Oleh :
NI LUH EVAYANI
NIM: 21.322.1278
Oleh :
NI LUH EVAYANI
NIM: 21.322.1278
PENDAHULUAN
ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup
(UHH) penduduk dari suatu negara (Badan Pusat Statistik, 2014). Semakin
jumlah penduduk (lanjut usia) lansia pada dasarnya merupakan dampak positif
psikis akan meningkat usia harapan hidup lansia. Peningkatan usia harapan hidup
peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia,
hal ini terkait peningkatan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2018
telah naik 0,58 poin dari sebelumnya. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya
usia harapan hidup di Indonesia yang saat ini rata-rata adalah 71,2 tahun (Badan
dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada
tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi
48,2 juta jiwa (15,77%) (Kemenkes RI, 2019). Kenaikan jumlah penduduk lansia
diperkirakan akan terus terjadi untuk beberapa tahun kedepan, walaupun jumlah
serta komposisi penduduk sebenarnya sangat dinamis dan tergantung pada tiga
proses demografi yang tidak dapat diprediksi secara pasti yaitu kelahiran,
kematian, dan migrasi. Perubahan ini juga tentu akan berdampak pada pergeseran
struktur umur penduduk dan akan mempengaruhi berbagai lini kehidupan Negara.
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia
tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga bergantung dari
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
pencernaan, endokrin dan Penyakit Tidak Menular (PTM) lainya. Hal tersebut
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya
mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia, sehingga secara umum akan
2
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada lansia adalah untuk penyakit
tidak menular antara lain: hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut,
diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke, dan penyakit menular antara lain
Penyakit Tidak Menular (PTM) secara global telah menjadi salah satu
target dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 khususnya pada Goal
3: Ensure healthy lives and well-being SDGs 2030 (Kemenkes RI, 2017). Salah
satu kasus PTM adalah hipertensi. Hipertensi adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan peningakatan tekanan sistol >140 mmHg dan diastol >90 mmHg yang
didapat lewat pengukuran dua kali secara berurutan dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat (PERHI, 2019). Sekitar 20% populasi
berbagai komplikasi penyakit seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal serta
2015). Hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar untuk menderita stroke
dan 6 kali lebih besar untuk seragan jantung, serta 5 kali lebih besar untuk
3
Prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 2016 menurut World Health
Organization (WHO) pada penduduk umur >18 tahun mencapai 1 miliar orang,
dengan kasus hipertensi tertinggi berada di Amerika yaitu 35% (Widodo, 2017).
pada penduduk umur ≥18 tahun cenderung meningkat, dimana tahun 2013
prevalensi hipertensi yaitu 25,8% meningkat menjadi 34,11% atau dengan kasus
tertimbang 658,201 pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018). Menurut Riskesdas
hipertensi yaitu sebanyak 29,1% (Depkes RI, 2018). Data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Bali tahun 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi yang didapat melalui
terdapat di Kabupaten Gianyar yaitu sebanyak 284,744 kasus dan data dari Dinas
hipertensi di Kabupaten Gianyar yaitu sebanyak 39.100 kasus tahun 2018 dan
40.591 kasus tahun 2019 dimana kasus terbanyak terdapat di wilayah kerja UPT
4
retriksi garam, aktivitas fisik, adopsi pola makan DASH, dan terapi komplementer
teori aktivasi organ, dimana bekam akan mengaktivasi organ yang mengatur aliran
darah seperti hati, ginjal, dan jantung agar organ-organ ini tetap aktif dalam
mengatur peredaran darah sehingga tekanan darah tetap terjaga. Umumnya tubuh
mampu menurunkan tekanan darah dengan cara alami. Namun apabila tekanan
darahnya sangat tinggi, mekanisme alami proses penurunan darah tidak mampu
bekam dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi yang
ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,025. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Pratama YB, dkk. (2018), dengan sampel berjumlah 22 orang
kering berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah sistol pada lansia dengan
hipertensi.
I dari hasil wawancara dengan pihak petugas UPT Kesmas Sukawati I yang
membidangi lansia didapatkan informasi data jumlah kasus hipertensi pada lansia
5
Sukawati sebanyak 971 lansia dengan kasus hipertensi sebanyak 325 lansia.
pengukuran tekanan darah diatas 160/100 mmHg dimana upaya yang sudah biasa
seperti senam, dan sebanyak 3 orang didapatkan hasil pengukuran tekanan darah
140/90 mmHg adapun upaya yang biasa dilakukan lansia untuk mengontrol
anti hipertensi, melakukan aktivitas senam, dan rutin meminum jamu tradisional,
sedangkan untuk terapi bekam kering dari 10 orang yang diwawancarai hanya 2
orang yang mengatakan pernah melihat namun belum pernah mencoba sedangkan
sisanya mengatakan sama sekali belum mengetahui tentang terapi bekam kering.
penelitian tentang pengaruh terapi bekam kering terhadap hipertensi pada lansia di
penelitian sebagai berikut: apakah ada pengaruh terapi bekam kering terhadap
6
1.3.1 Tujuan Umum
tentang pengaruh terapi bekam kering terhadap lansia dengan hipertensi sehingga
2. Penelitian selanjutnya
7
1. Perawat Puskesmas
2. Bagi lansia
salah satu alternatif atau pilihan intervensi bagi lansia untuk mengatasi hipertensi
1. Susi Susanah, Ani Sutriningsih, & Warsono (2017), tentang pengaruh terapi
melakukan 1 kali intervensi sebelum dan sesudah terapi bekam. Hasil uji
penurunan dengan selisih nilai mean pada sistole (11,74) dan diastole (7,39).
