 45
81 20 10 - 107 - 2 59
82 16 - - 108 - 2 22
83 12 42 - 109 - 1 53
84 10 5 - 110 - 1 29
85 8 - - 111 - 1 11
86 6 21 - 112 - - 56
87 5 2 - 113 - - 45
88 4 - - 114 - - 35
89 3 10 - 115 - - 28
90 2 31 - 116 - - 22
91 2 - - 117 - - 18
92 1 35 - 118 - - 14
93 1 16 - 119 - - 11
94 1 - - 120 - - 9
95 - 47 37 121 - - 7
96 - 37 48 122 - - 6
97 - 30 - 123 - - 4
98 - 23 49 124 - - 3
99 - 18 59 125 - - 3
Tabel 2.2 Standar Kebisingan NIOSH

Menurut Permenaker maupun NIOSH, manusia boleh terpapar oleh kebisingan dengan
intensitas 85 dB hanya selama 8 jam. Apabila manusia terpapar oleh kebisingan dengan
intensitas 85 dB selama lebih dari 8 jam akan menimbulkan masalah kerusakan fungsi
pendengaran atau masalah kesehatan lainnya. Begitu pula dengan intensitas lainnya, apabila
melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan, maka masalah kesehatan akan muncul.
Selain NAB atau nilai ambang batas, terdapat pula standar pengukuran, yaitu SNI
7231:2009 Tentang Metode pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja. Standar ini
merupakan metode pengukutan intensitas kebisingan di tempaat kerja menggunakan alat
soundlevel meter.
Kebisingan kombinasi terjadi akibat adanya sumber bunyi dengan jumlah lebih dari
satu dan mengeluarkan bunyi secara bersamaan di suatu tempat. Apabila kebisingan yang
dihasilkanadalah lebih dari satu, maka kebisingan akan menjadi lebih besar intensitasnya.
Kebisingan kombinasi dapat dihitung dengan mengacu pada tabel berikut
Perbedaan decibel (dB) Penambahan pada level tertinggi
0 3
1 2.6
2 2.1
3 1.8
4 1.4
5 1.2
6 1
7 0.8
8 0.6
9 0.5
10 0.4
11 0.3
12 0.2
more 0
Tabel 2.3 Kebisingan Kombinasi

Setelah perhitungan kebisingan kombinasi, kebisingan yang paling tinggi lah yang akan
mencadi acuan untuk perhitungan selanjutnya.
Daily Noise Dose atau DND merupakan dosis terpapar kebisingan yang diperbolehkan
per harinya. DND dianggap aman apabila memiliki nila kurang dari sama dengan satu
atau
DND ≤ 1

Apabila nilai DND lebih dari satu (DND > 1) maka dianggap tidak aman dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Daily Noise Dose dituliskan
dengan persamaan berikut

𝐶1 𝐶2 𝐶𝑛
𝐷𝑁𝐷 = + +⋯+
𝑇1 𝑇2 𝑇𝑛

Dimana
:
𝐶𝑛 = Lama waktu terpapar kebisingan yang diterima

𝑇𝑛 = Standar lama waktu terpapar kebisingan

Jenis kebisingan adalah sebagai berikut :


1. Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi luas, contohnya suara dari kipas angin

2. Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi sempit, contohnya suara dari gergaji
sirkuler
3. Kebisingan terputus-putus, merupakan kebisingan yang terjadi secara terputus-putus
atau secara tidak stabil, contohnya suara lalu lintas
4. Kebisingan implusif, merupakan kebisingan yang memerlukan waktu selama kurang dari
35 milidetik untuk mencapai puncaknya serta memerlukan waktu kurang dari 550
milidetikuntuk menurunkan intensitasnya sampai 20 dB, contohnya tembakan
5. Kebisingan implusif berulang, merupakan kebisingan yang terjadi secarra berulang-
ulang dengan intensitas bunyi yang relatuf rendah, contohnya mesin tempa

Efek yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan adalah efek psikologi, menginterferensi
percakapan bahkan keselamatan dan kesehatan kerja, serta penurunan fungsi pendengaran
pada manusia.
Prinsip dasar dalam melakukan identifikasi sampai pengendalian bahaya adalah dengan
menggunakan AREP, atau antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian.
1. Antisipasi, yaitu identifikasi terhadap bahaya-bahaya yang berpotensi untuk muncul di
suatu lingkungan atau tempat kerja
2. Rekognisi, yaitu pengukuran terhadap suatu bahaya yang sudah diidentifikasi pada
tahapanantisipasi
3. Evaluasi, yaitu membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang ada, misalkan di
Permenaker No. 5 Tahun 2018. Apabila hasil pengukuran melebihi standar yang
diperbolehkan, maka harus dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut
4. Pengendalian, yaitu melakukan pengendalian bahaya yang muncul dengan
menggunakan prinsip hirarki pengendalian risiko.

Pengendalian suatu bahaya harus menerapkan hierarki pengendalian risiko/bahaya, yaitu


sebagai berikut :
1. Eliminasi, menghilangkan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya
2. Substitusi, mengganti alat yang menimbulkan bahaya dengan alat yang lebih sedikit
berpotensi untuk menimbulkan bahaya
3. Rekayasa teknik, menambahkan suatu alat yang dapat membantu mengurangi potensi
bahaya yang ada, misalnya memasang ventilasi, alarm kebakaran, dll
4. Pengendalian administrasi, memberikan aturan atau kebijakan mengenai bahaya yang
ada atau memberikan informasi bahaya yang ada di suatu tempat menggunakan tanda
atau sign
5. Manajemen APD, merupakan hirarki pengendalian bahaya yang terakhir fungsinya
untuk melindungi sebagian tubuh maupun seluruh tubuh pekerja dari bahaya yang
ditimbulkan di tempat kerja
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Prosedur Penggunaan Alat

1. Mengunduh aplikasi “Smart Tools” oleh PC Mehanik pada Play Store

2. Membuka aplikasi

3. Memilih ikon yang bertuliskan “Suara”

4. Mengukur kebisingan dalam suatu ruangan

5. Mematikan alat

3.2 Prosedur Pengukuran


1. Menentukan titik pengukuran

2. Membuka aplikasi “Smart Tools” oleh PC Mehanik

3. Memilih pengukuran suara

4. Mengatur signal di pilihan white noise, peak hold “on”, dan RTA “on”

5. Memegang smart phone dengan stabil sambil mengarhkan microphone ke


sumbersuara
6. Menekan RTA “off” agar hasil yang tertera tidak akan berubah

7. Mencatat hasil pengukuran pada lembar kerja

8. Mematikan alat

9. Mengulangi langkah 1 sampai 8 hingga mendapatkan 8 data pengukuran selama


8jam, dimana 1 jam adalah satu kali pengukuran
3.3 Flowchart

BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.1 Data Pengukuran

Hasil yang didapatkan dari pengukuran kebisingan selama 8 jam mulai pukul 07.00-
14.00 yaitu : International Journal of Environmental Research and Public Health

Waktu P L T Intensitas Lama Terpapar


Pengukuran Ruangan (m) (m) (m) Kebisingan (dB) (menit)

07.43 Ruang Tamu 4 3 4 43,5 30


08.22 Ruang Tamu 4 3 4 41,2 60
09.27 Ruang Tamu 4 3 4 45,8 60
10.31 Ruang Tamu 4 3 4 56,5 60
11.25 Ruang Tamu 4 3 4 50,5 25
12.20 Ruang Tamu 4 3 4 59,7 60
13.07 Ruang Tamu 4 3 4 55,2 60
14.01 Ruang Tamu 4 3 4 56,2 30

4.2 Perhitungan

4.2.1. Standart Permenaker No.5 Tahun 2018


𝐶1 𝐶2 𝐶3 𝐶4 𝐶5 𝐶6 𝐶7 𝐶8
𝐷𝑁𝐷 = + + + + + + +
𝑇1 𝑇2 𝑇3 𝑇4 𝑇5 𝑇6 𝑇7 𝑇 8

0,5 jam 1jam 1jam 1jam 0,4 jam 1jam 1jam 0,5 jam
𝐷𝑁𝐷 = + 8jam + 8jam + 8jam + + 8jam + 8jam +
8jam 8jam 8jam

𝐷𝑁𝐷 = 0,0625 + 0,125+ 0,125+ 0,125+ 0,125+0,05+ 0,125+


0,125+0,0625

𝐷𝑁𝐷 = 0,8 (Aman)

4.2.2 Standart NIOSH

0,5 jam 1jam 1jam 1jam 0,4 jam


𝐷𝑁𝐷 = + + + + +
25.24jam 25.24jam 25.24jam 25.24jam 25.24jam
1jam 1jam 0,5 jam
+ +
25.24jam 25.24jam 25.24jam
= 0,019 + 0,039 + 0,039 + 0,039 + 0,015 + 0,039 + 0,039 + 0,019

= 0,248 (Aman)

Setelah melakukan perhitungan DND diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang
dilakukan di ruangan tersebut aman dari bahaya kebisingan karena nilai DND ≤ 1 .

4.3 Analisa (AREP)

4.3.1 Antisipasi

Antisipasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memprediksi bahaya apa


saja yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar kita. Salah satu bahaya yang dapat
terjadi adalah bahaya kebisingan yang terjadi akibat aktivitas yang dilakukan oleh
orang-orang di sekitar.

Ruangan yang diidentifikasi bahayanya adalah ruang tamu yang memiliki


ukuran 4 x 3 x 4 m2. Pada ruang tamu terdapat property berupa sofa, meja, kipas angin
dan tv. Sumber kebisingan yang terdapat pada ruangan ini berasal dari tv dan kendaraan
yang lewat di depan rumah karena letak ruang tamu yang berdekatan dengan jalan.

4.3.2 Rekognsi

Pengukuran dilakukan di ruang tamu karena ruangan tersebut merupakan


tempat yang sering dipakai oleh praktikan. Pengukuran kebisingan di lingkungan
rumah dilakukan dengan menggunakan aplikasi Alat Pintar oleh PC Mehanik.
Pengukuran dilakukan pada tanggal 25 Februari 2022 sselama 8 jam, yaitu pukul 07.00
hingga 14.00. Hasil pengukuran kebisingan dicantumkan dalam tabel data pengukuran.
4.3.3 Evaluasi

Setelah pengukuran dilakukan, maka selanjutnya dilakukan evaluasi. Data yang


didapatkan oleh praktikan kemudian dihitung menggunakan DND dan dibandingkan
dengan standart kebisingan yang berlaku. Dari pengukuran yang telah dilakukan,
didapatkan intensitas suara terendah yaitu pada pukul 08.22 yaitu sebesar 41,2 dB,
sedangakn intensitas suara tertinggi terletak pada pukul 12.20 dengan intensitas 59,7
dB. Dengan intensitas sebesar 59,7 dB dan waktu paparan selama 60 menit maka masih
terletak di bawah NAB. Menurut standart NIOSH dan Permenaker No, 5 Tahun 2018
dengan intensitas suara sebesar 59,7 dB dapat terpapar selama lebih dari 20/hari jam
tanpa ada resiko merusak pendengaran.

Daily Noise Dosage atau DND yang maksimal dapat terpapar pada manusia
adalah sebesar kurang dari atau samadengan satu (DND ≤ 1). Nilai DND tersebut
adalah dalam skala aman atau diizinkan. Mengacu pada DND menurut NIOSH
maupun Permenaker No.5 Tahun 2018 pun, hasilnya adalah kurang dari satu (DND <
1), yang artinya masih dapat dikategorikan sebagai keadaan yang aman.
4.3.4 Pengendalian

Berdasarkan hasil dari evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa keadaan di


ruangan tersebut dalam kategori yang aman. Walaupun demikian, tidak menutup
kemungkinan bahwa suatu saar akan muncul bahaya kebisingan yang dapat
mengakibatkan gangguan pendengaran. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu
dengan melakukan pemeriksaan indra pendengaran secara rutin khususnya apabila
dicurigai adanya kebisingan yang melebihi batas yang ditentukan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dan pembahasan, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Cara menghitung dan menentukan tingkat kebisingan di suatu aman atau tidak dapat
dilakukan dengan menghitung DND atau daily noise dosage.
2. Cara menghitung DND atau daily noise dose adalah membagi waktu terpapar
kebisingan dengan standar waktu terpapar yang diperbolehkan di tempat satu dan
ditambahkan dengan pembagian waktu terpapar kebisingan dengan standar waktu
terpapar di tempat lain.

3. Tahapan yang harus dilakukan saat akan mengendalikan suatu bahaya adalah

a. Antisipasi

b. Rekognisi

c. Evaluasi

d. Pengendalian
Mengendalikan bahaya kebisingan yang melebihi dosis harian dengan cara
menerapkan hierarki pengendalian bahaya yaitu :
a. Eliminasi : Menghilangkan sumber kebisingan dari Tcmpat Kerja.

b. Substitusi : Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang rnenimbulkan sumber
kebisingan.

c. Kontrol teknik : Mengurangi pajanan kebisingan dengan menambah/menyisipkan


damping/bantalan/peredam di antara alat dan bagian tubuh yang kontak dengan
alat kcrja.

d. Kontrol administrasi : Membatasi pajanan kebisingan melalui pengaturan waktu


kerja.

e. Manajemen APD : Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.


5.2 Saran
Pemeriksaan intensitas kebisingan secara berkala perlu dilakukan untuk mengantisipasi
keselamatan dan kesehatan masyarakat yang berada disekitar lingkungan. Masyarakat dapat
berpartisipasi dalam pengendalian kebisingan dengan mengurangi kegiatan yang dapat
menimbulkan kebisingan berlebih atau mengganti alat yang memiliki potensi kebisingan
tinggi ke alat yang memiliki potensi kebisingan rendah.
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Djalante, 2010. Analisis Tingkat Kebisingan di Jalan Raya yang Menggunakan Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas (APIL), Volume 8, pp. 280-300.

Herawati, 2016. DAMPAK KEBISINGAN DARI AKTIFITAS BANDARA SULTAN


THAHA JAMBI TERHADAP PEMUKIMAN SEKITAR BANDARA. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, Volume 16, pp. 104-108.

Krishnamurti, 2009. International Journal of Environmental Research and Public Health.


Sensorineural Hearing Loss Associated with Occupational Exposure : Effects of Age-
Corrections, Volume 6, pp. 889-899.

National Institute for Occupational Safety and Health, 1998. CDC - Occupational Noise
Exposure. Ohio: National Institute for Occupational Safety and Health.
Santiasih, I., Arninputranto, W., Rachmat, A., 2019. Job Sheet Kebisingan Individu(Daring).
Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
LAMPIRAN

Tugas Pendahuluan

1. Apa perbedaan fungsi Sound Level Meter dan Noise Dosimeter?


• Secara garis besar kedua alat ini memiliki fungsi yang sama yaitu mengukur
tingkat kebisingan. Sound Level Meter berfungsi untuk mengukur kebisingan
lingkungan dengan intensitas antara 30-130 dB. Sedangkan Noise Dosimeter
berfungsi untuk mengukur tingkat kebisingan dengan intensitas 40-143 dB.
2. Mengapa seorang pekerja harus memperhatikan NAB kebisingan?
• Agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan tidak terkena gangguan kesehatan
yang dapat berpengaruh pada kinerjanya. Jika pekerja tidak memperhatikan NAB
kebisingan di lingkungan kerja, maka akan berdampak buruk baik bagi pekerja
maupun perusahaan. Apabila pekerja tidak memperhatikan NAB yang pada
akhirnya mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja (PAK), maka dapat berdampak
kepada penurunan kualitas dari perusahaan tersebut.
3. Apa langkah yang harus dilakukan jika ruang kerja terdapat sumber bunyi bising dan
tidak dapat dimatikan/dihentikan?
• Langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan beberapa pengendalian
sebagai berikut:
a. Pengendalian Teknik
Melakukan pengendalian dengan kegiatan teknis terhadapsumber kebisingan
maupun area kebisingan, misalnya pemberian barrier pada mesin diesel,
memberi penghalang yang berupa tembok dan seng berukuran tinggi
mengelilingi area body minibus untuk meminimalisir penyebaran kebisingan
b. Pengendalian Administrasi
Mengurangi waktu paparan kebisingan tenaga kerja dengan cara mengatur jam
kerja sehingga masih dalam batas aman, serta adanya informasi keselamatan
dan Kesehatan kerja terkait kebisingan.
c. Alat Pelindung Diri (APD)
Pengendalian kebisingan dengan alat pelindung diri sudah banyak ditemukan
dapat dilakukan misalnya dengan menggunakan ear plug dan ear muff.
LAPORAN SEMENTARA

Gambaran Umum
Tanggal : 25 Februari 2022

Pengukur : Nina Aulya Wibowo

Alat yang dipakai : Aplikasi Smart Tools

Data Hasil Pengukuran

Waktu P L T Intensitas Lama Terpapar


Pengukuran Ruangan (m) (m) (m) Kebisingan (dB) (menit)

07.43 Ruang Tamu 4 3 4 43,5 30


08.22 Ruang Tamu 4 3 4 41,2 60
09.27 Ruang Tamu 4 3 4 45,8 60
10.31 Ruang Tamu 4 3 4 56,5 60
11.25 Ruang Tamu 4 3 4 50,5 40
12.20 Ruang Tamu 4 3 4 59,7 60
13.07 Ruang Tamu 4 3 4 55,2 60
14.01 Ruang Tamu 4 3 4 56,2 30
LAYOUT RUANGAN

• Ruang Tamu
SCREENSHOT PENGUKURAN KEBISINGAN
DOKUMENTASI PENGUKURAN

Anda mungkin juga menyukai