Disusun Oleh:
NIM : 433131420120061
Seorang pasien (In. P, 56 tahun, BB awal 75 kg, BB saat ini 52 kg. TB 165 cm) dirawat hari ke 2
didiagnosa memiliki penyakit degeneratif Diabetes Melitus sejak 7 tahun yang lalu dan kondisi saat
ini terdapat ulkus diabetikum pada telapak kaki kiri dan meluas sampai ke pergelangan kaki. Beliau
bekerja sebagai seorang petani dan hampir setiap pagi berangkat tanpa menggunakan alas kaki. Sejak
awal didiagnosa, klien dijadwalkan rutin mengkonsumsi Metformin 1x1 tablet sebelum makan pagi
hari. Klien mengatakan jarang meminum obat sesuai anjuran karena kesibukkan dan kurang paham
terkait kepatuhan minum obat. Hingga akhirnya dalam 1 tahun terakhir ini klien diprogramkan dengan
insulin Humalog inj 3x10 U sc setiap sebelum makan. Klien juga mengatakan sesekali masih sering
lupa menyuntikkan serta klien mengeluhkan merasa sakit pada lengan atasnya karena harus terus
menerus menyuntikkan di lokasi tersebut dan masih sering konsumsi minum-minuman tinggi gula
saat di sawah.
5 hari SMRS saat di sawah klien menginjak pecahan botol kaca yang ada di dalam lumpur. Klien
mencuci luka, memberikan betadine yang dibeli di warung dan menutupnya dengan kain. Setelah 3
hari, klien mengatakan luka yang semakin meluas dan tidak kunjung membaik. Selain itu, klien
mengeluhkan sering BAK, sering haus, dan mudah lapar dan mudah lelah walaupun sudah makan,
batuk yang dialami klien belum juga membaik selama 10 hari terakhir. Awalnya batuk kering,
sekarang sudah mulai berdahak, tidak mengeluhkan sesak yang berarti. Hasil pemeriksaan, klien
tampak lemah dan pucat, konjungtiva anemis, kondisi sekitar luka merah, terdapat darah, pus, dan
mengeluarkan aroma tidak sedap dengan diameter luka 7 cm. Klien tidak merasakan nyeri yang cukup
berarti pada luka tersebut. Nyeri hanya saat diberikan sentuhan dengan skala 3. GDS 322 mg/dl,
leukosit 21x10 mg/dl, Hb 12 g/dl, rokhi (+), dispnea (-), setelah dikaji lagi, klien sering bersama
dengan rekannya yang batuk dalam waktu lama belum juga membaik, TD 130/80 mmHg,N 85 x/mnt,
RR 20x/ menit. S 38° C. Klien mendapatkan terapi Ceftriaxon Ixl iv, Humalog 3x15 U sc,
Paracetamol 1x500mg
Pertanyaan:
a. Jelaskan terkait data fokus yang muncul pada kasus dan sampaikan justifikasinya! (baik data
wawancara, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya).
jawab :
a. Alasan MRS
Pasien mengatakan 5 hari SMRS saat di sawah klien menginjak pecahan botol kaca
yang ada di dalam lumpur. Klien mencuci luka, memberikan betadine yang dibeli di
warung dan menutupnya dengan kain. Setelah 3 hari, klien mengatakan luka yang
semakin meluas dan tidak kunjung membaik. Selain itu, klien mengeluhkan sering
BAK, sering haus, dan mudah lapar dan mudah lelah walaupun sudah makan, batuk
yang dialami klien belum juga membaik selama 10 hari terakhir. Awalnya batuk
kering, sekarang sudah mulai berdahak, tidak mengeluhkan sesak yang berarti. Hasil
pemeriksaan, klien tampak lemah dan pucat.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan pasien
- Hasil pemeriksaan, klien tampak lemah dan pucat, konjungtiva anemis,
kondisi sekitar luka merah, terdapat darah, pus, dan mengeluarkan aroma
tidak sedap dengan diameter luka 7 cm.
