Oleh:
KELOMPOK 1
ALFIYA FARISKA (1908104010007)
NAKITA CHAIRUNNISA (1908104010077)
SITI UMARATUS S. (1908104010069)
NINA NUFRISA (1908104010024)
MAULA SYAKIRA (1908104010064)
NANA FADHLIANA (1908104010017)
CUT LISA IRAYANA (1908104010004)
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusah Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dari ikan koi yang cerah dan cocok dijadikan ikan hias (Djarijah, 1994). Menurut
Wahyurini (2005), pentingnya lahan tambak sebagai salah satu alternatif
pengembangan budidaya koi (Cyprinus rubrofuscus) dari air tawar ke air payau.
Saat ini belum diketahui secara jelas sejauh mana pengaruh salinitasnya terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sebagai indikator biologis adaptasi dalam
proses osmoregulasi ikan koi, maka perlu dilakukan penelitian tentang ‘‘Pengaruh
Salinitas Terhadap Gerakan Operkulum dan Kelangsungan Hidup Ikan Koi
(Cyprinus rubrofuscus)”.
2
bahwa adanya pengaruh salinitas terhadap operkulum ikan koi (Cyprinus
rubrofuscus).
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4
akhir berbentuk gerigi seperti halnya sirip punggung, sirip ekor berbentuk cagak dan
berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran (cycloid) yang terletak
beraturan, gurat sisik atau garis rusuk (linea lateralis) ikan mas berada di pertengahan
badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal
ekor (Alminiah, 2015).
Insang merupakan organ utama respirasi yang berperan penting dalam proses
osmoregulasi, keseimbangan ion dan sekresi nitrogen. Insang ikan terdiri dari tiga
bagian utama yaitu arcus branchialis (arcus insang), filamen branchialis (filamen
insang) dan branchial spinalis (raker insang: tapis insang). Variasi bentuk anatomi
insang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan karakteristik
habitat dan perilaku makan. Ikan yang hidup pada perairan dengan kandungan
oksigen terlarut tinggi memiliki jumlah dan luas permukaan lamella sekunder yang
lebih tinggi dibandingkan ikan yang hidup pada perairan dengan kandungan oksigen
terlarut yang rendah. Ikan mas Koi memiliki bobot insang relatif sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi kemampuan adaptasi terhadap fluktuasi oksigen terlarut
di perairan. Berat relatif insang dapat digunakan sebagai indikator awal untuk
melihat kemampuan adaptasi sistem pernapasan ikan terhadap lingkungan (Ernita et
al., 2018). Ikan mas Koi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Osteichthyes
Superordo : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus rubrofuscus L.
2.1.2 Habitat
Ikan mas Koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan
hidup pada perairan tawar. Mereka bisa hidup pada temperatur 8oC – 30oC dengan
pH 6.5 – 7.4. Suhu yang ideal untuk ikan mas Koi yaitu sekitar 15oC - 25oC dengan
pH ideal sekitar 7.2 – 7.4. Jenis kelamin Ikan mas Koi dapat dibedakan saat ikan
5
tersebut dewasa, yaitu kurang lebih saat mencapai ukuran panjang 24 cm. Ikan mas
Koi jantan mempunyai bentuk tubuh lebih ramping sedangkan betina lebih gemuk
dan sedikit membulat (Deriyanti, 2016).
2.1.3 Siklus hidup
Ikan mas Koi cenderung tumbuh tercepat selama dua tahun pertama
hidupnya. Pada tahun pertama, seekor Koi dapat tumbuh mencapai panjang 30 cm
dan bisa mencapai panjang 50 cm pada saat usia dua tahun. Pada tahun ketiga,
sebagian besar ikan Koi akan mencapai panjang 70 cm. Ukuran tersebut tidak
mutlak, tetapi panjang normal yang lazim dicapai oleh seekor ikan Koi. Ada
kemungkinan pertumbuhan lebih cepat dan ada kemungkinan bisa lebih lambat
tergantung pada banyak hal. Pada saat Koi mencapai usia dua tahun maka organ-
organ reproduksi sperma pada Koi jantan dan telur pada Koi betina mulai
bereproduksi secara aktif sehingga gizi dan makanan banyak diserap untuk
reproduksi sehingga pertumbuhan tidak secepat sebelum usia dua tahun.
Pertumbuhan Koi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kualitas air kolam,
makanan ikan Koi, keturunan dan kedalaman kolam (Alminiah, 2015).
2.1.4 Kebiasaan makan
Ikan mas Koi merupakan ikan pemakan segala (omnivore) baik yang berasal
dari tumbuhan maupun binatang. Di Dalam air ikan mampu mengenali makanan nya
dan mencarinya sampai ke dasar kolam karena ikan Koi memiliki dua indra
penciuman yang sangat tajam berupa barbel yang terletak di pinggir mulut. Pakan
ikan Koi akan mempengaruhi pembentukan warna dan pertumbuhannya (Pasaribu,
2020).
2.2 SALINITAS
Setiap spesies mempunyai rentan salinitas optimum yang dapat ditolerir.
Apabila salinitas keluar jauh dari salinitas optimumnya, hewan tersebut akan mati
karena tidak dapat mempertahankan homeostasis (Akbar & Fran, 2013). Hal ini
berhubungan dengan gangguan fisiologis yang dialami bersamaan dengan perubahan
salinitas yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Salinitas yang sangat tinggi akan
menyebabkan ikan menjadi lemah, kehilangan bobot badan, dan lensa mata
memucat. Perubahan lingkungan di luar kisaran toleransi suatu hewan (termasuk
6
parasit), maka cepat atau lambat hewan tersebut akan mengalami kematian (Tarigan,
2017).
Ikan koi tidak tahan terhadap goncangan suhu drastis. Penurunan suhu hingga
5 °c dalam tempo singkat sudah bisa menyebabkannya kelabakan. Jika tubuh
diselimuti lapisan putih, hingga 7°C. Koi asli merupakan ikan air tawar, tapi masih
bertahan hidup pada air yang agak asin. Sekitar (l0 %0) kandungan garam dalam air
masih bisa untuk hidup koi. Jadi suhu yang ideal untuk koi adalah 25-30 0 C. air
yang bagus untuk koi derajat keasaman airnya rendah (agak basa), ber pH antara 7,
2-7, 4. sementara itu nilai kesadahan yang toleran terhadap koi antara 5-7 ppm.
Kecerahan kolam yang baik adalah sekitar 45 cm (Dahriani, 2016).
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Heltonika (2014), saat ikan
dimasukkan dalam air bersalinitas, maka akan terjadi beberapa perubahan tingkah
laku dan jumlah pergerakkan operkulumnya juga akan semakin banyak. Saat
dimasukkan dalam air bersalinitas 3% maka tingkah laku ikan semakin agresif. Ikan
sering muncul ke permukaan air untuk mengambil oksigen. Hal ini dilakukan ikan
koi karena sebagai adaptasi ketika salinitas berubah menjadi lebih tinggi. Ikan akan
sering membuka mulut atau operkulumnya untuk memasukkan air dan ion yang
mengandung oksigen dan masih bertahan hidup pada salinitas 12 ppt.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
V1. M1 = V2. M2
Keterangan :
V1 = volume air laut yang akan diencerkan
V2 = volume air dengan salinitas yang diinginkan
M1 = salinitas air laut yang akan diencerkan
M2 = salinitas yang diinginkan (ppt)
8
Setelah air dicampurkan dan dituang ke masing-masing wadah maka
berikutnya dilakukan pemasangan aerator untuk menghasilkan oksigen terlarut. Ikan
yang sudah ditimbang berat badannya dimasukkan ke dalam ketiga wadah yang telah
berisi air masing-masing 1 ekor. Gerakan operkulum ikan per menit dihitung
menggunakan counter dan timer selama 5 hari setiap pukul 12.00 dan diamati
kelangsungan hidupnya. Pemberian pakan ikan dilakukan 1x setiap hari secukupnya.
Hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan.
9
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alminiah, A. (2015). Pengendalian Ektoparasit Pada Benih Ikan Mas (Ciprus carpio.
L) Dengan Penambahan Garam Dapur (NaCl) di Balai Benih Perikanan
Plalangan Kalisat Kabupaten Jember [Tugas Akhir] Universitas Jember.
Akbar, J., & Fran, S. (2013). Manajemen Kesehatan Ikan. Penerbit P3A1,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Dahriani. (2016). Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit Pada Benih Ikan Mas (Cyprus
carpio. L) Pada Beberapa Lokasi Balai Benih Ikan (BBI) di Sulawesi Selatan
[Tugas Akhir] Universitas Muhammadiyah, Makassar.
Deriyanti, A. (2016). Korelasi Kualitas Air Dengan Prevalensi Myxobolus Pada Ikan
Koi (Cyprinus rubrofuscus) di Sentra Budidaya Ikan Koi Kabupaten Blitar
Jawa Timur [Tugas Akhir] Universitas Airlangga, Surabaya.
Djarijah, S. A. (1994). Koi pembenihan & pembesaran secara intensif. kanisius.
Yogyakarta.
Ernita., Munawir., & Fahmi., R. (2018) Perbandingan Secara Anatomi Insang Ikan
Keureling (Tor tambroides), Ikan Mas (Cyprus carpio), dan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus), Jurnal Veteriner, 21(2), 234-246.
Heltonika, B. (2014). Pengaruh Salinitas Terhadap Penetasan Telur Ikan Jambal
Siam
(Pangasius hypophthalmus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1), 13-23.
Isnaneni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.
Pamungkas, W. (2012). Aktivitas Osmoregulasi, Respon Pertumbuhan, dan
Energetic Cost pada Ikan yang Dipelihara dalam Lingkungan Bersalinitas.
Media Akuakultur, 7(1): 44-51.
Pasaribu, S. A. (2020). Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Hias Koi
(Cyprus carpio. L) di Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin [Tugas Akhir]
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Pullin, R. S. V., & Maclean J. (1992). Analysis of Research for the Development of
Tilapia Farming an Interdiscliplinary is Lacking. Netherlands Journal of
Zoology.
Sartika, E., Siswoyo, B, H., & Syafitri, E. (2021). Pengaruh Pakan Alami yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangnsungan Hidup benih Ikan Mas
Koi (Cyprinus rubrofuscus). Jurnal Aquaculture Indonesia, 1(1), 28-37.
Tarigon, R. (2017). Perbedaan Ikan Mas Koi (Cyprus carpio. L), Ikan Nila
(Oreochromis niloticus), dan Ikan Lele (Clarias sp.) Sebagai Predator Jentik
Nyamuk. Politeknik Kesehatan Kemenkes, Medan.
10
Setiawati, M., & Suprayudi, A. M. (2003). Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan
nila merah yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurusan Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.
Stickney, R. R. (2000). Encyclopedia of Aquaculture. USA: John Wiley & Sons.
Wahyurini, T. E. (2005). Pengaruh Perbedaan salinitas Air Terhadap Tingkat
Kelangsungan Hidup benih Koi (Cyprinus rubrofuscus). Program Studi
Agrobisnis perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura.
11