Anda di halaman 1dari 33

Case Report

MIELOPATI CERVIKAL

Oleh:
Wendiono Alka
1908436747

Pembimbing:
dr. Enny Lestari, M.Biomed , Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN NEUROLOGI


RSUD ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
SMF/ BAGIAN SARAF
Sekretariat : Gedung Kelas 03, RSUD Arifin Achmad Lantai 04
Jl. Mustika, Telp. 0761-7894000
E-mail : saraffkur@gmail.com
PEKANBARU

I. Identitas pasien
Nama Tn. MN
Umur 39 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Alamat Jl. Telaga Biru Parit, Tembilahan Hulu
Agama Islam
Status pernikahan Menikah
Pekerjaan Pegawai Negeri
Masuk RS 31 Agustus 2021
No RM 01069090

II. ANAMNESIS :
Autoanamnesis dengan pasien (01 September 2021)

Keluhan utama
Kelemahan pada keempat anggota gerak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat penyakit sekarang
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan lemah pada
kedua lengan dan tungkai. Pasien tidak bisa menggerakkan lengan sama sekali
dan mati rasa. Pada tungkai hanya bisa menggerakkan dengan terbatas. Sebelum
mengeluhkan lemah pada anggota gerak, pasien terjatuh tersandung dengan posisi
kepala terdongak kebelakang dan leher tertekan. Pasien lansung dibawa ke
Puskesmas Rengat, kemudian pasien di rujuk ke RSUD Indrasari Rengat. Pasien
dirawat selama satu minggu, dilakukan pemeriksaan rontgen leher, kemudian
dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan MRI leher, namun karena tidak
tersedianya alat di RSUD tersebut, pasien dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad
Pekanbaru. Berat badan turun 4 kg dalam 4 bulan. Keluhan benjolan ditempat lain
(-), nyeri kepala hebat (-), muntah menyembur(-), riwayat sesak nafas (-), nyeri
dada (-), batuk lama dan batuk darah (-), keringat berlebihan pada malam hari (-),
BAB dan BAK tidak ada keluhan. Keluhan lain yaitu kulit gatal, bersisik dan
lidah bercak putih

Pada tahun 2009 pasien diketahui terkena HIV, awalnya pasien lemah dan
sempat pingsan kemudian di bawa ke rumah sakit, dirumah sakit sempat diperiksa
dan didapatkan hasil CD4 rendah, pasien memiliki riwayat penggunaan jarum
suntik, dan juga memiliki tato pada lengan dan kaki kanan. Pasien diberi terapi
ARV namun tidak pernah dilanjutkan sempat putus ARV empat kali sampai
sekarang.

Pada tahun 2019 pasien mengeluhkan kulit gatal pada daerah kaki, kulit
gatal juga disertai kulit yang bersisik, kemudian pasien berobat namun keluhan
tidak hilang. Pada tahun 2020 pasien mengeluhkan ada benjolan pada leher
sebelah kanan, pasien tidak mengetahui benjolan mulanya sebesar apa, tetapi
pasien mengatakan benjolan diketahui semakin membesar, terasa keras, terkadang
nyeri, benjolan tidak bisa digerakkan.

Delapan bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa kaku pada leher,
tidak bisa digerakkan ke kiri dan ke kanan, kedua lengan dan tungkai terasa kebas,
namun belum mati rasa. Empat bulan sebelum masuk rumah sakit kaku pada leher
pasien disertai dengan nyeri yang terkadang menjalar sampai ke belakang kepala.
Pasien juga mengeluhkan keluhan pada kulit semakin memberat, keluhan pada
kulit tidak hanya dirasakan pada kaki, namun juga pada perut dan sela paha.
Pasien juga mengatakan lidah ada bercak putih.

Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat keganasan (-)
 Riwayat TB paru (+) 2009 sembuh, pengobatan tuntas
Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat keganasan (-)

Sosial ekonomi
 Pasien seorang Pegawai Negeri Sipil
 Riwayat merokok sejak usia 12 tahun, 2 bungkus per hari. BI: Berat
 Narkoba (+) jenis sabu dan putau.
 Minum alkohol (+).

Resume
Tn. MN, 39 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 01 September 2021.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan lemah pada kedua
lengan dan tungkai, tidak bisa menggerakkan lengan sama sekali dan mati rasa.
Tungkai hanya bisa digerakkan terbatas. Sebelum mengeluhkan lemah pada
anggota gerak, pasien terjatuh tersandung dengan posisi kepala terdongak
kebelakang dan leher tertekan. Berat badan turun 4 kg dalam 4 bulan. Keluhan
benjolan ditempat lain (-). Keluhan lain yaitu kulit gatal, bersisik dan lidah bercak
putih. Pada tahun 2009 pasien diketahui terkena HIV dan putus ARV empat kali
sampai sekarang. Pada tahun 2020 pasien mengeluhkan ada benjolan kemudian
merasa kaku pada leher, tidak bisa digerakkan ke kiri dan ke kanan hingga
sekarang.