2) Skala nyeri
- Klien tidak merasakan nyeri yang cukup berarti pada luka tersebut. nyeri
hanya saat diberikan sentuhan dengan skala 3.
3) Sistem pernafasan:
- rokhi (+)
- dispnea (-)
- setelah dikaji lagi, klien sering bersama dengan rekannya yang batuk dalam
waktu lama belum juga membaik,
4) Hasil TTV
- TD 130/80 mmHg
- N 85 x/mnt
- RR 20x / menit,
- S 380 C
-
c. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) GDS 322 mg/dl
2) Leukosit 21x103 mg/dl, Hb 12 g/dl
b. Jelaskan terkait dengan status nutrisi Tn P! (IMT, BBI, Kebutuhan kalori harian sesuai diit
pasien DM)
Jawab :
a. IMT
1) Indeks massa tubuh alias BMI didapatkan dengan cara membagi berat badan
dengan tinggi badan kuadrat. Penghitungan berat badan menggunakan satuan
kilogram (kg), sedangkan tinggi badan dihitung dalam satuan meter (m). Berikut
rumus untuk mendapatkan indeks massa tubuh:
IMT = Berat Badan (kg) / (Tinggi Badan (m)2
2) Obesitas = IMT sama dengan atau di atas 30.
Berat badan berlebih = IMT antara 25–29,9
Berat badan normal = IMT antara 18,5–24,9. Berat badan di bawah normal = IMT
di bawah 18,5
3) IMT pasien = 52 kg:162(m2)=19.1
b. BBI
berat badan ideal tinggi 165 cm untuk wanita adalah 55,25 kg. Rumus Broca untuk
pria: ((tinggi badan – 100) – (10% x (tinggi badan – 100)) Berat badan ideal tinggi
165 cm untuk pria:
(165 – 100) – (10% x 165 – 100)
(65 – 6,5) = 58,5
c. Kebutuhan Kalori
Jumlah Asupan dan Jadwal Makan untuk Penderita Diabetes
Jumlah kalori yang dianjurkan adalah 25-30 kalori per kilogram berat badan ideal,
setiap harinya. Jadi pada pasien jumlah kalori ideal adalah 1.300 kalori
c. Sebutkan masalah keperawatan yang dapat muncul berdasarkan kasus tersebut? (Masalah
keperawatan terkait fisik, psikologis, dsb)
Jawab :
a. Nyeri Akut
b. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
c. Defisit Nutrisi
d. Risiko Perfusi Perifer tidak Efektif
e. Gangguan citra tubuh
2. P: luka kaku
Q: seperti ditusuk-
tusuk
R: bagian luka
kakinya
S: 3
T: apabila terkena
sentuhan
3. Hasil TTV
TD 130/80 mmHg
N 85 x/mnt
RR 20x / menit,
S 380 C
b. intervensi
- Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
- jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi
pemberian
analgetic, jika
perlu
Terapeutik
- Berikan asupan
cairan oral
- Konsultasi dengan
medis jika tanda
dan gejala
- hiperglikemia tetap
ada atau
memburuk
Edukasi
- Anjurkan
menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL
- Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
- Ajarkan
pengelolaan
diabetes (mis,
penggunaan
insulin, obat oral)
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi
prosedur
debridement
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu
- Melakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan klien
makan sedikit
tapi sering
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
- Anjurkan klien
minum air hangat
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
Edukasi :
- Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
- Identifikasi arti
pengurangan
melalui
pemakaian alat
bantu
Kolaborasi :
- Fasilitasi kontak
dengan individu
lain dalam
kelompok kecil
Intervensi EBP!
Edukasi :
- Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
- Anjurkan klien minum air
hangat
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Pathway
Penyakit diabetes melitus semakin banyak diderita penduduk dunia. Jumlah penderita diabetes
melitus bertambah karena usia harapan hidup (UHH) semakin meningkat, terutama di negara-negara
maju sehingga berdampak pada jumlah penderita diabetes melitus di dunia. Banyak penderita diabetes
melitus yang bertahan sampai lanjut usia meskipun sampai sekarang belum ada obat yang bisa
menyembuhkan penyakit ini.
