Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MENINGKATKAN DISIPLIN MAHASISWA DI KAMPUS UNJANI


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan KeachmadYanian
Dosen Pengampu : Dra. Rosmariana Sihombing, M.Si

Disusun oleh :
1. Riska Cahyaningrum (213121011)
2. Nur Azis Hadiyulloh (213121025)
3. Rika Aditia (213121034)
4. Salwa Tahira Djuhaendi (213121040)
5. Moch. Azwar Nafis (213121041)
6. Annisa Maarsanda (213121043)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disiplin merupakan hal yang sangat penting dimilki oleh setiap orang baik itu
masyarakat maupun mahasiswa khususnya sebagai generasi penerus bangsa. Dengan
adanya kesadaran disiplin di harapkan mahasiswa akan mampu mengelola waktunya
untuk belajar dalam membentuk watak dan karakter yang baik pada dirinya. Karakter
disiplin yang dimiliki bukan hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
lingkungan sekitarnya.
Tindakan disiplin sebaiknya harus dilakukan, apa bila pendidikan yang telah
diberikan gagal, dikarnakan didalam dunia tidak ada manusia yang sempurna. Oleh
sebab itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalahan dan belajar dari
kesalahan itu sendiri lah perubahan yang kita lakukan.
Tindakan disiplin sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai
dengan prinsip dan prosedur yang berlaku menurut tingkatan pelanggaran dan
klasifikasinya. Kedisiplinan tidak terbentuk dengan sendirinya ,melainkan
memerlukan proses waktu yang panjang. Kedisiplinan terbentuk karena adanya
latihan dan dorongan kesadaran dari diri sendiri, sehingga terbentuk kepribadian yang
berkarakter (Ariananda et al., 2016; McNaughton, 2016).
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
ketentraman, keteraturan, dan ketertiban (Mania, 2015).
Disiplin merupakan mengajar mengendalikan diri diri dengan
mudah,menghormati dan mematuhi otoritas. Disiplin diri dilakukan karena kesadaran
bahwa prestasi tidak bisa diraih tanpa kerja keras dan perilaku yang baik. Prestasi
dicapai bukan semata bermodal kecerdasan, namun melebihi disiplin yang tinggi
dalam belajar dan melakukan sesuatu (Costa & Faria, 2015).
Sikap disiplin tersebut memiliki tujuan yaitu: kedisiplinan diterapkan tanpa
menunjukan kekerasan dan sikap amarah ataupun kebencian tetapi melalui
kelembutan agar individu yang merasakannya akan merasa bahwa hal itu sangat
berguna bagi dirinya (Kynard, 2015).
Aturan disiplin juga harus ditegakkan secara adil bijaksana dan konsisten,
tidak pandang buluh dan juga berlaku bagi masyarakat sekolah agar semua pihak
merasa bahwa aturan disiplin tersebut bukan hal yang sepele atau main-main (Garcia,
2016).
Dengan adanya pemahaman disiplin akan membantu mahasiswa bersikap dan
berperilaku serta lebih bertanggung jawab dalam menciptakan kesuksesan dan
mengembangkan potensi dirinya. (Retong, 2019).
Mahasiswa merupakan tombak pembawa perubahan bagi bangsa dan negara
dengan kata lain mahasiswa merupakan agent of change diseluruh bidang kehidupan
bukan hanya teknologi tetapi juga dalam hal sosial budaya melalui pembentukan nilai
karakter, karena nilai karakter sangat mempengaruhi pelestarian sosial budaya agar
sosial budaya tidak terkikis dengan adanya kemajuan teknologi yang begitu modern
dan sosial budaya yang perlu dilestarikan itu yaitu budaya disiplin.
Namun kenyataannya sekarang ini mahasiswa menganggap budaya disiplin itu
orientasinya lebih pada ketaatan peraturan seperti halnya tata tertib. Mahasiswa mulai
tidak mengindahkan tata tertib yang dibuat oleh dosennya melalui kontrak kuliah,
karena disiplin itu bukan kesadaran dari dirinya sendiri tetapi indikasinya ketaatan.
Baik tidak tepat waktu masuk kelas, tidak meyelesaikan tugas pada waktu yang telah
ditentukan.
Jika hal ini terus dibiarkan akan membawa dampak yang buruk baik dalam
perkembangan akademiknya maupun bidang lainnya untuk mengembangkan potensi
dirinya. Oleh karena itu dirumuskan layanan yang tepat untuk mengatasinya. Disiplin
merupakan ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar
tanpa adanya dorongan atau paksaan dari pihak lain atau suatu keadaan dimana
sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran
baik secara langsung maupun tidak langsung (Buhani, 2017).
Melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan sikap disiplin mahasiswa
menjadi lebih baik lagi. Bimbingan kelompok merupakan salah satu program layanan
yang ada di bimbingan konseling. Bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang
orientasinya lebih kepada dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok ini
mahasiswa dibimbing dan diarahkan agar lebih memahami betapa pentingnya budaya
disiplin tersebut. Mahasiswa dibimbing agar lebih bisa berinteraksi dalam kelompok
untuk membentuk budaya disiplin, sehingga mahasiswa memiliki nilai karakter.
Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan peserta
didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu
adalah masalah-masalah yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Adapun materinya adalah membahas masalah-masalah baik perseorangan maupun
kelompok yang meliputi masalah pribadi, sosial, belajar dan karir. Manfaat dari
layanan ini adalah membantu mengentaskan masalah yang dialami klien (siswa)
melalui dinamika kelompok (Siregar, 2015).
Bimbingan kelompok adalah interaksi antara individu. Dimana anggota
kelompok merupakan suatu khas, yang tidak mungkin terjadi pada konseling
perorangan. Dengan interaksi sosial yang intensif dan dinamis selama berlangsungnya
layanan, diharapkan tujuan-tujuan layanan (yang sejajar dengan kebutuhan-kebutuhan
individu anggota kelompok) dapat tercapai secara lebih mantap.
Kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi efektifitas
bimbingan kelompok. kedalaman dan variasi pembahasan menjadi terbatas, karena
sumbernya (yaitu para anggota kelompok) memang terbatas. Disamping itu dampak
layanan juga terbatas, karena hanya didapat oleh 2-3 orang saja. Kondisi seperti ini
mengurangi makna keuntungan ekonomis bimbingan kelompok. hal ini tidak berarti
bahwa bimbingan kelompok tidak dapat dilakukan terhadap kelompok yang
beranggotakan 2-3 orang saja tetapi kurang efektif (Prayitno, 2017).
Begitu juga sebaliknya, kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif.
Karena jumlah peserta yang terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual dalam
dinamika kelompok menjadi kurang intensif, kesempatan berbicara, dan
memberikan/menerima “sentuhan” dengan frekuensi tinggi (high touch) itulah
individu yang memperoleh manfaat langsung dalam layanan bimbingan kelompok.
kekurang efektifan kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota kelompok
melebihi 10 orang, (Prayitno, 2017).
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi

1.2.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
ada beberapa rumusan yaitu:
1. bagaimana permasalahan kedisiplinan yang terjadi pada mahasiswa Unjani?
2. apa saja faktor yang mempengaruhi kedisiplinan mahasiswa Unjani?
3. bagaimana solusi untuk mengatasi masalah kedisplinan mahasiswa Unjani?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan;
1. permasalahan kedisiplinan yang terjadi pada mahasiswa Unjani
2. faktor yang mempengaruhi kedisiplinan mahasiswa Unjani
3. solusi untuk mengatasi masalah kedisiplinan mahasiswa Unjani
1.3.2 Manfaat
Manfaat dari makalah ini diantaranya:
1. meningkatkan pemahaman mengenai kedisiplinan mahasiswa
2. meningkatkan pengetahuan terkait solusi untuk mengatasi kedisiplinan
BAB 2

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Kedisiplinan Yang Terjadi Pada Mahasiswa Unjani

Berdasarkan hasil penelitian kami, didapatkan fakta bahwa banyak mahasiswa Unjani
yang melanggar peraturan yang dibuat oleh pihak kampus. Contohnya dalam hal berpakaian,
banyak mahasiswa yang menggunakan pakaian ketat, memakai kaos dan celana levis saat ke
kampus, sedangkan di peraturan sudah jelas mahasiswa tidak boleh memakai celana levis.

Contoh pelanggaran lain adalah kurangnya kedisiplinan terhadap diri sendiri dan tidak
bisa management waktu. Dapat dibuktikan dengan mahasiswa yang terlambat saat masuk
kuliah dan terlambat mengumpulkan tugas tidak sesuai dengan tenggat waktu yang telah
ditentukan. Mahasiswa juga selalu menunda-nunda tugas yang diberikan oleh dosen, dan
masih banyak lagi perilaku tidak disiplin yang dilakukan mahasiswa. Hal ini akan berdampak
pada hasil belajar mahasiswa itu sendiri.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Mahasiswa Unjani

Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi rendahnya disiplin Mahasiswa


Universitas Jendral Achmadyani, yaitu:

 Kegiatan yang kurang tepat untuk waktu atau situasi tertentu


Ketika adanya acara yang membuat jadwal seseorang menjadi tidak
beraturan, hal itu dapat mempengaruhi kedisplinan karena adanya kegiatan
yang tidak sesuai dengan jadwal.
 Kata-kata sarkastik tajam yang berkesan mempermalukan seseorang
Ketika berbicara tidak senonoh dan terkesan pedas itu dapat membuat
seseorang sakit hati dan merasa dirinya dipermalukan, jadi sebaiknya
berpikir terlebihdahulu sebelum berbicara agar bahasa yang digunakan
baik, sopan dan tidak menyakiti hati seseorang.
 Ketidaksesuaian antaraa perkataan dan perbuatan, antara teori dan praktik.
Seperti seseorang yang banyak berbicara, tetapi perbuatan yang
sebenarnya tidak sesuai perkataannya.
 Kurangnya pengendalian diri
Pada seseorang yang sulit mengendalikan diirnya sendiri, ia secara sadar
akan menghasilkan perilaku yang merugikan orang lain. Sehingga tidak
sesuai dengan norma social dan tidak dapat diterima oleh lingkungan.
 Tidak memberikan umpan balik terhadap hasil kerja mahasiswa.
Hasil kerja atau keputusan yang dikerjakan sebaiknya dihargai dan
dipikirkan kembali, karena mahasiswa berpendapat seperti itu untuk
kebaikan semuanya.
 Menggunakan metode yang kurang variatif atau monoton, sama dari hari
ke hari.
Hal yang membosankan jika metode yang digunakan sehari-hari sama,
sebaiknya menggunakan metode yang variatif agar tidak membosankan.
 Kebiasaan menunda-nunda dalam mengerjakan tugas.
Hal seperti ini yang membuat kita tidak disiplin dalam pengumpulan tugas.

2.3 Solusi Untuk Mengatasi Masalah Kedisiplinan Mahasiswa Unjani


BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Disiplin Merupakan sikap dan perilaku yang sangat mendukung
dalam pembentukan karakter perilaku yang positif bagi masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa pada khususnya. Dari hasil penelitian yang
dilakukan dilapangan dapat terlihat bahwa rata-rata mahasiswa memiliki
sikap dan perilaku disiplin yang rendah. Karakter disiplin yang dimiliki
bukan hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi lingkungan
sekitarnya. Kedisiplinan terbentuk karena adanya latihan dan dorongan
kesadaran dari diri sendiri, sehingga terbentuk kepribadian yang
berkarakter.
3.2 Saran
Selain dari pada kesimpulan dan yang penelitian , namun ada juga
saran yang dapat kami sampaikan mengenai kedisiplinan mahasiswa di
Universitas Jenderal Achmad Yani yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswa yang kurang dalam berdisiplin hendaknya dapat
meningkatkan kedisiplinan di dalam lingkungan kampus agar
terciptanya suasana belajar yang nyaman, tertib dan kondusif.
2. Selain Dosen pembimbing ,dosen lain juga harus ikut berperan
dalam meningkatkan kedisiplinan mahasiswa. Orang tua juga
harus ikut berperan dalam meningkatkan kedisiplinan mahasiswa
karena peran orang tua sangat besar pengaruhnya dalam
meningkatkan kedisiplinan mahasiswa baik di dalam kampus
maupun di lingkungan kampus.
3. Hendaknya bagi seluruh mahasiswa – mahasiswi Universitas
Jenderal Achmad Yani selalu menegakkan kedisiplinan dan lebih
meningkatkan kedisiplinan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariananda, E. S., Hasan, S., & Rakhman, M. (2016). Pengaruh Kedisiplinan Siswa di Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Teknik Pendingin. Journal of Mechanical
Engineering Education. https://doi.org/10.17509/jmee.v1i2.3805
Buhani, B. (2017). Implementasi Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kedisiplinan
Siswa Kelas VIII SMP PGRI Banyuwangi Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal
Edukasi. https://doi.org/10.19184/jukasi.v4i2.5969
Costa, A., & Faria, L. (2015). The impact of emotional intelligence on academic
achievement: A longitudinal study in Portuguese secondary school. Learning and
Individual Differences, 37, 38-47.
Garcia, E. (2016). The need to address non-cognitive skills in the education policy agenda. In
Non-cognitive skills and factors in educational attainment (pp. 31-64). Brill Sense.
Kynard, C. (2015). Teaching while black: Witnessing disciplinary whiteness, racial violence,
and racemanagement. Literacy in Composition Studies, 3(1), 1-20.
Mania, S. (2015). Improving Discipline and Responsibility of Student Learning Through
Project Assessment. AlUlum, 15(2), 465-478.
Prayitno. (2017). Layanan Bimbingan kelompok dan konseling kelompok. In Pt yudhistira
ghalia indonesia, yogyakarta.
Retong, M. L. (2019). Peningkatan Kedisiplinan Siswa Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok: Studi di Kelas XI SMA Negeri 1 Maumere. Gema Wiralodra.
https://doi.org/10.31943/gemawiralodra.v10i2.89
Siregar, D. (2015). Kontribusi Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Hamzanwadi
Pancor (Studi Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Hamzanwadi Pancor).
Educatio, 10(1), 147-159.

Anda mungkin juga menyukai