Disusun Oleh
1. Rifna Ninda Lutfi Meliasari (18133100119)
2. Rizka Faiha Sidiq (18133100129)
3. Ari Dwiastuti (18133100164)
4. Rita Ayu Febriani (18133100166)
Kelas: A4
C. Tujuan ...........................................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia atau sering dikenal dengan istilah PGRI
adalah organisasi profesi yang mengabdi di bidang pendidikan, bertekat
melanjutkan reformasi, dan menata pendidikan melalui penanganan guru secara
professional untuk peningkatan kualitas sumber daya peserta didik, agar dimasa
depan dapat maju dan berkembang.
Persatuan Guru Republik Indonesia sebagai organisasi profesi juga harus
bisa mengelola keadaan kelas dan membuat siswa-siswi bisa mengikuti pelajaran
dengan senang agar ilmu yang disampaikan bisa diterima dengan baik, dan dengan
mudah meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia juga perlu guru bermutu dan bertanggung jawab.
Guru bermutu dan bertanggung jawab sebagai anggota organisasi profesi
PGRI merupakan pilar utama untuk mencapai keberhasilan. Oleh karena itu,
kebulatan tekad, jiwa dan semangat kejuangan, kesetia kawanan sosial organisasi,
peningkatan mutu dan kemampuan professional, serta tanggung jawab guru
sebagai petugas profesi pendidikan, harus tetep dibina, dimantapkan, dan
ditingkatkan secara menyeluruh dan kesinambungan.
Langkah PGRI sebagai organisasi profesi yaitu memberikan perhatian serius
terhadap profesionalisme guru yang dapat melaksanakan kewajibannya dan
mendapatkan hak-haknya sebagai unsur yang sangat menentukan kemajuan
pendidikan di Indonesia.
B. Peran yang diemban PGRI
Sebagai organisasi perjuangan, maka peran yang diemban PGRI berpijak
pada tiga hal, yaitu sebagai berikut:
1. Pemikir
Dalam posisi ini, peran yang dilaksanakan PGRI adalah melakukan kajian-
kajian akademis, empirik-kontekstual mengenai pengelolaan Pendidikan
dengan berbagai variabel di dalamnya, misalnya SDM pendidik dan tenaga
kependidikan, biaya Pendidikan, sarana dan prasarana Pendidikan, dan
sebagainya. Hasil dari kegiatan ini, ke depannya PGRI akan berperan sebagai
penggagas dan penghasil konsep-konsep pengelolaan Pendidikan secara
inovatif.
2. Penyeimbang pola kemitraan
Era otonomi daerah, pengelolaan Pendidikan dilaksanakan secara otonom oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota, mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, sampai evaluasi dan pengembangan. Dalam konteks ini peran
PGRI adalah sebagai penyeimbang pola kemitraan dengan pemerintah
kabupaten/kota dalam mengawal dan mengembangkan pengelolaan
Pendidikan secara profesional.
3. Penekan
Maksud penekan di sini bukan menekan tanpa rasional yang jelas, akan tetapi
PGRI berperan sebagai pihak yang menjembatani aktualisasi permasalahan,
potensi, dan harapan para guru di lapangan untuk direalisasikan oleh
kabupaten/kota.
C. Peran PGRI dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan
Kemajuan dunia pendidikan di tentukan oleh segenap pemangku pendidikan.
Pendidiakan bukan urusan semata belaka melainkan semua pihak harus peduli,
ada kesadaran dari partisipasi dan akhirnya ada tangung jawab dari semua pihak
untuk membangun dunia pendidikan berkualitas (Musaheri : 2007). Dalam
membangun dunia pendidikan dewasa ini, memerlukan berbagai elemen yang
mendukungnya. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat
diperlukan dalam era globalisasi saat ini. Dengan adanya pendidikan yang baik
dan benar, secara langsung kita telah mempersiapkan generasi masa depan yang
yang cemerlang dan kehidupan yang layak.
Dalam pendidikan, yang paling ditekankan adalah prosesnya, karena
pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang
berlangsung dari diri peserta didik karena itu pendidikan sangat menekankan pada
proses, maka sebagai pendidik kita harus mengetahui bahwa tumpuan utama
pendidikan ada pada pendidikan dan peserta didik.
Pendidikan merupakan proses pendewasaan bagi anak didik dan sebagai
media pengembangan segenap potensi yang dimiliki sehingga pada akhirnya anak
didik mampu mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Dalam proses pendidikan
Peserta didik sangat memerlukan pertolongan dari seorang guru dalam bentuk
bimbingan, pembalajaran atau pelatihan supaya rohaninya (fikir, rasa, karsa, cipta
dan budi nurani) berkembang dan jasmaninya (fisik dan panca indra) tumbuh
sehat. Disitulah urgensi keberadaan guru sangat dipentingkan.
Kunci sukses pembelajaran adalah dengan menempatkan peserta didik
sebagai subjek, bukan objek pembelajaran. Pembelajaran bisa efektif bila
menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatannya. Sedangkan guru
menghargai dan menghormati masing-masing pribadi peserta didik, keunikan,
kemampuan dan potensi belajar mereka. Penerimaan apa adanya akan
menciptakan suasana yang merdeka dan nyaman, sehingga dapat membangun
relasi pribadi dengan guru dan temannya secara bebas dan terbuka. Mereka akan
selalu jujur mengekspresikan apa yang dirasakan di dalam hati dan mengutarakan
gagasan yang ada dalam pikirannya. Yang pada akhirnya proses pembelajaran
betul-betul mampu mengejawantahkan tujuan hakiki dari pendidikan yakni
memanusiakan manusia. Atau dalam bahasa yang berbeda bisa membentuk
manusia seutuhnya.
Guru harus mampu dan memiliki kepekaan menangkap kata-kata dan
bagaimana cara mengatakannya sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik.
Disinilah diperlukan kreatifitas dan kemampuan agar betul-betul bisa berbuat
sesuai kebutuhan anak didik. Akan menjadi mala petaka pendidikan jika tuntutan
tersebut tidak bisa dipenuhi oleh seorang guru. Dan dengan sendirinya apa yang
menjadi pesan yang harus disampaikan oleh guru tidak tersampaikan.
Dalam hal ini Guru tidak sekedar mendengarkan kata-kata yang terucap,
tetapi juga yang secara non verbal maksudnya ketika mendengarkan sikap guru
tidak mengadili, namun sungguh menempatkan diri sebagai pendengar yang baik.
Guru juga harus melaksanakan 4 kompetensinya diantaranya kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.
Guru sebagai tenaga inti kependidikan memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal dan membangun
pertumbuhan yang dapat menunjang perkembangan peserta didik. Dengan
demikian, guru harus memiliki modal dasar penting dalam mengarahkan peserta
didik untuk mencapai yang diharapkan baik perkembangan ranah afektif, kognetif
dan psikomotoriknya.
Dalam upaya mewujudkan hal tersebutlah peranan PGRI sebagai organisasi
yang menghimpun para guru diperlukan. PGRI dituntut bisa mengikuti
perkembagan terbaru dalam pendidikan. Sehingga dengan demikian PGRI lebih
mudah untuk melahirkan program-program yang sesuai dengan tuntutan masa
kini. Yakni tuntutan pendidikan di bawah gebrakan globalisasi dengan segala
dinamikanya. Artinya dalam konteks kekinian PGRI dituntut mampu menyusun
program-program yang dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam
segala aspek. Mulai dari kamampuan secara intelektual maupun kamampuan-
kemampuan yang lain yang bisa menambah kecakapan guru. Sebab dengan
demikian sebagai organisasi guru, PGRI akan mampu mambantu meningkatkan
kualitas pendidikan Indonesia.
Hal ini merupakan tugas penting PGRI sebagai organisasi guru dalam
menyiapkan guru-guru masa depan. Yakni guru yang betul-betul mampu menjadi
tumpuan dalam proses pembelajaran. Sebab masih diyakini bahwa proses
pendidikan sangat ditentukan oleh keberadaan seorang guru. Maka dalam
melakukan proses tersebut profesionalisme seorang guru menjadi prasyarat wajib
menuju pendidikan yang bermutu, pendidikan yang berkualitas. Yang pada
akhirnya juga akan mampu menyiapkan kader-kader yang berkualitas dan siap
berdialektika dengan segala tuntutan keadaan baik yang dihadapi maupun akan
diihadapi.
D. Peran PGRI dalam Meningkatkan Kualitas Guru
1. Bangkitkan Profesionalisme Anggota
Meminjam buah fikir "Francis Bacon" sebagai peletak dasar-dasar
empirisme menganjurkan organisasi untuk membebaskan manusia dari
pandangan atau keyakinan yang menyesatkan, dia menyebutkan ada empat
idola, yaitu:
a. The idols of cave, yakni sikap mengungkung diri sendiri seperti katak
dalam tempurung, sehingga enggan membuka diri terhadap pendapat dan
pikiran orang lain.
b. The idols of market place, yaitu sikap mendewa-dewakan slogan
cenderung suka "ngecap" (lip service).
c. The idols of theatre yaitu sikap membebek, kurang fleksibel, berdisiplin
mati dan "ABIS"- Asal Bapak Ibu Senang".
d. The idols of tribe, yaitu cara berfikir yang sempit sehingga hanya
membenarkan pikirnanya sendiri (solipsistic) dan hanya membenarkan
kelompoknya/organisasinya sendiri.
Jika organisasi telah mampu membebaskan para anggotanya dari idola-
idola tersebut, maka secara tidak langsung organisasi telah meraup kembali
inner power yang selama ini hilang sebagai akibat kemajuan zaman yang
penuh ketidakpastian.
