Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SHARING

JURNAL KEPERAWATAN
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH
NURSING CARE OF
METABOLIC AND
ENDOCRINE SYSTEM
MAKALAH SHARING
JURNAL KEPERAWATAN
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH
NURSING CARE OF
METABOLIC AND
ENDOCRINE SYSTEM
MAKALAH KEPERAWATAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
“PARENT AND TEACHER PERCEPTIONS OF THE IMPACT OF
SCHOOL NURSE INTERVENTION’S ON CHILDREN’S SELF-
MANAGEMENT DIABETES”
Dosen Pengampu : Siti Sa’idah, S.Pd., M.Pd

1
Disusun oleh :

WELDA PRISCA WULANDARI 210101088

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

LAMPUNG

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

2
Makalah ini berisikan tentang sharing jurnal keperawatan dalam gangguan sistem
endokrin. Dengan judul jurnal “parent and teacher perceptions of the impact of school nurse
intervention’s on children’s self-management diabetes”. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua khususnya perawat tentang diabetes
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu pembimbing dan semua
pihak yang telah berperan serta mendukung kami dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Gadingrejo, 23 Desember 2021

Penyusun,

DAFTAR ISI
Halaman judul........................................................................................................................1
Kata pengantar.......................................................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4

3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................6
1.3 Tujuan.......................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN

2.1Topik............................................................................................................................7

2.2 Latar belakang............................................................................................................8

2.3 Tujuan penulisan........................................................................................................8

2.4 Metode.......................................................................................................................9

2.5 Hasil penelitian..........................................................................................................10

2.6 Aplikasi di Indonesia.................................................................................................13

2.7 Analisis Variabel Penelitian......................................................................................16

2.8 Hubungan Beban Kerja dan Kinerja Perawat............................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ...............................................................................................................19

DAFTARPUSTAKA..............................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

4
Keperawatan merupakan profesi unik yang memiliki fokus utama caring, yaitu
bagaimana memberikan dan mengelola asuhan yang dibutuhkan pasien. Hal ini
menjadikan perawat memiliki peran baik pemberi asuhan sebagai kemampuan klinis dan
juga koordinator sebagai komponen manajerial. Peran perawat sebagai pemberi asuhan
merupakan komponen penting yang esensial dalam sistem pemberian pelayanan
kesehatan. Kemampuan dan keterampilan perawat yang kuat dalam kepemimpinan dan
administratif sangat penting bagi pasien dan keselamatannya serta sistem layanan dan
aksesnya. Mutu asuhan yang unggul dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
kesehatan. Tuntutan tersebut membuat perawat perlu dipersiapkan dengan baik untuk
membuat dan memelopori strategi perubahan dan mengelola secara efektif koordinasi dan
integrasi dari tim interdisipliner, kebutuhan masyarakat, dan sistem asuhan yang
berkelanjutan (Rabelo et al., 2016).
Itulah sebabnya, integrasi asuhan keperawatan dan manajemen keperawatan menjadi
salah satu inti kompetensi yang dibutuhkan perawat untuk menjalankan peran dan
fungsinya dalam lingkungan layanan asuhan kesehatan. Asuhan keperawatan merupakan
proses sistematis, terstruktur, dan integratif dalam badan keilmuan keperawatan. Asuhan
ini diberikan melalui metode yang disebut proses keperawatan. Proses keperawatan yang
didasari teori Orlando Deliberative Nursing Process ini menyatakan bahwa tindakan atau
perilaku yang ditunjukkan perawat merupakan hasil pertimbangan berdasarkan kebutuhan
pasien. Hal tersebut berarti bahwa perawat profesional melakukan eksplorasi kebutuhan
dan masalah atau gangguan kebutuhan yang terjadi pada pasien dengan menggunakan
persepsi, proses berpikir kritis, penalaran klinis, dan atau perasaan perawat yang
berhubungan dengan kebutuhan dasar pasien. Proses keperawatan membantu perawat
mendapatkan luaran, mengukur kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan dan
memudahkan perawat untuk melakukan praktik klinis keperawatan khususnya bagi
perawat pemula (Xiao et al., 2017).
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan merupakan gambaran dari
hubungan antara pasien dan perawat, identitas dan peran profesionalitas perawat, dan
pengembangan pengetahuan perawat. Antusiasme perawat dalam menerima tantangan
baru dalam memberikan pelayanan telenursing sangat tinggi, hal tersebut dapat
berdampak pada kemampuan meningkatkan komunikasi yang efektif antara perawat dan
pasien (Padila et al., 2018).

5
Hubungan antara pasien dan perawat merupakan interaksi timbal balik dimana respon
pasien dan perawat saling memengaruhi dan terus berkembang sejalan dengan perubahan
respon antara pasien dan perawat. Salah satu fungsi profesionalitas perawat adalah
menemukan kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi dan kemudian memberikan bantuan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Proses keperawatan memfasilitasi perawat untuk
berkembang sebagai seorang pemikir yang logis untuk menghasilkan peningkatan respon
dan perilaku pasien dalam pemenuhan kebutuhannya serta pentingnya partisipasi pasien
dalam keseluruhan proses (Stonehouse, 2017).
Salah satu bagian dari ilmu kesehatan ialah ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan
berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sesuai dengan
perkembangan jaman. Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan
dimana dalam menentukan tindakan didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki
kertampilan yang jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai profesi keperawatan
mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan serta
adanya kode etik dalam bekerjanya kemudian juga berorientasi pada pelayanan dengan
melalui pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat
(Hidayat, 2011).
Praktik keperawatan di masa mendatang harus dapat berorientasi pada klien. Hal ini
berdasarkan tren perubahan dan persaingan yang semakin ketat saat ini. Perawat
Indonesia di masa depan harus dapat memberikan asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan yang berkembang, agar tingkat profesionalitas
keperawatan itu semakin nampak (Nursalam, 2008).
Sejak zaman Florence Nightingale, perawat telah menganggap dokumentasi sebagai
bagian yang vital dari praktik professional. Pada tulisan awalnya Nightingale
menggambarkan tentang perlunya perawat untuk mencatat “penggunaan yang tepat dari
udara segar, cahaya, kehangatan, kebersihan, serta pemilihan dan pemberian diet yang
tepat,” dengan tujuan mengumpulkan ,menyimpan dan mendapatkan kembali data untuk
menatalaksanakan pasien secara cerdas (Camp, 2004).
Diabetes adalah penyakit kronis yang biasa terjadi pada anak-anak usia sekolah.
Perawat sekolah bekerja sama dengan siswa, orang tua, dan guru untuk membantu anak
dalam manajemen diabetes mereka secara efektif. Sangat sedikit yang diketahui tentang
hubungan antara intervensi perawat sekolah dan persepsi orang tua/guru tentang
manajemen diri anak.

6
Seperti yang dibahas dalam jurnal ini, peneliti menggunakan sampel 69 anak usia
sekolah yang menerima manajemen kasus dari sekolah perawat. Temuan kami
menunjukkan bahwa guru dan orang tua tidak selalu setuju pada seberapa baik seorang
anak memanajemen penyakit mereka. Ketika perawat sekolah menyediakan lebih
pendidikan dan konseling, orang tua lebih mungkin untuk merasakan peningkatan
pengelolaan diri anak mereka. Guru lebih mungkin untuk merasakan perbaikan Ketika
perawat memberikan kunjungan kelas yang lebih dan termasuk guru Pendidikan dan
bimbingan konselor fisik. Temuan ini menunjukkan bahwa peran pendidik, konselor, dan
kolaborator yang penting bagi perawat sekolah yang memberikan perawatan kepada anak-
anak usia sekolah dengan diabetes.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa topik yang diangkat dalam jurnal tersebut ?
2. Bagaimana latar belakang dalam jurnal penelitian ini ?
3. Apa tujuan dari penelitian yang diungkapkan dalam jurnal penelitian tersebut?
4. Apa metode yang digunakan dalam jurnal penelitian ini?
5. Bagaimana hasil penelitian dalam jurnal ini ?
6. Bagaimana aplikasi di indonesia terkait dengan jurnal penelitian tersebut ?

