Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MANAJEMEN PENJAS DAN OLAHRAGA

KELOMPOK 1

MOH IKHTIAR : A42119128


REYNALDY : A42119122
MOH ERWIN : A42119034
FADIL : A42119039
STEVEN JIMMI HOA : A42118300
TRI VENA CORNELIA : A421191129
PRPGRAM STUDI
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A.    Latar Belakang..............................................................................................3
B.     Masalah........................................................................................................5
C.    Tujuan...........................................................................................................5
D.    Manfaat.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A.    Definisi Istilah..............................................................................................6
B.     Makna Pendidikan Jasmani dan olahraga..................................................15
C.    Tujuan Pendidikan jasmani dan Olahraga..................................................21
D.    Masalah Manajemen Dalam Penjas dan Pemecahannya............................23
E.     Manajemen Dalam Olahraga dan Pemecahannya......................................26
BAB III PENUTUP...............................................................................................28
A.    Kesimpulan.................................................................................................28
B.     Saran..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan jasmani dan olaraga merupakan bagian tak

terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu

anak agar tumbuh dan berkembang moral dan akhlaknya serta berpikir

positif secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan  nasional, yaitu

menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Husdarta (2009), bahwa

pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang

sesuai dengan karakteristik anak.

A pakah peranan pendidikan jas mani dan olahraga

dalam  mempersiapkan para pewaris bangsa ini untuk mampu bersaing

secara sehat dalam persaingan global sekarang ini dan yang akan datang?

Apa pula peranan pendidikan jasmani dan olahraga dalam

mengantisipasi kemungkinan terjadinya evolusi kehidupan manusia

yangcenderung tidak lagi memerlukan perangkat fisik yang utuh untuk

menjalankan tugasnya sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan mendasar

tersebut, serta penawaran satu alternatif dalam memandang peranan


dan fungsi Pendidikan jasmani dan olahraga yang seharusnya

dilaksanakan di sekolah-sekolah dasar dan menengah di Indoensia lebih

diseriusi dan ditingkatkan.

Istilah pendidikan jasmani yang telah dikenal pada tahun 1950-an di

Indonesia, cukup lama menghilang dari wacana, terutama sejak tahun 1960-an,

tatkala istilah itu diganti dengan istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut

sangat luas dan mendalam, terutama terhadap struktur dan isi kurikulum di semua

jenjang pendidikan sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap makna kedua

istilah itu, karena hamper selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan

fisik, seperti tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran jasmani.

Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah

proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga

untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam

hal fisik, mental serta emosional. Penjasor memperlakukan anak sebagai

sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya

sebagai seorang yang terpisah kual itas fisik dan mentaInya.

Dalam konsep dasar manajemen pendidikan jasmani

dan olahraga, akan di pahami bersama tentang beberapa pengertian

istilah, makna pendidikan jasmani dan olahraga, tujuan pendidikan jasmani

dan olahraga. Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penulisan karya yang

sangat sederhana ini maka penulis akan membatasi dan membahas istilah

penulisan yang terkait dengan konsep dasar manajemen pendidikan jasmani dan

olahraga antara lain: (A) definisi istilah sebagai berikut 1) definisi manajemen, 2)
definisi pendidikan, 3) definisi manajemen pendidikan, 4) definisi pendidikan

jasmani dan olahraga 5) definisi manajemen pendidikan jasmani dan olahraga. (B)

Makna pendidikan jasmani dan olahraga antara lain 1) kedudukan pendidikan

jasmani dan olahraga, 2) gerak sebagai pokok pendidikan jasmani dan olahraga, 3)

gerak sebagai kebutuhan anak, dan (C) tujuan pendidikan jasmani dan olahraga.

B.     Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam makalah ini adalah :

1.      Apa pengertian manajemen penjas secara umum dan para ahli?

2.      Tujuan dan makna manajemen penjas berdasarkan kedudukan?

3.      Masalah manajemen dalam pendidikan jasmani

4.      Masalah manajemen dalam olahraga

C.    Tujuan

Berdasarkan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1.      Untuk memahami defenisi manajemen penjas

2.      Mengetahui tujuan dan makna manajemen penjas itu sendiri

3.      Untuk memecahkan masalah manajemen dalam penjas.

4.      Untuk memecahkan masalah manajemen dalam olahraga

D.    Manfaat

1.      Untuk menambah pengetahuan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan

bermasyarakat

2.      Sebagai bahan pembelajaran


BAB II PEMBAHASAN

A.    Definisi Istilah

1.    Arti Manajemen

Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal

kata manus  yang berarti tangan dan agere  yang berarti melakukan. Kata-

kata ini digabung menjadi kata kerja  managere  yang artinya

menangani. Managere  diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk

kata kerja to manage,  dengan kata benda management,  dan manager  untuk

orang y a n g melakukan kegiatan manajemen.

A k h i r n y a ,  m a n a g e m e n t   diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

menjadi manajemen atau pengelolaan.

Panggabean (2004) mengemukakan bahwa: “manajemen merupakan suatu

proses yang terdiri dari atas fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pemimpin, dan pengendalian kegiatan sumber daya manusia Dinas Pemuda dan

Olahraga Sulawesi Selatan dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan secara

efesien”. Selanjutnya  Hasibuan (2006) mengemukakan bahwa: “manajemen


sebagai suatu usaha memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia yang berpotensi

dalam pencapaian tujuan”. Sumber-sumber tersebut berupa orang (man), uang

(money), material (material), peralatan (machine), metode (method), waktu (time)

dan prasarana lainnya.

Istilah manajemen telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang

berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan,

kepemimpinan, pemimpin, ketata pengurusan, administrasi dan sebagainya. Jadi

manajemen dalam hal ini diartikan sebagai suatu kegiatan pengadministrasian,

ketatalaksanaan, kepemimpinan, dan pengurusan (Siswanto, 2006:1).

Perkembangan ilmu manajemen yang pesat sesuai dengan akumulasi dan

perkembangan jaman, memunculkan pendapat yang beragam tentang fungsi

manajemen. Salah satu pendapat adalah yang dikemukakan oleh Terry (2003:8)

bahwa fungsi manajemen tersebut dikenal dengan singkatan POAC yaitu:

(1) perencanaan (Planning)

(2) pengorganisasian (Organizing)

(3) penggerakan (Actuating)

(4) pengawasan (Controlling)

Perencanaan merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya

dalam suatu organisasi, sehingga perencanaan ditempatkan sebagai fungsi

pertama. Perencanaan dapat disusun dengan mempertimbangkan hasil penelitian,

observasi atau dengan argumentasi. Perencanaan merupakan penjabaran dari

strategi awal organisasi. Untuk melaksanakan perencanaan dengan baik

diperlukan adanya suatu organisasi yang cocok. Sehingga kemudian muncul


fungsi yang kedua yaitu fungsi pengorganisasian. Dalam fungsi pengorganisasian

perlu ditelaah tentang kegiatan yang dilakukan, hakekat organisasi, proses

interaksi, prinsip organisasi dan tipe organisasi yang akan dijalankan.

Dengan terbentuknya suatu organisasi, dibutuhkan adanya usaha untuk

menggerakkan organisasi tersebut. Dalam proses penggerakkan tersebut perlu

dicermati pula proses intraksi antar manusia. Sehingga perlu adanya tatanan

menyangkut manusia, pendekatan, potensi, perilaku serta segala hal yang

berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas organisasi.

Setelah ketiga fungsi tersebut berjalan, yang terakhir muncul adalah perlu

adanya suatu pengawasan terhadap jalannya proses-proses sebelumnya. Pada

hakekatnya pengawasan mencakup penilaian  adanya kemajuan atau tidak,

perlunya penyegaran atau tidak. Sehingga pengawasan harus mampu menjadi

suatu upaya dalam meluruskan roda organisasi agar tidak terjadi penyimpangan

dalam organisasi tersebut. Pengawasan juga dapat dijadikan sebagai langkah

pengawasan dan evaluasi aktivitas organisasi menyangkut proses perencanaan,

pengorganisasian maupun tahapan pelurusan sesuai dengan visi dan misi yang

diemban.

Manajemen menurut Parker Follet (1997), adalah seni

dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain  (management is the art

of  getting things done through people).  Menurut

Hasibuan (2001) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Meskipun


banyak definisi  manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai

pandangan dan pendekatannya masing-masing, namun tidak satu pun yang

mernuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dipandang,

baik sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas  (task).  Olehnya

manajemen sebagaimana dikemukakan Nickels and McHugh dalam Sule dan

Saefullah (2005), bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan

untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan

berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian

orangorang serta sumber daya organisasi lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam

menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam

penyelesaian akan sesuatu tersebut terdapat tiga faktor yang terlibat :

(1) Adanya penggunaan sumberdaya organisasi, baik sumberdaya

manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Atau menurut Griffin

(2002), sumber daya tersebut meliputi sumberdaya manusia,

sumberdayaalam, sumberdaya keuangan, serta informasi,

(2) Adanya proses yang bertahap dari mulai

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengimplementasian,

hingga  pengendalian dan pengawasan,

(3) Adanya seni dalam menyelesaian  pekerjan.

2.      Arti Pendidikan


Seperti halnya manajemen, pengertian pendidikan pun sejauh

ini belum ada keseragaman formulasi yang dapat dipakai sebagai

pegangan karena masing-masingahli mengemukakan pengertian yangagak

berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari konsepsi pendekatannya

masing-masing.

Pendidikan merupakan suatu proses untuk membentuk generasi penerus

bangsa, pendidikan dilakukan saat hayat masih dikandung badan dan pendidikan

sangat penting bagi kehidupan kita sebagai makhluk sosial yang diberi

kemampuan oleh Allah SWT berupa akal pikiran untuk berpikir dan menerima

pelajaran.

Pendidikan pada masa “Sophistic” di Yunani dilakukan oleh para guru

yang selalu berkeliling mengajar ditempat-tempat umum yang dipanggil dengan

nama Sofis”. Dalam bahasa Yunani ada kata “sophisma” yang berarti “akal

cerdik”, ketrampilan berargumen” dengan konotasi “licik” yang dipakai di dalam

perdebatan atau pengajaran dengan satu tujuan yaitu agar keluar sebagai seorang

pemenang. Kaum Sofis ini berpendapat bahwa pendidikan yang diperlukan adalah

retorika, tata bahasa, logika, hukum, matematika, sastra, dan politik yang di dalam

prakteknya kaum Sofis ini “terjebak” ke dalam permainan lambang dan simbol

semata dalam bentuk permainan kata, ber-”silat-lidah”, menyusun argumentasi

yang bersifat manipulatif melalui pemutar-balikan fakta, memanipulasi lambang

dan makna yang disampaikan pada para pendengarnya, yang menurut Yasraf A.

Piliang mereka terjebak di dalam dunia citra (image), dunia lambang yang

berbeda dari realitas yang ada, berbeda dari kebenaran itu sendiri. Sehingga
kebebasan yang diharapkan ada di dalam proses pendidikan secara tidak langsung

sudah mengalami apa yang disebut oleh Pierre Bourdieu sebagai “kekerasan

simbolik” yaitu kekerasan yang halus dan tak tampak, baik dari sisi struktrur

bahasa maupun ditingkat semantik yang mengakibatkan di dalam proses

pendidikan kaum Sofis yang ada sebenarnya adalah kebebasan semu.

Socrates menganggap bahwa pendidikan yang tidak mengajarkan pada

murid untuk mencari kebenaran atau mengajarkan kebenaran tidaklah termasuk

pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Untuk mencapai kebenaran

melalui  pendidikan itulah, Socrates menggunakan metoda dialektika yang

membebaskan murid untuk berpikir sendiri tanpa terpengaruh oleh gagasan

gurunya.

Ilmu pendidikan disebut pedagogik yang merupakan terjemahan

dari Bahasa Inggris yaitu "pedagogics".  Pedagogics sendiri berasal dari

Bahasa Yunani yaitu "pais"yangartinya anak dan "again" yang artinya

membimbing. Dari arti tersebutdapat dipahami bahwa pendidikan mengandung

pengertian "bimbingan yang diberikan kepada anak". Orang yang

memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing

atau "pedagog". Dalam perkembangannya, istilah pendidikan (pedagogy) berarti

bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa

secara sadar dan bertanggung jawab, baik mengenai aspek jasmaniahnya maupun

aspek rohaniahnya menuju ketingkat kedewasaan anak.

Ditinjau dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan Undang-

 Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas, Pasal 1 ayat


(1), yaitu "Pendidikan adalah usaha sadardan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian dir kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara".

3.      Arti Manajemen Pendidikan

Pendidikan nasional haruslah dikelolah secara tepat agar tujuan

dapat tercapai secara efisien dan efektif. Karena itu, untuk pengelolaan

pendidikan diperlukan administrator yang dapat berkinerja secara

maksimal guna meningkatkan kualitas IUlUsan yangdiharapkan oleh

masyarakat.

Manajemen pendidikan oleh Knezevich (1984) diartikan

sebagai sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektivitas

pelayanan pendidikan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan,

perilaku kepimimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, koordinasi

personil, penciptaan ikI im organisasi yang kondusif, serta penentuan

pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan

masyarakatdi masa depan. Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Mulyasa

(2004) mengartikan manajemen pendidikan merupakan suatu sistem pengelolaan

dan penataan sumberdaya pendidikan; tenaga kependidikan, peserta didik,

masyarakat, kurikulum, dana, sarana dan prasarana pendidikan, tata

laksana dan I ingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan Yang ditetapkan.


Demikian pula Engkoswara (2001) berpendapat bahwa

manajemen pendidikan dalam arti luas adalah s uatu ilmu yang

mempelajari  bagaimana menata sumberdaya untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan

suasana yang kondusif bagi manusia yang terlibat di dalam mencapai

tujuan yang telah disepakati. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penataan

mengandung makna mengatur, memimp in, mengelola s uberdaya.

S edangkan  sumberdaya terdiri dari sumberdaya manusia (peserta didik,

pendidik, dan pemakai jasa kependidikan), sumber belajar dan kurikulum

(segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai

tujuan), serta fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang

menunjang  kemungkinan terjadinya pendidikan). Tujuan pendidikan dapat

tercapai dilihat dari indikator efektivitas dan efisiensi.

4.      Arti Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan olahraga? Secara

umum pendidikan jasmani dan olahraga dapat didefinisikan sebagai

berikut. Pendidikan jasmani dan olahraga (Penjasor)  adalah proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih untuk mencapai

tujuan pendidikan. Dari pengertian im, mengukuhkan bahwa Pendidikan

jasmani dan olaraga merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan

umum.

Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan

berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu


menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Husdarta (2009), bahwa

pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang

sesuai dengan karakteristik anak.

Secara umum pendidikan jasmani dan olahraga dapat

didefinisikan sebagai berikut; pendidikan jasmani dan olahraga adalah proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang

terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan (Agus Mahendra, 2004).

Definisi tersebut, sekali lagi mengukuhkan bahwa pendidikan jasmani

dan olahraga  merupakan bagian yang tak dapatdipisahkan dari

tujuan pendidikan umum.

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,

daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik

dan mentalnya.

Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang

sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus

lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah

pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan

jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah

pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang


menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani

yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

5.      Arti Manajemen Pendidikan Jasmani dan olahraga

Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan

ilmu mengelola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan

secara efektif dan efesien. Atau dengan kata lain manajemen pendidikan

dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan Yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Manajemen pendidikan dapat pula diartikan sebagai

proses perencanaan, pengorganisasian, pengaraha6, dan pengendalian

sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif,

efisien, mandiri, dan akuntabel (Husaini Usman, 2008).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa manajemen pendidikan jasmani dan olahraga pada dasarnya

merupakan seni atau proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengendalian/pengawasan sumber daya pendidikan melalui

aktivitas jasmani dan olahragayangterpilih untuk mencapai tujuan pendidikan

secara efektif dan efisien.

B.     Makna Pendidikan Jasmani dan olahraga


1.      Kedudukan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Kondisi bangsa kita sekarang sedang dihadapkan pada kondisi

krisis ekonomi, ditandai dengan mahalnya kebutuhan bahan pokok, tetapi

tidak dibarengi dengan pendapatan yang seimbang, hingga kini

masih membekaskan Iuka yang dalam bagi sebagian besar masyarakat

kita. Hal tersebut lebih terasa dan pedih bagi bangsa kita, ditengah kondisi

dunia Yang sedang dihadapkan pada krisis perebutan kekuasaan politik

dunia, dengan nuansa kental perebutan kekuasaan ekonomi dan teknologi

di sebagian besardunia maju dan imbasnya kena bangsa kita.

Menurut Husdarta (2009) kemampuan ekonomi bangsa

Indoensia telah terlempar pada keadaan tak terkendali, menghasilkan

persoalanp e r s o a l a n s e p e r t i p e m a n g k a s a n a n g g a r a n , h a r g a b a r a n g

y a n g  me mb ub un g, k es ul it an d an ko nf li k p en du du k k ot a,

r an gk ai an  pengangguran, hingga deficit pemernitah yang semakin

menggunung. jika negara maju lainnya sudah mengambil langkah-

langkah pasti  terhadap persoalan global yang menantang tersebut,

Indonesia tetap berada dalam kondisi lesu.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah

mencapai tahap sangat maju telah Pula menghadapkan bangsa kita,

terutama Para anak-anak dan remaja, pada gaga hidup yang semakin

menjauh dari semangat perkembangan total, karena lebih mengutamakan

keunggulan kecerdasan intelektual, sambil mengorbankan kepentingan

keunggulan fisik (physical conditioning) dan moral individu. Budaya hidUp


mudah/gampang, sedenter  (kurang gerak) karennya semakin kuat mengejala

di kalangan anakanak dan remaja, berkomunikasi dengan semakin

hilangnya ruang-ruang publik dan tugas kehidupan yang memerlukan

upaya fisik yang keras, segalanya menjadi mudah, sehingga lambat lawn

kemampuan fisik manusia sudah tidak diperlukan lagi. Dikhawatirkan secara

evolutif manusia akan berubah bentuk fisiknya, mengarah pada bentuk

yang tidak bisa kita bayangkan karena banyak anggota tubuh kita dari

mulai kaki dan lengan sudah dipandang tidak berfungsi (Husdarta, 2009).

Dalam kondisi demikian patutlah kita pertanyakan

kembali  peranan dan fungsi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani

dan olahraga, apakah peranan yang bisa dimainkan oleh program

Penjasor dalam kondisi dunia dan bangsa yang semakin dihadapkan pada

kuatnya potensi konflik tersebut? Apakah peranan pendidikan jasmani

dan olahraga dalam mempersiapkan Para pewaris bangsa ini untuk

mampu bersaing secara sehat dalam persaingan global sekarang ini dan

yang akan datang? Apa Pula peranan pendidikan jasmani dan olahraga

dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya evolusi kehidupan manusia

yang cenderung tidak lagi memerlukan perangkat fisik yang utuh

untuk menjalankan tugasnya sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan

mendasar tersebut, serta penawaran satu alternatif dalam memandang

peranan d a n fungsi pendidikan jasmani dan olahraga yang

s e h a r u s n y a  dilaksanakan di sekolah-sekolah dasardan menengah di

Indoensia lebih diseriusi dan ditingkatkan.


Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah

proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga

untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam

hal fisik, mental serta emosional. Penjasor memperlakukan anak sebagai

sebuall kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya

sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mental nya.

F okus perhatian pendidikan jas mani dan olahraga

adalah  peningkatan gerak manusia, lebih khusus lagi pendidikan jasmani

dan olahraga berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan

wilayah pendidikan lainnya, misalnya hubungan dan perkembangan tubuh-

fisik dengan pikiran dan jiwanya. Pengaruh perkembangan fisik

terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia

itulah yangmenjadikannya unik.

Menurut Husdarta (2009) bahwa pendidikan jasmani

memanfaatkan alai fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Berkaitan

dengan hal tersebut, diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan

emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang

cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, mis alnya pendidikan

moral, yang  penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi

aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun tidak langsung.

Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani dan olahraga

tidak.hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata.

Pengertian pendidikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian


tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan

jasmani dan olahraga pada bidangyang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu

proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Pendidikan jasmani dan olahraga karena harus

menyebabkan  Perbaikan dalam pikiran dan tubuh yang mempengaruhi

seluruh aspek kehidupan seharian seseorang. Pendekatan holistiktubuh-jiwa

ini termasuk Pula penekanan pada ketiga domain kependidikan,

yakni; psikor-notor,  kognitif, dan afektif.  Dengan meminjam ungkapan

Robert Gensemer, pendidikan jasmani dilstilahkan sebagai proses

menciptakan "tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa". Artinya

dalam tubuh yang baik diharapkan Pula terdapatjiwa yang what, sejalan

dengan pepatah Romawi Kuno, "men sang in corporesano".

Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percaya dan apa yang

kita praktekkan atau kesenjangan antara teori dan praktek, adalah sebuah duri

dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga.

2.      Gerak sebagai Unsur Pokok Pendidikan jasmani

Gerak merupakan perhatian pokok dari guru pendidikan jasmani  dan

olahraga. Tugasnya adalah membantu peserta didik bergerak secara efesien,

meningkatkan kualitas unjuk-kerjanya (performance), kemampuan belajarnya dan

kesehatannya. Karena gerak adalah unsure pokok pendidikan jasmani dan olahraga

penting bagi guru pendidikan jasmani memahami beberapa dimensi.

Dalam pola gerak yang tersusun, dapat dikenal tiga komponen

gerak, yaitu; gerak berkenaan dengan sikap tubuh, dengan transport


(perpindahan tubuh ke tempat lain) dan dengan tangan. Anak berkembang dan

belajar melalui tiga jalur tersebut. Komponen satu dan dua adalah pola gerak

yang digunakan untLik melawan daya tarik bumf yang melibatkan otot-otot

dan saraf. Otot-otot tersebut pada umumnya dipandang sebagai otot-otot fun-

damental dan gerakannya dinamakan aktivitas otot-otot besar (Abdullah; Manadji,

1994).

Penyesuaian yang bersifat sikap tubuh (postural)  merupaan dasar

dari sernua gerak. Semua pola gerak transport dan tangan harus dimulai

dari sikap tubuh. Dalam proses pertumbuhan a6ak'harus mulai

belajar mengangkat kepalanya dan kemudian mengerjakan otot-ototnya

untuk duduk. Setelah ia menguasai penyesuaian yang diperlukan untuk

sikap tubuh, ia juga belajar pola gerak maju. Gerak postural-transport

dimulai dengan melantai, yangdilakukan dengan tubuh bersentuhan dengan

lantai. Tahap perkembangan berikutnya adalah merangkak, dengan tubuh

tidak ada kontak dengan lantai, tangan dan lutut menopang berat

badannya. Gerak maju yang dilakukan berpola-silang dengan tangan dan lutut

yang berlawanan digerakkan silih berganti. Tahap berikut dari aktivitas postural-

transport anak mencoba berdiri di atas dua kaki dan dilanjutkan dengan berjalan.

Bila ia tidak menguasai aktivitas vitas pola-silang dari merangkak, mungkin la

mendapat kesulitan dalam belajar berjalan.

Menurut Getman yang dikutip Abdullah; Manadji, 2009) selagi anda belajar

menggabungkan dan mengintegrasikan gerak mata dengan gerak tangan, ia

membentLik dasar pengintegrasikan dari semua kombinasi lainnya yang mungkn dalam


semua system perceptual tubuh. Hasil penelitian menyatakan bahwa pola gerak anak

dalam bentuk koordinasi tangan-mata sangat teritegrasi dengan kemampuannya

membedakan bunyi dan kemampuannya membentuk kata-kata.

Faktor unjuk kerja jasmani merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam

olahraga. Pertama, faktor unsur unjuk kerja yang mendasar semua gerak, seperti

kelincahan, kecepatan, kekuatan, daya tahan, keseimbangan, kelentukan dan lain-lain.

Kedua faktoraktivitas universal, yaitu keterampilan fundamental seperti lari, lompat,

lempar, panjat dan gantung. Dikatakan keterampilan universal karena keterampilan

itu sama bagi semua unjukkerja dari semua orang dan daerah geografis atau kebangsaan

apapun. Faktor ketiga adalah gerakan khusus yang bertingkat tinggi yang dikuasai

dengan latihan dan pengalaman khusus dan berbeda dari orang ke orang.

la mencakup aktivitas olahraga, tari dan senam. Individu memperoleh melalui latihan

yang banyak, spesialisasi dan ia khas untuk tiap aktivitas khusus. Singer (1986)

berpendapat bahwa keberhasilan dalam unjuk-kerja gerak dapat tergantung pada faktor-

faktor pribadi berikut;

(1) karakteristik jasmani, 

(2) kemampuan gerak,

(3)rasa aman,

(4)kemampuan perceptual,

(5) kecerdasan dan emosi.

C.    Tujuan Pendidikan jasmani dan Olahraga

Tahukah anda apa tujuan pendidikan jasmani dan olahraga?

Mungkin anda berpendapat, tujuannya adalah hanya meningkatkan


keterampilan siswa untuk berolahraga. Mungkin pula kawan anda yang lain

mengatakan tujuannya adalah agar anak mencapai taraf kesehatan yang

mernuaskan. Atau ada pula yang berpendapat, kegiatan itu untuk meningkatkan

kebugaran jasmani. Semuanya benar, namun pendapat itu kurang lengkap,

sebab masih ada lagi tujuan lainnya yang tidak kalah pentingnya.

Pendidikan jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak.

Para ahli sepakat bahwa pendidikan jasmani merupakan  alat  untuk

membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik

tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat.

Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata

berupa aktivitas jasmani.

Mengapa pendidikan jasmani dan olahraga diajarkan di

sekolah? Kesalah pahaman memang telah terjadi. Orang awam

berpendapat pendidikan jasmani lebih menekankan pembinaan keterampilan

fisik, yang sebenarnya tentu tidak demikian. ldealnya adalah tujuan

program pendidikan jasmani dan olahraga itu bersifat menyeluruh, sebab

mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya agar seseorang

percaya diri, berdisiplin, sehat, bugar dan hidup bahagia.

Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga sudah tercakup

dalam pemaparan di atas, yaitu memberikan kesempatan kepada anak

untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus

mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional


dan moral. S i ng ka tn ya pe nd id ik an ja s m an i da n o la hr ag a b er tu iv an

u nt uk  mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya.

Misi pendidikan jasmani dan olahraga tercakup dalam

tujuan pembelajarannya yang meliputi domain kognitif, psikomotor dan

afektif. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar

dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk

dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama

dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain psikomotor.

Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut guru

perlu  membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan

dipelaiari berdasarkan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang

mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat

mendidik itu dimanfaatkan secara sengaia untuk menumbuhkan berbagai

kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang

secara menyeluruh yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.

Jadi pendidikan jasmani dan olahraga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk:

·         Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa

untuk berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika,

dan perkembangan sosial.

·         Mengembangkan percaya diri dan kemampuan menguasai keterampilan gerak

dasar yang akan mendorong partisipasi siswa dalam

aneka aktivitasjasmani.
·         Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani

yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien

dan terkendali.

·         Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam

aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan.

·         Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat

mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi

secara efektif dalam hubungan antar orang.

·         Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas

jasmani, termasuk permainan dan olahraga.

D.    Masalah Manajemen Dalam Penjas dan Pemecahannya

Status penjas di lembaga pendidikan formal memang masih memerlukan

pemberdayaan dalam pengertian bidang studi yang menjadi wahana pendidikan

itu harus dikembangkan. Sementara ini semua insan pendidikan menyadari status

penjas yang masih dianggap sebagai pelengkap bagi bidang studi lainnya. Suara

keluhan guru penjas tidak henti-hentinya mereka mengemukakan dalam berbagai

kesempatan, namun pemecahan masalahnya tidak kunjung tuntas.

Persoalan tersebut terkait langsung dengan tataran atas pada tingkat

kebijakan, bahwa bidang studi penjas belum menjadi prioritas. Hal ini tidak lepas

dari kebijakan nasional pendidikan yang selama ini masih memberikan proritas

pada bidang studi IPA, dihubungkan dengan upaya bangsa Indonesia untuk
memajukan bidang iptek. Nasib bidang studi kelompok IPS tidak begitu jauh

dengan bidang studi penjaskes. Walaupun kita insan penjas dan olahraga

mengklain bahwa bidang studi penjas adalah paling unik. Sebab bidang studi

penjas satu-satunya bidang yang mengurus bidang jasmaniah. Namun secara

langsung mengintervensi pendidikan secara menyeluruh. Namun masih banyak

orang yang belum memahami bahwa penjas itu, juga sangat potensial untuk

merangsang perkembangan penalaran dan fungsi saraf yang dibutuhkan dalam

pembuatan keputusan. Masih banyak orang yang belum faham konsep inteligensi

mejemuk yang perlu mendapat penanganan dengan implikasi pada perluasan

spectrum layanan bagi setiap anak, sesuai dengan potensinya. Pertanyaan kita,

adakah selama ini seluruh program penjas dilaksanakan dengan menerapkan

fungsi manajemen?

Dalam konteks yang lebih terbatas, namun sangat strategis, adalah aplikasi

manajemen dakam pengelolaan proses belajar mengajar. Ada 3 unsur pokok yang

perlu dikelola oleh guru yaitu :

1.      Manajemen tugas ajar

2.      Manajemen perilaku siswa

3.      Manajemen atmosfir belajar

Ketiga hal ini lebih berbobot akademiknya dibandingkan pelaksanaan

fungsing administrasi yang lebih ringan, tetapi memberatkan, seperti pembuatan

Satuan Acara Pelajaran (SAP), mengawalkehadiran siswa mengutamakan

seragam, dan lain-lain yang meskipun tetap harus diperhatikan, namun menggeser

kedudukan manajemen PBM yang jauh lebih strategis.


Dalam keadaan status dan kondisi penjas yang masih lemah, maka

pembinaannya memadukan dukungan. Kepemimpinan guru penjas sangat

dibutuhkan untuk mampu membangkkitkan hubungan dari warga masyarakat

sekolah ( termasuk kepala sekolah dan guru lainnya ) serta warga masyarakat pada

umumnya, seperti organisasi induk olahraga dan orang tua siswa. Kepemimpinan

itu jualah yang ikut menciptakan atmosfir baru yang mengangkat citra penjas

sebagai bidang studi yang dapat diandalkan untuk mendidik. Praktik pengajaran

yang menelantarkan siswa, model pendekatan “ Remote Kontrol “ gurunya entah

kemana siswanya aktif sendiri merupakan contoh perlakuan dalam pendidikan

yang menimbulkan citra memperendah kedudukan penjas. Oleh karena itu,

berkaitan dengan kepemimpinan tersebut, faktor kecakapan untuk membangun

relasi antar orang dan komunikasi, selain koordinasi dalam kontek manajemen,

sungguh sangat dibutuhkan.

1.      Pemahaman pada masalah ( Identifikasi dari tujuan )

2.      Membuat diagranmnya dan mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui

dan dibutuhkan.

3.      membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V=volume, m=massa dsb ).

4.      Membuat Rencana Pemecahan Masalah

5.      mengenali sesuatu yang sudah dikenali.

6.      Gunakan analogi

E.     Manajemen Dalam Olahraga dan Pemecahannya

Manajemen olahraga adalah suatu kombinasi keterampilan yang

berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,


pengendalian, penganggaran, dan evaluasi dalam kontek suatu organisasi yang

memiliki produk utama berkaitan dengan olahraga.(Janet

Park,1998:4). Pengkombinasian tersebut perlu SDM yang terlibat dalam

organisasi, bersatu dalam sebuah sistem bahu membahu bekerja untuk mencapai

tujuan

Manajer adalah orang salah satu orang yang utama dalam organisasi olahraga

karena harus mampu merencanakan, mengambil keputusan, melakukan koordinasi

serta memotivasi produktivitas karyawan dan hubungan antar pengurus,

memahami dan mengerti fungsi-fungsi manajemen yaitu:

1.      Menganalisis dan menjelaskan masalah

2.      Mencari alternatif pemecahan

3.      Memilih suatu pemecahan

4.      Menerapkan pemecahan

5.      Evaluasi

6.      Melihat perubahan yang ada


BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

Manajemen pendidikan jasmani dan olahraga pada

dasarnya merupakan seni atau proses dalam perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian/pengawasan sumber

daya pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilili untuk

mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah

proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga

untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam


hal fisik, mental serta emosional. Penjasor memperlakukan anak sebagai

sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya

sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Singkatnya pendidikan jasmani dan olahraga bertujuan

u n t u k  mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya, secara

sederhana tujuan pendidikan jasmani dan olahraga meliputi tiga ranch atau

domain yakni kogntif, psikomotor, dan afektif sebagai satu kesatuan.

Masalah yang dihadapi dalam manajemen penjas dapat dipecahkam

melalui kepemimpinan guru penjas karena sangat dibutuhkan untuk mampu

membangkkitkan hubungan dari warga masyarakat sekolah (termasuk kepala

sekolah dan guru lainnya) serta warga masyarakat pada umumnya. Kepemimpinan

itu jualah yang ikut menciptakan atmosfir baru yang mengangkat citra penjas

sebagai bidang studi yang dapat diandalkan untuk mendidik.

B.     Saran

Sangat diharapkan pembinaan penjas dan olahraga bisa dijalankan sesuai

dengan prinsip manajemen yang benar, sehingga yang harus diperhatikan adalah

yang terlibat dalam kepengurusan olahraga diharapkan benar-benar yang

berkompeten di dalamnya sehingga apa yang akan dicapai akan terlaksana sesuai

dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Arma; Agus Manadji. Dasar-Dasar Pendidikan

Jasmani. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi,

Depdikbud, 1994.

Ahmadi Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Anonymous. UU

RI No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher, 2007.

Ateng, H.A. Azas dan Landasan Pendidian Jasmani.  Jakarta:

Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti, 1993.

Barrow, H.M. Man and Movement, Principles of Physical Education (2n'ed).

Philadelphia; New York: David Mckay Co.,Inc, 1977.


Bernadin, John H, Joice A, Russel. Applied Psychology in Human

Resources Management. United of America: Prentince Hall, 1988.

Depdiknas. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Dekdiknas,

1997. Engkoswara. Paradigms Manajemen Pendidikan,

Menyonsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Enoch, J. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

2000. Fattah, N. Landasan Manajemen Pendidikan.  Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2000.

Flippo, Edwin B. Personnel Managament, Sixth Edition. New York: Mc. Grave-

Hill Book Company, 1984.

Gie, The Liang. Unsur-Unsur Administrasi.  Yogyakarta:

Penerbit Supersukses, 1993.

Gilbert, D.R & R.E Freeman, Stoner J. Management. New Jersey:

Person Printice Hall, 1995.

Griffin Ricky W. Management. Boston: Houghton, Fiffin, 19987.

Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Dasar Pengertian dan

Masalah. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

………………… Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara,

2008.

Hoy, W             K & Miskel, C.G. Education Administration.  (3111 Ed). New

York:

Random House, 1987.

Husdarta, H.J.S. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta, 2009.


Mahendra Agus. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar & Menengah Direktorat

Tenaga Kependidikan, 2004.

http://pnjasorgatharppsunj.blogspot.co.id/2012/12/manajemen-pendidikan-

jasmani-dan.html

Anda mungkin juga menyukai