Pasien diabetes perlu diberikan beberapa perawatan agar tidak semakin parah dan tidak mengalami
komplikasi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan baik mikroangiopati maupun mikroangiopati
(Adisucipto 1,) melakukan diet yang merupakan pengaturan pola makan yang tepat ditentukan dari 3J
yaitu jadwal makan, jumlah makan, dan jenis makan. Dalam menjalankan terapi tersebut penderita
diabetes melitus harus memiliki sikap yang positif Apabila penderita diabetes melitus memiliki sikap
yang positif, maka dapat mendukung terhadap kepatuhan diet diabetes melitus itu sendiri. Selain itu
jika terjadi luka kronik pada penderita Diabetes Mellitus maka dibutuhkan Oksigen yang cukup untuk
penyembuhan luka melalui proses reparatif seperti proliferasi sel, pertahanan bakteri, angiogenesis
dan sintesis kolagen.
Dengan begitu sebaiknya kita menyarankan penderita diabetes menerapkan pola makan yang tepat
3J, yaitu tepat jadwal, jumlah, dan jenis, agar dapat menstabilkan gula darah.
"Bagi penyandang diabetes, bijak dalam memilih nutrisi diabetes yang tepat adalah langkah awal dan
penting untuk mengontrol gula darah" dan pola makan yang dapat diterapkan oleh penyandang
diabetes tidak harus berbeda dari pola makan orang pada umumnya. Namun, ia menekankan para
penyandang penyakit itu mengikuti panduan pola makan dengan berbagai makanan bergizi dalam
takaran porsi yang tepat dan mengikuti waktu makan yang rutin.
Dibandingkan dengan pola makan ketat yang mengurangi porsi makan, diet untuk penyandang
diabetes adalah tetap menerapkan pola makan dengan gizi seimbang yang mengandung karbohidrat,
baik yang memiliki indeks glikemik rendah, tinggi serat, vitamin, maupun mineral. Pola makan yang
tepat untuk penyandang diabetes terdiri atas tiga prinsip atau 3J, yaitu tepat jadwal, jumlah, dan jenis.
Tepat jadwal artinya pasien diabetes dianjurkan untuk makan setiap tiga jam yang terdiri atas tiga
kali makan, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam, serta tiga kali selingan. Tepat jumlah
yaitu kebutuhan kalori harian disesuaikan dengan berat badan, usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik,
sedangkan tepat jenis artinya perlu memilih jenis makanan dengan tepat dengan menghindari
makanan yang mengandung gula atau karbohidrat sederhana, seperti makanan manis, susu kental
manis, gula, dan madu.
Dan himbauan untuk menghindari jenis makanan tersebut bukan berarti penderita tidak
diperbolehkan sama sekali untuk mengkonsumsinya. Mereka masih dapat memperoleh nutrisi dari
karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi utama. Namun, karbohidrat yang disarankan bagi
penderita diabetes adalah karbohidrat kompleks dan mengandung banyak serat, seperti nasi merah
atau roti yang terbuat dari gandum utuh. Selain itu, penyandang diabetes juga disarankan menghindari
makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti gorengan.
Bagi penderita diabetes melitus agar melakukan penatalaksanaan dengan tepat dan benar serta teratur
berobat. Bagi pihak institusi Puskesmas, diharapkan lebih memperhatikan penatalaksanaan pada
penderita diabetes melitus dimana sangat berperan dalam proses perawatan diabetes melitus
khususnya diet diabetes melitus. Bagi peneliti keperawatan selanjutnya hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai data awal atau sumber referensi, kemudian perlu adanya penelitian untuk
menganalisis lebih jauh tentang usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.
http://eprintslib.ummgl.ac.id/2368/1/17.0601.0011_BAB%20I_BAB%20II_BAB%20III_BAB
%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf