Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STATEMENT PRO TERHADAP REGULASI EKSPOR BENUR

Diajukan untuk memenuhi salah satu nilai tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Kelautan dan Perikanan yang di ampu oleh :
Ayang Armelita Rosalia,S.Pi..,M.Si.

Disusun oleh :

2003796 Muhammad Akbar Ramadhani Presenter


2003816 Viantika Maulida Presenter
2004088 Tri Wahyuni Pengumpul Bahan
2004265 Salsabila Putri Fahriza Tanya Jawab
2004442 Ardiana Pengumpul Bahan
2004524 Riki Ramdhani Rifai Penulis Naskah Makalah
2004601 Renata Nabillah Notulen Diskusi
2004625 Amanda Chairunisa Tanya Jawab
2005151 Permita Imanuela Hasibuan Pembuat PPT
2005463 Lingga Pratama Pembuat PPT
2005490 Novita Intan Purwitasari Haryono Penulis Naskah Makalah
2005566 Mahmuda Qowwamul Haq Pembuat PPT
2005577 Mutiara Oktavia Tanya Jawab
2005579 Dionisius Hendard Christianto Penulis Naskah Makalah
2005664 Devita Krisnawati Presenter
2006357 Haekal Ghossan Firdaus Presenter
2006879 Yemima Silaen Pengumpul Bahan

JURUSAN SISTEM INFORMASI KELAUTAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dam hidayah-Nya. Atas berkat dan hidayah-Nya serta
berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah Pengantar Ilmu Kelautan dan
Perikanan yang membahas tentang Regulasi ekspor benur.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan informasi dari media
massa yang berhubungan dengan Regulasi ekspor benur. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena adanya keterbatasan ilmu
dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang
bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB l PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Metode Penulisan Makalah......................................................................................1

1.4 Tujuan......................................................................................................................2

1.5 Manfaat....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN MASALAH..................................................................3


2.1 Pengertian Benur.....................................................................................................3

2.2 Pengertian Ekspor Benur..........................................................................................3

2.3 Potensi Lobster Terutama Benur di Indonesia.........................................................3

2.4 Izin Ekspor Benur di Indonesia.................................................................................4

2.5 Nilai Keuntungan Ekspor Benur................................................................................6

2.6 Strategi Pemerintah dalam Mengontrol Ekspor Benur.............................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................9


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................9

3.2 Saran........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

DAFTAR GRAFIK

NO NAMA GRAFIK HALAMAN


1 Grafik penggagalan penyelundupan benih 4
lobster 2015-Juni 2019

iii
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan


potensi dan kekayaan alam yang berlimpah sebagai karunia dari Tuhan Yang
Maha Esa. Dua pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan
merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia.
Terdapat 17.508 pulau di Indonesia dengan garis pantai sepanjang 81.000 km²
dan luas sekitar 3,1 juta km² (0,3 juta km² perairan teritorial dan 2,8 juta km²
perairan nusantara) atau 62% dari luas teritorialnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Indonesia memiliki sumberdaya kelautan yang berlimpah.
Lobster (Panulirus Sp) atau udang karang merupakan salah satu
komoditas ekspor dari subsektor perikanan Indonesia dan merupakan
kompenen penting bagi perikanan udang di Indonesia. Komoditas ini perlu
lebih dikembangkan karena nilai perdagangan dan potensinya cukup tinggi.
Lobster menempati urutan keempat untuk komoditas ekspor dari bangsa
crustacea setelah marga penaeus,metapenaeus dan macrobrachium menurut
catatan statistik Indonesia pada tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari benur ?


2. Apa pengertian dari ekspor benur ?
3. Seberapa besar potensi lobster terutama benur di Indonesia ?
4. Mengapa benur mendapat izin untuk di ekspor ?
5. Seberapa besar nilai keuntungan ekspor benur ?
6. Bagaimana cara pemerintah mengontrol ekspor benur ?

