Anda di halaman 1dari 5

 

Komplikasi Anestesi :
Sistemik 
 
 Sinkop
 Kedaruratan ini paling sering terjadi pada pasien yang duduk di kursi unit
baik  pada awal maupun akhir perawatan. Kolaps dapat terjadi tiba-tiba dan dapat disertai
atau tidak disertai dengan hilangnya kesadaran. Pada sebagian besar kasus yang mendadak
dan menimbulkan hipoksia serebral dan umumnya akan pulih secara spontan. Pasien sering
mengeluh pusing, lemas dan nausea dengan kulit yang pucat, dingin serta mudah berkeringat.
Sinkop karena serangan bradikardia yang nyata sehingga adanya denyut nadi yang lambat
dan lemah dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnose banding. Pertolongan
pertama harus segera diberikan dan pasien jangan ditinggalkan sendirian. Prioritas pertama
adalah memulihkan dan mempertahankan saluran udara serta mempertahankan respirasi dan
sirkulasi. Perawatan ABC adalah memulihkan saluran udara, pernapasan dan sirkulasi dan
kangan menunda waktu terlalu lama sebelum kita akhirnya menentukan diagnose atau terapi
obat. Sebagian besar pasien yang dirawat dengan prinsip tersebut dapat pulih kembali dengan
cukup cepat tanpa sekuela lebih lanjut. Pasien harus segera dibaringkan dengan posisi kepala
lebih rendah dari tubuh yaitu dengan menyesuaikan sandaran kursi unit 100 (posisi
tredelenburg), karena posisi pada derajat yang lebih besar akan mengganggu drainase venus
serebral dan mengurangi perfusi darah pada otak. Pasien jangan diberi minum sampai ia
sudah sadar kembali. Bila dokter gigi mempunyai asisten yang dapat membantunya, pasien
dapat diangkat dari kursi unit dan dibaringkan telungkup di lantai. Ganjal mulut,  potongan-
potongan gigi, bahan-bahan gigi dan alat harus dikeluarkan dari rongga mulut dengan
menggunakan jari dan darah harus diaspirasi dengan suction. Bila ada indikasi yang
menunjukkan pasien akan muntah, pasien dimiringkan, terutama miring ke sisi kanan. Pasien
wanita yang sedang hamil tua jangan dibaringkan telungkup karena uterus gravis akan
menekan vena cava inferior dan menimbulkan "kompresi cava" atau sindrom "hipotensi
telungkup" yang dapat menimbulkan output kardiak dan memperlambat pemulihan.
Bila seorang
pasien  pingsan, harus dibaringkan dalam posisi telungkup untuk mempertahankan saluran
udaranya. Pemulihan spontan biasa terjadi dalam waktu 15 menit dan sering kali
prosedur  perawatan gigi dapat diselesaikan pada satu kunjungan bila perawatan dilakukan de
ngan pasien dalam posisi berbaring. Bila perawatan belum dimulai
dan  perawatan tidak terlalu penting, sebaiknya perawatan ditunda dahulu sebelum kunjungan
berikutnya. Pada kasus ini pasien harus dibiarkan beristirahat selama sekurang-kurangnya 1
jam.
 
Interaksi obat
 Banyak pasien yang tidak mengetahui nama atau sifat obat yang diminumnya. Karena itulah,
bila ada keraguan, dokter gigi sebaiknya menghubungi dokter yang merawat pasien untuk
memastikan detail obat-obatan yang digunakan pasien tersebut, sebelum melakukan
perawatan. Pada saat bersamaan dokter gigi juga harus menentukan keparahan penyakit
sistemis yang diderita pasien dan hubungannya terhadap perawatan gigi yang akan
dilakukannya. 
 
Hepatitis serum
 Agen penyebab dari penyakit yang sangat serius ini adalah antigen yang  berhubungan
dengan hepatitis B (GBsAg) yang juga disebut sebagai "virus B' dari "antigen Australia".
Pada praktek kedokteran gigi, resiko penyebaran infeksi sangatlah besar terutama bila
digunakan syringe dan jarum yang kurang steril.
 
Reaksi sensitivitas
 Reaksi ini mempunyai derajat yang bervariasi dari pembengkakan oedematus local atau
urtikaria pada daerah suntikan sampai reaksi anaphilatik yang  berbahaya dan parah
yang terbukti fatal bila tidak cepat ditanggulangi. Untunglah sebagian besar reaksi bersifat
ringan dan sementara sehingga tidak memerlukan  perawatan dan bahkan sering tidak
mendapat perhatian. Reaksi toksis karena dosis berlebih dapat terlihat bila kadar lignokain
dalam  plasm lebih besar daripada 5 ug/ml. konsentrasi sebesar ini dapat dicapai bila dilakuka
n penyuntikan intravascular secara kurang tepat atau bila
dilakukan  pendepositan sejumlah besar larutan anestesi local secara cepat. Tanda pertama da
ri respon system saraf sentral biasanya berupa eksitasi seperti pusing, gelisah, nausea atau
sakit kepala ringan diikuti dengan tremor dan denyut muscular terutama pada wajah, tangan
dan kaki. Baru kemudian terjadi konvulsi. 
 
Dermatitis okupansional
 Bila digunakan prokain sebagai larutan anestesi local tidak jarang akan menemukan reaksi
sensitivitas terhadap larutan ini berupa timbulnya dermatitis "Novocain" yang ditandai
dengan retak-retak yang sakit dan fisur-fisur pada kulit yang terlihat sangatlah jelas di sekitar
kuku dan di antara jari. Kondisi ini resisten terhadaa perawatan dan individu yang terserang
sebaiknya diminya untuk menggunakan sarung tangan karet selama bekerja dalam usaha
untuk menghindari kontak dengan prokain.
 
Gangguan kardio respirasi
Kemungkinan terjadinya gagal respirasi atau gagal jantung yang disebabkan
oleh  penyuntikan larutan anestesi local umumnya bersifat sementara. Walaupun demikian,
setiap dokter gigi harus mampu menangani kedaruratan yang terjadi karena sebab apapun.
Perlu juga disadari bahwa kedua kondisi ini
saling  berhubungan karena bila keduanya tidak terdeteksi dan tidak dirawat, akan  berkemba
ng makin cepat. Karena itu, bila pasien berhenti napas, dokter gigi harus memeriksa denyut
carotid dan pupil mata. Tidak adanya denyutan dan
dilatasi  pupil adalah tanda yang menunjukkan adanya gagal jantung yang munkin disebabkn
oleh gagal respirasi. 

 Berikut ini merupakan cara penanganan dan pencegahan komplikasi lokal yang sering
terjadi  pada anestesi lokal: 
1. Patah Jarum
 
Penyebab: 
Gerakan tiba-tiba jarum gauge (ukuran) kecil, jarum yang dibengkokkan . 
Pencegahan: 
Kenalilah anatomi daerah yang akan dianestesi, gunakan jarum gauge besar, jangan
gunakan  jarum sampai porosnya, pake jarum sekali saja, jangan mengubah arah jarum, berita
hu pasien sebelum penyuntikan. 
Penanganan: 
Tenang, jangan panic, pasien jangan bergerak, mulut harus tetap terbuka jika
pragmennya kelihatan, angkat dengan hemostat keal, jika tidak terlihat diinsisi, beritahu
pasien, kirim ke ahli  bedah mulut. 
2. Rasa Terbakar Pada Injeksi
 
Sebab: 
 pH larutan melampaui batas, injeksi larutan cepat, kontaminasi larutan catridge dengan laruta
n sterilisasi, larutan anestesi yang hangat. 
Masalah: 
Bisa terjadi iritasi jaringan, jaringan menjadi rusak. 
Pencegahan: 
Gunakan anestetik lokal yang pH kira-kira 5, injeksi larutan perlahan-lahan
(1ml/menit), cartridge disimpan pada suhu kamar, lokal anestetik tetap steril. 

3. Rasa Sakit pada Injeksi


 
Sebab:
 Teknik injeksi salah, jarum tumpul, deposit larutan cepat, jarum mengenai periosteum. 
Pencegahan: 
Penyuntikan yang benar, pakai jarum yang tajam, pakai larutan anestesi yang steril,
injeksikan  jarum perlahan-lahan, hindari penyuntikan yang berulang-ulang. 
Penanganan:
 Tidak perlu penanganan khusus. 

4. Parastesi (kelainan saraf akibat anestesi): tidak terasa.


 
Sebab: 
Trauma (iritasi mekanis pada nervus akibat injeksi jarum/ larutan anestetik sendiri.)

Masalah: 
Dapat terjadi selamanya, luka jaringan. 
Pencegahan: 
Injeksi yang tepat, penggunaan cartridge yang baik. 
Penanganan: 
Tenangkan pasien, pemeriksaan pasien (lamanya parastesia), pemeriksaan ulang sampai
gejala hilang, konsul ke ahli bedah, mulut atau neurologi. 

5. Trismus (gangguan membuka mulut).


 
Sebab: 
Trauma pada otot untuk membuka mulut, iritasi, larutan, pendarahan, infeksi rendah pada
otot. 
Masalah: 
Rasa sakit, hemobility (kemampuan mandibula untuk bergerak menurun). 
Pencegahan: 
Pakai jarum suntik tajam, asepsis saat melakukan suntikan, hindari injeksi berulang-
ulang, volume anestesi minimal. 
Penanganan:
 Terapi panas (kompres daerah trismus 15-20 menit) setiap jam. Analgetik obat relaksasi
otot, fisioterapi (buka mulut 5- 10 menit tiap 3 jam), megunyah permen karet, bila ada infeksi
beri antibiotik alat yang digunakan untuk membuka mulut saat trismus. 
6. Hematoma (efusi darah kedalam ruang vaskuler).
 
Sebab: 
Robeknya pembuluh darah vena/ arteri akibat penyuntikan, tertusuknya arteri/ vena, dan
efusi darah. 
Pencegahan:
 Anatomi dan cara injeksi harus diketahui sesuai dengan indikasi, jumlah penetrasi
jarum seminimal mungkin. 
Penanganan: 
Penekanan pada pembuluh darah yang terkena, analgetik bila nyeri, aplikasi pada pada
hari  berikutnya. 

7. Infeksi.
 
Sebab:
 Jarum dan daerah operasi tidak steril, infeksi mukosa masuk kedalam jaringa, teknik
pemakaian alat yang salah 
Pencegahan: 
Jarum steril, aseptic, hindari indikasi berulang-ulang.
Penanganan :
Terapi panas, analgesic, antibiotic. 

8. Udema (Pembengkakan Jaringan)


 
Sebab: 
Trauma selama injekasi, infeksi, alergi, pendarahan, irirtasi larutan analgesic. 
Pencegahan:
 Pemakaian alat anestesi lokal yang betul, injeksi atraumatik, teliti pasien sebelum
pemberian larutan analgesic. 
Penanganan: 
Mengurangi pembengkakan secepat mungkin, bila udema berhubungan dengan pernafasan
maka dirawat dengan epinefrin 8,3 mg IV/Im, antihistramin IV/im. Kortikosteroid IV/ IM,
supinasi,  berikan basic life support, tracheastomi, bila sumbat nafas, evaluasi pasien. 

9. Bibir Tergigit.
 
Sebab: 
Pemakaian long acting anestesi lokal. 
Masalah: 
Bengkak dan sakit. 
Pencegahan: 
Pilih anastetik durasi pendek, jangan makan/minum yang panas, jangan mengigit bibir. 
Penanganan: 
Analgesi, antibiotic, kumur air hangat beri vaselin
10. Paralyse N. Facialis (N. Facialis ter anestesi)
 
Sebab: 
Masuknya larutan anestesi ke daam kapsul/ substransi grandula parotid. 
Masalah: 
Kehilangan fungsi motoris otot ekspersi wajah. Mata tidak bisa mengedip. 
Pencegahan: 
Blok yang benar untuk n. Alveaolaris inferior, jarum jangan menyimpang lebih kepost
Waktu  blok n. alveolaris inferior. 
Penanganan: 
Beritahu pasien, bahan ini bersifat sementara, anjurkan secara periodic membuka dan
menutup mata. 

11. Lesi Intra Oral Pasca Anestesi.


 
Penyebab: 
Stomatitis apthosa rekuren, herpes simpleks. 
Masalah: 
Pasien mengeluh sensitivitas akut pada daerah uslerasi
Penanganan: 
Simptomatik, kumur-kumur dengan larutan dipenhidramin dan susu magnesium. 

12. Sloughing pada Jaringan.


 
Penyebab: 
Epitel desquamasi, abses steril. 
Masalah: 
Sakit hebat. 
Pencegahan: 
Pakai topical anestesi, bila memakai vasokonstriktor jangan berlebihan. 
Penanganan: 
Secara simptomatik, rasa sakit diobati dengan analgesic (aspirin/ kodein secara topical) 

13. Syncope (fainting).


 Merupakan  bentuk shock neurogenik . 
Penyebab: 
Isohemia cereoral sekunder, penurunan volume darah ke otak, trauma psikologi. 
Masalah: 
Kehilangan kesadaran. 
Pencegahan: 
Fentilasi yang cukup, posisi kepala lebih rendah dari tubuh, hentikan bila terjadi
perubahan wajah pasien. 
Penanganan: 
Posisikan kepala lebih rendah dari tubuh, kaki sedikit diangkat, bila sadar anjurkan tarik
nafas dalam-dalam, rangsang pernaasan dengan wangi-wangian

Anda mungkin juga menyukai