PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
HISNAENI
P00341019019
Halamann
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian............................................................... 3
D. Manfaat Penelitian............................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 26
LAMPIRAN .............................................................................................. 28
4
DAFTAR TABEL
No. Halaman
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan studi Global Burden of Disease 2017, prevalensi Gagal
Ginjal Kronik (GGK) global adalah 9,1% atau 700 juta kasus. 1-2 juta
penderitanya mengalami kematian, yang mengakibatkan GGK menduduki
peringkat 12 dari penyebab utama kematian global di tahun 2017 (Cockwell &
Fisher, 2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa,
prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia usia ≥ 15 tahun
berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,38% atau berjumlah 713.783 jiwa
(Riskesdas Nasional, 2018). Di Provinsi Sulawesi Tenggara, Prevalensi Gagal
Ginjal Kronis yang didiagnosis Dokter pada usia ≥ 15 Tahun sebesar 0,35%
atau berjumlah 15.006 jiwa (Riskesdas Prov.Sultra, 2018). Berdasarkan profil
RSUD Bahteramas Prov.Sultra 2020, GGK selalu termasuk dalam 10 besar
penyebab utama kematian di RSUD Bahteramas Prov.Sultra periode 2016-
2020. Bahkan pada tahun 2017, 2018, dan 2020, GGK menjadi penyebab
utama kematian pertama di RS tersebut dengan persentase mortalitas 8-11%
dari 600-800 pasien penderitanya (Profil RSUD Bahteramas Prov.Sultra
Periode 2016-2020).
Gagal ginjal kronik adalah kondisi menurunnya fungsi ginjal secara
bertahap dan dalam waktu yang lama, serta kerusakan yang ditimbulkannya
tidak dapat kembali seperti sedia kala atau irreversible. Hal ini dikarenakan
kerusakan pada nefron, glomerulus serta tubulus ginjal, yang tidak mampu
beregenerasi (Siregar, 2020). Bila berpatokan pada klasifikasi penyakit ginjal
kronik National Kidney Foundation 2021, maka Gagal Ginjal Kronik ditandai
dengan LFG <30 ml/menit/1,73 m2 dan memerlukan terapi dialis untuk
menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak.
Hemodialisa adalah terapi cuci darah pada penderita Gagal Ginjal
Kronik (GGK), dengan mengekskresi senyawa-senyawa berbahaya dalam
darah melalui membran semi permeabel. Terapi pengganti fungsi ginjal ini
1
diterapkan pada penderita GGK dengan kadar LFG yang rendah, agar
meningkatkan harapan & kualitas hidupnya (Rachmanto, 2018). Di Indonesia,
Hemodialisa merupakan terapi yang umum diterapkan pada 98% penderita
gagal ginjal aktif. Penerapan terapi Hemodialisa mulai mengalami
peningkatan sejak 2014 hingga 2018 (IRR, 2018).
Menurut Yuniarti (2021), anemia pada penderita GGK umumnya
disebabkan oleh kurangnya hormon eritroprotein, yakni hormon yang
diproduksi oleh ginjal. Kurangnya hormon tersebut berpengaruh juga dalam
produksi sel darah merah di sum-sum tulang belakang. Meski begitu, anemia
pada penderita GGK mayoritas berjenis anemia normokrom normositer
(ukuran sel dan konsentrasi Hb normal).
Untuk menentukan terapi anemia pada penderita GGK, maka perlu
diketahui jenis anemia yang dialami. Klasifikasi anemia secara morfologik
dapat diamati berdasarkan morfologi eritrosit pada hapusan darah tepi atau
dengan melihat indeks eritrosit. Diharapkan, pemilihan jenis terapi anemia
yang tepat pada penderita GGK dapat meringankan rasa sakit yang dialami,
menurunkan jumlah kematian, serta mengurangi kemungkinan terburuk dalam
prognosis penderitanya (Adiatma, 2014).
Pemeriksaan darah tepi pada penelitian Aisyafitri, Dkk. (2018),
menunjukkan jenis anemia terbanyak pada pasien GGK adalah normokrom
normositer (91,31%). Karakteristik pasien GGK yang mengalami anemia
terbanyak antara lain: pasien laki-laki (54,35%), rentang usia 45-64 (56,52%),
stadium 5 (91,30%).