Dikaitkan dengan profesionalisme guru, maka wadah organisasi seperti
PGRI (Persatuan Guru RI) tertantang untuk memanifestasikan
kemampuannya, karena secara makro organisisasi PGRI dihadapkan pada
"barier protection” sebagai akibat globalisasi. Sadar dari realita ini PGRI akan
tetap melakukan upaya cerdas dalam bentuk peningkatan kemampuan
individual (peningkatan kompetensi). Sehingga kesan yang berkembang dan
yang memandang PGRI hanya mempertahankan organisasi sebagai alat
pelindung dengan bermodalkan kekuatan massa (pressure group), tidak
selamanya benar.
2. Mengukuhkan Keahlian
Di era ketidakpastian, tuntutan keahlian digambarkan sebagai
kemampuan personal yang memiliki daya ganda, yakni disamping memiliki
keungulan kompetitif (competitif advantage), sisi lain juga mempunyai
keunggulan komparatif (comparative adventage). Keunggulan kompetitif ini
menuntut professional untuk menguasai kempetensi inti (core competence).
Dalam dunia pendidikan yang disyaratakan sebagai kompetensi inti adalah
segenap kemampuan yang meliputi:
a. Keunggulan dalam penguasaan materi ajaran (subject mater)
b. Keunggulan dalam penguasaan metodologi pengajaran (teaching methode)
Dalam undang-undang Guru dan Dosen kompetensi meliputi;
kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi dan
kompetensi sosial. Dari syarat kompetensi ini, merupakan bentuk tuntutan
yang sifatnya dinamik, karena penguasaan materi ajaran, serta penguasaan
metodologi pengajarann selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
jaman.
Dalam penguasaan materi ajaran misalnya, untuk satu hari saja dunia
telah mencatat lebih dari kurang satu juta judul buku terbit.
Sisi lain yang juga menjadi tantangan adalah rekayasa bidang teknologi
komputer dengan rekayasa tersebut maka tercipta beberapa perangkat lunak
(soft ware) pendidikan yang memiliki kemampuan luar biasa dan sangat
reasonable terhadap berbagai keadaan dan fungsi. Realitas ini merupakan
kendala yang harus dapat diantisipasi oleh organisasi.
3. Menguatkan Tanggung Jawab
Tanggung jawab profesi juga terkena imbas kemajuan jaman, teristimewa
untuk profesi pendidik, karena disamping tuntutan bidang akademik dengan
perannya sebagai alih pengetahuan (transfer of knowledge) secara bersamaan
guru membawa beban moral, sebagai pendidik moral.
Kemajuan teknologi ternyata tidak pernah steril dari budaya baru,
teknologi selalu mempercepat dan membawa dampak pengiring, yang
kadangkala bernuansa negatif.
Tanpa disadari langit-langit bumi telah berubah menjadi atmosfir
elektronik, yang dengan bebas dan tanpa merasa berdosa mengalirkan
informasi ke segala penjuru dunia, dan tidak memandang perbedaan budaya,
etika serta etistika.
Suatu gambaran yang serba naïf, dapat diakses oleh sebagian besar
penduduk Indonesia, karena parabola (indovision) telah mampu menjembatani
penyiaran TV-TV asing, dengan tidak terasa terjadi penetrasi budaya. Secara
bersamaan guru telah mendapatkan beban tambahan untuk memberikan
perawatan budaya, agar moral bangsa tetap berada dalam bingkai budaya.
Ilustrasi yang sangat ringan dapat kita lihat, bahwa kemajuan ekonomi
juga mengkondisikan guru lebih senang bahkan lebih tekun mengerjakan
fungsi-fungsi lain yang lebih menjanjikan dari pada mempertajam visi
profesinya. Melihat realita ini, maka organisasi harus melakukan tindakan
cerdas, dengan berupaya terus menerus melakukan siasat.
A. Kesimpulan
1. PGRI adalah organisasi profesi yang mengabdi di bidang pendidikan, bertekat
melanjutkan reformasi, dan menata pendidikan melalui penanganan guru
secara professional untuk peningkatan kualitas sumber daya peserta didik, agar
dimasa depan dapat maju dan berkembang.
2. Peran PGRI dalam meningkatkan kualitas guru :
a. Bangkitkan Profesionalisme Anggota
b. Mengukuhkan Keahlian
c. Menguatkan Tanggung Jawab
d. Jejaring Sebagai Kekuatan Organisasi PGRI
B. Saran
Sebagai penerus bangsa atau sering disebut dengan generasi muda calon
pendidik harus meningkatkan kualitas nya dan mampu bersaing untuk memajukan
pendidikan di Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://eduelkom.blogspot.com/2016/11/peran-pgri-dalam-membangun-
pendidikan.html
Musaheri. 2011. Ke-PGRI an. Jogjakarta : New elmatera(anggota IKP)
http://pgri-lebak.org/index.php/artikel/161-paradigma-pgri-dalam-era-otonomi-
daerah-dan-desentralisasi-pendidikan.html