Uji statistik yang digunakan yaitu uji wilcoxon pada sistole dan diastole
menunjukan nilai (p = 0,000) yang berarti nilai p < 0,50 sehingga H1 diterima
dari penelitian ini adalah tempat penelitian, waktu penelitian, jumlah titik dan
8
2. Muflih Muflih & Mohamad Judha (2019), tentang efektivitas jumlah cop,
durasi dan lokasi titik terapi bekam dengan penurunan nilai tekanan darah
penelitian ini menggunakan metode Quasy experimental one group pre post
perempuan. Data hasil analisa pengukuran tekanan darah pada pasien yang
jumlah lokasi titik bekam 1-3 lokasi, jumlah kop 18-24 dan selama 25-30
diperoleh bahwa variasi penurunan tekanan darah pada terapi bekam daapt
ditentukan dari jumlah kop, durasi dan lokasi titik bekam. Perbedaan dari
penelitian ini adalah variabel, tempat penelitian, waktu penelitian dan jumlah
sampelnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lanjut usia (lansia) adalah tahap lanjut suatu proses kehidupan yang
tahap akhir dari siklus kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan hehidupan dan menjadi tua merupakan proses alamiah (Nugroho,
2014).
menjadi seorang yang lemah dan rentan. Berkurangnya sebagian besar cadangan
kematian. Menua juga didefinisikan sebagai penurunan seiring waktu yang terjadi
lanjut usia. Pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, baik pria maupun wanita.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia yang terjadi pada orang
dewasa, yang menurut artikel (Siburian, 2011) sering disebut dengan istilah 14 I
yaitu:
Kurang bergerak yaitu gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan dapat
gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, penyakit jantung, dan pembuluh
darah
instrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh menderita) baik karena
proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar
tubuh) seperti obat-obatan dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari
terjatuh pada lansia adalah kerusakan bagian tertentu dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera kepala, luka bakar karena air panas
sangat membatasi menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi
11
kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh
pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologi, berupa hilangnya harga diri
Buang Air Kecil (BAK) merupakan salah satu masalah yang sering terjadi
pada lansia, dengan keluarnya air seni tanpa disadari, hal ini cukup
seringkali terjadi dan dianggap wajar dan normal pada lansia. Lansia dengan BAK
gangguan fungsi ingatan. Kejadian ini meningkatkan dengan cepat mulai usia 60
5. Infection (Infeksi)
faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena
daya tahan tubuh yang sangat berkurang, kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang
proses menua semua panca indera fungsinya berkurang, serta gangguan pada otak,
12
saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkan
terganggunya komunikasi, sedangkan kulit pada lansia lebih kering, rapuh, dan
Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, lebih beratnya
8. Isolation (depresi)
memerlukan perawatan aktif yang dini. Depresi diartikan kehilangan minat atau
depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, mudah lelah dan menurunnya
aktivitas, merasa rendah diri, merasa tidak berguna, tidak ingin hidup bahkan
bunuh diri dan gejala fisik lainnya. Lanjut usia sering timbul depresi terselubung,
makanan yang bergizi. Isolasi social, terutama karena gangguan panca indera,
13
sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur,
pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak. Sebagian lansia sering menggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan
waktu yang cukup. Dua proses normal yang paling penting didalam kehidupan
manusia adalah makan dan tidur. Sehingga keduanya sangat penting dan sangat
rutin, tetapi manusia sering melupakan akan proses itu, dan baru setelah adanya
gangguan pada kedua proses tersebut. Jadi dalam keadaan normal (sehat), maka
pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni
sulit untuk masuk proses tidur. Stadium dari tidurnya tidak dalam dan mudah
14
terbangun, tidurnya memiliki banyak mimpi, jika terbangun sulit untuk tertidur
Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi
selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, dapat pula karena berbagai
keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit
yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunandaya tahan tubuh
fungsi organ-organ tubuh, dan lain-lain dapat menyebabkan penurunan daya tahan
tubuh.
yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Menurut Masschusetts Male Aging Study
(MMAS), bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang
diwawancarai ternyata 52% menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi
ereksi total 10%, disfungsi ereksi sedang 25% dan minimal 17%. Penyebab
disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin
karena proses menua maupun penyakit, dan berkurangnya sel-sel otot polos yang
terdapat pada alat kelamin, serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria
terhadap rangsangan.
15
2.1.4 Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Nugroho, 2008).
Perubahan fisik pada lansia mencakup perubahan sel, sistem indera, sistem
1. Sistem Sel
protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun,
2. Sistem persarafan
hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya
stres, mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitifnya terhadap sentuhan.
bunyi atau nada-nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
16
otosklerosis akibat atrofi membran timpani, serta biasanya pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/ stress
(Nugroho, 2008).
3. Sistem pendengaran
terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% lebih terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. Membrane
pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/ stress (Untari, 2016).
4. Sistem penglihatan
lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi,
5. Sistem pengaturan
6. Sistem kardiovaskuler
17
Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan menjadi
perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan
2008).
7. Sistem respirasi
aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,
ukuran alveoli melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk
2008).
8. Sistem gastrointestinal
buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit, esofagus melebar,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya
9. Sistem reproduksi
Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta atrofi
18
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat
diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik (Nugroho, 2008).
Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-
otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan
tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron, progesteron, estrogen, dan
kulit kasar dan bersisik kerana kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan
ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut
cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang
pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku,
2008).
19
2.1.4.2 Perubahan Kognitif
(Maslow, 2003 dalam Azizah, 2011). Nugroho (2014) menyatakan lansia makin
juga cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian.
Pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan
oleh lansia, yaitu perilaku regresi (Stanley & Beare, 2006 dalam Silvanasari,
2016).
yaitu: rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
20
Sikap keluarga dan masyarakat juga kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya.
eksitasi dalam sistem saraf. Bagian korteks dapat berperan sebagai inhibitor pada
sistem terjaga dan fungsi inhibisi ini menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Korteks frontal juga mempengaruhi alat regulasi tidur. Penurunan aliran darah dan
dalam pengaturan tidur dan terjaga yang dikaitkan dengan faktor pertambahan
usia. Faktor ekstrinsik juga dapat mempengaruhi yaitu seperti pensiun, perubahan
pada kebutuhan beraktivitas dan kebutuhan energi sehari-hari serta mengarah pada
perubahan yang tiba-tiba pada kebutuhan tidur. Keadaan social dan psikologis
yang terkait dengan faktor kehilangan dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya
depresi pada lansia, yang kemudian dapat mempengaruhi pola tidur terjaga lansia.
Pola tidur dapat dipengaruhi oleh lingkungan, bukan seluruhnya akibat proses
2.2.1 Pengertian
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
21
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditujukan
oleh angka sistolik bagian atas dan bagian bawah diastolik pada pemeriksaan
tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff
tekanan darah tinggi atau yag dikenal dengan hipertensi merupakan suatu
suatu keadaan tanpa gejala, dimana dimana tekanan darah abnormal tinggi di
aktifitas fisik dan emosi seseorang. Tekanan darah adalah tenaga yang digunakan
untuk memompa darah keseluruh tubuh. Tentunya agar setiap bagian tubuh
mendapat oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah. Besarnya tekanan darah
yang dibuthkan akan sesuai dengan mekanisme tubuh jika tidak ada gangguan.
Namun, tekanan akan meningkat jika terjadi hambatan atau gangguan dalam
diatas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaaan istirahat dengan dua kali
pemeriksaan, dan selang waktu lima menit. Dalam hal ini, 140 nilai diatas
atau berdetak memompa darah. Sementara itu, tekanan diastolic adalah tekanan
darah ketika jantung berelaksasi. Pada saat beristirahat, istolik dikatakan normal
22
jika berada pada nilai 60-90 mmHg (Sari, 2017). Berdasarkan beberapa pengertian
sistolik lebih dari dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih lebih dari 90
mmHg.
2.2.2 Klarifikasi
diastolik mencapai 140 mmHg atau lebih sedangkan tekanan diastolik mencapai
MAP (Mean Arterial Presure). MAP adalah tekanan darah antara sistolik dan
diastolik, karena diastolic berlangsung lebih lama daripada sistolik maka MAP
setara dengan 40% tekanan sistolik ditambah 60% tekanan diastolic (Woods,
Froelicher, Motzer, & Bridges, 2009). Adapun rumus MAP adalah tekanan darah
sistolik ditambah dua kali tekanan darah diastolik dibagi 3. Rentang normal MAP
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi orang dewasa berusia diatas 18 tahun
berdasarkan nilai Mean Arterial Presure
23
2.2.2.2 Klasifikasi berdasarkan etiologi :
adanya organ lain, seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang,
seperti konsumsi tinggi lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok,
alkohol, dan kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor
2. Hipertensi sekunder
ginjal, endokrin, dan kekakuan aorta (Shanty, 2014). Hipertensi sekunder meliputi
5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain: hipertensi
akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat,
sebagai peningkatan tekanan darah karena suhu kondisi fisik yang ada
ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda. Hipertensi ini disebut hipertensi
24
peningkatan tekanan sistolik. Hipertensi sistolik atau isolated systolic
tekanan diastolik. Sementara itu, hipertensi campuran adalah suatu keadaan medis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru
saat beraktivitas. Hal ini menyebabkan terjadinya sesak napas, pusing, bahkan
tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau “mean” tekanan arteri
pulmonalis lebih dari 25 mmHg saat keadaan istirahat, atau lebih dari 30 mmHg
saat beraktifitas serta tidak ditemukan adanya kelainan katup pada jantung kiri,
sertavlebih sering ditemukan pada perempuan. Hipertensi jenis ini dapat menjadi
2.2.3 Etiologi
diantaranya:
1) Ras
2) Usia
25
Perubahan usia dapat meningkatkan risiko terjadi hipertensi. Walaupun
hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering mmenyerang orang
seiring dengan pertabahan usia. Jenis hipertensi yang dijumpai pada kelompok
3) Riwayat keluarga
Jika salah satu orangtua kita menderita hipertensi, sepanjang hidup kita
memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 25%. Jika kedua orang tua kita
4) Jenis kelamin
Diantara orang dewasa dan setengah baya, kaum laki-laki lbih banyak
menderita hipertensi dibandingkan dengan kaum wanita. Namun hal ini akan
1) Obesitas
Semakin besar indeks masa tubuhnya, semakin banyak darah yang dibuutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Berarti volume darah
26
yang beredar melalui pembuluh darah meningkat sehingga akan memberi tekanan
lebih besar ke dinding arteri. Selain itu, obesitas dapat meningkatkan frekuensi
3) Kurang gerak
terserang hipertensi.