Penelitian terkait pemeriksaan hematologi pada pasien GGK di RSUD
Bahteramas Prov.Sultra juga pernah dilakukan oleh Fitriani & Siswanto
(2019). Penelitian mereka menerapkan desain observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk mengamati signifikasi
perbedaan antara Indeks Eritrosit (MCV & MCH) dengan Sediaan Apusan
Darah Tepi (Warna eritrosit) dalam menilai morfologi eritrosit pasien GGK
pre-Hemodialisa. Salah satu hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa,
2
MCV dan MCH dari mayoritas pasien yang diteliti berada pada kondisi
normal.
Sehingga, peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran. Anemia Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”. Harapannya, penelitian ini dapat
menjadi rujukan dalam mengamati Indeks Eritrosit secara lengkap dan
mengetahui gambaran anemia dengan lebih luas (seperti jenis kelamin, usia,
masa menderita GGK, dan masa menjalani hemodialispasien GGK yang
mengalami komplikasi anemia).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran.anemia pada pasien Gagal Ginjal Kronik
(GGK) yang menjalani Hemodialisa di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara?
C. .Tujuan Penelitian.
1. .Tujuan Umum.
Mengetahui gambaran.anemia pada pasien Gagal Ginjal Kronik
(GGK) yang menjalani Hemodialisa di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.
2. .Tujuan. Khusus
a. .Mengamati karakteristik pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang
menjalani Hemodialisa dan mengalami anemia di RSUD Bahteramas
Prov.Sulawesi Tenggara.
b. Mengetahui klasfikikasi.anemia pada pasien Gagal Ginjal Kronik
(GGK) yang menjalani Hemodialisa di RSUD Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara melalui indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC)
3
D. .Manfaat Penelitian.
1. .Manfaat Teoritis.
.Sebagai referensi.bagi. para petugas laboratorium saat
mendiagnosis jenis anemia dengan menghitung indeks eritrosit (MCV,
MCH, dan MCHC).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Hasil.yang.kelak.diperoleh dari.penelitian ini, diharapkan
dapat.memberikan suatu gambaran, penjelasan, serta menjadi referensi
literatur dalam kepustakaan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis,
Poltekkes Kemenkes Kendari.
b. Bagi Peneliti
Meningkatkan pemahaman, wawasan dan pengalaman seputar
penelitian yang sedang dilaksanakan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menjadi rujukan bagi para peneliti mendatang dalam
melakukan penelitian nya.
d. Bagi Tempat Penelitian
Menjadi rujukan bagi pihak RSUD Bahteramas Provinsi Sultra
dalam menentukan jenis terapi anemia yang tepat pada pasien GGK
yang sedang menjalani Hemodialisa.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2. Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik
Berdasarkan studi Global Burden of Disease 2017, prevalensi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) global adalah 9,1% atau 700 juta kasus. 1-2
juta penderitanya mengalami kematian, yang mengakibatkan GGK
menduduki peringkat 12 dari penyebab utama kematian global di tahun
2017 (Cockwell & Fisher, 2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
menunjukkan bahwa, prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia
usia ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,38% atau
berjumlah 713.783 jiwa (Riskesdas Nasional, 2018). Di Provinsi Sulawesi
Tenggara, Prevalensi Gagal Ginjal Kronis yang didiagnosis Dokter pada
usia ≥ 15 Tahun sebesar 0,35% atau berjumlah 15.006 jiwa (Riskesdas
Prov.Sultra, 2018). Berdasarkan profil RSUD Bahteramas Prov.Sultra
2020, GGK selalu termasuk dalam 10 besar penyebab utama kematian di
RSUD Bahteramas Prov.Sultra periode 2016-2020. Bahkan pada tahun
2017, 2018, dan 2020, GGK menjadi penyebab utama kematian pertama di
RS tersebut dengan persentase mortalitas 8-11% dari 600-800 pasien
penderitanya (Profil RSUD Bahteramas Prov.Sultra Periode 2016-2020).
6
4. Manifestasi Klinis Gagal ginjal Kronik
Secara spesifik, penyakit ginjal kronik tidak menunjukkan gejala
khusus yang menandakan adanya penurunan fungsi ginjal. Namun, pada
nefron yang mengalami penurunan lanjut, gejala-gejala tertentu dapat
ditandai dan dapat berdampak pada berbagai organ dalam tubuh. Misalnya,
kadar ureum yang tinggi akibat kerusakan lanjut pada ginjal dapat
menembus blood brain barrier. Dampak yang ditimbulkan antara lain:
Mental yang kacau, penurunan tingkat kesadaran, dan tremor. Jika gejala
yang muncul terlambat disadari dan diatasi, maka penyakit ginjal kronik
dapat memicu kematian. Gejala umum yang sering muncul dapat meliputi:
a. Urin berdarah, g. Seringnya kencing di malam
b. Urin berbusa, hari,
c. Urin keruh, h. Nyeri pinggang/perut, serta
d. Nyeri saat kencing, i. Bengkak pada kelopak mata,
e. Kencing batu/berpasir, wajah, dan pergelangan kaki
f. Produksi urin sangat (Siregar, 2020).
berkurang,
7
d. peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar kalsium. Dalam
kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan
sekresi parathormon yang disebabkan penurunan kadar kalsium.
Akibatnya, terjadi penyakit tulang uremik (osteodistrofi).
8
5) Kontrol ketidakseimbangan elektrolit. Hindari konsumsi berlebih
kalium, asidosis berat, atau kekurangan garam, diuretik hemat
kalium, dan obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium.
6) Deteksi melalui kalium plasma dan EKG.
b. Dialysis Peritoneal, umumnya dilakukan pada pasien dengan kasus
gawat darurat. Untuk pasien dengan kasus akut, dialisis yang
diterapkan ialah Continues Ambulatori Peritonial Dialysis (CAPD).
c. Hemodialisis, yaitu dialisis melalui tindakan infasif pada pasien
dengan mesin Hemodialisa. untuk mempermudah, tindakan infasif
dilakukan dengan metode AV fistula(menggabungkan vena dan arteri)
atau langsung pada daerah jantung. Tujuannya dari terapi Hemodialisa
ialah menggantikan fungsi keskresi ginjal.
d. Operasi: Pengangkatan batu ginjal atau transplantasi ginjal.
2. Prinsip Hemodialisa
Terapi Hemodialisa menerapkan tiga prinsip dalam
pelaksanaannya. Pertama ialah difusi, yakni proses terikatnya kratinin,
asam urat, fosfat, dan urea dalam darah dengan cairan dialisat untuk
diekskresikan oleh alat dialis. Kedua ialah osmosis, yakni pengeluaran zat
limbah dan toksin dari darah dengan memanfaatkan gradien tekanan pada
tubuh pasien yang berkonsentrasi tinggi ke cairan dialisat yang
9
berkonsentrasi rendah serta kaya akan elektrolit dengan kadar seimbang
untuk tubuh. Ketiga ialah ultrafiltrasi, yakni peningkatan gradien tekanan
untuk mengoptimalkan penghisapan pada membran dan pengekskresian
cairan (Brunner dan Suddarth, 2016).
3. Prosedur Hemodialisa
Sebelum terapi hemodialisa dimulai, pasien terlebih dahulu
melalukan check-up pada bagian-bagian vital untuk menghindari
komplikasi dan menimbang berat badan sebagai patokan dalam membuang
cairan saat proses terapi berlangsung. Selanjutnya, jarum dan selang darah
dari alat dialyzer mesti dihubungkan ke pembuluh darah vaskular melalui
operasi kecil di tangan pasien. Darah yang berada di dalam tubuh masuk
ke alat dialyzer dan dialirkan berlawanan ke cairan dialisat untuk
menyaring zat limbah dan toksin yang dikandungnya. Darah yang dapat
masuk ke alat dialyzer sangat terbatas, kira-kira 250 mL. Proses cuci darah
ini dipantau lewat mesin Hemodialisa, untuk memonitor darah yang
mengalir, tekanan darah, cairan dialisat, cairan yang dikeluarkan dari alat
dialyzer, serta informasi lainnya. Jika proses tersebut telah selesai, maka
mesin Hemodiaisa akan memompa darah kembali ke dalam tubuh pasien
(The Kidney Foundation Of Canada, 2021).
10
2. Anemia Pada Gagal Ginjal Kronis
Menurut Yuniarti (2021), anemia pada penderita GGK umumnya
disebabkan oleh kurangnya hormon eritroprotein, yakni hormon yang
diproduksi oleh ginjal. Kurangnya hormon tersebut berpengaruh juga
dalam produksi sel darah merah di sum-sum tulang belakang. Meski
begitu, anemia pada penderita GGK mayoritas berjenis anemia
normokrom normositer (ukuran sel dan konsentrasi Hb normal).
Untuk menentukan terapi anemia pada penderita GGK, maka perlu
diketahui jenis anemia yang dialami. Klasifikasi anemia secara morfologik
dapat diamati berdasarkan morfologi eritrosit pada hapusan darah tepi atau
dengan melihat indeks eritrosit. Diharapkan, pemilihan jenis terapi anemia
yang tepat pada penderita GGK dapat meringankan rasa sakit yang
dialami, menurunkan jumlah kematian, serta mengurangi kemungkinan
terburuk dalam prognosis penderitanya (Adiatma, 2014).
3. Diagnosis Anemia
Anemia dapat ditandai dengan beberapa ciri yang umum, seperti:
a. Lemah, Letih, Lesu, Lela, e. Pucat,
Lunglai (5L), f. Nafas pendek atau sesak,
b. Mata berkunang-kunang, g. Kesemutan,
c. Berkurangnya daya h. Tinja berwarna gelap, lengket,
konsentrasi, dan berbau, serta
d. Menurunnya daya tahan i. Denyut jantung cepat.
tubuh,
Diagnosis anemia pada pasien GGK dapat dilakukan secara
morfologik, salah satunya melalui indeks eritrosit, yakni mean
Corpuscular Volume(MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin(MCH), dan
Mean Corpuscular Hemoglobinconsentration (MCHC). Sebelum
menghitung indeks eritrosit, perlu dilakukan pemeriksaan kadar
Hemoglobin, kadar Hematokrit, dan kadar Eritrosit melalui metode
otomatis dengan Hematology Analyzer.
11
a. MCV Volume rata-rata eritrosit merupakan parameter yang berguna
dalam mengklasifikasikan anemia dan memberikan gambaran
patofisiologi gangguan eritrosit.
hematokrit (%)
MCV ( femtoliter)=10×
eritrosit ( juta/ μl)
b. MCH mencerminkan berat rata-rata (isi) hemoglobin dalam satu
eritrosit. MCH merefleksikan massa hemoglobin. Gangguan sintesis
hemoglobin seperti anemia defisiensi besi dapat menurunkan massa
eritrosit sehingga terjadi penurunan MCH.
hemoglobin(g / L)
MCH ( pikogram/ sel)=10×
eritrosit ( juta/ μl)
c. MCHC mencerminkan konsentrasi rata-rata hemoglobin per unit
eritrosit dan didefenisikan juga sebagai rasio berat hemoglobin
terhadap volume eritrosit.
hemoglobin (g/ L)
MCHC (g/dL)=100 ×
hematokrit ( %)
Tabel.2.2 Nilai Rujukan Hematokrit, Hemoglobin, Dan Eritrosit
(Kemenkes, 2011)
Pria : 40% - 50 %
Hematokrit
Wanita : 35% - 45%
Pria : 13 - 18 g/dL
Hemoglobin
Wanita : 12 - 16 g/dL
12
MCV: 80-100 Fl
MCH: 28-34 pg/sel Anemia Normokromik Normositk
MCHC: 32-36 g/dL
MCV: <80 Fl
MCH: <28 pg/sel Anemia Hipokromik Mikrositik
MCHC: <32 g/dL
MCV: >100 fL
MCH: 34 >pg/sel Anemia Makrositer
MCHC: >36 g/dL
13
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Gagal Ginjal Kronik adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversibleselama tiga bulan atau lebih dengan
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 30 ml/menit/1,73 m². Hemodialisa
adalah terapi cuci darah pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK), dengan
mengekskresi senyawa-senyawa berbahaya dalam darah melalui membran
semi permeabel. Terapi pengganti fungsi ginjal ini diterapkan pada penderita
GGK dengan kadar LFG yang rendah, agar meningkatkan harapan & kualitas
hidupnya.
Salah satu komplikasi PGK yang paling sering terjadi yaitu anemia.
Anemia pada penderita GGK umumnya disebabkan oleh kurangnya hormon
eritroprotein, yakni hormon yang diproduksi oleh ginjal. Kurangnya hormon
tersebut berpengaruh juga dalam produksi sel darah merah di sum-sum tulang
belakang. Meski begitu, anemia pada penderita GGK mayoritas berjenis
anemia normokrom normositer (ukuran sel dan konsentrasi Hb normal).
Untuk menentukan terapi anemia pada penderita GGK, maka perlu
diketahui jenis anemia yang dialami. Diharapkan, pemilihan jenis terapi
anemia yang tepat pada penderita GGK dapat meringankan rasa sakit yang
dialami, menurunkan jumlah kematian, serta mengurangi kemungkinan
terburuk dalam prognosis penderitanya.
Diagnosis anemia pada pasien GGK dapat dilakukan secara
morfologik, salah satunya melalui indeks eritrosit, yakni mean Corpuscular
Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean
Corpuscular Hemoglobinconsentration (MCHC). Sebelum menghitung
indeks eritrosit, perlu dilakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin, kadar
Hematokrit, dan kadar Eritrosit melalui metode otomatis dengan Hematology
Analyzer.
14
B. Kerangka Pikir
Pasien GGK
yang Menjalani
Hemodialisa
Komplikasi GGK
Anemia Hiper-
Komplikasi Kulit
tensi Disfungsi
neurologis Gatal Seksual
& psikiatrik
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
15
16
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen : Pasien GGK yang menajalani Hemodialisa di
RSUD Bahteramas Prov. Sulawesi Tenggara.
2. Variabel Dependen : Anemia.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dengan desain
observasional-laboratorik. Desain penelitian ini hanya bermaksud mengamati
fenomena dan memberikan gambaran pada populasi tertentu. Hasil yang
diperoleh nantinya berupa distribusi frekuensi dalam bentuk persentase, mean,
median dan lain sebagainya (Masturoh & Anggita, 2018). Berdasarkan desain
tersebut, penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran anemia pada pasien
GGK yang menjalani Hemodialisa di RSUD Bahteramas Prov. Sulawesi
Tenggara.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada bulan Mei - Juni 2022.
18
2. Sampel
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien perempuan ataupun laki-laki yang menderita gagal ginjal
kronik dan menjalani terapi hemodialisa dengan rentan usia 15-85
tahun.
2) Bersedia menjadi sampel dalam penelitian (dibuktikan dengan
menandatangani informed consent)
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien perempuan ataupun laki-laki yang menderita gagal ginjal
kronik dan sedang melakukan hemodialisa, namun berusia di
bawah 15 tahun atau di atas 85 tahun.
2) Tidak bersedia menjadi sampel dalam penelitian (dibuktikan
dengan tidak menandatangani informed consent)
3) Berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk
pengambilan sampel (misalnya dalam kondisi kritis).
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel merupakan separuh populasi dengan karakteristik tertentu
yang hendak diteliti dan ditarik kesimpulan. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu (Masturoh & Anggita, 2018).
Pembagian besaran sampel penelitian ini memakai rumus Slovin.
Penelitian ini menggunakan toleransi kesalahan 10%. Rumus Slovin untuk
menentukan besaran sampel adalah sebagai berikut dengan :
N
n=
1+( Ne2)
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
e = Tingkat signifikansi (e = 0,1) dimana tingkat signifikasi 10 %
19
Perhitungan:
a. Besaran sampel kelompok pria
44 5
n= 2
1+(44 5 × 0,1 )
44 5
n=
1+(4,45)
44 5
n= =81,6=82
5,45
Berdasarkan perhitungan di atas, maka besaran sampel dalam
penelitian ini berjumlah 82 orang.
D. Jenis Data
1. Data primer bersumber pada pengambilan darah vena pasien GGK yang
menjalani Hemodialisa di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Data sekunder diperoleh dari informasi awal pihak RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara mengenai jumlah, usia, dan jenis kelamin
pasien GGK yang menjalani Hemodialisa tahun 2022.
E. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang dibutuhkan.dalam penelitian..ini ialah
sebagai.berikut.
1. Hematology Analyzer (Sysmex XN-1000)
2. Alat dan bahan:
a. Spuit 3cc e. Kapas alkohol 70%
b. Torniquet f. Kapas kering
c. Tabung vakutainer EDTA g. Plester
d. Hematology Analyzer h. Darah vena
3. Informed Consent,
4. Lembar.kuisioner penelitian, dan
5. Alat tulis.
20
F. Prosedur Kerja
1. Pra.Analitik
a. Persiapan.pasien: Tidak ada.persiapan secara khusus.
b. Persiapan.sampel: Darah vena.
c. Metode : Metode.Otomatis (Hematology Analyzer)
d. Prinsip : Sysmex XN 1000 merupakan alat pemeriksaan
haematologi lengkap menggunakan prinsip Flow Cytometry yaitu
suatu metode pengukuran (metri), jumlah dan sifat-sifat (cyto) yang
dibungkus dalam suatu aliran cairan (flow) melalui celah sempit.
2. Analitik
a. Cara Pengambilan Darah Vena
1) Memalpasi dan memasang torniquet di lengan atas pasien (±7cm
dari lipatan siku).
2) Mendesinfeksi kulit pada lokasi pengambilan darah dengan kapas
alkohol 70% hingga mengering.
3) Tusuk vena dengan sudut 45° sampai darah mengalir ke spuit.
Lepaskan torniquet dan tarik pin dengan perlahan setelah
memperoleh darah yang dibutuhkan.
4) Keluarkan jarum dan masukkan darah ke tabung vakutainer EDTA
yang telah dilabeli. Kemudian, tutup bekas tusukan dengan kapas
kering dan plester.
b. Prosedur pemeriksaan indeks eritrosit metode hematology analyzer
1) Menghidupkan Alat Sysmex XN-1000
Pastkan UPS sudah dinyalakan
Pastikan ketersediaan reagen
Periksa limbah, buang jika sudah penuh
Tekan tombol CPU dan layar computer untuk menyalakan
komputer
Tunggu sampel layar logon keluar, dan ketik lab pada baris
User Name, tanpa mengisi password, kemudian OK
21
Tekan saklar ON pada alat dibagian dalam alat, dan tekan
saklar ON pada sampler di bagian kiri sampler
Tunggu sampai proses startup selesai (±10 menit), ditandai
dengan lampu LED yang menyala hijau pada instrument
maupun sampler
2) Alur pengerjaan sampel hematologi Sysmex XN-1000
Sampel dari pasien
Homogenkan dengan membolak-balik tabung 10x
Pastikan alat dalam kondisi ready (lampu menyala hijau) dan
pastikan ketersediaan reagen
Sampler
Pastikan lampu sampler menyala hijau
Susun sampel yang sudah dilabel barcode pada rak sampel XN
Manual
Jika tube holder belum keluar, tekan change mode button untuk
mengganti ke Manual, dan tunggu hingga alat ready (lampu
instrument menyala hijau)
Tekan chang measurement mode button pada control menu,
pilih mode yang diinginkan, dan klik OK
Klik Manual Analysis Button pada control menu
Jika ingin membaca barcode, pastikan Read ID tercentang
Jika tidak ingin membaca barcode, Read ID tidak dicentang
dan masukkan No sampel dan ID pasien, pilih Discreate, klik
OK
Tekan tombol start.
3) Mematikan alat Sysmex XN-1000
Pasykan alat berada dalam status ready
Klik meni button pada control menu
Pilih shutdown
22
Masukkan CELLCLEAN AUTO atau tabung reaksi yang berisi
cell clean sebanyak 4 ml
Tekan tombol start
Proses shutdown secara otomatis berjalan
3. Pasca Analitik
b. Nilai rujukan hematokrit, hemoglobin, dan eritrosit (WHO, 2011):
4) Nilai normal Hematokrit:
Pria : 40% - 50 %
Wanita : 35% - 45%
5) Nilai normal Hemoglobin :
Pria : 13 - 18 g/dL
Wanita : 12 - 16 g/dL
6) Nilai normal Eritrosit:
Pria : 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3
Wanita : 3,8-5,0 x 106 sel/mm3
c. Nilai rujukan berdasarkan jenis anemia (WHO, 2011):
4) Anemia Normokromik Normositk:
MCV : 80-100 Fl
MCH : 28-34 pg/sel
MCHC : 32-36 g/dL
5) Anemia Hipokromik Mikrositik:
MCV : <80 fL
MCH : <28 pg/sel
MCHC : <32 g/dL
6) Anemia Makrositer:
MCV : >100 fL
MCH : >34 pg/sel
MCHC : >36 g/dL
d. Pendataan dan pelaporan, serta
e. dokumentasi.
23
G. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan akan diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Editing, yaitu pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan.
b. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang
terkumpul di setiap instrument penelitian. Kegiatan ini bertujuan
untuk memudahkan dalam penganalisisan dan penafsiran data.
c. Scoring. yaitu proses penentuan skor atas jawaban responden yang
dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori yang coco
ktergantung pada anggapan atau opini responden.
d. Tabulating, yaitu memasukan data yang sudah dikelompokan ke dalam
tabel-tabel agar mudah dipahami.
H. Analisis Data
Metode analisis.data yang digunakan adalah analisis univariat Hasil
analisis univariat pada data kuantiatif dapat berupa ukuran pemusatan data.
Pemusatan data yang sering digunakan ialah mean, median, dan modus
(Masturoh & Anggita, 2018).Rumusnya adalah sebagai berikut.
F
X= x 100%
n
Keterangan :
X = Persentase.hasil tercapai
F = Variabel.dependen
n = banyak sampel penelitian
I. Penyajian.Data
Setelah dianalisis, perolehan data akan ditampilkan lewat tabel yang
memperlihatkan sebaran dari frekuensi variabel yang telah dianalisis.
J. Etika Penelitian
1. Informed consent(Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
24
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan.
3. Kerahasiaan
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada
hasil riset.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Adiatma D.C. 2014. “Prevalensi dan Jenis Anemia pada Pasien Penyakit Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler”. Jurnal Media Medika
Muda.
Aisyafitri Dkk. 2018. “Gambaran Anemia pada Pemeriksaan darah tepi Penderita
Penyakit Ginjal Kronik dengan Terapi Hemodialisis di RSU Santo Antonius
Pontianak”. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 4(2).
Brunner & Suddarth. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Cockwell, P., & Fisher, L. A. 2020. “The global burden of chronic kidney
disease”. The Lancet, 395(10225), 662-664.
Dinkes Sultra. 2018. Laporan Provinsi Sulawesi Tenggara Riskesdas
2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (LPBP) Sultra.
IRR. 2018. Report Of Indonesian Renal Registry 2018. 1–46.
Iswanto, R. 2019. “Perbedaan Penilaian Morfologi Eritrosit Menggunakan Indeks
Eritrosit (Mch, Mcv) Dan Sediaan Apusan Darah Tepi Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Pre Hemodialisa Di Rsud. Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara”. Jurnal MediLab Mandala Waluya, 3(7), 27-35.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Departemen
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2018. Laporan nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPBP).
Masturoh, I., dan N. Anggita. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
27
28
Nuari, N. A., & Widayati, D. 2017. Gangguan pada Sistem Perkemihan &
Penatalaksanaan Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.
Rachmanto, B. 2018. Teknik dan Prosedur Hemodialisa. Surakarta: RSUD
Dr.Moewardi.
29
No. Responden :. .
INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERSETUJUAN)
Nama :
Umur :
Alamat:
penelitian.
penelitian.
Kendari, 2022
(.....................................................)
Nomor Responden:
A. Idenitas Responden
Nama Responden :
JenisKelamin :
Usia :
Masa Menderita Penyakit :
Stadium Penyakit :
Masa menjalani Hemodialisa :
5. Pucat
7. Kesemutan
Tinja berwarna gelap, lengket,
8.
dan berbau
9. Denyut jantung cepat