KELOMPOK 14
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
NASIONAL JAKARTA
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................i
BAB I : PENDALUHUAN
…………………………………………………………………........ 2
2.1.1. Proses
Penggunaan………….................................................................................... 5
2.1.2. Kelebihan........................................................................................................................5
2.1.3. Kekurangan………..….……………………...
……………………………………. 6
……………………. 6
BAB IV : PENUTUP
4.1. Kesimpulan.............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
dan vaginal) dapat dimanfaatkan untuk titik masuk system penghantaran obat.
Formulasi sediaan ini seharusnya tidak hanya membahas aspek formulasi dan
dikenal dalam pengobatan Ayurve di di India dan oleh orang Indian di Amerika
Selatan, melalui cara penghisapan (snuff) obat untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
pemberian obat secara nasal ini meliputi : pencegahan eliminasi lintas pertama
hepatic, metabolisme dinding saluran cerna atau destruksi obat disalur cerna :
kecepatan dan jumah absorpsi, serta profil konsentrasi obat versus waktu relative
besar dan struktur yang sangat permeabel mukosa nasal ideal untuk absorpsi
sistematik, dan kemudian pemberian serta kenyamanan obat secara intra nasal
sebagainya).
intranasal
intranasal
intranasal
pengahantaran obat melalui hidung. Mukosa hidung telah dianggap sebagai rute
pemberian obat untuk mencapai absorpsi yang lebih cepat dan lebih tinggi karena
pankreas dan aktivitas enzimatik lambung, pH netral pada mukus hidung akan
al, 2007). Dalam beberapa tahun terakhir banyak obat telah terbukti mencapai
diakui dalam sistem Ayurvedic obat India, yang disebut dengan "NASAYA
Ketika obat digunakan oleh pasien, obat akan menghasilkan efek tertentu
yang disebut efek biologis. Efek biologis ini merupakan hasil interaksi obat
dengan reseptor tertentu dari obat, dimana obat yang dihantarkan ke tempat kerja
efek terapeutik yang maksimal dan dengan efek samping yang seminimal
Agar dapat diabsorpsi obat harus dalam bentuk larutan. Obat yang
c. Kadar Obat
Semakin tinggi kadar obat dalam larutan semakin cepat obat diabsorpsi.
Semakin cepat sirkulasi darah maka obat yang diabsorpsi akan semakinbesar.
partikel obat.
alternatif dari parenteral dimana obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik melalui
rute bukal, sublingual, nasal, pulmunory dan vaginal. Rute ini juga digunakan
untuk pengobatan lokal dimana dosis obat dapat dikurangi dan juga mengurangi
Konsep Bioavaibilitas
Proses Farmakokinetik
Dari berbagai hal diatas, tiga hal yang merupakan unsur terpenting
obat terkontrol.
Nafas memasuki satu lubang hidung lewat mulut pipa yang menyegel
samping sistemik
Bentuk sediaan alternative, jika tidak dapat digunakan obat saluran cerna
hidung
hidung
Hanya untuk obat yang poten (dosis kecil) dengan ukuran partikel 5 – 10
µm
a. Anatomi hidung
b. Embriologi hidung
rongga hidung yang berbeda; kedua adalah bagian dinding lateral hidung
Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung
bagian luar menonjol padagaris tengah di antara pipi dan bibir atas;
struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian : yang paling atas : kubah
3) puncak hidung
memisahkan rongga hidung dari naso faring. Kavum nasi dibagi oleh
septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka
meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut
meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior.
dan melembabkan udara yang anda napas serta membantu anda untuk
kira dua quarts (1 quart = 0,9 liter) cairan setiap hari (lendir), yang
non penciuman mencakup ruang depan hidung yang ditutupi dengan kulit
penyerapan obat dan transportasi (Sarkar MA, 1992). Dengan cara ini
posterior rongga hidung. Sel-sel goblet yang hadir dalam selaput lendir
lendir, itu adalah langkah pertama dalam penyerapan. Obat kecil dengan
mudah melewati lapisan ini tetapi obat besar tidak mudah atau sulit
yang mungkin sebagai akibat dari perubahan lingkungan (yaitu Ph, suhu,
seperti :
dikenal sebagai rute paracellular. Rute ini lambat dan pasif. Ada korelasi
larut dalam air. Kurang bioavailabilitas diamati untuk obat dengan berat
pada lipofilisitas mereka. Obat juga lintas membran sel dengan rute
Besarnya luas permukaan; contoh villi dan microcilli pada usus kecil
Suplai darah, darah yang cukup akan memindahkan obat dari tempat
Obat mempunyai target yang spesifik, Menjaga obat pada jaringan yang
target, Melindungi obat dari metabolisme, Melindungi obat dari klirens dini,
Obat diberikan secara intranasal untuk efek lokal seperti obat tetes
obat sistemik atau oral, yang perludiperhatikan adalah ukuran partikel yang
dalamsaluran hidung, tetapi bisa jadi malah keluar dari lubang hidung atau
bahkan tertelan.
b. Fase biofarmasetik
obat dihisap melalui rongga hidung masuk ke dalam Fase ini meliputi
waktu mulai penggunaan sediaan obat melalui hidung hingga pelepasan zat aktifnya
Obat dalam bentuk zat aktif terlarut siap untuk diabsorpsi yang selanjutnya zat aktif
Fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan setelah obat
Pada tahap ini obat mulai memberikan efek pada pasien dengan cara berikatan
menimbulkan renspon biologik. Tujuan utama pada fase ini adalah optimisasi dari
efek biologik.
g. Efek terapi obat pada akhirnya memberikan efek terapi atau pengobatan
obat yang diberikan melalui rute hidung. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
terhadap sifat physiochemical dari obat, sifat anatomi dan fisiologis dari rongga
hidung dan jenis dan karakteristik dari sistem pengiriman obat yang dipilih
hidung. Faktor-faktor ini memainkan peran kunci untuk sebagian besar obat
untuk mencapai tingkat darah terapi efektif setelah pemberian hidung. Faktor
a. KeseimbanganLipofilik-hidrofilik
tampak bahwa mukosa ini terutama lipofilik di alam dan domain lipid memainkan
peran penting dalam fungsi penghalang membran ini.Obat lipofilik seperti nalokson,
rute intranasal.
Obat seperti peptida dan protein memiliki bioavailabilitas yang rendah di rongga
hidung, sehingga obat ini mungkin memiliki kemungkinan untuk mengalami
degradasi enzimatik dari molekul obat dalam lumen rongga hidung atau sewaktu
Ini memiliki kemampuan untuk membelah peptida pada mereka N dan C termini dan
endo-peptidases seperti serin dan sistein, yang dapat menyerang ikatan peptida
internal.
c. Ukuran molekul
Penyerapan obat melalui rute hidung dipengaruhi oleh ukuran molekul. Obat
obat ini.
kondisi basa, lisozim tidak aktif dan jaringan yang rentan terhadap
bakteri.
permanen.
Distribusi obat dalam rongga hidung merupakan salah satu faktor penting yang
sediaan hidung terutama tergantung pada lokasi disposisi. Bagian anterior hidung
formulasi, hal ini akanmeningkatkan penyerapan obat. Dan ruang posterior dari
obat.
c. Viskositas
Viskositas yang lebih tinggi dari formulasi meningkatkan waktu kontak antara
obat dan mukosa hidung sehingga meningkatkan waktu untuk permeasi. namun,
formulasi sangat kental akan mengganggu fungsi normal seperti pergerakan silia
a. Mukosiliar
Partikel terperangkap dalam lapisan lendir yang yang akan terbersihkan dari rongga
hidung. Aksi gabungan lapisan lendir dan silia disebut kliren mukosiliar.Ini adalah
terhadap bahan berbahaya yang telah dihirup.Waktu transit yang normal mukosiliar
postur, tidur, olahraga, polusi lingkungan umum (sulfur dioksida dan asam sulfat,
nitrogen dioksida, ozon, hairspray, dan asap tembakau, penyakit (silia sindrom
bronkitis kronis, cystic fibrosis, infeksi saluran pernapasan akut dan obat-obatan.
b. Rhinitis
Rhinitis adalah penyakit umum yang paling sering dikaitkan pada pengobatan
intranasal, penyakit ini akan mempengaruhi bioavailabilitas obat. Hal ini terutama
gatal dan bersin terutama disebabkan oleh virus, bakteri atau iritan.Alergi rhinitis
adalah penyakit alergi saluran napas, yang mempengaruhi 10% dari populasi.Hal
ini disebabkan oleh peradangan kronis atau akut selaput lendir hidung.Kondisi ini
c. Permeabilitas membran
mempengaruhi penyerapan obat melalui rute hidung.Obat yang larut air dengan
berat molekul yang besar seperti peptida dan protein memiliki permeabilitas
membran yang rendah. Jadi senyawa seperti peptida dan protein yang utama
diserap melalui proses transportasi endocytotic dalam jumlah rendah. Obat yang
larut dalam air dengan berat molekul yang besar melintasi mukosa hidung secara
d. pH Lingkungan
intranasal.Senyawayang larut dalam air seperti asam benzoat, asam salisilat, dan
dimana senyawa ini dalam bentuk tidak terionisasi. Namun, pada nilai pH dimana
bahwa bentuk lipofilik tidak terionisasi melintasi penghalang epitel hidung melalui
rute transelular, dimana bentuk terionisasi yang lebih lipofilik melewati rute
paracellular berair.
Pemberian obat secara nasal sekarang ini adalah cara yang popular untuk
bebas(OTC) pada kondisi sinus, seperti hidung mampet atau alergi. Semprotan
nasal, botol tekan, atau obat tetes hidung adalah sebagian dari metode pemberian
obat langsung yang umum dan biasanya dipilih oleh konsumen pada
swamedikasi ataupun pada obat resep untuk pilek atau alergi. Untuk pasien yang
tidak menyukai cara spray/semprotkedalam hidung atau bagi pasien yang tidak
tunggal, yang dapat melapisi lubang hidung dengan cairan atau gel. Pada pilek,
selain untuk mengobati, swab juga dapat terserap oleh saluran hidung.
dosis yang digunakan adalah seminimal mungkin, karena tidak sperti oral, yang
tradisional akan memiliki perbedaan jika digunakan oleh remaja dan orang tua,
farmasi yang mengembangkan alat yang dapat mengukur jumlah obat yang
pemberian obar nasal untuk gejala ataupun penyakin radangselaput lendir, hanya
berfungsi sebagai pembawa, obat/zat aktif hanya sebagian kecil dari total
yang tidak akan merugikan pasien dan dapat diabsorpsi dengan baik oleh hidung,
melewati sawar darah otak. Umumnya, tradisional spray nasal, hanya mencapai
dapat digunakan untuk obat topikalagar dapat berpenetrasi lebih dalam dan obat
oral agar dapat diasorpsi lebih baik lagi.Saat ini banyak dikembangkan obat nasal
samping (side actuator), bukan melaui bagian atas alat tersebut. Drug delivery
system intranasal atau sistem penghantaran obat intranasal adalah suatu teknologi
penyampaian obat yang khas, diciptakan agar obat dapat mencapaitempat kerja
di intranasal lebih optimal. Perbedaan DDS intranasal dengan sediaan oral untuk
Vaksin vaksin
Sistemik Pengobatan : Neuroaktif protein dan
Diabetes 1 dan 2
saluran nasal
Alat DDS nasal konvensional (obat harus di hirup terlebih dahulu, jadi
5. Dosis obat dapat diabsorbsi pada saluran nasal dengan maksimum (>
90%)
BAB III
PEMBAHASAN
Bagian inferior kavum nasi berbatasan dengan kavum oris dipisahkan oleh
palatum durum. Ke arah posterior berhubungan dengan nasofaring melalui koana.
Di sebelah lateral dan depan dibatasi oleh nasus externus. Di sebelah lateral
belakang berbatasan dengan orbita : sinus maksilaris, sinus etmoidalis, fossa
pterygopalatina, fossa pterigoides.
A) Dasar Hidung
Dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal os
palatum. Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, dan
tulang-tulang os nasale, os frontale lamina cribrosa, os etmoidale, dan corpus os
sphenoidale. Dinding medial rongga hidung adalah septum nasi. Septum nasi
terdiri atas kartilago septi nasi, lamina perpendikularis os etmoidale, dan os
vomer. Sedangkan di daerah apex nasi, septum nasi disempurnakan oleh kulit,
jaringan subkutis, dan kartilago alaris major.
B) Dinding Lateral
Dinding lateral dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu di anterior terdapat
prosesus frontalis os maksila, di medial terdapat os etmoidal, os maksila serta
konka, dan di posterior terdapat lamina perpendikularis os palatum, dan lamina
pterigoides medial. Bagian terpending pada dinding lateral adalah empat buah
konka. Konka terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior kemudian
konka yang lebih kecil adalah konka media, konka superior dan yang paling kecil
adalah konka suprema. Konka suprema biasanya akan mengalami rudimenter.
Diantara konkakonka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
dinamakan dengan meatus. Terdapat tiga meatus yaitu meatus inferior, media dan
superior.
Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit
antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Resesus
sfenoetmoidal terletak di posterosuperior konka superior dan di depan konka os
spenoid. Resesus sfenoetmoidal merupakan tempat bermuaranya sinus sfenoid.
Meatus media merupakan salah satu celah yang di dalamnya terdapat muara
sinus maksila, sinus frontal dan bagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian
anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateralnya
terdapat celah berbentuk bulan sabit yang disebut sebagai infundibulum. Muara
atau fisura berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan
infundibulum dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial
infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal
sebagai prosesus unsinatus. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel
etmoid anterior bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid
anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di
posterior muara sinus frontal.
C) Septum Hidung
Septum membagi kavum nasi menjadi ruang kanan dan kiri. Bagian posterior
dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago
septum, premaksila dan kolumela membranosa. Bagian posterior dan inferior oleh
os vomer, krista maksila, krista palatina dan krista sfenoid.
Nervus olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius
di daerah sepertiga atas hidung.
Gambar 4. Inervasi Hidung
dengan pH 4,5
bakteri.
permanen.
itu adalah langkah pertama dalam penyerapan. Obat kecil dengan mudah melewati
lapisan ini tetapi obat besar tidak mudah atau sulit dikenakan untuk menyeberang
perubahan struktural dalam lapisan lendir yang mungkin sebagai akibat dari
perubahan lingkungan (yaitu Ph, suhu, dll) (Illum et al, 1999). Mekanisme
penyerapan Begitu banyak yang didirikan sebelumnya tapi hanya dua mekanisme
sebagai rute paracellular. Rute ini lambat dan pasif. Ada korelasi log-log terbalik
antara intranasal penyerapan dan berat molekul senyawa larut dalam air. Kurang
bioavailabilitas diamati untuk obat dengan berat molekul lebih besar dari 1000
Dalton.
kitosan, suatu biopolimer alami dari kerang, membuka sambungan yang erat
4.1. Kesimpulan
3. Sediaan Intranasal dapat berupa semprot hidung, nasal gel, tetes hidung,
Vidio I : https://youtu.be/EJD794eXdaA
Vidio II : https://youtu.be/i48Ono69OgU
Sistem Intranasal