Anda di halaman 1dari 7

Jawaban Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah
STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN PAI
Dosen Pengampu :
Nizar Abdullah Sujai. S.pdi, M. Pd.
Di susun oleh :
Rizki Fadilah Permana

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-AZHARY


CIANJUR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TAHUN AJARAN 2020-2021 M / 1441-1442 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala, yang telah
melimpahkan berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan studi kasus Psikologi Pendidikan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam,
yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju terang yakni agama Islam.
Analisis ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi dan model
Pembelajaran PAI pada semester V Jurusan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Al-Azhary Cianjur.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang
berperan dalam penyusunan laporan ini. Dengan menggunakan laporan ini semoga kegiatan
belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-sumber pengetahuan.
Kami sadar bahwa penyusunan laporan ini belum bisa dikatakan mencapai tingkat
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila ada
kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiinn.

Cianjur, 24 November 2021


18 Rabi’ul Akhir 1443

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Buku

PENULIS : MUNIF CHATIB


PENERBIT : MIZAN PUBLISHING
TAHUN TERBIT : 2018
HARGA BUKU : Rp 84.000
ISBN : 978-602-487-005-8
DIMENSI P/L/T : 24 CM / 19 CM / 0 CM
TOTAL HALAMAN : 254 HALAMAN
JENIS COVER : SOFT COVER
COVER :

B. Latar Belakang

Munif Chatib
Konsultan, Praktisi pendidikan dan penulis buku pendidikan populer.
Munif Chatib, lahir tanggal 5 Juli di Surabaya adalah penulis buku best-seller
Sekolahnya Manusia, diterbitkan dan di-launching pertama kali di MP Book Point
Jakarta pada 2 Mei 2009, bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Pada tahun ini
juga Munif chatib bertemu dan melakukan seminar bersama gurunya yaitu Bobbi de
Porter, penulis buku dahsyat Quantum Learning dan Quantum Teaching di Hall kantor
Kementerian Pendidikan. Hampir seribu guru hadir di ruangan itu. Pengalaman yang
mengesankan saat itu, ketika penulis ini membubuhkan tanda tangan bersama Bobbi
pada hampir 750 bukunya. Akhirnya Bobbi DePorter juga bersedia memberikan
endorsement pada buku selanjutnya yang berjudul Gurunya Manusia. Selain menulis
buku Gurunya Manusia, Munif Chatib juga telah menerbitkan buku-buku pendidikan
populer lain, di antaranya: Gurunya Manusia (2011), Sekolahnya Anak-anak Juara
(Bersama Alamsyah Said, 2012), Orangtuanya Manusia (2012), Kelasnya Manusia
(Bersama Irma Nurul Fatimah, 2013).

Pengalaman mengasuh putrinya yang tidak suka dengan pelajaran matematika


dituangkan dalam sebuah novel pendidikan berjudul Bella: Sekolah Tak Perlu Air
Mata (2015). Ketika putrinya menikah, Munif Chatib pun menghadiahinya dengan
menulis buku Menikah itu Ibadah (2017). Catatan-catatannya tentang pendidikan
orang tua dan pola asuh anak diterbitkan dengan judul Parents Learn (2016). Semua
buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Kaifa, Bandung Pada tahun 2002, Munif
Chatib mendirikan dan sekaligus menjadi CEO Next Edu Indonesia sebuah
Pendidikan konsultan dan pelatihan pendidikan yang telah membantu pengembangan
berbagai sekolah, mulai dari Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah
Atas (SMA) di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai Wamena.
Melalui Next Edu Indonesia pula, Munif Chatib mengembangkan alat riset bernama
Multiple Intellegences Research (MIR), yakni sebuah alat riset yang digunakan untuk
mengetahui kecerdasan dominan pada anak. Sampai saat ini, Multiple Intellegences
Research (MIR) sudah diterapkan di ratusan sekolah di Indonesia. Pemaparannya
tentang konsep Multiple Intellegences Research (MIR) bisa dilihat dalam buku Semua
Anak Bintang (2017), yang juga diterbitkan oleh penerbit Kaifa, Bandung (Mizan
Group).[3] Pada tahun 2013, Munif Chatib mendapatkan penghargaan sebagai
Inspiring Educator dari Mizan Group.
BAB II

PEMBAHASAN

Ada kutipan bagus dari beliau “Menjadi guru adalah melanjutkan tugas Nabi
untuk menyampaikan kebaikan”. Ini yang sangat mengispirasi saya, memotivasi saya
bahwa tugas guru tidak hanya “sekerdil” mengajar dan mendapatkan gaji, tapi lebih
dari itu Ia adalah amanah yang dulu diemban para Nabi, tugas mulia yang bahkan
Tuhan langsung yang memhantar kan amanah itu pada mereka. Menjadi guru pada
hakekatnya seperti seseorang yang bercocoktanam, Dimana sebelum seseorang
menanam sesuatu pasti lah ia membuat tempat yang cocok untuk ditanami, kemudian
ketika ia mulai menanam ia sirami tanaman itu agar tanaman nya berkembang,

Ia jaga dengan teliti agar tanaman itu terhindar dari hama, tak lupa juga ia
membeli begitu banyak vitamin atau hal – hal yang akan menguatkan dan
menyehatkan bagi tanaman tersebut, berawal dari sepucuk tanaman kecil hingga
menjadi pohon yang kokoh dan kuat yang buah nya memberikan manfaat bagi yang
memakannya, daun nya yang rindang menjadi tempat yang nyaman untuk berteduh.
Itul lah yang kita harus lakukan sebagai guru menjadikan siswanya dari pucuk yang
kecil hingga mejadi pohon yang kokoh.
Beliau Munir Chatib menawarkan sebuah konsep keguruan yang bisa
merealisasikan keberhasilan pendidikan. Konsep gurunya manusia merupakan sebuah
konsep keguruan yang perlu dicermati. Konsep gurunya manusia adalah sebuah
konsep yang mengarah pada kualifikasi guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik
untuk suksesi pendidikan.
Gurunya manusia adalah guru yang punya keikhlasan dalam mengajar dan
belajar. Guru yang punya keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para
siswa berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas akan
berintrospeksi apabila ada siswa yang tidak memahami materi ajar. Guru yang
berusaha meluangkan waktu untuk belajar sebab mereka sadar, profesi guru tidak
boleh berhenti untuk belajar (hlm. 57).
Gurunya manusia memiliki karakter yang mulia, budi pekerti, moral, dan etika
yang luhur, serta memiliki kompetensi yang berkualitas. Dengan demikian, gurunya
manusia bukanlah guru robot yang kinerjanya mirip seperti robot. Guru robot hanya
peduli pada beban materi yang harus disampaikan kepada para murid di waktu
kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan.
Gurunya manusia juga tidak berkarakter materialis. Guru materialistis hanya
mementingkan materi-finansial belaka. Guru materialistis adalah guru yang selalu
melakukan perhitungan, hal ini seperti yang dilakukan oleh para pelaku bisnis. Guru
seperti itu hanya mengincar dan menghitung berapa besar gaji yang diberikan
sehingga terkadang menimbulkan ketidakikhlasan dalam mendidik para murid.
Beliau sering mengatakan dalam pelatihan guru bahwa guru adalah profesi
yang tidak boleh berhenti belajar. Syarat utama untuk menjadi Gurunya Manusia
adalah dia tak pernah berhenti belajar. Ini karena belajar adalah kata kunci untuk tiga
hal penting bagi profesi guru, yaitu paradigma, cara, dan komitmen.
Setiap Gurunya Manusia wajib mempunyai pandangan atau pola pikir yang
menganggap bahwa setiap anak adalah juara atau setiap anak punya potensi kebaikan,
apa pun kondisi yang dialami anak.
Gurunya Manusia diharapkan tak pernah berhenti menelusuri kemampuan
siswa. Aktivitas menjelajah kemampuan anak ini harus didasari oleh tekad dan
komitmen yang kuat pasti akan menemukan. Jika belum menemukan, hendaknya
teruslah mencari sampai akhirnya menemukan kemampuan anak tersebut. Gurunya
Manusia harus menjadi katalisator, yaitu pemantik kemampuan siswanya.
Seorang guru pernah protes kepada penulis, “Pak Munif, jika kita mengajar
dengan metode ceramah, pastilah siswa akan mendapat ilmu dan pengetahuan dari
guru. Penulis kemudian menjawab dengan menganalogikan sebuah uang logam, yang
punya dua sisi.
“Jika guru hanya mengajar dengan metode ceramah, siswa tersebut hanya
mendapat satu sisi dari uang logam tersebut, yaitu tahu apa. Namun, jika siswa yang
belajar dan siswa yang aktif, siswa tersebut akan mendapatkan dua sisi uang logam
tersebut, yaitu tahu apa dan bisa apa. Sumber daya manusia sekarang ini sangat
membutuhkan kemampuan bisa apa agar tidak ditaklukkan oleh perkembangan dunia
yang pesat.
Konsep lain yang penting adalah kepemimpinan. Guru adalah pemimpin di
kelas bagi para muridnya. Guru mesti memberikan contoh yang baik kepada para
muridnya. Akhlak guru memancar menjadi inspirasi pembentukan karakter murid-
murid. Tidak hanya demikian, guru juga harus bisa memberikan motivasi kepada para
muridnya di dalam kelas. Hal yang penting lagi bagi guru, menurut Anis Baswedan,
Ph.D, adalah bahwa guru itu harus senantiasa belajar untuk meningkatkan kualitas
dirinya. Tidak dapat dimungkiri lagi bahwa arus perkembangan dan perubahan zaman
begitu drastis dan berjalan sangat cepat. Oleh karenanya, guru juga harus mampu
menghadapi arus perubahan tersebut. Akhirnya, dengan membaca buku yang berjudul
“Gurunya Manusia”, para pembaca diajak untuk menyelami falsafah konsep guru
yang ideal yang disebut oleh penulisnya sebagai gurunya manusia.
Buku setebal 256 halaman tersebut sangat inspiratif sebagai pedoman untuk
meningkatkan kualitas guru guna menuju pendidikan progresif dan visioner. Carut-
marutnya pendidikan di Indonesia saat ini memang tidak bisa dimungkiri lagi adanya.
Sebagai salah satu solusinya adalah peningkatan kualitas guru yang nantinya akan
mampu mendidik para peserta didik dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Di karenakan saya memaca buku melalui aplikasi Ipusnas dan beberapa
review lain dari media lain, Sehingga tidak mengetahui langsung bagaimana
kualitas kertas. Desain cover yang ada setelah cetakan baru lebih menarik dari
pada cetakan – cetakan sebelumnya yang terkesan “kolot” di desain yang
sekarang lebih sederhana tapi terlihat lebih modis.
Buku ini sangat mengispirasi terutama bagi mereka yang terjun dalam
pengabdian Pendidikan, memberikan refleksi bagaimana esensi sebagai
seorang pendidik, menyuguhkan metode – metode inovatif dan mudah untuk
di implementasikan, menjawab berbagai masalah – masalah dalam pengajaran
dengan pembawaan dan penyajian yang ringan sehingga pesan yang
disampaikan dapat mudah dicerna. Memberikan “tamparan” bagi pendidik
bagaimana untuk menjadi “Gurunya Manusia”.

Anda mungkin juga menyukai