Anda di halaman 1dari 7

Laporan Kasus

ELEPHANTIASIC THYROID DERMOPATHY


PADA PENDERITA PENYAKIT GRAVES
Syamsinar, Verdy, Dwi Retno Adi Winarni, Sunardi Radiono

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Trias Graves terdiri dari opthalmopathy, thyroid dermopathy (TD) dan acropachy.
Elephantiasic thyroid dermopathy (ETD) merupakan varian TD yang paling jarang. Insidens di
Indonesia belum diketahui, sedangkan di Klinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
merupakan kasus pertama. Dokter harus waspada terhadap penyakit ini, agar diagnosis yang benar
dapat ditegakkan. Pilihan terapi yang tersedia menunjukkan tingkat keberhasilan yang bervariasi.
Wanita 56 tahun mengeluh bengkak dan gatal di kedua tungkai bawah sejak 2 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisis dijumpai eksoftalmus dan goiter. Pada kedua tungkai bawah tampak plak
hiperpigmentasi, folikel rambut tampak jelas, teraba keras dan edema non-pitting. Tes fungsi tiroid
menunjukkan hipertiroid. Pemeriksaan histopatologis menunjukkan deposit musin di dermis
retikularis sampai subkutis. Pasien mendapat terapi asam salisilat 5% dalam salep klobetasol
propionat 0,05% dengan oklusi dikombinasi balut elastis.
Thyroid dermopathy merupakan manifestasi kulit pada penyakit Graves yang disebabkan oleh
deposit musin di dermis sampai subkutan. Etiopatogenesis belum diketahui, diduga merupakan
interaksi proses imunologi, seluler dan mekanik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran
klinis, laboratoris dan histopatologis. Alasan pemilihan terapi steroid topikal karena dapat
menghambat produksi glikosaminoglikan pada lesi dan mengurangi rasa gatal dengan efek samping
minimal. Setelah 2 minggu terapi terjadi remisi parsial yaitu edema tungkai berkurang dan plak
hiperpigmentasi menipis. (MDVI 2014;41/S:29S - 35S)

Kata Kunci: elephantiasic, thyroid dermopathy, penyakit Graves

ABSTRACT
The triad of Graves includes opthalmopathy, thyroid dermopathy (TD) and acropachy.
Elephantiasis thyroid dermopathy (ETD) is the least common variant of TD. Its incidence rate in
Indonesia remains unknown, while in Dermatovenereology Clinic Dr. Sardjito Hospital that was the
first case. Clinicians should pay attention to this disorder in order to establish an accurate
diagnosis. Varied treatment proven various successfull.
A-56-year-old women complained edema and pruritus on both of her legs since 2 years ago.
Physical examination revealed exophthalmus and goiter. On both of lower legs showed
hyperpigmented plaque, prominent of hair follicles, hardening on palpation, and non-pitting edema.
Thyroid function test gave hyperthyroid results. Histopathological studies observed mucin deposition
in reticular dermis to subcutaneous layer. The patient received 5% salicylic acid in 0.05% clobetasol
propionate ointment with occlusion, combined with elastic bandage.
Thyroid dermopathy is a Graves' disease skin manifestation, which is resulted from mucin
deposition in dermis to subcutaneous layer. Its etiopathogenesis remains poorly understood, but it is
considered as an interaction among immunological, cellular, and mechanical proccess. Diagnosis is
made based on clinical, laboratory, and histopathological findings. Topical steroid is prefered as
therapeutic regiment for its ability to inhibit glycosaminoglycan production in lesions and to reduce
pruritus without significant adverse events. After 2 weeks, we observed partial remission as limbs
edema reduced and hyperpigmented plaques faded. (MDVI 2014;41/S:29S - 35S)

Keyword: elephantiasic, thyroid dermopathy, Graves disease

Korespondensi :
Gd. Radiopoetra Lt.3, Jl. Farmako,
Sekip, Yogyakarta
Telp: 0274 - 560700
Email: syamsinar_danar@yahoo.com

29S
Servisitis klamidia pada i hamil di rumah sakit khusus ibu dan anak
MDVI Vol 41 No. Suplemen Tahun 2014; 29 S - 35 S

PENDAHULUAN dan mata mulai menonjol, namun pasien tidak


memeriksakan diri ke dokter. Kurang lebih 2,5 tahun yang
Penyakit Graves merupakan penyakit tiroid autoimun lalu pasien merasakan keluhan-keluhan tersebut makin
terbanyak kedua setelah tiroiditis Hashimoto. Penyakit bertambah parah dan akhirnya memeriksakan diri ke dokter
Graves (PG) disebabkan oleh antibodi dalam sirkulasi yang spesialis penyakit dalam dan didiagnosis menderita PG serta
menyerupai efek thyroid stimulating hormone (TSH) yang mendapat terapi thiamazole 10 mg/hari. Kurang lebih lima
mengakibatkan peningkatan sintesis maupun pelepasan bulan setelah didiagnosis penyakit tersebut, mulai muncul
hormon tiroid (hipertiroidisme) dan hipertrofi sel folikular bentol merah di kedua tungkai bawah yang makin meluas di
tiroid (goiter). Penyakit ini empat sampai enam kali lebih hampir separuh kedua tungkai dan punggung kedua kaki.
sering ditemukan pada wanita dibanding pria.1,2 Trias PG Bentol dirasakan tidak nyeri, sangat gatal dan disertai
terdiri atas opthalmopathy, pretibial myxedema dan bengkak yang tidak berkurang meskipun pasien
acropachy. Pretibial myxedema atau disebut juga Thyroid meninggikan kakinya saat posisi berbaring.
dermopathy merupakan lesi infiltrat di jaringan dermis dan Pada pemeriksaan fisis didapatkan goiter, eksoftalmus
subkutan yang disebabkan oleh akumulasi dan kedua tungkai bawah tampak edema (gambar 1). Pada
glikosaminoglikans terutama asam hialuronat.4 Mekanisme separuh distal tungkai bawah sampai punggung kaki tampak
patogenesis TD belum diketahui secara jelas, diduga plak hiperpigmentasi dengan skuama tipis di atasnya dan
merupakan interaksi proses imunologi, selular dan folikel rambut yang jelas menyerupai gambaran kulit jeruk
mekanik.5,6 Lesi kulit TD paling banyak ditemukan pada (peau d' orange). Pada palpasi teraba keras seperti papan
area pretibial (99,4% kasus), tetapi dapat juga ditemukan (woody) dan terdapat edema non-pitting. Pada kuku jari I
pada area tubuh yang lain. Thyroid dermopathy muncul kedua kaki dan kuku jari V kaki kiri tampak onikolisis dan
dalam beberapa bentuk klinis yang berbeda antara lain diskolorisasi. Tidak didapatkan tanda-tanda clubbing pada
berupa lesi edema non-pitting difus yang merupakan varian jari-jari tangan maupun kaki (gambar 1 dan 2).
terbanyak, yaitu sekitar 43%, diikuti varian plak, nodular dan Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis,
elefantiasis.1,5-7 diagnosis banding yang diajukan adalah elephantiasic
Elephantiasic thyroid dermopathy (ETD) adalah varian thyroid dermopathy, lipodermatosklerosis dan elefantiasis
TD yang ditandai dengan edema non-pitting, lesi nodular, nostras verukosa. Dilakukan beberapa pemeriksaan
fibrosis kulit, hiperpigmentasi dan penebalan kulit yang penunjang antara lain pemeriksaan fungsi tiroid, USG
progresif sehingga teraba tebal, sklerotik dan seperti kayu. Doppler vaskular dan pemeriksaan histopatologi dari
Bentuk ini merupakan bentuk yang paling jarang, hanya spesimen biopsi kulit untuk penegakan diagnosis.
terjadi pada sekitar 1% pasien TD. Dokter harus waspada Pemeriksaan fungsi tiroid menunjukkan penurunan h- TSH
terhadap riwayat penyakit dan tanda objektif penyakit ini (< 0,004 uIU/mL) dan peningkatan free-T4 (4,46 ng/ dL).
pada pasien dengan edema tungkai, untuk mencegah Pada pemeriksaan USG Doppler vaskular tidak ditemukan
kesalahan dalam diagnosis dan terapi yang tidak perlu. deep venous thrombosis (DVT) pada vena tungkai. Hasil
Penegakan diagnosis ETD berdasarkan anamnesis, pemeriksaan histopatologis biopsi kulit yang diambil dari
pemeriksaan fisis dan laboratorium dan pada beberapa kasus, lesi dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE) didapatkan
diperlukan pemeriksaan histopatologi untuk memastikan epidermis menunjukkan ortokeratosis tipe basket-weaves,
diagnosis. 5-8 dermis papilaris tampak grenz zone, dermis retikularis
Terapi TD bertujuan untuk menurunkan produksi asam sampai subkutis tampak edema dan serabut kolagen
hialuronat oleh fibroblas. Kombinasi steroid topikal yang berfragmentasi, dilatasi pembuluh limfe dan sebukan sel
diaplikasikan secara okslusif dan kompres, steroid injeksi radang perivaskular dominan limfosit (gambar 3 dan 4).
intralesi, kortikosteroid sistemik, pentoksifilin, gamma Pada pemeriksaan histopatologis dengan pewarnaan alcian
globulin, plasmafaresis, bedah eksisi, dan imunoterapi telah blue tampak deposit musin di dermis retikularis sampai
digunakan dengan tingkat keberhasilan yang bermacam.3,9 subkutis (gambar 5).
Pada makalah ini dilaporkan satu kasus ETD pada seorang Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan
wanita dengan penyakit Graves yang telah berlangsung dua pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja pada pasien ini
tahun. Pembahasan ditekankan pada masalah diagnosis dan adalah elephantiasic thyroid dermopathy penyakit Graves.
penatalaksanaan. Terapi topikal yang diberikan berupa asam salisilat 5%
dalam salep klobetasol propionat 0,05% dioleskan setiap
KASUS malam, ditutup dengan film plastik dan dikompresi lokal
dengan balut elastis. Pasien dikelola bersama sejawat
Seorang wanita berusia 56 tahun, datang ke Klinik penyakit dalam dan spesialis penyakit mata. Hipertiroidisme
Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan mendapat terapi thiamazole 20 mg/hari, sedangkan
keluhan bengkak dan gatal di kedua tungkai bawah. Sejak 3 eksoftalmus diterapi dengan metilprednisolon 32 mg/hari.
tahun yang lalu pasien merasakan sering berdebar-debar,
sulit tidur, nafsu makan menurun, penurunan berat badan

30S
Syamsinar, dkk Elephantiasic thyroid dermopathy pada penderita penyakit Graves

PEMBAHASAN
Elefantiasis nostras verukosa (ENV) merupakan sebuah
kondisi yang muncul pada kasus limfedema kronis yang
menyebabkan hipertrofi kulit yang progresif. Stafilokokus
menjadi penyebab infeksi yang sering dikaitkan dengan
ENV. Penyebab tersering adalah infeksi bakteri rekuren
yang disebabkan oleh stafilokokus dan sering dikaitkan
dengan limfangitis dan erisipelas. Keduanya dapat
menyebabkan fibrosis pada sistem limfatik.10,11
Dasar penetapan ENV sebagai diagnosis banding pada
pasien ini adalah didapatkan bengkak pada kedua tungkai
dan kaki yang tidak teratasi dengan elevasi. Selain itu pada
pemeriksaan fisis didapatkan edema non pitting, plak yang
teraba keras seperti papan (woody) dengan predileksi yang
sesuai dengan ENV. Hal yang melemahkan ENV sebagai
diagnosis antara lain tidak didapatkan riwayat bercak merah
berulang yang disertai demam, operasi ataupun trauma di
kedua tungkai. Tidak dijumpai lesi papulonodular
hiperkeratotik yang memberikan gambaran verukosa dan
cobblestone. Pada ENV, lesi muncul setelah terjadi edema
pada tungkai yang dimulai pada bagian dorsum kaki
kemudian meluas ke bagian proksimal tungkai. Sedangkan
pada kasus ini lesi dimulai dari tungkai meluas ke bagian
dorsal kaki, yang kemudian diikuti edema tungkai.
Eksoftalmus, goiter maupun hipertiroid pada kasus tidak
terkait dengan ENV. Hasil pemeriksaan histopatologis
dengan pewarnaan HE dan alcian blue didapatkan deposit
musin di antara serabut kolagen yang terfragmentasi di
dermis sampai subkutan. Dengan demikian diagnosis ENV
dapat disingkirkan.
Lipodermatosklerosis kronis (LK) merupakan kelainan
yang ditandai oleh fibrosis jaringan subkutan, edema
nonpitting, indurasi hiperpigmentasi yang teraba keras
(woody)

Gambar 3. Perbesaran lemah (10x) dengan pewarnaan HE


didapatkan epidermis tampak ortokeratosis tipe basket-weaves,
Gambar 1. Pada pemeriksaan fisis didapatkan eksoftalmus (A), dermis papilaris tampak grenz zone, dermis retikularis sampai
goiter (B) dan tak tampak clubbing finger pada jari angan maupun subkutis tampak edem, serabut kolagen yang fragmentasi,
kaki (C & D) pembuluh limfe dilatasi dan sebukan sel radang perivaskular
dominan limfosit.

31S
Servisitis klamidia pada i hamil di rumah sakit khusus ibu dan anak
MDVI Vol 41 No. Suplemen Tahun 2014; 29 S - 35 S

Gambar 2. Kedua tungkai bawah tampak edema, pada regio setengah distal tungkai bawah sampai punggung kaki tampak plak hiperpigmentasi dengan
skuama tipis di atasnya dan folikel rambut yang prominen memberikan gambaran seperti kulit jeruk (peau d' orange).

Gambar 4. Perbesaran kuat (40x) dengan pewarnaan HE didapatkan (A) Dermis papilaris tampak grenz zone, dermis retikularis tampak edema dan
serabut kolagen yang fragmentasi (B) Pada dermis retikularis dijumpai pembuluh limfe dilatasi dan sebukan sel radang perivaskular dominan limfosit

Gambar 5. Perbesaran lemah dengan pewarnaan alcian blue tampak deposit musin pada dermis retikularis sampai subkutis.

32S
Syamsinar, dkk Elephantiasic thyroid dermopathy pada penderita penyakit Graves

Gambar 6. (A & B) Kedua tungkai bawah sebelum diterapi. (C & D) Kedua tungkai bawah setelah diterapi selama 2 minggu. Edem tungkai
semakin berkurang serta plak hiperpigmentasi semakin menipis yang pada palpasi tidak lagi teraba keras (woody)

dan sklerotik. 12-15 Dasar penetapan diagnosis LK pada mosiderin di dermis, sehingga diagnosis LK
kasus ini adalah terdapat edema non-pitting dan plak dapatdisingkirkan.
hiperpigmentasi yang teraba keras (woody) di daerah Thyroid dermopathy disebut juga localized
predileksi yang sesuai dengan LK. Hal yang melemahkan myxedema, pretibial myxedema (PM) atau infiltrative
LK sebagai diagnosis antara lain tidak dijumpai gambaran dermopathy sebagai manifestasi kulit PG yang jarang pada
"inverted champagne bottle" dan varikosis, IMT normal (20 penyakit Graves. Istilah TD lebih tepat daripada PM karena
kg/m2) dan tidak dijumpai DVT dari hasil pemeriksaan USG meskipunumumnya mengenai area pretibia, penyakit ini
Doppler vaskular. Eksoftalmus, goiter maupun hipertiroid juga dapat mengenai bagian tubuh yang lain misalnya wajah,
pada kasus tidak terkait dengan LK. Selain itu pada leher, bahu, punggung atas, umbilikus, ekstremitas atas,
pemeriksaan histopatologis tidak dijumpai deposit he punggung kaki.1- 9,16,17
Penamaan myxedema dirasa kurang tepat karena lebih

33S
Servisitis klamidia pada i hamil di rumah sakit khusus ibu dan anak
MDVI Vol 41 No. Suplemen Tahun 2014; 29 S - 35 S

menggambarkan kondisi hipotiroidisme dan edema yang mengurangi rasa gatal yang dirasakan sangat
secara klinis menunjukkan kelebihan cairan dalam ruang mengganggu.1,5,21 Hal tersebut menjadi dasar keputusan
interstitial. Sedangkan TD lebih disebabkan oleh infiltrasi pemilihan steroid topikal pada kasus.
musin ke dermis hingga subkutan, diikuti oleh proliferasi Pada kasus ini pasien diterapi dengan steroid topikal
fibroblastik reaktif.16,17 yang dioleskan setiap malam, ditutup dengan film plastik
Diagnosis TD ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, serta dikompresi lokal dengan balut elastis. Penelitian Kriss
laboratoris dan histopatologis. Secara klinis akan dijumpai dkk. (1967) menunjukkan lesi membaik pada pasien yang
lesi-lesi dermopati yang khas. Di antaranya adalah terdapat diterapi dengan steroid topikal potensi sedang (fluosinolon
lesi indurasi menyerupai lilin (waxy) dengan folikel rambut asetonid 0,2%) dengan cara oklusif menggunakan film
yang prominen sehingga memberikan gambaran dan tekstur plastik setiap malam. Oklusi film plastik dapat
seperti kulit jeruk (peau d'orange atau pig skin). Lesi meningkatkan penyerapan steroid topikal Perbaikan tersebut
umumnya dijumpai pada area pretibial, berwarna terang berlanjut setelah frekuensi pengolesan secara bertahap
tetapi dapat juga flesh colored atau coklat kekuningan. dikurangi. Pada pasien ETD karena adanya akumulasi
Hiperpigmentasi dan hiperkeratosis dapat dijumpai pada cairan, penggunaan balut tekan atau stocking cukup
beberapa kasus. Lesi ini biasanya muncul satu bulan sampai bermanfaat.5-9,22-24
satu tahun setelah munculnya opthalmopathy dan dapat Evaluasi terapi ETD dikategorikan menjadi 3 yaitu
disertai acropachy terutama berupa clubbing pada jari-jari remisi lengkap, remisi parsial dan tidak ada peningkatan.
tangan. Kuku jari tangan dan kaki menunjukkan gambaran Remisi lengkap didefinisikan sebagai tidak terdapat lesi-lesi
Plummer's nails berupa pemisahan nail plate distal dari nail dermopati, remisi parsial jika dijumpai penipisan plak/nodul
bed (onikolisis), hiponikium tampak cekung dan kotor atau berkurangnya edem; tidak ada peningkatan
sehingga memberikan gambaran kuku yang gelap. Pada didefinisikan sebagai memburuknya lesi-lesi dermopati atau
pemeriksaan laboratorium didapatkan abnormalitas tes tidak terdapat perubahan gambaran dermopati.9 Setelah
fungsi tiroid berupa penurunan TSH, peningkatan free T4 diterapi selama 2 minggu, pasien menunjukkan remisi
dan total serum T4.9,18 parsial (gambar 6). Pasien tidak lagi merasakan gatal, edema
Pemeriksaan histopatologis dari spesimen biopsi tungkai semakin berkurang serta plak hiperpigmentasi
dengan pewarnaan HE, alcian blue dan periodic acid-Schiff semakin menipis yang pada palpasi tidak lagi teraba keras
didapatkan deposit musin terutama pada pertengahan dan (woody).
sepertiga bawah dermis. Pada tahap awal deposit biasanya
didapatkan pada dermis papilaris. Deposisi ini akan tampak
sebagai benang basofilik dan bahan granular dengan DAFTAR PUSTAKA
pemisahan serabut kolagen. Selanjutnya deposit akan tampak 1. Fatourechi V. Thyroid dermopathy and acropachy. Best
pada dermis retikularis sampai subkutis, sedangkan pada Pract Res Clin Endocrinol Metab. 2012; 26: 553-65.
dermis papilaris dijumpai grenz zone. Tidak ada peningkatan 2. Menconi F, Marcocci C, Marinò M. Diagnosis and
fibroblas meskipun dijumpai beberapa fibroblas berbentuk classification of Graves' disease. Autoimmun Rev.
stellate. Epidermis biasanya normal, meskipun 2014; 13:398-402.
kadangkadang dijumpai hiperkeratosis dan follicular 3. Anderson CK, Miller OF. Triad of exophthalmos,
plugging. Selain itu, didapatkan sebukan sel radang pretibial myxedema, and acropachy in a patient with
perivaskular superfisial yang minimal. Pewarnaan jaringan Graves' disease.J Am Acad Dermatol. 2003; 48: 970-2.
elastik menunjukkan fragmentasi dan pengurangan jaringan 4. Georgala S, Katoulis AC, Georgala C, Katoulis EC,
elastik. Pembuluh limfatik mengalami dilatasi.19-21 Hatziolou E, Stavrianeas NG. Pretibial myxedema as the
Pada kasus didapatkan kesesuaian gambaran klinis, initial manifestation of Graves' disease. J Eur Acad
laboratoris dan histopatologis dengan TD. Edema nonpitting Dermatol Venereol. 2002; 16: 380-3.
pada tungkai memberikan gambaran yang sesuai dengan tipe 5. Fatourechi V. Pretibial myxedema pathophysiology and
TD yang jarang yaitu ETD. Sehingga diagnosis kerja treatment options. Am J Clin Dermatol. 2005; 6: 295-
elephantiasic thyroid dermopathy pada kasus dapat 309.
ditegakkan. 6. Fatourechi V. Pretibial myxedema (thyroid dermopathy)
Sebagian besar kasus TD tidak memerlukan terapi Dalam: Heymann WR, penyunting. Thyroid disorders
karena lesi biasanya asimtomatik dan dapat ditutupi dengan with cutaneous manifestations. London: Springer-
pakaian. Selain itu, lesi biasanya tidak meluas dan dapat Verlag; 2008.h.103-19.
regresi sebagian atau seluruhnya dengan berjalannya waktu. 7. Kureshi F, Davis MDP, Burkemper NM, Weenig RH,
Kadang-kadang diperlukan terapi karena alasan kosmetis, Pittelkow MR, Gamble GL. Thyroid dermopathy: an
gangguan fungsional, atau rasa tidak nyaman. Pilihan terapi underrecognized cause of leg edema. Cutis. 2007; 79:
yang sering digunakan adalah steroid topikal. Pemberian 219-24.
kortikosteroid dapat menghambat produksi GAGs oleh 8. Cokonis CD, Cobb CW, Heymann WR., Hivnor CM.
fibroblas pada lesi TD. Selain itu steroid topikal dapat Cutaneous manifestations of hyperthyroidism. Dalam:

34S
Syamsinar, dkk Elephantiasic thyroid dermopathy pada penderita penyakit Graves

Heymann WR, penyunting. Thyroid disorders with 18. Ghayee HK, Mattern III JQA., Cooper DS. Image in
cutaneous manifestations. London: Springer-Verlag; endocrinology: dirty nails. J Clin Endocrinol Metab. 2005;90:
2008.h.73-87 2428.
9. Schwartz KM, Fatourechi V, Ahmed DDF, Pond AR. 19. Weedon D. Cutaneous mucinosis. Dalam: Weedon Skin
Dermopathy of Graves' disease (pretibial myxedema): Pathology. Edisi ke-3. Edinburg: Churchill Livingstone;
longterm outcome. J Clin Endocrinol Metab. 2002; 87: 438- 2010.h.354-67.
46. 20. Rongioletti F, Barnhill R.. Deposition disorders. Dalam:
10. Sisto K, Khachemoune A. Elephantiasis nostras verrucosa a Barnhill RL., Crowson AN, Magro CM, Piepkorn MW,
review. Am J Clin Dermatol. 2008; 9: 141-6. penyunting. Dermatopathology. Edisi ke-3. Mc Graw Hill;
11. Liaw FY, Huang CF, Wu YC, Wu BY. Elephantiasis nostras 2010.h.362-86.
verrucosa swelling with verrucose appearance of lower limbs. 21. Smith TJ. Dexamethasone regulation of glycosaminoglycan
Can Fam Physician. 2012; 58: e551-3. synthesis in cultured human skin fibroblast similar effects of
12. Habif TP. Clinical dermatology. Edisi ke-4. St Louis: Mosby glucocorticoid and thyroid hormones. J Clin Invest.
& Co; 2004.h.73-87. 1984;74:2157-63.
13. Goldman L, Ausiello D. Cecil textbook of medicine. Edisi ke- 22. Rongioletti F, Rebora A. Mucinoses. Dalam: Bolognia LJ,
22. Philadelphia : WB Saunders Co; 2004.h.2487. Jorizzo LJ, Rapini PR, penyunting. Dermatology. Edisi ke-2.
14. Miteva M, Romanelli P, Kirsner RS. Lipodermatosclerosis. USA: Mosby Elsevier; 2008.h.611-21.
Dermatol Ther. 2010; 23: 375-88. 23. Kriss JP, Pleshakov V, Rosenblum A, et al. Therapy with
15. Walsh SN, Cruz DJS. Lipodermatosclerosis: A occlusive dressings of pretibial myxedema with fluocinolone
clinicopathological study of 25 cases. J Am Acad Dermatol. acetonide. J Clin Endocrinol Metab. 1967;27:595-604.
2010; 62: 1005-12. 24. Prummel MF. Graves' dermopathy. Dalam: Encyclopedia of
16. Gopie P, Naraynsingh V. Severe pretibial myxedema. Int J Endocrine Diseases. Amsterdam: Elsevier; 2004.h.349-50
Low Extrem Wounds. 2011; 10: 91-2.
17. Kalus AA, Chien AJ, Olerud JE. Diabetes mellitus and other
endocrine diseases. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, penyunting. Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York:
McGraw Hill Companies; 2008.h.1851-69.

35S

Anda mungkin juga menyukai