Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus
Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus
Disusun oleh:
Shofie Awalia Khaezarani
P27901119047
Reguler/ Semester : 2A/ Semester 4
b) Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk mineralisasi tulang, kartilago, dan gigi,
memelihara calcium cairan ekstra selular, dan untuk kontraksi otot.
Kekurangan vitamin D menyebabkan riketsia, kesehatan gigi kurang, otot
kaku dan kejang, osteomalasia (tulang lunak dan mudah fraktur spontan).
c) Vitamin E
Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang membantu memelihara
integritas membran sel dan melindungi vitamin A dan C dari oksidasi.
Kekurangan vitamin E ditandai dengan meningkatnya hemolisis eritrosit,
refleks kurang, kerusakan fungsi neuromuskular, dan anemia.
d) Vitamin K
Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin dan faktor pembekuan
lain untuk pembekuan darah. Kekurangan vitamin K dimanifestasikan
dengan perdarahan, dan penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.
2) Vitamin larut air
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh. Intake berlebihan diabsorbsi oleh
jaringan, dan diekskresikan dalam urine.
a) Vitamin B kompleks
Vitamin B1 (thiamine) berfungsi dalam metabolisme karbohidrat,
memelihara fungsi syaraf, nafsu makan dan pencernaan. Gejala
kekurangan vitamin B1 adalah nafsu makan menurun, apatis, depresi
mental, fatigue, konstipasi, edema, gagal jantung, dan neuritis.
Vitamin B2 (riboflavin) berfungsi dalam metabolisme protein dan
karbohidrat, memelihara kulit dan penglihatan. Gajala kekurangan
vitamin B2 adalah sudut mulut pecah-pecah, dermatitis, dan peningkatan
vaskularisasi kornea dan penglihatan tidak teratur.
Vitamin B3 (niacin) berfungsi dalam metabolisme glikogen, regenerasi
jaringan, dan sintesis lemak. Kekurangan vitamin B3 menyebabkan
pellagra, ditandai dengan fatigue, sakit kepala, anoreksi, penurunan berat
badan, nyeri abdomen, diare, dermatitis, gangguan syaraf.
Vitamin B12 (cyanocobalamin) berfungsi dalam membentuk eritrosit
matang, dan sintesis DNA dan RNA, absorbsi vitamin A. Kekurangan
vitamin B12 menyebabkan anemi pernisiosa, dan kerusakan syaraf.
Asam folat berfungsi sebagai ko enzim metabolisme protein dan
pertumbuhan sel, membentuk eritrosit, perkembangan tulang dan
sumsum tulang belakang janin. Tanda kekurangan asam folat adalah
glositis, diare, anemi makrositik, defek kelahiran (spina bifida)
b) Vitamin C
Vitamin C penting untuk absorbsi Fe, melawan infeksi, penyembuhan luka,
pembentukan kolagen, metabolisme beberapa asam amino. Vitamin C
adalah antioksidan, dan melindungi vitamin A dan E dari oksidasi
berlebihan.
Kekurangan vitamin C ditandai dengan penyembuhan luka kurang, rentan
infeksi, retardasi pertumbuhan dan perkembangan, nyeri sendi, anemi, gusi
berdarah.
e. Mineral
Mineral membantu membentuk jaringan tubuh dan regulasi metabolisme
- Calcium
Calcium berfungsi untuk membentuk dan memelihara tulang dan gigi,
pembekuan darah, tansmisi syaraf, kontraksi dan relaksasi otot, permeabilitas
membran sel. Tanda dan gejala kekurangan calcium adalah pertumbuhan
pendek, ricketsia, osteoporosis, tetani.
- Magnesium
Magnesium berfungsi untuk pembentukan tulang, relaksasi otot, sintesis
protein. Tanda dan gejala kekurangan magnesium adalah penyakit ginjal,
tremor mengakibatkan kejang.
- Sodium
Sodium berfungsi untuk membantu memelihara keseimbangan cairan tubuh
dan asam basa. Makanan rendah sodium penting bagi orang dengan penyakit
jantung, hipertensi, edema, gangguan ginjal, penyakit liver.
- Potasium/kalium
Fungsi potasium untuk sintesis protein, keseimbangan cairan, dan regulasi
kontraksi otot. Pembatasan potasium dilakukan pada klien dengan
kerusakan/gagal ginjal
- Fosfor
Fosfor berfungsi untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi,
keseimbangan asam basa, metabolisme energi, struktur membran sel, regulasi
hormon dan ko enzim. Tanda dan gejala kekurangan fosfor adalah
pertumbuhan pendek, riketsia.
- Besi (Fe)
Besi berfungsi untuk membawa oksigen melalui hemoglobin dan myoglobin,
unsur pokok sistem enzim. Kekurangan besi ditandai dengan deplesi simpanan
besi, anemi, pucat.
- Iodine
Fungsi iodine adalah unsur pokok hormon tiroid yang meregulasi basal
metabolisme rate. Kekurangan iodine menyebabkan goiter.
- Zinc
Fungsi zinc untuk pertumbuhan jaringan, perkembangan dan penyembuhan,
kematangan seksual dan reproduksi, unsur utama beberapa enzim dalam energi
dan metabolime asam nukleat. Kekurangan zinc menyebabkan kerusakan
pertumbuhan, kematangan seksual, dan fungsi sistem imun, lesi kulit,
akrodermatitis, penurunan sensasi rasa dan penghidu
- Air
Air diperlukan untuk memelihara fungsi sel. Air diperoleh dari minum cairan
dan makan makanan tinggi air, dan dengan oksidasi makanan. Haus
menandakan butuh air dan mendorong seseorang untuk minum.
4. Masalah Kebutuhan Nutrisi
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan
nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, kanker,
dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).
a) Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
1) Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori
akibat penyakit infeksi atau kanker.
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit cronik atau intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b) Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau monoton
6) Perubahan pola makan
7) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
c) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari
20% berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme
karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d) Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh.Gejala umumnya adalah berat badan rendah
dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh,
adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa,
konjungtiva, dan lain-lain.
e) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta
asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
f) Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh
adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan
lain-lain.
g) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
h) Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
i) Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan. (Hidayat, 2009)
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Diabetes Melitus
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa dalam darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan series pada pola aktivitas pasien(Rendi dan Margareth, 2012).
b. Beck (2011) menjelaskan bahwa tujuan diet nutrisi ini antara lain:
1) Memulihkan dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran nilai yang
normal sehingga mencegah terjadinya glikosuria beserta gejala-gejalanya.
2) Mengurangi besarnya perubahan kadar glukosa darah postprandial. tindakan ini
bersama-sama dengan normalisasi kadar glukosa darah, akan membantu
mencegah terjadinya komplikasi lanjut yang mencakup penyakit mikrovaskuler
3) Memberikan masukan semua jenis nutrien yang memadai sehingga
memungkinkan pertumbuhan normal dan perbaikan jaringan
4) Memulihkan dan mempertahankan berat badan yang normal
badan dan berat badan yang diturunkan tidak boleh dibiarkan naik kembali.
Tipe diet ini digunakan untuk pasien diabetes yang berusia lanjut dan tidak
prinsip:
dosisi tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan diet yang lebih
rumit untuk diikuti oleh seseorang pasien DM, tetapi mempunyai
kelebihan, yaitu diet ini lebih fleksibel dan bervariasi ketimbang diet tipe
bebas gula.
TB (Cm)-100
Ket :
a. Kurus (underweight) : BBR < 90%
b. Normal (ideal) : BBR 90-110%
c. Gemuk (overweight) : BBR > 110%
d. Obesitas, apabila : BBR > 120%
- Obesitasringan : BBR 120-130%
- Obesitassedang : BBR 130-140%
- Obesitasberat : BBR 140-200%
- Morbid : BBR >200%
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM
yang bekerja biasa adalah:
- Kurus : BB x 40-60 kalorisehari
- Normal : BB x 30 kalorisehari
- Gemuk : BB x20 kalorisehari
- Obesitas : BBx10-15 kalorisehari
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiridarinama, tempat dan tanggal
lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
b. Identitas penaggung jawab
Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di hubungi
selama menjalani masa rawatan di rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien diabetes mellitus adalah poliuria, polifagia,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, dan ulkus yang lama
sembuh. Pasien yang mengalami ketoasidosis terdapat mual, muntah,
dan nyeri abdomen. pada pasien yang mengalami sindrom HHNK terdiri
atas gejala hipotensi, dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor
kulit jelek), takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi
(perubahan sensori, kejang-kejang, hemiparise). Gejala yang timbul pada
pasien yang mengalami hipoglikemia adalah badan gemetar, berkeringat,
takikardia dan kecemasan (Price & Wilson, 2012).
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Pada pasien diabetes tipe I, mengalami poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, dan ketoasidosis. semuanya terjadi akibat
gangguan metabolik. Pasien dengan diabetes tipe II juga dapat
memperlihatkan gejala poliuria dan polidipsia, tetapi umumnya
asimtomatik.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus, kegemukan, penyakit
pangkreas, penyakit hormonal, konsumsi obat-obatan (aloxan,
streptozokin: sitotoksin terhadap sel-sel beta, derivat thiazide) yang
dapat menurunkan sekresi insulin, malnutrisi (kekurangan protein
kronik). Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji
lebih lanjut dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus atau
adanya riwayat obesitas dari generasi terdahulu.
d. Pola Aktivitas sehari-hari
1. Pola Nutrisi
- Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
- Apakah ada diet yang dilakukan secara kusus?
- Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama
periode waktunya?
- Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka
bakar atau demam.
- Adakah toleransi makan atau minum tertentu.
Faktor yang mempengaruhi diet:
Status kesehatan.
Kulture dan kesehatan.
Status sosial ekonomi.
Faktor psikologis.
Informasi yang salah tentang makanan dan cara diet.
2) Pola Eliminasi
a) Buang Air Kecil
Intake dan output pasien selama 24 jam. Dibandingkan antara
kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien yang sedang
mengalami perawatan dirumah sakit. Pasien mengeluh sering
berkemih dalam sehari.
b) Buang Air Besar
Konsistensi buang air besar, jumlah, kepadatan, warna dan bau di
bandingkan saat kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien
yang sedang mengalami perawatan dirumah sakit.
3) Pola istirahat dan tidur
Waktu istirahat perhari pasien di bandingkan saat keadaan sehat dengan
keadaan saat pasien dirawat dirumah sakit.
4) Pola aktivitas dan latihan
e. Pemeriksaan fisik
1) Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suarabicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
2) Ukuran antropometri
a) TB dan BB untukmenetukan status nutrisi
b) Lingkar kepala
c) Lingkar dada
d) Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanitausiasubur: 23,5 cm
e) Lipatan kulit pada otot trisep
Nilai normal Wanita : 16,5 - 18 cm
Nilai normal Pria : 12,5 – 16,5 cm
3) Pemeriksaan kepala
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Mengetahui kelainan yang terdapat
di kepala.Pada rambut ditemukan rambut kusam, kering, pudar, kemerahan
pecah atau patah- patah.
4) Pemeriksaan wajah
Pada pemeriksaan di wajah ditemukan wajah pucat, bibir kering, pecah-
pecah, bengkak, adanya lesi, stomatititis, membran mukosa
pucat.
5) Pemeriksaan mata
Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva pucat, kering, esofalmus,
tanda-tanda infeksi.
6) Pemeriksaan mulut dan bibir
Pada pemeriksaan mulut dan bibir ditemukan bibir pecah-pecah, bibir
kering, ada lesi dan bengkak di bagian bibir dan mulut, stomatitis dan
membran mukosa mulut pucat. Pada gusi terjadi perdarahan dan
peradangan. Terjadi edema dan hiperemis pada lidah. Pada gigi terdapat
karies, nyeri dan kotor.
7) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
8) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
9) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,takikardi/
bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
10) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
11) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
12) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepatlelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
13) Sistemneurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
f. Data Psikologis
Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit yang dapat
mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah sakit.
g. Data Sosial
Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan membeli
makanan serta kemampuan keluarga pasien dalam pemenuhan kesehatan.
h. Data Spiritual
Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan keluarga.
i. Data Penunjang Pemeriksaan Laboratorium
1) Albumin (N: 4–5,5mg/100ml)
2) Transferi (N: 170-25 mg/100ml
3) Hemoglobin (N: 12mg%)
4) BUN (N: 10–20 mg/100ml)
5) Pemeriksaan gula darah puasa
Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari selama 3x24 jam, diharapkan Observasi :
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi pasien dapat a) Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan terpenuhi, dengan kriteria b) Identifikasi alergi dan
faktor fisiologis hasil: intoleransi makanan
- Adanya peningkatan berat c) Identifikasi kebutuhan kalori
badan sesuai tujuan dan nutrisi
- berat badan ideal sesuai d) Monitor asupan makanan
dengan tinggi badan e) Monitor berat badan
- mampu mengidentifikasi f) Monitor hasil pemeriksaan
kebutuhan nutrisi laboratorium
- tidak ada tanda-tanda Terapeutik :
malnutrisi a) Lakukan oral hygiene
- tidak terjadi penurunan berat sebelum makan
badan yang berarti b) Berikan makanan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
c) Berikan makanan yang tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
ketidakstabilan kadar selama 3x24 jam diharapkan Observasi:
gula darah Resiko ketidakstabilan kadar a) Identifikasi situasi yang
berhubungan dengan gula darah dapat teratasi, menyebabkan kebutuhan
Kurangnya dengan kriteria hasil: insulin meningkat (misalnya
pengetahuan tentang 1. Kadar glukosa darah Skala penyakit kambuhan
manajemen diabetes outcome tidak ada deviasa b) Monitor kadar glukosa darah
dari : jika perlu
a) Glukosa darah c) Monitor tanda dan gejala
b) Hemoglobin glikosilat hiperglekemia (mis. polyuria,
c) Fruktosamin polydipsia, kelemahan,
d) Urin glukosa malaise, pandangan kabur,
e) Urine Keton sakit kepala)
2. Keparahan hiperglikemia d) Monitor intake dan output
skala outcome tidak ada : cairan
a) Peningkatan urin output e) Monitor keton urin, kadar
b) Peningkatan haus analisa gas darah, elektrolit,
c) malaise tekanan darah ortostatik dan
d) Pandangan kabur frekuensi nadi
e) Kehilangan berat badan Terapeutik :
yang tidak bisa a) Berikan asupan cairan oral
dijelaskan b) Konsultasi dengan medis
f) Mual jika tanda dan gejala,
g) Perubahan status mental hiperglikemia tetap ada atau
h) Peningkatan glukosa memburuk
darah c) Fasilitasi ambulasi jika ada
i) Peningkatan AIC hipotensi ortostatik
(glycated hemoglobin) Edukasi
3. Keparahan hipoglikemia a) Anjurkan menghindari
skala outcome tidak ada ; olahraga saat kadar glukosa
a) Peningkatan urin output darah lebih dari 250 mg/dL
b) Kehausan b) Anjurkan monitor kadar
c) Dehidrasi glukosa darah secara
d) Lethargy mandiri
c) Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
d) Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
e) Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis, Penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian insulin
jika perlu
b) Kolaborasi pemberian cairan
jika perlu
c) Kolaborasi pemberian kalium
jika perlu
Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi
berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan Obervasi
kelemahan otot konstipasi teratasi dengan a) Periksa tanda dan gejala
abdomen kriteria hasil: konstipasi
1. Mempertahankan bentuk b) Periksa pergerakan usus,
feses lunak setiap 1-3 hari karakteristik
2. Bebas dari feses(Konsistensi, bentuk,
ketidaknyamanan dan volume dan warna)
konstipasi c) Identifikasi faktor resiko
3. Mengidentifiasi indikator konstipasi (mis. obat-obatan,
untuk mencegah konstipasi tirah baring, dan diet rendah
4. Feses lunak dan berbentuk serat)
Terapeutik
a) Anjurkan diet tinggi serat
b) Lakukan masase abdomen
jika perlu
c) Lakukan evakuasi feses
secara manual jika perlu
Edukasi
a) Jelaskan etiologi masalah
dan alasan tindakan
b) Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
Kolaborasi
Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
Keletihan berhungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
dengan peningkatan selama 3x24 jam, diharapkan a. Identifikasi gangguan fungsi
kelemahan fisik kekuatan fisik meningkat tubuh yang mengakibatkan
dengan kriteria hasil : kelelahan
1) Memverbalisasikan b. Monitor pola dan jam tidur
peningkatan energy dan c. Monitor lokasi dan
merasa lebih baik ketidaknyamanan selama
2) Menjelaskan penggunaan melakukan aktivitas
energy untuk mengatasi d. Sediakan lingkungan nyaman
kelelahan dan rendah stimulus
3) Kecemasan menurun e. Anjurkan tirah baring
4) Glukosa darah adekuat f. Kolaborasi dengan ahli gizi
5) Kualitas hidup meningkat tentang cara meningkatkan
6) Istirahat cukup asupan makanan
7) Mempertahankan
kemampuan untuk
berkonsentrai
1. Implementasi/Penatalaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri, dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah aktivitas perawat yang didasarkan
pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi, diperlukan
perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional.
2. Evaluasi/Catatan Perkembangan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Jika
tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan
keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan
perubahan intervensi.
Sumber :
Harnanto, Addi Mardi dan Sunarsih Rahayu. (2016) .KEBUTUHAN DASAR
KOMPREHENSIF II. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak – Anak
Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
Lindasari, Elis. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro.
KTITanjungkarang: Poltekkes Tanjungkarang diakses dari http://repository.poltekkes-
tjk.ac.id/353/ tanggal 22 Februari 2021
Saskia, Dika. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Mellitus II Di Ruang Irna Non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
KTI Padang: Poltekkes Padang diakses dari https://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=5188&keywords= pada tanggal 25 februari 2021
Herlina, Shinta. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pada Pasien Diabetes Mellitus II Di Ruang Irna Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang. KTI Padang: Poltekkes Padang diakses dari
http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/repository/
KTI_SHINTA_HERLINA_D_III_KEP_PADANG(1).pdf pada tanggal 24 Februari 2021
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA PASIEN DIABETES MELITUS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar
Dosen pembimbing : Dastono Susantoro, S.KP
Disusun oleh:
Shofie Awalia Khaezarani
P27901119047
Reguler/ Semester : 2A/ Semester 4
Seorang wanita bernama Ny. A berusia 49 tahun datang ke RSUD Kabupaten Tangerang
pada tanggal 1 Maret 2021 dengan keluhan sesak nafas sejak 1 jam yang lalu, demam, mual
dan pusing. Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes mellitus sejak 7 tahun yang lalu.
FORMAT PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Alamat tinggal : Kp/ Ds Cayur Kec. Kronjo Kabupaten Tangerang
No. HP/telepon : 081311125832
No.RM : 979150
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus tipe II
Tanggal Pengakajian : 3 Maret 2021
Tanggal Masuk : 1 Maret 2021
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sesak nafas meningkat sejak 1 jam yang lalu, demam, mual, dan
pusing
2. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 24 Februari 2021 sekitar pukul
10.00 WIB, Ny A mengeluh mual, masih pusing, lemah dan tidak nafsu
makan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ny. A memiliki riwayat DM tipe II sejak 7 tahun yang lalu control tidak
teratur, pasien juga memiliki riwayat TB 3 tahun yang lalu, pasien
pernah minum obat OAT selama 3 bulan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
Ny. R, dan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
keturunan seperti hipertensi, PJK, stroke, dan lain-lain, keluarga juga
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular seperti HIV, AIDS, Hepatitis, dan lain-lain.
C. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Selama sehat Ny A makan 3 kali dengan nasi, lauk
pauk, dan jarang memakan buah-buahan dan sayuran. Minum selama
sehat sekitar 1600 ml setiap harinya. Selama sakit nafsu makan Ny. A
menurun, diet ML DD 1700 kkal yang diberikan tidak pernah habis,
minum sekitar 1500 ml setiap harinya.
b. Pola tidur : Selama sehat Ny. A tidur siang ±1 jam sehari, tidur
malam ± 6-7 jam setiap harinya. Ny. A mengatakan tidurnya nyenyak.
Selama sakit Ny. A tidur siang kurang lebih 1 jam sehari, tidur malam
kurang lebih 5 jam sehari. Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak
dan sering terbangun karena mual dan pusing
c. Pola Mandi : Selama sehat Ny.A mandi 2 kali sehari, pagi dan sore.
Selama sakit Ny. A mandi 1 kali sehari , hanya pagi saja. Pasien
mengataka mandi dibantu oleh keluarga di tempat tidur, pasiem hanya
di lap dengan handuk basah yang di lakukan oleh keluarga di atas
tempat tidur.
d. Pola Eliminasi : Selama sehat Ny A BAB 1 kali sehari dengan
kosistensi lembek, Ny A mengatakan BAK 5-6 kali sehari. Ny A bisa
BAB dan BAK ke wc sendiri. Selama sakit Ny A BAB 2 hari sekali
dengan kosistensi keras. Ny. R terpasang kateter keluarga mengatakan
Ny. A BAK sekitar 3000 cc setiap harinya yang ditampung dengan
urine bag.
e. Pola Aktifitas: Selama sehat Ny A sering beraktifitas di rumah saja
untuk melakukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Ny. A
mengatakan jarang melakukan olahraga. Selama sakit Ny. A hanya
bisa di atas tempat tidur, tidak bisa melakukan aktifitas seperti
biasanya.
D. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien tampak lemah terbaring di tempat tidur
b. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
RR : 24x/menit
N : 96x/menit
o
S : 36,5 C
c. Antropometri
TB : 153 cm
BB : 62 kg
d. Head to Toe
Kepla dan wajah : Kepaala tidak ada benjolan, wajah tampak pucat
Rambut : Hitam berminyak
Telinga :Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
pendengaran baik
Mata : Mata simetris kiri dan akanan, konjungtiva anemis, skler
tidak ikterik, reflek pupil baik
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, penciuman baik bisa
membedakan bau
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat, mulut kurang bersih, ada
plak gigi, reflek mengunyah baik, reflek menelan baik.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar gettah bening, reflek baik
Toraks : Pada pemmerksaan paru-paru, Inpeksi : Simetris kiri dan
kanan, palpasi : Fremitus kiri dan kanan perkusi : terdengar
sonor, auskultasi : bronkovesikuler.
Pada pemeruksaan jantung
Inpeksi : iktus tidak terlihat, palpasi : Iktus terba, perkusi :
batas jantung normal, auskultasi : suara jantung normal
Abdomen :Pemeriksaan abdomen, inpeksi :simetris kiri dan kanan,
palpasi : distensi abdomen nyeri tekan, perkusi : tympani,
auskultasi : bising, usus normal.
Genetelia : Terpasang kateter
Ekstermitas : Ekstermitas atas :kekuatan otot anggota gerak sebelah
kanan dan kiri baik, terpasang infus
bawah : kekuatan otot kaki, sebelah kanan dan kiri baik,
tidak ada edema.
Data Psikologis
a. Status emosional : Ny. A baik,
b. Kecemasan : Ny. A merasa cemas dengan penyakitnya dan ingin
cepat sembuh
c. Pola koping : Cukup baik, yaitu dengan cara berdo’a agar cepat
sembuh
d. Gaya dan komunikasi : terarah dan jelas
e. Konsep diri : baik, yaitu pasien menerima dan menyadari yang
dialaminya adalah cobaan dari Allah SWT
E. Data Ekonomi Sosial : Ny. A bekerja sebagai ibu rumah tangga setiap
harinya. dengan penghasilan bergantung pada suami yang bekerja sebagai
pekerja bangunan. Ny. A di rawat di RSUD Kabupaten Tangerang dengan
jaminan BPJS kelas 2.
F. Data Spiritual : Dalam keadaan sakit Ny. A tidak beribadah, pasien hanya
berdoa sambil tidur di atas tempat tidurnya. Ny. A selalu berdoa agar cepat
sembuh dari penyakitnya.
G. Pemeriksaan Laboratorium/ Pemeriksaan penunjang dan Program
Pengobatan
Hasil pemeriksaan kimia klinik : didapatkan GDS 241 mg/dl (nr < 200),
ureum darah 97 mg/dl (nr 10,0-50,0 mg/dl), kreatinin darah 0,8 mg/dl (nr
0,6-1,1 mg/dl), total protein 7,1 g/dl (nr 6,6-8,7 g/dl), albumin 2,9 g/dl (nr
3,8-5,0 g/dl), globulin 4,2 g/dl (nr 1,3-2,7 g/dl).
Hasil pemeriksaan hermatologi : didapatkan Hemoglobin 10,6 g/dl(nr
12-16 g/dl) leukosit 20.090/mm3 (nr 5000-10000/ mm3), trombosit
439.000/mm3 (nr 150.000-400.000), hematocrit 33% (nr 37-43%), LED 82
mm (0-15), basophil 0% (nr 0-1,0), eosinofil 0% (nr 1,0-3,0%), N batang
8% (nr 2,0-6,0), N segmen 82% (nr 50-70%), limfosit 7% (nr 20-40%),
monosit 3% (nr 2,0-8,0%).
Program Pengobatan : Ny. A mendapatkan IVFD NaCl 0,9% 6 tts/i,
cefriaxon 2x1 gr, nevorapid 3x6 unit diberikan 15 menit sebelum makan
dengan cara sc, diet DD IV 1700 kkal, RL 20x/i, koreksi Kcl 25 mEq
dalam 200 cc, NaCl 0,9%, drip Lasix 5 amp dalam 50 cc NaCl 0,9%, inj
ranitidine 2x1 amp, KSR 2x1 tab (po), dulcolax supost.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Analisa Data
ANALISA DATA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari selama 3x24 jam, diharapkan a. Identifikasi alergi dan a. Dapat diketahui
kebutuhan tubuh b.d. ketidakseimbangan nutrisi intoleransi makanan apakah pasien
ketidakmampuan kurang dari kebutuhan tubuh b. Identifikasi kebutuhan mempunyai riwayat
mengabsorpsi teratasi dengan kriteria hasil : kalori dan nutrient alergi terhadap
makanan a. Adanya peningkatan berat c. Monitor berat badan makanan tertentu
badan sesuai dengan tujuan d. Berikan makanan yang dan untuk mecegah
b. Berat badan ideal sesuai tinggi kalori dan terjaddinya alergi
dengan tinggi badan protein pada pasien
c. Mampu mengidentifikasi e. Berikan makanan b. Mengetahui
kebutuhan nutrisi tinggi serat penyebab pemasukan
d. Tidak ada tanda-tanda f. Ajarkan diet yang yang kurang
malnutrisi diprogramkan sehingga dapat
e. Tidak terjadi penurunan g. Kolaborasi dengan ahli menentukan
berat badan yang berarti gizi untuk menentukan intervensi yang
jumlah kalori dan jenis sesuai dan efektif
nutrient yang c. Untuk menilai
dibutuhkan pasien malnutrisi protein-
kalori
d. Makanan yang tinggi
kalori dan protein
dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi
e. Pemberian makanan
tinggi serat
mencegah terjadinya
konstipasi
f. Diet yang telah
diprogramkan
membantu dalam
memenuhi
kebutuhan nutrisi
pada pasien
g. Membantu dalam
proses penyembuhan
Konstipasi b.d. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi Manajeman Konstipasi
Kelemahan otot selama 1 x 24 jam diharapkan Observasi a.Agar mengetahui
abdomen konstipasi dapat teratasi a.Periksa tanda dan tindakan apa yg akan
dengan kriteria hasil : gejala dilakukan
a. Memperthankan bentuk Terapeutik b.makanan tinggi serat
fases lunak setiap 1-3 hari a.Anjurkan diet tinggi untuk membantu
b. Bebas dari ketidaknyaman serat mengatasi konstipasi
dan konstipasi b.Lakukan masage c.Agar otot abdomen
c. Mengidentifikasi indikator abdomen, jika perlu menjadi rileks
untuk mencegah c.Lakukan evakuasi fases d.Untuk membantu
konstipasi secara manual, jika pasien mengeluarkan
d. Fases lunak dan berbentuk perlu fases
Edukasi e.agar pasien
a.Jelaskan etiologi mengetahui penyebab
masalah dan alasan masalah yang
tindakan dialaminya
b.Ajarkan cara mengtasi f.Obat pencahar
konstipasi/impaksi membantu merangsang
Kolaborasi pasien untuk BAB
a.penggunaan obat
pencahar, jika perlu