Anda di halaman 1dari 56

Mekanisme Pendanaan

Perubahan Iklim
Dr. Joko Tri Haryanto

Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan


Iklim Dan Multilateral
Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu
Jakarta, 2020
AGENDA REFORMASI
PEMERINTAH
Skema insentif
dan dis-
insentif
Perubahan
Mekanisme Berbasis
Pengelolaan performa kinerja
Sektoral
Sektor jangan
Perbaikan Tata hanya dikelola
Kelola secara sektoral
Skema Budget
Tagging

www.djpk.kemenkeu.go.id
INISIATIF CLIMATE BUDGET TAGGING DALAM APBN
Sejak tahun 2012, Kementerian Keuangan telah aktif melakukan beberapa studi kebijakan dalam mendukung pembiayaan
perubahan iklim dan digunakan sebagai dasar pengembangan inisiatif penandaan anggaran perubahan iklim (climate
budget tagging).

2
Belanja Mitigasi Mekanisme tersebut diupayakan untuk meningkatkan transparansi pendanaan publik untuk pengendalian perubahan iklim
di Indonesia. Pada tahun 2016, Kementerian Keuangan mulai menerapkan mekanisme penandaan anggaran perubahan
dan Adaptasi iklim dalam APBN.
Perubahan Iklim
2012 2013 2014 2016

Kajian Mitigation Fiscal Kajian Low Emission Budget • Kerjasama BKF-UNDP/UNEP dalam program Implementasi Penandaan
Framework (MFF) oleh BKF Tagging and Scoring System Sustainable Development Finance. Anggaran Mitigasi pada
(LESS) • Kajian Green Planning & Budgeting Sistem ADIK

2020 2019 2018 2017

BKF menerbitkan Laporan


• BKF menerbitkan Buku Pendanaan Publik untuk Kemenkeu menerbitkan Green Kemenkeu menerbitkan Green
Sukuk Global dan Retail dengan Sukuk Global dengan merujuk pada Anggaran Mitigasi Perubahan Iklim
Pengendalian Perubahan Iklim
merujuk pada data CBT data CBT Tahun 2016-2017
• Implementasi Climate Budget Tagging di tingkat
Sejak tahun 2016, Kementerian daerah.
Keuangan telah
mengimplementasikan
mekanisme penandaan anggaran Climate Budget Tagging adalah mekanisme untuk memberikan tanda dalam dokumen perencanaan dan penganggaran
perubahan iklim (climate budget untuk melacak dan mengidentifikasi macam-macam output dan besaran anggaran untuk kegiatan mitigasi dan adaptasi
tagging) dalam APBN . perubahan iklim.

Implementasi CBT adalah hasil sinergi antara Kementerian Keuangan, Bappenas, dan KLHK dengan melibatkan sejumlah
Kementerian/Lembaga yang terkait melalui sistem KRISNA.
BELANJA MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
Anggaran Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dalam APBN (2016-2020)

Anggaran Perubahan Iklim (Triliun Rupiah) dan Porsi dalam APBN (%) • Selama 5 tahun terakhir pemerintah Indonesia telah mengalokasikan
4,94% anggaran perubahan iklim rata-rata senilai Rp89,6 T per tahun atau
4,48%
3,70% 3,9% dari APBN per tahun. Artinya sejak tahun 2016 s.d. 2020, APBN
2,91%
3,47% rata-rata telah mendanai 34% dari total kebutuhan pembiayaan
perubahan iklim yang senilai Rp3.461 triliun (Rp266,2 triliun/tahun)
untuk mencapai target NDC.
Rp72,4 T Rp95,6 T Rp109,7 T Rp91,0 T Rp79,6 T
• Pada TA 2020 anggaran perubahan iklim mengalami penurunan
signifikan akibat kebijakan realokasi dan refocusing anggaran. Hal
2016 2017 2018 2019* 2020*
tersebut menunjukkan bahwa ruang fiskal dalam memenuhi kebutuhan
* Hasil data sementara (2019 dan 2020)
pembiayaan perubahan iklim per tahun untuk mencapai NDC menjadi
Kebutuhan Pendanaan Perubahan Iklim per Tahun (Triliun Rupiah) semakin sempit.

• Berdasarkan komposisinya di tahun 2020, anggaran mitigasi mencapai


55% sedangkan anggaran adaptasi sebesar 45%.
193,8 170,6 156,5 175,2 186,6 • Pemerintah perlu memobilisasi sumber pendanaan perubahan iklim di
luar APBN agar mampu menambah kapasitas pendanaan demi
72,4 95,6 109,7 91 79,6 mencapai target NDC.
2016 2017 2018 2019* 2020*
Anggaran PI Selisih
IMPLEMENTASI PP NO 46/2017 TTG IELH
5

 Beberapa mekanisme akselerasi pendanaan LH dapat dimanfaatkan;


 Misalnya PES (double devident), Ecological Fiscal Transfer, Green Tax, Green Bond, Green
Insurance dll;
 Terkendala produk regulasi turunan untuk level implementasi;
PEMETAAN INSTRUMEN DESENTRALISASI FISKAL BERORIENTASI LINGKUNGAN
DBH SDA DAU DAK DID HIBAH DANA DESA

Tujuan mengatasi pemerataan mendanai kegiatan insentif dalam Mendanai penyelenggaraan Mendanai kegiatan
ketimpangan fiskal kemampuan khusus yang merupakan meningkatkan kualitas urusan pemerintah daerah bidang
antara pusat dan keuangan antar- urusan daerah dan pengelolaan keuangan untuk menunjang prioritas pembangunan desa
daerah Daerah sesuai dengan prioritas daerah, layanan dasar, Nasional dan pemberdayaan
(keseimbangan (keseimbangan nasional dan pengentasan masyarakat desa.
vertikal) horizontal) kemiskinan

Karakteristik Kegiatan telah ditentukan Layanan dasar publik Kegiatan bidang reguler Sesuai kebutuhuan dan Pelayanan dasar publik dan Pelayanan dasar
(earmarked) dan ekonomi (10), penugasan (9), dan prioritas daerah prioritas nasional publik di tingkat desa
afirmasi (6) berdasarkan usulan K/L
selaku executing agency

Instrumen Kebijakan Bagi hasil bidang Tidak spesifik DAK penugasan bidang Kegiatan untuk Kegiatan untuk peningkatan Dukungan
Fiskal yang berorientasi kehutanan peruntukannya (block lingkungan hidup dan peningkatan kualitas kualitas lingkungan hidup pengelolaan kegiatan
Lingkungan grant) kehutanan lingkungan hidup pelestarian lingkungan
hidup

Variabel dalam formula Bagi Hasil Dana Variabel kewilayahan Kriteria teknis bidang pengelolaan sampah Konservasi dan Pelestarian lingkungan
alokasi yang terkait Reboisasi (60% pusat, lingkungan hidup dan pembangunan kawasan hidup
bidang Kehutanan 40% provinsi kehutanan pedesaan di Taman Nasional
penghasil) Gunung Leuser

Mekanisme Terukur, earmarked Tidak terukur, karena Terukur, sebagai dasar Terukur, ditetapkan Terukur, dengan diilakukan Terukur, sebagai dasar
pengawasan kinerja untuk kegiatan bersifat block grant mekanisme penyaluran dalam perencanaan dan pre-audit (persetujuan mekanisme
atas penggunaan reboisasi dan penyerapan dana penganggaran keu. rencana kerja oleh K/L), dan penyaluran dan
dana daerah rekomendasi penyaluran dari penyerapan dana
K/L

www.djpk.kemenkeu.go.id DJPK, 2018


 Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mendukung upaya pembangunan berkelanjutan yang
mengedepankan pelestarian lingkungan hidup semakin menguat dengan semakin banyak instrumen
fiskal utamanya transfer ke daerah dan dana desa yang penggunaannya diperuntukkan terkait
lingkungan hidup.
 Beberapa jenis TKDD tersebut meliputi:
✓ DBH Kehutanan Dana Reboisasi
✓ DAK Fisik Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
✓ DAK Non Fisik Bantuan Biaya Pengelolaan Limbah Sampah (BPLS).
✓ Dana Insentif Daerah
✓ Dana Desa yang telah mengakomodir ekologi dan lingkungan hidup dalam penggunaannya (Permendesa
No. 11 Tahun 2019)
 Jika mengacu pada skema EFT yang dikembangkan saat ini maka TKDD berbasis Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tersebut bisa disebut dengan TANE (Transfer Anggaran Nasional berbasis Ekologi).
Sedangkan yang dilevel Provinsi (TAPE – berupa bantuan keuangan berbasis ekologi ke Kab/Kota)
dan dilevel Kab/Kota (TAKE – bantuan keuangan ke Pemdes dan penggunaan dana desa untuk
ekologi)
bagian daerah yang berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA Kehutanan
DBH KEHUTANAN ??? yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

IURAN IJIN PROVISI SUMBER


USAHA PERLUASAN PENGGUNAAN DBH DR DALAM PMK 221/PMK.07/2019
DAYA HUTAN DANA REBOISASI
P E M A N FA ATA N
H U TA N (PSDH) (DR) KABUPATEN/ KOTA PROVINSI
(IIUPH) Penggunaan sisa DBH DR yang merupakan bagian DBH DR untuk provinsi penghasil diperluas
kabupaten/kota yang disalurkan sampai dengan penggunaannya untuk membiayai kegiatan
• Pungutan kepada • Pungutan yang • Dipungut dari Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang meliputi
pemegang izin dikenakan sebagai pemegang izin tahun 2016 dan masih terdapat di kas daerah,
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi,
usaha pemanfaatan pengganti nilai usaha pemanfaatan dapat digunakan untuk: dan kegiatan pendukungnya. Kegiatan
hutan suatu intrinsic dari hasil hasil hutan dari 1. Pengelolaan taman hutan raya;
kawasan hutan pendukungnya meliputi :
hutan hutan alam yang 2. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
tertentu • Dipungut dari hutan berupa kayu dan lahan dalam mendukung kegiatan RHL; 1. perlindungan dan pengamanan hutan;
• Dilakukan pungutan Negara • Dipungut dalam 2. teknologi rehabilitasi hutan dan lahan;
dan/atau
sekali pada saat • Dihitung dengan rangka reboisasi
3. Penanaman daerah aliran sungai kritis, penanaman 3. pencegahan dan penanggulangan kebakaran
izin diberikan rumus Tarif (%) x dan rehabilitasi
• Dihitung dengan pada kawasan perlindungan setempat, dan hutan dan lahan;
Harga Patokan x hutan
rumus Tarif/Ha x pembuatan bangunan konservasi tanah dan air. 4. pengembangan perbenihan;
Volume Produksi • Dihitung dengan
Luas Areal rumus Tarif/Satuan dilaksanakan oleh OPD yang ditunjuk oleh 5. penelitian dan pengembangan, pendidikan
x Volume bupati/walikota sesuai dengan kewenangan pada dan pelatihan, penyuluhan, serta
bidang terkait. Batas waktu penggunaan sisa DBH DR pemberdayaan dan perhutanan sosial dalam
oleh kab/kota adalah ta 2022. rangka kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(RHL) dan peningkatan pendapatan
REALISASI TRANSFER DBH KEHUTANAN (RP TRILIUN) masyarakat setempat;
Ket: 6. operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan
2015 2016 2017 2018 2019 2020
*) Sisa DBH DR pada Rekening Kas (KPH);
PSDH 0,50 0,66 0,83 0,70 0,74 0,71 7. pembinaan; dan/atau
IIUPH 0,11 0,19 0,14 0,17 0,17 0,05
Umum Daerah s.d TA 2018 yang tidak
termanfaatkan sebesar Rp 4,5 T 8. pengawasan dan pengendalian.
DR*) 0,62 0,68 0,85 0,74 0,88 0,65
DBH Kehutanan 1,23 1,53 1,82 1,61 1,80 1,42

www.djpk.kemenkeu.go.id
DBH IUPH → Penggunaan bersifat umum DBH PSDH → Penggunaan bersifat umum DBH DR → Penggunaan sudah ditentukan sesuai PMK No. 221/PMK.07/2019
9

DJPK, 2018
KEBIJAKAN UMUM DID 2020 PAGU Rp15.000,0 miliar, meningkat
50% dari APBN 2019

Dana Insentif Daerah (DID) dialokasikan untuk memberikan insentif/penghargaan kepada daerah atas kinerja pemerintah
daerah dalam perbaikan/pencapaian kinerja di bidang tata kelola keuangan daerah, pelayanan umum pemerintahan,
pelayanan dasar publik, dan kesejahteraan masyarakat.

Perkembangan Pagu DID Pokok-pokok Kebijakan DID 2020

15,0 T ❑ Melanjutkan peran insentif untuk memperbaiki pengelolaan TKDD


❑ Melanjutkan kebijakan yang mendukung pencapaian prioritas nasional
❑ Melanjutkan peran insentif dalam meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah
❑ Melanjutkan refocusing dan penajaman indikator yang lebih mencerminkan kinerja
10,0 T
pemerintah daerah
8,5 T
7,5 T ❑ Melanjutkan penguatan inovasi dalam pelayanan kepada masyarakat

5,0 T
❑ Mendorong peningkatan investasi dan ekspor
❑ Mendorong pemanfaatan pembiayaan kreatif (creative financing)
1,7 T ❑ Mendorong peningkatan kualitan belanja melalui pemenuhan mandatory spending
❑ Mendorong penyampaian pelaporan tepat waktu
2015 2016 2017 2018 2019 2020
www.djpk.kemenkeu.go.id 10
KRITERIA UTAMA dan KATEGORI KINERJA 2020

DID 2020 terdiri dari 3 kriteria utama sebagai eligibilitas daerah penerima DID dan 9 kategori yang terdiri dari beberapa
subkategori yang penilaiannya dilakukan secara mandiri/individual. Terdapat kategori kinerja yang baru, yaitu creative financing,
mandatory spending, ketepatan waktu pelaporan, peningkatan ekspor, dan peningkatan investasi

Kriteria Utama Kategori Kinerja


1. Kesehatan Fiskal dan pengelolaan 4. Pelayanan Dasar Publik Bidang
keuangan Daerah Infrastruktur
Opini BPK a. Kemandirian Daerah a. Akses sanitasi Layak
atas LKPD (WTP) b. Efektifitas Pengelolaan Belanja Daerah b. Sumber air minum layak
c. Pembiayaan Kreatif (Baru) 5. Kesejahteraan Masyarakat
d. Mandatory spending (Baru) a. Penurunan Penduduk Miskin
e. Ketepatan waktu pelaporan (Baru) b. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Penetapan Perda 2. Pelayanan Dasar Publik Bidang 6. Pelayanan Umum Pemerintahan
Pendidikan a. Penyelenggaraan Pemerintahan
APBD Tepat Waktu a. Angka Partisipasi Murni Daerah
b. Peta Mutu Pendidikan b. Penghargaan Pembangunan Daerah
c. Rata-rata Nilai Ujian Nasional c. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
3. Pelayanan Dasar Publik Bidang Pemerintah (SAKIP)
Penggunaan Kesehatan d. Inovasi Daerah
e-government a. Penanganan Stunting 7. Peningkatan ekspor (Baru)
(e-budgeting dan b. Balita yang mendapatkan imunisasi 8. Peningkatan investasi (Baru)
e-procurement) lengkap 9. Pengelolaan Sampah
c. Persalinan di fasilitas kesehatan
www.djpk.kemenkeu.go.id
Bagian Ketiga 12

Kompensasi/Imbal Jasa LH Antar Daerah


Pasal 10

 Ayat 1: Kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antar daerah diberikan


oleh pemanfaat jasling atas manfaat dan/atau akses terhadap jasling
yg dikelola dan/atau dipulihkan oleh penyedia jasling;
 Ayat 2: Jasling yg diberikan kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup
antar daerah meliputi;
1) Perlindungan tata air;
2) Perlindungan kehati;
3) Penyerapan dan penyimpanan karbon;
4) Pelestarian keindahan alam dan/atau
5) Jasling lainnya;
Bagian Ketiga 13

Kompensasi/Imbal Jasa LH Antar Daerah


Pasal 10 dan Pasal 11

 Ayat 3: Kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antar daerah dapat dilakukan oleh;
1) Pem Pus dengan Pem Daerah;
2) Pem Daerah dgn Pem Daerah;
3) Pem Pusat dengan Setiap Orang; atau
4) Pem Daerah dengan Setiap Orang
5) Jasling lainnya;
 Bentuk kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antar daerah dapat terdiri dari uang
atau sesuatu lainnya yang dapat dinilai dengan uang dengan mempertimbangkan
biaya eko pelestarian fungsi LH, biaya pemberdayaan masyarakat dan biaya
pelaksanaan kerjasam;
Bagian Ketiga 14

Kompensasi/Imbal Jasa LH Antar Daerah


Pasal 12

 Ayat 1: Kompensasi/imbal jasling antar daerah diberikan dengan ketentuan;


1) Penyedia jasling memiliki bukti pemilikan/penguasaan lahan;
2) Penyedia jasling memiliki kewenangan utk menyediakan, menghasilkan dan/atau
meningkatkan jasling;
3) Perhitungan jasling dan kompensasi/imbal jasa terukur; dan
4) Rincian kompensasi termuat dlm dokumen RKP/D sesuai ketentuan;
 Kompensasi yang diberikan wajib digunakan untuk: pemulihan LH, konservasi,
pengayaan kehati, peningkatan kapasitas masyarakat dlm pelestarian fungsi LH,
pengembanagn energy terbarukan, pengembangan ekonomi berbasis keberlanjutan,
pengembangan infrastruktur pendukung dan kg lain yg disepakati;
Bagian Ketiga 15

Kompensasi/Imbal Jasa LH Antar Daerah


Pasal 13

 Ayat 1: Kompensasi/imbal jasling antar daerah, pusat-daerah


dilaksanakan melalui mekanisme;
1) Hibah daerah dari pusat selaku pemanfaat jasling kepada penyedia jasling yaitu
Pemda atau sebaliknya;
2) Hibah daerah atau belanja bantuan keuangan urusan LH dari provinsi/kab selaku
pemanfaat jasling kepada provinsi atau kab/kota selaku penyedia jasling;
16
Tantangan PES di Indonesia

• Terkendala regulasi
turunan di level
Perpres atau
Peraturan Menteri
????
• Terkendala dari sisi
administrasi
pencatatan
nomenklatur APBD;
SKEMA INOVATIF PENDANAAN

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


PLATFORM GREEN SUKUK
Investor Distribution 18
5-year
Green
Global Global Green Sukuk (5 Years)
Sukuk

USD 1.25 Yield Distribution by


billion 3.75% pa Geography

Matured
on
March 1,
2023 Distribution by
Investor Type
The transaction was well distributed
into high quality accounts, mostly top
tier Fund Managers and Banks.

On the 5Y Green Sukuk tranche, nearly


30% is allocated to green investors Green Investor
distribution

Sumber: Dit. PS, DJPPR Kemenkeu


The Republic of Indonesia Green Bond/Sukuk Framework

Reporting is expected to include


measures of the reduction in
greenhouse gas emissions Pillar IV:
Reporting
Benchmark Green
Framework:
• Poland
• Fiji
INDONESIA • France
GREEN BOND/SUKUK
Pillar III: FRAMEWORK
Pillar I:
Management of
MEDIUM Use of Proceeds
Proceeds
GREEN
Review by Cicero The Green Eligible Sectors according to Green Framework
MoF as issuer should
guarantee 100% of
proceed used to finance Use of Clean Sustainable
green project.
Pillar II: Renewable
energy
Technology for
Power
Generation
Natural
Resource
Management
Project Evaluation and DARK GREEN
LIGHT TO LIGHT TO DARK
MEDIUM GREEN GREEN
Selection
Resilience to
Climate Change
Budget Tagging Process for Disaster
Sustainable
Green Tourism
Transportation
to identify green projects Risk Areas
MEDIUM TO MEDIUM TO
(supported by UNDP) DARK GREEN DARK GREEN DARK GREEN

7
Energy and
Sustainable
Green Building Waste
Agriculture
Management

MEDIUM TO MEDIUM TO
LIGHT GREEN DARK GREEN
DARK GREEN

19
GREEN SUKUK RETAIL 20
Perkembangan Project Financing Sukuk

[21]
22

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


REFORMASI PENGANGGARAN
EKOLOGIS ………………………..

TANE

FORMULA
PROVINSI
Faktor
Non Teknis

TAPE Platform
politik
PRIORITAS
SEKTOR

KAB/KOTA Dinasti
DESA KELURAHAN

TAKE / ALAKe Kekerabatan

23
www.djpk.kemenkeu.go.id
24
Status Adopsi Penerapan TAPE dan TAKE

Skema EFT Daerah Yang Sudah Mengadopsi Daerah Yang Sedang Proses
Adopsi
TAPE Provinsi Kalimantan Utara Papua
(Peraturan Gubernur No. 6 Tahun Papua Barat
2019) Kalimantan Timur
Riau
Aceh
TAKE Kabupaten Jayapura Nunukan
(Peraturan Bupati Jayapura No. Bener Meriah
11 Tahun 2019) Keerom
Supiori
Kubu Raya
DEFINISI TAPE (Transfer Anggaran
Provinsi Berbasis Ekologi)
“Transfer keuangan dari pemerintah provinsi ke
pemerintah kab/desa berdasarkan kinerja
dalam pengelolaan EKOLOGI”

Skemanya apa?

Reformasi terhadap skema bantuan


keuangan (bankeu)/hibah dari
Pemerintah Provinsi kepada pemerintah
kab/kota
26
Tujuan Bantuan Keuangan

Pemerataan : mengatasi kesenjangan fiskal


antar kab/kota Transfer
Keadilan : memberikan insentif bagi Anggaran
kab/kota yang kinerja pembangunannya
bagus
Provinsi berbasis
Ekologis
Selain urusan SDM yang
menyangkut IPM, juga perlu
(TAPE)
urusan melihat urusan ekologis
Mengapa TAPE? 27
Kurang lebih 80 % Wilayah
Kalimantan Utara didominasi oleh
hutan
Komitmen tinggi pemerintah provinsi
pada Mitigasi Perubahan Iklim, konservasi dan Transfer
pembangunan berkelanjutan (Anggota GCF dan
Under Two Coalition) Anggaran
Provinsi berbasis
Diskresi fiskal pemerintah provinsi
Ekologis
Dibutuhkan Dukungan, Koordinasi dan
(TAPE)
kerjasama antara provinsi dan
kabupaten/kota untuk menjaga,
Lingkungan dan Pencapaian Target
Penurunan Emissi dalam RAD GRK Kaltara
5 Kriteria Penilaian
Pencegahan dan
Pengelolaan
Pengendalian Ruang Terbuka Hijau Perlindungan Air Pencemaran Udara
Persampahan
Karhutla di APL

Kebijakan daerah Produk hukum daerah Jumlah kegiatan monev


Jumlah kegiatan Jumlah RTH yang tentang perlindungan dan
tentang pengelolaan untuk pencegahan
pencegahan karhutla tersedia pelestarian sumber daya air
persampahan pencemaran udara

Prosentase luas RTH Adanya inovasi pemda Jenis kegiatan


Rasio luas lahan yang Indeks standar
dibanding luas wilayah pengelolaan sampah pengelolaan sumber
terehabilitasi pencemaran udara
daratan daya air