1.3 TUJUAN
1. Memberi informasi kepada pembaca / mahasiswa terkait dengan jurnal penelitian
tentang manajemen diabetes pada anak-anak yang mengacu pada memandirikan
pasien

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TOPIK

7
Penelitian ini dilakukan di CVBC RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan
Februari 2015 mengenai hubungan perilaku perawat dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan. Hasil analisis karateristik responden menurut usia adalah rentang usia 21-30
tahun adalah 14 perawat dengan persentase 35%, usia 31-40 tahun adalah 20 perawat
dengan persentase 50% serta usia lebih dari 40 tahun 6 perawat dengan persentase 15%.
Pada tahapan dewasa muda individu telah mulai menata kehidupannya untuk mencapai
kestabilan. Hal senada diungkapkan pula oleh Potter dan Perry (2005) bahwa seseorang
yang telah memasuki tahap dewasa muda diharuskan untuk menentukan tanggung jawab,
mencapai kestabilan dalam hal pekerjaan, dan memiliki hubungan dalam tahap yang lebih
intim. Oleh karena itu pada tahap usia dewasa muda seharusnya perawat memiliki
perilaku yang stabil dan pencapaian perilaku baik. Hasil penelitian menunjukkan
responden dengan jenis kelamin perempuan sama banyak dengan responden dengan jenis
kelamin laki-laki. Dimana responden berjenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-
laki berjumlah 20 perawat dengan persentase masing-masing 50%. Hasil penelitian
menunjukkan responde n dengan masa kerja kurang dari 3 tahun be rjumlah 20 orang dan
masa kerja lebih dari 3 tahun berjumlah 20 orang dengan persent ase masing-masing
50%. Hasil penelitian menunjukkan responde n dengan tingkat pendidikan DIII
keperawat an berjumlah 18 orang dengan persentase 4 5% dan S.Kep Ns berjumlah 22
orang deng an persentase 55%.
Menurut Notoatmodjo, (2007) Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar.
Perilaku perawat menurut Videbeck (2008), Burnard( 2008) dan Gunarsa, (2008)
adalah perilaku terapeutik yang melibatkan semua unsur. Perilaku perawat menurut
Kusnanto, (2004) harus dilandasi oleh aspek moral yang meliputi hal-hal berikut :
Beneficience yang berarti sebagai profesional perawat harus selalu mengupayakan tiap
keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien. Adil yang berarti tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama,
ras, sosial budaya, keadaan ekonomi, dan sebagainya tetapi memperlakukan klien sebagai
individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki. Fidelity yang berarti

8
bahwa perilaku caring, selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang
memadai, memiliki komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
Menurut teori perubahan perilaku yang dikembangkan oleh Lawrence Green dalam
Noorkasiani (2009) menyebutkan bahwa perubahan perilaku disebabkan oleh dua faktor
utama yaitu faktor perilaku dan faktor non-perilaku. Faktor perilaku ditentukan oleh tiga
kelompok faktor, yaitu; faktor predisposisi (predispocing factor), faktor pendukung
(enabling factor),dan faktor penguat (reinforcing factor).

2.2 LATAR BELAKANG


Diabetes adalah penyakit kronis yang biasa terjadi pada anak-anak usia sekolah.
Perawat sekolah bekerja sama dengan siswa, orang tua, dan guru untuk membantu anak
dalam manajemen diabetes mereka secara efektif. Sangat sedikit yang diketahui tentang
hubungan antara intervensi perawat sekolah dan persepsi orang tua/guru tentang
manajemen diri anak. Kami memeriksa hubungan ini dalam sampel dari 69 anak usia
sekolah yang menerima manajemen kasus dari sekolah perawat. Temuan kami
menunjukkan bahwa guru dan orang tua tidak selalu setuju pada seberapa baik seorang
anak memanajemen penyakit mereka. Ketika perawat sekolah menyediakan lebih
pendidikan dan konseling, orang tua lebih mungkin untuk merasakan peningkatan
pengelolaan diri anak mereka. Guru lebih mungkin untuk merasakan perbaikan Ketika
perawat memberikan kunjungan kelas yang lebih dan termasuk guru Pendidikan dan
bimbingan konselor fisik. Temuan ini menunjukkan bahwa peran pendidik, konselor, dan
kolaborator yang penting bagi perawat sekolah yang memberikan perawatan kepada anak-
anak usia sekolah dengan diabetes.