4) Merokok
Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri sehingga
arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau dapat
membuat jantung bekerja lebih keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah
sementara. Selain itu juga dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan
tekanan darah. Keadaan ini terjadi karena adanya peningkatan produksi hormone
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan oksigen dalam darah.
Akibatnya, tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa bekerja lebih keras
5) Sensitifitas natrium
mempertahankan kimia sel secara baik. Sumber utama natrium adalah garam meja
yang terdiri dari 40% natrium dan 60% klorida. Orang yang lebih sensitive
terhadap natrium akan lebih mudah menahan natrium dalam tubuhnya sehingga
27
terjadi retensi air dan peningkatan tekanan darah. Semakin tua usia seseorang
Kelebihan natrium dalam sel dapat dibebaskan melalui filtrasi lewat ginjal dan
kalium atau tubuh tidak mempertahankannya dalam jumlah yang cukup, jumlah
natrium akan menumpuk dan keadaan ini meningkatkan resiko terjadinya penyakit
hipertensi.
8) Stress
berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah menjadi sangat tinggi untuk
sementara waktu. Jika sering mengalami stress, akan terjadi kerusaan pada
2.2.4 Patofisiologi
terletak di vasomotor, pada medulla di otak, dari saraf pusat vasomotor bermula
jarak saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari
28
pusat vasomotor dihantarkan daam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut terjadi (Guyton &
Hall, 2012).
volume cairan ekstrasel, ginjal juga memiliki mekanisme yang kuat lainnya untuk
suatu enzim protein yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun sangat
rendah. Enzim ini meningkatkan tekanan arteri melalui beberapa cara, jadi
kerusakan organ diujung aliran darah yang menghalangi aliran tersebut seperti
pada penyakit ginjal kronis. Kerusakan pada jaringan ginjal menghasilkan zat
darah yang besar terjadi mendadak dalam keadaan stress baik emosional maupun
29
fisik dapat membawa akibat stroke maka pasien hipertensi, semua faktor
otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
terhadap tingginya desakan darah. Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah
ferifer, tahanan terbesar dialami oleh arteri sehingga perbedaan desakan besar bila
arteri menyempit dan akan menaikkan desakan darah meningkat dan elastisitas
aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.
30
jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat, peningkatan arteri mengakibatkan
yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun sangat rendah. Renin bekerja
sebagai enzimatik pada protein plasma lain, yaitu suatu globulin yang disebut
4. Autoregulasi vascular
perfusi jaringan dalam tubuh relative konstan. Ketika aliran berubah, proses-
sering tidak nampak. Pada beberapa sistem mengeluh sakit kepala,pusing, lemas,
sesak nafas, dan kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan
31
2.2.6 Penatalaksanaan Hipertensi
4) Aromaterapi
5) Pendekatan medis yang berbasis sistem: akupuntur, bekam dan ayur weda
Bekam merupakan istilah yang dikenal dalam bahasa Melayu, bahasa Arab
sedangkan orang Indonesia mengenalnya sebagai cantuk atau kop. Terapi bekam
diyakini oleh masyarakat Islam di Indonesia sebagai metode yang dianjurkan oleh
melancarkan peredaran darah sehingga tekanan darah menjadi normal. Jika nitrit
oksida tidak normal dapat menyebabkan gangguan tubuh yang disebabkan karena
pada kulit dan jaringan yang mendasari serta peleburan kapiler, hal ini dapat
32
merangsang peningkatan aliran darah jaringan . pelebaran pembuluh darah dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah (Ting Li, dkk., 2017., lowe, 2017).
2. Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
tanpa faktor resiko kardiovaskuler lain, maka strategi pola hidup sehat
merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4-6
bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut tidak didapatkan penurunan tekanan
darah yang diharapkan atau didapatkan factor resiko kardiovaskuler yang lain,
diantaranya:
dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
tradisional pada kebanyakan daerah, tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan kaleng, daging olahan, dan sebagainya. Tidak
jarang diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
33
anthihipertensi pada penderita hipertensi derajat 2 dianjurkan untuk asupan garam
3) Olahraga
yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, ebaiknya harus tetap
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
Negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring
5) Berhenti merokok
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu factor resiko
merokok.