Adanya inovasi Kebijakan teknis


Jumlah Sarpras Kebijakan yang
masyarakat terhadap pengolahan air tanah
karhutla yang mendorong RTH
tersedia pengelolaan sampah
Jumlah kegiatan monitoring
untuk pencegahan
Jumlah titik api (%) pencemaran air

Indeks Kualitas Air


PEMBOBOTAN DAN INDEKS
Kriteria Bobot
Pencegahan dan Pengendalian Karhutla di APL (IPPK) 15%
Ruang Terbuka Hijau (IRTH) 20%
Pengelolaan Persampahan (IPP) 25%
Perlindungan Air (IPA) 30%
Pencemaran Udara (IPU) 10%
Jumlah 100%

Sementara untuk bobot penilaian per indikator dilakukan secara merata


dalam satu kriteria tersebut. Misalnya dalam satu kriteria terdapat
empat indikator, maka masing-masing indikator memiliki bobot nilai
yang sama yakni 25% dari nilai bobot kriteria tersebut.
ANGGARAN BANKEU EKOLOGIS 2020 KALTARA
PERATURAN GUBERNUR

PERATURAN GUBERNUR NOMOR 6


TAHUN 2019
TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN GUBERNUR
NOMOR 49 TAHUN 2018
TENTANG TATA CARA
PEMBERIAN, PENYALURAN
DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
BELANJA BANTUAN
KEUANGAN PEMERINTAH
PROVINSI KALIMANTAN
UTARA

19
PERATURAN GUBERNUR

PERATURAN GUBERNUR
KALIMANTAN UTARA
TENTANG
RENCANA AKSI
DAERAH
PENURUNAN EMISI
GAS RUMAH KACA

20
35
DEFINISI TAKE (Transfer Anggaran
Kabupaten Berbasis Ekologi)

“Transfer keuangan alokasi dana desa (ADD) / dana


lainnya dari kabupaten ke desa berdasarkan kinerja
dalam pengelolaan EKOLOGI”

Skemanya apa?

Reformulasi Kebijakan
Alokasi Dana Desa (ADD)
Berbasis Kinerja
POLA PIKIR SKEMA TAKE

Alokasi Dana Desa (ADD)


Reformulasi ADD

Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi berdasarkan


Dasar Proporsional Afirmatif kinerja
Alokasi Jayapura
Sama berdasarkan Alokasi Alokasi
setiap berdasarkan
kebutuhan Aloka
hutan adat
desa Kubu perubahan
desa si
(kampung
Raya IDM (social, TAKE
(berdasarka hutan
adat
Alokasi desa economi &
n jumlah adat
dengan lingkungan)
penduduk, (kam
ekonomi
lokasi dan pung
terbatas
luas area) adat
Inisiatif TAKE Bener Meriah
Regulasi Daerah Terkait
Pengelolaan Sampah
1
1. Qanun Kabupaten Bener Meriah Nomor 8 Tahun
Skema Alokasi Afirmasi
Alokasi Dana Kampung (ADK)

1. Kampung yang berbatasan dengan Hutan


3
2014 tentang Pengelolaan Sampah 2. Kampung yang berbatasan dengan DAS
2. Peraturan Bupati Bener Meriah Nomor 13 Tahun 3. Kampung yang memiliki dan menggantungkan
2019 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah pada sumber mata air Kampung
Kabupaten Bener Meriah dalam Pengelolaan 4. Kampung yang telah memiliki izin

5
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis pengelolaan perhutanan social atau memiliki
Sampah Rumah Tangga usulan penetapan Hutan Kampung

1.
Program Prioritas Dana Desa

Peraturan Bupati Nomor 2 Tahun 2019


2 Skema Dana Insentif Pembinaan
Kampung (DEPIK) – Final Perbup
Kategori Pelestarian Lingkungan dan Pengelolaan Sampah
4
tentang Tata Cara Penetapan dan • Tersedianya kebijakan kampung yang mendukung pelestarian
Rincian Dana Desa Tahun Anggaran 2019 lingkungan
2. Peraturan Bupati Nomor 42 Tahun 2019 • Tersedianya alokasi anggaran yang mendukung kelestarian
tentang Tata Cara Penetapan dan lingkungan
.
Rincian Dana Desa Tahun Anggaran 2020 • Tersedianya alokasi anggaran yang mendukung pengelolaan
sampah
• Tersedianya kebijakan kampung yang mendukung pengelolaan
sampah Kebijakan
• Tersedianya perangkat yang mendukung pengelolaan sampah
tingkat kampung
Kementerian Kementerian Koordinator Kementerian Lingkungan
Keuangan Bidang Perekonomian Hidup dan Kehutanan

Persiapan Rapat Koordinasi Terbatas Tingkat Menteri


Pembentukan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH)
Dasar Hukum dan Kronologi Pembentukan BPDLH

UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Memandatkan penetapan Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup sebagai instrumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

PP 46/2017 tentang Instrumen Ekonomi Salah satunya mengatur mengenai Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (PDLH) dengan
Lingkungan Hidup pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

Perpres 77/2018 tentang Pengelolaan Dana Mengatur mengenai pembentukan unit organisasi non-eselon untuk mengelola dana lingkungan
Lingkungan Hidup hidup yang ditetapkan dengan PMK

Draft PMK tentang Struktur dan Tata Kelola Dokumen yang disusun berdasarkan draft tata kelola dan rencana strategis bisnis Badan
BLU Dana Lingkungan Hidup Layanan Umum Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup

Penyampaian Izin Prinsip terkait Penetapan Perpres Nomor 77/2018 Rapat Koordinasi di Kemenko
Pembentukan Satuan Kerja BPDLH tentang Pengelolaan Dana Perekonomian melibatkan KLHK,
oleh Menkeu kepada MenPANRB Lingkungan Hidup Kemenkeu, dan KESDM

