Makalah Mikoriza
Makalah Mikoriza
NAMA:
Anjar Winarko (2003060161)
DOSEN PENGAMPU:
Ambar Susanti, SP.,MP
PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
TAHUN PELAJARAN 2020-2021
DAFTAR ISI
Daftar isi............................................................................................................ .1
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. .2
A. Latar Belakang..................................................................................... 3
B. Rumusan masalah................................................................................ .4
C. Tujuan ................................................................................................. .4
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................. .5
A. Perkembangan Mikoriza di Daerah Tropis........................................ .5
B. Mikoriza Dan Pertumbuhan Tanaman............................................... .6
C. Peranan Mikoriza Pada Perbaikan Lahan Kritis................................10
BAB III. KESIMPULAN............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses tumbuh dan berkembang,tumbuhan berinteraksi dengan
lingkungan biotik dan abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan dengan
lingkungan biotik adalah dengan jamur. Hubungan tersebut dapat saling
merugikan atau saling menguntungkan.Salah satu hubungan mutualisme
antara tanaman dengan jamur adalah mikoriza.
Mikoriza adalah simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman
yang memiliki banyak manfaat dibidang pertanian, diantaranya adalah
membantu meningkatkan unsur hara tanaman dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan (Auge, 2001). Berdasarkan struktur tubuh dan
cara menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
ektomikoriza dan endomikoriza. Endomikoriza disebut pula sebagai fungi
mikoriza arbuskula (FMA), tidak memiliki batang tubuh dan tidak dapat
diperbanyak tanpa tanaman inang, sedangkan ektomikoriza memiliki batang
tubuh dengan bentuk dan warna yang beragam dan dapat diperbanyak tanpa
tanaman inang (Musfal, 2010).
Mikoriza berpotensi besar sebagai pupuk hayati karena salah satu
sumber mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dapat memfasilitasi
penyerapan hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Akan tetapi adakalanya asosiasi mikoriza tidak selalu
menguntungkan tanaman inangnya tergantung pada faktor lingkungan (Paul
and Pang, 1980). Dengan demikian hanya beberapa atau tidak semua
mikoriza bermanfaat bagi tanaman inangnya. karena terdapat perbedaan
kemampuan spesies mikoriza dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman,
maka perlu dilakukan identifikasi mikoriza dari beberapa family tumbuhan
yang akan di jadikan sebagai sumber Mikoriza.
Fungi mikoriza menjadi kunci dalam memfasilitasi penyerapan unsur
hara oleh tanaman (Suharno and Sufati, 2009; Upadhaya et al., 2010). Peran
2
mikoriza adalah membantu penyerapan unsur hara tanaman, peningkatan
pertumbuhan dan hasil produk tanaman. Sebaliknya, fungi memperoleh
energi hasil asimilasi dari tumbuhan. Walaupun simbiosis FMA dengan
tumbuhan pada lahan subur tidak banyak berpengaruh positif, namun pada
kondisi ekstrim mampu meningkatkan sebagian besar pertumbuhan tanaman
(Smith and Read, 2008). Mikoriza meningkatkan pertumbuhan tanaman pada
tingkat kesuburan tanah yang rendah, lahan terdegradasi dan membantu
memperluas fungsi sistem perakaran dalam memperoleh nutrisi (Gali et al.,
1993; Garg and Chandel ,2010).
Penyebaran mikoriza di berbagai areal pertanaman di Indonesia sangat
merata,mulai dari daerah pantai hingga pegunungan. Namun mikoriza
berkembang cukup baik di daerah dengan salinitas tinggi seperti di daerah
pantai. Penyebaran mikoriza yang sangat luas merupakan salah satu sumber
daya alam yang perlu dimanfaatkan karena seiring semakin luasnya lahan
kritis akibat jenuhnya penggunaan pupuk dan cekaman kekeringan sehingga
perlu upaya pengembangan mikoriza untuk mempertahankan kondisi tanah
agar lahan kritis tidak semakin luas.
Cekaman kekeringan yang berdampak merugikan bagi pertumbuhan
tanaman merupakan ancaman dalam budidaya tanaman terutama dalam
musim kemarau yang berkepanjangan. Perlu investasi tinggi untuk membuat
sistem irigasi teknis dalam upaya mempertahankan ketersediaan air di lahan
pertanian. Oleh karena itu aplikasi mikoriza merupakan suatu alternatif yang
dapat dikembangkan untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan air.
Penggunaan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian
dapat memperbaiki pertumbuhan,produktivitas dan kualitas tanaman tanpa
menurunkan kualitas ekosistem tanah. Selain itu aplikasi mikoriza dapat
membantu rehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan produktivitas tanaman
pertanian, perkebunan, kehutanan pada lahan-lahan marginal dan pakan
ternak.
3
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1 Bagaimana perkembangan mikoriza di daerah tropis?
2 Bagaimana mikoriza dan pertumbuhan tanaman?
3 Bagaimana peran mikoriza pada perbaikan lahan kritis?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah:
1 Mendeskripsikan perkembangan mikoriza di daerah tropis?
2 Mendeskripsikan mikoriza dan pertumbuhan tanaman?
3 Mendeskripsikan peran mikoriza pada perbaikan lahan kritis?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Praktek pertanian seperti pengolahan tanah, cropping sistem, ameliorasi
dengan bahan organik, pemupukan dan penggunaan pestisida sangat
berpengaruh terhadap keberadaan mikoriza (Zarate dan Cruz, 1995).
Pengolahan tanah yang intensif akan merusak jaringan hifa ekternal
cendawan mikoriza. Penelitian McGonigle and Miller (1993), menunjukkan
bahwa pengolahan tanah minimum akan meningkatkan populasi mikoriza
dibanding pengolahan tanah konvensional. Usahatani tumpangsari jagung-
kedelai juga diketahui meningkatkan perkembangbiakan FMA. Ameliorasi
tanah dengan bahan organik sisa tanaman atau pupuk hijau merangsang
perkembangbiakan FMA. Dalam budidaya tradisional, pengolahan tanah
berulang-ulang dan panen menyebabkan erosi hara dan bahan organik dari
lahan tersebut dan ini berpengaruh terhadap populasi AM. Dalam pertanian
modern yang menggunakan pupuk dan pestisida berlebihan (Rao, 1994) serta
terjadinya kompaksi tanah oleh alsintan (McGonigle dan Miller, 1993)
berpengaruh negatif terhadap pembentukan mikoriza. Konsekuensinya adalah
produktivitas sistem pertanian akan sangat tergantung pada pupuk buatan dan
pestisida.
7
melalui proses "mechanical binding action" oleh hifa eksternal akan
membentuk agregat makro yang mantap. Wright dan Uphadhyaya (1998)
mengatakan bahwa FMA mengasilkan senyawa glycoprotein glomalin yang
sangat berkorelasi dengan peningkatan kemantapan agregat. Konsentrasi
glomalin lebih tinggi ditemukan pada tanah-tanah yang tidak diolah
dibandingkan dengan yang diolah. Glomalin dihasilkan dari sekresi hifa
eksternal bersama enzim-enzim dan senyawa polisakarida lainnya.
Pengolahan tanah menyebabkan rusaknya jaringan hifa sehingga sekresi yang
dihasilkan sangat sedikit.
Pembentukan struktur yang mantap sangat penting artinya terutama
pada tanah dengan tekstur berliat atau berpasir. Thomas et al (1993)
menyatakan bahwa FMA pada tanaman bawang di tanah bertekstur lempung
liat berpasir secara nyata menyebabkan agregat tanah menjadi lebih baik,
lebih berpori dan memiliki permeabilitas yang tinggi, namun tetap memiliki
kemampuan memegang air yang cukup untuk menjaga kelembaban tanah.
Struktur tanah yang baik akan meningkatkan aerasi dan laju infiltrasi serta
mengurangi erosi tanah, yang pada akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Dengan demikian mereka beranggapan bahwa
cendawan mikoriza bukan hanya simbion bagi tanaman, tapi juga bagi tanah.
Serapan Air dan Hara.
Jaringan hifa ekternal dari mikoriza akan memperluas bidang serapan
air dan hara. Disamping itu ukuran hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar
memungkinkan hifa bisa menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil
(mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang
sangat rendah (Killham, 1994). Serapan air yang lebih besar oleh tanaman
bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh
aliran masa seperti N, K dan S. sehingga serapan unsur tersebut juga makin
meningkat. Disamping serapan hara melalui aliran masa, serapan P yang
tinggi juga disebabkan karena hifa cendawan juga mengeluarkan enzim
phosphatase yang mampu melepaskan P dari ikatan-ikatan spesifik, sehingga
tersedia bagi tanaman.
8
Mikoriza juga diketahui berinteraksi sinergis dengan bakteri pelarut
fosfat atau bakteri pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat (PSB) dan
mikoriza dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman tomat (Kim et al,1998)
dan pada tanaman gandum (Singh dan Kapoor, 1999). Adanya interaksi
sinergis antara FMA dan bakteri penambat N2 dilaporkan oleh Azcon dan Al-
Atrash (1997) bahwa pembentukan bintil akar meningkat bila tanaman alfalfa
diinokulasi dengan Glomus moseae. Sebaliknya kolonisasi oleh jamur
mikoriza meningkat bila tanaman kedelai juga diinokulasi dengan bakteri
penambat N, B. japonicum.
Proteksi Dari Patogen dan Unsur Toksik.
Mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui
perlindungan tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. Imas et al (1993)
menyatakan bahwa struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung
biologi bagi terjadinya patogen akar. Mekanisme perlindungan dapat
diterangkan sebagai berikut :
1. Adanya selaput hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai barier masuknya
patogen.
2. Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat
lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok untuk patogen.
3. Cendawan mikoriza dapat mengeluarkan antibiotik yang dapat
mematikan patogen.
4. Akar tanaman yang sudah diinfeksi cendawan mikoriza, tidak dapat
diinfeksi oleh cendawan patogen yang menunjukkan adanya kompetisi.
Namun demikian tidak selamanya mikoriza memberikan pengaruh yang
menguntungkan dari segi patogen. Pada tanaman tertentu, adanya mikoriza
menarik perhatian zoospora Phytopthora, sehingga tanaman menjadi lebih
peka terhadap penyakit busuk akar.
Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang
bersifat racun seperti logam berat (Killham, 1994). Mekanisme perlindungan
terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikoriza dapat
melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau penimbunan unsur
9
tersebut dalam hifa cendawan. Khan (1993) menyatakan bahwa FMA dapat
terjadi secara alami pada tanaman pioneer di lahan buangan limbah industri,
tailing tambang batubara, atau lahan terpolusi lainnya. Inokulasi dengan
inokulan yang cocok dapat mempercepat usaha penghijauan kembali tanah
tercemar unsur toksik.
12
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Aggangan, N.S. B.Dell and N. Malajczuk, 1998. Effects of chromium and nickel
on growth of the ectomycorrizal fungus Pisolithus and formation of
ectomycorrizas on Eucalyptus urophylla S.T. Blake. Geoderma 84 : 15-27.
Ba, A.M., K.B. Sanon , R. Doponnois, and J. Dexheimer, 2000. Growth response
of Afselia africana Sm. seedlings to ectomycorrhizal inoculation in a
nutrient-deficient soil. Mycorrhiza J. 9/2 : 91-95.
Cruz, A.F., T. Ishii, and K. Kadoya., 2000. Effect of arbuscular mycorrhizal fungi
on tree growth, leaf water potential, and levels of 1-aminocyclopropane-1-
carboxylic acid and ethylene in the roots of papaya under water stress
conditions. Mycorrhiza J. 10/3 : 121-123.
Fleibach, A.R. Martens and H.H. Reber, 1994. Soil microbial biomass and
microbial activity in soil treated with heavy metal contaminated sewage
sludge. Soil Biol. Biochem. 26 (9) : 1201 - 1205.
Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan dan Y. Setiadi, 1989. Mikrobiologi
Tanah II. Depdikbud Ditjen Dikti, Pusat Antar Universitas Bioteknologi,
IPB.
Joner, E.J. and C. Leyval, 2001. Influence of arbuscular mycorrhiza on clover and
ryegrass grown together in a soil spiked with polycyclic aromatic
hydrocarbons. Mycorrhiza J. 10/4 : 155-159.
Khan, A.G., 1993. Effect of various soil environment stresses on the occurance,
distribution and effectiveness of VA mycorrhizae. Biotropia 8 : 39-44.
15
Lozano, JMR., and R. Azcon, 2000. Symbiotic efficiency and effectivity of an
autochthonous arbuscular mycorrhizal Glomus sp. from saline soils and
Glomus deserticola under salinity. Mycorrhiza 10/3 : 137-143.
McGonigle, T.P.M. and M.H. Mil er, 1993. Mycorrhizal development and
phosphorus absorption in maize under conventional and reduced tillage.
Soil Sci. Soc. Am. J. 57 (4) : 1002-1006.
Morte, A., C.Lovisolo and A. Schubert, 2000. Effect of drought stress on growth
and water relations of the mycorrhizal association Helianthemum
almeriense - Tervesia claveryi. Mycorrhiza J. 10/3 : 115-119.
Nuhamara, S.T., 1994. Peranan mikoriza untuk reklamasi lahan kritis. Program
Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.
Rao, N.S Subha, 1994. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman. Edisi
Kedua. Penerbit Universitas Indonesia.
Wright, S.F. and A. Upadhyaya, 1998. A survey of soils for aggregate stability
and glomalin, a glycoprotein produced by hyphae of arbuscular mycorrhizal
fungi. Plant and Soil 198 : 97 - 107.
Zarate, J.T. and R.E. Dela Cruz, 1995. Pilot testing the effectiveness of arbuscular
mycorrhizal fungi in the reforestation of marginal grassland. Biotrop Spec.
Publ.No56 : 131-137. Biology and Biotechnology of Mycorrhizae.
16