2.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara intervensi perawat
sekolah dan persepsi orang tua dan guru dari seberapa baik siswa dapat mengelola sendiri
diabetes mereka. Penelitian ini mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah orang tua dan guru setuju pada awal (awal tahun) dan pada akhir
manajemen kasus (akhir tahun ajaran) siswa dapat dan tidak dapat melakukan
tindakan mandiri dengan penyakit diabetes yang di derita?

9
2. Apa intervensi dari perawat yang berhubungan dengan persepsi orang tua dan
guru tentang perbaikan siswa dalam manajemen mandiri diabetes?

2.4 METODE PENELITIAN


Data diperoleh dari Rumah Sakit Memorial Institutional Review Board East Carolina
University / Pitt County. Data dikumpulkan selama 2009-2010 sebagai bagian dari proyek
demonstrasi yang berfokus pada pengembangan dan pelaksanaan program manajemen
kasus untuk anak-anak dengan penyakit kronis. Program manajemen kasus telah
dijelaskan sebelumnya dan didasarkan pada model proses keperawatan penilaian,
penetapan tujuan, intervensi, dan evaluasi.
- Prosedur
Anak-anak dengan penyakit kronis mengalami banyak kesulitan disekolah. Anak-
anak sering memiliki satu atau beberapa masalah lainnya, yaitu: Prognosis buruk,
ketidakpatuhan dengan rejimen perawatan kesehatan, penyakit yang tidak stabil, situasi
keluarga yang sulit, kurang dukungan dari lingkup sekolah, kesulitan berteman dengan
teman sebaya. Kadang pemenuhan manajemen kurang maksimal untuk memonitor jika
anak tersebut sering berpindah-pindah sekolah. Perawat melakukan pengkajian tidak
hanya pada anak namun juga pada orang tua dan guru sekolah pada seberapa baik anak
mengelola sakitnya saat berada di sekolah.
- Instrumen
Alat atau instrument dalam penelitian ini yaitu sesatu yang berhubungan dengan
demografi , penilaian guru dan orang tua, dan intervensi. Informasi demografi diperoleh
oleh perawat termasuk usia, jenis kelamin, dan kelas.
Orang tua dan guru dinilai dengan menggunakan kuisioner dengan pertanyaan.
Seperti pertanyaan “seberapa baik anak (anda) mengelola penyakit mereka”, orang tua
dan guru diberi nilai skala 1-10, jika skor 1 = masalah besar, jika 10 = tidak ada masalah
sama sekali. Skor yang lebih tinggi berarti orang tua atau guru merasa bahwa anak itu
dapat mengelola dengan baik penyakitnya. Pada penelitian ini melibatkan perawat
sekolah, konseling siswa, pendidik keluarga, guru / staff edukasi, dan koordinasi
keperawatan. Dan kuisioner fokus pada tujuan enam bidang yaitu lingkungan sekolah
yang aman, manajemen gejala, perawatan diri, keberhasilan akademis, hubungan keluarga
/ teman sebaya, dan koordinasi pelayanan kesehatan

10
2.5 HASIL PENELITIAN
Terdapat 69 anak (80%), dari total 86 anak yang terdiri dari anak usia sekolah dasar,
sekolah menengah dan sekolah tinggi yang mayoritas terdiri dari laki-laki yang mana ke
dua orang tua dan guru nya melakukan pengkajian terhadap anak yang meiliki diabetes
dan beresiko diabetes. Yang bekerja sama dengan perawat untuk meneliti manajemen
diabetes terhadap anak-anak tersebut. Tahap pertama yang dilakukan adalah mengkaji
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti antara laintentang distribusi dan nilai rata-
rata dari penilaian awal dan penilaian akhir. Dari penilaian –penilaian tersebut di
dapatkan anak yang di kategorikan skor 7 sebagai indikasi siswa yang membutuhkan
perbaikan dalam management diabetesnya, dan skor 8 adalah sudah melakukan perbaikan
management diri yang baik. Dari hasil penelitian ini diketahui 30 anak (43,5%)
mengalami kesulitan mengelola penyakit mereka dan selebihnya memiliki pengelolaan
penyakit yang baik.