Secara umum terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat I yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah <6
bulan menjadi pola hidup sehat pada pasien dengan hipertensi derajat 2 beberapa
34
prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
2. Berikan obat generik (non paten) bila sesuai dapat mengurangi biaya
3. Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 lanjut) seperti pada usia
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat
1. Diuretik (Hindroklorotizid)
aktivitas saraf
35
Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor sehingga
Waktu paruh obat nifedipine yaitu 4 jam dengan dosis pemberian 8 jam. Obat
2.2.7 Komplikasi
Tekanan dara tinggi apabla tidak ditanagni dan ditanggulangi, maka dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai orang
yang mendapat suplai dari darah arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat
1. Jantung
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisnya, yang disebut
banyak cairan tertahan di paru namun jaringan tubuh lain ang dapat menyebabkan
2. Otak
3. Ginjal
36
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang
4. Mata
menggunakan cup yaitu alat membekam yang menghisap kulit dan jaringan di
bawah kulit, sehingga komponen darah dapat mengumpul di bawah kulit. Terapi
bekam ada dua yaitu bekam kering dan bekam basah. Bekam kering merupakan
mengeluarkan darah kotor, sedangkan bekam basah yaitu bekam yang dilakukan
dengan sayatan atau tusukan dengan mengeluarkan darah statis atau darah kotor.
(Umar, 2010)
Dalam beberapa buku banyak klasifikasi bekam. Salah satu yang mulai
kategori:
37
1. Berdasarkan tipe, teknis, atau modelnya: bekam basah, bekam kering, bekam
sedang, kuat, dan pulsativ. Disebut bekam ringan jika tekanan negatifnya
antara 100-300 milibar, bekam sedang antara 300 sampai kurang dari 500
milibar, dan bekam kuat jika 500 milibar atau lebi, dan bekam pulsativ jika
tekanan negatifnya bervariasi antara 100 dan 200 milibar, pada interval 2
detik.
4. Berdasarkan bahan yang ada dalam kop, yang meliputi herbal, air ozon, moxa,
jarum, bekam magnetic, bekam injeksi, bekam laer, dan bekam infra red.
5. Berdasarkan area yang di bekam, yang meliputi bekam wajah, bekam perut,
Klasifikasi berdasarkan bahan dan alat yang dipakai, ada yang membagi
bekammenjadi 2 kelompok:
2. Bekam modern, jika memakai bahan modern seperti: plastic, gelas, karet,
38
Menurut dr. Wadda (2019) menyatakan bekam secara umum
3. Bekam basah model tibbun (wet cupping therapy of prophetic medicine) yang
tusukan. Dilakukan penyedotan subkutan yang kedua kali sehingga darah atau
toksin, dan kolesterol yang berbahaya dari tubuh, menghilangkan rasa sakit,
39
memulihkan fungsi tubuh, melancarkan peredaran darah, menajamkan
imun. (Zaki, 2012). Selain itu manfaat terapi bekam berkhasiat melepaskan
neurotransmitter (rasa nyeri) atau digunakan untuk meringankan nyeri, antara lain
menghilangkan nyeri seluruh badan (pegal-pegal) karena masuk angin, nyeri pada
sendi, nyeri punggung, nyeri leher, mengurangi rasa sakit kepala, migrene, kaku
leher, kaku pundak karena masuk angina, dan melenturkan otot-otot yang tegang
pada daerah :
pada bagian yang akan dibekam. Bekam di kepala sangat efektif untuk terapi
penyakit migrain, vertigo, sakit kepala menahun, darah tinggi, stroke, suka
sistem kekebalan tubuh. Disekitar urat leher, titik ini untuk mengobati
penyakit seperti: sakit kepala, wajah, kedua telinga, mata, polip (hidung) dan
2. Di bawah kepala, sekitar empat jari di bawah (tulang tengkorak paling bawah),
40
3. Daerah antara dua pundak, merupakan titik paling sentral untuk mengatasi
4. Daerah sekitar pundak kiri dan kanan, yaitu daging lembut di pundak yang
tegang ketika merasa takut. Bekam pada titik ini dapat bermanfaaat untuk
6. Daerah punggung bagian bawah dan tulang ekor untuk penyakit pegal/nyeri di
7. Pangkal telapak kaki untuk mengatasi nyeri di kaki, asam urat, kaku, dan
pegal-pegal.
menit. Sesuai dengan prinsip kerja bekam tersebut sebaiknya bekam tidak
dianjurkan pada keadaan seperti penderita infeksi kulit yang merata atau pada area
kulit yang mengalami luka karena dapat menyebabkan keluarnya darah dari kulit
yang infeksi atau kulit yang luka sehingga menyebabkan timbulnya luka yang
baru, pada pengerajin yang menderita Diabetes Militus dengan kadar glukosa
yang tidak normal karena dapat menyebabkan melepuhnya kulit pasien, pada
penderita diabetes yang lebih dari 60 tahun dikarenakan lamanya kondisi fisik dan
penurunan elastisitas kulit, wanita hamil pada tiga bulan pertama karena dapat
menimbulkan kontraksi pada bagian perut akibat menahan nyeri saat dibekam,
41
pada penderita dengan radang sendi dalam pembekaman jangan sampai gelas
bekam dipasang pada daerah yang sakit melainkan disekitarnya, pasien yang
pengerajin yang sedang demam, pengerajin yang mempunyai riwayat anemia dan
Bagian tubuh lain yang tidak boleh dibekam menurut Perkumpulan Bekam
Indonesia (PBI) yaitu: tepat dibagian varises, lubang tubuh alami (bagian kelamin,
mata, telinga, anus, hidung, mulut, putting susu), bagian leher depan dan samping
(vena jugularis), pada semua daerah lipatan, tepat pada permukaan kulit yang
Menurut Dr. Ahmad Razak Sharaf (2019), efek bekam terhadap organ
tubuh diantaranya:
darah ke kulit sehingga meningkatkan suplai nutrisi yang baik untuk rambut
2. Suhu kulit meningkat dan sebuah kawasan berwara merah tebentuk. Ini
kemanfaatan yang diperoleh sel-sel kulit dari darah yang sampai kepadanya.
