Anda di halaman 1dari 1

Assalamualaikum, ijin menanggapi

1. Apakah hasil dari pemeriksanaan pendahuluan pada persidangan di Mahkamah Konstitusi.


2. Pemeriksaan pendahuluan persidangan dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi
permohonan sebelum memasuki pemeriksaan pokok perkara. Pemeriksaan pendahuluan biasanya
dilakukan oleh majelis hakim panel. Namun, untuk perkara-perkara tertentu yang dianggap penting harus
diputus, dan juga pemeriksaan pendahuluan dilakukan oleh majelis hakim Pleno. Pemeriksaan
pendahuluan dilakukan dalam bentuk sidang panel hakim terbuka untuk umum, Dimana pemeriksaan
pendahuluan dapat dilakukan lebih dari satu kali apabila diperlukan untuk memperbaiki atau melengkapi
dan memperjalas permohonan serta memeriksa perbaikan permohonan yang dilakukan oleh pemohon.
Kemudian Hasil sidang pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan oleh panel hakim dilaporkan ke Pleno
Laporan dari panel hakim disertai dengan rekomendasi panel hakim. Yang kemudian pleno hakim dapat
memutuskan menerima rekomendasi panel hakim atau memutus lain berbeda dengan rekomendasi.
Sumber Modul 1 Hal 1.41-1.42 Teori Perundang-undangan

2. Berikan analisis Anda apakah keseluruhan persidangan yang diselenggarakan oleh Mahkamah
Konstitusi dibuka secara terbuka untuk umum.
Pada prinsipnya, semua persidangan harus dinyatakan terbuka untuk umum, kecuali hal yang diatur dalam
undang-undang. Perlu digaris bawahi sebelumnya, dinyatakan dengan tegas bahwa yang diartikan terbuka
untuk umum adalah pemeriksaan pengadilannya, jadi pemeriksaan pendahuluan, penyidikan, dan
praperadilan tidak terbuka untuk umum.
Selanjutnya, di dalam Pasal 153 ayat (3) KUHAP menyebutkan bahwa untuk keperluan pemeriksaan
hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum, kecuali dalam perkara
mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.
Pada dasarnya, keterbukaan dari suatu proses peradilan diperlukan guna menjamin objektivitas dari
pemeriksaan itu sendiri. Bagaimanakah halnya jika sidang tidak dilakukan demikian? Hal ini akan
mengakibatkan putusan batal demi hukum, yang tercantum dalam Pasal 153 ayat (4) KUHAP,dan Pasal
13 ayat (3) Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009, karena terhadap semua perkara pidana, putusan
hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum jika diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum (Pasal 13
ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Pasal 15 KUHAP).

Anda mungkin juga menyukai