11
Pada penelitain ini peneliti juga meneliti tentang intervensi yang telah diberikan oleh
perawat sekolah terkait dengan persepsi membaiknya tindakan kemandirian perawatan
diri. Rata-rata intervensi yang di berikan oleh perawat sekolah adalah melakukan
pemeriksaan gula darah, pemberian terapi insulin dan management makanan/ camilan.
Dengan intervensi yang di lakukan oleh perawat sekolah tersebut di dapatkan hasil yaitu
kestabilan gula darah pada anak-anak. Kebanyakan anak- anak dengan diabetes pada usia
sekolah membutuhkan perawat yang dapat mamantau dalam pengendalian gula darah
mereka. Tetapi peneliti juga menemukan dimana orang tua dan guru tidak setuju tentang
adanya perawat sekolah sehingga di temukan pengolahan diri yang rendah dan
membutuhkan edukasi tersendiri untuk memperbaiki management diri mereka secara
mandiri atau tanpa bantuan dari perawat sekolah.

12
Dalam penelitian ini juga di temukan bahwa orang tua dan guru tidak selalu setuju
tentang seberapa baik efek jika anak dapat mengelola manajemen diabetes sendiri. orang
tua anak yang menerima intervensi yang terkait dengan intervensi terhadap pencernaan
dan managemen diabetes nya. Tetapi di sisi lain anak-anak juga sangat membutuhkan
intervensi yang berhubungan dengan masalah dengan keluarga dan teman sebaya yang di
anggap lebih menguntungkan oleh anak. Sedangakan intervensi yang dapat di lakukan
oleh guru dan pendidik di sekolahan adalah dengan pendidikan kasmani dan konselor
siswa, intervensi lain yang dapat di lakukan di sekolah adallah seperti membantu dengan
managemen hipoglikemik, membantu dengan pompa insulin, pengawasan dan penyediaan
tes urine. Selain itu adanya perawat sekolah sudah pasti memiliki efek lebih baik karena
tidak hanya berimbas dalam jangka pendek tetapi juga bedampak pada jangka panjang
nya yang mana anak menjadi lebih bias mandiri dalam managemen diabetes yang mereka
alami sendirii tanpa bantuan dari perawat lagi kecuali jika terjadi keadaan darurat medis.
Penelitian tentang beban kerja juga dilakukan oleh Nontji pada tahun 2001 di Rumah
Sakit Labuang Baji Makasar. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perawat yang
memiliki beban kerja berat kinerjanya kurang baik dibandingkan perawat yang beban
kerja kerjanya ringan. Data awal yang di peroleh di Instalasi Rawat Inap C1 RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado jumlah perawat 17 orang dengan jumlah pasien pada bulan
November 127 orang, dengan kapasitas 30 tempat tidur. Sistem pemberian asuhan
keperawatan menggunakan metode tim dimana setiap tim memiliki 1 orang kepala tim
(perawat profesional) dan 7 orang anggota tim, setiap perawat bertanggung jawab
terhadap 3-4 pasien. Pasien yang masuk di Instalasi Rawat Inap C1 RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado adalah pasien minimal care, partial care dan total care . Wawancara
yang dilakukan dengan kepala ruangan Irina C1 diperolah hasil bahwa sebagian besar
perawat yang bekerja di Irina C1 memiliki kinerja yang baik sedangkan untuk beban kerja
wawancara yang dilakukan dengan 3 orang perawat 2 orang perawat mengatakan beban
kerja tinggi hal ini disebabkan karena pada shift sore dan malam hari setiap perawat
bertanggung jawab terhadap 10-11 pasien sehingga tanggung jawab kerja makin berat.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin meneliti apakah ada hubungan antara beban kerja
dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap C1
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Berdasarkan masa kerja 62,5% responden memiliki masa kerja > 5 tahun. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Badi’ah (2008) diruang rawat inap RSD

13
Penambahan Senopati Bantul yang menyatakan 74,6% responden masa kerjanya > 5
tahun. Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana pengalaman
kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama masa kerja kecakapan dalam
menangani pasien akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaan.

2.6 APLIKASI DI INDONESIA


Aplikasi tentang manajemen diabetes pada anak di Indonesia sendiri yakni di lingkup
sekolah akan dibahas sebagai berikut. Semua anak penderita DM tipe-1 harus bersekolah
dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Diabetes tidak boleh menjadi penyebab
anak tidak diikutsertakan dalam kegiatan sekolah.
1. Guru/petugas sekolah harus diberikan informasi yang cukup agar dapat menciptakan
lingkungan kelas yang dapat memfasilitasi anak agar dapat berintegrasi penuh dengan
menyediakan :
 Keamanan di setiap waktu
 Pengembangan percaya diri
 Kebebasan dari diskriminasi
 Dapat diterima dan dimengerti oleh teman
2. Orangtua dan pengasuh harus dapat bekerja sama dengan sekolah agar didapatkan
pengertian yang baik dalam perawatan anak. Masalah-masalah yang harus diperhatikan
adalah:
- Tingkat pemahaman anak terhadap penyakitnya.
- Tingkat perkembangan anak dan kemampuannya dalam menerima tanggung
jawab.
- Rekomendasi tata laksana DM saat ini.
- Adanya penyakit lain.
- Gejala hipoglikemia.
- Mencegah tertundanya makan.
- Mengobati hipoglikemia secepatnya.
- Menyediakan makanan yang mengandung glukosa yang mudah diserap
(seperti jellybeans) di sekolah.
- Menyediakan makanan tambahan sebelum, selama dan setelah olahraga.

14
- Tidak meninggalkan anak tanpa ditemani selama atau setelah episode
hipoglikemia.
- Memberitahukan kepada orangtua bila terjadi hipo glikemia.
- Memotivasi anak untuk dapat menghabiskan semua makanannya (orangtua
perlu diberitahu bila makanan tidak habis).
- Menyadari bahwa anak boleh mengikuti pesta ulang tahun. Beberapa
pertimbangan harus didiskusikan dengan orangtua.
- Membolehkan anak berbelanja di kantin, meskipun ada beberapa larangan
yang harus dipertimbangkan.
- Memotivasi anak agar mau melaporkan bila ia mengalami hipoglikemia
kepada petugas sekolah.
- Mengetahui bahwa setelah episode hipoglikemia anak dapat kembali belajar,
walaupun gangguan fungsi kognitif dapat terjadi selama beberapa jam. Bila
hipoglikemia terjadi saat olahraga, anak harus beristirahat dulu selama 10-15
menit sebelum beraktivitas kembali.
- Memberikan anak sedikit kebebasan agar tidak merasa berbeda dengan anak
lain (seperti makan dalam waktu bersamaan dengan teman lainnya, diberikan
privasi dalam menyuntikkan insulin dan memeriksa gula darah).
- Menentukan tempat khusus untuk melakukan pemeriksaan gula darah dan
menyuntik insulin.
- Membolehkan anak sering ke toilet dan minum bila kadar glukosa tinggi.
- Memberitahukan orangtua bila ada kegiatan khusus.
- Mengetahui kadar glukosa darah yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan
tingkah laku anak.
- Memotivasi anak untuk berpartisipasi penuh dalam setiap kegiatan sosial,
olahraga, dan akademik di sekolah.
- Perjalanan ke dan dari sekolah: anak dengan diabetes harus diijinkan makan di
dalam bus sekolah untuk mencegah hipoglikemia
- Jika terjadi hipoglikemia berat yang menyebabkan anak mengalami kejang,
tidak sadar atau disorientasi maka pengobatan per oral tidak dapat dilakukan
atau malah berbahaya, petugas sekolah harus segera merebahkan anak dan
menghubungi ambulans.

15
- Ujian sekolah: jika waktu pelaksanaan ujian berbenturan dengan waktu
makannya, maka anak dianjurkan untuk dapat memakan sedikit makanan kecil
seperti kacang.
- Bila waktu pelaksanaan ujian berlangsung lama, maka anak juga diijinkan
untuk dapat meninggalkan ruangan bila perlu untuk melakukan pemeriksaan
gula darah.
- Efek jangka pendek fluktuasi glikemia pada fungsi kognitif:
- keadaan hipoglikemia menyebabkan menurunnya fungsi kognitif dalam
periode bervariasi (meskipun gejala hipoglikemia tidak ada lagi) dan
gangguan mood. Menurunnya fungsi kognitif ini juga ditemukan pada keadaan
hiperglikemia.
- Efek jangka panjang dari fluktuasi glikemia pada fungsi kognitif: penelitian
menunjukkan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada anak penderi

2.7 ANALISIS VARIABEL PENELITIAN


1. Beban Kerja
Beban Kerja adalah kemampuan tubuh pekerja menerima pekerjaan. setiap beban
kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik
maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja fisik
dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mendorong, dan merawat.
Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan
prestasi kerja yang di miliki individu dengan individu lainnya. Apabila beban kerja
yang harus ditanggung oleh perawat melebihi dari kapasitasnya, akan berdampak
buruk bagi produktifitas kerja perawat tersebut (Manuaba, 2000). Berdasarkan hasil
penelitian terhadap 16 perawat di Irina C1 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
menunjukan sebagian besar (56,25%) perawat memiliki beban kerja rendah. Hal ini
disebabkan karena adanya keseimbangan antara jumlah perawat dengan jumlah pasien
dan juga sebagian besar (60%) pasien yang ada di Irina C1 tergolong dalam minimal
care/ self care yaitu pasien yang dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi dan
ganti pakaian, makan dan minum. Meskipun demikian, pasien perlu diawasi ketika
melakukan ambulasi atau gerakan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Afandi (2013) di RSUD Saras Husada Purworejo yang menyatakan
53,9% responden memiliki beban kerja yang rendah.

16
2. Kinerja
Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan
kerja. Dimana kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target kerja dapat diselesaikan
pada waktu yang tepat atau tidak melampaui batas waktu yang disediakan sedangkan
kinerja dikatakan rendah jika diselesaikan melampaui batas waktu yang disediakan
atau sama sekali tidak terselesaikan (Rivai, 2009). Di rumah sakit pencapaian kinerja
dapat dilihat dari berbagai aspek pelayanan. Salah satunya pemberian asuhan
keperawatan. Penilaian kinerja merupakan proses kontrol kinerja yang dievaluasi
berdasarkan standar tertentu yang dilakukan secara efektif untuk pengarahkan
perilaku karyawan dalam rangka menghasilkan jasa dengan kualitas yang tinggi.
Sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pelayanan (Sumba, 2000). Berdasarkan
data yang diperoleh melalui hasil penelitian pada 16 perawat di Irina C1 RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado sebagian besar (62,5%) perawat memiliki kinerja yang
baik. Hal ini disebabkan karena pengawasan dari kepala ruangan, kerja sama yang
antar sesama perawat dan adanya tanggung jawab yang tinggi dari setiap perawat
dalam melaksanakan tugas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ramli (2010) di Ruang Instalasi Rawat Inap RSU Haji Makasar yang
menyatakan bahwa 84,4% perawat memiliki kinerja yang baik.

2.8 HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT


Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang
diberikan kepada kepada pasien. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
beban kerja merupakan faktor yang harus diperhatikan untukmendapatkan
produktifitas kerja yang tinggi. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan menunjukan
sebagian besar (88,9%) perawat yang bekerja di Irina C1 RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado memiliki beban kerja rendah dengan kinerja yang baik. Menurut
(Manuaba, 2000) ada 2 hal yang mempengaruhi kondisi tersebut yaitu faktor ekternal
dan Internal. 1. Faktor ekternal pada saat penelitian di Irina C1 RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado dikarenakan adanya keseimbangan jumlah perawat dan jumlah
pasien, lingkungan fisik yang nyaman, hubungan antar perawat terjalin dengan baik,
tuntutan dari pihak rumah sakit yang mengharuskan perawat rumah sakit untuk selalu
memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas, dan supervise dari
kepala ruangan membuat perawat terus meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

17
2. Faktor Internal atau kondisi perawat itu sendiri maksudnya kemampuan yang tinggi
dan kerja keras dari perawat dalam menjalankan tanggung jawabnya. Hasil penelitian
juga menunjukan (28,6%) perawat yang memiliki beban kerja tinggi dengan kinerja
baik. Hal ini disebabkan motivasi yang tinggi dari perawat dan kerja keras dalam
menjalankan tanggung jawabnya, pengawasan dari kepala ruangan dan tuntutan dari
pihak rumah sakit yang mengharuskan perawat/staff rumah sakit untuk selalu
menerapkan asuhan keperawatan yang berkualitas. Hasil uji statistik dengan
menggunakan Chi Square didapatkan hasil yaitu α = 0,035 yang berarti dengan nilai α
lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan beban kerja
dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramli (2010), tentang Hubungan Karakteristis
Invidu dan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap RSU
Haji Makasar yang menyatakan ada hubungan beban kerja dengan kinerja perawat.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Afandi (2013) di RSUD Saras Husada
Purworejo yang menyatakan ada hubungan beban kerja dengan kinerja perawat.
Kinerja perawat merupakan ukuran keberhasilan dalam mencapai tujuan pelayanan
keperawatan. Kinerja yang baik dari setiap perawat yang bekerja di Irina C1 RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado harus dipertahankan supaya dapat dijadikan contoh
buat perawat-perawat yang lain untuk terus meningkatkan kinerja dan memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Menurut (Rudi, 2012) pelayanan keperawatan
merupakan salah satu bentuk pelayanan professional yang menjadi bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan dan
juga sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Hal
ini dapat menjadi motifasi bagi semua perawat untuk terus meningkatkan citra rumah
sakit Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sehingga semakin baik di mata masyarakat dan
menjadikan rumah sakit yang unggul dan dapat di percaya oleh masyarakat.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Diabetes adalah penyakit kronis yang biasa terjadi pada anak-anak usia sekolah.
Perawat sekolah bekerja sama dengan siswa, orang tua, dan guru untuk membantu anak
dalam manajemen diabetes mereka secara efektif. Sangat sedikit yang diketahui tentang
hubungan antara intervensi perawat sekolah dan persepsi orang tua/guru tentang
manajemen diri anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang terdekat anak sangat penting
dalam mengingkakan tingkat kestabilan glukosa darah pada anak dengan diabetes.
Penelitian mengambil sampel pada sekolah-sekolah dengan siswa yg menderita diabetes.
Pada sekolah tersebut telah diberi fasilitas perawat sekolah yang bertugas untuk
mengontrol kadar gula darah anak, pola makan, pola aktivitas dan istirahat anak. Namun,
dari hasi penelitian menunjukkan kalau ada orang tua dan guru yang setuju dan tidak
setuju dengan kehadiran perawat anak tersebut. Hasil penelitian itu merupakan hasil dari
kuisioner yang diberikan pada orang tua dan guru.

19
DAFTAR PUSTAKA

UKK ENDOKRINOLOGI ANAK DAN REMAJA,IKATAN DOKTER ANAK


INDONESIAWORLD DIABETES FOUNDATION2009

Afandi, (2013). Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat di RSUD Saras Husada
Purworejo. Universitas Muhammadya Yogyakarta

Badi’ah., A., dkk., (2008). Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Diruang
Rawat Inap RSD Panembahan Senopati Bantul. jurnal.ugm.ac.id/jmpk/article/downloa
d/2555/2289 diakses tangggal 5 oktober 2014

Batuah, N., (2012). Hubungan Beban Kerja Perawat Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana
Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan DI Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal
Makasar. Jurnal Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin MakassarDepkes, RI. (2001).
Tenaga Kesehatan Tentang Kualitas Pelayanan, Bina Diknaskes Edisi 27, Jakarta.

Depkes, R., I., (2005). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pelayanan Madik.

repository.unhas.ac.id/.../Jurnal%20B eban%20Kerja%20dengan%20Kinerj a.pdf diakses


tanggal 3 oktober 2014 Setiadi, (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan,
Ed.II Yogyakarta: Graha Ilmu

20
LAMPIRAN

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai