Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nur Eki Febriansah

NIM : 180621014
MK : Kimia Organik II

1. Berdasarkan analisis jurnal yang ada maka dapat di deskripsikan sebagai berikut :
Nama Resep :
Daun Belimbing Wukuh (Everrhoa blimbi L.) sebagai Pengobatan Diabetes Melitus
Cara Pembuatan :
1. Daun belimbing wuluh dicuci hingga bersih, kemudian dirajang, dan ditimbang.
2. Daun belimbing wuluh yang sudah dirajang kemudian dimasukkan ke dalam bejana atau toples dan
ditambahkan pelarut air atau etanol 70 % dengan berbagai rasio bahan pelarut (b/v) (1:4 ; 1:5 ; 1:6).
3. Daun belimbing wuluh dan pelarut yang telah tercampur kemudian ditutup rapat agar terlindung dari
sinar matahari.
4. Kemudian diamkan selama + 24 jam untuk proses ekstraksi.
5. Pisahkan filtrat dan residu dengan menggunakan corong yang telah dengan kain saring dan kertas saring
kasar.
6. Setelah diperoleh filtrat, kemudian dievaporasi dengan suhu 75o C hingga total padatan terlarut mencapai
60o untuk menghilangkan pelarut

Fungsi dan Zat yang terkandung :


Sebagai bahan obat yang digunakan adalah rebusan daun belimbing wuluh. Zat aktif yang bisa di
dapat pada daun belimbing wuluh antara lain adalah saponin dan flavonoid. Saponin berfungsi sebagai anti
hiperglikemik dengan cara mencegah pengambilan glukosa pada brush borderdi usus halus.Sedangkan
flavonoid merupakan alfaglukosidase yang berfungsi untuk menunda absorbsi karbohidrat sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.11 Flavonoid merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang paling
banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik
dengan struktur kimia C6-C3-C6. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik B dan cincin tengah
berupa heterosiklik yang mengandung oksigen. Flavonoid bekerja dengan cara denaturasi protein. Proses
ini juga menyebabkan gangguan dalam pembentukan sel sehingga merubah komposisi komponen protein.
Fungsi membran sel yang terganggu dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas sel, diikuti dengan
terjadinya kerusakan sel bakteri. Kerusakan tersebut menyebabkan kematian sel bakteri. Flavonoid
berfungsi untuk menjaga pertumbuhan normal dan pertahanan terhadap pengaruh infeksi dan kerusakan.

2. Berdasarkan hasil analisis jurnal yang ada maka dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Nama Resep :
Stik Daging dan Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Cara Pembuatan :
A. Preparasi Pembuatan Stik Ikan Bandeng
Preparasi tulang ikan bandeng adalah memisahkan bahan-bahan yang akan diolah menjadi stik ikan
bandeng. Penelitian stik ikan bandeng ini akan dibuat dari tiga macam variasi bahan baku yaitu daging ikan,
tulang ikan dan ikan utuh. Stik ikan utuh adalah stik dengan bahan dasar tulang dan daging dalam satu ikan
utuh. Pada bahan baku tulang ikan dilakukan preparasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pembuatan stik
tulang ikan. Preparasi pada tulang ikan bandeng adalah memisahkan antara tulang, ekor, sirip dan kepala
ikan dengan daging ikan setelah itu di presto. Awal prosesnya adalah dengan mencuci dan membersihkan
ikan dengan air mengalir. Setelah itu direndam dalam air perasan jeruk nipis untuk mengilangkan bau amis
pada ikan. Tulang dan kepala ikan yang telah dipisahkan dari daging di presto selama 1,5 jam untuk
melunakkan tulang. Dibersihkan kembali tulang dari daging yang masih menempel pada tulang. Setelah itu
tulang dan kepala di blender hingga halus dan dicampurkan pada adonan stik ikan.
B. Pembuatan Stik Ikan Bandeng
Pembuatan stik ikan ini dibagi menjadi dua adonan yaitu: (1) adonan ikan bandeng masing-masing
150 g (daging, tulang dan utuh); (2) tepung terigu (250 g), tepung tapioka (10 g), garam (5 g), telur (1 butir),
bawang putih halus (10 g), bawang merah halus (10 g), baking powder (0,5 g), daun jeruk (5 lembar), air
perasan jeruk nipis (15 ml), dan margarin (50 g). Kemudian tepung terigu, tepung tapioka, garam, telur,
bawang putih halus, bawang merah halus, baking powder, dan margarin diaduk rata kemudian ditambahkan
air 50 ml pada lalu dicampurkan dengan adonan kedua yaitu daging ikan (150 g), tulang ikan (150 g), dan
utuh (150 g), kemudian diaduk sampai merata hingga adonan menjadi kalis. Selanjutnya adonan di pres
dengan pencetak mie sampai terbentuk lembaran lalu dipotong atau dicetak hingga berbentuk stik. Minyak
goreng (250 ml) dipanaskan dalam wajan dengan api kecil lalu masukkan lembaran stik dan digoreng
hingga warnanya berwarna kuning keemasan. Pada setiap variasi formulasi stik ikan bandeng ini dapat
menghasilkan 500 g stik. Setelah berwarna kekuningan diangkat dan ditiriskan.

