MIELOPATI CERVIKAL
Oleh:
Wendiono Alka
1908436747
Pembimbing:
dr. Enny Lestari, M.Biomed , Sp.S
I. Identitas pasien
Nama Tn. MN
Umur 39 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Alamat Jl. Telaga Biru Parit, Tembilahan Hulu
Agama Islam
Status pernikahan Menikah
Pekerjaan Pegawai Negeri
Masuk RS 31 Agustus 2021
No RM 01069090
II. ANAMNESIS :
Autoanamnesis dengan pasien (01 September 2021)
Keluhan utama
Kelemahan pada keempat anggota gerak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat penyakit sekarang
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan lemah pada
kedua lengan dan tungkai. Pasien tidak bisa menggerakkan lengan sama sekali
dan mati rasa. Pada tungkai hanya bisa menggerakkan dengan terbatas. Sebelum
mengeluhkan lemah pada anggota gerak, pasien terjatuh tersandung dengan posisi
kepala terdongak kebelakang dan leher tertekan. Pasien lansung dibawa ke
Puskesmas Rengat, kemudian pasien di rujuk ke RSUD Indrasari Rengat. Pasien
dirawat selama satu minggu, dilakukan pemeriksaan rontgen leher, kemudian
dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan MRI leher, namun karena tidak
tersedianya alat di RSUD tersebut, pasien dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad
Pekanbaru. Berat badan turun 4 kg dalam 4 bulan. Keluhan benjolan ditempat lain
(-), nyeri kepala hebat (-), muntah menyembur(-), riwayat sesak nafas (-), nyeri
dada (-), batuk lama dan batuk darah (-), keringat berlebihan pada malam hari (-),
BAB dan BAK tidak ada keluhan. Keluhan lain yaitu kulit gatal, bersisik dan
lidah bercak putih
Pada tahun 2009 pasien diketahui terkena HIV, awalnya pasien lemah dan
sempat pingsan kemudian di bawa ke rumah sakit, dirumah sakit sempat diperiksa
dan didapatkan hasil CD4 rendah, pasien memiliki riwayat penggunaan jarum
suntik, dan juga memiliki tato pada lengan dan kaki kanan. Pasien diberi terapi
ARV namun tidak pernah dilanjutkan sempat putus ARV empat kali sampai
sekarang.
Pada tahun 2019 pasien mengeluhkan kulit gatal pada daerah kaki, kulit
gatal juga disertai kulit yang bersisik, kemudian pasien berobat namun keluhan
tidak hilang. Pada tahun 2020 pasien mengeluhkan ada benjolan pada leher
sebelah kanan, pasien tidak mengetahui benjolan mulanya sebesar apa, tetapi
pasien mengatakan benjolan diketahui semakin membesar, terasa keras, terkadang
nyeri, benjolan tidak bisa digerakkan.
Delapan bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa kaku pada leher,
tidak bisa digerakkan ke kiri dan ke kanan, kedua lengan dan tungkai terasa kebas,
namun belum mati rasa. Empat bulan sebelum masuk rumah sakit kaku pada leher
pasien disertai dengan nyeri yang terkadang menjalar sampai ke belakang kepala.
Pasien juga mengeluhkan keluhan pada kulit semakin memberat, keluhan pada
kulit tidak hanya dirasakan pada kaki, namun juga pada perut dan sela paha.
Pasien juga mengatakan lidah ada bercak putih.
Sosial ekonomi
Pasien seorang Pegawai Negeri Sipil
Riwayat merokok sejak usia 12 tahun, 2 bungkus per hari. BI: Berat
Narkoba (+) jenis sabu dan putau.
Minum alkohol (+).
Resume
Tn. MN, 39 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 01 September 2021.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan lemah pada kedua
lengan dan tungkai, tidak bisa menggerakkan lengan sama sekali dan mati rasa.
