Anda di halaman 1dari 16

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Dosen Pengampu
: Kiswan, S. Ag., M. Pd.

Disusun oleh

Stevania Primadanny Sibuea

FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) INSTITUT AGAMA ISLAM
DARUSSALAM CIAMIS-JAWA BARAT 2012/2013
KATA PENGANTAR

‫رال هلال‬
Assalamualaikum Wr. Wb.

‫بسم‬

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu menganugrahkan
nikmat-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi seluruh alam, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan semoga sampai kepada kita sebagai umatnya, amin.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber, syukur alhamdulillah
saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang “ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN”
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini, semoga menjadi suatu ibadah dan semoga Alloh SWT membalasnya dengan sesuatu
yang lebih baik, amin. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciamis, 8 Desember 2013

Penyusun
DAFTAR ISI Halaman Kata
Pengantar .........................................................................
.......................................... Daftar
Isi ...............................................................................
............................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Belakang ..........................................................................
........ B. Rumusan
Masalah ...........................................................................
.. C.
Tujuan ............................................................................
.................... BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Atau Aliran
Pendidikan .......................................... B. Macam-macam Teori Atau
Aliran Pendidikan ................................. 1. Aliran
Empirisme .........................................................................
.. 2. Aliran
Nativisme .........................................................................
... 3. Aliran
Naturalisme .......................................................................
.. 4. Aliran
Konvergensi .......................................................................
. 5. Aliran
Progresivisme .....................................................................
6. Aliran
Konstruktivisme..................................................................
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan ........................................................................
................ B.
Saran .............................................................................
..................... DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................
.............................. 10 12 13 2 3 3 4 5 6 7 8 1 1 1 i ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga
banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses
pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang
dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan.
Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali
tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan
antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta
perkiraan atau antisipasi masa datang. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak
awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan
generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang
tuanya.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian teori atau aliran pendidikan ? 2. Apa saja
macam-macam teori atau aliran pendidikan ?

C. Tujuan Dalam pembahasan kali ini pemakalah mempunyai tujuan sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui pendapat aliran-aliran pendidikan 2. Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Dasar-Dasar Pendidikan
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian teori atau aliran pendidikan Aliran pendidikan
adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan. Pertama, “teori”
dipergunakan oleh para pendidik untuk menunjukkan hipotesis-hipotesis tertentu
dalam rangka membuktikan kebenaran-kebenaran melalui eksperimentasi dan observasi
serta berfungsi menjelaskan pokok bahasannya. O’Connor mendefinisikan istilah
“teori” ini katanya : Kata “teori” sebagaimana yang dipergunakan dalam konteks
pendidikan secara umum adalah sebuah tema yang apik. Teori yang dimaksudkan hanya
dianggap absah manakala kita tetapkan hasil-hasil eksperimental yang dibangun
dengan baik dalam bidang psikologi atau sosiologi hingga sampai kepada praktek
kependidikan. Muhammad Nujayhi, seorang ahli pendidikan Mesir Kontemporer
merefleksikan pandangan senada dengan O’Connor ketika mengatakan , bahwa
perkembangan-perkembangan di bidang psikologi eksperimental membawa kesan-kesan ke
dalam dunia pendidikan dan memberi sumbangan bagi teori-teori pendidikan,
sebagaimana yang terdapat pada bidang ilmu pengetahuan khusus. Dengan demikian,
“teori” dalam arti pertama terbatas pada penjelasan mengenai persoalan-persoalan
yang berkaitan dengan batas-batas ilmiah. Kedua, “teori” menunjuk kepada bentuk
asas-asas yang saling berhubungan yang mengacu kepada petunjuk praktis. Dalam
pengertian ini, bukan hanya mencangkup pemindahanpemindahan eksplanasi fenomena
yang ada, namun termasuk di dalamnya mengontrol atau membangun pengalaman.
B. Macam-macam teori atau aliran pendidikan

1. Aliran Empirisme Aliran Empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi


eksternal dalam perkembangan manusia. Aliran ini menyatakan bahwa perkembangan anak
tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan yang dibawanya dari semenjak lahir
tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari didapat
dari dunia sekitarnya. Pengalaman-pengalaman itu berupa stimulan-stimulan dari alam
bebas maupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh
utama aliran ini adalah filsuf Inggris bernama John Lock yang mengembangkan paham
Rasionalisme pada abad ke 18. Teori ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia
dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong yang belum ditulisi atau dikenal
dengan istilah “tabularasa” (a blank sheet of paper). Teori ini mengatakan bahwa
manusia yang lahir adalah anak yang suci seperti meja lilin. Dengan demikian,
menurut aliran ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan
pembawaan apa-apa, sebagai kertas putih yang polos. Oleh karena itu, anak-anak
dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna
pendidikannya. Menurut pandangan Empirisme (atau dikenal juga sebagai
environmentalisme), pendidikan memegang peranan yang sangat penting sebab
pendidikan menyediakan lingkungan yang sangat ideal kepada anak-anak. Lingkungan
itu akan diterima oleh anak sebagai sejumlah pengalaman yang kesemua pengalaman itu
telah disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Di sini jelas bahwa segala kecakapan
dan pengetahuan anak-anak muncul dan teroptimalkan dibentuk karena pengalaman yang
diserap oleh indra mereka melalui pendidikan. Anak ingin dijadikan apa pun
tergantung siapa guru yang mengelolanya. Oleh karena itu, perkembangan anak 100%
dipengaruhi atau ditentukan oleh lingkungannya. Aliran Empirisme dipandang sebagai
aliran yang sangat optimis terhadap pendidikan, sebab aliran ini hanya mementingkan
peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Adapun kemampuan dasar yang
dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan
keberhasilan seseorang. Aliran ini masih menganggap manusia sebagai makhluk yang
pasif, mudah dibentuk atau direkayasa, sehingga lingkungan pendidikan dapat
menentukan segalanya. Pandangan sebagaimana di atas tentu saja patut dipertanyakan.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, akan ditemukan anak yang berhasil karena
memang dirinya berbakat, meskipun pada awal lingkungan sekitarnya tidak mendukung.
Keberhasilan anak tersebut disebabkan oleh kemauan yang luar biasa, sehingga
menyebabkan dirinya sadar akan kemampuannya. Kesadaran akan kemampuannya mendorong
dirinya lebih berusaha dan terekspresikan dalam bentuk kerja keras mencari dan
menemukan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kemampuannya. Upaya itu
menyebabkan dirinya mendapatkan lingkungan yang sesuai, yakni lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya, sehingga anak tersebut
berhasil.

2. Nativisme Paham ini menentang paham Empirisme yang dikemukakan John Lock. Nativs
(dari bahasa latin) memiliki arti terlahir. Menurut paham ini, dengan tokohnya
seorang filsuf Jerman Schopenhauer (1788-1860), dikatakan bahwa anak-anak yang
lahir ke dunia sudah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut
arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk.
Oleh karena itu, menurut paham ini perkembangan anak tergantung dari pembawaannya
sejak lahir. Berdasarkan aliran ini, keberhasilan pendidikan anak ditentukan oleh
anak itu sendiri. Aliran ini pun berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menjadi
jahat dan sebaliknya, yang baik akan menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai
bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu
sendiri. Singkatnya, aliran Nativisme menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap
pendidikan anak. Yang paling berpengaruh menurut aliran ini adalah pembawaan.
Pendidikan tidak akan berdaya mempengaruhi perkembangan anak karena setiap anak
telah memiliki pembawaannya sejak dilahirkan.
Jadi jelas di sini, bahwa menurut teori ini anak tumbuh dan berkembangnya tidak
dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan baik lingkungan sekitar yang ada sehari-hari
maupun lingkungan yang direkayasa oleh orang dewasa yang disebut pendidikan. Dengan
kata lain, pendidikan, lingkungan masyarakat, dan orang tua tidak berpengaruh
terhadap perkembangan anak karena setiap anak akan berkembang sesuai pembawaannya,
bukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar.

3. Naturalisme Paham Naturalisme dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J.


Rousseaue yang muncul pada abad ke-18. Nature dalam bahasa latin memiliki makna
Alam. Berbeda dengan Schopenhaeuer, Rousseaue berpendapat setiap anak yang baru
dilahirkan pada hakikatnya memiliki pembawaan baik. Namun pembawaan baik yang
terdapat pada setiap anak itu akan berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa, lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, atau lingkungan masyarakat di sekitar di mana anak tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan pendapatnya tersebut, aliran ini dikenal juga dengan sebutan
Negativisme. Selanjutnya Rousseaue mengatakan, anak yang telahir dalam keadaan baik
tersebut biarkan berkembang secara alami. Ini artinya bahwa perkembangan anak yang
dipengaruhi oleh pendidikan apakah pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di
masyarakat sebagai urun rembuk orang-orang dewasa malah akan merusak pembawaan anak
yang baik. Hal ini seperti dikemukakan oleh J.J. Rousseaue, yaitu : “segala sesuatu
adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek
manakala ia sudah berada di tangan manusia.” Dengan demikian, menurut Rousseaue
agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, anak tersebut
harus diserahkan kepada alam. Kekuatan alam yang akan mengajarkan kebaikan-kebaikan
yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Beragam kebaikan itu
akan terus diserapnya oleh setiap anak yang terlahir, secara spontan dan bebas dari
rekayasa orang dewasa.
Oleh karena itu, di sini jelas bahwa Rosseaue tidak berharap pada pendidikan.
Dengan kata lain sekolah tidak perlu ada. Ia menginginkan perkembangan anak
dikembalikan ke alam yang mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang
paling tepat menjadi guru.

4. Konvergensi Konvergensi artinya titik pertemuan. Pelopor aliran Konvergensi


adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Ia
mengatakan bahwa seseorang terlahir dengan pembawaan baik dan juga dengan pembawaan
buruk. Ia pun mengakui bahwa proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun
faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Aliran ini
menyampaikan bahwa bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan
baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya,
lingkungan yang baik pun sulit mengembangkan potensi anak secara optimal apabila
tidak terdapat bakat yang diperlukan bagi perkembangan yang diharapkan anak
tersebut. Dengan demikian, paham ini menggabungkan antara pembawaan sejak lahir dan
lingkungan yang menyebabkan anak mendapatkan pengalaman. William Stern menjelaskan
pemahamannya tentang pentingnya pembawaan dan lingkungan itu dengan perumpamaan dua
garis yang menuju ke satu titik pertemuan. Oleh karena itu, teorinya dikenal dengan
sebutan Konvergensi (Konvergen berarti memusat ke satu titik). Menurut teori
konvergensi ada tiga prinsip : (1) pendidikan mungkin untuk dilaksanakan, (2)
pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak
didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang
kurang baik, dan (3) yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan
yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian terdapat
variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan
tumbuh kembang itu. Variasi-variasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan
pandangan tentang strategi yang tepat untuk memahami perilaku manusia. Seperti
strategi disposisional/konstitusional, strategi phenomenologis/humanistik, strategi
behavioral, strategi psikodinamik/psiko-analitik, dan
sebagainya. Demikian pula halnya dalam belajar mengajar, variasi pendapat itu telah
menyebabkan munculnya berbagai teori belajar dan atau teori/model mengajar. Jadi
tegasnya proses pendidikan adalah hasil kerjasama dari faktor-faktor yang dibawa
ketika lahir dengan lingkungan.

5. Aliran Progresivisme Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini
berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat
menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah
yang bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai
akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai
kelebihan jika dibanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif
yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah.
Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti
karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan
jasmani dan rohani, namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan
perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan,
perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dari
sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung
disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.

6. Aliran Konstruktivisme Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico,
seorang epistemiolog Italia. Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya
konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia
adalah tuan dari ciptaan. Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui.
Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Dia Pencipta segala sesuatu
itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan
Tuhan. Bagi Vico, pengetahuan dapat menunjuk pada struktur konsep yang dibentuk.
Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui. Aliran ini dikembangkan
oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan bahwa
pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya.
Pengetahuan merupakan suatu proses, bukan suatu barang. Menurut Piaget, mengerti
adalah proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide baru dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga dapat terbentuk pengertian baru.
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses
dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data
baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian
struktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali
yang secara terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi.

Aliran Konstruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil
konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat
pancaindra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan
demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari
seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa
dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan
itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini
ditujukan untuk menggali pengalaman.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan  Teori atau aliran pendidikan dalam arti pertama
terbatas pada penjelasan mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan batas-
batasan ilmiah. Sedangkan yang kedua, menunjuk kepada asas-asas yang saling
berhubungan yang mengacu kepada petunjuk praktis.  Aliran pendidikan adalah
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan.  Macam-macam teori atau
aliran pendidikan yaitu : a. Aliran Empirisme Aliran Empirisme bertolak dari
Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia,
dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan
seharihari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi
ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk
pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. b. Aliran Nativisme Aliran
Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri
anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan
yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap
pendidikan anak. Tokoh perintisnya adalah Schopenhauer. c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J. J. Rousseau. Rousseau berpendapat bahwa semua anak
baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik.
Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang
diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. d. Aliran
Konvergensi Aliran Konvergensi dipelopori oleh William Stern, ia berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan
sama-sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir
tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk
perkembangan anak itu. e. Aliran Progresivisme Aliran Progresivisme dipelopori oleh
John Dewey. Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan.
Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding
makhluk lain. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara
teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik diberi kesempatan untuk
bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang
berlangsung disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar
sekolah. f. Aliran Konstruktivisme Gagasan pokok aliran ini diawali oleh
Giambatista Vico yang kemudian di kembangkan oleh Jean Piaget. Aliran ini
menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam
diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindra, yaitu
penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran
ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang
lain karena perbuatan itu akan sia-sia saja.
B. Saran Demikian makalah ini saya buat, saya menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga
makalah ini berguna untuk kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Qur’an. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2007. Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis
dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2003. Suwarno, Wiji. Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. 2009. Tirtarahardja, Umar dan S. L. La
Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2005.
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/20/bab-vi-aliran-aliran-pendidikan/
http://liliyana23.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-
koar_15.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai