Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH SALINITAS TERHADAP GERAKAN

OPERCULUM DAN KELANGSUNGAN HIDUP


IKAN KOI (Cyprinus rubrofuscus)

LAPORAN MINI PROJECT

Oleh:

KELOMPOK 1
ALFIYA FARISKA (1908104010007)
NAKITA CHAIRUNNISA (1908104010077)
SITI UMARATUS S. (1908104010069)
NINA NUFRISA (1908104010024)
MAULA SYAKIRA (1908104010064)
NANA FADHLIANA (1908104010017)
CUT LISA IRAYANA (1908104010004)

PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH
APRIL, 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya sehingga Laporan Mini Project yang berjudul “Pengaruh
Salinitas Terhadap Gerakan Operculum dan Kelangsungan Hidup Ikan Koi
(Cyprinus rubrofuscus)” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam disanjungkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Laporan Mini Project ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Fisiologi Lingkungan. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Firdus, S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi
Lingkungan.
2. Cut Putri Fhatalina S.Si selaku asisten laboratorium mata kuliah Fisiologi
Lingkungan.
3. Seluruh asisten laboratorium fisiologi lingkungan yang telah turut
membimbing dan membantu dalam pelaksanaan mini project Fisiologi
Lingkungan.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, 17 April 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusah Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................... 4


2.1 Ikan Koi ............................................................................................... 4
2.1.1 Struktur dan Klasifikasi ............................................................. 4
2.1.2 Habitat ....................................................................................... 5
2.1.3 Siklus Hidup .............................................................................. 6
2.1.4 Kebiasaan Makan ...................................................................... 6
2.2 Salinitas ............................................................................................... 6

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 8


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 8
3.3 Metode Penelitian ................................................................................ 8
3.4 Cara Kerja............................................................................................ 8
3.5 Analisis Data ....................................................................................... 9
3.6 Parameter Penelitian ............................................................................ 9

DAFTAR KEPUSTAKAAN ............................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia dan patut
dibanggakan adalah keragaman spesies ikan hias air tawar. Ikan hias air tawar
diperkirakan sekitar 400 spesies dari 1.100 spesies ikan hias yang ada di seluruh
dunia. Salah satu komoditas ikan hias air tawar introduksi yang sampai saat ini masih
menjadi primadona di pasar internasional dan merupakan ikan hias kelompok mahal,
serta fluktuasi di pasaran pun relatif stabil adalah ikan koi (Cyprinus rubrofuscus).
Ikan koi (Cyprinus rubrofuscus) merupakan salah satu ikan hias yang
memiliki bentuk tubuh dan warna yang indah sehingga bernilai ekonomis tinggi.
Indikator keindahan pada ikan hias dapat dilihat pada warna yang cemerlang, bentuk
dan kelengkapan fisik, perilaku, serta kondisi kesehatan atau staminanya (Effendie
1979). Selain itu ikan koi ini sering dijadikan hiasan aquarium dan merupakan
konsumsi seni bagi peminatnya (Lesmana 2007).
Perairan pantai merupakan salah satu lahan yang dapat dimanfaatkan
mengingat meningkatnya perkembangan perikanan khususnya di sektor kegiatan
budidaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan perairan
pantai adalah cara untuk menyiasati peningkatan produksi ikan khususnya ikan air
tawar yang bisa beradaptasi dengan perairan yang memiliki kadar garam. Lahan
tambak budidaya air laut bisa jadi peluang untuk membudidayakan ikan koi karena
sifat ikan koi yang mudah beradaptasi, tidak pemilih terhadap perawatannya, dan
efisien terhadap pemberian makanan tambahan serta mampu tumbuh dan
berkembang biak terhadap segala kondisi lingkungan.
Menurut Peter (1979) dalam Setiawati dan Suprayudi (2003), salinitas
merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
dan konsumsi pakan. Berdasarkan informasi tersebut, maka dilakukan penelitian
pemeliharaan ikan koi pada berbagai media bersalinitas dengan memberikan pakan
secara adlibitum. Di samping itu, ikan koi (Cyprinus rubrofuscus) juga memiliki
daya jual yang cukup tinggi dan peminat yang banyak, hal ini dikarenakan warna

1
dari ikan koi yang cerah dan cocok dijadikan ikan hias (Djarijah, 1994). Menurut
Wahyurini (2005), pentingnya lahan tambak sebagai salah satu alternatif
pengembangan budidaya koi (Cyprinus rubrofuscus) dari air tawar ke air payau.
Saat ini belum diketahui secara jelas sejauh mana pengaruh salinitasnya terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sebagai indikator biologis adaptasi dalam
proses osmoregulasi ikan koi, maka perlu dilakukan penelitian tentang ‘‘Pengaruh
Salinitas Terhadap Gerakan Operkulum dan Kelangsungan Hidup Ikan Koi
(Cyprinus rubrofuscus)”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Ikan koi (Cyprinus rubrofuscus) merupakan salah satu ikan hias air tawar
yang memiliki bentuk tubuh dan warna yang indah sehingga bernilai ekonomis
tinggi. Perairan pantai merupakan salah satu lahan yang dapat dimanfaatkan
mengingat meningkatnya perkembangan perikanan khususnya di sektor kegiatan
budidaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan perairan
pantai adalah cara untuk menyiasati peningkatan produksi ikan khususnya ikan air
tawar yang bisa beradaptasi dengan perairan yang memiliki kadar garam seperti ikan
koi. Menurut Wahyurini (2005), budidaya koi (Cyprinus rubrofuscus) dari air tawar
ke air payau sebagai lahan tambak merupakan salah satu alternatif yang sangat
penting untuk dikembangkan. Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan konsumsi pakan. Namun, penelitian atau
karya ilmiah mengenai pengaruh salinitas terhadap ikan koi masih terbatas.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami pengaruh salinitas
air terhadap operkulum pada ikan koi (Cyprinus rubrofuscus).

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menambah ilmu serta
wawasan bagi para pembaca terhadap tulisan ilmiah terkait pengaruh salinitas pada
ikan koi (Cyprinus rubrofuscus) serta memberikan informasi bagi para pembaca

2
bahwa adanya pengaruh salinitas terhadap operkulum ikan koi (Cyprinus
rubrofuscus).

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 IKAN KOI


Ikan Koi (Cyprinus rubrofuscus) merupakan salah satu komoditas ikan hias
air tawar yang sampai saat ini masih menjadi primadona di pasar internasional dan
merupakan ikan hias dengan harga mahal, dan harga di pasaran pun relatif stabil.
Keberadaan ikan mas koi dalam keluarga selalu berdampak positif, artinya jika
dipelihara dalam skala besar dapat dimanfaatkan untuk mata pencaharian dan
membuka lapangan kerja. Di saat yang sama, jika ikan koi dibesarkan dalam skala
kecil layaknya ikan hias, ikan koi dapat dinikmati keindahan dan gerakannya di
akuarium sebagai sarana hiburan atau menyalurkan hobi (Sartika et al., 2021)
Ikan Koi merupakan salah satu ikan yang masih termasuk ke dalam satu
strain dengan ikan mas. Ikan tersebut merupakan jenis ikan peliharaan yang sangat
terkenal di negara Jepang karena kombinasi warna yang dimilikinya sangat menarik.
Koi di Jepang dikenal dengan nama Nishikigoi dan mempunyai nama umum
Ornamental Common Carp / Japanese Carp serta sering disebut juga fancy carp.
Harga koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna.
Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 361 Masehi (Pasaribu,
2020).
2.1.1 Struktur dan klasifikasi
Ikan mas Koi memiliki ciri-ciri sebagai berikut bentuk badan memanjang dan
sedikit pipih ke samping, mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat
disembuhkan (proyektil) serta dihiasi dua pasang sungut. Selain itu di dalam mulut
terdapat gigi kerongkongan, dua pasang sungut ikan mas terletak di bibir bagian atas
tetapi kadang-kadang satu pasang sungut rudimenter atau tidak berfungsi, gigi
kerongkongan (pharyngeal teeth) terdiri atas tiga baris yang berbentuk geraham,
memiliki sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di bagian
permukaan tubuh, berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral) bagian
belakang sirip punggung memiliki jari-jari keras sedangkan bagian akhir berbentuk
gerigi, sirip dubur (anal) bagian belakang juga memiliki jari-jari keras dengan bagian

4
akhir berbentuk gerigi seperti halnya sirip punggung, sirip ekor berbentuk cagak dan
berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran (cycloid) yang terletak
beraturan, gurat sisik atau garis rusuk (linea lateralis) ikan mas berada di pertengahan
badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal
ekor (Alminiah, 2015).
Insang merupakan organ utama respirasi yang berperan penting dalam proses
osmoregulasi, keseimbangan ion dan sekresi nitrogen. Insang ikan terdiri dari tiga
bagian utama yaitu arcus branchialis (arcus insang), filamen branchialis (filamen
insang) dan branchial spinalis (raker insang: tapis insang). Variasi bentuk anatomi
insang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan karakteristik
habitat dan perilaku makan. Ikan yang hidup pada perairan dengan kandungan
oksigen terlarut tinggi memiliki jumlah dan luas permukaan lamella sekunder yang
lebih tinggi dibandingkan ikan yang hidup pada perairan dengan kandungan oksigen
terlarut yang rendah. Ikan mas Koi memiliki bobot insang relatif sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi kemampuan adaptasi terhadap fluktuasi oksigen terlarut
di perairan. Berat relatif insang dapat digunakan sebagai indikator awal untuk
melihat kemampuan adaptasi sistem pernapasan ikan terhadap lingkungan (Ernita et
al., 2018). Ikan mas Koi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Osteichthyes
Superordo : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus rubrofuscus L.
2.1.2 Habitat
Ikan mas Koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan
hidup pada perairan tawar. Mereka bisa hidup pada temperatur 8oC – 30oC dengan
pH 6.5 – 7.4. Suhu yang ideal untuk ikan mas Koi yaitu sekitar 15oC - 25oC dengan
pH ideal sekitar 7.2 – 7.4. Jenis kelamin Ikan mas Koi dapat dibedakan saat ikan

5
tersebut dewasa, yaitu kurang lebih saat mencapai ukuran panjang 24 cm. Ikan mas
Koi jantan mempunyai bentuk tubuh lebih ramping sedangkan betina lebih gemuk
dan sedikit membulat (Deriyanti, 2016).
2.1.3 Siklus hidup
Ikan mas Koi cenderung tumbuh tercepat selama dua tahun pertama
hidupnya. Pada tahun pertama, seekor Koi dapat tumbuh mencapai panjang 30 cm
dan bisa mencapai panjang 50 cm pada saat usia dua tahun. Pada tahun ketiga,
sebagian besar ikan Koi akan mencapai panjang 70 cm. Ukuran tersebut tidak
mutlak, tetapi panjang normal yang lazim dicapai oleh seekor ikan Koi. Ada
kemungkinan pertumbuhan lebih cepat dan ada kemungkinan bisa lebih lambat
tergantung pada banyak hal. Pada saat Koi mencapai usia dua tahun maka organ-
organ reproduksi sperma pada Koi jantan dan telur pada Koi betina mulai
bereproduksi secara aktif sehingga gizi dan makanan banyak diserap untuk
reproduksi sehingga pertumbuhan tidak secepat sebelum usia dua tahun.
Pertumbuhan Koi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kualitas air kolam,
makanan ikan Koi, keturunan dan kedalaman kolam (Alminiah, 2015).
2.1.4 Kebiasaan makan
Ikan mas Koi merupakan ikan pemakan segala (omnivore) baik yang berasal
dari tumbuhan maupun binatang. Di Dalam air ikan mampu mengenali makanan nya
dan mencarinya sampai ke dasar kolam karena ikan Koi memiliki dua indra
penciuman yang sangat tajam berupa barbel yang terletak di pinggir mulut. Pakan
ikan Koi akan mempengaruhi pembentukan warna dan pertumbuhannya (Pasaribu,
2020).

2.2 SALINITAS
Setiap spesies mempunyai rentan salinitas optimum yang dapat ditolerir.
Apabila salinitas keluar jauh dari salinitas optimumnya, hewan tersebut akan mati
karena tidak dapat mempertahankan homeostasis (Akbar & Fran, 2013). Hal ini
berhubungan dengan gangguan fisiologis yang dialami bersamaan dengan perubahan
salinitas yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Salinitas yang sangat tinggi akan
menyebabkan ikan menjadi lemah, kehilangan bobot badan, dan lensa mata
memucat. Perubahan lingkungan di luar kisaran toleransi suatu hewan (termasuk

6
parasit), maka cepat atau lambat hewan tersebut akan mengalami kematian (Tarigan,
2017).
Ikan koi tidak tahan terhadap goncangan suhu drastis. Penurunan suhu hingga
5 °c dalam tempo singkat sudah bisa menyebabkannya kelabakan. Jika tubuh
diselimuti lapisan putih, hingga 7°C. Koi asli merupakan ikan air tawar, tapi masih
bertahan hidup pada air yang agak asin. Sekitar (l0 %0) kandungan garam dalam air
masih bisa untuk hidup koi. Jadi suhu yang ideal untuk koi adalah 25-30 0 C. air
yang bagus untuk koi derajat keasaman airnya rendah (agak basa), ber pH antara 7,
2-7, 4. sementara itu nilai kesadahan yang toleran terhadap koi antara 5-7 ppm.
Kecerahan kolam yang baik adalah sekitar 45 cm (Dahriani, 2016).
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Heltonika (2014), saat ikan
dimasukkan dalam air bersalinitas, maka akan terjadi beberapa perubahan tingkah
laku dan jumlah pergerakkan operkulumnya juga akan semakin banyak. Saat
dimasukkan dalam air bersalinitas 3% maka tingkah laku ikan semakin agresif. Ikan
sering muncul ke permukaan air untuk mengambil oksigen. Hal ini dilakukan ikan
koi karena sebagai adaptasi ketika salinitas berubah menjadi lebih tinggi. Ikan akan
sering membuka mulut atau operkulumnya untuk memasukkan air dan ion yang
mengandung oksigen dan masih bertahan hidup pada salinitas 12 ppt.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2022 di Laboratorium Fisiologi
Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik,
aerator, wadah plastik, baskom, refraktometer, gelas ukur, kamera, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air laut, air tawar,
Cyprinus rubrofuscus L. (ikan koi), botol bekas, dan pakan ikan.

3.3 METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimental,
dimana pengambilan sampel ikan koi daerah Ulee Kareng dan dibawa ke
laboratorium FMIPA biologi USK.

3.4 CARA KERJA


Awal mula, segala perlengkapan dan peralatan disiapkan terlebih dahulu.
Masing-masing ikan koi ditimbang beratnya menggunakan timbangan analitik.
Kemudian, air laut dan air tawar dicampur menjadi K (Salinitas 0%), P1 (salinitas
5%) dan P2 (Salinitas 15%) menggunakan rumus sebagai berikut :

V1. M1 = V2. M2

Keterangan :
V1 = volume air laut yang akan diencerkan
V2 = volume air dengan salinitas yang diinginkan
M1 = salinitas air laut yang akan diencerkan
M2 = salinitas yang diinginkan (ppt)

8
Setelah air dicampurkan dan dituang ke masing-masing wadah maka
berikutnya dilakukan pemasangan aerator untuk menghasilkan oksigen terlarut. Ikan
yang sudah ditimbang berat badannya dimasukkan ke dalam ketiga wadah yang telah
berisi air masing-masing 1 ekor. Gerakan operkulum ikan per menit dihitung
menggunakan counter dan timer selama 5 hari setiap pukul 12.00 dan diamati
kelangsungan hidupnya. Pemberian pakan ikan dilakukan 1x setiap hari secukupnya.
Hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan.

3.5 ANALISIS DATA


Analisis data dilakukan secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel,
grafik dan gambar.

3.6 PARAMETER PENELITIAN


Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah :
1. Gerakan Operculum ikan koi Cyprinus rubrofuscus L.
2. Kelangsungan Hidup ikan koi Cyprinus rubrofuscus L.

9
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alminiah, A. (2015). Pengendalian Ektoparasit Pada Benih Ikan Mas (Ciprus carpio.
L) Dengan Penambahan Garam Dapur (NaCl) di Balai Benih Perikanan
Plalangan Kalisat Kabupaten Jember [Tugas Akhir] Universitas Jember.
Akbar, J., & Fran, S. (2013). Manajemen Kesehatan Ikan. Penerbit P3A1,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Dahriani. (2016). Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit Pada Benih Ikan Mas (Cyprus
carpio. L) Pada Beberapa Lokasi Balai Benih Ikan (BBI) di Sulawesi Selatan
[Tugas Akhir] Universitas Muhammadiyah, Makassar.
Deriyanti, A. (2016). Korelasi Kualitas Air Dengan Prevalensi Myxobolus Pada Ikan
Koi (Cyprinus rubrofuscus) di Sentra Budidaya Ikan Koi Kabupaten Blitar
Jawa Timur [Tugas Akhir] Universitas Airlangga, Surabaya.
Djarijah, S. A. (1994). Koi pembenihan & pembesaran secara intensif. kanisius.
Yogyakarta.
Ernita., Munawir., & Fahmi., R. (2018) Perbandingan Secara Anatomi Insang Ikan
Keureling (Tor tambroides), Ikan Mas (Cyprus carpio), dan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus), Jurnal Veteriner, 21(2), 234-246.
Heltonika, B. (2014). Pengaruh Salinitas Terhadap Penetasan Telur Ikan Jambal
Siam
(Pangasius hypophthalmus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1), 13-23.
Isnaneni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.
Pamungkas, W. (2012). Aktivitas Osmoregulasi, Respon Pertumbuhan, dan
Energetic Cost pada Ikan yang Dipelihara dalam Lingkungan Bersalinitas.
Media Akuakultur, 7(1): 44-51.
Pasaribu, S. A. (2020). Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Hias Koi
(Cyprus carpio. L) di Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin [Tugas Akhir]
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Pullin, R. S. V., & Maclean J. (1992). Analysis of Research for the Development of
Tilapia Farming an Interdiscliplinary is Lacking. Netherlands Journal of
Zoology.
Sartika, E., Siswoyo, B, H., & Syafitri, E. (2021). Pengaruh Pakan Alami yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangnsungan Hidup benih Ikan Mas
Koi (Cyprinus rubrofuscus). Jurnal Aquaculture Indonesia, 1(1), 28-37.
Tarigon, R. (2017). Perbedaan Ikan Mas Koi (Cyprus carpio. L), Ikan Nila
(Oreochromis niloticus), dan Ikan Lele (Clarias sp.) Sebagai Predator Jentik
Nyamuk. Politeknik Kesehatan Kemenkes, Medan.

10
Setiawati, M., & Suprayudi, A. M. (2003). Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan
nila merah yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurusan Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.
Stickney, R. R. (2000). Encyclopedia of Aquaculture. USA: John Wiley & Sons.
Wahyurini, T. E. (2005). Pengaruh Perbedaan salinitas Air Terhadap Tingkat
Kelangsungan Hidup benih Koi (Cyprinus rubrofuscus). Program Studi
Agrobisnis perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura.

11

Anda mungkin juga menyukai