Fungsi dan zat yang terkandung :


Penggunaan daging bandeng pada pembuatan stik memiliki pengaruh dalam peningkatan nilai
potein dan penurunan lemak. Nilai protein dan lemak pada stik daging adalah 13,08% dan 20,86%.
Penggunaan tulang bandeng memiliki pengaruh dalam peningkatan nilai kadar abu, sedangkan pada
penggunaan bandeng utuh memiliki pengaruh pada penurunan kadar air dan peningkatan kalsium. Maka
dari itu dapat disimpulkan stik ini termasuk kedalam camilan yang Berkalsium dan Berprotein Tinggi yang
bermanfaat untuk memperkuat, memperkokoh serta menjaga kesehatan tulang dan gigi, mencegah
osteoporosis, membantu pembuatan dan pengencangan otot.
Lampiran Analisis Jurnal

Analisis Jurnal Pengolahan Bahan Makanan


Analisis Jurnal I
A. Identitas jurnal
1. Nama Jurnal : Jurnal Teknologi Hasil Pertanian
2. Volume :X
3. Nomor :1
4. Halaman : 41-49
5. Tahun Penerbit : Februari 2017
6. Judul Jurnal : Pemanfaatan Daging dan Tulang Ikan Kembung ( Rastrelliger Kanagurta)
dalam Pembuatan Camilan Stik
7. Nama Penulis : Siswanti, Priscilla Yolanda Agnesia, R. Baskara Katri A
B. Isi Jurnal
Kepulauan Indonesia memiliki wilayah laut yang luas sehingga kaya akan sumber perikanan. Ikan
merupakan salah satu bahan makanan yang dibutuhkan manusia. Ikan sangat bermanfaat bagi manusia
sebab di dalamnya terdapat bermacam zat - zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein, vitamin
A, vitamin B1 dan vitamin B2. Selain itu apabila dibandingkan dengan sumber penghasil protein lain seperti
daging, dan susu, harga ikan relatif lebih murah. Salah satu sumber daya alam yang potensial adalah ikan
kembung yang merupakan salah satu komoditas yang sering dikonsumsi. Jurnal ini melakukan pengkajian
tentang pemanfaatan ikan kembung baik dagingnya, tulangnya, maupun ikan kembung utuh sebagai bahan
baku dalam pembuatan stik ikan. Stik hasil penelitian dianalisis secara sensoris (uji hedonik) maupun secara
kimiawi (uji kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat dan kalsium). Pada penelitian ini dibuat tiga macam
stik ikan, yaitu stik daging ikan kembung, stik tulang ikan kembung dan stik ikan kembung utuh. Adapun
tujuan penelitianya untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap karakteristik sensoris (warna, aroma, rasa,
tekstur dan overall) stik ikan kembung dengan penggunaan daging ikan, tulang ikan dan ikan kembung
utuh, serta mengetahui pengaruh penggunaan daging ikan, tulang ikan, dan ikan kembung utuh terhadap
karakteristik kimia (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan kalsium) stik ikan yang dihasilkan.
C. Tahapan Penelitian
Penelitian terdiri dari lima tahapan utama:
1. Analisis kimiawi ikan mentah (protein dan kalsium) Daging dan tulang ikan mentah yang sudah
dibersihkan dipisahkan dan dianalisis kadar protein dan kadar kalsiumnya secara terpisah.
2. Preparasi pembuatan stik Sebelum diolah, ikan terlebih dahulu dibersihkan dengan air mengalir, lalu
dilakukan pembuangan insang, sisik, mata dan isi perut. Lalu dilakukan pemisahan bagian ikan yang akan
dipakai sebagai variasi bahan stik, yaitu daging, tulang atau ikan kembung utuh. Setelah itu ikan dicuci
bersih dengan air mengalir dan direndam dalam 15 ml air perasan jeruk nipis selama 30 menit lalu ikan
dikukus dengan panci presto selama 1,5 jam. Dipastikan tidak ada bagian tulang yang menempel pada
daging dalam pembuatan stik daging ikan, begitu juga sebaliknya, dipastikan tidak ada daging yang
menempel pada tulang dalam pembuatan stik tulang ikan. Setelah itu ikan siap digiling lalu dicampurkan
ke dalam adonan yang telah disiapkan.
3. Pembuatan stik ikan Adonan dibagi menjadi dua, yaitu:
(1) ikan; (2) tepung terigu, tepung tapioka, garam, telur, bawang putih halus, bawang merah halus, baking
powder, daun jeruk, air perasan jeruk nipis dan margarin. Ikan dikukus dalam panci presto sampai lunak.
Bawang putih, bawang merah, garam dan daun jeruk nipis dihaluskan. Tepung terigu, tepung tapioka, telur,
bumbu yang telah dihaluskan, baking powder, dan margarin diaduk rata sampai setengah kalis lalu
campurkan ikan yang sudah dikukus, aduk sampai merata. Adonan dipres dengan pencetak mie sampai
terbentuk lembaran lalu dipotong-potong atau dicetak hingga berbentuk stik. Minyak goreng dipanaskan
dalam wajan lalu lembaran stik dimasukan sampai stik berwarna kuning keemasan. Setelah itu stik diangkat
dan ditiriskan.
4. Pengujian sensoris Stik yang sudah digoreng siap dianalisis sensoris (uji hedonik) berupa warna, aroma,
rasa, tekstur dan overall oleh panelis.
5. Pengujian kimia Stik dianalisi secara kimiawi yaitu analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar
protein, kadar kabohidrat dan kadar kalsium.

D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian secara ringkas dapat digambarkan dalam bentuk tabel dibawah ini :

E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa, stik ikan kembung adalah tekstur stik yang
paling disukai panelis adalah pada stik daging ikan. Aroma stik yang paling disukai panelis adalah pada
stik tulang ikan, dan warna, rasa, serta overall stik ikan yang paling disukai panelis adalah stik ikan utuh.
Semakin banyak penggunaan daging ikan dibanding tulang ikan dalam pembuatan stik, semakin
meningkatkan kadar air, kadar protein dan kadar karbohidrat. Semakin banyak penggunaan tulang ikan
dibanding daging ikan dalam pembuatan stik, semakin meningkat kadar abu, kadar lemak dan kadar
kalsium.
Analisis Jurnal II

A. Identitas jurnal
1. Nama Jurnal : Jurnal Teknologi Hasil Pertanian
2. Volume : IX
3. Nomor :2
4. Halaman : 65-77
5. Tahun Penerbit : Agustus 2016
6. Judul Jurnal : Penggunaan Daging dan Tulang Ikan Bandeng ( Chanos chanos ) pada Sti Ikan
sebagai Makanan Ringan Berkalsium dan Berprotein Tinggi
7. Nama Penulis : Amiza Fitri, R. Baskara Katri Anandito, Siswanti
B. Isi Jurnal
Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan sangat luas dan hanya seperlima saja
yang merupakan daratan. Wilayah laut yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam
(perikanan) yang sangat berlimpah tetapi belum dikembangkan secara optimal. Perairan laut Indonesia
memiliki banyak jenis ikan (sekitar 3.000 jenis ikan) (Bahar, 2004). Ikan juga berfungsi sebagai sumber
dari protein, mineral dan vitamin. Salah satu jenis ikan yang berpotensi adalah ikan bandeng yang
merupakan komoditas budidaya unggulan serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku
produk olahan yang lebih bervariasi. penelitian pada jurnal ini memanfaatkan ikan bandeng menjadi
camilan stik dengan 3 variasi yaitu, stik daging ikan, stik tulang ikan, serta stik ikan utuh. Produk stik ikan
dikaji mengenai sifat kimia dan penerimaan konsumen pada produk stik ikan bandeng. Tahapannya dibagi
menjadi dua tahap yaitu, tahap pertama adalah tahap membuat camilan stik ikan dengan perbedaan bahan
dasar sedangkan tahap kedua adalah mengetahui sifat kimia yang meliputi analisa air, protein, lemak, abu,
kalsium, selanjutnya dilakukan uji analisis sensoris untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap stik
tulang ikan bandeng.
C. Tahapan Penelitian
Dalam jurnal ini pelaksanaan penelitian terdiri dari terdiri atas lima tahapan utama yaitu:
1. Analisis Kimiawi Ikan (Protein dan Kalsium) Ikan bandeng yang masih segar dipisahkan antara daging,
tulang, ekor dan kepala ikan. Setelah dipisahkan, lalu dilakukan pengujian kimia di laboratorium untuk
mengetahui protein dan kalsium awal dari bahan baku.
2. Preparasi Pembuatan Stik Ikan Bandeng Preparasi tulang ikan bandeng adalah memisahkan bahan-bahan
yang akan diolah menjadi stik ikan bandeng. Penelitian stik ikan bandeng ini akan dibuat dari tiga macam
variasi bahan baku yaitu daging ikan, tulang ikan dan ikan utuh. Stik ikan utuh adalah stik dengan bahan
dasar tulang dan daging dalam satu ikan utuh. Pada bahan baku tulang ikan dilakukan preparasi terlebih
dahulu sebelum dilakukan pembuatan stik tulang ikan. Preparasi pada tulang ikan bandeng adalah
memisahkan antara tulang, ekor, sirip dan kepala ikan dengan daging ikan setelah itu di presto. Awal
prosesnya adalah dengan mencuci dan membersihkan ikan dengan air mengalir. Setelah itu direndam dalam
air perasan jeruk nipis untuk mengilangkan bau amis pada ikan. Tulang dan kepala ikan yang telah
dipisahkan dari daging di presto selama 1,5 jam untuk melunakkan tulang. Dibersihkan kembali tulang dari
daging yang masih menempel pada tulang. Setelah itu tulang dan kepala di blender hingga halus dan
dicampurkan pada adonan stik ikan.
3. Pembuatan Stik Ikan Bandeng Pembuatan stik ikan ini dibagi menjadi dua adonan yaitu: (1) adonan ikan
bandeng masing-masing 150 g (daging, tulang dan utuh); (2) tepung terigu (250 g), tepung tapioka (10 g),
garam (5 g), telur (1 butir), bawang putih halus (10 g), bawang merah halus (10 g), baking powder (0,5 g),
daun jeruk (5 lembar), air perasan jeruk nipis (15 ml), dan margarin (50 g). Kemudian tepung terigu, tepung
tapioka, garam, telur, bawang putih halus, bawang merah halus, baking powder, dan margarin diaduk rata
kemudian ditambahkan air 50 ml pada lalu dicampurkan dengan adonan kedua yaitu daging ikan (150 g),
tulang ikan (150 g), dan utuh (150 g), kemudian diaduk sampai merata hingga adonan menjadi kalis.
Selanjutnya adonan di pres dengan pencetak mie sampai terbentuk lembaran lalu dipotong atau dicetak
hingga berbentuk stik. Minyak goreng (250 ml) dipanaskan dalam wajan dengan api kecil lalu masukkan
lembaran stik dan digoreng hingga warnanya berwarna kuning keemasan. Pada setiap variasi formulasi stik
ikan bandeng ini dapat menghasilkan 500 g stik. Setelah berwarna kekuningan diangkat dan ditiriskan.
4. Analisis Sensoris Analisis sensoris pada stik ikan bandeng adalah menggunakan uji kesukaan untuk
memprediksi tingkat kesukaan konsumen terhadap stik ikan bandeng yaitu meliputi aspek wana, tekstur,
aroma, rasa dan overall.
5. Analisis Kimia Parameter yang akan dianalisis adalah sifat kimia dari stik ikan bandeng yang dianalisis
meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar protein dan kadar kalsium.

D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian secara ringkas dapat digambarkan dalam bentuk tabel dibawah ini :

E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa , stik daging ikan yang cenderung disukai
oleh panelis adalah aspek warna. Dari segi aspek rasa tidak terdapat perbedaan nyata antara rasa stik daging
ikan, stik tulang ikan dan ikan utuh. Pada stik ikan utuh yang cenderung disukai adalah aroma, tekstur,
overall. Berdasarkan sifat sensoris, hasil produk yang disukai oleh panelis adalah stik bandeng yang
berbahan dasar ikan utuh. Penggunaan daging bandeng pada pembuatan stik memiliki pengaruh dalam
peningkatan nilai potein dan penurunan lemak. Nilai protein dan lemak pada stik daging adalah 13,08%
dan 20,86%. Penggunaan tulang bandeng memiliki pengaruh dalam peningkatan nilai kadar abu, sedangkan
pada penggunaan bandeng utuh memiliki pengaruh pada penurunan kadar air dan peningkatan kalsium.
Perbandingan Kedua Jurnal diatas :
Kedua jurnal diatas sama – sama membahas tentang pengolahan daging dan tulang ikan menjadi
stik serta menggunakan metode penilitian yang sama. Yang membedakan adalah Jurnal I memakai ikan
kembung sedangkan jurnal II memakai ikan bandeng. Secara keseluruhan jurnal II lebih rinci dalam
membahas dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dibanding jurnal I. Secara hasil bisa kita lihat
bahwa olahan stik dari ikan bandeng lebih bergizi dari pada ikan kembung.
Analisis Jurnal Pengobatan Herbal
Analisis Jurnal I

A. Identitas jurnal
1. Nama Jurnal : Jurnal Sains
2. Volume :7
3. Nomor : 14
4. Halaman : 30-35
5. Tahun Penerbit : 2017
6. Judul Jurnal : Kadar Gkukosa Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Ekstrak Daun
Belimbing Wuluh dan Daun Sirsak pada Penderita Diabetes Melitus
7. Nama Penulis : Edi Agustian Yazid, Erma Suryani
B. Isi Jurnal
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolik yang di tandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan atau penurunan efektifitas insulin. Penderita
diabetes ini disebabkan karena keadaan tubuh sama sekali tidak dapat memproduksi hormon insulin.
penelitian yang menunjukkan bahwa infusa daun belimbing wuluh dapat berkhasiat sebgai penurunan
glukosa darah pada tikus dengan pembebanan glukosanya menggunakan aloksan. Berdasarkan Penelitian
uji fitokimia menunjukkan bahwa daun belimbing wuluh mengandung senyawa tanin, flavonoid dan
triterpenoid. Selain itu penapisan fitokimia simplisia dari ekstrak daun belimbing wuluh mengandung
flavonoid, saponin, tanin dan steroi atau triterpenoid. Demikian juga dengan daun sirsak dapat digunakan
sebagai obat diabetes melitus. Daun sirsak diantaranya mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, asam
lemak, fitosterol, mirisil alkohol dan anonol. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan bahwa ekstrak
daun sirsak memiliki efek perbaikan kadar glukosa darah pada tikus wistar diabetik yang diinduksi aloksan
dengan penurunan kadar glukosa terbesar terjadi pada kelompok ekstrak 800 mg/d. Untuk memberikan
bukti yang lebih nyata tentang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L ) dan daun sirsak (Annona muricata
L), terhadap penurunan kadar gula darah, maka dilakukan penelitian tentang pemeriksaaan kadar glukosa
darah sebelum dan sesudah pemberian ekstrak daun belimbing wuluh dan daun sirsak pada penederita
penyakit diabetes melitus.
C. Tahapan Penelitian
Penelitian pada jurnal ini menggunakan metode eksperimen dengan teknik analissis secara
kuantitatif. Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan pendekatan pre test and post test design.
Penelitian dilakukan pada 20 orang penderita DM yang terdiri dari 2 kelompok eksperimen, 10 orang
diberikan ekstrak daun belimbing wuluh (A) dan 10 orang diberikan ekstrak daun sirsak (B). Intervensi
yang akan diberikan pada kelompok eksperimen A dan B masing-masing berupa pemberian ekstrak
sebanyak 250 ml selama 7 hari berturut-turut diminum 1 kali sehari. Ekstrak daun belimbing wuluh dan
daun sirsak dibuat dengan merebus 30 gram daun dengan 300 ml air selama 15 menit pada suhu 90ºC
dengan api sedang. Hasil rebusan kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam botol lalu diberikan kepada
pasien penderita DM. Setelah pemberian ekstrak daun belimbing wuluh dan daun sirsak di lakukan
pemeriksaan kembali kadar glukosa darah untuk melihat apakah ada penurunan kadar glukosa darah pada
penderita DM dengan menggunakan alat glukometer metode stick.
D. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa


keseluruhan responden mengalami penurunan kadar
glukosa darah setelah penambahan ektrak daun blimbing
wuluh selama 7 hari. Ekstrak daun belimbing pada
penelitian ini dapat menurunkan kadar glukosa darah
/ karena memiliki kandungan saponin dan flavanoid. Hal
tersebut sesuai yang dikemukakan bahwa bahan aktif
antidiabetes dapat berupa saponin dan flavonoid. Saponin
berfungsi sebagai anti hiperglikemik dengan cara
mencegah pengambilan glukosa pada brush border di usus
sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Sedangkan flavanoid berfungsi menghambat enzim alfa
glikosidase yang berfungsi pemecahan karbohidrat.
Penghambatan enzim alfa glikosidase ini menyebabkan
penundaan penyerapan glukosa yang juga dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu analisa
dengan uji paired t-test dengan confidence interval of the
difference 95% didapatkan nilai signifikan = 0. 003 berarti
p < 0,05 maka H1 diterima artinya ada perebedaan yang
signifikan antara kadar glukosa darah pada penderita
diabetes mellitus sebelum dan sesudah pemberian ekstrak
daun blimbing wuluh.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana
tercantum pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 10
responden sesudah diberikan rebusan daun sirsak
mengalami kadar glukosa darah diabetes dari 5
(50%),yang mengalami kadar glukosa darah pra diabetes
5 (50%), yang mengalami kadar glukosa darah normal
sebanyak 0 (0%).

Hasil penelitian ini menunjukkan secara keseluruhan responsden mengalami penurunan kadar
glukosa darah setelah penambahan ektrak daun sirsak selama 7 hari. Ekstrak daun sirsak dapat menurunkan
kadar glukosa darah karna memiliki kandungan alkaloid dan flavanoid. Alkaloid menurunkan glukosa darah
dengan cara mengahambat absorpsi glukosa di usus, sedangkan flavanoid mempunyai kemampuan
merangsang pengeluaran insulin atau mempunyai senyawa yang mirip insulin. Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh dan analisa dengan uji paired t-test dengan confidence interval of the difference 95%
didapatkan nilai signifikan = 0. 000 berarti p < 0,05, maka H1 diterima yang menunjukkan adanya perebedaan
signifikan antara kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah pemberian
ekstrak daun sirsak.

E. Kesimpulan
Ada perbedaan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus sebelum dan sesudah
pemberian ekstrak daun blimbing wuluh dan ekstrak daun sirsak.Pemberian ekstrak daun blibing wuluh
lebih efektif menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan daun sirsak
Analisis Jurnal II