Tungkai hanya bisa digerakkan terbatas. Sebelum mengeluhkan lemah pada
anggota gerak, pasien terjatuh tersandung dengan posisi kepala terdongak
kebelakang dan leher tertekan. Berat badan turun 4 kg dalam 4 bulan. Keluhan
benjolan ditempat lain (-). Keluhan lain yaitu kulit gatal, bersisik dan lidah bercak
putih. Pada tahun 2009 pasien diketahui terkena HIV dan putus ARV empat kali
sampai sekarang. Pada tahun 2020 pasien mengeluhkan ada benjolan kemudian
merasa kaku pada leher, tidak bisa digerakkan ke kiri dan ke kanan hingga
sekarang.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Chvostek - -
Badan
Trofi Eutropi Eutropi Normal
Gerakan involunter - -
V. SISTEM SENSORIK
Kanan Kiri Interpretasi
↓ C 3-5 ↓ C3-5
Raba Hipestesia
Nyeri ↓ C 3-5 ↓ C 3-5 setinggi C 3 -
Suhu ↓ C 3-5 ↓ C 3-5 C5
Propioseptif
Terganggu Terganggu
VI. REFLEKS
Kanan Kiri Interpretasi
Fisiologis
Biceps (+) (+)
Triceps (+) (+) Refleks fisiologis meningkat
Knee (++) (++)
Ankle (++) (++)
Patologis
Babinsky (+) (+)
Chaddock (-) (-)
HoffmanTromer (-) (-) Refleks patologis (+)
Openheim (-) (-)
Schaefer (-) (-)
VII. KOORDINASI
Kanan Kiri Interpretasi
Point to point movement Normal Normal
Walk heel to toe
Sulit dinilai
Gait Sulit dinilai Sulit dinilai
Tandem Sulit dinilai Sulit dinilai
Romberg Sulit dinilai Sulit dinilai
VIII. AUTONOM
Miksi : Gangguan miksi (-)
Defekasi : BAB (tidak ada keluhan)
XI. DIAGNOSIS:
DIAGNOSIS KLINIS : Tetraparesis tipe UMN
Hipestesia setinggi cervical 3 – cervical 5
B20 + Tinea cruris et corporis
DIAGNOSIS TOPIK : Medula spinalis setinggi cervical 3 – cervical 5
DIAGNOSIS ETIOLOGIK : Susp tumor medula spinalis
DIAGNOSIS BANDING : Susp spondilitis TB
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
o Darah rutin
o Kimis darah dan elektrolit
o Serologi HIV
o Rontgen toraks
o MRI Cervical
Kesan
Cor: Dalam batas normal
Pulmo: Dalam batas normal
DIAGNOSIS AKHIR
Mielopati cervical ec susp tumor medula spinalis + B20 + Tinea cruris et corporis
Tatalaksana :
Non farmakologi:
1. IVFD NaCl 0,9% 20 dpm
Farmakologi:
1. Inj Omeprazole 1x40 mg
2. Cotrimoxazole 1x2 tab
3. Inj. Mecobalamin 3 x 500mg
4. Curcuma 3x1
5. Kapsul garam 3x500mg
6. Ketokonazole 1x200 (10 hari)
7. Ketokonazole cream 2x (setelah kompres NaCl)
FOLLOW UP
Tanggal Subjective Assessment
Objective
02 Subjective: Assessment :
September, Leher kaku, lemah keempat anggota B20 + Mielopati cervikal ec
2021 gerak, kulit perut dan sela paha tumor medula spinalis + Tinea
bersisik. cruris et corporis
Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit sedang - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
kesadaran : komposmentis, E4M6V5 - Inj Omeprazole 1x40 mg
TD : 124/83 mmHg
- Cotrimoxazole 1x2 tab
RR : 20 tpm
HR : 100 bpm - Inj. Mecobalamin 3 x
Suhu : 36.5C
500mg
Nervus cranialis : dalam batas
normal - Curcuma 3x1
Motorik :
- Kapsul garam 3x500mg
111 111
444 444 - Ketokonazole 1x200 (10
hari)
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
Reflex : Fisiologis (meningkat) - Ketokonazole cream 2x
Pathologis (+)
(setelah kompres NaCl)
Elektrolit: (02/09/2021) Jika kerak hilang dengan
Na+ : 132 mmol/L (L) kompres, kompres dengan
K+ : 4,9 mmol/L
NaCl 2x10menit dengan 3
Cl- : 100 mmol/L
lapis kasa.
Hasil MRI Cervical
Kesan:
Massa inhomogen di paravertebra
dextra setinggi VC 2-4 sangat
mungkin Neurogenic tumior dengan
kecurigaan malignancy dd/
Malignant pheriperal Nerve sheat
tumor
Masa mendesak dan mengobliterasi
canalis setinggi VC 3
Kompresi dan destrusi corpus VC 3
dengan fragmen posterior menekan
canalis spinalis
Stenosis sedang canalis spinalis
setinggi VC 3 (Foto terlampir)
Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 123/80 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 92 bpm
Suhu : 36.8C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
Motorik : - Ketokonazole 1x200 (10
111 111
hari)
444 444
- Ketokonazole cream 2x
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
(setelah kompres NaCl)
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+) Jika kerak hilang dengan
kompres, kompres dengan
NaCl 2x10menit dengan 3
lapis kasa.
Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 117/72 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 98 bpm
Suhu : 36.6C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
- Ketokonazole 1x200 (10
hari)
Motorik :
111 111 - Ketokonazole cream 2x
444 444
(setelah kompres NaCl)
Sensorik : Hipoestesia C3-C5 Jika kerak hilang dengan
Reflex : Fisiologis (meningkat)
kompres, kompres dengan
Pathologis (+)
NaCl 2x10menit dengan 3
lapis kasa.
Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 138/80 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 89 bpm
Suhu : 36.8C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
Motorik : - Ketokonazole 1x200 (10
111 111
hari)
444 444
- Ketokonazole cream 2x
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
(setelah kompres NaCl)
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+) Jika kerak hilang dengan
kompres, kompres dengan
NaCl 2x10menit dengan 3
lapis kasa.
Plan :
Objective: - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
keadaan umum : tampak sakit - Inj Omeprazole 1x40 mg
sedang - Cotrimoxazole 1x2 tab
kesadaran : komposmentis,
- Inj. Mecobalamin 3 x
E4M6V5
TD : 132/89 mmHg 500mg
RR : 20 tpm
- Curcuma 3x1
HR : 88 bpm
Suhu : 36.6C - Kapsul garam 3x500mg
Nervus cranialis : dalam batas
- Ketokonazole 1x200 (10
normal
Motorik : hari)
111 111
- Ketokonazole cream 2x
444 444
(setelah kompres NaCl)
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
Jika kerak hilang dengan
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+) kompres, kompres dengan
NaCl 2x10menit dengan 3
Konsul Bedah saraf
Konsul SpKFR lapis kasa.
Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 118/78 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 88 bpm
Suhu : 36.8C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
Motorik : - Ketokonazole 1x200 (10
111 111
hari)
444 444
- Ketokonazole cream 2x
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
(setelah kompres NaCl)
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+) Jika kerak hilang dengan
kompres, kompres dengan
Elektrolit(07/09/2021)
Na+ : 138 mmol/L
K+ : 4,9 mmol/L
Cl- : 100 mmol/L
Objective: Plan :
keadaan umum : tampak sakit - IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
sedang - Inj Omeprazole 1x40 mg
kesadaran : komposmentis,
- Cotrimoxazole 1x2 tab
E4M6V5
TD : 128/79 mmHg - Inj. Mecobalamin 3 x
RR : 20 tpm
500mg
HR : 108 bpm
Suhu : 36.8C - Curcuma 3x1
Nervus cranialis : dalam batas
- Kapsul garam 3x500mg
normal
Motorik : - Ketokonazole 1x200 (10
111 111
hari)
444 444
- Ketokonazole cream 2x
Sensorik : Hipoestesia C3-C5
(setelah kompres NaCl)
Reflex : Fisiologis (meningkat)
Pathologis (+)
Fisioterapi
Free aktif excercise
Edukasi
TINJAUAN PUSTAKA
Myelopati
Definisi
Istilah myelopathy mendeskripsikan keadaan patologis yang menyebabkan
deficit neurologi yang beruhubungan dengan medulla spinalis. Etiologi terbanyak
yang menyebabkan myelopati berhubungan dengan penyakit degenaratif spinal
dan kompresi medulla spinalis oleh massa ekstradural yang disebabkan oleh
metastasis tumor ke tulang belakang. Penyebab lain seperti tumor spinal, infeksi,
inflamasi, neurodegenerative, vascular, nutrisi dan gangguan idiopatik lain yang
mengarah ke myelopati.1
Klasifikasi
Sicard dan Forstier mengklasifikasikan myelopati menjadi dua yaitu :
1. Myelopati kompresif
Penyakit kompresi pada sumsum tulang belakang dibagi menjadi akut dan
kronis, antara lain perubahan degeneratif, trauma, infiltrasi tumor, malformasi
vaskular, infeksi dengan pembentukan abses, dan syringomyelia. Penyakit
kompresif adalah penyebab utama mielopati pada pasien yang lebih tua. Ini
memiliki perjalanan kronis dan biasanya tidak kambuh. Kelley dkk. menjelaskan
bahwa tidak ada pasien dengan mielopati kompresif yang membaik dengan
kortikosteroid intravena.2
2. Myelopati non-kompresif
Setelah kompresi disingkirkan sebagai etiologi mielopati, riwayat klinis
dianalisis secara mendalam dan pemeriksaan klinis yang cermat dilakukan untuk
mencari penyebab inflamasi. Diagnosis mielopati inflamasi memerlukan bukti
adanya peradangan sumsum tulang belakang. Saat ini, analisis MRI dan cairan
serebrospinal (CSF) adalah satu-satunya alat yang tersedia untuk menentukan
adanya peradangan. Perlu ada peningkatan gadolinium pada sumsum tulang
belakang, pleositosis di CSF atau indeks imunoglobulin G yang tinggi di CSF,
dengan rentang waktu antara empat jam dan empat minggu. Jika tidak ada temuan
ini pada saat timbulnya gejala, MRI dan lumbal tap harus diulang dua hingga
tujuh hari kemudian.2
Tumor medula spinalis
Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi
pada daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas tumor
primer dan tumor sekunder. Tumor primer dibagi menjadi tumor primer jinak dan
tumor primer ganas. Tumor primer jinak yang berasal dari tulang yaitu osteoma
dan kondroma, yang berasal dari serabut saraf disebut neurinoma (Schwannoma),
berasal dari selaput otak disebut Meningioma dan yang berasal dari jaringan otak
yaitu Glioma dan Ependimoma. Tumor primer ganas yang berasal dari jaringan
saraf yaitu Astrocytoma, Neuroblastoma, yang berasal dari sel muda seperti
Kordoma. Tumor sekunder merupakan metastase dari tumor ganas di daerah
rongga dada, perut , pelvis dan tumor payudara.3
Etiologi
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam
tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang
bersifat karsinogenik. Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-
sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang
kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula
spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.4
Klasifikasi
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi
menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak
maupun ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan
metastasis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru,
payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor primer
yang bersifat ganas contohnya adalah astrositoma, neuroblastoma, dan kordoma,
sedangkan yang bersifat jinak contohnya neurinoma, glioma, dan ependimoma.3
Manifestasi klinis
Menurut Cassiere, perjalanan penyakit tumor medula spinalis terbagi
dalam tiga tahapan, yaitu:7
Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler,
nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler
merupakan indikasi pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis
dan disebut pseudo neuralgia pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal
sifat nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler,
24% nyeri funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas. 7 Nyeri radikuler dicurigai
disebabkan oleh tumor medula spinalis bila:
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor
yang melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak
segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf
desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi.
Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak
mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks
kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul
dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks
lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral.
Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang
melibatkan lumbal bagian bawah dan segmensegmen sakral
bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot
perineum, betis dan kaki, serta kehilangan refleks pergelangan
kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang
disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan
tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah.
Tumor Ekstradural
Sebagian besar merupakan tumor metastase, yang menyebabkan kompresi
pada medula spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat
merupakan gejala awal pada 30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari,
minggu/bulan diikuti dengan gejala mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks,
yang mulanya hilang dengan istirahat, tetapi semakin lama semakin
menetap/persisten, sehingga dapat merupakan gejala utama, walaupun terdapat
gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini
dapat terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae,
nyeri demikian lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.
Tumor Intradural-Ekstramedular.7
Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik
progresif. Kejadiannya ± 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak
adalah neurinoma pada laki-laki dan meningioma pada wanita.
a. Neurinoma (Schwannoma)
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
Berasal dari radiks dorsalis
Kejadiannya ± 30% dari tumor ekstramedular
2/3 kasus keluhan pertamanya berupa nyeri radikuler, biasanya
pada satu sisi dan dialami dalam beberapa bulan sampai tahun,
sedangkan gejala lanjut terdapat tanda traktus piramidalis
39% lokasinya disegmen thorakal
b. Meningioma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
± 80% terletak di regio thorakalis dan ±60% pada wanita usia
pertengahan
Pertumbuhan lambat
Pada ± 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering
dengan gejala traktus piramidalis dibawah lesi, dan sifat nyeri
radikuler biasanya bilateral dengan jarak waktu timbul gejala lain
lebih pendek
Tumor Intradural-Intramedular.5,7
Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti rasa
terbakar dan menusuk, kadang-kadang bertambah dengan rangsangan ringan
seperti electric shock like pain (Lhermitte sign).
a. Ependimoma
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
Rata-rata penderita berumur di atas 40 tahun
Wanita lebih dominan
Nyeri terlokalisir di tulang belakang
Nyeri meningkat saat malam hari atau saat bangun
Nyeri disestetik (nyeri terbakar)
Menunjukkan gejala kronis
Jenis miksopapilari rata-rata pada usia 21 tahun, pria lebih dominan
b. Astrositoma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Prevalensi pria sama dengan wanita
Nyeri terlokalisir pada tulang belakang
Nyeri bertambah saat malam hari
Parestesia (sensasi abnormal)
c. Hemangioblastoma
Memiliki karakter sebagai berikut:
Gejala muncul pertama kali saat memasuki usia 40 tahun
Penyakit herediter (misal, Von Hippel-Lindau Syndrome) tampak
pada 1/3 dari jumlah pasien keseluruhan.
Penurunan sensasi kolumna posterior
Nyeri punggung terlokalisir di sekitar lesi
Diagnosis
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula
spinalis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di
bawah ini.4
a. Laboratorium
c. CT-scan
d. MRI
Tatalaksana
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis
secara maksimal. Kebanyakan tumor intraduralekstramedular dapat direseksi
secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post
operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif
secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi
dengan terapi radiasi post operasi.9,10
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :9,11
Pembahasan
1. Dasar diagnosis klinis
Tuan M, 39 mengeluhkan lemah pada kedua lengan dan tungkai, tidak bisa
menggerakkan lengan sama sekali dan mati rasa. Tungkai hanya bisa digerakkan
terbatas, ada benjolan dan kaku pada leher, tidak bisa digerakkan ke kiri dan ke
kanan. Keluhan lain yaitu kulit gatal, bersisik dan lidah bercak putih. Pada tahun
2009 pasien diketahui terkena HIV dan putus ARV empat kali sampai sekarang.
Tes kimia darah dan elektrolit (untuk mengetahui apakah ada proses
ekstrakranial yang terlibat)
Rontgen dada: untuk mengetahui etiologi kasus ini apakah tumor primer
ada.
MRI Cervical: untuk mencari etiologi kasus ini Pemeriksaan ini dapat
membedakan jaringan sehat dan jaringan yang mengalami kelainan secara
akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor yang letaknya
berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.
6. Dasar tatalaksana
Inj. Mecobalamin 3 x 500mg terapi suportif. Mecobalamin adalah koenzim yang
mengandung vitamin B12 yang ikut berpartisipasi dalam reaksi transmetilasi.
Mecobalamin adalah homolog vitamin B12 yang paling aktif di dalam tubuh.
Mecobalamin bekerja dengan memperbaiki jaringan syaraf yang rusak..
6. Zhang HY, Cho YE, Kim YS. Thermogtaphics findings of spinal cord
tumor. Am J Med Thermol 1.2014;(1): 55-67.
10. Chamberlain MC and Tredway TL. Adult primary intradural spinal cord
tumors: a review. Curr Neurol Neurosci Rep. 2011; 11(2):320-8.