PEMERIKSAAN FISIK

A. PEMERIKSAAN FISIK UMUM (01 September 2021)

Tekanan darah : 124/83 mmHg


Denyut nadi
Kanan : 85 x/menit, teratur
Kiri : 85 x/menit, teratur
Respirasi : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36,7°C
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 162 cm
IMT : 20,95 kg/m2 (normoweight)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflex
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+)
Mulut : Oral thrush (+)
Leher :
Inspeksi : Tampak benjolan pada leher sebelah kanan,
sewarna kulit.
Palpasi : Teraba massa bulat, lunak, batas tegas,
permukaan rata, nyeri bila di tekan, dengan
ukuran 5x4x4cm.
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba
Jantung : HR : 85x/menit, regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan.
Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
Auskultasi : Vesicular (+/+), rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
Abdomen : Tampak kulit bersisik pada abdomen, berwarna
kehitaman.
Ekstremitas : Pada tungkai tampak bintik-bintik yang
kehitaman pada kulit. Pada sela paha tampak
kehitaman dengan tepi kemerahan dan bersisik.
Tampak tatoo pada tungkai dan lengan kanan.
B. Status Neurologi (01 September 2021)
1) Kesadaran : Composmentis kooperatif
2) GCS : E4V5 M6
3) Fungsi kognitif : Normal
4) Kaku kuduk : Tidak ada
5) Saraf cranial
1. Saraf cranial I (Olfactory)
Kanan Kiri Interpretasi
Penciuman + + Normal

2. Saraf cranial II (Optic)


Kanan Kiri Interpretasi
Visus Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal Normal
Pengenalan warna + +

3. Saraf cranial III (Oculomotor)


Kanan Kiri Interpretasi
Ptosis (-) (-)
Pupil
Bentuk Round Round
Ukuran Φ3 mm Φ3mm
Normal
Refleks pupil
Direct (+) (+)
Indirect (+) (+)

Doll’s eye movement (-) (-) Normal

4. Saraf cranial IV (Trochlear)


Kanan Kiri Interpretasi
Doll’s eye movement (-) (-) Normal

5. Saraf cranial V (Trigeminal)


Kanan Kiri Interpretasi
Motorik Normal Normal
Sensorik (+) (+) Normal
Refleks kornea (+) (+)

6. Saraf cranial VI (Abducens)


Kanan Kiri Interpretasi
Doll’s eyes movement (-) (-) Normal

7. Saraf cranial VII (Facial)


Kanan Kiri Interpretasi
Tic (-) (-)
Motorik:
- Sudut mulut Normal Normal
- Menutup mata Normal Normal
- Mengerutkan dahi Normal Normal
- Mengangkat alis Normal Normal Normal
- Lipatan nasolabial Normal Normal
- Meringis Normal Normal
Pengecap Normal Normal

Tanda Chvostek - -

8. Saraf cranial VIII (Acoustic)


Kanan Kiri Interpretasi

Pendengaran Normal Normal Normal

9. Saraf cranial IX (Glossopharyngeal)


Kanan Kiri Interpretasi
Arkus faring Normal Normal
Daya perasa Normal
Normal Normal
Refleks muntah + +

10.Saraf cranial X (Vagus)


Kanan Kiri Interpretasi
Arkus faring Normal Normal Normal
Disfonia - -

11.Saraf cranial XI (Accessory)


Kanan Kiri Interpretasi
Motorik Normal Normal Normal
Trofi Eutrophy Eutrophy

12.Saraf cranial XII (Hypoglossal)


Kanan Kiri Interpretasi
Motorik Normal Normal
Normal
Trofi Eutrophy Eutrophy
Tremor - -
Disartria - -

IV. SISTEM MOTORIK


Kanan Kiri Interpretasi
Ekstremitas atas
Drop test Normal Normal
Kekuatan
Distal 1 1
Medial 1 1
Proximal 1 1
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutropi Eutropi
Gerakan involunter - -
Tetraparesis tipe
Clonus - -
UMN
Ekstremitas bawah
Strength
Distal 4 4
Medial 4 4
Proximal 4 4
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutropi Eutropi
Gerakan involunter - -
Clonus - -

Badan
Trofi Eutropi Eutropi Normal
Gerakan involunter - -

V. SISTEM SENSORIK
Kanan Kiri Interpretasi
↓ C 3-5 ↓ C3-5
Raba Hipestesia
Nyeri ↓ C 3-5 ↓ C 3-5 setinggi C 3 -
Suhu ↓ C 3-5 ↓ C 3-5 C5
Propioseptif
Terganggu Terganggu

VI. REFLEKS
Kanan Kiri Interpretasi
Fisiologis
Biceps (+) (+)
Triceps (+) (+) Refleks fisiologis meningkat
Knee (++) (++)
Ankle (++) (++)

Patologis
Babinsky (+) (+)
Chaddock (-) (-)
HoffmanTromer (-) (-) Refleks patologis (+)
Openheim (-) (-)
Schaefer (-) (-)

VII. KOORDINASI
Kanan Kiri Interpretasi
Point to point movement Normal Normal
Walk heel to toe
Sulit dinilai
Gait Sulit dinilai Sulit dinilai
Tandem Sulit dinilai Sulit dinilai
Romberg Sulit dinilai Sulit dinilai

VIII. AUTONOM
Miksi : Gangguan miksi (-)
Defekasi : BAB (tidak ada keluhan)

IX. PEMERIKSAAN KHUSUS/LAIN


a. Laseque : Tidak terbatas (>70)
b. Kernig : Tidak terbatas (>130)
c. Patrick : (-/-)
d. Kontrapatrick : (-/-)
e. Valsava test : (-)
f. Brudzinski I-IV : (-)

X. RESUME PEMERIKSAAN FISIK


Status generalisata
Kesadaran : CM (GCS: E4V5M6)
Tekanan darah : 124/83 mmHg
Denyut nadi
Kanan : 85 x/menit, teratur
Kiri : 85 x/menit, teratur
Respirasi : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36,7°C
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 162 cm
IMT : 20,95 kg/m2 (Normoweight)
Leher
Inspeksi : Tampak benjolan pada leher sebelah kanan,
sewarna kulit.
Palpasi : Teraba massa bulat, lunak, batas tegas,
permukaan rata, nyeri bila di tekan, dengan ukuran
5x4x4cm.
Kelenjar getah bening:Tidak teraba
Abdomen : Tampak kulit bersisik pada abdomen, berwana kehitaman
Ekstremitas : pada tungkai tampak bintik-bintik yang kehitaman pada
kulit, Pada sela paha tampak kehitaman dengan tepi
kemerahan dan bersisik tampak tatoo pada tungkai dan
lengan kanan
Fungsi kognitif : Normal
Kaku kuduk : Neck stiffness (-), Brudzinski I-IV (-)
Nervus kranialis : Normal
Motorik : Tetraparesis tipe UMN
Sensorik : Hipestesia setinggi cervical 3 – cervical 5
Koordinasi : Sulit dinilai
Otonom : Tidak ada keluhan
Refleks : Fisiologi (), patologi (+)

XI. DIAGNOSIS:
DIAGNOSIS KLINIS : Tetraparesis tipe UMN
Hipestesia setinggi cervical 3 – cervical 5
B20 + Tinea cruris et corporis
DIAGNOSIS TOPIK : Medula spinalis setinggi cervical 3 – cervical 5
DIAGNOSIS ETIOLOGIK : Susp tumor medula spinalis
DIAGNOSIS BANDING : Susp spondilitis TB

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
o Darah rutin
o Kimis darah dan elektrolit
o Serologi HIV
o Rontgen toraks
o MRI Cervical

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Darah rutin (31 Agustus 2021)
Hemoglobin : 18,3 gr/dl (H)
Hematokrit : 51,0 %
Leukosit : 14.04 /mm3 (H)
Trombosit : 328.000/mm3
2. Kimia darah (31 Agustus 2021)
Albumin : 4,6 g/dL
AST : 40 U/L
ALT : 101 U/L (H)
Ureum : 81,0 mg/dl (H)
Creatinin : 0,83 mg/dl
3. Elektrolit (31 Agustus 2021)
Na+ : 132 mmol/L
K+ : 4,9 mmol/L
Cl-
: 100 mmol/L
4. Imunoserology (31 Agustus 2021)
HBsAg kualitatif : Non Reaktif
HIV kualitatif : Reaktif
5. Rontgen thoraks (Tanggal 01/09/2021)
- Identitas sesuai
- Marker R
- Foto AP
- Kekerasan cukup
- Trakea ditengah
- Soft tissue <2 cm
- Klavikula, skapula intak
- Sudut kostofrenikus lancip
- Diafragma licin
- Cor: Besar dan bentuk normal
- Pulmo: Corakan bronkovaskular normal,
infiltarl (-).

Kesan
Cor: Dalam batas normal
Pulmo: Dalam batas normal
DIAGNOSIS AKHIR
Mielopati cervical ec susp tumor medula spinalis + B20 + Tinea cruris et corporis

Tatalaksana :
Non farmakologi:
1. IVFD NaCl 0,9% 20 dpm
Farmakologi:
1. Inj Omeprazole 1x40 mg
2. Cotrimoxazole 1x2 tab
3. Inj. Mecobalamin 3 x 500mg
4. Curcuma 3x1
5. Kapsul garam 3x500mg
6. Ketokonazole 1x200 (10 hari)
7. Ketokonazole cream 2x (setelah kompres NaCl)
FOLLOW UP
Tanggal Subjective Assessment
Objective
02 Subjective: Assessment :
September, Leher kaku, lemah keempat anggota B20 + Mielopati cervikal ec
2021 gerak, kulit perut dan sela paha tumor medula spinalis + Tinea
bersisik. cruris et corporis

Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit sedang - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
kesadaran : komposmentis, E4M6V5 - Inj Omeprazole 1x40 mg
TD : 124/83 mmHg
- Cotrimoxazole 1x2 tab
RR : 20 tpm
HR : 100 bpm - Inj. Mecobalamin 3 x
Suhu : 36.5C
500mg
Nervus cranialis : dalam batas
normal - Curcuma 3x1
Motorik :
- Kapsul garam 3x500mg
111 111
444 444 - Ketokonazole 1x200 (10
hari)
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
Reflex : Fisiologis (meningkat) - Ketokonazole cream 2x
Pathologis (+)
(setelah kompres NaCl)
Elektrolit: (02/09/2021) Jika kerak hilang dengan
Na+ : 132 mmol/L (L) kompres, kompres dengan
K+ : 4,9 mmol/L
NaCl 2x10menit dengan 3
Cl- : 100 mmol/L
lapis kasa.
Hasil MRI Cervical
Kesan:
Massa inhomogen di paravertebra
dextra setinggi VC 2-4 sangat
mungkin Neurogenic tumior dengan
kecurigaan malignancy dd/
Malignant pheriperal Nerve sheat
tumor
Masa mendesak dan mengobliterasi
canalis setinggi VC 3
Kompresi dan destrusi corpus VC 3
dengan fragmen posterior menekan
canalis spinalis
Stenosis sedang canalis spinalis
setinggi VC 3 (Foto terlampir)

Hasil MRI (02/09/2021)


03 September, Subjective: Assessment :
2021 Leher kaku, lemah keempat anggota B20 + Mielopati cervikal ec
gerak, kulit perut dan sela paha tumor medula spinalis + Tinea
bersisik. cruris et corporis

Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 123/80 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 92 bpm
Suhu : 36.8C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
Motorik : - Ketokonazole 1x200 (10
111 111
hari)
444 444
- Ketokonazole cream 2x
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
(setelah kompres NaCl)
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+) Jika kerak hilang dengan
kompres, kompres dengan
NaCl 2x10menit dengan 3
lapis kasa.

04 September, Subjective: Assessment :


2021 Leher kaku, lemah keempat anggota B20 + Mielopati cervikal ec
gerak, kulit perut dan sela paha tumor medula spinalis + Tinea
bersisik. cruris et corporis

Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 117/72 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 98 bpm
Suhu : 36.6C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
- Ketokonazole 1x200 (10
hari)
Motorik :
111 111 - Ketokonazole cream 2x
444 444
(setelah kompres NaCl)
Sensorik : Hipoestesia C3-C5 Jika kerak hilang dengan
Reflex : Fisiologis (meningkat)
kompres, kompres dengan
Pathologis (+)
NaCl 2x10menit dengan 3
lapis kasa.

05 September, Subjective: Assessment :


2021 Leher kaku, lemah keempat anggota B20 + Mielopati cervikal ec
gerak, kulit perut dan sela paha tumor medula spinalis + Tinea
bersisik. cruris et corporis

Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 138/80 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 89 bpm
Suhu : 36.8C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
Motorik : - Ketokonazole 1x200 (10
111 111
hari)
444 444
- Ketokonazole cream 2x
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
(setelah kompres NaCl)
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+) Jika kerak hilang dengan
kompres, kompres dengan
NaCl 2x10menit dengan 3
lapis kasa.

06 September, Subjective: Assessment :


2021 Leher kaku, lemah keempat anggota B20 + Mielopati cervikal ec
gerak, kulit perut dan sela paha tumor medula spinalis + Tinea
bersisik. cruris et corporis

Plan :
Objective: - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
keadaan umum : tampak sakit - Inj Omeprazole 1x40 mg
sedang - Cotrimoxazole 1x2 tab
kesadaran : komposmentis,
- Inj. Mecobalamin 3 x
E4M6V5
TD : 132/89 mmHg 500mg
RR : 20 tpm
- Curcuma 3x1
HR : 88 bpm
Suhu : 36.6C - Kapsul garam 3x500mg
Nervus cranialis : dalam batas
- Ketokonazole 1x200 (10
normal
Motorik : hari)
111 111
- Ketokonazole cream 2x
444 444
(setelah kompres NaCl)
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
Jika kerak hilang dengan
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+) kompres, kompres dengan
NaCl 2x10menit dengan 3
 Konsul Bedah saraf
 Konsul SpKFR lapis kasa.

07 September, Subjective: Assessment :


2021 Leher kaku, lemah keempat anggota B20 + Mielopati cervikal ec
gerak, kulit perut dan sela paha tumor medula spinalis + Tinea
bersisik. cruris et corporis

Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 118/78 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 88 bpm
Suhu : 36.8C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
Motorik : - Ketokonazole 1x200 (10
111 111
hari)
444 444
- Ketokonazole cream 2x
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
(setelah kompres NaCl)
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+) Jika kerak hilang dengan
kompres, kompres dengan

Darah rutin (07/09/2021) NaCl 2x10menit dengan 3

Hemoglobin: 14,3 gr/dl lapis kasa.