A. Identitas jurnal
1. Nama Jurnal : Majority
2. Volume :5
3. Nomor :2
4. Halaman : 32-36
5. Tahun Penerbit : 2016
6. Judul Jurnal : Uji Efektivitas Daun Belimbing Wukuh (Everrhoa blimbi L.) sebagai
Pengobatan Diabetes Melitus
7. Nama Penulis : Evi Kurniawaty, Eka Indah Lestari
B. Isi Jurnal
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara
absolut atau relatif dari kerja atau sekresi insulin. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan
oleh sel beta pankreas yang memegang peranan sangat penting, yaitu bertugas memasukkan glukosa ke
dalam proses metabolisme untuk membentuk sel baru dan menggantikan sel yang rusak. Apabila insulin
tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibatnya glukosa akan tetap berada di dalam
pembuluh darah dan kadarnya di dalam darah akan meningkat. Penderita diabetes mellitus memerlukan
pengobatan sepanjang hidup untuk mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit, dan mencegah
agar tidak berkembang ke arah komplikasinya, sedangkan obat anti diabetes yang dikonsumsi dapat
menimbulkan efek samping dalam penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan alternatif terapi
dengan menggunakan tanaman obat tradisional. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan
tanaman yang berasal dari daerah Amerika dan beriklim tropis, dibudidayakan di sejumlah negara seperti
Malaysia, Argentina, Australia, Brazil, India, Filipina, Singapura, Thailand, dan Venezuela. Di Indonesia
belimbing wuluh sudah mulai dimanfaatkan salah satunya adalah daunnya.Daun belimbing wuluh memiliki
kandungan flavonoid, saponin, tanin, sulfur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, dan kalium sitrat.
Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman. Flavonoid memiliki beberapa
aktivitas farmakologikal yang berfungsi sebagai antioksidan dan antidiabetes. Selain itu,daun belimbing
wuluh memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escerichia coli dan Staphylococcus aureus.
C. Tahapan Penelitian
Berdasarkan tahapan penelitian, ekstraksi daun belimbing wuluh dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Daun belimbing wuluh dicuci hingga bersih, kemudian dirajang, dan ditimbang.
2. Daun belimbing wuluh yang sudah dirajang kemudian dimasukkan ke dalam bejana atau toples dan
ditambahkan pelarut air atau etanol 70 % dengan berbagai rasio bahan pelarut (b/v) (1:4 ; 1:5 ; 1:6).
3. Daun belimbing wuluh dan pelarut yang telah tercampur kemudian ditutup rapat agar terlindung dari
sinar matahari.
4. Kemudian diamkan selama + 24 jam untuk proses ekstraksi.
5. Pisahkan filtrat dan residu dengan menggunakan corong yang telah dengan kain saring dan kertas saring
kasar.
6. Setelah diperoleh filtrat, kemudian dievaporasi dengan suhu 75o C hingga total padatan terlarut mencapai
60o Brix untuk menghilangkan pelarut
D. Hasil Penelitian
Secara tradisional banyak tanaman yang dapat berfungsi sebagai obat antidiabetes. Namun,
penggunaan tanaman obat tersebut kadang-kadang hanya didasarkan pada pengalaman dan belum didukung
oleh penelitian terutama uji farmakologinya. Salah satu obat tradisional yang sering digunakan oleh
masyarakat sebagai obat antidiabetes adalah tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Tanaman
tersebut secara empiris mempunyai khasiat untuk pengobatan diabetes melitus. Sebagai bahan obat yang
digunakan adalah rebusan daun belimbing wuluh. Zat aktif yang bisa di dapat pada daun belimbing wuluh
antara lain adalah saponin dan flavonoid. Saponin berfungsi sebagai anti hiperglikemik dengan cara
mencegah pengambilan glukosa pada brush borderdi usus halus.Sedangkan flavonoid merupakan
alfaglukosidase yang berfungsi untuk menunda absorbsi karbohidrat sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.11 Flavonoid merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan
di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia
C6-C3-C6. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik B dan cincin tengah berupa heterosiklik
yang mengandung oksigen. Flavonoid bekerja dengan cara denaturasi protein. Proses ini juga menyebabkan
gangguan dalam pembentukan sel sehingga merubah komposisi komponen protein. Fungsi membran sel
yang terganggu dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas sel, diikuti dengan terjadinya kerusakan sel
bakteri. Kerusakan tersebut menyebabkan kematian sel bakteri. Flavonoid berfungsi untuk menjaga
pertumbuhan normal dan pertahanan terhadap pengaruh infeksi dan kerusakan. Pada saat penelitian
dilakukan pembuatan infusa belimbing wuluh dengan dosis aloksan yang diberikan pada hewan coba adalah
125 mb/kgBB dan disuntikan secara subkutan dan efek hiperglikemik akan muncul setelah 72 jam.
Pemeriksaan glukosa darah puasa dilakukan untuk memastikan keberhasilan induksi.
E. Kesimpulan
Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai
terapi herbal dalam menangani diabates mellitus. Kandungan utama yaitu flavonoid yang berperan dalam
aktivitas farmakologikal yang berfungsi sebagai antioksidan dan antidiabetes. Menurut penelitian bahwa
flavonoid memiliki efek antioksidan yang kuat. bahwa daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
memang telah dipercaya memiliki khasiat untuk terapi antidiabetes. Beberapa penelitian juga telah
dilakukan sebelumnya. Uji efektivitas ekstrak daun belimbing wulung terhadap mencit telah dibuktikan
memiliki tingkat aktivitas yang baik dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Perbandingan Kedua Jurnal diatas :
Kedua jurnal diatas sama – sama membahas tentang pengobatan herbal untuk penderita diabetes
melitus. Bedanya pada jurnal I menggunakan perbandingan antara daun belimbing wuluh dan daun sirsak
serta pengujian langsung kepada penderita diabetes melitus. Sedangkan pada jurnal II hanya menggunakan
daun belimbing wuluh dan kajiannya hanya secara teori yang sudah ada. Secara hasil dari kedua jurnal
diatas dapat dilihat bahwa belimbing wuluh lebih efektif sebagi pengobatan alternatif untuk penderita
diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai