PENDAHULUAN
Page 1 of 21
mengidentifikasi diri dan menjaga perilaku pada saat berhadapan dan berkomunikasi
dengan auditan. Keterampilan psikologis juga akan membantu auditor untuk lebih
mengetahui keadaan psikologis dari auditan dan lingkungannya sehingga suasana
kenyamanan akan tercipta selama proses audit.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan pengalaman penulis ketika masih aktif sebagai auditor internal,
sering kali kebuntuan yang dialami oleh seorang auditor dalam mengumpulkan
informasi-informasi dari para auditan disebabkan komunikasi antara auditor dengan
auditan kurang terjalin dengan baik. Sehingga sebagaimana yang telah disinggung
diatas, pihak auditan pun pada akhirnya bersikap defensive, tertutup, dan relatif sulit
untuk diajak kerja sama.
Disisi lain, komunikasi dengan unit kerja terkait lainnya juga sering mengalami
hambatan. Pada saat melakukan persiapan awal pelaksanaan audit kurang mendapat
dukungan yang cukup dari unit kerja lainnya. Informasi yang diberikan oleh unit kerja
lain kepada auditor mengenai kantor cabang yang akan diaudit sangat minim dan jauh
dari harapan.
Pada titik ini apabila auditor tidak peka dalam membaca situasi dan tidak segera
melakukan perbaikan komunikasi baik dengan pihak auditan maupun unit kerja terkait
maka hampir dapat dipastikan audit yang dilakukan akan menemui berbagai macam
hambatan sehingga sulit untuk mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan.
Page 2 of 21
1.5. Sistematika Pembahasan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Menjelaskan latar belakang, permasalahan yang dibahas dalam makalah
ini, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika
penulisan.
-----oooOOOooo-----
Page 3 of 21
BAB II
RUJUKAN TEORI
Page 4 of 21
Dari pendapat-pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi adalah proses interaksi atau hubungan saling pengertian satu sama
lain antara sesama manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Page 5 of 21
untuk berbagi informasi, koordinasi, upaya pemecahan masalah, dan
membina hubungan kerja antar unit.
Page 6 of 21
e. Persuasi Dalam Komunikasi
Seringkali auditor harus merubah dan menyesuaikan sikap, tingkah laku,
dan perbuatan dari auditan yang sedang dihadapinya. Agar komunikasi
dapat memperoleh hasil yang diinginkan diperlukan hal-hal yang bersifat
persuasive didalamnya.
Page 7 of 21
2.2 Psikologi Dalam Audit
2.2.1 Pengertian Psikologi
Psikologi dalam sejarahnya berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu psyche
yang berarti “jiwa” dan logos yang berarti “ilmu”. Psikologi dapat diartikan
sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Hal ini berkaitan
dengan kepribadian, perilaku, dan sifat manusia.
Manusia sebagai individu merupakan kesatuan yang integral dan tidak dapat
dipisah-pisahkan antara aspek-aspek fisiologis, psikologis, dan sosial sebagai
berikut :
a. Aspek Fisiologis
Manusia sebagai organisme dengan segala masalah biologis serta fungsinya
seperti fungsi penginderaan, fungsi kelenjar, fungsi susunaan syaraf
pusat,fungsi peredaaraan darah, dan lain sebagainya
b. Aspek Psikologis
Manusia dengan segala fungsi kemampuan psikis seperti pengamatan,
perasaan, pikiran dan sebagainya
c. Aspek Sosial
Manusia dengan penghayatan pada kedua hal diatas dalam interaksinya
dengan lingkungan atau dunia luar, baik secara pasif maupun aktif.
Page 8 of 21
berkomunikasi yang tepat dengan lingkungan sekitar. Dalam hal ini kaitan
peranan faktor psikologi dengan praktek audit bagi seorang auditor adalah :
a. Penguasaan personal, yakni ketrampilan untuk mengklarifikasi dan
memahami visi orang, dan mempunyai kesabaran dalam mencapai tujuan
b. Ketrampilan membuat asumsi, generalisasi, gambaran atau kesan secara
mendalam dalam memahami kehidupan dan menentukan sikap yang harus
diambil.
c. Ketrampilan dalam menciptakan visi bersama sehingga segala usaha menuju
tujuan tersebut tercapai.
Seorang auditor harus dapat menciptakan suasana nyaman dan aman
sehingga secara psikologis auditan tidak merasa terancam dalam memberikan
segala sesuatu atau informasi yang akan dibutuhkan dalam pelaksanaan proses
audit.
Secara normal aspek psikologis bekerja bedasarkan aspek fisiologis
yang sehat dan disesuaikan dengan keadaaan linngkungan sosial, fasilitas
sekitarnya, serta nilai-nilai kehidupan yang ada. Kesatuan dari ketiga aspek
tersebut dalam perkembangannya pada setiap orang berbeda.
-----oooOOOooo-----
Page 9 of 21
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Page 10 of 21
2. Pemanfaatan Metode dan Proses Assesment
Metode dan proses assessment bagi para calon auditor diperlukan untuk
mengetahui :
a. Tingkat kelayakan dan potensi calon auditor terhadap pekerjaan yang
akan diberikan
b. Faktor psikologi dari calon auditor seperti kepribadian, tingkah laku, dan
kemampuan intelektual.
Page 12 of 21
kerja tersebut dan menyebabkan pelaksanaan audit memerlukan waktu yang
relatif lebih lama.
3.2.3. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan dengan
komunikasi lisan dengan menggunakan metode tanya jawab yang mempunyai
tujuan untuk menggali informasi tertentu. Wawancara merupakan salah satu
bentuk dari komunikasi langsung (direct communication). Pada dasarnya
wawancara dilakukan secara berhadap-hadapan fisik antara auditor dan auditan
Dalam situasi seperti ini diperlukan keterampilan komunikasi dan psikologi
yang baik.
Page 13 of 21
1. Open Interview, dilakukan secara terang-terangan dan disadari oleh auditan
bahwa dia sedang diwawancara oleh auditor. Cara wawancara seperti ini
yang paling lazim dilakukan dalam setiap pelaksanaan audit.
2. Hidden Interview, dilakukan dengan tanpa disadari oleh auditan bahwa
yang bersangkutan sebenarnya sedang diwawancarai. Hal ini dilakukan
mana kala auditor memerlukan informasi dari auditan yang bersikap
deffensive. Dibutuhkan kepiawaian auditor dalam berkomunikasi dan
membaca psikologi auditan Kelemahan dari cara ini adalah informasi yang
diperoleh tidak dapat dimuat secara jelas dalam kertas kerja audit, tapi paling
tidak bisa dijadikan panduan dalam tindakan yang akan diambil auditor
selanjutnya.
Sebagai metode pelengkap, wawancara diperlukan untuk melengkapi
informasi dari suatu kondisi yang belum diperoleh dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya. Namun hasil wawancara tersebut dapat digunakan sebagai criteria
dimana pada saat dilakukan pengujian kebenaran suatu bukti audit biasanya
mengacu dari informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara.
Dalam praktek yang baik, wawancara audit perlu mempertimbangkan
diciptakannya suasana psikologis yang penuh persahabatan, ramah tamah, saling
menghargai, dan saling mempercayai. Hal ini penting agar auditan merasa
aman, nyaman dan tidak merasa terancam sehingga informasi audit dapat
diperoleh sesuai tujuannya. Pada kondisi demikian auditor diharapkan dapat
menjaga penampilan diri, menguasai suasana dan benar benar menimbulkan
suasana yang bebas pada auditan
Dalam prakteknya, wawancara sering kali dipersamakan dengan
interogasi. Auditor tidak memperhatikan dan bahkan tidak berusaha untuk
membuat kondisi senyaman mungkin. Misalnya, auditor tidak mau melakukan
wawancara selain di ruang kerja auditor, wawancara dilakukan di dalam ruangan
yang hanya berisi sekelompok auditor saja sehingga auditan seolah-olah sedang
disidang.
Page 14 of 21
menjawab apa adanya. Kondisi ini dapat menjadi lebih parah manakala auditan
bersikap defensive, melawan, dan tidak mau bekerja sama. Tujuan utama dari
wawancara untuk menggali informasi sedetil mungkin pun dengan sendirinya
akan gagal.
Page 15 of 21
semaksimal mungkin memperoleh segala informasi yang dibutuhkannya. Keterampilan
berkomunikasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam setiap usaha menggali informasi
dari auditan Keterampilan berkomunikasi ini perlu didukung dengan keterampilan psikologi
agar auditor dapat menentukan cara dan gaya berkomunikasi yang tepat sehingga kelancaran
proses dan kualitas audit dapat lebih ditingkatkan.
-----oooOOOooo-----
BAB IV
PENUTUP
Page 16 of 21
4.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
a. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kelancaran proses audit adalah
terjalinnya hubungan komunikasi yang baik antara auditor dengan auditan. Dalam
hal ini auditor harus memiliki keterampilan komunikasi dan psikologi yang baik.
Pemahaman mengenai tingkah laku auditan menjadi penting manakala terjadi
interaksi antara auditor dengan auditan.
b. Selain hubungan dengan auditan, komunikasi horizontal antara Internal Auditor
dengan unit kerja lain juga harus tercipta dengan baik sehingga masing-masing unit
kerja menyadari peran dan fungsi Internal Audit dan turut berpartisipasi dalam
pemberian informasi yang lengkap dan akurat atas hasil evaluasi terhadap objek
yang akan diaudit.
c. Auditor didorong untuk dapat mengenali dirinya sendiri dan tugas yang
diembannya. Pengendalian diri dalam berhubungan dengan lingkungannya seperti
penampilan, kemampuan dan keahlian, etika pergaulan, kemampuan
berkomunikasi, mampu membaca psikologis auditan dan sifat kepemimpinan
merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun komunikasi baik dengan
auditan maupun dengan unit-unit kerja untuk mendukung keberhasilan penugasan
audit.
d. Organisasi turut berperan dalam peningkatan kualitas dan pengembangan
keterampilan serta keahlian para auditor yang dimilikinya. Untuk itu perlu
dirancang kebijakan rekrutmen dan penempatan pegawai di Internal Auditor yang
tepat dan selanjutnya merancang program dan sistem pengembangan kompetensi
bagi para auditornya.
e. Dalam hal ini dituntut peran serta perusahaan dalam hal pengembangan wawasan
perusahaan dengan merancang suatu sistem dan kebijakan yang berkaitan dengan
program pengembangan kompetensi para auditornya.
4.2. Saran-Saran
Adapun saran-saran perbaikan yang dapat diberikan penulis adalah sebagai
berikut :
Page 17 of 21
a. Manajemen melalui Divisi Umum dan SDM secara bersama-sama dengan Divisi
Internal Audit agar :
b. Para auditor di Internal Audit menerapkan praktek komunikasi yang baik dalam
setiap penugasan dengan tujuan agar kelancaran penugasan dan kualitas
rekomendasi yang dihasilkan dapat lebih ditingkatkan.
c. Internal Audit dapat meningkatkan hubungan komunikasi dan pengembangan
wawasan mengenai peranan dan fungsi internal audit kepada unit-unit kerja melalui
sosialisasi dalam setiap pertemuan-pertemuan yang diadakan.
-----oooOOOooo-----
DAFTAR PUSTAKA
1. Materi Komunikasi dan Psikologi Audit, Yayasan Pendidikan Internal Audit (2014)
Page 18 of 21
2. Analisis Kepemimpinan, Soejono Trimo (1986)
3. Makalah Pendekatan Psikologi dan Komunikasi Audit Dalam Mendukung Penugasan
Profesional Audit, Achmad Badjuri (2008)
4. Teknik Komunikasi Audit, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (2007)
CURRICULUM VITAE
A. PERSONAL DATA
Full Name : M. ERICK CRIZAL
Page 19 of 21
Place / Date of Birth : Jakarta, September 3rd 1976
Current Address : Jl. Cenderawasih V No. 143/36
Makassar – Sulawesi Selatan
Gender : Male
Marital Status : Married
Nationality : Indonesian
B. EDUCATIONAL BACKGROUND
a. Formal
1984 – 1990 : SDN 09 PagiRagunan – South Jakarta
1990 – 1993 : SMP Negeri 2 Ciputat – South Jakarta
1993 – 1996 : SMA Negeri 47 Tanah Kusir – South Jakarta
2005 – 2009 : Management Major on Economic Faculty (Strata – 1)
STIE Paripurna – Tangerang
b. Non-Formal
1996 – 1997 : Accounting for Banking
NBABusinessCollege – Jakarta
2002 – present : Professional Degree of AAAI-K
(4 subjects) Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI)
2002 – present : Professional Degree of Qualified Internal Auditor (QIA)
(On process) Yayasan Pendidikan Internal Auditor (YPIA)
C. FAMILY BACKGROUND
Educational
No Full Name Age Family Status
Background
D. WORK EXPERIENCES
1997 – 1998 : Administration Staff
PT. Bina Setia Corpora (Labour Supplier)
E. CERTIFICATES
2005 : Quality Internal Auditor for ISO 9001 : 2000
Premysis Standard Consultant
Page 21 of 21