42
4. Peranan bekam tidak terbatas pada pembersih darah yang mengendap (stagnat
kekejangan otot.
3. Bekam berperan mengantarkan oksigen yang dibutuhkan oleh serat- serat otot,
4. Bekam berperan mengeluarkan zat asam laktat (lactic acid) dari otot sehingga
1. Bekam menstimulasi sirkulasi darah di tubuh secara umum melalui zat nitrit
tubuh secara umum. Efek serupa juga ditimbulkan oleh kuatnya isapan yang
43
antarsel. Begitu pula zat-zat pemicu peradangan juga ikut dikeluarkan,
4) Membersihkan darah
Efek samping yang ditimbulkan dari terapi bekam tidak memiliki efek
yang berarti, hanya berupa ketidaknyamanan minimal akibat intervensi pada kulit
pasien. Beberapa dari pasien juga merasakan kulitnya sedikit hangat setelah
dibekam. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari pelebaran pembuluh darah atau
vasodilatasi dan sedikit berkeringat. Terapi bekam juga dapat mengakibatkan kulit
memerah atau gatal disekitar area kulit yang dibekam dan akan menghilang
fascia terdapat suatu poin atau titik lainnya saling berhubungan, membujur dan
44
melintang membentuk seperti jarring-jaring atau jala. Jala ini dapat disamakan
jalan ini, maka terdapat hubungan yang erat antara bagian tubuh sebelah atas
dengan sebelah bawah, antara bagian tubuh bagian dalam dengan bagian luar,
antara bagian tubuh kiri dengan tubuh kanan, antara organ – organ tubuh dengan
jaringan bawah kulit, antara organ satu dengan organ lain, antara oegan tangan
dan kaki, antara organ padart dan organ berongga dan lain sebagainya sehingga
membentuk satu kesatuan yang yang tidak terpisahkan dan dapat bereaksi
serentak. Kelainan yang terjadi pada satu poin ini dapat ditularkan dan
Titik bekam pada hipertensi ada 14 titik. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
2. Akhda’aini (di sekitar vena jugularis interna), titk ini berada di kedua sisi
leher, tepatnya di bawah garis batas rambut pada belakang kepala, manfaat
dari titik ini adalah untuk mengatasi pusing, hipertensi, stroke, muka bengkak,
45
5. Terletak di atas aspek medial scapula kanan
7. Terletak diantara vertebra lumbal ke-4 dan ke-5 (bagian bawah punggung)
8. Terletak sedikit lebih tinggi dan di kedua sisi posisi area 7 sekitar 6 cm
peneliti maka akan diambil 13 titik kecuali titik ummu mughits (puncak kepala).
Gambar 2.1
Lokasi titik bekam pada Hipertensi
(vacuum pump) yang digunakan dengan cara menarik udara di dalam gelas
sehingga kulit yang ada dibawahnya akan terangkat ke dalam gelas hampa udara
tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan bendungan (congesti) darah selama 5-10
menit yang diharapkan sebagai rangsangan pada titik-titik meridian. berikut ini
46
1. Persiapan pasien:
2. Persiapan Alat;
2) Tissue,
3) Minyak zaitun
Gambar 2.2
Alat dan Bahan Untuk Bekam
1. Cuci tangan,
47
6. Tutup dengan cup kemudian dipompa tiga kali tarikan,
Lama atau durasi yang dianjurkan untuk terapi bekam adalah 4-10 menit
karena tidak disertai dengan pengeluaran darah dan penghisapan hanya dilakukan
satu kali pada satu titik. Biarkan 7-10 menit bagi pria, 5-7 menit bagi wanita.
Terapi bekam akan efektif jika dilakukan 4 kali dalam sebulan tetapi tergantung
aktivasi organ, bekam mengaktivasi organ yang mengatur aliran darah seperti hati,
ginjal dan jantung agar organ-organ dalam mengatur peredaran darah (Akbar,
2012). Efek terapi bekam menurut Dr. Ahmad Razak Sharaf (2019), terhadap
hipertensi diantaranya:
system). Pergolakan pada sistem saraf simpatik ini menstimulasi sekresi enzim
48
yang berperan sebagai sistem angiotensin renin. Setelah sistem ini tenang dan
3. Bekam melalui zat nitrit oksida (NO), berperan meningkatkan suplai nutrisi
dan darah yang dibutuhkan oleh sel-sel dan lapisan-lapisan pembuluh darah
arteri maupun vena, sehingga menjadikannya lebih kuat dan elastis serta
Penatalaksanaan Hipertensi
1. Farmakologi
2. Non Farmakologi:
a. Modifikasi gaya hidup:
penurunan berat badan, retriksi
garam, aktivitas fisik,adopsi pola
makan DASH
b. Terapi Komplementer
Sistem perasimpatis
Lansia Hipertensi Terapi Bekam merangsang
neurotransmitter
Penghambatan
aktivitas sistem saraf
Faktor yang mempengaruhi simpatis
hipertensi:
Faktor yang tidak dapat dirubah:
gen, jenis kelamin, umur,
49 Vasodilatasi
keturunan
Faktor yang dapat dirubah:
stress, nutrisi, dan penggunaan
zat Penurunan tekanan
darah
;
Gambar 2.3
Kerangka konseptual Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap
Hipertensi Pada Lansia di wilayah kerja
UPT Kesmas Sukawati I Gianyar
Keterangan :
: Variabel diteliti
: Alur Pikir
2.5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ada pengaruh terapi bekam kering terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Sukawati wilayah kerja UPT
Kesmas Sukawati.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
menggunakan rancangan one grup pre test post test design. Rancangan penelitian
2016). Penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam kering
terhadap hipertensi pada lansia di Desa Sukawati wilayah kerja UPT Kesmas
01 X 02
Gambar 3.1
51
Desain penelitian Pra Experimental One Grup Pre test Design
Keterangan:
01 = Tekanan darah sebelum diberikan bekam kering
X = Pemberian bekam kering 1 kali seminggu selama 4 kali
02 = Tekanan darah setelah diberikan bekam kering
ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan
Teknik sampling
Non Probability sampling yaitu dengan purposive sampling
Sampel
12 orang sesuai dengan kriteria inklusi
Pre test
Pengukuran tekanan darah menggunakan spignomanometer dan stetoskop
Intervensi
Pemberian terapi bekam kering dengan memakai cupp sebanyak 13 cupp
diberikan selama 7 menit setiap satu kali dalam seminggu selama empat
minggu
52
Post test
Pengukuran tekanan darah menggunakan spignomanometer dan stetoskop
Analisa Data
Data tidak berdistribusi normal sehingga data diuji dengan menggunakan
uji wilcoxon
Penyajian hasil
Gambar 3.2
Kerangka kerja Pengaruh Terapi Bekam Kering
Terhadap Hipertensi Pada Lansia
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
UPT Kesmas Sukawati I. Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu yaitu pada
benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Nursalam, 2016).
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi di Desa Sukawati
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2016). Sampel dalam
penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi di Desa Sukawati wilayah kerja
53
UPT Kesmas Sukawati I. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki
1. Lansia usia 60-74 tahun penderita hipertensi yang mampu beraktivitas mandiri
tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
1. Penderita yang menderita infeksi kulit pada punggung yang merata atau pada
54
populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih sebagai sampel) dan non
probability sampling (tidak semua subjek dapat memiliki kesempatan yang sama
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang
berikut:
eksklusi dari penelitian. Sampel yang diambil secara purposive sampling yaitu
seluruh lansia yang memenuhi kriteria inklusi hingga sampel yang diperlukan
mencukupi.
3. Sampel diambil dengan pertimbangan tenaga peneliti, waktu, dan dana, maka
sampel diambil dari lansia Desa Sukawati. Diasumsikan lansia desa yang rutin
melakukan kegiatan senam lansia setiap dua kali dalam seminggu dapat
55
3.4.4 Besar Sampel
(2014), jumlah sampel tergantung dari jenis penelitian yang dilakukan, untuk
penelitian ekperimen yang sederhana maka jumlah sampel yang digunakan adalah
10-20 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang.
drop out, maka jumlah sampel bisa direvisi dengan asumsi jumlah sampel yang
n
n’ =
(1−f )
10
n’ =
( 1−10 % )
10
n’ =
( 1−0,1 )
10
n’ =
0,9
n’ = 11,1
n’ = 12
Keterangan rumus :
56
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Menurut (Nursalam, 2017) Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang
dimiliki anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan
yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Variabel juga merupakan konsep dari
berbagai level dari abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian terapi bekam kering .
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2018). Variabel dependen dalam
dan suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2016). Definisi operasional ini
Tabel 3.1
57
Definisi operasional Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Hipertensi pada
Lansia di Desa Sukawati Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
(Nursalam, 2013).
alat pengukuran atau alat pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan
58
dari hasil pengukuran tekanan darah dengan menggunakan spigmomanometer dan
membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari
penelitian ini yaitu data dari studi pendahuluan yang dilakukan di UPT Kesmas
Sukawati I berupa jumlah kasus hipertensi tahun 2019, serta gambaran umum
lokasi penelitian yang diperoleh dari UPT Kesmas Sukawati I dan kantor
pemerintah.
59
2. Mengirimkan surat ijin penelitian dari kantor Badan Penanaman Modal dan
1. Persepsi dengan ekspert bekam kering terkait instrument (SOP bekam kering)
Medika Bali.
prosedur pemberian terapi bekam kering, titik-titik bekam, durasi waktu dan
alat ukur yang digunakan. Peneliti menjelaskan tiap item prosedur terapi
60
menandatangani informed consent kemudian diberikan penjelasan secara jelas
dan santun tentang cara pelaksanaan penelitian, kemudian di lakukan pre test
(Sugiyono, 2016). Instrumen atau alat penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah sphygmomanometer, stetoskop, minyak, tisu dan alat bekam. Tata cara
61
pengukuran tekanan darah sesuai dengan SOP pengukuran tekanan darah ke
empat orang dalam selang waktu 2 jam dan didapatkan hasil yang sama.
3.7.1.1 Editing
kekeliruan atau keaslahan data. Data yang diperoleh dari responden yaitu data
karakteristik responden dan data tekanan darah pre test dan post test tidak
diketahui kelengakapan data sehingga hasil yang diperoleh tidak bisa atau eror
dengan cara mengecek nama, umur dan kelengkapan identitas responden dan
3.7.1.2 Coding
atas pertimbangan peneliti sendiri. Semua data diberikan kode untuk memudahkan
proses pengolahan data. Pada penelitian ini data yang dicoding adalah:
Jenis Kelamin
1. Laki-laki : kode 1
2. Perempuan : Kode 2
62
Adanya pengaruh terhadap hipertensi
3.7.1.3 Entry
Entry yaitu peneliti memasukan data yang telah diedit dang dinilai
3.7.1.4 Cleaning
kembali data yang telah di entry apakah data sudah benar atau belum. Data yang
telah di entry dicocokkan dan diperiksa kembali dengan data yang didapatkan.
Bila ada perubahan dan perbedaan hasil, segera dilakukan pengecekan ulang.
3.7.1.5 Tabulating
63
memasukkan data dalam tabel. Setiap hasil pengukuran tekanan darah sebelum
dan sesudah diberikan terapi bekam dimasukkan ke dalam tabel. Penyajian data
dan bentuk lainya sesuai judul penelitian. Selanjutnya data yang diperoleh akan
data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya trend dan relationship bisa
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan pada setiap tabel dari
hasil penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini dapat menghasilkan nilai
minimum, maksimum, mean, range, standar, deviasi distibusi frekuensi dari setiap
yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran tiap variabel. Adapun data
yang dianalisis secara univariat meliputi tekanan darah sebelum pemberian terapi
2. Analisis Bivariat
baik berupa komparatif, asosiatif maupun koleratif (Sugiyono, 2016). Proses data
pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer. Uji analisis digunakan
pada penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh variabel bebas
64
menggunakan uji Shapiro-wilk dikarenakan jumlah sampel kurang dari 50.
Berdasarkan uji normalitas data per test sistolik didapatkan hasil p = 0,014 dan
post test sistolik p = 0,001 dan data pre test diastolik didapatkan hasil p = 0,000
dan data post test diastolik didapatkan hasi p = 0,000 diperoleh data dalam
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat,
yang bertujuan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang yang diteliti selama pengumpulan data (Hidayat, 2014). Pada
dan yang tidak bersedia menjadi responden, maka peneliti tidak memaksa dan
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
65
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan (Hidayat, 2014). Anonimity pada penelitian ini, peneliti menjaga
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode 1-23 pada lembar
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
dalam penelitian ini dijamin kerahasiaanya oleh peneliti dan dan hanya kelompok
responden.
4. Justice (Keadilan)
perlakuan yang sama tanpa membedakan agama, ras, budaya, kaya dan miskin
66
serta memenuhi prinsip keterbukaan yaitu dengan menjelaskan prosedur
penelitian.
dilakukan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dibandingkan resiko atau
dampak negatif yang akan terjadi, penelitian yang dilakukan tidak membahayakan
penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi subjek penelitian dan
67
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Z. dkk. 2012. Panduan pengajaran bekam asosiasi bekam Indonesia (ABI).
Jakarta: Arum Global Mandiri.
Badan Pusat Statistik. 2014. Data Statistik Indonesia tahun 2014. BPS : Jakarta
Cahyono, J.S. 2011. Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang tak Terbatas.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Bali 2018.
Available: http://www.dinkes.baliprov.go.id (2 Desember 2019)
Guyton, A.C & Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hidayat, A. A., 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Jansen, S., Karim, D., & Misrawati. 2012. Efektivitas Terapi Bekam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Badan Penelitaian dan Pengembangan
Kesehatan. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Sekretariat Badan
Litbang.
Lowe, D.T. 2017. Cuppin therapy: An analysis of the effects of suction on skin
and the possible influence on human health, Complementary Therapies in
Clinical Practice. doi: 10.1016/j.ctcp.2017.09.008
Pratama YB, dkk. 2018. Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Pstw Jember. The Indonesian
Journal Of Health Science, 94–101.
Ridho, Ahmad Ali. 2012. Bekam Sinergi : Rahasia Sinergi Pengobatan Medis,
Modern dan Traditional Chinese Medicine. Solo: Aqwamedika
Sharaf, AR. 2019. Penyakit dan Terapi Bekamnya Dasar Dasar Ilmiah Terapi
Bekam. Cetakan XI. Surakarta: Thibbia
Sudoyo. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V jilid II. Jakarta: Internal
Publising
Ting Li, dkk. 2017. Significant and sustaining elevation of blood oxygen induced
by Chinese cupping therapy as assessed by near-infared spectroscopy.
Biomedical Optics Express. 8(1)
. 2012. Sembuh dengan Satu Titik 2 Bekam Untuk 7 Penyakit Kronis. Solo:
Thibbia.
Untari, I. 2018. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Terapi Tertawa & Senam
Cegah Pikun. Jakarta: EGC.
Wadda, A.U. 2019. Bekam Medik; hijamah dalam perspektif kedokteran modern
prosedur bekam sayat sesuai standar tindakan medis. Sukoharjo: Thibbia.
Woods, S. L., Froelicher, E. S., Motzer, S. U., & Bridges, J. E. 2009. Cardiac
Nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Widada. 2011. Terapi Bekam Sebagai Solusi Cerdas Mengatasi Radikal Bebas,
Makasar: Universitas Hasanudin; 2011.