1.3 Metode Penulisan Makalah

Penulisan dalam makalah ini adalah karya ilmiah yang


pembahasannya berdasarkan data lapangan yang bersifat empiris-obyektif.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode studi
literatur dimana terfokus pada obyek yang diamati.

1.4 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari benur
2. Mengetahui seberapa besar potensi lobster terutama benur di Indonesia
3. Mengetahui pengertian dari ekspor benur
4. Mengetahui alasan mengapa ekspor benur di izinkan

5. Mengetahui seberapa besar nilai keuntungan ekspor benur


6. Mengetahui strategi pemerintah dalam mengontrol ekspor benur

1.5 Manfaat
Manfaat yang akan didapatkan yaitu membantu pembaca untuk
memahami ekspor benur dan memberikan prespektif lain dalam melihat
keuntungan dari ekspor benur bagi Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Pengertian Benur

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), benur atau


benih udang memiliki dua makna yaitu benih udang yang hampir tidak kasat
mata dan makna yang kedua adalah anak udang windu. Udang windu
(penaeus monodon) dikenal dengan sebutan black tiger shrimp merupakan
udang laut asli Indonesia yang tumbuh mencapai 35 cm dan berat sekitar 260
gram. Dalam hal ini, makna benur adalah anakan lobster yang tidak kasat
mata.

2.2 Pengertian Ekspor Benur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspor adalah


pengiriman barang dagang ke luar negeri. Mengeskpor adalah mengirimkan
barang dagangan ke luar negeri. Adapun ekspor benur dapat diartikan sebagai
pengeksporan atau pengiriman anakan lobster ke beberapa negara di dunia.

2.3 Potensi Lobster Terutama Benur di Indonesia

Lobster memiliki daerah penyebaran yang cukup luas yaitu


melingkupi hampir di seluruh perairan yang berkarang di dunia. Di Indonesia
sendiri terdapat beberapa daerah yang memiliki potensi sumberdaya lobster
yaitu Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Paparan Sunda,
Selat Malaka, dan Timur Kalimantan, Selatan/Barat Kalimantan, Timur
Sumatera, Utara Jawa, Selatan Sulawesi, Utara Sulawesi, Maluku dan Papua.
Potensi benih lobster Indonesia disebut melimpah. Anggota Dewan
Penasehat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Timur,
Bambang Haryo Soekartono,mengatakan potensi benur lobster Indonesia
diperikirakan mencapai 2-3 miliar per tahun. Menurutnya, Indonesia
merupakan sumber lobster terbesar di dunia. Mengutip data Kementrian
Kelautan dan Perikanan terdapat 20 lokasi potensial sumber lobster di seluruh
Indonesia. Jika dibandingkan dengan potensi benur lobster Indonesia dengan
Vietnam,nelayan Indonesia bisa memanen dua hingga tiga juta lobster dalam
satu atau dua bulan saja. Sedangkan Vietnam harus menunggu satu tahun
untuk memanen dengan jumlah yang sama. Potensi benih lobster di Indonesia
mencapai ratusan triliun rupiah setiap tahun apabila per ekornya dihargai
sekitar Rp 50.000 -, . Jika benur dibudidayakan hingga ukuran 500 gram
harganya dapat mencapai Rp 500.000-, .
Saat ini Indonesia mempunyai enam jenis benih lobster ,yaitu lobster
pasir (Panulirus homarus), lobster batik (Panulirus Longipes), lobster batu
(Panulirus penicillatus), lobster Pakistan (Panulirus polyphagus),lobster
mutiara (Pnulirus ornatus), lobster bambu (Panulirus versicolor).
Adapun untuk pengembangan budidaya lobster sendiri telah dilakukan
Indonesia sejak lama dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 12 Tahun 2020 tentang pengelolaan lobster,kepiting,dan
rajungan di wilayah Negara Republik Indonesia.

2.4 Izin Ekspor Benur di Indonesia

Resmi disahkan pada 4 Mei 2020 lalu, Peraturan Menteri Kelautan


dan Perikanan (Permen KP) Nomor 12 tahun 2020 yang mengatur tentang
pengelolaan lobster,kepiting,dan rajungan di wilayah Indonesia beserta
berbagai petunjuk teknis lainnya.
Adapun salah satu alasan pemerintah megizinkan ekspor benur adalah
untuk mengurangi potensi penyelundupan. Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mendukung wacana dibukanya keran
ekspor. “Daripada sekarang diselundupin 80%, kan lebih bagus dikontrol,”
katanya. Dari grafik Databoks di bawah ini terlihat selama periode 2015
hingga Juni 2019 terjadi 254 kasus penyelundupan benih lobster.

Total yang berhasil diselamatkan mencapai 8,6 juta ekor atau senilai Rp 1,2
triliun. Dari grafik Databoks ini terlihat selama periode 2015 hingga Juni
2019 terjadi 254 kasus penyelundupan benih lobster. Total yang berhasil
diselamatkan mencapai 8,6 juta ekor atau senilai Rp 1,2 triliun. Aksi
penyelundupan yang berhasil digagalkan terbanyak terjadi pada 2017,
sebanyak 100 kasus. Tapi kalau dihitung secara nilai, pada 2018 mencatat
rekor paling besar, mencapai 2,5 juta ekor atau setara Rp 463,3 miliar.
Ekspor benur ini juga memiliki beberapa persyaratan antara lain
adalah :
1. Sebelum ekspor pengusaha wajib membudidaya benur terlebih
dahulu.
2. Pelaku usaha harus mempresentasikan sebaran lokasi
pekerjaannya, jangkauan pelibatan nelayan,serta harga beli ke
nelayan.
3. Bagi perusahaan yang telah ditunjuk menjadi eksportir harus
menunjukkan bukti telah melakukan panen secara berkelanjutan
dan telah melepas liarkan lobster sebanyak 2 persen dari hasil
pembudidayaan dengan ukuran sesuai hasil panen.
Setiap orang yang melaksanakan ekspor Benih Bening Lobster
(Puerulus) dan penjualan domestik dapat dikenakan kewajiban membayar
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) per satuan ekor Benih Bening
Lobster (Puerulus) dengan nilai yang ditetapkan oleh Kementerian yang
menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang keuangan negara.
Hitungan ekonominya bisa mencapai triliun rupiah, bisa dipakai melunasi
utang negara, menambah stok APBN, pembangunan kesejahteraan dan
penambahan sumber target APBN disektor lainnya. Misalnya: 1 ekor benih
nilai PNBP-nya: Rp1000 perekor x 100 juta kuota benih per 1 korporasi
(perusahaan ekspor). Berarti jumlah PNBP-nya: Rp 1 triliun pertahun per 1
perusahaan (korporasi). Kalau 1 triliun x 200 perusahaan berarti: Rp200
triliun.
Apalagi kalau hitungan tata niaga lobster dari beberapa cabang usaha
lobster, misalnya: hasil penjualan domestik dan ekspor lobster dari kelompok
pembudidaya yang diperkirakan mencapai 500 miliar perbulan. Sungguh
nikmat Tuhan yang mana engkau dustai. Kalau pelarangan, kemudian muncul
penyelundupan. Malah negara tidak dapat apa-apa. Kemudian ditambah lagi
pemasukan PNBP dari perizinan kapal, pembudidaya, komoditas lainnya.
Tentu sudah pasti capaian KKP dalam RPJMN akan dapat tercapai target.
Kalau penghasilan negara dari sektor Kelautan dan Perikanan bisa pakai
bayar hutang negara, perkuat ekspor, bangun coldstorage, menambah APBN
dan suplay anggaran untuk pembangunan kapal-kapal nelayan. Maka itu
sangat luar biasa perkembangannya ke depan.
Apalagi, penentuan pengeluaran benih bening lobster untuk
kepentingan ekspor wajib menunjukkan Surat Keterangan Asal (SKA) yang
diterbitkan oleh dinas yang menyelenggarakan tugas dan fungsi di bidang
kelautan dan perikanan pada pemerintah daerah setempat.
Tentu sebelum eksportir (perusahaan swasta asing dan domestik)
melakukan ekspor benih bening lobster, mereka harus terlebih dahulu
membayar di awal Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) per satuan ekor
Benih Bening Lobster (Puerulus) dengan nilai yang ditetapkan oleh
Kementerian keuangan negara.

Kemudian, jumlah pengekspor juga ditentukan sehingga setiap orang


yang melaksanakan ekspor, menangkap Benih Bening Lobster (Puerulus) dan
pembudidayaan Lobster (Panulirus spp.) ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
yang menyelenggarakan tugas dan fungsi dibidang perikanan
budidaya.Meskipun demikian, prinsip yang paling penting dalam
pemanfaatan benih lobster, adalah nelayan penangkap benih lobster dan
lobster ukuran karapas 150 cm dapat hidup saling men-support dan begitupun
pembudidaya lobster sehingga harapan peningkatan ekonomi dapat berjalan
lancar.
Potensi hidup benih lobster di alam memang sangat kecil, yakni
1:10.000. Artinya, dari 10.000 benih yang punya potensi hidup hingga besar
adalah satu ekor saja. Begitu induk-induk lobster menetaskan telur di laut, dia
dititipkan pada mekanisme alam, mekanisme arus dan mekanisme alam
regional.Sehingga bila benih-benih tersebut tidak dimanfaatkan menjadi nilai
ekonomis, akan mati sia-sia. Cara memanfaatkan paling efektif adalah dengan
budidaya (pembesaran) lobster. Pelarangan sebaiknya hanya untuk lobster
bertelur. Prinsip utamanya jangan ganggu indukan yang ada telurnya. Kalau
ambil induk, itu mempercepat kepunahan.
Guna mempertahankan kelangsungan lobster di alam, ada beberapa
aturan yang dapat diterapkan dalam pembesaran dan pelarangan penangkapan
induk lobster bertelur. Salah satunya yaitu dengan mewajibkan nelayan
(stakeholders) lakukan pembesaran benih lobster mengembalikan sebanyak 5
persen hasil pembesarannya ke alam. Dengan ini kan otomatis yang tadinya
kesempatan hidup benih lobster hanya 1 persen bisa kembali restocking 5
persen setelah pembesaran.
Sementara itu, menurut Koordinator Penasihat Menteri, Rokhmin
Dahuri mengaku ada empat langkah KKP dalam menangani persoalan benih
lobster. Pertama akan membudidayakan (pembesaran) lobster,
pengembangbiakan benih (hatchery), restocking, dan ekspor dalam jumlah
sangat terbatas dan terkendali (kuota). Karena kalau ekspor langsung
dimatikan, justru yang akan terjadi adalah black market dan yang kaya
oknum-oknum saja.
Hal yang tak kalah penting yaitu memastikan tidak terjadi
pengrusakan habitat lobster akibat penggunaan sianida dan bahan kimia
berbahaya lainnya, blast fishing (penangkapan ikan dengan peledakan), serta
cara-cara lainnya yang juga dapat merusak koral, termasuk pencemaran laut
oleh limbah minyak. Jangan pertumbuhan terhambat hanya karena selalu
bersembunyi di kedok lingkungan. Dan jangan juga dengan alasan
lingkungan, tidak ada kehidupan. Tentu sisi lain, juga ingin pertumbuhan
ekonomi juga tidak merusak lingkungan. Keduanya harus berjalan seimbang.

2.5 Nilai Keuntungan Ekspor Benur

Mana lebih untung ekspor benih lobster dengan penangkapan untuk


budidaya? Jawabannya adalah lebih untung ekspor benih lobster.Logika
keuntungannya pertama adalah ekspor langsung,standar PNBP 1000 per ekor.
Bila pemberlakuan perkuota per tahun. Maka, lipatgandakan standar PNBP
dengan kuota ekspor pertahun. Misalnya kuota ekspor tahun 2020 sebesar
100 juta benih lobster. Maka Rp1000 x 1juta (benih).
Kedua ,ekspor lobster budidaya standar harga benih untuk budidaya,
standar harga 3-5 gram mencapai 750.000 dilipatgandakan jumlah
pembudidaya. Katakan seluruh Indonesia hanya 1000 orang pembudidaya.
Tempatnya sentra budidaya. Jumlah lubang 5000 ukuran 10 x 12 meter. Luas
area budidaya 500 hektar. Upaya pembesaran benih selama 7-10 bulan. Satu
lubang budidaya 5juta benih. Berarti 5 juta x 200 lubang. Biaya logistik
pakan satu lubang perhari dan bulanan.Itu hasil pengeluaran selama budidaya.
Sekarang kita hitung untuk ekspor lobster masing-masing ukuran. Kita hitung
saja ukuran berat 3-4 ons seharga 250.000 (dua ratus lima puluh ribu). Kita
hitung ya, tahun 2020 target ekspor 50 ton. Hitungannya: 250.000 x 50 ton
hasilnya: Rp12.500.000.000 (dua belas miliar lima ratus juta).
Dua model hitungan ekspor dan budidaya di atas harus dipahami
bahwa semakin rendah harga benih, maka ekspor benih lobster dan budidaya
lobster semakin kecil keuntungannya. Peluang ekspor budidaya lebih besar
tergantung pada proses pembesaran dengan jaminan produksi pakan harus
tersedia secara simultan dan berlanjut.Tentu, pemerintah sudah memiliki
langkah agar populasi benih lobster tetap terjaga meski larangan ekspor
dibuka. Hal itu dengan upaya pembesaran, dan setiap 2,5 – 5 persen dari
jumlah lobster yang dibesarkan harus dikembalikan ke laut. Tentu ukuran
yang harus dikembalikan itu ukurannya Survival Rate (SR) sudah berumur 1
tahun dengan ukuran berat 5-7 cm, beratnya 0,10 ons.
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan, berbagai
peraturan menteri terdahulu yang direvisinya tidak mungkin merusak alam.
Sebab sebut dia, relaksasi regulasi tersebut telah berdasarkan penelitian
ilmiah, riset, dan akademis dengan semua pemangku kepentingan terkait
sehingga telah mewakili semua suara. Adapun salah satu peraturan yang
direvisi dan telah dalam tahap finalisasi tersebut adalah soal potensi
membuka keran ekspor benih lobster.
Edhy menyebut, hal tersebut dia lakukan agar nelayan tradisional
mampu bertahan dan bisa naik kelas. Pasalnya dengan merevisi aturan,
banyak pihak akan mendapat nilai tambah entah dari budidaya ataupun
ekspor, termasuk budidaya benih lobster. Lebih lanjut, dia memastikan,
peraturan soal lobster termasuk pembenihan dan pembesaran pun telah masuk
dalam aturan yang direvisi tersebut. Untuk ekspor, Edhy telah menyiapkan
petunjuk teknis pembatasan kuota ekspor.Menurut Edhy, ekspor benih lobster
juga bisa menciptakan nilai tambah dan mengurangi penyelundupan.

2.6 Strategi Pemerintah dalam Mengontrol Ekspor Benur

Seluruh wilayah di Indonesia diharapkan bisa melaksanakan budidaya


lobster setelah revisi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56
tahun 2016 tentang larangan penangkapan dan / atau pengeluaran
lobster,kepiting,dan rajungan selesai dilakukan. Pelaksanaan budi daya untuk
komoditas bernilai ekonomi tinggi itu, dilaksanakan terutama pada wilayah
yang memiliki sumber daya alam yang sangat baik. Tetapi,pelaksanaan
tersebut harus dilakukan melalui pengaturan yang sangat ketat.
Dari sisi jumlah telur, bisa dikatakan bahwa setiap lobster yang ada di
Indonesia sekarang sebenarnya memiliki kemampuan untuk bertelur dengan
jumlah lebih dari satu juta telur. Dengan hitungan tersebut jika benur
dibiarkan di alam sebanyak 50%,maka asumsinya aka nada 500 ribu ekor
benur yang akan tetap hidup di alam. Dengan cara tersebut,maka
kekhawatiran masyarakat bahwa budi daya lobster akan memicu terjadinya
eksploitasi sumber daya alam di laut , itu sebenarnya tidak akan terjadi.
Mengingat, lobster itu adalah komoditas yang sangat mudah untuk
berkembang biak, terutama di alam lepas.
Pemerintah Indonesia memberikan isyarat akan memilih jalan budi
daya untuk pemanfaatan benih lobster yang tersedia di alam. Pilihan tersebut
diambil karena pemanfaatan potensi lobster untuk saat ini masih sangat besar
di Indonesia. Itu artinya,pemanfaatan akan berfokus pada pembesaran benih
lobster menjadi lobster siap jual dengan nilai yang tinggi. Dengan melakukan
pembesaran lobster ,maka itu juga akan meningkatkan nilai tambah
pendapatan masyarakat pesisir yang selama ini sangat bergantung pada
pemanfaatan lobster. Hal itu terutama dirasakan oleh masyarakat pesisir yang
tinggal di kawasan sentra penghasil benur. Dari banyak kajian yang telah
dilakukan bersama KKP dan lembaga penelitian lain,diperikarakan ada
ratusan juta benih lobster per tahun yang bisa ditemukan di wilayah sentra
penghasil lobster. Kelimpahan produksi tersebut, pada satu waktu akan
memicu terjadinya sink population ,yakni kondisi dimana populasi benih
lobster akan mengalami pengurangan atau lenyap secara tiba-tiba.
Pengembangan budi daya untuk benur ,diyakini tak hanya
memberikan manfaat secara ekonomi semata ,namun juga akan memicu
peningkatan stok di alam. Caranya adalah dengan melaksanakan pengaturan
kewajiban restocking benih lobster pada fase tertentu. Untuk itu pemerintah
akan segera menyusun peta jalan untuk pengembangan industry lobster
nasional dengan melibatkan semua stakeholders terkait. Dalam penyusunan
itu,akan dilakukan kajian stok,pengaturan area tangkap lestari,pemetaan
ruang untuk budi daya,penyiapan teknologi,investasi,dan yang lain – lain.
Kemudian,Kementrian Kelautan dan Perikanan telah menunjuk
sebanyak sembilan perusahaan sebagai eksportir benur. Deputi Koordinasi
Sumber Daya Maritim Kementrian Koordinator Maritim dan Investasi,
memberikan izin kepada Sembilan perusahaan justru untuk membatasi ekspor
benur supaya tidak berlebihan. Sembilan perusahaan yang diberikan izin
ekspor tersebut akan dievaluasi secara berkala. Selain itu,kebijakan ekspor
juga akan dievaluasi apakah menguntungkan petani budidaya lobster atau
tidak. Seluruh proses verifikasi kepada perusahaan yang mendapatkan izin
ekspor benur,dilakukan secara khusus oleh tim. Setelah proses dinyatakan
selesai,keputusan izin melaksanakan ekspor akan ditetapkan secara langsung
oleh tim tersebut. Dalam melaksanakan proses verifikasi ini dilakukan secara
khusus oleh tim yang terdiri dari semua eselon l KKP, termasuk Inspektorat
Jendral yang bertugas untuk mengawasi jalannya proses.
Keputusan untuk mengizinkan ekspor benur dilakukan setelah
menimbang hasil kajian ilmiah dan mengikuti semua prosedur yang ada. KKP
menyebutkan jika kebijakan ekspor benur didasarkan pada hasil kajian publik
yang dilakukan pada November 2019 dan dikoordinasikan oleh Komisi
Pemangku Kepentingan dan Konsultasi Publik (KP2). Kelompok tersebut
dibentuk khusus sebagai kelompok eksternal oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan dan beranggotakan pakar kelautan dan perikanan,pakar lingkungan
hidup, pakar hukum,dan perwakilan dunia usaha, khususnya pada sektor
kelautan dan perikanan.
Di sisi lain,kehadiran Peraturan Mneteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 12 Tahun 2020 yang menjadi cikal bakal perizinan ekspor
benur,disebutkan KKP sebagai momentum untuk menegaskan pentingnya
perwujudan keberlanjtan pada pemanfaatan lobster. Melalui Permen KP
12/2020,muncul peluang pemanfaatan benur dan pemenuhan kebutuhan budi
daya lobster dalam negeri. Dengan kata lain,KKP menyebutkan ada
perubahan permen dari yang lama ke baru,yakni untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat,kesetaraan teknologi budi daya,pengembangan
investasi,peningkatan devisa,dan pengembangan pembudidayaan lobster.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas Indonesia merupakan negara
kepulauan terbsesar di dunia serta memiliki potensi dan kekayaan alam yang
berlimpah terutama dalam bidang kelautan. Indonesia memiliki potensi besar
pada ekspor benur (benih udang) terutama dalam membantu memajukan roda
perekonomian negara serta juga untuk menjaga kelangsungan hidup dari
benur agar pengeksporan ini dapat dilakukan dalam jangka panjang dan
memastikan tidak terjadinya kerusakan pada habitat lobster bertujuan untuk
terjadinya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian
lingkungan. terkait larangan penangkapan benur perlu di tinjau kembali agar
dapat di sesuaikan dengan kondisi dan potensi yang ada sehingga potensi
benih yang ada dapat di kelola dengan lebih baik dan tidak menyebabkan
kerugian.
3.2 Solusi
Adapun solusi yang dapat diberikan antara kain adalah :
1. Ekspor benur tetap dapat dilakukan dengan pengawasan yang ketat dan
ditetapkan kuotanya.
2. Kekayaan Indonesia sangat melimpah untuk menunggu waktu budidaya
nelayan dapat mengalihkan dalam aspek yang lain.
3. Negara belum memiliki teknologi yang pas,maka dari itu untuk
meningkatkan ekonomi Indonesia dilakukannya ekspor benih lobster.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Untuk kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan
detail dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan
penulis.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/www.inews.id/amp/finance/bisnis/9-perusahaan-
ditunjuk-untuk-ekspor-benih-lobster-begini-penjelasan-pemerintah
https://www.mongabay.co.id/2020/08/31/keran-ekspor-bibit-lobster-dibuka-kado-
manis-untuk-nelayan-bagian-1/
https://www.mongabay.co.id/2020/07/08/edhy-prabowo-kebijakan-ekspor-benih-
lobster-sudah-benar/
https://www.mongabay.co.id/2019/12/27/demi-keberlanjutan-di-alam-benih-
lobster-fokus-untuk-dibudi-dayakan/
https://www.mongabay.co.id/2020/03/20/budi-daya-lobster-bisa-dilakukan-di-
seluruh-indonesia/
http://samudranesia.id/keuntungan-negara-dalam-benang-merah-tata-niaga-
lobster/
https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/1340136/keran-ekspor-
benih-lobster-dibuka-simak-syarat-dan-ketentuannya
https://katadata.co.id/agustiyanti/berita/5e9a4c48d7016/dikritik-susi-jokowi-bela-
kebijakan-ekspor-benih-lobster
https://money.kompas.com/read/2020/02/25/151700226/menteri-kkp-soal-ekspor-
benih-lobster--berdasarkan-studi-tidak-merusak-alam?page=all#page2
https://mediaindonesia.com/ekonomi/364622/luhut-nelayan-pesisir-selatan-
rasakan-manfaat-ekspor-benur
https://mediaindonesia.com/opini/326244/mengkaji-kebijakan-ekspor-benur-
lobster
https://www.suara.com/tekno/2020/11/26/183559/fakta-fakta-menarik-seputar-
benur-atau-benih-lobster

Anda mungkin juga menyukai