Des 2015 Sep 2018 Jan-Mar 2019

Nov 2015 Nov 2017 Okt 2018


Rapat Koordinasi di Kemenko
Surat MenLHK kepada MenPANRB Penetapan PP Nomor 46/2017
Perekonomian melibatkan KLHK,
perihal pembentukan Badan tentang Instrumen Ekonomi
Kemenkeu, Bappenas,
Pengelola Dana Perubahan Lingkungan Hidup
Kementan, KemenESDM, KKP,
40 Iklim/Lingkungan
dan Kemendagri
Peran Kementerian/Lembaga dalam Pembentukan BPDLH

Pembentukan diinisiasi BPDLH ditetapkan oleh Dikoordinasikan oleh

Kementerian Lingkungan Kemenko Perekonomian


Kementerian Keuangan
Hidup dan Kehutanan selaku ketua komite pengarah

Operasional BPDLH dengan kerjasama

yang memiliki fungsi:

Pengarah Menentukan arah dan kebijakan BPDLH

Pendanaan Alokasi dari APBN maupun kerjasama dengan donor

Teknis Menyetujui proposal proyek, verifikasi hasil proyek, dan mengusulkan proyek

41 Regulasi Menetapkan peraturan terkait (seperti PermenLHK no. 70/2018 tentang REDD+)
Sumber Pendanaan BPDLH

Surplus BLU P3H


LoI Norway, BioCarbon, FCPF
Surplus BLU Pusat Pembiayaan
Pembangunan Hutan sebesar Rp 500M Pendanaan sebesar US$ 800 juta
dapat digunakan apabila P3H digabung (Norwegia), US$ 95 juta (BioCarbon), US$
dengan BPDLH 110 juta (FCPF)

Rekening Pembangunan Hutan Laba BPDLH


Dana Bagi Hasil Dana Hasil pemupukan dana BPDLH
Reboisasi (DBH-DR) dapat digunakan untuk
sebesar Rp 4 triliun operasional BLU

Penyertaan Modal Pemerintah


Alokasi APBN untuk BPDLH Dana Penanggulangan
sebesar Rp 1 triliun per tahun Pencemaran Lingkungan*)
(selama 3 tahun)

42 Sumber: BKF, Kemenkeu *) tercantum dalam PP dan Perpres dan sedang dirumuskan kriteria dan mekanism
Contoh Bentuk Layanan BPDLH

Contoh Mekanisme
Sumber dana Institusi Pemupukan Penyaluran Penerima Manfaat
Penyaluran

Project Development
Investasi:
Instrumen Facility (PDF)
Pemerintah
perbankan, Hibah
pasar modal, Pemerintah
APBN/PNBP lainnya
Viability Gap Fund Pusat
(VGF) Hibah
1b
Hasil Pemupukan Dana
Dana Subsidi Daerah
BPDLH
Revolving Fund
Penerimaan Facilities
Lainnya: 2 3
bunga, denda,
dll. Management Perintah
Fee penyaluran Pinjaman
Non-pemerintah
Hasil Penjualan Carbon Offset
Karbon Bank Kustodian Mechanism LSM/NGO

Perdagangan
1a Dana Karbon
Hibah / Hibah RBP Swasta
Garansi

Koperasi
Lainnya
Grant Enhancement
Donor Equity (GEE) BUMN/BUMD
Investor/ Lembaga
Bilateral dan Pembiayaan/ Penyertaan
Multilateral Donor Swasta modal
43
Eligible Projects: Contoh Proyek

Efisiensi dan Konservasi Energi Teknologi Adaptasi Perubahan Iklim Implementasi EBT

LED lights, waste heat recovery, dll. Pengelolaan banjir, ketahanan pangan, PLTB/PLTS/PLTGL/PLTBm, dll.
dll

Waste-to-Energy/Pengelolaan Limbah Konservasi Hutan Transportasi

WtE, rehabilitasi TPA, pengelolaan limbah, Pengelolaan hutan berkelanjutan Transportasi ramah lingkungan
dll.

44
Skenario Perdagangan Karbon – Pajak Karbon dan Carbon Offset

Pajak Karbon: Konsepsi untuk entitas yang emisinya di atas emission cap dikenakan pajak/penalti sesuai besaran yang ditentukan*)
Carbon Offset: Penurunan emisi dari baseline yang spesifik untuk tiap entitas

BPDLH
Pendapatan BPDLH/APBN pembayaran
USD 100.000 USD 498.000

Fee 5% Pendanaan
**) USD 2.000 Carbon
Carbon tax
Offset
USD
Sebagai lembaga penerima carbon tax
400.000 dan penyalur carbon offset
Penurunan emisi
cap sektor energi,
industri, limbah
20 Carbon tax
(30) USD 150.000
CERs
emisi cap
50 50 (50) Carbon tax
USD 250.000
emisi CERs
100

Asumsi pajak karbon: 5 USD/tCO2e Emisi dalam ribu tCO2e


CERs: Certified Emission Reduction

*) Perlu pengaturan dalam Undang-Undang


**) Tanpa adanya carbon tax, BPDLH dapat memberikan pendanaan untuk carbon offset
45 ***) Registrasi dan verifikasi melalui lembaga Pemerintah
Skenario Perdagangan Karbon – Cap and Trade (1)

Entitas yang emisinya di atas emission cap dapat memenuhi kewajibannya dengan membeli kredit dari entitas lain yang emisinya di
bawah emission cap melalui lelang karbon maupun dengan mekanisme lainnya seperti carbon tax dan/atau carbon offset

BPDLH

2
3b 1b
Lelang karbon
Hasil lelang: USD 7/tCO2e Pembayaran
1a 3a USD 175.000
USD 173.250 Transfer kredit
Transfer kredit Komisi (1% dari nilai transaksi)

25 USD 1.750 25 Diselesaikan melalui


(25) mekanisme:
• Carbon tax
PT. A, PT. B, dan PT. C di PT. X, PT. Y, dan PT. Z di • Carbon offset
bawah emission cap dan atas emission cap dan harus
dapat menjual allowance-nya membeli allowance
cap
50 25 cap

emisi
50 (50)
25 emisi
PT. A PT. Y 100
PT. B PT. X
PT. C PT. Z
Emisi dalam ribu tCO2e

*) Registrasi dan verifikasi melalui lembaga Pemerintah


46
Skenario Perdagangan Karbon – Cap and Trade (2)

Entitas yang emisinya di atas emission cap dapat memenuhi kewajibannya dengan membeli kredit
(allowance) langsung dari entitas lain yang emisinya di bawah emission cap tanpa keterlibatan
BPDLH

USD 125.000
cap cap
25 (50)
50 50
emisi emisi
25 100

PT. B
PT. A 25
Pasar menentukan harga kredit karbon
(asumsi: 5 USD/tCO2e)

Emisi dalam ribu tCO2e

*) Registrasi dan verfikasi melalui lembaga Pemerintah


47
Ilustrasi Skenario Viability Gap Fund Proyek PLTP

• Pada tahun 2019-2030, harga listrik PLTP lebih tinggi dari harga listrik PLTU dan
BPDLH membayar selisih harga tersebut kepada IPP (x)
0,14
• Mulai tahun 2031, harga listrik PLTP lebih rendah dari harga listrik PLTU sehingga
Penurunan emisi dari PLTP:
BPDLH mendapat keuntungan dari selisih harga tersebut (y)
• Opsi 1: Hak IPP → dilelang melalui BPDLH dan BPDLH
0,13
mendapat komisi (fungsi intermediary)
• Opsi 2: Hak BPDLH → dapat dijual sebagai carbon offset
0,12 (skema perdagangan karbon)

0,11
Harga listrik (USD/kWh)

0,1 y
0,09
PLN IPP
Asumsi
0,08 x Kapasitas pembangkit: 110 MW
Faktor kapasitas: 90%
Operasional: 24 jam/hari
0,07
Produksi listrik: 867.240 MWh/tahun BPDLH
Harga listrik PLTP: 0,09 USD/kWh Harga listrik batubara Harga listrik geothermal
Harga listrik PLTU: 0,06 USD/kWh (+3% p.a.)
0,06
Faktor emisi PLTP: 0 kg/kWh
Harga listrik PLTP Faktor emisi PLTU: 1 kg/kWh = 1 ton/MWh
Harga listrik PLTU ∆Emisi (PLTU-PLTP): 867.240 tCO2e/tahun Fungsi BPDLH:
0,05 1. Menjadikan proyek EBT lebih bankable
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045
2. Sebagai intermediary perdagangan karbone

48
Skenario Pembayaran Result-Based Payment (RBP) REDD+

Sumber pendanaan
internasional
1. Entitas REDD+ mendaftarkan proyek ke
KLHK melalui SRN dan verifikator
5
KLHK 7 independen
BPDLH Bank Kustodian 2. KLHK menyampaikan hasil verifikasi ke
4 entitas REDD+
3. Entitas REDD+ mengusulkan proposal
Tim MRV**) 8
Sistem 6 3 sesuai hasil verifikasi ke BPDLH
Registrasi Rp 28 M
400.000 tCO2e 4. BPDLH melakukan konsultasi dengan
Nasional (SRN)
KLHK
Verifikator
independen 5. BPDLH KLHK menyetujui proposal
Entitas REDD+: 6. menginformasikan persetujuan proposal ke
• Kesatuan Pengelolaan Hutan,
entitas
1 500.000 tCO2e • Pemda Provinsi,
• Pemda Kabupaten/Kota, 7. BPDLH menginstruksikan Bank Kustodian
• Pemerintahan Desa, untuk melakukan pembayaran
• Masyarakat Desa & Adat, 8. Bank Kustodian melakukan pembayaran
2 400.000 tCO2e • Swasta

Mekanisme RBP REDD+ diatur dalam PermenLHK nomor 70/2017 Provinsi A


Termin Pembayaran
Laju deforestasi: 20.000 Ha/th
Opsi 1: 100% pada tahun 2019
Pada 2017, deforestasi: 18.000 Ha
Opsi 2:
Penurunan laju deforestasi: 2.000 Ha
2019: 50% (Rp 14M)
Penurunan emisi GRK: 400.000 tCO2e*)
2021: 50% dengan kondisi deforestasi
*) Emisi GRK per hektar: 200 tCO2e Harga karbon: US$5/tCO2e
di bawah 20.000 Ha/tahun
49 **) MRV: Monitoring, Reporting, Verification Harga karbon dari penurunan emisi: Rp 28M
Pembayaran Result-Based Payment (RBP) Tahun 2017

• Pembayaran RBP sesuai dengan Forest Reference Emission Level (FREL) yang disepakati dengan
Norwegia sebesar 236 juta tCO2e
• Emisi tahun 2017 yang disepakati untuk dibayar sebelum verifikasi: 7,4 juta ton CO2e
• *) Pengurangan 35%:
o Ketidakpastian perhitungan (uncertainty): 20%
o Komitmen penurunan emisi Indonesia sebesar 15% (dari yang seharusnya 26%)
• Emisi yang dibayarkan REDD+ (Norwegia): 4,8 juta ton
• Harga karbon: USD 5/tCO2e

FREL UNFCCC: 293 juta tCO2e**)

FREL kesepakatan dengan Norwegia: 236 juta tCO2e***)

7,4 juta tCO2e 4,8 juta tCO2e


Pengurangan 35% *)

Emisi dari deforestasi, degradasi lahan, dan dekomposisi gambut

1990 **) menggunakan data tahun 1990-2012 2006 2012 2016 2017 2020 2024
50 ***) menggunakan data tahun 2006-2016
Timeline Pembentukan BPDLH