Hematokrit: 39,3 % (L)
Leukosit: 8,47 /mm3 Bedah saraf
Trombosit: 196.000/mm3 R/ pasang semirigid neckcollar

Kimia darah (07/09/2021) Fisioterapi


AST: 15 U/L  Free aktif excercise
ALT : 27 U/L  Edukasi

Elektrolit(07/09/2021)
Na+ : 138 mmol/L
K+ : 4,9 mmol/L
Cl- : 100 mmol/L

08 September, Subjective: Assessment :


2021 Leher kaku, lemah keempat anggota B20 + Mielopati cervikal ec
gerak, kulit perut dan sela paha tumor medula spinalis + Tinea
bersisik. cruris et corporis

Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 128/79 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 108 bpm
Suhu : 36.8C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
Motorik : - Ketokonazole 1x200 (10
111 111
hari)
444 444
- Ketokonazole cream 2x
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
(setelah kompres NaCl)
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+)

Fisioterapi
 Free aktif excercise
 Edukasi
TINJAUAN PUSTAKA
Myelopati

Definisi
Istilah myelopathy mendeskripsikan keadaan patologis yang menyebabkan
deficit neurologi yang beruhubungan dengan medulla spinalis. Etiologi terbanyak
yang menyebabkan myelopati berhubungan dengan penyakit degenaratif spinal
dan kompresi medulla spinalis oleh massa ekstradural yang disebabkan oleh
metastasis tumor ke tulang belakang. Penyebab lain seperti tumor spinal, infeksi,
inflamasi, neurodegenerative, vascular, nutrisi dan gangguan idiopatik lain yang
mengarah ke myelopati.1

Klasifikasi
Sicard dan Forstier mengklasifikasikan myelopati menjadi dua yaitu :

1. Myelopati kompresif
Penyakit kompresi pada sumsum tulang belakang dibagi menjadi akut dan
kronis, antara lain perubahan degeneratif, trauma, infiltrasi tumor, malformasi
vaskular, infeksi dengan pembentukan abses, dan syringomyelia. Penyakit
kompresif adalah penyebab utama mielopati pada pasien yang lebih tua. Ini
memiliki perjalanan kronis dan biasanya tidak kambuh. Kelley dkk. menjelaskan
bahwa tidak ada pasien dengan mielopati kompresif yang membaik dengan
kortikosteroid intravena.2

2. Myelopati non-kompresif
Setelah kompresi disingkirkan sebagai etiologi mielopati, riwayat klinis
dianalisis secara mendalam dan pemeriksaan klinis yang cermat dilakukan untuk
mencari penyebab inflamasi. Diagnosis mielopati inflamasi memerlukan bukti
adanya peradangan sumsum tulang belakang. Saat ini, analisis MRI dan cairan
serebrospinal (CSF) adalah satu-satunya alat yang tersedia untuk menentukan
adanya peradangan. Perlu ada peningkatan gadolinium pada sumsum tulang
belakang, pleositosis di CSF atau indeks imunoglobulin G yang tinggi di CSF,
dengan rentang waktu antara empat jam dan empat minggu. Jika tidak ada temuan
ini pada saat timbulnya gejala, MRI dan lumbal tap harus diulang dua hingga
tujuh hari kemudian.2
Tumor medula spinalis
Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi
pada daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas tumor
primer dan tumor sekunder. Tumor primer dibagi menjadi tumor primer jinak dan
tumor primer ganas. Tumor primer jinak yang berasal dari tulang yaitu osteoma
dan kondroma, yang berasal dari serabut saraf disebut neurinoma (Schwannoma),
berasal dari selaput otak disebut  Meningioma dan yang berasal dari jaringan otak
yaitu Glioma dan  Ependimoma. Tumor primer ganas yang berasal dari jaringan
saraf yaitu  Astrocytoma,  Neuroblastoma, yang berasal dari sel muda seperti
Kordoma. Tumor sekunder merupakan metastase dari tumor ganas di daerah
rongga dada, perut , pelvis dan tumor payudara.3

Etiologi
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam
tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang
bersifat karsinogenik. Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-
sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang
kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada  jaringan medula
spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.4

Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi


kebanyakan muncul dari pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut. Riwayat
genetik kemungkinan besar sangat berperan dalam peningkatan insiden pada
anggota keluarga (syndromic group) misal pada neurofibromatosis. Astrositoma
dan neuroependimoma merupakan jenis yang tersering pada pasien dengan
neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di mana pasien dengan NF2 memiliki kelainan
pada kromosom 22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien
dengan Von Hippel-Lindou Syndrome sebelumnya, yang merupakan abnormalitas
dari kromosom 3.5

Klasifikasi
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi
menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak
maupun ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan
metastasis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru,
payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor primer
yang bersifat ganas contohnya adalah astrositoma, neuroblastoma, dan kordoma,
sedangkan yang bersifat jinak contohnya neurinoma, glioma, dan ependimoma.3

Berdasarkan lokasinya, tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi dua


kelompok, yaitu tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor intradural itu
sendiri dibagi lagi menjadi tumor intramedular dan ekstramedular. Macam-macam
tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-


extramedular dan (C) Tumor extradural tumor.6

Manifestasi klinis
Menurut Cassiere, perjalanan penyakit tumor medula spinalis terbagi
dalam tiga tahapan, yaitu:7

1. Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu yang lama


2. Sindroma Brown Sequard
3. Kompresi total medula spinalis atau paralisis bilateral

Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler,
nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler
merupakan indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis
dan disebut  pseudo neuralgia  pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal
sifat nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler,
24% nyeri funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas. 7 Nyeri radikuler dicurigai
disebabkan oleh tumor medula spinalis bila:

 Nyeri radikuler hebat dan berkepanjangan, disertai gejala traktus


piramidalis
 Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNP seperti C5-7, L3-4,
L5 dan S1

Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah


tumor yang terletak intradural-ekstramedular, sedang tumor intramedular jarang
menyebabkan nyeri radikuler. Pada tumor ekstradural sifat nyeri radikulernya
biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks.7

Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga


diawali dengan gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah,
papiledema, gangguan penglihatan, dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor
neurinoma dan ependimoma mensekresi sejumlah besar protein ke dalam likuor,
yang dapat menghambat aliran likuor di dalam kompartemen subarakhnoid spinal,
dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian
hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma intraspinal primer.5

Bagian tubuh yang menimbulkan gejala bervariasi tergantung letak tumor


di sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada bagian tubuh
yang selevel dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi tumor. Contohnya, pada
tumor di tengah medula spinalis (pada segmen thorakal) dapat menyebabkan nyeri
yang menyebar ke dada depan (girdleshape pattern) dan bertambah nyeri saat
batuk, bersin, atau membungkuk. Tumor yang tumbuh pada segmen cervical
dapat menyebabkan nyeri yang dapat dirasakan hingga ke lengan, sedangkan
tumor yang tumbuh pada segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya nyeri
punggung atau nyeri pada tungkai.7
Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat
dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis

Lokasi Tanda dan Gejala


Foramen Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh
Magnum lambat sehingga sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan
tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan
hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis kedua (C2).
Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ; batuk,
mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat
memperburuk  nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik
dan motorik pada tangan dengan pasien yang melaporkan
kesulitan menulis atau memasang kancing. Perluasan tumor
menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya sensasi secara
bermakna. Gejala-gejala lainnya adalah pusing, disartria,
disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas, mual dan muntah, serta
atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Temuan
neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup
hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX
hingga N.XI, dan kelemahan ekstremitas.

Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi


radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga
menyerang tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis
bagian atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi
suplai darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior.
Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan
lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat
menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas (biseps,
brakioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang
tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6,
melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7, dan lesi C7
menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.

Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada


ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia.
Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan
pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan
nyeri akibat gangguan intratorakal dan intraabdominal. Pada lesi
torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda
Beevor (umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi
telentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat
menghilang.

Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor
yang melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak
segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf
desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi.
Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak
mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks
kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul
dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks
lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral.
Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang
melibatkan lumbal bagian bawah dan segmensegmen sakral
bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot
perineum, betis dan kaki, serta kehilangan refleks pergelangan
kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang
disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan
tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah.

Kauda Ekuina Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda -


tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau
perineum, yang kadangkadang menjalar ke tungkai. Paralisis
flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan
terkadang asimetris.

Tumor Ekstradural
Sebagian besar merupakan tumor metastase, yang menyebabkan kompresi
pada medula spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat
merupakan gejala awal pada 30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari,
minggu/bulan diikuti dengan gejala mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks,
yang mulanya hilang dengan istirahat, tetapi semakin lama semakin
menetap/persisten, sehingga dapat merupakan gejala utama, walaupun terdapat
gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini
dapat terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae,
nyeri demikian lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.

a. Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural.8


Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Sebagian besar tumor spinal (>80 %) merupakan metastasis
keganasan terutama dari paru-paru, payudara, ginjal, prostat,
kolon, tiroid, melanoma, limfoma, atau sarkoma.
 Yang pertama dilibatkan adalah korpus vertebra. Predileksi
lokasi metastasis tumor paru, payudara dan kolon adalah
daerah toraks, sedangkan tumor prostat, testis dan ovarium
biasanya ke daerah lumbosakral.
 Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level
torakal, karena diameter kanalisnya yang kecil (kira-kira hanya
1 cm).
 Gejala akibat metastasis spinal diawali dengan nyeri lokal yang
tajam dan kadang menjalar (radikuler) serta menghebat pada
penekanan atau palpasi.

Tumor Intradural-Ekstramedular.7
Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik
progresif. Kejadiannya ± 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak
adalah neurinoma pada laki-laki dan meningioma pada wanita.

a. Neurinoma (Schwannoma)
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Berasal dari radiks dorsalis
 Kejadiannya ± 30% dari tumor ekstramedular
 2/3 kasus keluhan pertamanya berupa nyeri radikuler, biasanya
pada satu sisi dan dialami dalam beberapa bulan sampai tahun,
sedangkan gejala lanjut terdapat tanda traktus piramidalis
 39% lokasinya disegmen thorakal
b. Meningioma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 ± 80% terletak di regio thorakalis dan ±60% pada wanita usia
pertengahan
 Pertumbuhan lambat
 Pada ± 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering
dengan gejala traktus piramidalis dibawah lesi, dan sifat nyeri
radikuler biasanya bilateral dengan jarak  waktu timbul gejala lain
lebih pendek 

Tumor Intradural-Intramedular.5,7 

Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti rasa
terbakar dan menusuk, kadang-kadang bertambah dengan rangsangan ringan
seperti electric shock like  pain (Lhermitte sign).

a. Ependimoma
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Rata-rata penderita berumur di atas 40 tahun
 Wanita lebih dominan
 Nyeri terlokalisir di tulang belakang
 Nyeri meningkat saat malam hari atau saat bangun
 Nyeri disestetik (nyeri terbakar)
 Menunjukkan gejala kronis
 Jenis miksopapilari rata-rata pada usia 21 tahun, pria lebih dominan
b. Astrositoma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Prevalensi pria sama dengan wanita
 Nyeri terlokalisir pada tulang belakang
 Nyeri bertambah saat malam hari
 Parestesia (sensasi abnormal)
c. Hemangioblastoma
Memiliki karakter sebagai berikut:
 Gejala muncul pertama kali saat memasuki usia 40 tahun
 Penyakit herediter (misal, Von Hippel-Lindau Syndrome) tampak
pada 1/3 dari  jumlah pasien keseluruhan.
 Penurunan sensasi kolumna posterior
 Nyeri punggung terlokalisir di sekitar lesi

Diagnosis
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula
spinalis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di
bawah ini.4

a. Laboratorium

Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan


xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam
mengambil dan memperoleh cairan spinal dari pasien dengan tumor
medula spinalis harus berhati-hati karena blok  sebagian dapat berubah
menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis yang
komplit.

b. Foto Polos Vertebrae

Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan


ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada
tulang belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi
patologis, scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik
(mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.

c. CT-scan

CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan


terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan
ini juga dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan
dan keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter
mengevaluasi hasil terapi dan melihat progresifitas tumor.

d. MRI

Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang


mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan
gambar tumor yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas
dibandingkan dengan CT-scan.

Tatalaksana
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis
secara maksimal. Kebanyakan tumor intraduralekstramedular dapat direseksi
secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post
operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif
secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi
dengan terapi radiasi post operasi.9,10

Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :9,11

a. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin


juga menghasilkan perbaikan neurologis).
b. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
 Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan
sistemik  kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang;
analgesik untuk nyeri.
 Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000
cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di
bawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi dengan
komplikasi yang lebih sedikit.
c. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok
dan kecepatan deteriorasi
 bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat:
penatalaksanaan sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi,
teruskan deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV setiap 6
jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama
2 minggu.
 bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan
deksamethason 4 mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama
perawatan sesuai toleransi.
d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak
dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
e. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan
teknik  myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan
pada pembedahan tumor medula spinalis.

Pembahasan
1. Dasar diagnosis klinis
Tuan M, 39 mengeluhkan lemah pada kedua lengan dan tungkai, tidak bisa
menggerakkan lengan sama sekali dan mati rasa. Tungkai hanya bisa digerakkan
terbatas, ada benjolan dan kaku pada leher, tidak bisa digerakkan ke kiri dan ke
kanan. Keluhan lain yaitu kulit gatal, bersisik dan lidah bercak putih. Pada tahun
2009 pasien diketahui terkena HIV dan putus ARV empat kali sampai sekarang.

Pasien didiagnosis Mielopati cervical ec tumor medula spinalis + B20 +


Tinea cruris et corporis. Defisit neurologis dapat disebabkan oleh sesuatu yang
beruhubungan dengan medulla spinalis. Etiologi terbanyak yaitu berhubungan
dengan penyakit degenaratif spinal dan kompresi medulla spinalis oleh massa
ekstradural yang disebabkan oleh metastasis tumor ke tulang belakang. Penyebab
lain seperti tumor spinal, infeksi, inflamasi, neurodegenerative, vascular, nutrisi
dan gangguan idiopatik lain yang mengarah ke myelopati.

Kondisi seperti hiv/aids menyebabkan terjadinya immunkompromise


sehingga mudah untuk mengalami infeksi opportunistic seperti tinea. Selain itu
beberapa teori juga menyebabkan infeksi virus dapat memicu terjadinya tumor.
Menurut teori penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini
masih dalam tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan
kimia yang bersifat karsinogenik. Pada pasien ini terdapat tumor di medulla
spinalis sehingga menimbulkan deficit neurologis.

2. Dasar diagnosis topik

Berdasarkan anamnesis terdapat kelemahan pada ke empat anggota gerak,


hilangnya sensasi sensorik dan kaku pada leher,.Gejala dan tanda yang dapat kita
temukan pada pasien ini adalah tetraresis dan hipestesia setinggi cervical 3 –
cervical 5. Defisit neurologis yang ditemukan pada pasien ini diduga disebabkan
oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior.

3. Dasar diagnosis etiologi


Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik. Pasien memiliki tanda defisit
neurogis yang berhubungan dengan medulla spinalis seperti kelemahan pada ke
empat ekstremitas dan hilangnya sensasi sensorik. Pasien juga mengeluhkan ada
benjolan pada leher kanan, kaku dan nyeri, mengeluhkan berat badan turun curiga
ada keganasan dekat medula spinalis. Keluhan lain yaitu kulit gatal, bersisik dan
lidah bercak putih. Pada tahun 2009 pasien diketahui terkena HIV dan putus
ARV empat kali sampai sekarang. Pasien memiliki infeksi virus yang mana tumor
medulla spinalis dapat muncul karena beberapa etiologi salah satunya yaitu
infeksi virus.

4. Dasar pemeriksaan penunjang


 Tes darah rutin (untuk menemukan perubahan yang menunjukkan infeksi)

 Tes kimia darah dan elektrolit (untuk mengetahui apakah ada proses
ekstrakranial yang terlibat)

 Rontgen dada: untuk mengetahui etiologi kasus ini apakah tumor primer
ada.

 MRI Cervical: untuk mencari etiologi kasus ini Pemeriksaan ini dapat
membedakan jaringan sehat dan jaringan yang mengalami kelainan secara
akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor yang letaknya
berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.

5. Dasar diagnosis akhir


Mielopati cervical ec susp tumor medula spinalis + B20 + Tinea cruris et
corporis. Dasar diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dengan MRI didapatkan
kesan massa inhomogen di paravertebra dextra setinggi VC 2-4 sangat mungkin
Neurogenic tumior dengan kecurigaan malignancy dd/ Malignant pheriperal
Nerve sheat tumor sehingga dapat menegakkan penyebab dari diagnosis.

6. Dasar tatalaksana
Inj. Mecobalamin 3 x 500mg terapi suportif. Mecobalamin adalah koenzim yang
mengandung vitamin B12 yang ikut berpartisipasi dalam reaksi transmetilasi.
Mecobalamin adalah homolog vitamin B12 yang paling aktif di dalam tubuh.
Mecobalamin bekerja dengan memperbaiki jaringan syaraf yang rusak..

Kemudian dikonsulkan ke dokter bedah saraf untuk tindakan selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Marquis BO, Capone PM. Myelopathy. In : Handbook of Clinical


Neurology. 3rd series. USA : Elsevier;2016:p. 1015-26.

2. Ghezzi A, Baldini SM, Zaffaroni M. Differential diagnosis of acute


myelopathies. Neurol Sci. 2001; 22 (Suppl 2). p. S60-4.

3. Hakim A.A. 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan


Sumsum Tulang Belakang. Medan: Universitas Sumatera Utara.

4. National Institue of Neurological Disorders and Stroke. 2020. Brain and


Spinal Cord Tumors-Hope Through Research.

5. Harrop D.S and Sharan A.D. 2016. Spinal cord tumors-Management of


intradural intramedullary neoplasm.

6. Zhang HY, Cho YE, Kim YS. Thermogtaphics findings of spinal cord
tumor. Am J Med Thermol 1.2014;(1): 55-67.

7. Japardi, Iskandar. 2002.  Radikulopati Thorakalis. [serial online].


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedahiskandar
%20japardi43.pdf . [06 sept 2021].

8. Mumenthaler M, Mattle H. 2006. Fundamental of neurology. New York:


Thieme. p. 146-7.

9. Raj VS and Lofton LT. Invited review: rehabilitation and treatment of


spinal cord tumors. The Journal of Spinal Cord Medicine. 2013; 36(1):1-8.

10. Chamberlain MC and Tredway TL. Adult primary intradural spinal cord
tumors: a review. Curr Neurol Neurosci Rep. 2011; 11(2):320-8.

11. Serban D, Calina NA, Exergian F, Podea M, Zamfir C, Morosanu E, et al.


The upper cervical spine tumor pathology C1-C2- therapeutic attitude.
Romanian Nurosurgery Journal. 2012; 19(4): 251-63.

Anda mungkin juga menyukai