Maret April Mei Juni

Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1. Rekomendasi KLHK (a) 1

2. Pengusulan izin prinsip (b) 2

3. Penetapan surat izin prinsip 3

4. Rapat Komite Pengarah 4

5. Penetapan PMK 5

6. Usulan Kode Satker Baru 6

7. Usulan Penetapan Satker 7

8. Penetapan KMK 8

9. Rekrutmen dewan direksi 9

10. Penyediaan sarpras 10

11. Penetapan personil BPDLH 11

Catatan:
(a) Rekomendasi dari KLHK terkait isu keberlanjutan dengan menggabungkan BLU P3H ke dalam BPDLH
51 (b) Pengusulan izin prinsip oleh Kemenkeu kepada KemenPAN&RB
Pokok Bahasan

No Hal yang diputuskan Keterangan Keputusan

• Komite Pengarah sudah terbentuk (sesuai Perpres 1. Menteri LHK menetapkan sekretariat komite pengarah BPDLH.
77/2018) yang dalam pekerjaannya dibantu oleh Selanjutnya, segera menyiapkan konsep rekrutmen dan penyediaan
1. Struktur organisasi BPDLH sekretariat Komite Pengarah sarana prasarana.
• Komite Pengarah memberikan arah kebijakan 2. Menteri Keuangan menetapkan pembentukan BPDLH
umum dan teknis kepada BPDLH

1. Menteri LHK menggunakan surplus BLU Pusat Pembiayaan


Pembangunan Hutan sebesar Rp 500M
2. Menteri Keuangan menyediakan penyertaan modal pemerintah
• BPDLH memerlukan pendanaan untuk biaya
sebesar Rp 1 triliun per tahun (selama tiga tahun)
2. Sumber pendanaan BPDLH operasional dan program untuk 3 (tiga) tahun
3. Menteri LHK menyalurkan Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi (DBH-DR)
pertama
sebesar Rp 4 triliun
4. Menteri PPN/Kepala Bappenas mengidentifikasi sumber-sumber
pendanaan lainnya (bilateral dan multilateral)

1. Menteri LHK menetapkan jumlah pengurangan emisi yang akan


• LoI antara Indonesia-Norwegia: hibah sebesar 1 Milyar
dibayarkan Norwegia (result-based payment) berdasarkan lingkup
USD (200 juta USD untuk transformasi dan 800 juta
Penghimpunan dan penyaluran REDD+ (pengurangan deforestasi hutan, degradasi lahan, dan
3. USD untuk result-based payment)
dana hibah Norwegia dekomposisi gambut)
• Proyek REDD+ (Reducing Greenhouse Gas Emission
2. Menteri LHK menetapkan daftar proyek REDD+ yang sudah berjalan
from Deforestation and Degradation)
dan penerima hibah Norwegia (benefit sharing)

1. Menteri LHK dan Menteri Keuangan menyusun konsep mekanisme


• Elaborasi dari Perpres 77/2018 terkait mekanisme
dan model bisnis penyaluran dana (hibah, subsidi, pinjaman, dan
Penyusunan peraturan penyaluran, baik secara keseluruhan maupun spesifik
4. pasar karbon), untuk menjadi acuan peraturan masing-masing K/L
mekanisme penyaluran dana terhadap sektor terkait.
2. Menteri LHK menyusun konsep mekanisme perdagangan karbon
domestik

Penetapan work plan hingga


• Elaborasi agenda rencana kerja hingga BPDLH dapat 1. Komite Pengarah menetapkan rencana kerja terkait operasionalisasi
5. bulan Juni 2019
beroperasi. BPDLH.
52 (operasionalisasi BPDLH)
Perbandingan BLU PDLH dengan BLU BPDPKS

Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit

• Dana penanggulangan pencemaran dan kerusakan


lingkungan (APBN/APBD/mekanisme lainnya) • Pungutan ekspor dari CPO dan turunannya
Penghimpunan dana • Dana amanah/bantuan konservasi (hibah) • Iuran sukarela
(sumber) • Lainnya Catatan: pendanaan bersifat rutin namun tergantung harga
Catatan: pendanaan perlu dieksplorasi dari sumber di CPO
atas
Alternatif sumber:
Pemupukan dana
• Management fee
(Instrumen perbankan,
• Endowment fund bersumber dari dana cadangan
pasar modal, lainnya)
• Hasil investasi
• Penyaluran (idle/standby)
• Perdagangan karbon
• Pinjaman • Subsidi (Dana biodiesel)
Penyaluran dana • Subsidi • Hibah (Dana peremajaan, penelitian pengembangan,
• Hibah pengembangan SDM, promosi, sarana dan prasarana)
• Lainnya
• Multisektor dan multisumber pendanaan (multi
Cakupan • single sector
windows)

53
Green Climate Fund

BEYOND
DANA APBN Skema insentif
dan dis-
insentif
Perubahan
Mekanisme Berbasis
Pengelolaan performa kinerja
Sektoral
Sektor jangan
Perbaikan Tata hanya dikelola
Kelola secara sektoral
Skema Budget
Tagging

www.djpk.kemenkeu.go.id
Pendanaan Perubahan Iklim MULTILATERAL
Green Climate Fund
Clean Technology Fund (CTF) 55
Amazon Fund
Global Climate Change Alliance (GCCA)
Least Developed Countries Fund (LDCF)
Pilot Program for Climate Resilience (PPCR)
GEF Trust Fund (GEF 5)
GEF Trust Fund (GEF 6)
GEF Trust Fund (GEF 4)
Forest Carbon Partnership Facility Carbon Fund
Forest Investment Program (FIP)
Scaling Up Renewable Energy Program (SREP)
Adaptation Fund
Forest Carbon Partnership Facility Readiness Fund
Special Climate Change Fund (SCCF)
Biocarbon Fund
Adaptation for Smallholder Agriculture Program (ASAP)
UN-REDD
Global Energy Efficiency and Renewable Energy Fund (GEEREF)
Congo Basin Forest Fund (CBFF)
Partnership for Market Readiness
MDG Achievement Fund
Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

0 2000 4000 6000 8000 10000


Juta USD

Sumber: https://climatefundsupdate.org (diolah), September 2018


KEMENTERIAN KEUANGAN

Terima Kasih

56
www.djpk.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai